Anda di halaman 1dari 19

Skenario 2

Pembimbing dr.Kukuh B Rahmad Sp.B

Skenario
Seorang pasien datang ke UGD dengan keluhan sakit perut, demam tinggi dan muntah muntah. Anamnesis lebih lanjut panas ini sudah dididerita kira kira 7-10 hari ini, tetapi tidak muntah. Pasien tidak ke dokter atau Rumah Sakit karena pasien pekerja bangunan tidak ada biaya, tidur di tempat kerja. Panas terus menerus dengan menggigil, makan kurang karena tidak ada nafsu makan. Tadi malam mulai sakit perut yang makin lama makin berat. Muntah mulai malam ini juga. Muntah warnanya mula mula warnanya jernih lama lama kuning dan hijau. Pagi ini tidak tertahankan dan dibawa teman sekerjanya kerumah sakit. Pada pemeriksaan pasien tampak sakit, kompos mentis dan koopertif. Dehidrsi 8%. Lidah kotor. Pemeriksaan fisik vital: tensi 110/70, nadi 110/menit, BB 50 kg.

Pertanyaan
Apa DD atau D pasien ini?

Bagaimana menegakkan diagnosisnya ?

Bagaimana menangani pasien ini jika Anda menemui pasien seperti ini ?

Bagaimana kemungkinan penyulit kasus seperti ini ?

Bagaiman terapi pasien ini ?

Diagnosis
Peritonitis e.c demam typhoid Gastroenter itis

Pre syok e.c Dehidrasi

Peritonitis adalah peradangan peritoneum ( membran serosa yang melapisi rongga abdomen dan menutupi visera abdomen ) merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Keadaan ini biasanya terjadi akibat penyebaran infeksi dari organ abdomen, perforasi saluran cerna, atau dari luka tembus abdomen

Anatomi

Gambar 1 :Tampak anterior otot dinding abdomen dan penampang melintang otot abdomen11

Lapisan peritonium dibagi menjadi 3, yaitu: 1.Lembaran yang menutupi dinding usus, disebut lamina visceralis (tunika serosa). 2.Lembaran yang melapisi dinding dalam abdomen disebut lamina parietalis. 3.Lembaran yang menghubungkan lamina visceralis dan lamina parietalis

Etiologi
Peritonitis bakterial diklasifikasikan menjadi primer dan sekunder Peritonitis primer Disebabkan oleh invasi hematogen dari organ peritoneal yang langsungdari rongga peritoneum. Banyak terjadi pada penderita : 3,4 - sirosis hepatis dengan asites - nefrosis - SLE - bronkopnemonia dan TBC paru - pyelonefritis Peritonitis sekunder Peritonitis yang mengikuti suatu infeksi akut atau perforasi tractusi gastrointestinal atau tractus urinarius. Pada umumnya organisme tunggal tidak akan menyebabkan peritonitis yang fatal. Sinergisme dari multipel organisme dapat memperberat terjadinya infeksi ini. Bakterii anaerob, khususnya spesies Bacteroides, dapat memperbesar pengaruh bakteri aerob dalam menimbulkan infeksi.

Patofisiologi
Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat fibrinosa. Kantong-kantong nanah (abses) terbentuk di antara perlekatan fibrinosa, yang menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarnya sehingga membatasi infeksi.

Jenis-jenis
Peritonitis Aseptik. Terjadi sekitar 20% dari seluruh kasus peritonitis di Inggris, dan biasanya sekunder dari perforasi ulkus gaster atau duodenal. Peritonitis steril dapat berkembang menjadi bakterial peritonitis dalam beberapa jam mengikuti transmigrasi dari mikroorganisme (contohnya dari usus) Peritonitis bilier Relatif jarang dari peritonitis steril dan dapat disebabkan dari : iatrogenic (ligasi duktus sistikus saat cholesistektomi) kolesistitis akut trauma idiopatik

Menegakan diagnosis

Anamnesis dan pemeriksaan fisik

Pemeriksaan radiologik

Pemeriksaan laboratorium

Gejala klinis

Nyer tekan dan defans muskular Bila terjadi bakterimia suhu badan akan naik Hipotensi Takikardi Dan penderita akan terlihat letargik dan syok

Pemeriksaan fisik
keadaan Inspeksi Palpasi

umumnya tidak baik. Demam dengan temperatur >380C biasanya terjadi. Pasien dengan sepsis hebat akan muncul gejala hipotermia

Pada peritonitis biasanya akan ditemukan perut yang membuncit dan tegang atau distended

Nyeri tekan dan defans muskular

Perkusi Pada pasien dengan peritonitis, pekak hepar akan menghilang, dan perkusi abdomen hipertimpani

Auskultasi Pasien dengan peritonitis umum, bising usus akan melemah atau menghilang sama sekali, hal ini disebabkan karena peritoneal yang lumpuh sehingga menyebabkan usus ikut lumpuh/tidak bergerak (ileus paralitik). Sedangkan pada peritonitis lokal bising usus dapat terdengar normal

Radiologi
Gambaran radiologis pada peritonitis yaitu :terlihat kekaburan pada cavum abdomen, preperitonial fat dan psoas line menghilang, dan adanya udara bebas subdiafragma atau intra peritoneal.

Laboratorium
Darah Lengkap, biasanya ditemukan leukositosis, hematocrit yang meningkat

BGA, menunjukan asidosis metabolic, dimana terdapat kadar karbondioksida yang disebabkan oleh hiperventilasi.

peritonitis tuberculosa cairan peritoneal mengandung banyak protein (lebih dari 3 gram/100 ml) dan banyak limfosit; basil tuberkel diidentifikasi dengan kultur.

Penanganan pasien
Airway,Breathing,Circulation,Disabillity Pemberian oksigen Resusitasi cairan :Biasanya dengan kristaloid, volumenya berdasarkan derajat syok dan dehidrasi analgetik :Digunakan analgetik opiat intravena dan mungkin dibutuhkan antiemetik Antibiotik: Harus spektrum luas, yang mengenai baik aerob dan anaerob, diberikan intravena. Cefalosporin generasi III dan metronidazole adalah strategi primer

laparotomi

Biasanya dilakukan insisi upper atau lower midline tergantung dari lokasi yang dikira. Tujuannya untuk : menghilangkan kausa peritonitis mengkontrol origin sepsis dengan membuang organ yang mengalami inflamasi atau ischemic (atau penutupan viscus yang mengalami perforasi)

Drain

memungkinkan penggunaan drain sebagai profilaksis setelah laparotomi.

Prognosa
Prognosis untuk peritonitis lokal dan ringan adalah baik, sedangkan pada peritonitis umum prognosisnya mematikan akibat organisme virulen

Anda mungkin juga menyukai