Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Demam thypoid adalah merupakan penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran percenaan dan gangguan kesadaran (Ngastiah, 2005).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa penyakit thypoid adalah suatu penyakit
infeksi akut yang menyerang manusia khususnya pada saluran cerna yaitu pada usus halus
yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi yang masuk melalui makanan atau minuman
yang tercemar dan di tandai dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pada
pencernaan dan lebih diperburuk dengan gangguan penurunan kesadaran.

B. Etiologi
Penyebab utama dari penyakit ini adalah kuman salmonella thypi A, B, dan C.
Kuman ini banyak terdapat di kotoran,tinja manusia dan makanan atau minuman yang
terkena kuman yang dibawa oleh lalat. Sumber utama dari penyakit ini adalah lingkungan
yang kotor dan tidak sehat. Tidak seperti virus yang dapat beterbangan di udara, bakteri ini
hidup di sanitasi yang buruk seperti lingkungan kumuh, makanan dan minuman yang tidak
higienis kuman ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui mulut, lalu menyerang tubuh,
terutama saluran cerna.

C. Patofisiologi
1. Proses Perjalanan Penyakit
Kuman salmonella thypi masuk ke dalam tubuh manusia melalui mulut dengan makanan danair
yang tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung. Sebagian lagi masuk ke usus
halus dan mencapai jaringan limfoid plaque peyeri di ileum terminalis yang mengalami
hypertropi. Di tempat ini komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal dapat terjadi. Kuman
Salmonella Thypi kemudian menembus ke lamina propia, masuk aliran limfe dan mencapai
kelenjar limfe mesenterial, yang juga mengalami hypertropi. Setelah melewati kelenjar-kelenjar
ini salmonella thypi bersarang diplaque peyeri, limfe, hati dan bagian-bagian lain sistem
retikuloenditelial. Semula disangka demam dan gejala toksemia pada demam thypoid disebabkan
oleh endotoksemia. Berdasarkan penelitian-eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia
bukan merupakan penyebab utama demam dan gejala-gejala toksemia pada demam thypoid.
Endotoksin Salmonella Thypi berperan pada patogenesis demam thypoid, karena membantu
5

terjadinya proses inflamasi lokal pada jaringan tempat Salmonella Thypi dan endotoksinnya
merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.
PATOFLOW DEMAM THYPOID
Kuman salmonella thypi, salmonella parathypi
Masuk ke saluran cerna
Sebagian
dimusnahkan
asam lambung

Sebagian masuk usus halus


Di ileum terminalis membentuk
Limfad plague peyeri
Sebagian hidup
dan menetap

Sebagian menembus lamina


propia

Perdarahan

Masuk aliran limfe

Perforasi

Masuk ke kel. Limfe


mesentrial
Menembus dan masuk aliran
darah

PERITONITIS
Masuk bersarang di hati dan
Limpa
Infeksi S Typi, Parathypi + endo
Dilepaskannya zat pirogen oleh leukosit
Pada jaringan yang meradang
DEMAM TYPOID
- Menyebabkan peningkatan suhu tubuh
- Lidah kotor
- Mual, muntah
2. Manifestasi Klinik
Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan
keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk, epitaksis,

obstipasi/diare, perasaan tidak enak di perut. Pada minggu ke II gejala sudah jelas dapat berupa
demam, bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali,
meteorismus, penurunan kesadaran.

D. Komplikasi
Kantong empedu dapat meradang dan membesar. Kuman dapat berkumpul dan
menetap pada penderita. Orang ini disebut mengenai daerah hati bahkan bisa berefek pada
kejiwaan. Yang paling berbahaya dari penyakit ini adalah apabila terjadi kebocoran usus.
Apabila terjadi maka yang harus dilakukan adalah mengoperasinya.
1. Komplikasi
a.) Perdarahan usus
b.) Perforasi usus
c.) ilius paralitik
2. Komplikasi extra intestinal
a.) Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis),

miokorklitis,

tombosis, tromboplebitis
b.) Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositophemia dan sindrom uremia hemolitik
c.) Komplikasi paru : pneumonia, empiema dan pleuritis
d.) Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis
e.) Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinefritis
f.) Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis, dan arthritis
g.) Komplikasi neuropsikiatrik : delirium meningitis, polyneuritis perifer. Polyneuritis
perifer, sindrom guilarmo bare dan sindrom katatomia.

E. Penatalaksanaan
1. Terapi
a. Diet

Diet yang sesuai seperti jenis makanan padat, lunak dan cair, cukup kalori dan tinggi
protein seperti rendah serat banyak menkonsumsi vitamin c dan b kompleks. Pada
penderita yang akut diberi bubur saring setelah bebas demam diberi bubur kasar
selama 2 hari lalu nasi tim dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari
demam selama 7 hari.
b. Obat-obatan
1) Klorampenikol
2) Tiampenikol
3) Kotrimoxazol
4) Amoxilin dan ampicilin
5) Sefalosporin generasi ketiga

c. Pencegahan
Cara pencegahan yang dilakukan pada demam typoid adalah mencuci tangan
setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan,
hindari minuman air mentah, rebus air mendidih dan hindari makanan pedas.

2. Tindakan Medis yang bertujuan untuk pengobatan


1) Tes Diagnostik
a. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam thypoid terdapat
leukopenia dan limpositosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah
sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam thypoid, jumlah leukosit pada
sediaan darah tetapi berada pada batas batas normal bahkan kadang kadang
terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh
karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam
thypoid.

b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT


SGOT dan SGPT pada demam thypoid seringkali meningkatkan tetapi
dapat kembali dengan normal setelah sembuhnya thypoid.
c. Biakan darah

Biakan darah positif hal itu menandakan demam thypoid, tetapi bila
biakan darah negative tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam thypoid.
Hal ini dikarenakan hasil biakan darah.
d. Uji widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibody
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam
serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah
divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
salmonella yang sudah dimatikan dan diatasi di laboratorium. Tujuan dari uji
widal ini adalah tidak menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang
disangka menderita thypoid akibat infeksi dan salmonella thypi, klien membuat
antibody atau aglutinin yaitu :
1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari tubuh
kuman)
2) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel
kuman)
3) Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berawal dari
simpanan kuman).
Dari ketiga Aglutinin tersebut hanya O maupun H sebesar 1/50 pada akhir
minggu I sudah mencurigakan, titer O 1/100 sudah sangat mencurigakan.

F. Konsep Tumbuh Kembang Anak Usia 4 Tahun


1) Pengertian pertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan adalah peningkatan jumlah dan ukuran bagian tubuh. Perkembangan
adalah perubahan yang terjadi secara bertahap dan tingkat yang paling rendah ketingkat
yang paling tinggi dan komplek melalui proses maturasi dan pembelajaran ( menurut
Dona L.Wong,2003.edisi 4).

2) Pada pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia pra sekolah (4 tahun) adalah:
a. Pertumbuhan fisik; berat badan rata-rata 16,7 kg dengan tinggi badan rata-rata 103
cm dan lingkar kepala rata-rata 50 cm.
b. Motorik kasar; melompat dan meloncat pada satu kaki, menangkap bola dengan tepat.

c. Motorik halus; dapat memasang sepatu tetapi tidak dapat memasang talinya, dapat
menggambar, menyalin bentuk kotak, menjiplak garis silang, menambahkan tiga
bagian pada gambar jari.
d. Sensorik; mencari tempat/suasana lingkungan yang lebih luas dalam mencari teman
bermain, tidak terlalu peka/peduli pada masalah yang terjadi di lingkungan
sekitarnya.
e. Kognitif; dapat menghitung dengan benar tetapi konsep matematika terhadap angka
buruk.
f. Bahasa; mempunyai perbendaharaan 1500 kata atau lebih, menyebutkan satu atau
lebih warna.
g. Sosialisasi; cenderung untuk keras kepala dan tidak sabar, agresif secara fisik serta
verbal, mendapat kebanggaan dalam pencapaian, keluar rumah untuk bermain dengan
teman-temannya, disekolah berinteraksi denganorang lain selain keluarga.

G. Konsep Hospitalisasi Pada Anak Usia Pra Sekolah


Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah dengan lingkungan
yang dicintainya yaitu keluarga dan terutama kelompok sosialnya dan menimbulkan
kecemasan pada Fase protes; menangis, menjerit, mencari orang tua. Fase putus asa; duduk
termenung, diam, sedih, tidak aktif, tidak mau berkomunikasi. Fase menyesuaikan diri;
menarik diri dari perawat, kehilangan kehadiran saudara kandung. Kehilangan kendali
(kontrol) juga terjadi akibat dirawat di rumah sakit karena adanya pembatasan aktivitas.
Kehilangan kontrol tersebut berdampak pada perubahan peran dalam keluarga, anak
kehilangan kelompok sosialnya karena ia biasa melakukan kegiatan bermain atau pergaulan
sosial dan adanya kelemahan fisik. Reaksi terhadap verbal maupun non verbal karena anak
sudah mampu mengontrol perilakunya jika merasa nyeri, yaitu dengan menggigit bibir dan
memegang sesuatu dengan erat, anak merasa tertekan dengan kondisi lingkungan dan
keadaan nyeri nya.

H. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dalam proses keperawatan yang meliputi aspek
bio, psiko, sosial dan spiritual secara komprehensif. Adapun yang perlu dikali adalah:
1. Identitas pasien, meliputi nama, jenis kelamin, umur, agama, alamat rumah

2. Riwayat kesehatan, meliputi kesehatan saat ini, mencakup apa yang menjadi keluhan
pasien saat ini : riwayat kesehatan masa lalu, mencakup riwayat antenatal, neonatal,
pertumbuhan dan perkembangan, penyakit yang telah di derita, obat-obatan, alergi, dan
imunisasi.
3. Riwayat kesehatan keluarga : apakah ada keluarga lain yang menderita thypoid
4. Riwayat kesehatan lingkungan : apakah lingkungan tempat tinggal pasien dekat dengan
lingkungan yang mengandung asap, debu, apakah lingkungan tempat tinggal pasien dekat
dengan pembuangan sampah
5. Psikologis : kaji apakah penyakit ini berdampak pada psikologis pasien
6. Pemenuhan kebutuhan dasar
a. Pola nutrisi : Apakah nafsu makan berkurang ? makan apa yang tidak disukai pasien ?
Apakah ada makanan dipantang ?
b. Pola tidur : Apakah ada keluhan saat tidur ? Berapa lama tidur ? Apakah ada
kebiasaan sebelum tidur ?
c. Pola eliminasi : Apakah menggunakan pencahar ? Adakah kesulitan saat eliminasi?
7. Pemeriksaan fisik
8. Pemeriksaan penunjang, pada pemeriksaan penunjang yang dilakukan seperti
laboratorium (darah, feses, urin).

I.

Diagnosa
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien Thypoid adalah:
1. Resiko tinggi ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
Hipertermi dan muntah
2. Resiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat
3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi
4. Ansietas berhubungan dengan dampak Hospitalisasi
5. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kelemahan fisik
6. Resiko tinggi infeksi sekunder berhubungan dengan tindakan invasif

7. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang informasi yang tidak
adekuat .

J. Perencanaan
Rencana keperawatan adalah strategis perawat yang isinya kegiatan dan tindakan
yang disusun serta akan dilaksanakan SMART (Spesific, Measureble, Achieveable, Realita,
Time). Berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah dirumuskan, perencanaan yang akan
diberikan secara bertahap. Beberapa langkah dalam perencanaan asuhan keperawatn antara
lain menentukan prioritas utama, tujuan, criteria hasil dan intervensi.
Adapun tujuan asuhan keperawatan yang akan dicapai pada klien dengan demam
thypoid adalah semua teratasi. Berdasarkan diagnosa keperawatan secara teoritis, maka
rumusan perencanaan keperawatan pada klien dengan thypoid, adalah sebagai berikut:
1) Resiko tinggi gangguan ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit berhubungan
dengan Hipertermi dan muntah
Tujuan : ketidakseimbangan volume cairan tidak terjadi
Kriteria Hasil : membran mukosa bibir lembab, tandavital (TD,S, N, dan RR) dalam batas
normal, tanda-tanda dehidrasi tidak ada.
Intervensi : kaji tanda-tanda dehidrasi seperti mukosa bibir kering, turgor kulit kering. Rasional
: untuk mengetahui tanda-tanda dehidrasi. Turgor kulit dan output cairan dalam 24 jam.
Rasional : kekurangan nutrisi memperburuk turgor kulit. Pantau intake dan output cairan dalam
24 jam. Rasional : untuk mengetahui keseimbangan cairan. Catat laporan atau hal-hal seperti
mual, muntah, nyeri dan distorsi lambung. Rasional : Anjurkan klien minum banyak kira-kira
2000-2500 per hari. Rasional : untuk membantu mengatasi kehilangan cairan tubuh.
2) Resiko tinggi pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat
Tujuan : resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi
Kriteria Hasil : nafsu makan bertambah, menunjukkan berat badan stabil / ideal, bising usus /
peristaltik usus normal (6-12 kali per menit) nilai laboratorium normal, konjungtiva dan
membranmukosa bibir tidak pucat.
Intervensi : Timbang berat badan klien Rasional : mengetahui penurunan berat badan. Berikan
makanan dalam porsi kecil tapi sering dalam keadaan hangat. Rasional : untuk meningkatkan
nafsu makan klien dan mencegah mual. Catat jumlah atau porsi makan yang dihabiskan oleh
klien setiap hari. Rasional: untuk mengetahui pemenuhan nutrisi klien. Berikan obat-obatan

antasida sesuai program dokter. Rasional : obat antasida membantu klien mengurangi mual dan
muntah, dengan pemberian obat tersebut diharapkan intake nutrisi klien terpenuhi.
3) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi
Tujuan : hipertermi teratasi
Kriteria Hasil : suhu, nadi, dan pernafasan dalam batas normal bebas dari kedinginan dan tidak
terjadi komplikasi yang berhubungan dengan masalah thypoid.
Intervensi : Observasi suhu tubuh klien. Rasional : untuk mengetahui keadaan umum klien.
Anjurkan keluarga untuk membatasi aktivitas klien. Rasional : agar klien tidak dehidrasi. Beri
kompres air dingin pada daerah axial, lipat paha. Rasional : untuk menurunkan suhu tubuh.
Anjurkan keluarga untuk memakai pakaian yang dapat menyerap keringat seperti katun.
Rasional : suhu tubuh tidak turun apabila banyak menggunakan bahan-bahan tebal. Kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian obat penurun panas. Rasional : untuk menurunkan suhu tubuh.

4) Cemas berhubungan dengan dampak hospitalisasi


Tujuan : cemas teratasi
Kriteria Hasil : klien tidak rewel, tidak ketakutan, tampak tenang dan dapat diajak bermain.
Rasional : agar dapat mengetahui tingkat kecemasan klien
5) Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan : kebutuhan sehari-hari
Kriteria Hasil : mampu melakukan aktivitas, bergerak dan menunjukkan
peningkatan kekuatan otot.
Intervensi : berikan lingkungan tenang dengan membatasi pengunjung.
Rasional : agar klien bisa beristirahat dengan tenang. Bantu kebutuhan sehari-hari klien seperti
mandi, BAB, BAK. Rasional : agar kebutuhan klien tercapai. Bantu klien mobilisasi secara
bertaha. Rasional : meningkatkan istirahat dengan ketenangan.
6) Resiko tinggi infeksi sekunder berhubungan dengan tindakan invasif
Tujuan : infeksi tidak terjadi
Kriteria Hasil : bebas dari eritema, bengkak, tanda-tanda infeksi dan bebas dari sekresi purulen
/ drainase serta febris.

Intervensi : Observasi TTV (S, N, RR). Rasional : untuk mengetahui keadaan umum klien.
Observasi kelancaran tetesan infus. Rasional : Monitor tanda-tanda infeksi dan antiseptik sesuai
dengan kondisi balutan infus. Rasional : Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
antibiotik sesuai indikasi. Rasional : untuk mengurangi bakteri.
7) Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang informasi yang tidak
adekuat
Tujuan : pengetahuan keluarga meningkat
Kriteria Hasil : menunjukkan pemahaman tentang penyakitnya melalui perubahan gaya hidup
dan ikut serta dalam pengobatan.
Intervensi : kaji sejauh mana tingkat pengetahuan keluarga klien tentang penyakit anaknya.
Rasional : untuk memberi informasi pada klien atau keluarga mengetahui sejauh mana informasi
atau pengetahuan yang diketahui oleh klien. Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan
perawatannya.
Rasional : orang tua klien mengetahui penyebab, tanda gejala dan pencegahan penyakit. Beri
kesempatan keluarga untuk bertanya bila ada yang belum di mengerti. Rasional : untuk
mengurangi kecemasan dan motivasi agar klien atau keluarga kooperatif selama masa perawatan
atau penyembuhan. Evaluasi kembali tentang pendidikan kesehatan. Rasional : mengetahui
tingkat pengetahuan atau respon dari pendidikan kesehatan.

K. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan tindakan keperawatan yang dilaksanakan
untuk membantu mencapai tujuan pada rencana tindakan keperawatan yang telah disusun,
prinsip dalam memberikan tindakan keperawatan menggunakan komunikasi terapeutik serta
penjelasan setiap tindakan yang diberikan pada pasien.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan secara independent, dependent dan
interdependent. Tindakan independent yaitu suatu tindakan yang dilakukan oleh perawat
tanpa petunjuk, missal perintah dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya. Tindakan
dependent adalah tindakan medis, sedangkan tindakan interdependent adalah suatu kegiatan
yang memerlukan suatu kerjasama dengan petugas kesehatan lainnya misal; dengan tenaga
sosial, ahli gizi, fisioterapi.
Dalam melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan penyakit thypoid yang
harus diperhatikan adalah cairan, hipertermi, nutrisi, kelemahan fisik, cemas, dan kurang
pengetahuan. Setiap tindakan yang telah dilakukan dicatat dalam keperawatan, tidak ada
tanda-tanda infeksi, tidak ada perdarahan yang hebat, nafsu makan klien meningkat dan tidak
lemas.

L. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir proses keperawatan yang dapat digunakan sebagai
alat ukur keberhasilan suatu asuhan keperawatan yang telah dibuat meskipun dianggap tahap
akhir dari proses keperawatan, evaluasi, ini berguna untuk menilai setiap langkah
dalammencapai tujuan akhir dan untuk mengevaluasi reaksi dalam menentukan keefektifan
rencana atau perlu diubah dan membantu asuhan keperawatan yang baru atau masalah baru.
Evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir yang menggambarkan apakah tujuan tercapai
sebagian atau tidak sesuai dengan rencana atau hanya akan timbul masalah, Adapun evaluasi
akhir yang diharapkan pada klien adalah suhu tubuh dalam batas normal, nutrisi terpenuhi.

Anda mungkin juga menyukai