Anda di halaman 1dari 42

GANGGUAN SOMATISASI

dr. Natasha Setyasty Primaditta

Pembimbing: dr. Jaka Krisna

IDENTITAS PASIEN
No. Medrek Nama Umur Jenis Kelamin Alamat Muarabakti, Babelan Agama Pendidikan Pekerjaan Status Marital Tanggal MRS Tanggal Pemeriksaan : 526439 : Nn. SD : 20 tahun 6 bulan : Perempuan : Kp. Muara RT014/005 : Islam : SMA : Mahasiswi : Lajang : 11 Maret 2014 : 11 Maret 2014

ANANESIS
Keluhan Utama: lemas Riwayat Penyakit Sekarang: (Autoanamnesis) Pasien mengeluhkan lemas sejak 4 hari SMRS. Lemas dirasakan seperti sempoyongan. Terjadi secara perlahan dan dirasakan semakin berat. Pasien menjadi sulit untuk menjalani aktivitas sehari-hari. Keluhan disertai panas badan, pusing berputar, mual, muntah, meriang, penurunan nafsu makan, penurunan berat badan 2 kg, sulit tidur, sakit tenggorokan, batuk, sesak nafas, nyeri perut sebelah kiri, perut begah, dan sulit BAB. Pasien mengaku tidak sedang merasa marah, senang, maupun sedih. Pasien mengaku tidak sedang merasa cemas, gelisah, khawatir, memikirkan suatu hal terus menerus, maupun keinginan melakukan suatu hal yang tidak dapat dilawan.

ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Sekarang (Alloanamnesis: kakak pasien) Menurut kakak pasien, beberapa tahun belakangan pasien sering mengalami sakit seperti nyeri perut, batuk, pilek, dan lemas akibat kelelahan. Pasien seringkali mengeluhkan banyaknya tugas yang harus dikerjakan di kampus dan tempat kerja. Kondisi pasien seringkali menurun setelah pasien mengalami masalah di kampus dan tempat kerja. Beberapa hari sebelum pasien mengalami keluhannya, pasien tampak pulang ke rumah dalam keadaan emosi yang didasari pertengkaran dengan kekasih pasien.

ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Dahulu: Pasien 5 hari SMRS datang ke RSUD Kabupaten Bekasi karena keluhan nyeri seluruh badan dan kejang. Pasien kemudian datang ke Poli Penyakit Dalam 4 hari SMRS dan diminta untuk melakukan pemeriksaan kalsium. Pasien memiliki riwayat alergi udara dingin, udang, dan obat Amoxicillin. Pasien memiliki riwayat haid tidak teratur sejak 4-5 tahun SMRS. Tidak ditemukan riwayat penyakit kejang demam, kurang darah, batuk lama, pengobatan paru 6 bulan, nafas bengek, sakit maag, sakit kuning, dan keputihan. Tidak ditemukan riwayat trauma dan operasi. Tidak ditemukan riwayat minuman keras dan obat-obatan terlarang.

ANAMNESIS
Riwayat Keluarga Pasien adalah anak ke-2 dari 2 bersaudara. Saat ini pasien tinggal bersama dengan kedua orang tua dan kakak kandung wanita. Tidak ditemukan riwayat penyakit darah tinggi, kencing manis, asma, penyakit jantung, sakit kuning, alergi, dan epilepsi. Riwayat Pekerjaan Pasien saat ini berstatus sebagai mahasiswa jurusan komunikasi tingkat akhir dan bekerja paruh waktu sebagai guru TK sejak 2 tahun yang lalu. Riwayat Perkawinan Pasien belum pernah menikah.

PEMERIKSAAN FISIK Status Generalis


KU Kesadaran : tampak sakit ringan : compos mentis LEHER KGB tidak teraba membesar Tanda vital : TD : 120/80 mmHg Nadi : 84x/menit RR : 16x/menit Suhu : 36,8O C KEPALA Rambut mudah dicabut Mata

THORAKS Pulmo bentuk dan gerak simetris vbs kiri = kanan; rh (-/-) ; wh (-/-) Cor bunyi jantung murni reguler; murmur (-/-) ABDOMEN datar lembut BU (+) normal nyeri tekan (+) ar/ hipokondriak kiri hepar & lien tidak teraba membesar PUNGGUNG ketok cva -/-

tidak kusam; tidak

konjungtiva anemis -/sklera ikterik -/refleks pupil +/+, isokor 3mm

Hidung Rongga Mulut


sekret (-)

Tonsil : T1-T1 dentritus (-) pseudomembran (-) Faring : hiperemis (-)

EKSTREMITAS akral hangat; capillary refill time < 2 spoon nail (-)

Status Neurologis
Kesadaran : compos mentis (GCS E4M6V5 = 15) Status Motorik
Tonus : baik Kekuatan : 5544

Refleks Patologis
Babinski : (-/-) Chaddock : (-/-) Schaeffer : (-/-) Gordon : (-/-) Oppenheimer : (-/-) Rossolimo : (-/-) Mendel-Bekhterev: (-/-) : simetris

Status Sensorik
Raba Halus: baik Raba Kasar : baik

Refleks Fisiologis
Refleks biceps: (+/+) Refleks triceps: (+/+) Refleks patella: (+/+) Refleks achilles: (+/+)

Nervus Kranialis
CN VII

Rangsang Meningen
Kaku kuduk : (-) Brudzinski I/II/III : (-)/(-)/()

STATUS PSIKIATRIKUS
Keadaan Umum Roman Muka Kesadaran Kontak / Rapport Orientasi Perhatian Persepsi Ingatan Pikiran : Tenang : Tampak biasa : Kompos mentis : Ada / Adekuat : Baik : Normovigilance : Normal : Baik - Bentuk : Realistik - Jalan : Normal - Isi : Normal - Mood : Eutimia - Afek : Datar : Kritis : Baik : Hipoaktif : Spontan : Baik

Emosi
Penilaian Wawasan Penyakit Tingkah laku Bicara Dekorum

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

RO THORAKS PA

DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I : Gangguan Somatisasi Aksis II : Belum dapat dinilai Aksis III : Tidak ditemukan kelainan spesifik Aksis IV : Masalah dengan pekerjaan & hubungan sosial Aksis V : GAF score 80-71 (gejala sementara & dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dll)

PENATALAKSANAAN
Non-Medikamentosa Motivasi pasien untuk banyak beristirahat dan mengurangi aktivitas yang berpotensi membebani pikiran pasien Motivasi keluarga untuk lebih banyak memberikan support psikis dalam keseharian pasien

PENATALAKSANAAN
Medikamentosa IGD:
IVFD Ringas + Neurosanbe Drip 20 tpm Injeksi Ranitidine 1 amp Injeksi Ondansentron 1 amp

Obat pulang:
Paracetamol 500mg 3x1 tab Ranitidine 150mg 2x1 tab Cortidex 0,5mg 2x1 tab Alprazolam 0,25mg 1x1 tab malam

PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam Quo ad functionam : dubia ad bonam

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI
Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik ( sebagai contoh: nyeri, mual, dan pusing ) di mana tidak ditemukan penjelasan medis yang adekuat.

KLASIFIKASI (DSM-IV-TR)
Keluhan dibedakan setiap subtipe, yaitu: I. Gangguan somatisasi II. Gangguan konversi III Hipokondriasis IV Gangguan dismorfik tubuh V Gangguan nyeri

MANIFESTASI KLINIS
Karakteristik gangguan somatoform terbagi menjadi tiga fitur klinis: (1) keluhan somatik yang memberi kesan suatu penyakit medis gawat namun tidak terkait dengan gangguan perifer serius yang dapat dibuktikan; (2) faktor psikologis dan konflik yang tampaknya penting dalam memulai, memperburuk, serta menjaga kondisi gangguan; dan (3) gejala atau masalah kesehatan diperbesar yang tidak di bawah kendali sadar pasien.

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI
Gangguan somatisasi adalah ekspresi dari distres personal dan sosial dalam bentuk keluhan fisik yang dihubungkan dengan perilaku mencari bantuan medis. Gangguan somatisasi ditandai oleh banyak gejala somatik yang tidak dapat dijelaskan secara adekuat berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium.

Gangguan somatisasi dibedakan dari gangguan somatoform lainnya karena banyaknya keluhan yang ada dan melibatkan sistem organ multipel. Gangguan ini bersifat kronis dan disertai distres psikologis bermakna, gangguan fungsi sosial dan pekerjaan, dan perilaku mencari bantuan medis yang berlebihan.

EPIDEMIOLOGI
Wanita > pria (5:1) Gangguan somatisasi biasanya dimulai pada usia dewasa muda 30 tahun (seringkali muncul pada usia belasan tahun)

ETIOLOGI
Faktor psikososial. Rumusan psikososial mengenai penyebab gangguan melibatkan interpretasi gejala sebagai suatu tipe komunikasi sosial, yang hasilnya berupa sikap menghindari kewajiban, mengekspresikan emosi, atau untuk melambangkan suatu perasaan atau keyakinan. Faktor biologis. Beberapa penelitian mengatakan bahwa pasien memiliki gangguan perhatian dan kognitif yang dapat menyebabkan persepsi dan penilaian yang salah terhadap input somatosensorik. Faktor genetika. Gangguan somatisasi dapat ditemukan pada 10-20 % sanak saudara wanita derajat pertama dari pasien. Pada keluarga ini, sanak saudara lakilaki derajat pertama rentan terhadap penyalahgunaan zat dan gangguan kepribadian antisosial.

GAMBARAN KLINIS
Mual dan muntah (selain selama kehamilan) Nyeri di lengan dan tungkai

Kesulitan menelan

Nafas pendek yang tidak berhubungan dengan aktifitas

Amnesia

Komplikasi kehamilan dan menstruasi (gejala yang paling sering)

KRITERIA DIAGNOSTIK (DSM-IV-TR)


(A) Riwayat banyak keluhan fisik yang dimulai sebelum usia 30 tahun yang terjadi selama periode beberapa tahun dan membutuhkan terapi, yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.

KRITERIA DIAGNOSIS (DSM-IV-TR)


(B) Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan, dengan gejala individual yang terjadi pada sembarang waktu selama perjalanan gangguan:
Empat gejala nyeri: riwayat nyeri yang berhubungan dengan sekurangnya empat tempat atau fungsi yang berlainan Dua gejala gastrointestinal: riwayat sekurangnya dua gejala gastrointestinal selain nyeri

Satu gejala seksual: riwayat sekurangnya satu gejala seksual atau reproduktif selain dari nyeri

Satu gejala pseudoneurologis: riwayat sekurangnya satu gejala atau defisit yang mengarahkan pada kondisi neurologis yang tidak terbatas pada nyeri

KRITERIA DIAGNOSIS (DSM-IV-TR)


(C) Terdapat salah satu dari di bawah ini :

setelah pemeriksaan yang tepat, setiap gejala pada poin B tidak dapat dijelaskan sepenuhnya; berkaitan dengan suatu kondisi medik umum maupun akibat efek zat tertentu (contoh: penyalahgunaan obat, medikasi).

bila terdapat kondisi medik umum yang berhubungan, maka keluhan fisik atau hendaya sosial dan pekerjaan cenderung berlebihan daripada yang diperkirakan sesuai hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan nilai laboratorium.

KRITERIA DIAGNOSIS (DSM-IV-TR)

(D) Gejala-gejala yang ada bukan akibat kesengajaan atau dibuat-buat.

DIAGNOSIS BANDING
Gangguan kondisi medis umum multiple sclerosis myastenia gravis SLE AIDS porphyria intermitten akut hypertiroidisme hyperparatyroidisme infeksi sistemik kronis Gangguan Mental Gangguan Depresi Berat Anxietas Schizofrenia (psikosis) Meskipun ditemukan gejala somatis, namun gejala gangguan mental terkait lebih menonjol. Gangguan Somatoform Lain Hypochondriasis Gangguan Konversi Gangguan Nyeri

PERJALANAN PENYAKIT & PROGNOSIS


Gangguan somatisasi berlangsung kronik, umumnya dimulai sebelum usia 30 thn. Prognosis umumnya sedang sampai buruk.

TERAPI
Farmakoterapi Psikofarmaka bila ada gangguan mood atau gangguan kecemasan. Psikoterapi Psikoterapi baik individual dan kelompok.

ASPEK DIAGNOSTIK
Pada pasien diduga mengalami gangguan somatisasi didiagnosa berdasarkan kriteria diagnosis DSM-IV-TR : (A) Riwayat banyaknya keluhan fisik sejak sebelum usia 30 tahun yang muncul dalam banyak periode selama beberapa tahun dan terdapat hendaya berat dalam kehidupan sosial, pekerjaan, atau bidang penting lainnya. Pasien merupakan seorang mahasiswa yang juga bekerja paruh waktu sebagai guru taman kanak-kanak. Pasien seringkali mengeluhkan kondisi tempat kerja yang dirasa kurang nyaman dan beban kegiatan perkuliahan yang semakin berat sebagai mahasiswa tingkat akhir kepada kakak pasien. Keluhan fisik yang berhubungan dengan penurunan kondisi fisik pasien diakui sudah terjadi sekitar 5 tahun belakangan.

ASPEK DIAGNOSTIK
(B) Setiap kriteria di bawah ini harus ada, dengan gejala individual dapat timbul kapan saja selama perjalanan penyakit : empat rasa nyeri : riwayat rasa nyeri pada minimal empat bagian atau fungsi tubuh (contoh : kepala, abdomen, punggung, sendi, ekstremitas, dada, rektum, selama menstruasi, selama hubungan seksual, atau ketika buang air kecil) dua gejala gastrointestinal: riwayat minimal dua gejala gastrointestinal selain rasa nyeri (contoh : mual, kembung, muntah di luar kehamilan, diare, atau intoleransi jenis makanan tertentu)
pada pasien ditemukan keluhan mual, rasa begah di perut, dan alergi udang. pada pasien ditemukan keluhan nyeri kepala, nyeri perut, nyeri seluruh tubuh, nyeri menstruasi, dan nyeri sendi.

ASPEK DIAGNOSTIK
satu gejala seksual: riwayat minimal satu gejala seksual atau reproduksi selain rasa nyeri (contoh : indiferensiasi seksual, disfungsi ereksi atau ejakulasi, menstruasi ireguler, pendarahan menstrual yang banyak, muntah terus-menerus sepanjang periode kehamilan)

satu gejala pseudoneurologikus: riwayat minimal satu kali gejala atau defisit yang menandakan gangguan neurologis, tidak terbatas pada rasa nyeri

pada pasien ditemukan riwayat menstruasi tidak teratur sejak beberapa tahun yang lalu.

pada pasien ditemukan keluhan rasa lemah pada kaki dan riwayat kejang.

ASPEK DIAGNOSTIK
(C) Terdapat salah satu dari di bawah ini: setelah pemeriksaan yang tepat, setiap gejala pada poin B tidak dapat dijelaskan sepenuhnya berdasarkan kondisi medik umum atau akibat efek zat tertentu (contoh: penyalahgunaan obat, medikasi). bila terdapat kondisi medik umum yang berhubungan, maka keluhan fisik atau hendaya sosial atau pekerjaan cenderung berlebihan dari yang diharapkan sesuai dengan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, atau hasil laboratorium. (D) Gejala-gejala yang ada bukan akibat kesengajaan atau dibuat-buat.

ASPEK TERAPEUTIK
Penanganan terbaik gangguan ini dilakukan oleh satu orang dokter, karena jika dipertemukan dengan orang yang berbeda maka pasien akan mengeluhkan gejala yang lain. Proses terapi harus di monitor secara terjadwal (umumnya bulanan). Kunjungan terapi sebaiknya bersifat singkat, namun pemeriksaan fisik rutin sebaiknya tetap dilakukan guna menemukan keluhan somatik yang baru. Keluhan somatik biasanya dianggap sebagai ekspresi emosional daripada sebagai suatu keluhan medis.

ASPEK TERAPEUTIK
Tujuan terapi ialah menyadarkan pasien bahwa kemungkinan besar keluhan tersebut disebabkan oleh faktor psikologis. Sehingga pada akhirnya pasien mau memeriksakan kesehatan mentalnya. Psikoterapi individu dan kelompok dapat menurunkan biaya pengobatan. Terapi yang diberikan untuk kasus dengan gangguan somatoform bersifat simtomatik sesuai dengan keluhan somatik pasien dan dapat berupa: analgetika, relaksan otot, dan antasida. Tindakan ini harus disertai monitoring yang ketat karena pasien sering tidak disiplin dalam menjalani pengobatan dan menjadi tidak efektif.

ASPEK PROGNOSIS
Gangguan somatisasi bersifat kronis dan melemahkan penderita. Onset biasanya terjadi di usia sebelum 30 tahun dengan durasi selama beberapa tahun. Timbulnya gejala somatik biasanya berhubungan dengan peningkatan kejadian stres. Prognosis yang buruk jika gangguan disertai stress yang berlebihan.

ASPEK PROGNOSIS
Pada pasien ini prognosis ad vitam adalah ad bonam, sesuai dengan hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium yang cenderung dalam batas normal sehingga tidak mengancam jiwa pasien. Pasien juga tidak memiliki tendensi gangguan mental yang mengancam jiwa. Sedangkan prognosis ad functionam adalah dubia ad bonam, karena pasien masih dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari untuk mengurus dirinya sendiri walaupun saat ini menjadi sedikit terganggu.

Anda mungkin juga menyukai