Anda di halaman 1dari 5

Pemilihsn kepala desa

KOTA-Pelaksanaan pemilihan kepala desa (pilkades) serentak secara bertahap di


Kabupaten Sumenep masih menyisakan permasalahan. Tiga calon kepala desa yang
tidak puas dengan hasil pemilihan tersebut mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri
(PN) Sumenep. Beberapa cakades (calon kepala desa) yang mengajukan gugatan
berasal dari Desa Kropoh, Kecamatan Raas; Desa Ambunten Barat, Kecamatan
Ambunten; dan Desa Tanah Merah, Kecamatan Saronggi.
Namun, dua dari tiga gugatan tersebut tidak sampai disidangkan di pengadilan negeri
lantaran mereka telah mencabut gugatannya. Humas PN Sumenep Deni Indrayana
kemarin (3/7) membenarkan ada tiga cakades mengajukan gugatan terkait
pelaksanaanpilkades serentak bertahap. Menurutnya, penggugat merasa tidak puas
dengan hasil akhir pilkades yang diikuti para pihak itu.
Deni Indrayana lalu memerinci penanganan ketiga perkara sengketa pilkades tersebut.
Untuk cakades dari Desa Kropoh, Kecamatan Raas, dengan nomor gugatan
7/Pdtg/2013/PN/smp. Sedangkan Desa Ambunten Timur, Kecamatan Ambunten nomor
9/Pdtg/2013/PN/smp, dan untuk Desa Tanah Merah, Kecamatan Saronggi nomor
perkaranya 11/Pdtg/2013/PN/smp.
Lebih jauh Deni menjelaskan, berdasarkan keterangan penggugat, ada beberapa alasan
mereka mengajukan gugatan. Antara lain sengketa hasil penghitungan suara,
penggugat menilai jumlah hak pilih dengan surat suara tidak sama. Juga intimidasi
kepada pemilih dan kesewenangwenangan panitia pemilihan. Menurut penggugat,
sedikitnya ada tiga alasan mereka melakukan gugatan, jelas Deni kepada Jawa Pos
Radar Madura kemarin siang.
Namun, dari tiga gugatan yang diajukan ke PN Sumenep, dua di antaranya dicabut.
Yakni, Desa Kropoh, Kecamatan Raas dan Desa Ambunten Barat, Kecamatan
Ambunten. Mereka mencabut gugatannya pada 7 dan 9 Juni 2013. Mengenai alasan
pencabutan tersebut bukan hak kami untuk mengetahuinya, jelasnya. Selain di PN,
menurut Deni, ada kemungkinan cakades lain yang tidak puas melakukan gugatan di
Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Surabaya.
Sebab, antara PN dan PTUN sama-sama memiliki kewenangan. Mungkin selain di PN
ada gugatan di PTUN juga, lanjutnya. Sedangkan untuk gugatan dalam kasus pilkades
di Desa Tanah Merah, Kecamatan Saronggi, persidangan akan segera dilanjutkan.
Namun, Deni belum bisa mengatakan kapan permulaan persidangan tersebut. Sebab,
majelis hakim belum menentukan kapan waktu persidangan digelar. (radar)
http://www.maduraterkini.com/berita-sumenep/tiga-kasus-pilkades-masuk-pn.html di akses
30 Oktober 2013.


PDIP
PDIP Siap Gugat Kamil Badrun

PALU, MERCUSUAR- PDIP siap melakukan gugatan hukum kepada Kamil Badrun sekaitan bakal calon pada
Pemilukada Palu ini tidak melaksanakan kewajibannya.
Poin kesepakatan berupa perjanjian antara PDIP dengan Kamil Badrun sebagaimana dalam akta notaris, tidak
dilaksanakan oleh Kamil Badrun.
Kami menganggap Kamil Badrun telah ingkar janji (wanprestasi) serta melapor kepada pihak kepolisian, kata
Badan Bantuan Hukum DPD PDIP Sulteng Huisman Brant Toripalu SH melalui press realis yang diterima
redaksi, Selasa (11/5).
Untuk diketahui kata H.B Toripalu, biasa disapa di internal DPRD Provinsi (Deprov) Sulteng, dukungan politik
DPC PDIP Kota Palu sebelumnya kepada Kamil Badrun pada Pemilukada Palu, diawali dengan sebuah
kesepakatan politik. Kemudian dilanjutkan dengan sebuah perikatan hukum yang dituangkan dalam sebuah akta
yang dibuat oleh dan dihadapan notaris. Dengan demikian, menimbulkan hak dan kewajiban diantara para
pihak.
Namun belakangan, Kamil Badrun malah melaporkan PDIP ke Polda Sulteng berkaitan ditariknya dukungan
PDIP Kota Palu kepada bakal calon walikota Palu, Kamil Badrun.
PDIP disatu sisi lanjutnya, mengapresiasi langkah hukum yang dilakukan oleh Tim Advokasi Kamil Badrun. Akan
tetapi dalam penilaian PDIP, langkah tersebut keliru. Seharusnya kata anggota Komisi I (Pemerintahan) Deprov
itu, Tim Advokasi Kamil melakukan kajian lebih mendalam, apakah tindakan yang dilakukan oleh DPC PDIP Kota
Palu dapat dikualifikasi sebagai suatu perbuatan pidana atau bukan.
Sebelumnya, PDIP melihat ada celah untuk menggugurkan dukungan terhadap pencalonan Kamil Badrun
sebagai bakal calon walikota Palu. Surat Keputusan (SK) DPP PDIP, klausulnya menetapkan dalam bentuk
paket, bukan parsial.
Ketua DPD PDIP Sulteng Ir Syafrun Abdullah BRE ditemui di kantor Deprov beberapa waktu lalu, menegaskan,
sangat berbeda tinjauannya ketika klausul rekomendasi DPP PDIP hanya mencantumkan bakal calon Walikota
Kamil Badrun, sedangkan bakal calon Wakil Walikota diserahkan sepenuhnya kepada 01 untuk menentukannya.
Jika Klausul seperti itu, PDIP dalam hal ini bisa dinilai lari dari komitmen yang telah terbangun, dan pada
akhirnya berpeluang dikenai sanksi.
Tapi karena klausulnya menetapkan paket, tentu akan lain persoalannya, ujar Syafrun, yang juga Wakil Ketua
Deprov Sulteng.
Untuk itu katanya, daerah (DPC dan DPD) tetap akan mengkaji ulang rekomendasi yang menetapkan
mengusung paket Kamil-Hadianto dengan tetap mengedepankan penyelesaian secara persuasif, seperti saat
awal dimulainya komunikasi politik untuk mengusung Kamil Badrun. Kecuali ketika komunikasi mengalami
kebuntuan dan salah satu pihak lebih memilih penyelesaiannya melalui jalur hukum, tak ada pilihan bagi PDIP
selain mengikuti pilihan tersebut. Itu konsekuensi politis dari pilihan kita, ujarnya.
Harus dipahami lanjutnya, tak secuil pun ada niatan daerah untuk melanggar garis kebijakan DPP yang telah
menetapkan Kamil Badrun-Hadianto sebagai bakal pasangan calon walikota dan wakil Walikota. Bahkan dalam
SK penetapan tersebut, pada poin 4, sangat jelas garis kebijakan partai kepada seluruh kader PDIP di Kota Palu
untuk siap memenangkan pasangan Kamil-Hadianto. Bagi kader yang membangkan, akan diberi sanksi tegas.
Tentu sikap partai terhadap kadernya kata Syafrun, akan berlaku sama ketika instruksi DPP dilanggar oleh
kadernya di daerah. Terutama ketika dua rekomendasi mengusung bakal pasangan calon, isinya saling
bertentangan. Misalnya, SK penetapan Partai Demokrat mengusung paket Kamil Badrun- Yos Sudarso,
sedangkan PDIP mengusung Kamil- Hadianto. Tentu dari ke dua rekomendasi harus ada pilihan tegas dari Kamil
Badrun, karena tak mungkin ke dua rekomendasi itu akan diakomodir secara bersamaan. Mau pilih yang merah
(PDIP) atau yang biru (Demokrat), tegasnya.
Apalagi kalau menarik perjalanan lobi antara Kamil Badrun dengan sejumlah parpol pengusungnya, sebelum
Demokrat menetapkan Kamil sebagai bakal calon Walikota Palu. Menurut Syafrun, tak pernah terbangun
komunikasi untuk berkoalisi dengan Partai Demokrat. Namun ketika Partai Demokrat menetapkan Kamil sebagai
bakal calon walikota, tentu muaranya akan terjadi koalisi partai pengusung Kamil, yang didalamnya tergabung
PDIP, PBB, Hanura dan Partai Demokrat. Demikian pula jika mengkaji lahirnya rekomendasi tiga parpol
pengusung Kamil (PDIP, Hanura dan PBB), karena DPP melihat modal dukungan kursi buat Kamil Badrun untuk
diusung menjadi bakal calon telah mencukupi, yakni tiga kursi. DIN
















TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengatakan
proyek jalan layang nontol Kampung Melayu-Tanah Abang-Casablanca di Jalan HR Rasuna
Said-DR Satrio, Jakarta Selatan, bakal segera dihentikan sementara waktu mulai Juni
mendatang.

Harus kami hentikan sekarang, kami belum tahu kan, nanti bayarnya pake apa. Kalau
perintahkan kerja, duitnya dari mana? ujarnya di Balai Kota, Jumat petang, 19 April
2013.(baca: Pengamat: Jalan Layang Non-Tol Bukan Jalan Keluar)

Proses pengerjaan proyek senilai Rp 2,02 triliun tersebut tersendat selepas terjadinya
peralihan kepemimpinan di lingkungan Pemerintahan DKI Jakarta, sementara pekerjaan
belum selesai. Saya mau teliti, BPKP mau audit dulu, jangan-jangan kami teruskan salah,
apakah boleh terus. Kalau terus anggarannya tidak ada bagaimana membayarnya? ujarnya.

Menurutnya, pengrjaan proyek tersebut seharusnya selesai pada akhir tahun lalu sesuai
dengan buku anggaran Pemerintah DKI, namun ternyata masih menyisakan sejumlah
pengerjaan. Makanya kami mesti cek BPKP siapa yang mesti bayar, karena uang yang
dianggarkan tahun lalu sudah selesai. Ini ada tambahan kerja harus dibayar, uangnya dari
mana? kata politikus Gerinda ini.

Untuk memastikan proyek itu berlangsung tanpa cela hukum, lembaganya meminta
dilakukan audit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Badan Pemeriksa Keuangan dan
Pemabanguan (BPKP). Meskipun setelah audit rampung, kata dia, tidak serta merta
Pemerintah DKI melanjutkan proyek tersebut.

Itu mesti cek dulu, kalau bisa terus, ya terus, kalau memang harus ditenderkan, kata dia.
Kan itu bisa saja wanprestasi, kenapa itu tidak selesai di masa anggaran kemarin?

Mantan Bupati Belitong Timur ini menambahkan, untuk memastikan proyek ini layak atau
tidaknya dilanjutkan, ia meminta kedua lembaga pemeriksa keuangan itu memastikannya.
Kalau ternyata diteruskan dan menyalahi aturan, siapa yang bertanggung jawab? Kasihan
Pak Gubernur kalau nanti kena, kata dia.



http://www.tempo.co/read/news/2013/04/20/214474770/Pembangunan-Jalan-Layang-Non-
Tol-Casablanca-Distop

Anda mungkin juga menyukai