Anda di halaman 1dari 7

CONTINUING MEDICAL EDUCATION

PENDAHULUAN
Organ paru dengan 300 juta alveoli yang
luas permukaannya sekitar 80 100 m
2

merupakan organ yang paling luas bidang
pajanannya dengan dunia luar.
2
Sebagai
satu-satunya organ dalam tubuh yang ber-
hubungan dengan dunia luar,
3
faktor ling-
kungan berpengaruh besar terhadap pe-
nyakit-penyakit pernapasan. Polusi udara
merupakan bahan kajian penting karena
manusia tidak dapat menghindar dari ba-
han hirup yang ada di lingkungan seperti
partikel debu, gas, atau uap. Pengetahuan
tentang hal-hal yang berhubungan dengan
polusi udara termasuk penilaian tingkat
polusi perlu dikuasai dengan baik agar
dapat melakukan pembahasan mendalam
tentang dampak polusi udara terhadap ke-
sehatan paru.
1
Polusi udara terdiri atas polusi udara dalam
ruangan (PUDR), polusi udara luar ruang-
an (PULR) dan polusi udara akibat dari
lingkungan kerja. PUDR jauh lebih berba-
haya dibandingkan dengan PULR; WHO
menyatakan bahwa PUDR 1000 kali lebih
dapat mencapai paru dibandingkan de-
ngan PULR.
4
Diperkirakan setiap tahun ada
sekitar 3 juta kematian akibat polusi udara,
2,8 juta di antaranya akibat PUDR dan 0,2
juta lainnya akibat PULR.
4
Penelitian di Amerika dan Eropa menunjuk-
kan sebagian besar waktu seseorang diha-
biskan di dalam ruangan; untuk anak-anak,
penderita penyakit dan masyarakat urban
lebih lama dari 90% waktu mereka.
5
Polusi
udara dalam ruangan bukan saja terjadi di
pabrik-pabrik dan di rumah tangga perko-
taan tetapi justru banyak terjadi di desa-de-
sa yang masih mengandalkan pembakaran
kayu, arang, sekam, dan minyak untuk me-
masak. Di negara-negara berkembang, le-
bih dari 1 miliar penduduk masih menggu-
nakan pembakaran kayu atau bahan bakar
biomassa lain tanpa cerobong asap yang
memadai di rumahnya.
6
Sukar dkk. (1993)
8

mendapatkan lebih banyak kasus pneumo-
nia di kalangan anak-anak yang oleh orang
tuanya dibawa ke dapur.
EPIDEMIOLOGI
Di India sekitar 500.000 perempuan dan
anak-anak tiap tahun meninggal akibat
PUDR dan sekitar 80% rumah tangga
memakai biomassa untuk memasak. Pen-
duduk pedesaan berisiko terkena PUDR
berkaitan dengan masalah penggunaan
kayu bakar, arang dan sekam untuk me-
masak.
9
Jumlah penduduk Indonesia tahun 2003
adalah 216.708.030 orang (BPS), 52% di
antaranya tinggal di pedesaan.
10
Jika dia-
sumsikan 80% memakai biomassa sebagai
bahan bakar di dapur maka jumlah pen-
duduk pedesaan yang berisiko terkena
PUDR adalah 89.526.421 orang.
6

PRINSIP-PRINSIP INHALASI
Partikel polutan dapat berbentuk padat
maupun droplet. Deposisi partikel yang
terinhalasi bergantung pada beberapa fak-
tor termasuk ukuran partikel, anatomi sa-
luran napas, dan pola napas. Partikel > 10
m akan disaring secara efektif di hidung
dan nasofaring, kemudian dibatukkan atau
ditelan. Partikel < 10 m akan berhenti di
cabang cabang trakeobronkial. Deposisi
partikel berukuran antara 1 -2 m di alveoli
paru, sedangkan partikel < 0,5 m akan
sampai ke permukaan alveoli. Pembersi-
han partikel dari saluran napas oleh mu-
kosilier sangat efisien dalam beberapa jam
sedangkan di alveoli sangat lambat.
12,13
Pe-
nelitian di California membuktikan bahwa
partikel debu yang sangat kecil di udara
pernapasan akan masuk ke dalam sel dan
menimbulkan reaksi inflamasi dalam mi-
tokondria, menghasilkan interleukin dan
enzim yang mengganggu metabolisme
sel.
Penelitian-penelitian lain menghubungkan
polusi udara dengan angka absensi seko-
lah, angka kejadian masuk rumah sakit, pe-
mendekan rerata lama hidup, penurunan faal
paru, penyakit jantung dan keganasan.
5
SUMBER DAN KLASIFIKASI PUDR
Polusi udara dalam ruangan berasal dari
banyak sumber termasuk material gedung,
agen biologik, dan bahkan manusia yang
menempati ruangan. Polusi dari luar juga
dapat masuk ke dalam ruangan dan bisa
berasal dari tanah sebagai gas. Sumber-
sumber polusi tersebut di antaranya dari ha-
sil pembakaran, penguapan, agen biologik,
dan radon. Hasil pembakaran bersumber
dari kompor masak, rokok, cerobong asap,
kompor kayu, dan juga pemanas ruangan.
Evaporasi senyawa organik yang mudah
menguap berasal dari material bangunan
dan produk timah sehingga mencemari
lingkungan. Jenis agen biologik bisa be-
rasal dari organisme pada binatang ternak
maupun pada manusia.
7,12
Konsentrasi PUDR bergantung pada sum-
ber PUDR dan ventilasi dengan udara luar.
Ventilasi dipengaruhi konstruksi gedung,
arah, dan lokasi gedung, jumlah dinding dan
jendela, keberadaan tanah lapang yang men-
gelilingi gedung, kecepatan angin, perbe-
daan suhu di dalam dan di luar gedung, ser-
ta sistem ventilasi.
12
Ventilasi udara gedung
modern dilakukan oleh sistem pemanasan,
ventilasi, dan air conditioning (AC) secara
terpusat. Sistem ini bermacam-macam mes-
kipun maksudnya sama yaitu membebaskan
udara yang dihirup dari polusi.
5

Berbagai sumber PUDR dapat dilihat pada
tabel 1.
7

Akreditasi IDI 2 SKP
Pengaruh Polusi Udara dalam Ruangan
terhadap Paru
Syaiful Hidayat, Faisal Yunus, Agus Dwi Susanto
Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia - RS Persahabatan, Jakarta
8 CDK-189/ vol. 39 no. 1, th. 2012 8
CONTINUING MEDICAL EDUCATION
Tabel 1. Berbagai macam PUDR dan sumbernya
7
Polutan Sumber
Produk hasil pembakaran
Karbon monoksida Gas, batubara
Nitrogen dioksida Kompor kayu dan batubara
Sulfur dioksida Gas, batubara, dan propane
Senyawa nitrogen Pemanas ruangan
Bahan bakar lilin
Asap tembakau
Karbon monoksida Rokok
Nitrogen dioksida Cerutu
Karbon dioksida
Hidrogen sianida
Nitrosamin
Hidrokarbon aromatik
Benzo[a]piren
Partikel
Benzena
Formaldehid
Nikotin
Formaldehid Partikel papan, plywood, panil
Karpet
Beberapa bahan furnitur
Busa urea-formaldehid
Pengharum dan pembersih ruangan
Hasil pembakaran (gas, tembakau, kayu)
Resin dan beberapa lem
Asap tembakau
Kosmetik
Tekstil
Agen biologik
Spora jamur Jamur
Bakteri Alat pelembab
Virus Tanaman
Radon Dari tanah, batu dan air yang berdifusi melalui
retakan dan lubang pada fondasi atau lantai sumur
Volatile organic compounds
Alkana Tripleks (plitur)
Hidrokarbon aromatik Bahan untuk papan
Ester Karpet
Alkohol Cat
Aldehid
Keton
ROKOK
Rokok mengandung tidak kurang dari
4.000 bahan organik, baik berupa gas mau-
pun partikel yang telah diidentifikasi dari
daun tembakau maupun asap rokok. Bahan-
bahan tersebut umumnya bersifat toksik,
karsinogenik dan beberapa bahan bersifat
radioaktif dan adiktif.
5,14
Pajanan asap rokok merupakan hal yang
paling dikenal dan paling banyak diteliti
sebagai sumber polusi. Orang yang mero-
kok akan mengeluarkan asap rokok yang
bukan saja terisap oleh perokok sendiri tapi
juga oleh orang tidak merokok di dekatnya.
Orang yang bukan perokok yang berada di
lingkungan yang tercemar asap rokok dise-
but perokok pasif.
5
Asap rokok yang berada di sekitar perokok
mengandung bahan toksik dan karsinogenik
yang sama seperti yang diisap oleh perokok
sehingga efek pada perokok pasif hampir
sama dengan efek pada perokok aktif. Ab-
sorpsi asap rokok oleh perokok pasif dipe-
ngaruhi oleh jumlah produksi asap, dalam-
nya isapan, ventilasi untuk penyebaran atau
pergerakan asap, jarak dengan perokok dan
lamanya pajanan.
Ada bukti kuat hubungan merokok dengan
kanker paru; risiko relatif kanker paru pada
perokok adalah 7 kali lebih tinggi diban-
dingkan dengan yang tidak merokok.
15
Asap
rokok selain berefek karsinogenik, juga dapat
menyebabkan iritasi saluran napas oleh sulfur
dioksida, amonia dan formaldehid. Perokok
pasif juga dihubungkan dengan fenomena
alergi seperti peningkatan serum imunoglo-
bulin E (IgE) sehingga asap rokok berpotensi
menginduksi asma melalui mekanisme sensi-
tisasi dan iritasi.
12
Beberapa efek pajanan asap
rokok dapat dilihat pada tabel 2.
7
Perbaikan ventilasi bisa mengurangi bau rokok
tetapi tidak menghilangkan efeknya terhadap
kesehatan karena ventilasi tidak bisa meng-
hilangkan komponen asap rokok dari ruang-
an. Tindakan paling efektif adalah membuat
ruangan khusus untuk perokok yang tidak
berhubungan dengan ruangan lain. Sistem
pembersih udara pada kondisi tertentu efek-
tif membersihkan asap rokok dan partikelnya
dari ruangan, tetapi sebagian besar pembersih
udara apalagi yang portabel tidak bisa mem-
bersihkan partikel rokok dari ruangan.
5
9 CDK-189/ vol. 39 no. 1, th. 2012
CONTINUING MEDICAL EDUCATION
PEMANAS RUANGAN
Produk pembakaran dan pemanas ruang-
an berupa CO, NO2 dan SO2. Karbon
monoksida (CO) adalah gas tidak berbau
dan tidak berwarna yang menimbulkan
efek asfiksi karena CO akan mengikat he-
moglobin membentuk karboksi hemoglo-
bin (COHb) yang mengganggu transpor
oksigen di darah. Orang tua, anak-anak
dan penderita penyakit jantung lebih sen-
sitif terhadap kadar CO yang mening-
kat. Methylene chloride dalam cat produk
hiasan bisa mengalami metabolisme men-
jadi CO.
5
Gejala keracunan CO adalah lelah berle-
bihan, nyeri kepala, vertigo, mual muntah,
penurunan kognitif dan takikardi (Tabel 3).
Perdarahan retina merupakan tanda pen-
ting yang bisa diperiksa dengan fundusko-
pi. Selang waktu antara kontaminasi CO
dengan timbulnya keluhan pada penderita
penyakit jantung koroner dan penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK) sangat cepat;
gejalanya mirip influenza, oleh karena itu
waspada pada influenza pada awal musim
dingin (awal pemakaian pemanas ruangan)
atau pada gejala flu yang tidak sembuh de-
ngan terapi.
5,7
Nitrogen dioksida adalah gas berwarna
coklat kemerahan dan pada suhu di bawah
21,2
0
C akan berubah menjadi cairan ku-
ning, kelarutan dalam air rendah namun
larut dalam larutan alkali, karbon disulfida,
dan kloroform. Bau NO2 khas dan dapat
mengiritasi saluran napas pada 1-3 part per
million (ppm).
5,16
Pada pajanan NO2 yang
tinggi misal pada kebakaran gedung akan
terjadi edema paru dan diffuse lung injury.
Pajanan NO2 jangka panjang akan meng-
akibatkan bronkitis akut maupun kronik.
Pajanan NO2 dosis rendah akan menam-
bah hiperresponsif bronkus, memudah-
kan infeksi terutama pada anak-anak dan
menurunkan faal paru pada penderita
PPOK.
5,7,12
Pajanan NO2 5 ppm selama 10 menit me-
nyebabkan peningkatan tahanan jalan
napas.
17
Penderita asma yang terpajan
NO2 cenderung mengalami hiperreaktivi-
tas bronkus terhadap alergen. Penelitian
meta-analisis atas 20 studi penyandang
asma dan 5 studi orang sehat menemukan
peningkatan kecil hiperreaktivitas bronkus
namun bermakna pada penyandang asma
dengan rerata kenaikan 60% setelah pa-
janan NO2.
Sumber terbesar SO2 adalah pembangkit
tenaga listrik dan pembakaran bahan bakar
minyak mengandung sulfur (terutama batu
bara dan oli). Kelarutan SO2 di air sangat
tinggi sehingga gejala utamanya adalah iri-
tasi mukosa mata, hidung dan saluran napas
bagian atas pada kadar > 6 ppm. Rangsang-
an SO2 kadar rendah jangka panjang akan
menurunkan faal paru; pemberian SO2 0,4
ppm pada penderita asma akan menimbul-
kan penyempitan saluran napas (pening-
katan hiperreaktivitas bronkus)
5
AGEN BIOLOGI
Proses pemanasan, ventilasi dan AC mem-
pengaruhi kelembaban dan kualitas udara
dalam ruangan.
5
Akumulasi uap pada kon-
struksi gedung menghasilkan kelembaban
dan pertumbuhan mikroba. Tanda yang
dijumpai biasanya perubahan warna dan
pengelupasan permukaan material, noda
basah, perlekatan, dan bau jamur. Sumber
kelembaban juga dapat berasal dari air hu-
jan, air permukaan, air tanah, dan air lokal
yang tidak terdrainase dengan baik, dan
mengalami kondensasi.
5,18
Tabel 2. Beberapa Efek Pajanan Asap Rokok terhadap Kesehatan
7
Efek pasti
Meningkatkan infeksi saluran napas bawah pada anak-anak
Meningkatkan gejala respirasi pada anak-anak
Menurunkan pertumbuhan paru pada anak-anak
Meningkatkan risiko kanker paru pada yang bukan perokok
Iritasi pada mata, hidung, tenggorokan dan saluran napas bawah
Efek potensial
Meningkatkan gejala respiratorik pada orang dewasa
Menurunkan fungsi paru pada orang dewasa
Eksaserbasi asma
Meningkatkan kanker non-respirasi
Menopouse usia muda
Meningkatkan risiko kematian bayi mendadak
Menurunkan berat badan lahir
Tabel 3. Kadar COHb dan efeknya pada kesehatan
5
COHb darah (%) Efek
80 Kematian
60 Hilang kesadaran, kematian jika pajanan berlanjut
40 Kebingungan, kolaps saat olahraga
30 Sakit kepala, fatigue, sulit mengambil keputusan
7-20 Terdapat perbedaan bermakna pada penurunan konsumsi oksigen
selama olahraga berat pada laki-laki sehat
5-17 Tidak ada perbedaan bermakna terhadap pengurangan kewaspa-
daan, persepsi visual, ketangkasan, kemampuan belajar atau tugas-
tugas sensorimotorik kompleks (seperti menyetir)
5-5,5 Terdapat perbedaan bermakna menurunnya konsumsi oksigen
maksimal selama olahraga berat pada laki-laki dewasa
<5 Tidak ada perbedaan bermakna terhadap pengurangan kewaspa-
daan setelah terpajan CO
2,9-4,5 Terdapat perbedaan bermakna penurunan kapasitas selama olah-
raga misalnya pemendekan durasi olahraga sebelum onset nyeri
pada pasien angina pektoris dan peningkatan durasi serangan
jantung
2,3-4,3 Terdapat perbedaan bermakna penurunan waktu kerja (3-7%)
pada olahragawan laki-laki
10 CDK-189/ vol. 39 no. 1, th. 2012
CONTINUING MEDICAL EDUCATION
Bakteri dan jamur dapat ditemukan pada
makanan dan dapat tumbuh subur pada
saluran air, AC, pelembab, filter pembersih
udara, karpet dan tempat yang ventilasinya
buruk sehingga udara menjadi lembab se-
perti di kamar mandi, dapur, kamar cuci, dan
ruang bawah tanah. Virus dapat terbawa
ke dalam ruangan oleh manusia, binatang
piaraan, dan serangga. Tungau debu dan
serangga lain dapat tumbuh subur di sofa,
kursi, karpet, dan tempat tidur.
5,7,19,20
Sumber
biologik yang menimbulkan polusi udara
dapat dilihat pada tabel 5.
7
Beberapa dampak yang dapat timbul
adalah :
1. Reaksi alergi
Merupakan problem kesehatan paling se-
ring yang dihubungkan dengan rendahnya
kualitas udara dalam ruangan. Keadaan ini
sering dihubungkan dengan binatang pe-
liharaan, seperti anjing dan kucing, tungau
debu rumah, dan serbuk sari tanaman. Pe-
ran tungau sebagai sumber alergen debu
rumah telah diketahui sejak 20 tahun. Ting-
kat risiko yang menyebabkan sensitisasi
adalah 2 mg Der pI (Dhermatophagoides
pteronyssinus allergen I) per gram debu
(atau 100 tungau per gram debu). Tingkat
risiko untuk asma alergi tungau adalah 10
mg Der pI per gram debu (atau 500 tungau
per gram debu). Feld dI adalah alergen pa-
ling signifikan yang diasosiasikan dengan
kucing dan tingkat yang tinggi ditemukan
pada bulu, saliva, dan urin. Rumah tangga
yang memelihara kucing mengandung 2
- 130.000 mg Feld dI tiap gram debu se-
dangkan yang tanpa kucing mengandung
2 - 7500 mg Feld dI tiap gram debu. Can fI
adalah alergen yang ditemukan pada bulu
dan saliva anjing. Jumlahnya 10 10.000
mg per gram debu pada rumah tangga
yang memelihara anjing sedangkan yang
tanpa anjing jumlahnya 0,3 - 23 mg per
gram debu.
7
Reaksi alergi dapat ringan seperti mata be-
rair, bersin-bersin dan ingusan, gatal, batuk,
susah bernapas dan mengi, nyeri kepala,
lesu sampai mengancam nyawa seperti
asma akut berat.
5
Risiko serangan asma di
rumah meningkat pada level Der pI 10 mg/
gram tungau debu dan 25% pasien asma
uji kulitnya positif terhadap ekstrak alergen
dari kucing dan anjing. Identifikasi alergen
spesifik dalam ruangan dilengkapi dengan
uji kulit dan pengukuran antibodi. Gang-
guan tungau debu dapat dikontrol dengan
cara menjemur kasur, mencuci tempat tidur
dengan air panas, dan mengibaskan karpet
di luar rumah. Cara lain adalah dengan
vacuum cleaning.
5,7
Penyakit yang juga sering dihubungkan
dengan reaksi alergi ini adalah peumonitis
hipersensitif, juga disebut allergic alveolitis
; merupakan penyakit paru interstisial yang
disebabkan oleh pajanan airborne antigens.
Pajanan antigen yang terus-menerus akan
mengarah ke endstage fibrosis paru. Pneu-
monitis hipersensitif sering salah didiagno-
sis sebagai infeksi. Prevalensi penyakit ini
pada populasi umum tidak diketahui; da-
pat terjadi di gedung-gedung perkantoran
karena sistem AC dan pelembab terkon-
taminasi bakteri dan jamur sedangkan di
rumah sering karena kontaminasi antigen
burung misalnya pada peternak burung
merpati sehingga penyakit ini disebut pi-
geon breeders di sease. Periode sensitisasi
sebelum terjadi reaksi bisa berbulan-bu-
lan sampai bertahun-tahun. Gejala akut
adalah batuk, sesak napas, panas dingin,
mialgia, lesu dan demam tinggi dengan
gambaran nodul dan infiltrat non-spesifik
dapat ditemukan pada foto toraks. Hi-
tung leukosit dan imunoglobulin G (IgG)
meningkat.
5,20,21
2. Penyakit infeksi
Infeksi bakteri dan virus seperti influenza,
campak, cacar, dan tuberkulosis menyebar
dalam ruangan; paling sering terjadi lewat
orang per orang melalui kontak fisik dan
diperparah pada kondisi ventilasi yang bu-
ruk.
20
a. Tuberkulosis
Penyakit infeksi lewat transmisi udara me-
ningkat berhubungan dengan rendahnya
kualitas udara ruangan. Kenaikan insidens
tuberkulosis setidaknya dihubungkan de-
ngan ramainya orang dalam ruangan dan
ventilasi yang tidak adekuat.
5,20
b. Penyakit Legionnaire
Terutama menyerang orang di atas 50 ta-
hun, khususnya yang mengalami penurunan
daya tahan tubuh, perokok, dan peminum
alkohol. Agennya adalah Legionella pneu-
mophila yang sering ditemukan pada AC,
pelembab, kamar mandi, air ledeng, dan
pada makanan serta sayuran.
5,20
3. Reaksi toksik
Beberapa jamur diketahui memproduksi
substansi toksik sebagai produk metabolis-
menya yang dapat menyebabkan dampak
kesehatan. Jangka pendek dapat menye-
babkan dermatitis, iritasi saluran napas,
nyeri kepala, dan lesu, sedangkan jangka
panjang dapat menyebabkan kanker, ke-
rusakan sistem saraf pusat dan penekan-
an sistem imun. Salah satu jamur toksik
yang paling mendapat perhatian adalah
Stachybotrys atra yang dihubungkan de-
ngan perdarahan paru pada bayi. Jamur
toksik lain adalah Aspergillus, Fusarium,
dan Trichoderma.
5,7,20
Pajanan agen biologik sering dihubungkan
dengan gejala non-spesifik saluran napas
atas dan bawah; beberapa episode dapat
Tabel 5. Agen biologik sebagai sumber polusi udara
7
SUMBER POLUSI UDARA DARI AGEN BIOLOGIK
Acarid Tungau debu dan laba-laba
Serangga Kecoa, jangkrik, kumbang, kutu, lalat, dan nyamuk
Hewan domestik Kucing, anjing, mamalia lainnya, dan burung
Pengerat Liar: tikus liar
Piaraan: mencit dan babi
Jamur Dalam ruangan (yang tumbuh pada permukaan interior atau pada sis-
tem AC): Penicillium, Aspergillus, Rhizopus, dan Cladosporium
Luar ruangan: Beberapa spesies yang masuk melalui udara
Benang sari Berasal dari tanaman di luar atau yang masuk ke dalam
Bakteri Legionella (masuk melalui sistem ventilasi menara pendingin dan stan-
ding water reservoir)
11 CDK-189/ vol. 39 no. 1, th. 2012
CONTINUING MEDICAL EDUCATION
sebagai sick building syndrome.
4
Sick building syndrome adalah suatu
istilah untuk menggambarkan gejala kesehatan akut berupa iritasi
kulit, membran mukosa, dan gejala lain yang dialami oleh pekerja/
penghuni gedung modern tetapi bukan merupakan penyakit spesi-
fik dan penyebabnya tidak dapat diidentifikasi dengan jelas. Keluh-
an ini dapat terjadi lokal di ruangan khusus suatu gedung atau dapat
tersebar di seluruh lokasi gedung.
22,23
Indikator sick bulding syndrome meliputi:
24
Penghuni gedung mengeluh ketidaknyamanan akut berupa
nyeri kepala, iritasi mata, hidung, tenggorokan, batuk kering,
kulit gatal dan kering, pusing dan mual, sulit konsentrasi, dan
lesu;
Penyebab gejala tidak diketahui;
Keluhan membaik setelah meninggalkan gedung.
Beberapa metode untuk membantu menegakkan diagnosis sick
bulding syndrome terlihat pada tabel 6.
25
VOLATILE ORGANIC COMPOUNDS (VOCs)
Benda-benda padat dan cairan memancarkan VOCs sebagai gas
pada suhu ruangan. Volatile organic compounds terdiri atas ber-
bagai macam senyawa kimia, seperti formaldehid, benzena, dan
perkloroetilen yang mempunyai efek jangka pendek dan jangka
panjang. Konsentrasi VOCs secara konsisten lebih tinggi di dalam
ruangan
5,7.
Volatile organic compounds dalam skala luas dipancarkan oleh
produk-produk yang dipakai di rumah, kantor, sekolah dan aktivitas
kesenian, termasuk:
5
Cairan pembersih;
Produk-produk rumah tangga seperti permadani, karpet,
cat, plitur, dan pestisida;
Material bangunan;
Perlengkapan kantor, seperti fotokopi dan percetakan;
Material yang berhubungan dengan fotografi dan lukisan;
Produk yang dilepaskan oleh penghuni gedung seperti kar-
bon dioksida, karbon monoksida, aseton, dan gas organik
bau lainnya melalui pernapasan dan keringat.
Pajanan VOCs dengan konsentrasi 25 mg/m
3
menyebabkan
respons inflamasi dan iritasi saluran napas. Iritasi mukosa salur-
an napas dan efek neurotoksik akan memberikan kontribusi tim-
bulnya gejala kompleks yang dihubungkan dengan sick building
syndrome. Konsentrasi tinggi 25 mg/m
3
VOCs akan menurunkan
VEP1 (volume ekspirasi paksa detik pertama) secara signifikan se-
telah pajanan.
7
FORMALDEHID
Formaldehid dipakai untuk melapisi kayu pada lemari, papan dan
perabot rumah lain.
5,7
Gas formaldehid akan mengiritasi konjung-
tiva, saluran napas atas dan bawah. Gejalanya bersifat sementara
dan bergantung pada tingkat serta luasnya pajanan, mulai dari rasa
terbakar di mata, hidung dan saluran napas, dada terasa berat dan
mengi. Reaksi berat pada pajanan akut formaldehid diasosiasikan
dengan hipersensitivitas saluran napas.
5

PESTISIDA
Produk yang sering dipakai adalah insektisida dan desinfektan;
Tabel 6. Penilaian efek pada investigasi sick building syndrome
25
Efek Metode
Gejala Wawancara dengan kuesioner
standar
Iritasi hidung, kemerahan Nasal lavage
Iritasi mata, kemerahan Tear-lm stability test
Reaktivitas bronkus Uji metakolin, arus puncak ekspirasi,
spirometri
Reaksi alergi tipe 1 Skin prick test
Respons imunologi Pengukuran IgE spesik
Tabel 7. Beberapa senyawa organik dan sumbernya.
7
Senyawa Kimia Measured Peak
Non-occupational
Exposure (/m
3
)
Sumber Pajanan Mayor
Benzena volatil 1.000 Rokok, autoexhaust, perokok
pasif, pompa gas
Tetrakloretilen 1.000 Pemakaian atau penyimpanan
pakaian dry cleaned
p-Diklorobenzena
Kloroform
1.000
250
Pengharum ruangan, moth
cakes
Metilen klorida
1,1,1-Trikloroetana
500.000
1.000
Mencuci pakaian, piring, cat,
penggunaan atau penyim-
panan pakaian dry-cleaned,
penyemprot aerosol
Trikloroetilen 100 Tidak diketahui (kosmetik,
elektronik)
Karbon tetraklo-
rida
Hidrokarbon
aromatik, toluena,
xilena, etilben-
zena, trimetilben-
zena
100
1.000
Pembersih kuat industri cat,
perekat, gasolin, sumber
pembakaran.
Hidrokarbon
alifatik,
oktana, dekana,
undekana
1.000 Cat, perekat, gasolin, sumber
pembakaran
Terpena, limo-
nena, a- piena
1.000 Bau pengharum, semir tenu-
nan, pelembut pakaian, rokok
Senyawa kimia
semivolatil, Klor-
pirifos
Klordan, hepta-
klor
Diazinon, poly-
chlorinated biphe-
nyls, hidrokarbon
aromatik polisiklik
10
1
Insektisida
Bara uoresein, langit-langit
Hasil pembakaran (rokok,
kayu bakar, pemanas kerosen)
12 CDK-189/ vol. 39 no. 1, th. 2012
CONTINUING MEDICAL EDUCATION
75% rumah tangga di AS memakai produk
pestisida. Di tahun 1990, 79.000 anak-anak
mengalami keracunan pestisida.
Pajanan pestisida dapat terjadi melalui in-
halasi uap semprot dan debu yang terkon-
taminasi setelah pemakaian pestisida. Ge-
jala yang ditimbulkan adalah nyeri kepala,
kelemahan otot, mual dan iritasi pada mata,
hidung serta saluran napas atas. Pajanan
kronik dapat menimbulkan kerusakan hati,
ginjal dan sistem saraf.
26
KARPET
Karpet yang masih baru dapat meman-
carkan emisi kimia seperti produk rumah
tangga lain. Karpet juga dapat menja-
di tempat berkumpul agen biologik dan
kimia seperti pestisida, tungau debu, dan
jamur. Beberapa orang melaporkan ge-
jala iritasi mata, hidung dan saluran na-
pas atas, nyeri kepala, iritasi, lesu, batuk
atau keluhan napas pendek. Jendela dan
pintu rumah yang dibuka akan mening-
katkan udara segar sehingga mengurangi
pajanan kimia yang dilepaskan oleh pe-
masangan karpet baru. Pemakaian kipas
angin AC direkomendasikan untuk me-
ngeluarkan bau ke luar ruangan. Sistem
ventilasi sebaiknya berfungsi selama 48
jam sampai 72 jam setelah pemasangan
karpet baru.
5,19
RADON
Radon merupakan gas radioaktif yang sum-
bernya berasal dari uranium di dalam tanah
dan secara alami dapat masuk ke dalam
rumah. Perbedaan tekanan yang terdapat
dalam tanah akan mendorong gas terse-
but ke dalam rumah melalui tempat yang
terbuka seperti pompa sumur, tanah dan
lantai yang retak serta berlubang.
5,7
WHO
menyebutkan bahwa 15% kanker paru
di dunia disebabkan oleh Radon. Survei
EPA menyebutkan sekitar 15.000 sampai
20.000 kematian karena tumor paru aki-
bat pajanan radon di dalam ruangan. Studi
epidemiologi lain menunjukkan keterkaitan
peningkatan risiko tumor paru pada pekerja
tambang di bawah tanah. Konsentrasi radon
dapat diturunkan dengan cara menutup
lubang dan tanah yang retak, tersedianya
ventilasi di ruang bawah tanah serta peren-
canaan konstruksi bangunan. WHO telah
meluncurkan proyek internasional untuk
menurunkan angka kejadian kanker paru
dengan memberi bantuan pengumpulan
data dan mengangkat isu publik tentang
risiko Radon.
27,28
STRATEGI KONTROL
Dampak kesehatan oleh polusi udara
memerlukan strategi kontrol. Klinisi da-
pat membuat rekomendasi praktis untuk
menurunkan risiko penyakit dan eksaser-
basi. Klinisi juga dapat menjadi konsultan
melalui penyebarluasan informasi secara
langsung atau tidak langsung kepada ma-
syarakat.
1. Strategi berorientasi komunitas
Masyarakat seharusnya menaruh perhatian
terhadap efek polusi udara di lingkungan-
nya, baik di dalam maupun di luar ruangan.
Kesadaran epidemiologi dan toksikologi
memerlukan keterlibatan semua pihak, baik
dokter lokal, kalangan kesehatan masyara-
kat, pihak pemerintah, maupun lembaga
swadaya masyarakat (LSM) bidang ling-
kungan. Environmental Protection Agency
pada tahun 1976 telah mengeluarkan per-
ingatan publik tentang kualitas dan bebera-
pa kriteria polutan melalui media massa dan
agen-agen lokal.
7
2. Strategi berorientasi pasien
Kerjasama penderita dan dokter sangat
penting agar keadaan/keluhan penderita
dapat tercatat dan ditangani dengan baik.
Daftar pertanyaan untuk mengetahui apak-
ah keluhan tersebut akibat polusi udara da-
lam ruangan dapat dilihat di bawah ini.
5
Kapan keluhan atau gejala timbul ?
Apakah keluhan/gejala timbul tiap
saat atau hilang timbul? Apakah ber-
hubungan dengan jam, hari dalam
minggu atau musim?
(Apabila ya) Apakah Anda berada
pada suatu tempat yang sama pada
saat timbul?
Apakah gejala/keluhan akan hilang atau
berkurang dengan cepat/pelan saat
Anda meninggalkan tempat tersebut?
Apakah akan timbul lagi saat Anda
kembali?
Apakah pekerjaan Anda? Pernahkah
Anda pindah tugas atau tempat di tem-
pat kerja Anda sekarang?
(Apabila tidak) Apakah tempat Anda
bekerja sekarang tidak didekorasi ulang
atau dicat baru atau anda bekerja de-
ngan bahan yang baru misal pestisida,
pembersih, atau lainnya?
Bagaimana aturan merokok di tem-
pat kerja? Apakah Anda terpajan asap
rokok di tempat kerja, sekolah, atau
rumah?
Gambarkan dengan jelas tempat kerja
Anda!
Apakah Anda pernah pindah rumah?
Kapan?
(Bila tidak) Apakah ada perubahan atau
tambahan pada rumah Anda?
Apakah ada tambahan famili di rumah
Anda atau Anda mempunyai hobi/ke-
giatan baru?
Apakah Anda mempunyai binatang
piaraan baru?
Apakah ada orang serumah yang mem-
punyai problem seperti Anda? Atau
bagaimana dengan teman di tempat
bekerja?
Beberapa kelompok yang rentan terhadap
pajanan udara dapat dilihat pada tabel 8
.7
Tabel 8. Kelompok yang rentan terhadap polusi udara dan efek yang ditimbulkan.
7
Populasi Mekanisme Potensi Akibat
Penderita asma Peningkatan respons saluran
napas
Peningkatan risiko eksaserbasi
dan gejala respirasi
Perokok Kelemahan pertahanan dan
pembersihan paru
Peningkatan kerusakan yang
bersifat sinergi
Usia lanjut Kelemahan pertahanan
respirasi, penurunan cadangan
fungsional
Peningkatan risiko bermakna
terhadap fungsi klinis
Bayi Mekanisme pertahanan paru
yang imatur
Peningkatan infeksi respirasi
Penderita penyakit
jantung koroner
Kelemahan oksigenasi
miokardium
Peningkatan risiko iskemik
miokardium
Penderita PPOK Penurunan fungsi paru Peningkatan risiko bermakna
13 CDK-189/ vol. 39 no. 1, th. 2012
CONTINUING MEDICAL EDUCATION
SIMPULAN
Sumber polusi udara dalam ruangan terdiri
atas asap rokok, produk pembakaran atau
pemanas ruangan, agen biologik, VOCs,
dan radon.
Polusi udara dalam ruangan menimbulkan
dampak kesehatan jauh lebih besar dari-
pada polusi di luar ruangan.
Masalah PUDR terutama di pedesaan ka-
rena masih banyak yang memasak memakai
kayu, arang, dan sekam.
Pengendalian polusi udara memerlukan
perhatian semua pihak melalui strategi
kontrol yang berorientasi pada komunitas
dan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Aditama TY. Dampak asap kebakaran hutan terhadap kesehatan paru. Jakarta: YP IDI&IDKI, 1999; p. 3-33. 1.
Weibel ER,Taylor CR. Functional design of the human lung for gas exchange. In: Fishman AP, Elias JA, Grippi JA, Kaiser LR, Senior RM, eds. Pulmonary Diseases and 2.
Disorder, 3rd ed. New York: McGraw-Hill Co. 1998; pp.32-40.
Mangunnegoro H. Dari pulmonologi menuju kedokteran respirasi, tantangan dan harapan memasuki milenium ketiga. Pidato pengukuhan sebagai guru besar tetap 3.
dalam bidang pulmonologi pada FKUI; 2000; p. 1-38.
WHO. Indoor air pollutan and household energy. [cited 2005 Des 2006]. Available from: 4. http://www.who.int/heli/risks/indoor air/en/index.html
U.S Enviromental protection agency. Indoor air pullutan: An introduction for health professionals. [cited 2005 Des 4]. Available from: 5. http://www.cpsc.gov/cpscpub/455.
html
Dawud Y. Occupational & environmental lung disorder. J Respir Indon 2004; 24:126-33. 6.
Samet JM, Utell MJ. Indoor air pollutant. In: Fishman AP, Elias JA, Grippi MA, Kaiser LR, Senior RM, eds. Pulmonary Diseases and Disorders. New York: McGraw-Hill 7.
Co. 1998; pp. 941-62.
Sukar, Lubis A, Tugasati AT, Kasnodiharjo, Ibrahim IN. Pengaruh kualitas lingkungan dalam ruang ( 8. indoor) terhadap penyakit ISPA-pneumonia di Indramayu, Jawa Barat.
Bul. Penelit Kes. 1996; 10.(1).
Macan MM. Report: Hazardous air inside. [cited 2005 Oct 30]. Available from: 9. http://www,tierramedca.net/2001/0325/iartikulo/html
Depkes. Profil kesehatan masyarakat Indonesia. Jakarta: Depkes RI; 1998. 10.
Aditama TY, Prasetyo S, Eriado T. Meta-analisis: Pola merokok di 14 propinsi di Indonesia. Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok (LM3), Jakarta 1998. 11.
Balmes JR, Tager IB, Eisner MD. Air pollutant. In: Manson JR, Murray JF, Broaddus VC, Nadel JA, eds. Murray and Nadels Textbook of Respiratory Medicine. 4th ed. 12.
Philadelphia:Elsevier Saunders, 2005; pp.1800-14.
Cowie RL, Murray J, Becklade MR. Pneumoconiosis. In: Manson JR, Murray JF, Broaddus VC, Nadel JA, eds. Murray and Nadels Textbook of Respiratory Medicine. 13.
4th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders, 2005.p.1748-72.
Enviromental Health Center. Enviromental tobacco smoke. [cited 2006 Jan 24]. Available from: http://www.nsc.org/ehc/indoor/ets/html 14.
Jusuf A. Kontribusi pengembangan pelayanan, penelitian dan pendidikan di bidang ongkologi paru menghadapi tantangan kesehatan respirasi di masa depan. Pidato 15.
pengukuhan sebagai guru besar tetap di bidang pulmonologi dan Ilmu kedokteran respirasi pada FKUI. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2004; p.1-40.
Permeggiani L. Nitrogen dioxide. In: Permeggiani L, ed. Encyclopaedia of Occupational Health and Safety. 3rd ed. Geneva : International Labour Office; 1983; p. 16.
1458.
Hazuka MJ, Follisbee LJ, Seal E, Bromberg PA. Lung function response of health women after sequential exposures to NO 17. 2 O3. Am J Respir Crit Care Med 1994;
150:642-7.
14 CDK-189/ vol. 39 no. 1, th. 2012

Anda mungkin juga menyukai