Anda di halaman 1dari 18

LI.1.

Mampu memahami dan menjelaskan Anatomi Mikroskopik kulit


Struktur Kulit
Struktur kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu : kulit ari (epidermis), kulit jangat (dermis, korium atau kutis) dan
jaringan penyambung di bawah kulit (tela subkutanea, hipodermis atau subkutis).

1) Kulit Ari (epidermis)


Epidermis merupakan bagian kulit paling luar yang paling menarik untuk diperhatikan dalam perawatan
kulit, karena kosmetik dipakai pada bagian epidermis. Sel-sel epidermis disebut keratinosit. Secara fungsional
epidermis memperoleh zat-zat makanan dan cairan antar sel dari plasma yang merembes melalui dindingdinding kapiler dermis ke dalam epidermis. Pada epidermis dibedakan atas lima lapisan kulit, yaitu:
a. Lapisan tanduk (stratum corneum) terdiri atas beberapa lapis sel pipih, tidak memiliki inti, tidak
mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit mengandung air. Pada telapak tangan
dan telapak kaki jumlah baris keratinosit jauh lebih banyak, karena di bagian ini lapisan tanduk jauh
lebih tebal. Lapisan tanduk ini sebagian besar terdiri atas keratin yaitu sejenis protein yang tidak larut
dalam air dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. Lapisan ini dikenal dengan lapisan horny,
terdiri dari milyaran sel pipih yang mudah terlepas dan digantikan oleh sel yang baru setiap 4 minggu,
karena usia setiap sel biasanya hanya 28 hari. Pada saat terlepas, kondisi kulit akan terasa sedikit kasar
sampai muncul lapisan baru. Proses pembaruan lapisan tanduk, terus berlangsung sepanjang hidup,
menjadikan kulit ari memiliki self repairing capacity atau kemampuan memperbaiki diri. Bertambahnya
usia dapat menyebabkan proses keratinisasi berjalan lebih lambat. Ketika usia mencapai sekitar 60
tahunan, proses keratinisasi, membutuhkan waktu sekitar 45 - 50 hari, akibatnya lapisan tanduk yang
sudah menjadi lebih kasar, lebih kering, lebih tebal, timbul bercak-bercak putih karena melanosit lambat
bekerja dan penyebaran melanin tidak lagi merata serta tidak lagi cepat digantikan oleh lapisan tanduk
baru. Daya elastisitas kulit pada lapisan ini sangat kecil, dan lapisan ini sangat efektif untuk mencegah
terjadinya penguapan air dari lapis-lapis kulit lebih dalam sehingga mampu memelihara tonus dan
turgor kulit, tetapi lapisan tanduk memiliki daya serap air yang cukup besar.
b. Lapisan bening (stratum lucidum) disebut juga lapisan barrier, terletak tepat di bawah lapisan tanduk,
dan dianggap sebagai penyambung lapisan tanduk dengan lapisan berbutir. Lapisan bening terdiri dari
protoplasma sel-sel jernih yang kecil-kecil, tipis dan bersifat translusen sehingga dapat dilewati sinar
(tembus cahaya). Lapisan ini sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki. Proses
keratinisasi bermula dari lapisan bening.
c. Lapisan berbutir (stratum granulosum) tersusun oleh sel-sel keratinosit berbentuk kumparan yang
mengandung butir-butir di dalam protoplasmanya, berbutir kasa dan berinti mengkerut. Lapisan ini
tampak paling jelas pada kulit telapak tangan dan telapak kaki.
d. Lapisan bertaju (stratum spinosum) disebut juga lapisan malphigi terdiri atas sel-sel yang saling
berhubungan dengan perantaraan jembatan-jembatan protoplasma berbentuk kubus. Setiap sel berisi
filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein. Sel-sel pada lapisan taju normal, tersusun
menjadi beberapa baris. Bentuk sel berkisar antara bulat ke bersudut banyak (polygonal), dan makin ke
arah permukaan kulit makin besar ukurannya. Di antara sel-sel taju terdapat celah antar sel halus yang
berguna untuk peredaran cairan jaringan ekstraseluler dan pengantaran butir-butir melanin. Sel-sel di
bagian lapis taju yang lebih dalam, banyak yang berada dalam salah satu tahap mitosis. Kesatuan

lapisan taju mempunyai susunan kimiawi yang khas; inti-inti sel dalam bagian basal lapis taju
mengandung kolesterol, asam amino dan glutation.
e. Lapisan benih (stratum germinativum atau stratum basale) merupakan lapisan terbawah epidermis,
dibentuk oleh satu baris sel torak (silinder) dengan kedudukan tegak lurus terhadap permukaan dermis.
Alas sel-sel torak ini bergerigi dan bersatu dengan lamina basalis di bawahnya. Lamina basalis yaitu
struktur halus yang membatasi epidermis dengan dermis. Pengaruh lamina basalis cukup besar terhadap
pengaturan metabolisme demo-epidermal dan fungsi-fungsi vital kulit. Di dalam lapisan ini sel-sel
epidermis bertambah banyak melalui mitosis dan sel-sel tadi bergeser ke lapisan-lapisan lebih atas,
akhirnya menjadi sel tanduk. Di dalam lapisan benih terdapat pula sel-sel bening (clear cells,
melanoblas atau melanosit) pembuat pigmen melanin kulit.

2) Kulit Jangat (dermis)


Kulit jangat atau dermis menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat keberadaan kandung rambut, kelenjar
keringat, kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh darah, kelenjar getah bening dan otot penegak rambut
(muskulus arektor pili). Sel-sel umbi rambut yang berada di dasar kandung rambut, terus-menerus membelah
dalam membentuk batang rambut. Kelenjar palit yang menempel di saluran kandung rambut, menghasilkan
minyak yang mencapai permukaan kulit melalui muara kandung rambut.
Ketebalan kulit jangat yang paling tipis terdapat di kelopak mata serta yang paling tebal terdapat di telapak
tangan dan telapak kaki. Susunan dasar kulit jangat dibentuk oleh serat-serat, matriks interfibrilar. Keberadaan
ujung-ujung saraf perasa dalam kulit jangat, memungkinkan membedakan berbagai rangsangan dari luar.
Masing-masing saraf perasa memiliki fungsi tertentu, seperti saraf dengan fungsi mendeteksi rasa sakit,
sentuhan, tekanan, panas, dan dingin. Saraf perasa juga memungkinkan segera bereaksi terhadap hal-hal seperti
jika kita mendadak menjadi sangat takut atau sangat tegang, otot penegak rambut yang menempel di kandung
rambut, akan mengerut dan menjadikan bulu roma atau bulu kuduk berdiri.
Kelenjar palit yang menempel di kandung rambut memproduksi minyak untuk melumasi permukaan kulit
dan batang rambut. Sekresi minyaknya dikeluarkan melalui muara kandung rambut. Kelenjar keringat
menghasilkan cairan keringat yang dikeluarkan ke permukaan kulit melalui pori-pori kulit. Di permukaan kulit,
minyak dan keringat membentuk lapisan pelindung yang disebut acid mantel atau sawar asam dengan nilai pH
sekitar 5,5. sawar asam merupakan penghalang alami yang efektif dalam menangkal berkembang biaknya
jamur, bakteri dan berbagai jasad renik lainnya di permukaan kulit. Keberadaan dan keseimbangan nilai pH,
perlu terus-menerus dipertahankan dan dijaga agar jangan sampai menghilang oleh pemakaian kosmetika.
Perlu diperhatikan bahwa luka yang terjadi di kulit jangat dapat menimbulkan cacat permanen, hal ini
disebabkan kulit jangat tidak memiliki kemampuan memperbaiki diri sendiri seperti yang dimiliki kulit ari. Di
dalam lapisan kulit jangat terdapat dua macam kelenjar yaitu kelenjar keringat dan kelenjar palit.
Reseptor-reseptor pada kulit :
1. Reseptor Meisner, reseptor yang khusus untuk merespon sentuhan
2. Reseptor Paccini, reseptor yang khusus untuk merespon rangsangan yang berupa tekanan
3. Reseptor Ruffini, reseptor yang khusus untuk merespon rangsangan yang berupa panas
4. Reseptor Krause, reseptor yang khusus untuk merespon rangsangan yang berupa dingin
5. Reseptor Tanpa Selaput, reseptor yang khusus untuk merespon rangsangan yang berupa nyeri/sakit
3) Jaringan penyambung (jaringan ikat) bawah kulit (hipodermis)
Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah dan limfe, saraf-saraf yang berjalan
sejajar dengan permukaan kulit. Cabang-cabang dari pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf menuju lapisan kulit
jangat. Jaringan ikat bawah kulit berfungsi sebagai bantalan atau penyangga benturan bagi organ-organ tubuh
bagian dalam, membentuk kontur tubuh dan sebagai cadangan makanan.

Ketebalan dan kedalaman jaringan lemak bervariasi sepanjang kontur tubuh, paling tebal di daerah pantat
dan paling tipis terdapat di kelopak mata. Jika usia menjadi tua, kinerja liposit dalam jaringan ikat bawah kulit
juga menurun. Bagian tubuh
yang sebelumnya berisi banyak
lemak, lemaknya berkurang
sehingga kulit akan mengendur
serta makin kehilangan kontur.

LI.2. Mampu memahami dan menjelaskan Fisiologi kulit


Kulit merupakan organ tubuh paling besar yang melapisi seluruh bagian tubuh, membungkus daging dan
organ-organ yang ada di dalamnya. Kulit memiliki fungsi melindungi bagian tubuh dari berbagai macam
gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti
pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-sel kulit ari yang sudah mati),
respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat serta pembentukan pigmen melanin untuk
melindungi kulit dari bahaya sinar ultra violet matahari. Kulit merupakan suatu kelenjar holokrin yang cukup
besar dan seperti jaringan tubuh lainnya, kulit juga bernafas (respirasi), menyerap oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida. Kulit menyerap oksigen yang diambil lebih banyak dari aliran darah, begitu pula dalam
pengeluaran karbondioksida yang lebih banyak dikeluarkan melalui aliran darah.
Kecepatan penyerapan oksigen ke dalam kulit dan pengeluaran karbondioksida dari kulit tergantung pada
banyak faktor di dalam maupun di luar kulit, seperti temperatur udara atau suhu, komposisi gas di sekitar kulit,
kelembaban udara, kecepatan aliran darah ke kulit, tekanan gas di dalam darah kulit, penyakit-penyakit kulit,
usia, keadaan vitamin dan hormon di kulit, perubahan dalam metabolisme sel kulit dan pemakaian bahan kimia
pada kulit.
Fungsi Kulit
1.Proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis, gangguan kimiawi, gangguan
bersifat panas, serta gangguan infeksi luar terutama kuman/bakteri maupun jamur. Gangguan fisik dan mekanik
ditanggulangi dengan adanya bantalan lemak subkutis, tebalnya lapisan kilit, dan serabut penunjang yang
berfungsi sebagai pelindung bagian luar tubuh. Gangguan sinar UV diatasi oleh sel melanin yang menyerap
sebagian sinar tersebut. Gangguan kimiawi ditanggulangi dengan adanya lemak permukaan kulit yang berasal
dari kelenjar palit kulit yang mempunyai pH 5,0 6,5. Lemak permukaan kulit juga berperan dalam mengatasi
banyak mikroba yang ingin masuk ke dalam kulit.
2.Absorpsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan, maupun benda padat. tetapi cairan yang mudah menguap
lebih mungkin diserap kulit, begitu pula zat yang larut dalam minyak. Permeabilitas kulit terhadap gas CO2 atau
O2 mengungkapkan kemungkinan kulit mempunyai peran dalam fungsi respirasi. Kemampuan absorpsi tersebut
dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme dan jenis vehikulum.
3.Eksresi
Kelenjar-kelenjar pada kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna atau sisa metabolisme dalam tubuh
misalnya NaCl, urea, amonia, dan sedikit lemak. Kelenjar lemak pada fetus, atas pengaruh hormon androgen
dari ibunya, akan menghasilkan sebum untuk melindungi kulitnya terhadap cairan amnion yang pada waktu
lahir disebut vernix caseosa. Sebum yang diproduksi kelenjar palit kulit melindungi kulit dengan cara
meminyaki kulit dan menahan penguapan yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering. Produk kelenjar
lemak dan keringat di permukaan kulit membentuk keasaman kulit pada pH 5 6,5. Penguapan air dari dalam
tubuh dapat pula terjadi secara difusi melaui sel-sel epidermis, tetapi karena sel epidermis baik fungsi sawarnya,

maka kehilangan air melalui sel epidermis (transepidermal water loss) dapat dicegah agar tidak melebihi
kebutuhan tubuh.
4.Persepsi
Rangsang panas : badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis.
Rangsang dingin : badan-badan Krause yang terletak di dermis.
Rangsang rabaan : badan taktil Meissner di papilla dermis dan badan Merkel Ranvier di epidermis.
Rangsang tekan : badan Paccini di epidermis.
5.Pengaturan suhu tubuh
Kulit melakukan peran ini dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan otot dinding pembuluh
darah kulit. Pada keadaan suhu meningkat, kelenjar keringat mengeluarkan banyak keringat ke permukaan kulit
dan dengan penguapan keringat tersebut terbuang pula kalori/panas tubuh. Vasokonstriksi pembuluh darah
kapiler kulit menyebabkan kulit melindungi diri dari kehilangan panas pada waktu dingin. Kulit kaya akan
pembuluh darah kapiler sehingga cara ini cukup efektif. Mekanisme termoregulasi ini diatur oleh sistem saraf
simpatis yang mengeluarkan zat perantara asetilkolin. Dinding pembuluh darah kulit pada bayi belum berfungsi
secara sempurna sehingga mekanisme termoregulasi belum berjalan dengan baik.
6.Pembentukan pigmen
Perbandingan jumlah sel basal : melanosit adalah 10 : 1. Jumlah melanosit dan jumlah serta besarnya butiran
pigmen menentukan warna kulit ras maupun individu. Pajanan sinar matahari mempengaruhi produksi
melanosom. Pigmen disebar ke epidermis melalui tangan-tangan dendrite, sedangkan pada dermis melalui sel
melanofag. Warna kulit juga dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, reduksi Hb, oksi Hb dan karoten.
7.Keratinisasi
Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan, sel basal yang lain akan berpindah ke atas
dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas makin gepeng dan bergranula menjadi sel
granulosum. Makin lama inti menghilangdan keratinosit ini menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini
berlangsung normal selama kira-kira 14-21 hari dan member perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis
fisiologik.
8.Pembentukan vitamin D
Ternyata kulit juga dapat membuat vitamin D dari bahan baku 7-dihidroksi kolesterol dengan bantuan sinar
matahari. Namun produksi ini masih lebih rendah dari kebutuhan tubuh akan vitamin D sehingga diperlukan
tambahan vitamin D dari luar melaui makanan.
9.Fungsi Ekspresi Emosi
Hasil gabungan fungsi yang telah disebut di atas menyebabkan kulit mampu berfungsi sebagai alat
untuk menentukan emosi yang terdapat dalam jiwa manusia. Kegembiraan dapat dinyatakan oleh otot kulit
muka yang relaksasi dan tersenyum, kesedihan diutarakan oleh kelenjar air mata yang meneteskan air matanya,
ketegangan dengan otot kulit dan kelenjar keringat, ketakutan oleh kontraksi pembuluh darah kapiler kulit
sehingga kulit menjadi pucat dan rasa erotik oleh kelenjar minyak dan pembuluh darah kulit yang melebar
sehingga kulit tampak semakin merah, berminyak, dan menyebarkan bau khas.Semua fungsi kulit pada manusia
berguna untuk mempertahankan kehidupannya sama seperti organ tubuh lain.
10. Pembentukan warna pada kulit
Warna pada kulit dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu pigmentasi epidermis dan sirkulasi kapiler yang ada di
lapisan dermis. Pigmentasi epidermis dipengaruhi oleh dua pigmen, yaitu karoten dan melanin.
Karoten merupakan pigmen merah-jingga yang berakumulasi di epidermis. Paling banyak terdapat di stratum
korneum pada orang berkulit terang, juga di jaringan lemak pada lapisan dermis dan subkutis. Perubahan
warna yang diakibatkan oleh karoten paling terlihat pada orang berkulit pucat, sedangkan pada orang berkulit
gelap sulit terlihat. Karoten dapat dikonversi menjadi vitamin A yang diperlukan untuk pemeliharaan epitel
dan sintesis fotoreseptor di mata.
Melanin merupakan pigmen kuning-coklat, atau hitam yang diproduksi oleh melanosit. Melanosit sendiri
berada di antara sel-sel basal dan memiliki juluran ke sel-sel di atasnya. Perbandingan jumlah melanosit dan
sel basal bervariasi, mulai dari 1:20 sampai 1:4. Badan Golgi melanosit membentuk melanin dari tyrosin
dengan bantuan Cu dan oksigen, lalu mengemasnya menjadi vesikel-vesikel melanosom. Melanosom ini

akan dihantarkan melalui juluran melanosit dan mewarnai sel-sel keratin di atasnya sampai didegradasi oleh
lisosom.
Jumlah melanosit baik pada orang kulit hitam maupun kulit putih adalah sama, yang berbeda adalah aktivitas
dan produksi pigmennya (melanosit). Pada orang kulit pucat transfer melanosom hanya sebatas stratum
spinosum, sedangkan pada orang berkulit gelap melanosom dapat dihantarkan hingga ke stratum granulosum.
LI.3. Mampu memahami dan menjelaskan Mycosis
LO.3.1. Memahami dan menjelaskan Definisi Mycosis
Dermatomikosis adalah penyakit pada kulit, kuku, rambut, danmukosa yang disebabkan infeksi jamur.
Dermatomikosis mempunyai arti umum, yaitu semua penyakit jamur yang menyerang kulit. Penyakit jamur atau
mikosis dibagi menjadi : mikosis profunda dan mikosis superfisialis.
LO.3.2. Memahami dan menjelaskan Klasifikasi Dermatomycosis
A. Mikosis profunda
Mikosis profunda terdiri atas beberapa penyakit yang disebabkan jamur, dengan gejala klinis tertetentu yang
menyerang alat di bawah kulit, misalnya traktus intestinalis, traktus respiratorius, traktus urogenitalis, susunan
saraf sentral, otot, tulang, susunan kardiovaskular. Kelainan kulit pada mikosis profunda dapat berupa afek
primer, maupun akibat proses dari jaringan di bawahnya (per kontinuitatum).
Dikenal beberapa penyakit jamur profunda yang klinis dan manifestasinya berbeda satu dengan yang lain.
CONANT dkk. (1977) misalnya mencantumkan dalam bukunya Manual of Clinical Mycology berbagai
penyakit, yaitu :
1. Aktinomikosis
2. Nokardiosis
3. Antinomikosis misetoma
4. Blastomikosis
5. Parakoksidiodomikosis
6. Lobomikosis
7. Koksidiodomikosis
8. Histoplasmosis
9. Histoplasmosis Afrika
10.Kriptokokosis

11.Kandidiosis
12.Geotrikosis
13.Aspergillosis
14.Fikomikosis
15.Sporotrikosis
16.Maduromikosis
17.Rinosporidiosis
18.Kromoblastomikosis
19.Infeksi yang disebabkan jamur Dematiceae
( berpigmen coklat)

Diantara 19 macam penyakit jamur profunda yang disebutkan di atas aktinomikosis menurut RIPPON (1974)
sudah bukan penyakit jamur asli. Ia cenderung memasukkan Actinomyces dan Nocardia atau bacteria-like fungi
ini di dalam golongan bakteri, walaupun masih mempunyai sifat sifat jamur yaitu branching di dalam jaringan
(membentuk anyaman luas benang jamur pada jaringan maupun media biakan). Namun Actinomyces dan
Nocardia mempunyai sifat khas bakteri , yaitu adanya asam muramik pada dinding sel, tidak mempunyai inti sel
yang karakteristik, tidak mempunyai mitokondria, besar mikoorganisme khas untuk bakteri, dan dapat dihambat
oleh obat obatan anti bacterial.
Mikosis profunda biasanya dalam klinik sebagai penyakit kronik dan residif. Manifestasi klinik morfologik
dapat berupa tumor, infiltasi peradangan vegetatif, fistel, ulkus, atau sinus, tersendiri maupun bersamaan.
Mengingat banyaknya penyakit yang dapat memenuhi kedua syarat tersebut, misalnya tuberculosis, lepra, sifilis,
frambusia, keganasan, sarcoidosis, dan pioderma kronik, maka pemeriksaan tambahan untuk verifikasi sangat
diperlukan.

MISETOMA
Misetoma adalah penyakit kronik, supuratif granulomatosa yang dapat disebabkan Actinomyces, Nocardia ,
dan Eumycetes atau jamur berpigmen.
Etiologi :
Actinomyces disebut Actinomycotic mycetoma
Botryomycosis yang disebabkan oleh bakteri
Madurromycosis yang disebabkan oleh jamur
berfilamen
Gejala klinis :

Pembengkakan
Abses
Sinus, didalamnya ditemukan
(granula)
yang
berpigmen
dikeluarkan melalui eksudat
Fistel multiple

butir-butir
kemudian

Diagnosis:
Diagnosis dibuat berdasarkan klinis morfologik sesuai dengan uraian diatas. Namun bila disokong dengan
gambaran histologic dan hasil biakan, diagnosis akan lebih mantap. Lagi pula penentuan spesies penyebab
sangat penting untuk terapi dan prognosis
Tatalaksana:
Pengobatan misetoma biasanya harus disertai radikal, bahkan amputasi kadang kadang perlu
dipertimbangkan. Obat obat , misalnya kombinasi kotrimoksazol dengan streptomisin dapat bermanfaat , bila
penyakit yang dihadapi adalah misetoma aktinomikotik, tetapi pengobatan memerlukan waktu lama ( 9bulan1tahun) dan bila kelainan belum meluas benar. Obat obat baru antifungal , misalnya itrakonazol dapat
dipertimbangkan untuk misetoma maduromikotik.
Prognosis:
umumnya baik. Pada maduromikosis prognosis quo ad sanationam tidak begitu baik bila dibandingkan
dengan aktinomikosis/botriomikosis. Diseminasi limfogen atau hematogen dengan lesi pada alat alat dalam
merupakan kecualian

SPOROTRIKOSIS
Infeksi koronis yang disebabkan Sporotrichium schenkii dan ditandai dengan pembesaran kelenjar getah
bening. Kulit dan jaringan subkutis di atas nodus sering melunak dan pecah membentuk ulkus yang indolen.
Penyakit jamur ini mempunyai insidens yang cukup tinggi pada daerah tertentu, dan ditemukan pada pekerja
hutan maupun petani.
Pengobatan yang memuaskan biasanya dicapai dengan pemberian larutan kalium yodida jenuh oral. Dalam
hal yang rekalsitran pengobatan dengan amfoterisin B atau itrakonazol dapat diberikan.

KROMOMIKOSIS
Kromomikosis atau kromoblastomikosis atau dermatitis verukosa adalah penyakit jamur yang disebabkan
bermacam-macam jamur berwarna (dematiaceous). Penyakit ini ditandai dengan pembentukan nodus verukosa
kutan yang perlahan-lahan, sehingga akhirnya membentuk vegetasi papilomatosa yang besar. Pertumbahan ini
dapat menjadi ulkus atau tidak, biasanya ada di kaki dan tungkai, namun lokalisasi di tempat lain pernah
ditemukan, misalnya pada tangan, muka, telinga, leher, dada, dan bokong. Penyakit ini kadang-kadang dilihat di
Indonesia. Sumber penyakit biasanya dari alam dan terjadi infeksi melalui trauma.
Pada akhir-akhir ini hasil pengobatan yang memuaskan dicapai dengan kombinasi amfoteresin B dan 5fluorositosin. Demikian pula pengobatan dengan kantong-kantong panas di JEpang. Prognosis, seperti diuraikan
oada hasil terapi di atas. Itrakonazol pada akhir-akhir ini memberikan harapan baru pada penyakit ini, terutama
bila penyebabnya adalah Cladosporium carrionii.

ZIGOMIKOSIS, FIKOMIKOSIS, MUKORMIKOSIS


Zygomycetes meliputi banyak genera, yaitu Mucor, Rhizopus, Absidia, Mortierella dan Cunning-hamella.
Penyakit yang disebabkan oleh golongan jamur ini dapat disebut sesuai dengan lokalisasi atau alat dalam yang
terserang. Contohnya rinozigomikosis, otozigomikosis, zigomikosis subkutan, zigomikosis fasiale, atau
zigomikosis generalisata. Golongan penyakit jamur ini dapat dinamakan juga sesuai dengan jamur
penyebabnya, misalnya mukomikosis dan sebagainya.
Oleh karena penyakit ini disebabkan jamur yang pada dasarnya oportunistik, maka pada orang sehat jarang
ditemukan. Diabetes mellitus, misalnya merupakan factor predisposisi. Demikian pula penyakit primer berat
yang lain.
Fikomikosis subkutan adalah salah satu bentuk penyakit golongan ini yang kadang-kadang dilihat di bagian
kulit dan kelamin. Penyakit ini untuk pertama kali dilaporkan di Indonesia pada tahun 1956. Kelainan timbul di
jaringan subkutan Antara lain di dada, perut, atau lengan atas sebagai nodus subkutan yang perlahan-lahan
membesar setelah sekian waktu. Nodus tersebut konsistensinya keras dan kadang-kadang dapat terjadi infeksi
sekunder. Penderita pada umumnya tidak demam dan tidak disertai pembesaran kelenjar getah bening regional.
Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologik dan biakan. Jamur agak khas, hifa lebar 6-50 miu,
seperti pita, tidak bersepta dan coenocytic. Sebagai terapi fikomikosis subkutan dapat diberikan larutan jernih
kalium yodida. Mulai dari 10-15 tetes 3 kali seharu dan perlahan-lahan dinaikan sampai terlihat gejala
intoksikasi, penderita mual dan muntah. Kemudian dosis diturunkan 1-2 tetes dan dipertahankan terus sampai
tumor menghilang. Itrakonazo; berhasil mengatasi fikomikosis subkutan dengan baik. Dosis yang diberikan
sebanyak 200mg sehari selama 2-3 bulan. Prognosis bentuk klinis ini umumnya baik.

B. Mikosis superfisialis

Mikosis superfisialis adalah penyakit kulit yang disebabkan jamur, yang mengenailapisan kulit paling atas
(epidermis). Penyakit ini dapat menyerang kulit, rambut, atau kuku. Mikosis superfisial digolongkan menjadi
dua :
1. Dermatofitosis
2. Non-dermatofitosis, terdiri atas berbagai penyakit:
penyakit yang disebabkan oleh jamur yang bukan golongan dermatofita.
- Pitriasis versikolor
- Piedra hitam
- Piedra putih
- Tinea nigra palmaris
- Otomikosis
- Keratomikosis
LI.4. Mampu memahami dan menjelaskan Dermatofitosis
LO.4.1. Memahami dan menjelaskan Definisi Dermatofitosis
Dermatofitosis adalah penyakit yang disebabkan oleh kolonisasi jamur dermatofit yang menyerang jaringan
yang mengandung keratin seperti stratum korneum kulit, rambut dan kuku pada manusia dan hewan.
LO.4.2. Memahami dan menjelaskan Epidemiologi Dermatofitosis
Indonesia termasuk wilayah yang baik untuk pertumbuhan jamur, sehingga dapat ditemukan hampir di
semua tempat. Sebuah penelitian retrospektif yang dilakukan pada penderita dermatomikosis yang dirawat di
IRNA Penyakit Kulit Dan Kelamin RSU Dr. Soetomo Surabaya dalam kurun waktu antara 2 Januari 1998
sampai dengan 31 Desember 2002. Dari pengamatan selama 5 tahun didapatkan 19 penderita dermatomikosis.
Kasus terbanyak terjadi pada usia antara 15-24 tahun (26,3%), penderita wanita hampir sebanding dengan lakilaki(10:9). Dermatomikosis terbanyak ialah Tinea Kapitis, Aktinomisetoma, Tinea Kruris et Korporis,
Kandidiasis Oral, dan Kandidiasis Vulvovaginalis.
Onset usia terjadi pada anak kecil yang baru belajar berjalan (toddlers) dan anak usia sekolah. Paling sering
menyerang anak berusia 6-10 tahun dan juga pada usia dewasa.9
Frekuensi infeksi pada spesies tertentu antara lain:
Sekitar 58% dermatofita yang terisolasi adalah trichophyton rubrum
27% Trichophyton mentagrophytes
7% Trichophyton verrucosum
3% Trichophyton tonsurans
Kecil dari 1 % yang terisolasi: Epidermophyton floccosum, Microsporum audouinii, Microsporum canis,
Microsporum equinum, Microsporum nanum, Microsporum versicolor, Trichophyton equinum, Trichophyton
kanei, Trichophyton raubitschekii, and Trichophyton violaceum.
LO.4.3. Memahami dan menjelaskan Etiologi Dermatofitosis

Microsporum
Kelompok dermatofita yang bersifat keratofilik, hidup pada tubuh manusia (antropofilik) atau pada hewan
(zoofilik). Merupakan bentuk aseksual dari jamur. Koloni mikrosporum adalah glabrous, serbuk halus, seperti
wool atau powder. Pertumbuhan pada agar Sabouraud dextrose pada 25C mungkin melambat atau sedikit cepat
dan diameter dari koloni bervariasi 1- 9 cm setelah 7 hari pengeraman. Warna dari koloni bervariasi tergantung
pada jenis itu. Mungkin saja putih seperti wol halus yang masih putih atau menguning sampai cinamon.

Epidermophyton
Jenis Epidermophyton terdiri dari dua jenis; Epidermophyton floccosum dan Epidermophyton stockdaleae.
E. stockdaleae dikenal sebagai non-patogenik, sedangkan E. floccosum satu-satunya jenis yang menyebabkan
infeksi pada manusia. E. floccosum adalah satu penyebab tersering dermatofitosis pada individu tidak sehat.
Menginfeksi kulit (tinea corporis, tinea cruris, tinea pedis) dan kuku (onychomycosis). Infeksi terbatas kepada
lapisan korneum kulit luar.koloni E. floccosum tumbuh cepat dan matur dalam 10 hari. Diikuti inkubasi pada
suhu 25 C pada agar potato-dextrose, koloni kuning kecoklat-coklatan

Tricophyton
Trichophyton adalah suatu dermatofita yang hidup di tanah, binatang atau manusia. Berdasarkan tempat
tinggal terdiri atas anthropophilic, zoophilic, dan geophilic. Trichophyton concentricum adalah endemic pulau
Pacifik, Bagian tenggara Asia, dan Amerika Pusat. Trichophyton adalah satu penyebab infeksi pada rambut,
kulit, dan kuku pada manusia.

LO.4.4. Memahami dan menjelaskan Klasifikasi Dermatofitosis


Klasifikasi yang paling sering dipakai oleh para spesialis kulit adalah berdasarkan lokasi:
a. Tinea kapitis, tinea pada kulit dan rambut kepala
b.Tinea barbe, dermatofitosis pada dagu dan jengggot.
c. Tinea kruris, dermatofita pada daerah genitokrural, sekitar anus, bokong, dan kadang-kadang sampai perut
bagian bawah.
d.Tinea pedis et manum, dermatofitosis pada kaki dan tangan.
e. Tinea unguium, tinea pada kuku kaki dan tangan.
f. Tinea facialis, tinea yang meliputi bagian wajah
g.Tinea korporis, dermatofitosis pada bagian lain yang tidak termasuk 5 bentuk tinea diatas.
Selain 6 bentuk tinea di atas masih dikenal istilah yang mempunyai arti khusus, yaitu:
1.Tinea imbrikata: dermatofitosis dengan susunan skuama yang kosentris dan disebabkan oleh tricophyton
concentricum.
2.Tinea favosa atau favus: dermatofitosis yang terutama disebabkan oleh tricophyton schoenleini: secara
klinis antara lain berbentuk skutula dan berbau seperti tikus (mousy odor).
3.Tinea sirsinata, arkuata yang merupakan penamaan deskriptif dari morfologinya.
4.Tinea incognito: dermatofitosis dengan bentuk klinis tidak khas oleh karena telah diobati dengan steroid
topical kuat.
LO.4.5. Memahami dan menjelaskan Patofisiologi Dermatofitosis
Penyebab utama dari tinea cruris Trichopyhton rubrum (90%) dan Epidermophython fluccosum
Trichophyton mentagrophytes (4%), Trichopyhton tonsurans (6%). Cara penularan jamur dapat secara langsung
maupun tidak langsung. Penularan langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut yang mengandung jamur baik
dari manusia, binatang, atau tanah. Penularan tidak langsung dapat melalui tanaman, kayu yang dihinggapi
jamur, pakaian debu. Agen penyebab juga dapat ditularkan melalui kontaminasi dengan pakaian, handuk atau
sprei penderita atau autoinokulasi dari tinea pedis, tinea inguium, dan tinea manum. Jamur ini menghasilkan
keratinase yang mencerna keratin, sehingga dapat memudahkan invasi ke stratum korneum.
Infeksi dimulai dengan kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya didalam jaringan keratin yang mati. Hifa ini
menghasilkan enzim keratolitik yang berdifusi ke jaringan epidermis dan menimbulkan reaksi peradangan.
Pertumbuhannya dengan pola radial di stratum korneum menyebabkan timbulnya lesi kulit dengan batas yang
jelas dan meninggi (ringworm). Reaksi kulit semula berbentuk papula yang berkembang menjadi suatu reaksi
peradangan. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya kelainan di kulit adalah:
a. Faktor virulensi dari dermatofita
Virulensi ini bergantung pada afinitas jamur apakah jamur antropofilik, zoofilik, geofilik. Selain
afinitas ini massing-masing jamur berbeda pula satu dengan yang lain dalam hal afinitas terhadap
manusia maupun bagian-bagian dari tubuh misalnya: Trichopyhton rubrum jarang menyerang rambut,
Epidermophython fluccosum paling sering menyerang liapt paha bagian dalam.
b. Faktor trauma
Kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil lebih susah untuk terserang jamur.
c. Faktor suhu dan kelembapan
Kedua faktor ini jelas sangat berpengaruh terhadap infeksi jamur, tampak pada lokalisasi atau lokal,
dimana banyak keringat seperti pada lipat paha, sela-sela jari paling sering terserang penyakit jamur.
d. Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan
Faktor ini memegang peranan penting pada infeksi jamur dimana terlihat insiden penyakit jamur pada
golongan sosial dan ekonomi yang lebih rendah sering ditemukan daripada golongan ekonomi yang
baik
e. Faktor umur dan jenis kelamin
Infeksi dermatofita melibatkan tiga langkah utama: perlekatan ke keratinosit, penetrasi melalui dan diantara
sel, dan perkembangan respon host.
1. Perlekatan.
Jamur superfisial harus melewati berbagai rintangan untuk bisa melekat pada jaringan keratin diantaranya
sinar UV, suhu, kelembaban, kompetisi dengan flora normal dan sphingosin yang diproduksi oleh keratinosit.
Asam lemak yang diproduksi oleh glandula sebasea juga bersifat fungistatik.
2. Penetrasi.

Setelah terjadi perlekatan, spora harus berkembang dan menembus stratum korneum pada kecepatan yang
lebih cepat daripada proses desquamasi. Penetrasi juga dibantu oleh sekresi proteinase, lipase dan enzim
mucinolitik, yang juga menyediakan nutrisi untuk jamur. Trauma dan maserasi juga membantu penetrasi jamur
kejaringan. Fungal mannan didalam dinding sel dermatofita juga bisa menurunkan kecepatan proliferasi
keratinosit. Pertahanan baru muncul ketika begitu jamur mencapai lapisan terdalam dari epidermis.
3. Perkembangan respons host.
Derajat inflamasi dipengaruhi oleh status imun pasien dan organisme yang terlibat. Reaksi hipersensitivitas
tipe IV, atau Delayed Type Hipersensitivity (DHT) memainkan peran yang sangat penting dalam melawan
dermatofita. Pada pasien yang belum pernah terinfeksi dermatofita sebelumnya, infeksi primer menyebabkan
inflamasi minimal dan trichopitin tes hasilnya negative.infeksi menghasilkan sedikit eritema dan skuama yang
dihasilkan oleh peningkatan pergantian keratinosit.
Dihipotesakan bahwa antigen dermatofita diproses oleh sel langerhans epidermis dan dipresentasikan dalam
limfosit T di nodus limfe. Limfosit T melakukan proliferasi dan bermigrasi ketempat yang terinfeksi untuk
menyerang jamur. Pada saat ini, lesi tiba-tiba menjadi inflamasi, dan barier epidermal menjadi permeable
terhadap transferin dan sel-sel yang bermigrasi. Segera jamur hilang dan lesi secara spontan menjadi sembuh
LO.4.6. Memahami dan menjelaskan Manifestasi klinis Dermatofitosis

Tinea Pedis
Infeksinya anthropophilic dermatophytes biasanya disebabkan oleh adanya elemen hifa dari jamur yang
mampu menginfeksi kulit. Skala desquamasi kulit bisa terinfeksi di lingkungan selama berbulan-bulan atau
tahun. Oleh karena itu transmisi bisa terjadi dengan kontak tidak langsung lama setelah infeksi terjadi.Bahan
seperti karpet yang kontak dengan kulit vektor sempurna. Begitu, transmisi dermatophytes suka Trichophyton
rubrum, T. interdigitale dan Epidermophyton floccosum yang biasnya pada kaki. infeksi di sini sering kronis dan
tidak menimbulkan keluhan selama beberapa tahun dan hanya ketika menyebar kebagian lain, biasanya di kulit.

Tinea unguium (dermatophytic onycomicosis, ringworm of the nail)


Trichophyton rubrum dan T. interdigitale adalah spesies yang sering menyebabkan tinea unguium.
Dermatofita jenis unguium digolongkan menjadi dua bagian utama: (1). Superficial white-onycomycosis yang
menempel atau membuat lubang pada permukaan kuku. (2). Invasif, subungual dermatofita yang lateral dari
proximal atau pun distal. Diikuti dengan menetapnya infeksi pada dasar
kuku. Onycomycosis subungual distal adalah bentuk umum dari
onycomycosis dermatofita. Jamur menyerang bagian distal bantalan jari
yang menyebabkan hiperkeratosis dari bantalan kuku dengan onycolisis
dan menyebabkan penebalan lempeng kuku.
Seperti namanya onycomycosis subungual lateral dimulai dari bagian
lateral kuku dan sering menyebar melibatkan semua lempeng kuku. Pada
onycomycosis subungual proximal jamur menginvasi kebawah kutikula
dan menginfeksi bagian proximal daripada bagian distal karena spot
yellow-white akan menyerang lunula terlebih dahulu kemudian meluas ke lempeng kuku.

Tinea kruris (eczema marginatum, dhobie itch, ringworm of the groin)


Tinea kruris adalah dermatofitosis pada lipat paha, daerah perineum, dan sekitar anus. Kelainan ini dapat
bersifat akut ataupun menahun, bahkan dapat merupakan penyakit yang berlangsung seumur hidup. Lesi kulit
dapat berbatas pada daerah genito-krural saja, atau meluas ke daerah sekitar anus, daerah gluteus, dan perut
bagian bawah, atau bagian tubuh yang lain.
Kelainan kulit yang tampak pada sela paha merupakan lesi berbatas tegas. Peradangan pada tepi lebih nyata
daripada daerah di tengahnya. Fluoresensi terdiri atas bermacam-macam bentuk yang primer dan sekunder
(polimorfik). Bila menahun dapat disertai bercak hitam dan bersisik. Erosi dan keluarnya cairan terjadi akibat
garukan. Dan tinea kruris merupakan bentuk klinis tersering di Indonesia.
Dermatofit T rubrum menjadi penyebab yang paling umum untuk tinea cruris. T rubrum menjadi dermatofit
yang lazim 90% dari kasus tinea cruris, diikuti T tonsurans ( 6%) dan T mentagrophytes ( 4%). Organisme lain,
termasuk E floccosum dan T verrucosum, menyebabkan suatu kondisi klinis yang serupa. Infeksi T rubrum dan
E floccosum lebih cenderung untuk menjadi kronis dan non-inflamatori, sedangkan infeksi oleh T
mentagrophytes sering dihubungkan dengan suatu presentasi klinis merah, menyebabkan peradangan akut.
Agen yang pada umumnya menyebabkan tinea kruris antara lain: T. rubrum, T. interdigitale dan E.
floccosum.

Tinea kapitis

Tinea kapitis adalah kelainan pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh spesies dermatofita.
Kelainan ini dapat ditandai dengan lesi bersisik, kemerahan, alopesia dan kadang-kadang terjadi gambaran
klinis yang lebih berat, yang disebut kerion. Ada tiga bentuk tinea kapitis:
a. Gray patch ring-worm, merupakan tinea kapitis yang biasanya disebabkan oleh genus microsporum dan
sering ditemukan pada anak-anak. Penyakit mulai dengan papul merah yang kecil di sekitar rambut. Papul
ini melebar dan membentuk bercak, yang menjadi pucat dan bersisik. Keluhan penderita adalah rasa gatal.
Warna rambut menjadi abu-abu dan tidak berkilat lagi. Rambut mudah patah dan terlepas dari akarnya
sehingga mudah dicabut dengan pinset tanpa rasa nyeri. Semua rambut di daerah tersebut terserang oleh
jamur dan menyebabkan alopesia setempat. Tempat-tempat terlihat sebagai gray patch, yang pada klinik
tidak menunjukan batas daerah sakit dengan pasti. Pada pemeriksaan lampu wood terlihat fluoresensi hijau
kekuningan pada rambut yang sakit, melampaui batas dari gray patch tersebut. Tinea kapitis disebabkan
oleh microsporum audouini biasanya disertai tanda peradangan, hanya sesekali berbentuk kerion.
b. Kerion, merupakan tinea kapitis yang terutama disebabkan oleh Microsporum canis (Mulyono, 1986).
Bentuk yang disertai dengan reaksi peradangan yang hebat. Lesi berupa pembengkakan menyerupai sarang
lebah, dengan sebukan radang di sekitarnya. Kelainan ini menimbulkan jaringan parut yang menetap.
c. Black dot ring-worm, merupakan tinea kapitis yang terutama disebabkan oleh Trichophyton tonsurans dan
Trichophyton violaceum (Mulyono, 1986). Gambaran klinis berupa terbentuknya titik-titik hitam pada kulit
kepala akibat patahnya rambut yang terinfeksi tepat di muara folikel. Ujung rambut yang patah dan penuh
spora terlihat sebagai titik hitam. Diagnosis banding pada tinea kapitis adalah alopesia areata, dermatitis
seboroik dan psoriasis (Siregar, 2005).
Bentuk tinea korporis yang disertai kelainan pada rambut adalah tinea favosa atau favus. Penyakit ini
biasanya dimulai dikepala sebagai titik kecil di bawah kulit yang berwarna merah kuning dan berkembang
menjadi krusta berbentuk cawan (skutula) dengan berbagai ukuran. Krusta tersebut biasanya tembus oleh satu
atau dua rambut dan bila krusta diangkat terlihat dasar yang cekung merah dan membasah. Rambut tidak
berkilat lagi dan terlepas. Bila tidak diobati, penyakit ini meluas keseluruh kepala dan meninggalkan parut dan
botak. Berlainan dengan tinea korporis yang disebabkan oleh jamur lain, favus tidak menyembuh pada usia akil
balik. Biasanya tercium bau tikus (mousy odor) pada para penderita favus. Tiga spesies dermatofita yang
menyebabkan favus, yaitu trichophyton schoenleini, trichophyton violaceum, dan microsporum gypseum. Berat
ringan bentuk klinis yang tampak tidak bergantung pada spesies jamur penyebab, akan tetapi lebih banyak
dipengaruhi oleh tingkat kebersihan, umur, dan ketahanan penderita penderita.
LO.4.7. Memahami dan menjelaskan Diagnosis dan diagnosis banding Dermatofitosis

Anamnesis
Keluhan penderita adalah rasa gatal dan kemerahan di regio inguinalis dan dapat meluas ke sekitar anus,
intergluteal sampai ke gluteus. Dapat pula meluas ke supra pubis dan abdomen bagian bawah. Rasa gatal akan
semakin meningkat jika banyak berkeringat. Riwayat pasien sebelumnya adalah pernah memiliki keluhan yang
sama. Pasien berada pada tempat yang beriklim agak lembab, memakai pakaian ketat, bertukar pakaian dengan
orang lain, aktif berolahraga, menderita diabetes mellitus. Penyakit ini dapat menyerang pada tahanan penjara,
tentara, atlit olahraga dan individu yang beresiko terkena dermatophytosis.

Pemeriksaan Fisik
Efloresensi terdiri atas bermacam-macam bentuk yang primer dan sekunder. Makula eritematosa, berbatas
tegas dengan tepi lebih aktif terdiri dari papula atau pustula. Jika kronis atau menahun maka efloresensi yang
tampak hanya makula hiperpigmentasi dengan skuama diatasnya dan disertai likenifikasi. Garukan kronis dapat
menimbulkan gambaran likenifikasi.
Manifestasi tinea cruris :
1.Makula eritematus dengan central healing di lipatan inguinal, distal lipat paha, dan proksimal dari abdomen
bawah dan pubis
2.Daerah bersisik
3.Pada infeksi akut, bercak-bercak mungkin basah dan eksudatif
4.Pada infeksi kronis makula hiperpigmentasi dengan skuama diatasnya dan disertai likenifikasi
5.Area sentral biasanya hiperpigmentasi dan terdiri atas papula eritematus yang tersebar dan sedikit skuama
6.Penis dan skrotum jarang atau tidak terkena
7.Perubahan sekunder dari ekskoriasi, likenifikasi, dan impetiginasi mungkin muncul karena garukan
8.Infeksi kronis bisa oleh karena pemakaian kortikosteroid topikal sehingga tampak kulit eritematus, sedikit
berskuama, dan mungkin terdapat pustula folikuler
9.Hampir setengah penderita tinea cruris berhubungan dengan tinea pedis

Pemeriksaan Penunjang
4. Pemeriksaan Lampu Wood
Prinsip Sinar Wood diarahkan ke lesi akan dipantulkan berdasarkan perbedaan berat molekul metabolit
organisme penyebab, sehingga menimbulkan indeks bias berbeda, dan menghasilkan pendaran warna
tertentu.
Alat : Lampu Wood dan ruangan kedap cahaya
Cara :
- Kulit dan rambut yang akan diperiksa harus dalam keadaan sealamiah mungkin.
- Obat topikal, bahan kosmetik, lemak, eksudat harus dibersihkan terlebih dahulu karena dapat memberikan
hasil positif palsu.
- Pemeriksaan harus dilakukan di dalam ruangan kedap cahaya agar perbedaan warna lebih kontras.
- Jarak lampu Wood dengan lesi yang akan diperiksa 10-15 cm
- Lampu Wood diarahkan ke bagian lesi dengan pendaran paling besar/jelas.
Interpretasi
- Tinea kapitis (M canis, M. audouinii, M.rivalieri, M. distortum, M. ferrugineum dan M. gypseum) : hijau
terang.
- Pitiriasis versikolor : putih kekuningan, orange tembaga, kuning keemasan, atau putih kebiruan
(metabolit koproporfirin).
- Tinea favosa (Trichophyton schoenleinii ) : biru suram / hijau suram (akibat metabolit pteridin)
- Eritrasma (Corynebacterium minutissimum) : merah koral (metabolit porfirin).
- Infeksi pseudomonas : hijau (metabolit pioverdin atau fluoresein).
Hasil positif palsu :
- salep dan krim di kulit atau eksudat : biru - jingga
- tetrasiklin, asam salisilat dan petrolatum : kuning.
5. Pemeriksaan KOH
Cara pengambilan spesimen :
a. Kulit tidak berambut :
- Dari bagian tepi kulit yang mengalami lesi dikerok ke bagian tengah dengan pisau tumpul steril
- Menggunakan larutan KOH 10%
b. Kulit yang berambut :
- Rambut yang ada pada daerah lesi dicabut dengan pinset
- Kulit di daerah lesi dikerok untuk dikumpulkan sisik kulitnya
- Gunakan KOH 20% untuk rambut, KOH 10% untuk kulit.
c. Kuku
- Potongan bagian belakang kuku terinfeksi atau kerokan daerah
hiperkeratotik dan penebalan
dasar kuku di bagian proksimal kutikula atau lipatan kuku proksimal
- Gunakan larutan KOH 40%
Teknik pemeriksaan preparat KOH :
- Teteskan setetes larutan KOH 10-30 % di atas kaca obyek bersih.
- Tambahkan sejumlah spesimen yang akan diperiksa.
- Tutup dengan kaca penutup.
- Panaskan hati-hati dengan melewatkan di atas api bunsen beberapa kali, tetapi jangan sampai mendidih
(biasanya 2-4 kali).
- Tekan kaca penutup perlahan-lahan agar sediaan yang sudah lisis menipis dan rata.
- Periksa dibawah mikroskop cahaya menggunakan pembesaran 10 kali lalu dikonfirmasi dengan
pembesaran 40 kali.
- Jika diperlukan (preparat belum jernih), dapat dipanaskan kembali sehingga visualisasi menjadi lebih baik
Interpretasi
- Dermatofitosis : hifa panjang bersepta, bercabang-cabang dan artrospora
- Pada spesimen rambut terinfeksi dermatofita :
o Jamur di sekeliling batang rambut (ektotriks)
o Jamur di dalam batang rambut (endotriks)
- Pada pemeriksaan, elemen jamur tampak seperti garis dan memiliki indeks bias berbeda dengan sekitarnya,
pada jarak tertentu dipisahkan oleh sekat dan dijumpai butir butir bersambung seperti rantai (artrospora).

Pitiriasis versikolor : spora bulat berdinding tebal, berkelompok dengan miselium kasar dan terputus-putus/
pendek-pendek (sphaghetti and meatballs)
Kandidosis : tampak sel ragi berbentuk lonjong atau bulat, blastospora (sel ragi bertunas) dan pseudohifa.

Diagnosis Banding
Candidosis intertriginosa
Kandidosis adalah penyakit jamur yang disebabkan oleh spesies Candida biasanya oleh Candida albicans
yang bersifat akut atau subakut dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki.Penyakit ini terdapat di
seluruh dunia, dapat menyerang semua umur, baik laki-laki maupun perempuan.
Patogenesisnya dapat terjadi apabila ada predisposisi baik endogen maupun eksogen. Faktor endogen
misalkan kehamilan karena perubahan pH dalam vagina, kegemukan karena banyak keringat, debilitas,
iatrogenik, endokrinopati, penyakit kronis orang tua dan bayi, imunologik (penyakit genetik). Faktor eksogen
berupa iklim panas dan kelembapan, kebersihan kulit kurang, kebiasaan berendam kaki dalam air yang lama
menimbulkan maserasi dan memudahkan masuknya jamur, kontak dengan penderita.
Dapat mengenai daerah lipatan kulit, terutama ketiak, bagian bawah payudara, bagian pusat, lipat bokong,
selangkangan, dan sela antar jari; dapat juga mengenai daerah belakang telinga, lipatan kulit perut, dan glans
penis (balanopostitis). Pada sela jari tangan biasanya antara jari ketiga dan keempat, pada sela jari kaki antara
jari keempat dan kelima, keluhan gatal yang hebat, kadang-kadang disertai rasa panas seperti terbakar.
Lesi pada penyakit yang akut mula-mula kecil berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah, dan
kemerahan. Kemudian meluas, berupa lenting-lenting yang dapat berisi nanah berdinding tipis, ukuran 2-4 mm,
bercak kemerahan, batas tegas, Pada bagian tepi kadang-kadang tampak papul dan skuama. Lesi tersebut
dikelilingi oleh lenting-lenting atau papul di sekitarnya berisi nanah yang bila pecah meninggalkan daerah yang
luka, dengan pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi utama. Kulit sela jari tampak merah atau
terkelupas, dan terjadi lecet. Pada bentuk yang kronik, kulit sela jari menebal dan berwarna putih.
Erytrasma
Erytrasma adalah penyakit bakteri kronik pada stratum korneum yang disebabkan oleh Corynebacterium
minitussismum, ditandai lesi berupa eritema dan skuama halus terutama di daerah ketiak dan lipat paha. Gejala
klinis lesi berukuran sebesar milier sampai plakat. Lesi eritroskuamosa, berskuama halus kadang terlihat merah
kecoklatan. Variasi ini rupanya bergantung pada area lesi dan warna kulit penderita. Tempat predileksi kadang di
daerah intertriginosa lain terutama pada penderita gemuk. Perluasan lesi terlihat pada pinggir yang eritematosa
dan serpiginose. Lesi tidak menimbul dan tidak terlihat vesikulasi. Efloresensi yang sama berupa eritema dan
skuama pada seluruh lesi merupakan tanda khas dari eritrasma. Skuama kering yang halus menutupi lesi dan
pada perabaan terasa berlemak. Pada pemeriksaan dengan lampu wood lesi terlihat berfluoresensi merah
membara (coral red) (Rasad, Asri, Prof.Dr. 2005)
Psoriasis
Psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif, ditandai dengan adanya
bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan, disertai
fenomena tetesan lilin, Auspitz, dan Kobner. Tempat predileksi pada skalp, perbatasan daerah tersebut dengan
muka, ekstremitas ekstensor terutama siku serta lutut dan daerah lumbosakral. Kelainan kulit terdiri atas bercak
eritema yang meninggi (plak) dengan skuama diatasnya. Eritema sirkumskrip dan merata, tetapi pada stadium
penyembuhan sering bagian di tengah menghilang dan hanya terdapat di pinggir. Skuama berlapis-lapis, kasar
dan berwarna putih seperti mika, serta transparan. Besar kelainan bervariasi dapat lentikular, numular atau
plakat, dapat berkonfluensi.
Dermatitis Seboroik
Dermatitis Seboroik merupakan penyakit inflamasi konis yang mengenai daerah kepala dan badan.
Prevalensi Dermatitis Seboroik sebanyak 1-5% populasi.Lebih sering terjadi pada laki-laki daripada wanita.
Penyakit ni dapat mengenai bayi sampa orang dewasa. Umumnya pda bayi terjadi pada usia 3 bulan sedang
pada dewasa pada usia 30-60 tahun. Kelainan kulit berupa eritema dan skuama yang berminyak dan agak
kekuningan dengan batas kurang tegas. Bentuk yang berat ditandai dengan adanya bercak-bercak berskuama
dan berminyak disertai eksudat dan krusta tebal.
LO.4.8. Memahami dan menjelaskan Tatalaksana Dermatofitosis
Pada infeksi tinea cruris tanpa komplikasi biasanya dapat dipakai anti jamur topikal saja dari golongan
imidazole dan allynamin yang tersedia dalam beberapa formulasi. Semuanya memberikan keberhasilan terapi
yang tinggi 70-100% dan jarang ditemukan efek samping. Obat ini digunakan pagi dan sore hari kira-kira 2-4

minggu. Terapi dioleskan sampai 3 cm diluar batas lesi, dan diteruskan sekurang-kurangnya 2 minggu setelah
lesi menyembuh. Terapi sistemik dapat diberikan jika terdapat kegagalan dengan terapi topikal, intoleransi
dengan terapi topikal. Sebelum memilih obat sistemik hendaknya cek terlebih dahulu interaksi obat-obatan
tersebut. Diperlukan juga monitoring terhadap fungsi hepar apabila terapi sistemik diberikan lebih dari 4
mingggu.
Pengobatan anti jamur untuk Tinea cruris dapat digolongkan dalam emapat golongan yaitu: golongan azol,
golongan alonamin, benzilamin dan golongan lainnya seperti siklopiros,tolnaftan, haloprogin. Golongan azole
ini akan menghambat enzim lanosterol 14 alpha demetylase (sebuah enzim yang berfungsi mengubah lanosterol
ke ergosterol), dimana truktur tersebut merupakankomponen penting dalam dinding sel jamur. Goongan
Alynamin menghambat keja dari squalen epokside yang merupakan enzim yang mengubah squalene ke
ergosterol yang berakibat akumulasi toksik squalene didalam sel dan menyebabkan kematian sel. Dengan
penghambatan enzim-enzim tersebut mengakibatkan kerusakan membran sel sehingga ergosterol tidak
terbentuk. Golongan benzilamin mekanisme kerjanya diperkirakan sama dengan golongan alynamin sedangkan
golongan lainnya sama dengan golongan azole. Pengobatan tinea cruris tersedia dalam bentuk pemberian
topikal dan sistemik:
Obat secara topikal yang digunakan dalam tinea cruris adalah:
1. Golongan Azol
a. Clotrimazole (Lotrimin, Mycelec)
Merupakan obat pilihan pertama yang digunakan dalam pengobatan tinea cruris karena bersifat broad
spektrum antijamur yang mekanismenya menghambat pertumbuhan ragi dengan mengubah permeabilitas
membran sel sehingga sel-sel jamur mati. Pengobatan dengan clotrimazole ini bisa dievaluasi setelah 4 minggu
jika tanpa ada perbaikan klinis. Penggunaan pada anak-anak sama seperti dewasa. Obat ini tersedia dalam
bentuk kream 1%, solution, lotion. Diberikan 2 kali sehari selama 4 minggu. Tidakada kontraindikasi obat ini,
namun tidak dianjurkan pada pasien yang menunjukan hipersensitivitas, peradangan infeksi yang luas dan hinari
kontak mata.
b. Mikonazole (icatin, Monistat-derm)
Mekanisme kerjanya dengan selaput dinding sel jamur yang rusak akanmenghambat biosintesis dari
ergosterol sehingga permeabilitas membran sel jamur meningkat menyebabkan sel jamur mati. Tersedia dalam
bentuk cream 2%, solution, lotio, bedak. Diberikan 2 kali sehari selama 4 minggu. Penggunaan pada anak sama
dengan dewasa. Tidak dianjurkan pada pasien yang menunjukkan hipersensitivitas, hindari kontak dengan mata.
c. Econazole (Spectazole)
Mekanisme kerjanya efektif terhadap infeksi yang berhubungan dengan kulit yaitu menghambat RNA dan
sintesis, metabolisme protein sehingga mengganggu permeabilitas dinding sel jamur dan menyebabkan sel
jamur mati. Pengobatan dengan ecnazole dapat dilakukan dalam 2-4 minggu dengan cara dioleskan sebanyak
2kali atau 4 kali dalam sediaan cream 1%.. Tidak dianjurkan pada pasien yang menunjukkan hipersensitivitas,
hindari kontak dengan mata.
d. Ketokonazole (Nizoral)
Mekanisme kerja ketokonazole sebagai turunan imidazole yang bersifat broad spektrum akan menghambat
sintesis ergosterol sehingga komponen sel jamur meningkat menyebabkan sel jamur mati. Pengobatan dengan
ketokonazole dapat dilakukan selama 2-4 minggu. Tidak dianjurkan pada pasien yang menunjukkan
hipersensitivitas, hindari kontak dengan mata.
e. Oxiconazole (Oxistat)
Mekanisme oxiconazole kerja yang bersifat broad spektrum akan menghambat sintesis ergosterol sehingga
komponen sel jamur meningkat menyebabkan sel jamur mati. Pengobatan dengan oxiconazole dapat dilakukan
selama 2-4 minggu. Tersedia dalam bentk cream 1% atau bedak kocok. Penggunaan pada anak-anak 12 tahun
penggunaan sama dengan orang dewasa. Tidak dianjurkan pada pasien yang menunjukkan hipersensitivitas dan
hanya digunakan untuk pemakaian luar.
f. Sulkonazole (Exeldetm)
Sulkonazole merupakan obat jamur yang memiliki spektrum luas. Titik tangkapnya yaitu menghambat
sintesis ergosterol yang akan menyebabkan kebocoran komponen sel, sehingga menyebabkan kematian sel
jamur. Tersedia dalam bentuk cream 1% dan solutio. Penggunaan pada anak-anak 12 tahun penggunaan sama
dengan orang dewasa (dioleskan pada daerah yang terkena selama 2-4 minggu sebanyak 4 kali sehari).
2. Golongan alinamin
a. Naftifine (Naftin)
Bersifat broad spektrum anti jamur dan merupakan derivat sintetik dari alinamin yang mekanisme kerjanya
mengurangi sintesis dari ergosterol sehingga menyebabkan pertumbuhan sel amur terhambat. Pengobatan

dengan naftitine dievaluasi setelah 4 minggu jika tidak ada perbaikan klinis. Tersedia dalam bentuk 1% cream
dan lotion. Penggunaan pada anak sama dengan dewasa ( dioleskan 4 kali sehari selama 2-4minggu).
b. Terbinafin (Lamisil)
Merupakan derifat sintetik dari alinamin yang bekerja menghambat skualen epoxide yang merupakan enzim
kunci dari biositesis sterol jamur yang menghasilkan kekurangan ergosterol yang menyebabkan kematian sel
jamur. Secara luas pada penelitian melaporkan keefektifan penggunaan terbinafin. Terbenafine dapat ditoleransi
penggunaanya pada anak-anak. Digunakan selama 1-4 minggu
3. Golongan Benzilamin
a. Butenafine (mentax)
Anti jamur yang poten yang berhuungan dengan alinamin. Kerusakan membran sel jamur menyebabkan sel
jamur terhambat pertumbuhannya. Digunakan dalam bentuk cream 1%, diberikan selama 2-4 minggu. Pada
anak tidak dianjurkan. Untuk dewasa dioleskan sebanyak 4kali sehari.
4. Golongan lainnya
a. Siklopiroks (Loprox)
Memiliki sifat broad spektrum anti fungal. Kerjanya berhubunan dengan sintesi DNA
b. Haloprogin (halotex)
Tersedia dalam bentuk solution atau spray, 1% cream. Digunakan selama 2-4minggu dan dioleskan sebanyak
3kali sehari.
c. Tolnaftate
Tersedia dalam cream 1%,bedak,solution. Dioleskan 2kali sehari selama 2-4 minggu.
Pengobatan secara sistemik dapat digunakan untuk untuk lesi yang luas atau gagal dengan pengobatan
topikal, berikut adalah obat sistemik yang digunakan dalam pengobatan tinea cruris:
a. Ketokonazole
Sebagai turunan imidazole, ketokonazole merupakan obat jamur oral yangberspektrum luas. Kerja obat ini
fungistatik. Pemberian 200mg/hari selama 2-4 minggu.
b. Itrakonazole
Sebagai turunan triazole, itrakonazole merupakan obat anti jamur oral yang berspektrum luas yang
menghambat pertumbuhan sel jamur dengan menghambat sitokrom P-450 dependent sintetis dari ergosterol
yang merupakan komponen penting pada selaput sel jamur.Pada penelitian disebutkan bahwa itrakonazole lebih
baik daripada griseofulvin dengan hasil terbaik 2-3 minggu setelah perawatan. Dosis dewasa 200mg po selam 1
minggu dan dosis dapat dinaikkan 100mg jika tidak ada perbaikan tetpi tidak boleh melebihi 400mg/hari.Untuk
anak-anak 5mg/hari PO selama 1 minggu. Obat ini dikontraindikasikan pada penderita yang hipersensitivitas,
dan jangan diberikan bersama dengan cisapride karena berhubunngan dengan aritmia jantung.
c. Griseofulfin
Termasuk obat fungistatik, bekerja dengan menghambat mitosis sel jamur dengan mengikat mikrotubuler
dalam sel. Obat ini lebih sedikit tingkat keefektifannya dibanding itrakonazole. Pemberian dosis pada dewasa
500mg microsize (330-375 mg ultramicrosize) PO selama 2-4minggu, untuk anak 10-25 mg/kg/hari Po atau 20
mg microsize /kg/hari
d. Terbinafine
Pemberian secara oral pada dewasa 250g/hari selama 2 minggu). Pada anak pemberian secara oral
disesuaikan dengan berat badan:
12-20kg :62,5mg/hari selama 2 minggu
20-40kg :125mg/ hari selama 2 minggu
>40kg:250mg/ hari selama 2 minggu
LO.4.9. Memahami dan menjelaskan Pencegahan Dermatofitosis
Tinea capitis
o Jaga kebersihan diri, terutama terhadap lembab
o Jaga imun tubuh dengan konsumsi makanan bergizi dan hidup sehat
o Hindari kontak dengan pernderita/hewan piaraan.
Tinea Cruris
o Menjaga berat badan ideal
o Mengeringkan badan setelah mandi
o Hindari memakai pakaian yang terlalu ketat
o Bedak antijamur untuk mengurangi resiko berulang

Tinea Manus
o Menjaga kebersihan tangan dan kaki dengan sering mencucinya
o Menjaga kaki agar tetap kering, dan tidak lembab
Edukasi kepada pasien di rumah :
1. Anjurkan agar menjaga daerah lesi tetap kering
2. Bila gatal, jangan digaruk karena garukan dapat menyebabkan infeksi.
3. Jaga kebersihan kulit dan kaki bila berkeringat keringkan dengan handuk dan mengganti pakaian yang
lembab
4. Gunakan pakaian yang terbuat dari bahan yang dapat menyerap keringat seperti katun, tidak ketat dan ganti
setiap hari.
5. Untuk menghindari penularan penyakit, pakaian dan handuk yang digunakan penderita harus segera dicuci
dan direndam air panas.
LO.4.10. Memahami dan menjelaskan Komplikasi Dermatofitosis

Bisa terjadi infeksi sekunder oleh bakteri atau candida


Hiperpigmentasi karena infeksi jamur kronik
Efek samping pemakaian obat steroid topikal dapat mengakibatkan eksaserbasi penyakit
Allopecia permanen &kerion (tinea capitis)
Onychomycosis (tinea manus/pedis)

LO.4.11. Memahami dan menjelaskan Prognosis Dermatofitosis


Prognosis penyakit ini baik dengan diagnosis dan terapi yang tepat asalkan kelembapan dan kebersihan kulit
selalu dijaga.
LI.5. Mampu memahami dan menjelaskan menajaga kebersihan kulit dan menutup aurat menurut
pandangan Islam
Menjaga kulit dari sinar Matahari Matahari memiliki peran utama dalam merusak kulit. Anda perlu
melindungi kulit dari matahari guna mencegah penuaan pada kulit. Matahari sangat berpengaruh dalam
membuat kulit berkerut, kering, dan membuat warna kulit berubah; Penjarangan kulit, tekstur kulit, penipisan
kulit serta penyakit kulit yang berhubungan dengan paparan sinar matahari.
Perintah menutup aurat
Aurat diambil dari perkataan Arab 'Aurah' yang berarti keaiban. Manakala dalam istilah fiiah aurat diartikan
sebagai bagian tubuh badan seseorang yang wajib ditutup atau dilindungi dari pandangan.Perintah menutup
aurat telah difirmankan oleh Allah s.w.t dalam surah al-ahzab ayat 33
Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang
jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ta'atilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya
Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.
Manfaat menutup aurat:
1. Selamat dari adzab Allah (adzab neraka)
Ada dua macam penghuni Neraka yang tak pernah kulihat sebelumnya; sekelompok laki-laki yang
memegang cemeti laksana ekor sapi, mereka mencambuk manusia dengannya. Dan wanita-wanita yang
berpakaian namun telanjang, sesat dan menyesatkan, yang dikepala mereka ada sesuatu mirip punuk unta.
Mereka (wanita-wanita seperti ini) tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya. Sedangkan bau
surga itu tercium dari jarak yang jauh (HR. Muslim).
Imam An-Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Wanita-wanita yang
berpakaian namun telanjang ialah mereka yang menutup sebagian tubuhnya dan menampakkan sebagian
lainnya dengan maksud menunjukkan kecantikannya.
2. Terhindar dari pelecehan
Banyaknya pelecehan seksual terhadap kaum wanita adalah akibat tingkah laku mereka sendiri. Karena
wanita merupakan fitnah (godaan) terbesar. Sebagaiman sabda Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam,
Sepeninggalku tak ada fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada wanita. (HR. Bukhari)
Islam telah menggariskan batasan aurat pada lelaki dan wanita.Aurat asas pada lelaki adalah menutup antara
pusat dan lutut. Manakala aurat wanita pula adalah menutup seluruh badan kecuali muka dan tapak tangan.
Adab Pakaian Muslimah (untuk lelaki dan wanita) yaitu:

1. Menutup aurat
AURAT lelaki menurut ahli hukum ialah daripada pusat hingga ke lutut. Aurat wanita pula ialah seluruh
anggota badannya, kecuali wajah, tapak tangan dan tapak kakinya. Rasulullah SAW bersabda bermaksud:
Paha itu adalah aurat. (Bukhari)
2. Tidak menampakkan tubuh
Pakaian Muslimah yang jarang sehingga menampakkan aurat Wanita Muslim tidak memenuhi syarat
menutup aurat. Pakaian jarang bukan saja menampak warna kulit, malah boleh merangsang nafsu orang yang
melihatnya.
Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: Dua golongan ahli neraka yang belum pernah aku lihat ialah,
satu golongan memegang cemeti seperti ekor lembu yang digunakan bagi memukul manusia dan satu
golongan lagi wanita yang memakai pakaian tetapi telanjang dan meliuk-liukkan badan juga kepalanya
seperti bonggol unta yang tunduk.
Mereka tidak masuk syurga dan tidak dapat mencium baunya walaupun bau syurga itu dapat dicium
daripada jarak yang jauh. (Muslim)
3. Pakaian tidak ketat
TUJUANNYA adalah supaya tidak kelihatan bentuk tubuh badan Wanita Muslim
5. Tidak menimbulkan ria
RASULULLAH SAW bersabda bermaksud: Sesiapa yang melabuhkan pakaiannya kerana perasaan
sombong, Allah SWT tidak akan memandangnya pada hari kiamat. Dalam hadis lain, Rasulullah
SAW0020sazxbersabda bermaksud: Sesiapa yang memakai pakaian yang berlebih-lebihan, maka Allah
akan memberikan pakaian kehinaan pada hari akhirat nanti. (Ahmad, Abu Daud, an-Nasaiy dan Ibnu
Majah)
6. Lelaki, wanita berbeda
MAKSUDNYA pakaian yang khusus untuk lelaki tidak boleh dipakai oleh wanita, begitu juga sebaliknya.
Rasulullah SAW mengingatkan hal ini dengan tegas menerusi sabdanya yang bermaksud: Allah mengutuk
wanita yang meniru pakaian dan sikap lelaki, dan lelaki yang meniru pakaian dan sikap perempuan.
(Bukhari dan Muslim)
Baginda juga bersabda bermaksud: Allah melaknat lelaki berpakaian wanita atau Pakaian Murah Muslim
dan wanita berpakaian lelaki. ?(Abu Daud dan Al-Hakim).
7. Larangan pakai sutera
ISLAM mengharamkan kaum lelaki memakai sutera. Rasulullah SAW bersabda bermaksud: Janganlah
kamu memakai sutera, sesungguhnya orang yang memakainya di dunia tidak dapat memakainya di akhirat.
(Muttafaq alaih)
8. Melabuhkan pakaian
CONTOHNYA seperti tudung yang seharusnya dipakai sesuai kehendak syarak Wanita Muslimah yaitu
bagi menutupi kepala dan rambut, tengkuk atau leher dan juga dada. Allah berfirman bermaksud: Wahai
Nabi, katakanlah (suruhlah) isteri-isteri dan anak-anak perempuanmu serta Wanita Muslimah beriman,
supaya mereka melabuhkan pakaiannya bagi menutup seluruh tubuhnya (semasa mereka keluar); cara yang
demikian lebih sesuai untuk mereka dikenal (sebagai perempuan yang baik-baik) maka dengan itu mereka
tidak diganggu. Dan (ingatlah) Allah adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang. ?(al-Ahzab:59)
9. Memilih warna sesuai
CONTOHNYA warna-warna lembut termasuk putih kerana ia nampak bersih dan warna Pakaian Muslim ini
sangat disenangi dan sering menjadi pilihan Rasulullah SAW. Baginda bersabda bermaksud: Pakailah
Pakaian Muslim Putih kerana ia lebih baik, dan kafankan mayat kamu dengannya (kain putih). (an-Nasaie
dan al-Hakim)
Berwudhu
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang menyucikan/membersihkan
diri. (Al-Baqarah : 222)
Ajaran kebersihan dalam Agama Islam berpangkal atau merupakan konsekusensi dari pada iman kepada
Allah, berupaya menjadikan dirinya suci/bersih supaya Ia berpeluang mendekat kepada Allah SWT.
Kebersihan itu bersumber dari iman dan merupakan bagian dari iman. Dengan demikian kebersihan dalam
Islam mempunyai aspek ibadah dan aspek moral, dan karena itu sering juga dipakai kata bersuci sebagai
padanan kata membersihkan/melakukan kebersihan.
Ajaran kebersihan tidak hanya merupakan slogan atau teori belaka, tetapi harus dijadikan pola hidup praktis,
yang mendidik manusia hidup bersih sepanjang masa, bahkan dikembangkan dalam hukum Islam. Dalam
rangka inilah dikenal sarana-sarana kebersihan yang termasuk kelompok ibadah, seperti : wudhlu, tayamum,
mandi (ghusl), pembersihan gigi (siwak).

Adanya kewajiban shalat 5 waktu sehari merupakan jaminan terpeliharanya kebersihan badan secara terbatas
dan minimal, karena ibadah shalat itu baru sah kalau orang terlebih dahulu membersihkan diri dengan
berwudhlu. Demikian juga ibadah tersebut baru sah jika pakaian dan tempat dimana kita melakukannya
memang bersih. Jadi jaminan kebersihan diri, pakaian dan lingkungan mereka yang melaksanakannya. Disinilah
letaknya ibadah itu ikut berperan membina kesehatan jasmani selain tentunya peran utamanya membina
kesehatan jiwa/rohani manusia.

Daftar Pustaka
Bennet, J.E.: Antumicrobial agents; in: Goodman & Gilmans. Brunton, L.L: Lazo, J.S. and Parker, K.L: The
Pharmacological Basis of Therapeutics; 11th ed.pp. 1232 (McGraw-Hill, Medical Publishing Division, New York
2006)
Budimulja, U.: Penyelidikan dermatofitosis di RS Dr.Cipto Mangunkusomo Jakarta. Tesis (Jakarta 1980)
Boel, Trelia.Drg. M.Kes.2003
Conant, N.F.: Smith, D.T.: Baker, R.D. and Callaway, J.L: Manual of clinical mycology; 3 rd ed. (W.B. Saunders
Company, Philadelphia, London, Tronto 1971)
Grunwald, M.H.: Adverse drug reacions of the new oral antifungial agents-terbinafine, gluconazole, and
itraconazole. Int. J. Derm. 37: 410-4315
Harjandi: Widaty, S.: Bramono K.: Folikulitis pitisporum. Laporan kasus Kongres PMKI,2000.
Hutapea, O.N,: LAporan pendahuluan mengenai cutaneous sporothricosis pada para petani di Sumetera Utara,
KONAS PADVI, Surabaya, 1976, 1: 340-348
http://www.bekamhijamah.com/index.php?
Sehat_secara_Islam_dengan_dr.Aldjoefrie:Menjaga_kesehatan_kulit_badan_dan_wajah_dengan_sistem_Islam
Indraini : Pravelensi folikulitis pitisporum diantara pasien akne vulgaris dan erupsi di Poliklinik Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin RSUPN Dr.Cipto Mangunkusomo, Jakrta: tesis, Program Pendidikan Dokter Spesialis FKUI,
Jakarta (2001)
Jacinto-JAmora, S.: Tamesis, J; Katigbak, M.L.: Ptyrosporoum folikulitis in the Philippines; Diagnosis prevalence
and management. J. Am. Acad. Dermatol;695-6 (1991)
Rippon, J.W.: Medical Mycology. The Pathogenic Fungi and the Pathogenic Actinomycetes (W.B. Sauders
Company, Philadelphia, London, Toronto 1982)
Siregar, R. dan Thaha, M.A.: Sporothricosis kulit pada RSUP Palembang, jilid I, hal 334-339 (KONAS
PADVI,Surabaya 1976)

Anda mungkin juga menyukai