Anda di halaman 1dari 31

BAB I PENDAHULUAN

Embriologi, anatomi dan fisiologi adalah modal untuk memahami fungsinya. Sehingga tentunya dengan memahami dasar-dasar diharapkan dapat memahami patologi serta dapat memberikan pengobatan yang tepat pada telinga. Dengan mengaitkan ilmu dasar dan disiplin, pada akhirnya untuk lebih memahami penatalaksanaan penyakit-penyakit telinga dan juga keseimbangan. Karena pada telinga, selain fungsi pendengaran, yang lebih penting adalah fungsi keseimbangan. Maka dari itu makhluk hidup masih dapat tetap bertahan tanpa pendengaran, tetapi makhluk hidup tidak dapat bertahan bila terjadi gangguan pada keseimbangannya. Karena itu, secara filogenetik, mekanisme keseimbangan sebagai bagian dari orientasi organisme terhadap lingkungan berkembang lebih dulu dari pendengaran. Telinga mengandung bagian estibulum dari keseimbangan, namun orientasi kita

terhadap lingkungan juga ditentukan oleh kedua mata kita dan alat perasa pada tendon dalam. !adi telinga adalah organ pendengaran dan keseimbangan. Dengan fungsinya sebagai organ pendengaran dan keseimbangan, kerja telinga cukup rumit dan berpangaruh terhadap kehidupan sehari-hari. Secara anatomi, terlinga sendiri dibagi menjadi tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Telinga luar dan tengah berkembang dari alat brankial. Telinga dalam seluruhnya berasal dari plakoda otika. Dengan demikia, suatu bagian dapat mengalami kelainan kongenital sementara bagian lain berkembang normal.

BAB II PEMBAHASAN

1. Embriologi "erkembangan auditorik pranatal terutama koklea mencapai fungsi normal seperti orang de#asa setelah usia gestasi $% minggu. "ada masa tersebut, janin sudah dapat memberikan respon terhadap suara yang diberikan. "erkembangan dari ketiga bagian telinga sendiri yaitu & a. Telinga Luar 'iang telinga berasal dari celah brankial pertama ektoderm dan perkembangannya dimulai pada minggu ke empat kehamilan. Membrane timpani me#akili penutupan celah tersebut. Selama satu stadium perkembangannya, liang telinga akhirnya tertutup sama sekali oleh suatu sumbatan jaringan telinga tapi kemudian terbuka kembali, namun demikian kejadian ini mungkin merupakan suatu faktor penyebab dari beberapa kasus atresia atau stenosis dari bagian ini. "inna (aurikula) berasal dari penggir-pinggir celah brankial pertama dan arkus brankialis pertama dan kedua membentuk * tonjolan (+illock of +is) yang mengelilingi perkembangan liang telinga luar dan kemudian bersatu utnuk membentuk daun telinga. ,urikula dipersarafi oleh cabang aurikulotemporalis dari saraf mandibularis serta saraf aurikularis mayor dan oksipital minor yang merupakan cabang pleksus ser ikalis. "ada minggu ketujuh pembentukan dari kartilago masih dalam proses dan pada minggu ke--$ daun telinga dibentuk oleh penggabungan dari tonjolan-tonjolan diatas. "ada minggu ke-$%, daun telinga sudah seperti bentuk telinga de#asa, tetapi ukurannya belum seperti ukuran de#asa sampai umur . tahun.

"osisi daun telinga berubah selama perkembangan, pada a#al pertumbuhan terletak etro medial dan pada bulan kedua kehamilan tumbuh menjadi dorso lateral yang merupakan lanjutan dari pertumbuhan mandibula. !ika proses ini terhenti bisa mengakibatkan terjadinya telinga letak rendah yang mungkin diikuti oleh anomaly, congenital lainnya seperti mikrotia dan anotia. /istula aurikularis congenital terjadi diduga oleh karena kegagalan dari pada penggabungan tonjolan-tonjolan ini. Kelainan congenital daun telinga dapat terjadi mulai dari minor malformasi seperti lipatan kulit didepan tragus sampai aplasia total. b. Telinga Tengah 0ongga telinga tengah berasal dari celah brankial pertama ektoderm. 0ongga berisi udara ini meluas ke dalam resesus tubatimpanikus yang selanjutnya meluas ke sekitar tulang-tulang dan saraf dari telinga tengah dan meluas kerang lebih ke daerah mastoid. 1sikula berasal dari ra#an arkus brankialis. 2ntuk mempermudah pemikiran ini maleus

dapat dianggap berasal dari ra#an arkus brankialis pertama (kartilago meekel, sedangkan inkus dan stapes dari ra#an arkus brankialis kedua (kartilago 0eichert). Saraf korda timpani berasal dari arkus kedua (facialis) menuju saraf pada arkus pertama (mandibula-lingualis). Sraf timpanikus (dari !acobson) berasal dari saraf arkus brankialis ketiga (glosofaringeus) menuju saraf facialis. Kedua saraf ini terletak dalam rongga telinga tengah. 1tot-otot telinga tengah berasal dari otot-otot brankialis. 1tot tensor timpani yang melekat pada maleus, berasaldari arkus pertama dan dipersarafi oleh saraf mandibularis (saraf kranial 3). 1tot stapedius berasal dari arkus kedua,dipersarafi oleh suatu cabang saraf ketujuh. 4a um timpani berasal dari kantong pharyng pertama. Kantong ini tumbuh dengan cepat ke arah lateral dan untuk sementara bersentuhan dengan lantai celah pharyng pertama. 5agian distal kantong ini, recessus tubotympanicus, melebar dan membentuk ca um timpani sederhana, sedangkan bagian proksimal tetap sempit dan membentuk tuba auditi a atau tuba eustachius. 6ang terakhir akan membentuk saluran yang menghubungkan ca um timpani dengan nasofaring. c. Telinga Dalam "lakoda otika ektoderm terletak pada permukaan lateral dari kepala embrio. "lakoda ini kemudian tenggelam dan membentuk suatu lekukan otika dan akhirnya terkubur di ba#ah permukaan sebagai esikel otika. 'etak esikel dekat dengan otak belakang yang sedang berkembang dan sekelompok neuron yang dikenal sebagai ganglion akustikofasialis. 7anglion ini penting dalam perkembangan saraf facialis, akustikus dan estibularis. 3esikel auditorius membentuk suatu di ertikulum yang terletak di dekat tabung saraf yang sedang berkembang yang kelak akan menjadi duktus endolimfatikus. 3esikel otika kemudian berkerut membentuk suatu utrikulus superior(atas) dan sakulus inferior (ba#ah). Dari utrikulus kemudian terbentuk tiga tonolan menyerupai gelang. 'apisan-lapisan yang jauh dari perifer gelang diserap, meninggalkan tiga kanalis semisirkularis pada perifer gelang. Sakulus kemudian membentuk duktus koklearis berbentuk spiral. Secara filogenetik, organ-organ akhir khusus berasal dari neuromast yang tidak terlapisi yang berkembang dalam kanalis semisirkularis untuk membentuk organ corti. 1rgan-organ akhir ini ini kemudian berhubungan dengan neuron4

neuronganglion akustikofacialis. 8euron-neuron inilah yang membentuk ganglia saraf estibularis dan ganglia spiralis dari saraf koklearis.

Mesenkim disekitar ganglion otikum memadat untuk membentuk suatu kapsul ra#an disekitar turunan membranosa dari esikel otika. 0a#an ini diserap pada daerah-daerah tertentu disekitar yang sekarang sering disebut sebagai labirin membranosa, menyisakan suatu rongga yang berhubungan dengan rongga yang terisi '4S melalui membran akuaduktus koklearis, dan membentuk rongga perilimfatik labirin tulang. 'abirin membranosa berisi endolimfe. Tulang yang berasal dari kapsula ra#an esikel otika adalah jenis tulang khusus yang dikenal sebagai tulang endokondral. 2. Anatomi 2ntuk mengetahui tentang gangguan pendengaran, perlu diketahui terlebih dahulu tentang anatomi telinga itu sendiri. Sehingga dapat memudahkan dalam menentukan bagian mana yang mangalami gangguan dan dapat memberikan penanganan yang tepat. "ada dasarnya, anatomi telinga terbagi atas tiga bagian. 6aitu & a. Telinga Luar Telinga luar atau pinna (aurikula 9 daun telinga) merupakan gabungan dari ra#an yang diliputi kulit. Telinga luar itu sendiri terdiri dari daun telinga dan liang telinga samapai membrane timpani.

Daun telinga terdiri dari tulang ra#an elastin dan kulit. 'iang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang ra#an pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. "anjangnya kira-kira $,:-; cm. "ada asepertida bagian luar kulit liang teling terdapat banyak kelenjar serumen (modifikasi kelenjar keringat 9kelenjar serumen) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Dan pada duapertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen. 'iang telinga memiliki tulang ra#an pada bagian lateral namun bertulang di sebelah medial. Kulit liang telinga langsung terletak diatas tulang. Seringkali ada penyempitan liang telinga pada perbatasan tulang dan ra#an ini sehingga radang yang ringanpun dapat terasa sangat nyeri karena tidak ada ruang untuk ekspansi. Saraf fasialis meninggalkan foramen stilomastoideus dan berjalan ke lateral menuju prosesus stiloideus posteroinferior liang telinga, dan kemudian berjalan di ba#ah liang telinga untuk memasuki kelenjar parotis. 0a#an liang telinga merupakan salah satu patokan pembedahan yang digunakan mencari saraf fasialis< patokan lainnya adalah sutura timpanomastoideus.

Membrane Tim ani Membrana timpani adalah suatu bangunan berbentuk kerucut dengan peuncaknya, umbo, mengarah ke medial. Membrana timfani umumnya bulat. "enting untuk disadari bah#a bagian dari rongga telinga tengah yaitu epitimpanum yang mengandung korpus
6

maleus dan inkus, meluas melampauibatas atas membrana timfani, dan bah#a ada bagian hipo timpanum yang meluas melampaui batas ba#ah membrana timpani. Membrana timpani tersusun oleh suatu lapisan epidermis di bagian luar, lapisan fibrosa di bagian tengah di mana tangkai maleus dilekatkan dan lapisan mukosa bagian dalam lapisan fibrosa tidak terdapat diatas prosesus lateralis maleus dan ini menyebabkan bagian membrana timfani yang disebut membrana Shrapnell menjadi lemas (flaksid). Terdapat bayangan yang menonjol di bagian ba#ah maleus pada membran timpani yang disebut dengan umbo. Dari umbo inilah bermula suatu reflek cahaya (cone of light). Dimana jika ke arah ba#ah yaitu pada pukul = untuk membran timpani kiri dan pukul : untuk membran timpani kanan. 0eflek cahaya ialah cahaya dari luar yang dipantulkan oleh membran timpani. 6ang menyebabkan adanya reflek cahaya adalah adanya serabut sirkuler dan radier. Membrane timpani dibagi menjadi > kuadran, dengan menarik garis searah prosesus longus maleus dan garis tegak lurus pada garis umbo. Sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas belakang, ba#ah-depan dan ba#ahbelakang untuk menyatakan letak perforasi membrane timpani.

b. Telinga Tengah
7

Telinga tengah yang terisi udara dapat dibayangkan sebagai suatu bangunan berbentuk kotak dengan enam sisi atau seperti bentuk kubus. Dinding posteriornya lebih luas daripada dinding anterior sehingga kotak tersebut berbentuk baji. "romontorium pada dinding medial meluas ke lateral ke arah umbo dari membran timpani sehingga kotak tersebut lebih sempit pada bagian tengah. Dinding superior telinga tengah berbatasan dengan lantai fossa kranii media. "ada bagian atas dinding posterior terdapat aditus ad antrum tulang mastoid dan diba#ahnya adalah saraf facialis. 1tot stapedius timbul pada daerah saraf facialis dan tendonnya menembus, melalui suatu piramid tulang menuju ke leher stapes. Saraf korda timpani timbul dari saraf fasialis diba#ah stapedius dan berjalan ke lateral depan menuju inkus tetapi di medial maleus, untuk keluar dari telinga tengah le#at sutura petrotimpanika. Korda timpani kemudian bergabung dengan saraf lingualis dan menghantarkan serabutseabut sekretomotorik ke ganglion submandibularis dan serabut-serabut pengecap dari dua pertiga anterior lidah. Dasar telinga tengah adalah atap bulbus jugularis yang disebelah seperolateral menjadi sinus sigmodeus dan lebih ke tengah menjadi sinus trans ersus. Keduanya adalah aliran ena utama rongga tengkorak. 4abang aurikularis saraf agus masuk ke telinga tengah dari dasarnya. 5agian ba#ah dinding anterior adalah kanalis karotikus. Diatas kanalis ini, muara tuba eustachius dan otot tensor timpani yang menempati daerah seperior tuba kemudian membalik, melingkari prosesus kokleariformis dan berinsersi pada leher maleus.

Dinding lateral dari telinga tengah adalah dinding tulang epitimpanum di bagian atas membran timpani dan dinding tulang hipotimpanum dibagian ba#ah. 5angunan yang paling menonjol pada dinding medial adalah promontorium yang menutup lingkaran koklea yang pertama. Saraf timpanikus berjalan melintas promontorium ini. /enestrarotundum terletak di posteroinferior dari promontorium, sednagkan kaki stapes terletak pada fenestra o alis pada batas posterosuperior promontorium. Kanalis falopii bertulang yang dilalui saraf fasialis terletak diatas fenestra o alis mulai dari prosesus kokleariformis di anterior hingga piramid stapedius di pasterior. 0ongga mastoid berbentuk seperti piramid berisi tiga dengan puncak mengarah ke kaudal. ,tap mastoid adalah fossa kranii media. Dinding medial adalah dinding lateral fosa kranii posterior. Sinus sigmoideus terletak diba#ah dura mater pada daerah ini. "ada dinding anterior mastoid terdapat aditus ad antrum. Tonjolan kanalis semisirkularis lateralis menonjol ke dalam antrum. Di ba#ah kedua patokan ini berjalan saraf fasialis dalam kanalis tulangnya untuk keluar dari tulang temporal melalui foramen stilomastoideus di ujung anterior krista yang dibentuk oleh insersio otot digastrikus. Dinding lateral mastoid adalah tulang subkutan yang dengan mudah dapat di palpasi di posterior aurikula. Tuba Eu!tachiu! Tuba ustachius menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasofaring. "ada saat lahir, tuba eustachius berjalan secara horisontal pada saat lahir dan mulai membelok ke

medial sebesar >:o pada orang de#asa. 5agian lateral tuba eustachius adalah yang bertulang, sementara duapertiga bagian medial bersifat kartilaginosa. 1rigo otot tensor timpani terletak di sebelah atas bagian bertulang sementara kanalis karotikus terletak di bagian ba#ahnya. 5agian bertulang ra#an berjalan melintasi dasar tengkorak untuk masuk ke faring diatas otot konstriktor superior. 5agian ini biasanya tertutup, tetapi dapat terbuka melalui kontraksi otot le atorpalatinum dan tensor palatinum yang masingmasing dipersarafi pleksus faringealis dan saraf mandibularis. Tuba eustachius berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membrana timpani c. Telinga Dalam 5entuk telinga dalam yang sedemikian kompleksnya sehingga terkadang disebut sebagai labirin. Deri at esikel otika membentuk suatu rongga tertutup yaitu labirin membran yang terisi endolimfe. Satu-satunya cairan ekstraselular dalam tubuh yang tinggi kalium dan rendah natrium. 'abirin membran dikelilingi oleh cairan perilimfe yang terdapat dalam kapsula otika bertulang. 'abirin tulang dan membran memiliki bagian estibular dan bagian koklear. 5agian estibularis (pars superior) berhubungan dengan keseimbangan, sementara bagian kaklearis (pars inferior) merupakan organ pendengaran kita. Koklea melingkar seperti rumah siput yang berupa dua setengah lingkaran. ,ksis pada spiral koklea dikenal sebagai modiolus, berisi berkas saraf dan suplai arteri ertebralis. Serabut saraf kemudian berjalan menerobos suaru lamina spralis oseus untuk mencapai sel-sel organ 4orti. 0ongga koklea bertulang dibagi menjadi tiga bagian oleh duktus koklearis yang panjangnya ;: mm dan berisi endolimfe. 5agian atas adalah skala

10

estibuli ba#ah berisi perilimfe dan dipisahkan dari duktus koklearis oleh membrana 0eissner yang tipis. 5agian ba#ah adalah skala timpani juga mengandung perilimfe dan dipisahkan dari duktus koklearis oleh lamina spiralis oseus dan membrana basilaris. "erilimfe pada kedua skala berhubungan pada apeks koklea spiralis tepat setelah ujung buntu duktus koklearis melalui suatu celah yang dikenal sebagai helikotrema. Membrana basilaris sempit pada basisnya (nada tinggi) dan melebar pada apeks (nada rendah). Terletak diatas membrana basilaris dari basis ke paeks adalah organ 4orti, yang mengandung organel-organel penting untuk mekanisme saraf perifer pendengaran. 1rgan 4orti sendiri terdiri dari serl rambut dalam (?;%%%) dan tiga baris sel rambut luar (?-$.%%%). ujung-ujung saraf aferen dan eferen menempel pada ujung ba#ah sel rambut. Di permukaan sel rambut menempel stereosilia yang bersifat gelatinosa dan aseluler, dan dikenal sebagai membrana tektoria. Membrana tektoria disokong oleh suatu bangunan yang terletak di medial yang disebut dengan limbus. Sakulus berhubungan dengan utrikulus melalui suatu duktus sempit yang juga merupakan saluran menuju sakus endolimfatikus. Makula utrikulus terletak pada bidang yang tegak lurus terhadap makula sakulus. Ketiga kanalis bermuara pada utrikulus. Masing-masing kanalis mempunyai suatu ujungyang melebar membentuk ampula dan mengandung sel-sel rambut krista. Sel-sel rambut menonjol pada suatu kupula gelatinosa. 7erakan endolimfe dalam kanalis semisirkularis akan menggerakan kupula yang selanjutnya akan membengkokkan silia sel-sel rambut krista dan merangsang sel reseptor. Inner"a!i Telinga Telinga dipersarafi oleh ner us kranial ke delapan yaitu ner us estibulokoklearis. 8er us estibulokoklearis terdiri dari dua bagian & salah satu daripadanya pengumpulan sensibilitas dari bagian estibuler rongga telinga dalam yang mempunyai hubungan dengan keseimbangan, serabut-serabut saraf ini bergerak menuju nukleus estibularis yang berada pada titik pertemuan antara pons dan medula oblongata, lantas kemudian bergerak terus menuju serebelum. 5agian koklearis pada ner us estibulokoklearis adalah saraf pendengar yang sebenarnya. Serabut-serabut sarafnya mula-mula dipancarkan kepada sebuah nukleus khusus yang berada tepat dibelakang talamus, lantas dari sana

11

dipancarkan lagi menuju pusat penerima akhir dalam korteks pendengaran (area ;.->%) yang terletak pada bagian ba#ah lobus temporalis.

#a!$ulari!a!i telinga Telinga diperdarahi oleh pembuluh-pembuluh darah kecil diantaranya adalah ramus cochleae a. 'abyrinthi yang memperdarahi bagian koklea, ramus estibulares a.labyrinthi yang memperdarahi estibulum. 3. Spiralis anterior, . Spiralis posterior, 3. 'aminae spiralis, 3 . 3estibulares, dan 3. 4analiculi cochleae.

%. &i!iologi a. &i!iologi Pen'engaran "roses mendengar dia#ali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara kemudian masuk ke liang telinga. "ada liang telinga, suara dapat sangat membesar suara dalam rentang $-> k+@. Setelah itu gelombang suara dapat pula menggetarkan tulang hingga ke koklea. 7etaran tersebut menggetarkan membran timpani, diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong.

Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong, sehingga perilimfe pada skala estibuli bergerak. 7etaran diteruskan melalui membrana 0eissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basalis dan membran tektoria. "roses ini merupakan rangsangan mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pengelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks serebri A korteks pendengaran (area ;.->%) di lobus temporalis.

12

b. &i!iologi (e!eimbangan Keseimbangan dan orientasi tubuh seorang terhadap lingkungan di sekitarnya tergantung pada input sensorik dari reseptor estibuler labirin, organ isual dan proprioseptif. 7abungan informasi ketiga reseptor sensorik tersebut akan diolah di SS", sehingga menggambarkan keadaan posisi tubuh pada saat itu.

'abirin terdiri dari labirin statis yaitu utrikulus dan sakulus yang merupakan pelebaran labirin membran yang terdapat dalam estibulum labirin tulang. "ada tiap pelebarannnya terdapat sel-sel reseptor keseimbangan. 'abirin kinetik terdiri dari tiga kanalis semisirkularis dimana pada tiap kanalis terdapat pelebaran yang berhubungan dengan utrikulus, yang disebut dengan ampula. Di dalamnya terdapat krista ampularis yang terdiri dari sel-sel reseptor keseimbangan dan seluruhnya tertutup oleh suatu substansi gelatin yang disebut kupula.

7erakan atau perubahan kepala dan tubuh akan menimbulkan perpindahan cairan endolimfa di labirin dan selanjutnya silia sel rambut akan menekuk. Tekukan silia menyebabkan permeabilitas membran sel berubah, sehingga ion kalsium akan masuk ke dalam sel yang menyebabkan terjadinya proses depolarisasi dan akan merangsang pelepasan neurotransmiter eksitator yang selanjutnya akan meneruskan impuls sensorik melalui saraf aferen ke pusat keseimbangan otak. Se#aktu berkas silia terdorong ke arah berla#anan, maka terjadi hiperpolarisasi.

1rgan estibuler berfungsi sebagai transduser yang mengubah energi mekanik akibat rangsangan otolit dan gerakan endolimfa di dalam kanalis semisirkularis menjadi energi biolistrik, sehingga dapat memberi informasi mengenai perubahan posisi tubuh akibat percepatan linier atau percepatan dapat semua sudut. Dengan informasi tubuh Sistem yang demikian mengenai sedang estibuler memberi gerak

berlangsung.

berhubungan dengan sistem tubuh lain, sehingga kelainannya dapat menimbulkan gejala
13

pada sistem tubuh bersangkutan. 7ejala yang timbul dapat berupa ertigo, rasa mual dan muntah. "ada jantung berupa bradikardi atau takikardi dan pada kulit reaksinya berkeringat dingin.

). Pemeri$!aan a. Anamne!i! ,namnesis sedikitnya harus menanyakan tentang gangguan pendengaran, kebisingan dalam kepala (tinitus),pusing ( ertigo) atau ketidakseimbangan,sekret telinga,dan nyeri telinga (eru!a$an Pen'egaran "ertanyaan-pertanyaan spesifik yang dapat diajukan & -. ,pakah a#itannya,mendadak atau perlahan-lahanB 'amanya B $. Telinga mana yang terkena , atau apakah menyerang keduanya B ;. ,pakah pendengaran membaik dan bemburuk bergantianB >. ,pakah hanya yang terdengar menjadi sunyi atau adakah juga gangguan dalam pemahaman dan pada keadaan apaB :. ,pakah a#itannya berhubungan dengan penyakit lain, trauma, paparan suara ribut, atau penggunaan obat-obatan termasuk aspirinB *. ,pakah ada ri#ayat kerusakan pendengaran dalam keluargaB =. ,dakah penyakit atau pembedahan pada telinga sebelumnyaB C. ,pakah ada paparan dalam pekerjaan, militer,rekreasi atau paparan bising lainnyaB .. ,dakah ri#ayat campak,mumps,influen@a,meningitis,sifilis,penyakit berat,atau penggunaan obat-obat ototksik kanamicin,streptomicin,gentamisinAdiuretik tertentuB (ebi!ingan (e ala irus yang seperti

14

-. 5agaimana sifat-sifat bisingB Dapatkah dijelaskan seperti berdering,bernada tinggi,mengaum,menggumam,mendesis (suara uap yang terlepas)atau berdenyut (sinkron dengan denyut)B $. ,pakah kebisingan terdengar sepanjang #aktuAhanya pada ruangan yang sangat sunyi ;. ,pakah terdengarnya setelah suatu paparan bising di tempat kerja atau ditempat lainB Pu!ing -. ,pakah pasien menjelaskan gejala-gejala sebagai kepala terasa

ringan,ketidakseimbangan,rasa berputar,atau cenderung untuk jatuhB Ke arah manaB ,pakah rasa pusing dipengaruhi oleh posisi kepalaBapakah pusing pada saat berbaringBapakah a#itannya berkaitan dengan bangun yang terlalu cepat dari berbaringB $. 5agaimana frekuensi dan lamanya seranganB ;. ,pakah pusing bersifat terus-menerusAepisodikB >. 5erapa lama selang #aktu seranganB :. 7ejala lainnya & mual,muntah,tinitus,rasa penuh dalam telinga,kelemahan,fluktuasi pendengaran,atau kehilangan kesadraanB *. ,dakah ri#ayat penyakit umum & DM, gangguan neurologik,

arteriosklerosis,hipertensi,gangguan jantung atau paru-paruB =. ,dakah ri#ayat alergikB Se$ret Telinga -. ,pakah diserrai gatal atau nyeriB

tiroid,sifilis

anemia,keganasan,penyakit

$. ,pakah sekret berdarah atau purulenB ,pakah berbauB ;. Sudah berapa lamaB ,pakah sekret pernah keluar sebelumnyaB

15

>. ,pakah didahului oleh suatu infeksi saluran napas bagian atas A suatu keadaan dimana telinga menjadi basahB N*eri Telinga -. Tentukan sifat-sifat nyeri $. ,pakah merupakan masalah berulangB !ika demikian,berapa sering terjadiB ;. ,pakah nyeri hanya pada telinga atau menyebar atau berasal dari tempat lainB >. ,dakah yang mencetuskan nyeri, misalnya mengunyah,menggigit,batuk atau menelan. :. ,dakah gejala-gejala kepala dan leher lainnyaB

b. Pemeri$!aan &i!i$

"ada pemeriksaan fisik, harus dimulai dari inspeksi dan palpasi aurikula (pinna) dan jaringan di sekitar telinga. Kemudian liang telinga juga harus diperiksa. ,lat yang diperlukan untuk pemeriksaaan telinga adalah lampu kepala, corong telinga, otoskop, pelilit kapas, pengait serumen, pinset telinga dan garputala.

"asien duduk dengan posisi badan condong sedikit kedepan dan kepala lebih tinggi sedikit dari kepala pemeriksa untuk memudahkan melihat liang telinga dan membran timpani.

Dimulai dengan melihat keadaan dan bentuk daun telinga, daerah belakang daun telinga (retro-aurikuler) apakah terdapat tanda peradangan atau sikatriks bekas operasi. Dengan menarik daun telinga keatas dan kebelakang, liang telinga akan menjadi lebih lurus dan akan lebih mempermudah melihat keadaan liang telinga dan membran timpani. "akailah otoskop untuk melihat lebih jelas bagian-bagian membran timpani. 1toskop dipegang dengan tangan kanan untuk memeriksa telinga kanan pasien dan dengan tangan kiri bila memeriksa telinga kiri. Supaya otoskop ini stabil maka jari kelingking tangan yang memegang otoskop ditekankan pada pipi pasien.

16

5ila terdapat serumen didalam liang telinga yang menyumbat maka serumen ini harus dikeluarkan. !ika kondisinya cair dapat dengan kapas yang dililitkan, bila konsistensinya padat atau liat dapat dikeluarkan dengan pengait dan bila berbentuk lempengan dapat di pegang dan dikeluarkan dengan pinset. !ika serumen ini sangat keras dan menyumbat seluruh liang telinga maka lebih baik dilunakan dulu dengan minyak atau karbogliserin. 5ila sudah lunak atau cair dapat dilakukan irigasi dengan air supaya liang telinga bersih.

2ji

pendengaran

dilakukan

dengan

memakai

garputala

dan

dari

hasil

pemeriksaannya dapat diketahui jenis ketulian apakah tuli konduktif atau tuli perseptif (sensorineural). 2ji penala yang dilakukan sehari-hari adalah uji pendengaran 0inne dan Deber.

Pemeri$!aan telinga Enspeksi telinga luar merupakan prosedur yang paling sederhana tapi sering terle#at. ,urikulus dan jaringan sekitarnya diinspeksi adanya deformitas, lesi cairan begitu pula ukuran simetris dan sudut penempelan ke kepala.

7erakan aurikulus normalnya tak menimbulkan nyeri. 5ila manu er ini terasa nyeri, harus dicurigai adanya otitis eksterna akut. 8yeri tekan pada saat palpasi di daerah mastoid dapat menunjukkan mastoiditis akut atau inflamasi nodus auri-kula posterior. Terkadang, kista sebaseus dan tofus (deposit mineral subkutan) terdapat pada pinna. Kulit bersisik pada atau di belakang aurikulus biasanya menunjukkan adanya dermatitis seboroik dan dapat terdapat pula di kulit kepala dan struktur #ajah.

2ntuk memeriksa kanalis auditorius eksternus dan membrana timpani, kepala pasien sedikit dijauhkan dari pemeriksa. 1toskop dipegang dengan satu tangan sementara aurikulus dipegang, dengan tangan lainnya dengan mantap dan ditarik ke atas, ke belakang dan sedikit ke luar, 4ara ini akan membuat lurus kanal pada orang de#asa, sehingga memungkinkan pemeriksa melihat lebih jelas membrana timpani. Spekulum dimasukkan dengan lembut dan perlahan ke kanalis telinga,dan mata didekatkan ke lensa pembesar otoskop untuk melihat kanalis dan membrana timpani. Spekulum terbesar yang
17

dapat dimasukkan ke telinga (biasanya : mm pada orang de#asa) dipandu dengan lembut ke ba#ah ke kanal dan agak ke depan. Karena bagian distal kanalis adalah tulang dan ditutupi selapis epitel yang sensitif, maka tekanan harus benar-benar ringan agar tidak menimbulkan nyeri. Setiap adanya cairan, inflamasi, atau benda asing< dalam kanalis auditorius eksternus dicatat.

Membrana timpani sehat ber#arna mutiara keabuan pada dasar kanalis. "enanda harus dttihat mungkin pars tensa dan kerucut cahaya, umbo, manubrium mallei, dan prosesus bre is. 7erakan memutar lambat spekulum memungkinkan penglihat lebih jauh pada lipatan malleus dan daerah perifer, dan #arna membran begitu juga tanda yang tak biasa atau de iasi kerucut cahaya dicatat. ,danya cairan, gelembung udara, atau massa di telinga tengah harus dicatat. "emeriksaan otoskop kanalis auditorius eksternus membrana timpani yang baik hanya dapat dilakukan bi kanalis tidak terisi serumen yang besar. Serumennya terdapat di kanalis eksternus, dan bila jumla sedikit tidak akan mengganggu pemeriksaan otoskop. 5ila serumen sangat lengket maka sedikit minyak mineral atau pelunak serumen dapat diteteskan dalam kanalis telinga dan pasien diinstruksikan kembali lagi.

U+i (eta+aman Au'itoriu! "erkiraan umum pendengaran pasien dapat disaring secara efektif dengan mengkaji kemampuan pasien mendengarkan bisikan kata atau detakan jam tangan. 5isikan lembut dilakukan oleh pemeriksa, yang sebelumnya telah melakukan ekshalasi penuh. Masing-masing telinga diperiksa bergantian. ,gar telinga yang satunya tak mendengar, pemeriksa menutup telinga yang tak diperiksa dengan telapak tangan. Dari jarak - sampai $ kaki dari telinga yang tak tertutup dan di luar batas penglihatan, pasien dengan ketajaman normal dapat menirukan dengan tepat apa yang dibisikkan. 5ila yang digunakan detak jam tangan, pemeriksa memegang jam tangan sejauh ; inci dari telinganya sendiri (dengan asumsi pemeriksa mempunyai pendengaran normal) dan kemudian memegang jam tangan pada jarak yang sama dari aurikulus pasien. Karena jam tangan menghasilkan suara dengan nada yang lebih tinggi daripada suara bisikan, maka kurang dapat dipercaya dan tidak dapat dipakai sebagai satu-satunya cara mengkaji ketajaman auditorius.

18

TES PENALA Penggunaan u+i ,eber 'an -inne Memungkinkan kita membedakan kehilangan akibat konduktif dengan kehilangan sensorineural.

a. Te!t -inne Tujuan melakukan tes 0inne adalah untuk membandingkan atara hantaran tulang dengan hantaran udara pada satu telinga pasien. ,da $ macam tes rinne , yaitu & -. 7arpu tala :-$ +@ kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya tegak lurus pada planum mastoid pasien (belakang meatus akustikus eksternus). Setelah pasien tidak mendengar bunyinya, segera garpu tala kita pindahkan didepan meatus akustikus eksternus pasien. Tes 0inne positif jika pasien masih dapat mendengarnya. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien tidak dapat mendengarnya. $. 7arpu tala :-$ +@ kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya secara tegak lurus pada planum mastoid pasien. Segera pindahkan garputala didepan meatus akustikus eksternus. Kita menanyakan kepada pasien apakah bunyi garputala didepan meatus akustikus eksternus lebih keras dari pada dibelakang meatus skustikus eksternus (planum mastoid). Tes rinne positif jika pasien mendengar didepan maetus akustikus eksternus lebih keras. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien mendengar didepan meatus akustikus eksternus lebih lemah atau lebih keras dibelakang.

Normal . tes rinne positif

A'a % inter reta!i 'ari ha!il te! rinne Tuli $on'u$!i . Tuli er!e !i/ ter'a at % $emung$inan . tes rine negatif (getaran dapat - 5ila pada posisi EE penderita masih didengar melalui mendengar bunyi getaran garpu tala tulang lebih lama) . - !ika posisi EE penderita ragu-ragu mendengar atau tidak (tes rinne& FA-) - "seudo negatif& terjadi pada penderita
19

telinga kanan tuli persepsi pada posisi E yang mendengar justru telinga kiri yang normal sehingga mula-mula timbul.

Kesalahan pemeriksaan pada tes rinne dapat terjadi baik berasal dari pemeriksa maupun pasien. Kesalah dari pemeriksa misalnya meletakkan garputala tidak tegak lurus, tangkai garputala mengenai rambut pasien dan kaki garputala mengenai aurikulum pasien. !uga bisa karena jaringan lemak planum mastoid pasien tebal.

Kesalahan dari pasien misalnya pasien lambat memberikan isyarat bah#a ia sudah tidak mendengar bunyi garputala saat kita menempatkan garputala di planum mastoid pasien. ,kibatnya getaran kedua kaki garputala sudah berhenti saat kita memindahkan garputala kedepan meatus akustukus eksternus.

b. Te!t ,eber Tujuan tes #eber adalah untuk membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga pasien. 4ara kita melakukan tes #eber yaitu& membunyikan garputala :-$ +@ lalu tangkainya kita letakkan tegak lurus pada garis hori@ontal. Menurut pasien, telinga mana yang mendengar atau mendengar lebih keras. !ika telinga pasien mendengar atau mendengar lebih keras - telinga maka terjadi lateralisasi ke sisi telinga tersebut. !ika kedua pasien sama-sama tidak mendengar atau sam-sama mendengar maka berarti tidak ada lateralisasi.

7etaran melalui tulang akan dialirkan ke segala arah oleh tengkorak, sehingga akan terdengar diseluruh bagian kepala. "ada keadaan ptologis pada M,E atau ca um timpani misal & otitis media purulenta pada telinga kanan. !uga adanya cairan atau pus di dalam ca um timpani ini akan bergetar, bila ada bunyi segala getaran akan didengarkan di sebelah kanan.

20

Inter reta!i

21

a.5ila pendengar mendengar lebih keras pada sisi di sebelah kanan disebut lateralisai ke kanan, disebut normal bila antara sisi kanan dan kiri sama kerasnya.

b."ada lateralisai ke kanan terdapat kemungkinannya& - Tuli konduksi sebelah kanan, misal adanya ototis media disebelah kanan. Tuli konduksi pada kedua telinga, tetapigangguannya pada telinga kanan lebih hebat. Tuli persepsi sebelah kiri sebab hantaran ke sebelah kiri terganggu, maka di dengar sebelah kanan. Tuli persepsi pada kedua telinga, tetapi sebelah kiri lebih hebat dari pada sebelah kanan. Tuli persepsi telinga dan tuli konduksi sebelah kanan jarang terdapat.

22

Te! -inne 'an Te! ,eber

Te!t S0abach Membandingkan daya transport melalui tulang mastoid antara pemeriksa (normal) dengan pasien. 7elombang-gelombang dalam endolymphe dapat ditimbulkan oleh getaran yang datang melalui udara. 7etaran yang datang melalui tengkorak, khususnya osteo temporal. Cara pemeriksaan : "emeriksa meletakkan pangkal garputala yang sudah digetarkan pada puncak kepala pasien. "asien akan mendengar suara garputala itu makin lama makin melemah dan akhirnya tidak mendengar suara garputala lagi. "ada saat garputala tidak mendengar suara garputala, maka pemeriksai akan segera memindahkan garputala itu, ke puncak kepala orang yang diketahui normal ketajaman pendengarannya mendengar suara. (pembanding). 5agi pembanding dua kemungkinan dapat terjadi & akan mendengar suara, atau tidak

Tes Sch#abach

23

4ontoh & Seorang dengan kurang pendengaran pada telinga kanan& +asil tes penala & Telinga kanan Telinga kiri 0inne 8egati e "ositif Deber 'ateralisasi kekanan Sch#abach memanjang Sesuai dengan pemeriksa (e!im ulan . tuli $on'u$ti1 a'a telinga $anan TES 0E88E "ositif 8egati e "ositif 4atatan TES DE5E0 TES S4+D,5,4+ Tidak ada lateralisasi Sama dengan pemeriksa 'ateralisasi ke telinga yang Memanjang sakit 'ateralisasi ke telinga yang Memendek sehat "ada tuli konduktif G ;% d5, DE,781SES 8ormal Tuli konduktif Tuli sensorineural

0inne bisa masih positif Table 1. (e!im ulan ha!il te! enala

Te! Berbi!i$ "emeriksaan ini bersifat semi-kuantitatif, menentukan derajat ketulian secara kasar. +al ini yang diperlukan adalah ruangan yang cukup tenang, dengan panjang minimal * meter. "ada nilai normal tes berbisik & :A*-*A*

Au'iologi Da!ar

Ketajaman pendengaran sering diukur dengan suatu audiometri. ,lat ini menghasilkan nada-nada murni dengan frekuensi melalui aerphon. "ada sestiap frekuensi ditentukan intensitas ambang dan diplotkan pada sebuah grafik sebagai prsentasi dari pendengaran normal. +al ini menghasilkan pengukuran obyektif derajat ketulian dan gambaran mengenai rentang nada yang paling terpengaruh. ,udiometri berasal dari kata audir dan metrios yang berarti mendengar dan mengukur (uji pendengaran). ,udiometri tidak saja dipergunakan untuk mengukur ketajaman pendengaran, tetapi juga dapat dipergunakan untuk menentukan lokalisasi kerusakan anatomis yang menimbulkan gangguan pendengaran.
24

Audiometri adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengetahui le el pendengaran seseorang. Dengan bantuan sebuah alat yang disebut dengan audiometri, maka derajat ketajaman pendengaran seseorang dapat dinilai. Tes audiometri diperlukan bagi seseorang yang merasa memiliki gangguan pendengeran atau seseorang yang akan bekerja pada suatu bidang yang memerlukan ketajaman pendengaran.

Dalam mendeteksi kehilangan pendengaran, audiometer adalah satu-satunya instrumen diagnostik yang paling penting. 2ji audiometri ada dua macam& (-) audiometri nada-murni, di mana stimulus suara terdiri atas nada murni atau musik (semakin keras nada sebelum pasien bisa mendengar berarti semakin besar kehilangan pendengarannya), dan ($) audiometri #icara di mana kata yang diucapkan digunakan untuk menentukan kemampuan mendengar dan membedakan suara. ,hli audiologi melakukan uji dan pasien mengenakan earphone dan sinyal mengenai nada yang didengarkan. Ketika nada dipakai secara langsung pada meatus kanalis auditorius eksternus, kita mengukur konduksi udara. 5ila stimulus diberikan pada tulang mastoid, melintas mekanisme konduksi (osikulus), langsung menguji konduksi saraf. ,gar hasilnya akurat, e aluasi audiometri dilakukan di ruangan yang kedap suara. 0espons yang dihasil-kan diplot pada grafik yang dinamakan audiogram.

&re$uen!i Merujuk pada jumlah gelombang suara yang dihasilkan oleh sumber bunyi per detik siklus perdetik atau hert@ (+@). Telinga manusia normal mampu mendengar suara dengan kisaran frek#ensi dari $% sampai $%.%%%+@. :%% sampai $%%% +@ yang paling penting untuk memahami percakapan sehari-hari yang dikenal sebagai kisaran #icara.

8ada adalah istilah untuk menggambarkan frekuensi< nada dengan frek#ensi -%% +@ dianggap sebagai nada rendah, dan nada -%.%%% +@ dianggap sebagai nada tinggi. 2nit untuk mengukur kerasnya bunyi (intensitas suara) adalah desibel (d5), tekanan yang ditimbulkan oleh suara. Kehilangan pendengaran diukur dalam decibel, yang merupakan fungsi logaritma intensitas dan tidak bisa dengan mudah dikon ersikan ke persentase. ,mbang kritis kekerasan adalah sekitas ;% d5. 5eberapa contoh intensitas suara yang

25

biasa termasuk gesekan kertas dalam lingkungan yang sunyi, terjadi pada sekitar -: d5< per kapan rendah, >% d5< dan kapal terbang jet sejauh kaki, tercatat sekitar -:% d5. Suara yang lebih keras i C% d5 didengar telinga manusia sangat keras. Suara yang terdengar tidak nyaman dapat merusak telinga dalam Timpanogram atau audiometri impedans, menggunakan refleks otot telinga tengah terhadap stimulus suara, kelenturan membrana timpani, dengan mengubah teh udara dalam kanalis telinga yang tertutup (Kelenturan akan berkurang pada penyakit telinga tertutup).

0espons batang otak auditori (,50, auditori brain sistem response) adalah potensial elektris yang dapat terteksi dari nar us kranialis 3EEE (nar us akustikus) alur auditori asendens batang otak sebagai respons stimulasi suara. Merupakan metoda objektif untuk mengukur pendengaran karena partisipasi aktif pasien sama sekali tidak diperlukan seperti pada audiogram perilaku. Elektroda ditempatkan pada dahi pasien dan stimuli akustik, biasanya dalam bentuk detak, diperdengarkan ke telinga. pengukuran elektrofisiologis yang dihasilkan dapat di tentukan tingkat desibel berapa yang dapat didengarkan pasien dan apakah ada kelainan sepanjang alur syaraf, seperti tumor pada ner us kranialis 3EEE. Elektrokokleografi (E4o7) adalah perekaman potensial elektrofisologis koklea dan ner us kranialis 3EEE bagai respons stimuli akustik. 0asio yang dihasilkan digunakan untuk membantu dalam mendiagnosa kelainan keseimbangan cairan telinga dalam seperti penyakit Meniere dan fistula perilimfe.

"rosedur ini dilakukan dengan menempatkan elektroda sedekat mungkin dengan koklea, baik di kanalis auditorius eksternus tepat di dekat membrana timpani atau melalui elektroda transtimpanik yang diletakkan melalui mambrana timpani dekat membran jendela bulat. 2ntuk persiapan pengujian, pasien diminta unluk tidak memakai diuretika selama >C jam sebelum uji dilakukan sehingga keseimbangan cairan di dalam telinga tidak berubah.

Au'iometri na'a murni Suatu sisitem uji pendengaran dengan menggunakan alat listrik yang dapat menghasilkan bunyi nada-nada murni dari berbagai frekuensi $:%-:%%, -%%%-$%%%, >%%%C%%% dan dapat diatur intensitasnya dalam satuan (d5). 5unyi yang dihasilkan disalurkan
26

melalui telepon kepala dan

ibrator tulang ketelinga orang yang diperiksa

pendengarannya. Masing-masing untuk menukur ketajaman pendengaran melalui hantaran udara dan hantaran tulang pada tingkat intensitas nilai ambang, sehingga akan didapatkan kur a hantaran tulang dan hantaran udara. Dengan membaca audiogram ini kita dapat mengetahui jenis dan derajat kurang pendengaran seseorang. 7ambaran audiogram rata-rata sejumlah orang yang berpendengaran normal dan berusia sekitar $%$. tahun merupakan nilai ambang baku pendengaran untuk nada murni.

Telinga manusia normal mampu mendengar suara dengan kisaran frekuensi $%$%.%%% +@. /rekuensi dari :%%-$%%% +@ yang paling penting untuk memahami percakapan sehari-hari.

Tabel berikut memperlihatkan klasifikasi kehilangan pendengaran Kehilangan (Desibel) %--: H-:-$: H$:->% H>%-:: H::-=% H=%-.% H.% "endengaran normal Kehilangan pendengaran kecil Kehilangan pendengaran ringan Kehilangan pendengaran sedang Kehilangan pendenngaran sedang sampai berat Kehilangan pendengaran berat Kehilangan pendengaran berat sekali Klasifikasi

27

"emeriksaan ini menghasilkan grafik nilai ambang pendengaran pasien pada stimulus nada murni. 8ilai ambang diukur dengan frekuensi yang berbeda-beda. Secara

kasar bah#a pendengaran yang normal grafik berada diatas. 7rafiknya terdiri dari skala decibel, suara dipresentasikan dengan aerphon (air kondution) dan skala skull ibrator (bone conduction). 5ila terjadi air bone gap maka mengindikasikan adanya 4+'. Turunnya nilai ambang pendengaran oleh bone conduction menggambarkan S8+'.

7ambar . "emeriksaan ,udiometri

(riteria orang tuli . 0ingan masih bisa mendengar pada intensitas $*->% d5 Sedang masih bisa mendengar pada intensitas >--*% d5 5erat sudah tidak dapat mendengar pada intensitas *--.% d5 5erat sekali tidak dapat mendengar pada intensitas H.% d5

"ada dasarnya tuli mengakibatkan gangguan komunikasi, apabila seseorang masih memiliki sisa pendengaran diharapkan dengan bantuan alat bantu dengar (,5DAhearing ,ED) suara yang ada diamplifikasi, dikeraskan oleh ,5D sehingga bisa terdengar. "rinsipnya semua tes pendengaran agar akurat hasilnya, tetap harus pada ruang kedap suara minimal sunyi. Karena kita memberikan tes pada frekuensi tertentu dengan intensitas lemah, kalau ada gangguan suara pasti akan mengganggu penilaian. "ada audiometri tutur, memng kata-kata tertentu dengan ocal dan konsonan tertentu yang dipaparkan ke penderita. Entensitas pad pemeriksaan audiometri bisa dimulai dari $% d5 bila tidak mendengar >% d5 dan seterusnya, bila mendengar intensitas bisa diturunkan % d5, berarti pendengaran baik. Tes sebelum dilakukan audiometri tentu saja perlu
28

pemeriksaan telinga & apakah congek atau tidak (ada cairan dalam telinga), apakah ada kotoran telinga (serumen), apakah ada lubang gendang telinga, untuk menentukan penyebab kurang pendengaran.

Pemeri$!aan $e!eimbangan "emeriksaan fungsi keseimbangan dapat dilakukan mulai dari pemeriksaan yang sederhana yaitu & a. U+i -omberg . berdiri, lengan dilipat pada dada, mata ditutup, orang normal dapat berdiri lebih dari ;% detik. b. U+i ber+alan 2Strepping Tes3 . berjalan di tempat :% langkah, bila tempat berubah melebihi jarak - meter dan badan berputar melebihi ;% derajat berarti sudah terdapat kelaianan. "emeriksaan keseimbangan secara obyektif dilakukan dengan "osturografi dan E87.

Posturografi ,lat pemeriksaan keseimbangan dapat menilai secara objektif dan kuantitatif kemampuan keseimbangan postural seseorang. 2ntuk menadapatkan gambaran yang benar tentang gangguan keseimbangan karena gangguan estibuler, maka input isual diganggu dengan menutup mata dan input proprioseptif dihilangkan dengan berdiri di atas tumpuan yang tidak stabil.

Elektronistagmografi (ENG) Elektronistagmografi (E87) adalah pengukuran dan grafik yang mencatat perubahan potensial elektris yang ditimbulkan oleh gerakan mata selama nistagmus yang ditimbulkan secara spontan, posisional atau kaloris. Digunakan untuk mengkaji sistem okulomotor dan estibular dan interaksi yang terjadi antara keduanya. Misalnya, pada bagian kalori uji ini, udara atau air panas dan dingin (uji kalori bitermal) dimasukkan ke kanalis auditorius eksternus, dan kemudian gerakan mata diukur. "asien diposisikan sedemikian rupa sehingga kanalis semisirkularis lateralis paralel dengan medan gra itasi dan duduk sementara elektroda dipasang pada dahi dan dekat mata. "asien diminta tidak meminum supresan estibuler seperti sedati a, penenang, antihistarnin, atau alkohol, begitu pula stimulan estibuler seperti kafein, selama $> jam sebelum pengujian. E87
29

dapat membantu diagnosis kondisi seperti penyakit Meniere dan tumor kanalis auditorius internus atau fosa posterior. "osturografi platform adalah uji untuk menyelidiki kemampuan mengontrol postural. Diuji integrasi antara bagian isual, estibuler dan proprioseptif (integrasi sensoris) dengan keluaran respons motoris dan koordinasi anggota ba#ah. "asien berdiri pada panggung (platform), dikelilingi layar, dan berbagai kondisi ditampilkan, seperti panggung bergerak dengan layar bergerak. ,mbang penerimaan #icara adalah tingkat intensitas suara di mana pasien mampu tepat membedakan dengan benar stimuli #icara sederhana. "embedaan #icara menentukan kemampuan pasien untuk membedakan suara yang berbeda, dalam bentuk kata, dalam tingkat desibel di mana suara masih terdengar. pasien terhadap enam kondisi yang berbeda diukur dan menunjukkan sistem mana yang terganggu. "ersiapan uji ini sama dengan pada E87. "ercepatan harmon sinusoidal (S+,, sinusoidal harImonic acceleration), atau kursi berputar, mengkaji sisiem estibulookuler dengan menganalisis gerakan mata kopensatoris sebagai respons putaran searah atau berla#aan arah dengan jarum jam. Meskipun uji S+, tak dapat mengidentifikasi sisi dari lesi pada penyakit unilateral, namun sangat berguna untuk mengidentifikasi adanya penyakit dan mengontrol proses penyembuhanya, persiapan pasien sama dengan yang diperlukan pada E87.

30

31

Anda mungkin juga menyukai