Anda di halaman 1dari 22

1

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS
Nama : Ny. SD
Usia : 49th
Tempat tanggal lahir : Surabaya, 10 Oktober 1964
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jln. Timpar timur Rt 09/04 semper barat
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : IRT
Status Pernikahan : Menikah
No. RM : 150594
Dokter yang merawat : dr. Arief Hakiki, Sp.PD
Ruang : Abudzar 2

II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis pada tanggal 9
januari 2014
Keluhan Utama:
Mual dan muntah sejak 1 hari yl SMRS
Keluhan tambahan :
Batuk-batuk, keringat pada malam hari, napsu makan menurun
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pesien datang ke IGD RSIJ Sukapura dengan keluhan mual dan muntah
sejak 1 hari yl SMRS. Mual dan muntah dirasakan setelah makan atau minum,
muntah sebanyak 2x pada malam hari, muntah berisikan cairan saja, muntah
berwarna putih, mual dan muntah disertai dengan napsu makan yang menurun,
perut pasien merasakan kembung dan tak nyaman, BAK dan BAB tidak ada
keluhan.
Pasien juga mengeluhkan batuk-batuk, batuk dirasakan berdahak, batuk
pertama kali timbul 5 bulan yang lalu, batuk hilang timbul selama 5 bulan, 1 bulan
yang lalu pasien pernah batuk berdahak disertai dengan darah, darah berwarna


2

merah segar, pasien sering merasakan demam pada malam hari disertai dengan
keringat pada malam hari, pasien menyangkal adanya penurunan berat badan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama seperti ini
sebelumnya, riwayat darah tinggi, kencing manis, asma, di diagnosis tb paru 3
minggu yl. Sakit lambung (+), kontak dengan penderita tb paru disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Kencing manis, darah tinggi, asma, flek disangkal.
Riwayat pengobatan
Pasien sedang dalam pengobatan tb paru selama 3 minggu.
Riwayat alergi
Alergi makanan, obat-obatan, debu disangkal.
Riwayat Makanan
Pasien makan 2-3x/hari
Riwayat Psikososial
Pasien sehari-hari sebagai IRT. Merokok, minum alkohol disangkal

III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : CM
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Suhu : 36,5
0
C
Nadi : 80 x/ menit
Pernafasan : 18 x/menit


Status Antopometri
Tinggi badan : 150 cm
Berat badan : 40 kg
BMI : 40 / (1,5)2 = 17,7 (normoweight)
BBI : (150-100) 10% = 45kg



3

Pemeriksaan Umum
Kepala : normocephal
Rambut : berwarna hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, JVP 5-2cmH20
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil tidak isokor
Hidung : normotia, deviasi septum (-), sekret -/-, rhinore -/-
Telinga : normotia, otore -/-, serumen -/-
Mulut : bibir kering (+), caries (-), lidah kotor (-), tonsil T1-T1, faring
tidak hiperemis
Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran KGB

Thorak:
Paru
Inspeksi : bentuk dada normochest. Pergerakan dinding dada
simetris, skar (-)
Palpasi : vokal fremitus paru kanan dan kiri simetris
Perkusi : sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler +/+, rhonki -/+, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis teraba di ICS 5, pada garis midclavikularis
sinistra
Perkusi : Batas jantung kanan pada ICS IV linea parasternalis
dextra
Batas jantung kiri atas pada ICS IV linea parasternalis
sinistra
Batas kiri bawah pada ICS VI linea axilla anterior sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler normal, murmur (-), gallop
(-)
Abdomen:
Inspeksi : perut tampak cembung
Palpasi : hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan epigastrium (+)


4

Perkusi : timpani pada keempat kuadran abdomen
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas atas : akar hangat +/+, edema -/-, RCT < 2 detik
Ekstremitas bawah : akral hangat +/+, edema -/-, RCT < 2 detik

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium
Tanggal 9 Januari 2014, pukul 17.50 WIB
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Hemoglobin 13,4 g/dL 11,7-15,5
Leukosit 9800 ribu/L 4.3-11,0
Hitung jenis
Basofil 0 % 0-3
Eosinofil 4 % 2.00-4.00
Batang 1 % 1-5
Segmen 62 % 51-67
Limfosit 17 % 20-30
Monosit 16 % 2-6
LED 70 mm/jam 0-20
Trombosit 266 Ribu/mm 132-440
Hematokrit 40,5 % 38-47
Na 131 mEq/L 134-146
Ka 2,6 mEq/L 3,4-4,5
Cl 103 mEq/L 96-106
Billirubin total 1,2 Mgr% 0-1,2
SGOT 30 U/L < 31
SGPT 13 U/L < 31







5

VI . RESUME
Seorang pasien wanita usia 49 tahun datang ke IGD RSIJ Sukapura dengan
keluhan mual dan muntah sejak 1 hari yl SMRS. Mual dan muntah dirasakan
setelah makan atau minum, muntah sebanyak 2x pada malam hari, muntah
berisikan cairan saja, muntah berwarna putih, mual dan muntah, napsu makan
menurun, perut kembung dan tak nyaman.
Pasien mengeluhkan batuk, batuk dirasakan berdahak, batuk pertama kali
timbul 5 bulan yang lalu, batuk hilang timbul selama 5 bulan, 1 bulan yang lalu
pasien pernah batuk berdahak disertai dengan darah, darah berwarna merah segar,
pasien sering merasakan demam pada malam hari disertai dengan keringat pada
malam hari.
Pemeriksaan fisik : pasien tampak sakit sedang, CM. TD: 110/80mmHg,
N: 80x/m, RR: 18x/m, S: 36,5c. antopometri underweight, bibir kering,
auskultasi thorak ronki -/+, palpasi abdomen nyeri tekan epigastrium (+),
pemeriksaan lab : monosit 16%, LED 70mm/jam, natrium 131 mEq/L, Ka 2,6
mEq/L.

VI. DAFTAR MASALAH
1. Dyspepsia
2. TB paru
3. Hiponatremia
4. Hipokalemia

VII. ASSESMENT
1. Dyspepsia
S: pasien mengeluhkan mual dan muntah, muntah sebanyak 2x, berisikan
cairan, cairan berwarna putih, rasa tak nyaman di perut, perut terasa
kembung.
O: Nyeri tekan epigastrium (+)
A: dyspepsia dengan DD/ drugs induced hepatitis
P: rencana diagnostik : periksa kadar bilirubin total, SGOT,SGPT
Terapi nonfarmakologis : diit makanan lunak, jangan yang pedas


6

Terapi farmakologis : - IVFD Asering 1:1 Dextrose 5%/ 6 jam
- Inj omeprazole 20mg 1x1
- Inj Ondansentron 8mg 3x1
- Curcuma 3x1
2. TB paru
S: Batuk berdahak lebih dari 5 bulan, pernah batuk berdahak bercampur
dengan darah, keringat pada malam hari, demam pada malam hari, sedang
menjalani pengobatan OAT FDC selama 3 minggu
O: Auskultasi paru : ronki -/+, rontgen tanggal 18 desember 2013 kesan tb
paru sinistra, LED 70mm/jam
A: TB paru BTA?? Kasus baru, dengan pengobatan OAT FDC selama 3
minggu
P: Rencana diagnostik : pemeriksaan BTA sputum 3x (SPS), rontgen
thorak PA ulang
Terapi nonfarmakologis : makan-makanan yang bergizi setiap hari, telur
ayam minima 1 hari/ butir.
Terapi farmakologis : - lanjutkan terapi OAT FDC 1x3
3. Hiponatremia
S: (-)
O: Na : 131 mEq/L
A: Hiponatremia
P: Nacl tab 3x1
4. Hipokalemia
S: (-)
O: Ka : 2,6 mEq/L
A: Hipokalemia
P: Terapi nonfarmakologis : Perbanyak makan pisang
Terapi farmakologis : koreksi dengan kcl 25 mEq dalam asering/6jam
Cek ulang post koreksi





7


Tanggal
/jam
S O A P
10/1/14
Pukul
07.00
Batuk-batuk (+), mual
(-), muntah (-), napsu
makan mulai membaik,
lemas (+)
Tampak sakit
sedang, CM
TD: 110/80mmHg,
N: 80x/m, S:
36,5c, RR: 18x/m
Hasil BTA 1= 1+
1. Dyspepsia
2. TB paru BTA (+)
kasus baru dengan
pengobatan OAT 3
minggu
3. Hiponatremia
4. Hipokalemia

- IVFD Assering 1:1
dextrose 5%/ 6jam
- inj ondansentron
2x1
- inj omeprazole 2x1
- curcuma 3x1
- OAT FDC 1x3 tab
11/1/14
Pukul
07.30
Batuk-batuk (+),
keringat malam hari
(+), lemas (+)
Tampak sakit
sedang, CM
TD: 110/80mmHg,
N: 88x/m, S:
36,6c, RR: 18x/m
BTA 2 = 1+
1. Dyspepsia
2. TB paru BTA (+)
kasus baru dengan
pengobatan OAT 3
minggu
3. Hiponatremia
4. Hipokalemia

- Lanjutkan terapi








\






8

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh
Mycobacterium tuberkulosis. Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien TB
baru dan 3 juta kematian akibat TB diseluruh dunia. Diperkirakan 95% kasus TB
dan 98% kematian akibat TB didunia, terjadi pada negara-negara berkembang.
Demikian juga, kematian wanita akibat TB lebih banyak dari pada kematian
karena kehamilan, persalinan dan nifas.
1
Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara
ekonomis (15-50 tahun). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan
kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada
kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20-30%. Jika ia
meninggal akibat TB, maka akan kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun.
Selain merugikan secara ekonomis, TB juga memberikan dampak buruk lainnya
secara sosial stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat.
2
Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat.
Jumlah pasien TB di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India
dan Cina dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TB didunia.
Diperkirakan pada tahun 2004, setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian
101.000 orang. Insidensi kasus TB BTA positif sekitar 110 per 100.000
penduduk.
2











9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang
disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang ditandai dengan pembentukan
granuloma pada jaringan yang terinfeksi. Mycobacterium tuberculosis merupakan
kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru / berbagai organ tubuh lainnya
yang bertekanan parsial tinggi. Penyakit tuberculosis ini biasanya menyerang paru
tetapi dapat menyebar ke hampir seluruh bagian tubuh termasuk meninges, ginjal,
tulang, nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan.
Individu kemudian dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau
ketidakefektifan respon imun.
2
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang
paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Penyakit infeksi paru
tersebut disebabkan oleh MikobakteriumTuberkulosis
Ada 3 varian M. Tuberkulosis:
1. Var. Humanus
2. Var. Bovinum
3. Var. Avium
Yang paling banyak ditemukan pada manusia adalah M. Tuberkulosis Humanus.

2.2 Gejala Penyakit Tbc
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus
yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak
terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan
diagnosa secara klinik.







10


Gejala sistemik/umum:
Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah)
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan
malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam
seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
Penurunan nafsu makan dan berat badan
Perasaan tidak enak (malaise), lemah
Gejala khusus:
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan
kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara mengi,
suara nafas melemah yang disertai sesak.
Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai
dengan keluhan sakit dada.
Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang
pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di
atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan
disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam
tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi
kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50%
anak yang kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji
tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan 5 tahun yang tinggal serumah dengan
penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi
berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.
2

2.3 Penularan TB
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang
paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
1


11

Cara penularan
Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.
Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar
3000 percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana
percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi
jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman.
Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan
lembab. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan
dahak, makin menular pasien tersebut. Faktor yang memungkinkan seseorang
terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan
lamanya menghirup udara tersebut.
3
Risiko penularan
Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak.
Pasien TB paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan
lebih besar dari pasien TB paru dengan BTA negatif. Risiko penularan setiap
tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis Infection (ARTI) yaitu
proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu tahun. ARTI sebesar
1%, berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk terinfeksi setiap tahun.
ARTI di Indonesia bervariasi antara 1 3%. Infeksi TB dibuktikan dengan
perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif.
Risiko menjadi sakit TB
Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan menjadi sakit TB. Dengan
ARTI 1%, diperkirakan diantara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 1000
terinfeksi TB dan 10% diantaranya (100 orang) akan menjadi sakit TB setiap
tahun. Sekitar 50 diantaranya adalah pasien TB BTA positif. Faktor yang
mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB adalah daya tahan
tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi buruk).
HIV merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi yang terinfeksi TB menjadi
sakit TB. Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh
seluler (Cellular immunity), sehingga jika terjadi infeksi oportunistik, seperti


12

tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan bisa
mengakibatkan kematian. Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka
jumlah pasien TB akan meningkat, dengan demikian penularan TB di masyarakat
akan meningkat pula.
1

2.4 Patofisiologi
Pada tuberkulosis, basil tuberculosis menyebabkan suatu reaksi jaringan
yang aneh di dalam paru-paru meliputi : penyerbuan daerah terinfeksi oleh
makrofag, pembentukan dinding di sekitar lesi oleh jaringan fibrosa untuk
membentuk apa yang disebut dengan tuberkel. Banyaknya area fibrosis
menyebabkan meningkatnya usaha otot pernafasan untuk ventilasi paru dan oleh
karena itu menurunkan kapasitas vital, berkurangnya luas total permukaan
membrane respirasi yang menyebabkan penurunan kapasitas difusi paru secara
progresif, dan rasio ventilasi-perfusi yang abnormal di dalam paru-paru dapat
mengurangi oksigenasi darah.
1



















13

2.5 Diagnosa
Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal
yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah:
* Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.
* Pemeriksaan fisik.
* Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).
* Pemeriksaan patologi anatomi (PA).
* Rontgen dada (thorax photo).
* Uji tuberkulin.
Diagnosis TB Paru
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu
atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur
darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik,demam meriang
lebih dari satu bulan. Gejala gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada
penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker
paru, dan lain-lain. Mengingat prevalensi TB paru di Indonesia saat ini masih
tinggi, maka setiap orang yang datang ke UPK dengan gejala tersebut diatas,
dianggap sebagai seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan
pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung pada pasien remaja dan dewasa,
serta skoring pada pasien anak.
4

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai
keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak
untuk diagnosis pada semua suspek TB dilakukan dengan mengumpulkan 3
spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan
berupa dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS):
4
S (sewaktu):
Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali. Pada
saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi
pada hari kedua.




14

P (Pagi):
Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur.
Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK.
S (sewaktu):
Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan dahak
pagi.Diagnosis TB Paru pada orang remaja dan dewasa ditegakkan dengan
ditemukannya kuman TB (BTA).
Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak
mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks,
biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang
sesuai dengan indikasinya. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan
pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang
khas pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis. Gambaran kelainan
radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit. Untuk lebih jelasnya
lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek TB paru pada lampiran.
4
Indikasi Pemeriksaan Foto Toraks
Pada sebagian besar TB paru, diagnosis terutama ditegakkan dengan
pemeriksaan dahak secara mikroskopis dan tidak memerlukan foto toraks. Namun
pada kondisi tertentu pemeriksaan foto toraks perlu dilakukan sesuai dengan
indikasi sebagai berikut:
Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus ini
pemeriksaan foto toraks dada diperlukan untuk mendukung diagnosis TB
paru BTA positif. (lihat bagan alur di lampiran 2)
Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen dahak
SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada
perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT(non fluoroquinolon).
Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat yang
memerlukan penanganan khusus (seperti: pneumotorak, pleuritis
eksudativa, efusi perikarditis atau efusi pleural) dan pasien yang
mengalami hemoptisis berat (untuk menyingkirkan bronkiektasis atau
aspergiloma).



15

Diagnosis TB Ekstra Paru
Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk
pada Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran
kelenjar limfe superfisialis pada limfadenitis TB dan deformitas tulang
belakang (gibbus) pada spondilitis TB dan lain-lainnya.
Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat
ditegakkan berdasarkan gejala klinis TB yang kuat (presumtif) dengan
menyingkirkan kemungkinan penyakit lain.
Ketepatan diagnosis bergantung pada metode pengambilan bahan
pemeriksaan dan ketersediaan alat-alat diagnostik, misalnya uji mikrobiologi,
patologi anatomi, serologi, foto toraks, dan lain-lain.
Uji Tuberkulin
Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan yang paling bermanfaat
untuk menunjukkan sedang/pernah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis dan
sering digunakan dalam Screening TBC. Efektifitas dalam menemukan infeksi
TBC dengan uji tuberkulin adalah lebih dari 90%. Penderita anak umur kurang
dari 1 tahun yang menderita TBC aktif uji tuberkulin positif 100%, umur 12
tahun 92%, 2 4 tahun 78%, 46 tahun 75%, dan umur 612 tahun 51%. Dari
persentase tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar usia anak maka hasil uji
tuberkulin semakin kurang spesifik. Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin,
namun sampai sekarang cara mantoux lebih sering digunakan. Lokasi penyuntikan
uji mantoux umumnya pada bagian atas lengan bawah kiri bagian depan,
disuntikkan intrakutan (ke dalam kulit). Penilaian uji tuberkulin dilakukan 4872
jam setelah penyuntikan dan diukur diameter dari pembengkakan (indurasi) yang
terjadi:
1. Pembengkakan (Indurasi) : 04mm, uji mantoux negatif. Arti klinis : tidak
ada infeksi Mycobacterium tuberculosis.
2. Pembengkakan (Indurasi) : 59mm, uji mantoux meragukan. Hal ini bisa
karena kesalahan teknik, reaksi silang dengan Mycobacterium atypikal
atau pasca vaksinasi BCG.
3. Pembengkakan (Indurasi) : >= 10mm, uji mantoux positif. Arti klinis :
sedang atau pernah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis.


16


Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.
5










17

2.6 Pengobatan Tuberkulosis
5
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah
terjadinya resistensi kuman terhadap OAT.
Prinsip pengobatan
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:
OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam
jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan
gunakan OAT tunggal (monoterapi) . Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis
Tetap (OAT KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan
langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas
Menelan Obat (PMO).
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
Tahap awal (intensif)
- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu
diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya
pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi)
dalam 2 bulan.


18

Tahap Lanjutan
- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam
jangka waktu yang lebih lama.
- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga
mencegah
terjadinya kekambuhan.
Paduan OAT yang digunakan di Indonesia
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis di Indonesia:
- Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
- Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE)
- Kategori Anak: 2HRZ/4HR
Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket berupa
obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT), sedangkan kategori anak sementara
ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak.
Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet.
Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu
paket untuk satu pasien.
Paket Kombipak.
Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket, yaitu Isoniasid,
Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol. Paduan OAT ini disediakan program
untuk mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT KDT. Paduan OAT
ini disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan untuk memudahkan pemberian
obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu
(1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan. KDT mempunyai
beberapa keuntungan dalam pengobatan TB:
1. Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin
efektifitas obat dan mengurangi efek samping.
2. Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko
terjadinya resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan
resep.


19

3. Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat
menjadi sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien.

Paduan OAT dan peruntukannya.
1. Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
Pasien baru TB paru BTA positif.
Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif.
Pasien TB ekstra paru.

2. Kategori -2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati
sebelumnya:
Pasien kambuh.
Pasien gagal.
Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus).




20

Catatan:
Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin
adalah 500mg tanpa memperhatikan berat badan. Untuk perempuan hamil lihat
pengobatan TB dalam keadaan khusus.Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram
yaitu dengan menambahkan aquabidest sebanyak 3,7ml sehingga menjadi 4ml.
(1ml = 250mg).

3. OAT Sisipan (HRZE)
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif
kategori 1 yang diberikan selama sebulan (28 hari).

Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya
kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru
tanpa indikasi yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada
OAT lapis pertama. Di samping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko
resistensi pada OAT lapis kedua.
pencegahan terhadap TB terdiri atas :
a. Promotif
1. Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC
2. Pemberitahuan baik melalui spanduk/iklan tentang bahaya TBC, cara
penularan, cara pencegahan, faktor resiko
3. Mensosialisasiklan BCG di masyarakat.
b. Preventif
1. Vaksinasi BCG
2. Menggunakan isoniazid (INH)
3. Membersihkan lingkungan dari tempat yang kotor dan lembab.
4. Bila ada gejala-gejala TBC segera ke Puskesmas/RS, agar dapat
diketahui secara dini.


21

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tuberkulosis ( TB ) adalah suatu penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (MTB) 1 . Robert Koch pertama kali
menemukan MTB pada tahun 1882 2. Laporan TB dunia oleh WHO yang terbaru
(2006), masih menempatkan Indonesia sebagai penyumbang TB terbesar nomor 3
di dunia setelah India dan Cina. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun
1995, menempatkan TB sebagai penyebab kematian ketiga terbesar setelah
penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan, dan merupakan nomor
satu terbesar dalam kelompok penyakit infeksi.
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai
keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak
untuk diagnosis pada semua suspek TB dilakukan dengan mengumpulkan 3
spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan
berupa dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS).
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah
terjadinya resistensi kuman terhadap OAT.

3.2 Saran
Agar pengobatan pasien penderita TBC mendapatkan kesembuhan maka
seharusnya pasien dan keluarga menjalin kerja sama dengan tenaga medis dalam
pengobatan mengingat TBC merupakan infeksi yang menular dan membutuhkan
waktu dan ketaatan mengkonsumsi obat yang lama.









22

DAFTAR PUSTAKA
1. Price. A,Wilson. L. M. Tuberkulosis Paru. Dalam: Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit, bab 4, Edisi VI. Jakarta: EGC, 2004 : 852-
64.
2. Roebiono PS. Tuberkulosis Merupakan Penyakit Infeksi Yang Masih
Merupakan Masalah Dalam Masyarakat. 17 Juli 2009. Available from
http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-hiswani6.pdf
3. Djohan PA. Epidemiologi TBC di Indonesia. 22 Juli 2009. Available from
http://www.tbci ndonesia_Or_Id.htm l
4. Amin Z, Bahar S. Tuberkulosis paru. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B,
Alwi I ,Simadibrata KM, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid
II, Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI , 2006: 998-1005, 1045-9.
5. NN. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. 27 Juli 2009.
Available from http://www.tbindonesia.or.id/pdf/BPN_2007.pdf
6. Chandra P, Evelyn P. Tuberculosis. 22 Juli 2009. Available from h ttp://
www.en.wikipedia.org/wiki/Tuberculosis

Anda mungkin juga menyukai

  • LaporanKasus-Radiologi HHD
    LaporanKasus-Radiologi HHD
    Dokumen21 halaman
    LaporanKasus-Radiologi HHD
    Dedek Rahmat Pratama Arman
    Belum ada peringkat
  • Tipe Tipe Fraktur
    Tipe Tipe Fraktur
    Dokumen14 halaman
    Tipe Tipe Fraktur
    Dedek Rahmat Pratama Arman
    Belum ada peringkat
  • Radiologi Sign Jantung
    Radiologi Sign Jantung
    Dokumen26 halaman
    Radiologi Sign Jantung
    Dedek Rahmat Pratama Arman
    Belum ada peringkat
  • JR Arman Diskusi
    JR Arman Diskusi
    Dokumen2 halaman
    JR Arman Diskusi
    Dedek Rahmat Pratama Arman
    Belum ada peringkat
  • Cover Lapkas Stroke
    Cover Lapkas Stroke
    Dokumen2 halaman
    Cover Lapkas Stroke
    Pandu Anggoro
    Belum ada peringkat
  • Expertise OA Arman
    Expertise OA Arman
    Dokumen12 halaman
    Expertise OA Arman
    Dedek Rahmat Pratama Arman
    Belum ada peringkat
  • Lapkas2 Stroke PIS
    Lapkas2 Stroke PIS
    Dokumen35 halaman
    Lapkas2 Stroke PIS
    Dedek Rahmat Pratama Arman
    Belum ada peringkat
  • Presus Hipertiroid
    Presus Hipertiroid
    Dokumen17 halaman
    Presus Hipertiroid
    Dedek Rahmat Pratama Arman
    Belum ada peringkat
  • Refresh
    Refresh
    Dokumen6 halaman
    Refresh
    Maria Rudi
    Belum ada peringkat
  • Journal DR - Fuad
    Journal DR - Fuad
    Dokumen6 halaman
    Journal DR - Fuad
    Ainun Zamira Habie
    Belum ada peringkat
  • Anatomi Fisiologi Sal Cerna Napas Atas
    Anatomi Fisiologi Sal Cerna Napas Atas
    Dokumen6 halaman
    Anatomi Fisiologi Sal Cerna Napas Atas
    Dedek Rahmat Pratama Arman
    Belum ada peringkat
  • Refreshing Arman
    Refreshing Arman
    Dokumen1 halaman
    Refreshing Arman
    Dedek Rahmat Pratama Arman
    Belum ada peringkat
  • Tes Fungsi Pendengaran
    Tes Fungsi Pendengaran
    Dokumen6 halaman
    Tes Fungsi Pendengaran
    Edo Febryan
    Belum ada peringkat
  • PR Dr. Neneg Efa
    PR Dr. Neneg Efa
    Dokumen4 halaman
    PR Dr. Neneg Efa
    Dedek Rahmat Pratama Arman
    Belum ada peringkat
  • Tinjauan Pustaka
    Tinjauan Pustaka
    Dokumen13 halaman
    Tinjauan Pustaka
    Dedek Rahmat Pratama Arman
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Dedek Rahmat Pratama Arman
    Belum ada peringkat
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Dokumen8 halaman
    Abs Trak
    Dedek Rahmat Pratama Arman
    Belum ada peringkat
  • Cover Tutorial
    Cover Tutorial
    Dokumen1 halaman
    Cover Tutorial
    Dedek Rahmat Pratama Arman
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen11 halaman
    Bab I
    Dedek Rahmat Pratama Arman
    Belum ada peringkat
  • Skenario 1
    Skenario 1
    Dokumen1 halaman
    Skenario 1
    Dedek Rahmat Pratama Arman
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Maria Rudi
    Belum ada peringkat
  • Status Pasien Ujian
    Status Pasien Ujian
    Dokumen15 halaman
    Status Pasien Ujian
    Dedek Rahmat Pratama Arman
    Belum ada peringkat
  • RJP 2010
    RJP 2010
    Dokumen12 halaman
    RJP 2010
    Dedek Rahmat Pratama Arman
    Belum ada peringkat
  • Case Anestesi DM
    Case Anestesi DM
    Dokumen20 halaman
    Case Anestesi DM
    Dedek Rahmat Pratama Arman
    Belum ada peringkat
  • Pengaruh Gangguan Endokrin
    Pengaruh Gangguan Endokrin
    Dokumen27 halaman
    Pengaruh Gangguan Endokrin
    Dedek Rahmat Pratama Arman
    Belum ada peringkat
  • Skenario Coass 3
    Skenario Coass 3
    Dokumen2 halaman
    Skenario Coass 3
    Dedek Rahmat Pratama Arman
    Belum ada peringkat
  • Referat - Bullous Disease
    Referat - Bullous Disease
    Dokumen44 halaman
    Referat - Bullous Disease
    Dedek Rahmat Pratama Arman
    Belum ada peringkat
  • Anestesi Pada Diabetes Mellitus
    Anestesi Pada Diabetes Mellitus
    Dokumen18 halaman
    Anestesi Pada Diabetes Mellitus
    Dedek Rahmat Pratama Arman
    Belum ada peringkat
  • Manajemen Nyeri Akut Post Operasi
    Manajemen Nyeri Akut Post Operasi
    Dokumen8 halaman
    Manajemen Nyeri Akut Post Operasi
    Elfha Monita
    Belum ada peringkat