Anda di halaman 1dari 32

BAB II

MENDISKRIPSIKAN GANGGUAN PERDARAHAN


2.1 DEFINISI PERDARAHAN
3 komponen utama dalam sistem ini adalah jantung, pembuluh darah, dan darah,
yang ketiganya harus berfungsi dengan baik agar tidak terjadi gangguan dalam
tubuh.
Dalam dunia kedokteran dikenal adanya istilah perfusi yaitu sirkulasi yang
adekuat ke seluruh tubuh, memasok sel dan jaringan dengan oksigen dan bahan
nutrisi, serta mengangkut kembali zat karbon dioksida dan sisa pembakaran tubuh.
Jika hal di atas terganggu pada salah satu atau lebih sel dan organ tubuh oleh satu
atau beberapa penyebab, maka sel atau organ tersebut akan mengalami keadaan
berbahaya, yaitu akan berkurangnya pasokan darah, oksigen, dan nutrisi sehingga
zat sampah (karbon dioksida dan sisa pembakaran) akan bertumpuk. Keadaan ini
dikenal dengan istilah Hipoperfusi atau Syok.
Perawatan perdarahan
Perlindungan terhadap infeksi pada penanganan perdarahan:
Pakai APD(alat perlindungan diri) agar tidak terkena darah atau cairan tubuh
korban Jangan menyentuh mulut, hidung, mata, makanan sewaktu memberi
perawatan Cucilah tangan segera setelah selesai merawat Dekontaminasi atau
buang bahan yang sudah ternoda dengan darah atau cairan tubuh korban Pada
perdarahan besar: Jangan buang waktu mencari penutup muka
Tekan langsung dengan tangan (sebaiknya menggunakan sarung tangan) atau
dengan bahan lain.
Bila tidak berhenti maka tinggikan bagian tersebut lebih tinggi dari jantung
(hanya pada alat gerak), bila masih belum berhenti maka lakukan penekanan pada
titik-titik tekan.
Pertahankan dan tekan cukup kuat Pasang pembalut penekan. Pada perdarahan
ringan atau terkendali:
a. Gunakan tekanan langsung dengan penutup luka

b. Tekan sampai perdarahan terkendali


c. Pertahankan penutup luka dan balut
d. Sebaiknya jangan melepas penutup luka atau balutan pertama
Berdasarkan letak keluarnya darah, perdarahan dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Perdarahan luar (terbuka)
2. Perdarahan dalam (tertutup)
2.2 PERDARAHAN LUAR (TERBUKA)
Kerusakan dinding pembuluh darah yang disertai kerusakan kulit sehingga
darah keluar dari tubuh dan terlihat jelas keluar dari luka tersebut dikenal dengan
nama Perdarahan Luar (terbuka).
Bila sebagai seorang pelaku pertolongan pertama menemukan korban
dengan kondisi seperti itu, maka harus berhati-hati dalam melakukan pertolongan
karena sebagai penolong harus menganggap darah ini dapat menulari. Pastikan
untuk memakai alat perlindungan diri, segera membersihkan darah yang
menempel baik pada pakaian, tubuh, maupun peralatan.
Berdasarkan pembuluh darah yang mengalami gangguan, perdarahan luar ini
dibagi menjadi tiga bagian:
1. Perdarahan nadi (arteri), ditandai dengan darah yang keluar menyembur sesuai
dengan denyutan nadi dan berwarna merah ter
ang karena kaya dengan oksigen. Perdarahan ini sulit untuk dihentikan, sehingga
harus terus dilakukan pemantauan dan pengendalian perdarahan hingga diperoleh
bantuan medis.

2. Perdarahan Balik (Vena), darah yang keluar berwarna merah gelap, walaupun
terlihat luas dan banyak namun umumnya perdarahan vena ini mudah
dikendalikan. Namun perdarahan vena ini juga berbahaya bila terjadi pada

perdarahan vena yang besar masuk kotoran atau udara yang tersedot ke dalam
pembuluh darah melalui luka yang terbuka.

3. Perdarahan Rambut (Kapiler), berasal dari pembuluh kapiler, darah yang


keluar merembes perlahan. Ini karena pembuluh kapiler adalah pembuluh darah
terkecil dan hampir tidak memiliki tekanan. Jika terjadi perdarahan, biasanya akan
membeku sendiri. Darah yang keluar biasanya berwarna merah terang seperti
darah arteri atau bisa juga gelap seperti darah vena.

Pengendalian perdarahan bisa bermacam-macam, tergantung pada jenis dan


tingkat perdarahannya. Untuk perdarahan terbuka, pertolongan yang dapat
diberikan antara lain:
1. Tekanan Langsung pada Cedera

Penekanan ini dilakukan dengan kuat pada pinggir luka. Setelah beberapa saat
sistem peredaran darah akan menutup luka tersebut. Teknik ini dilakukan untuk
luka kecil yang tidak terlalu parah (luka sayatan yang tidak terlalu dalam).
Cara yang terbaikpada umumnya yaitu dengan mempergunakan kassa steril (bisa
juga dengan kain bersih), dan tekankan pada tempat perdarahan. Tekanan itu harus
dipertahankan terus sampai perdarahan berhenti atau sampai pertolongan yang
lebih baik dapat diberikan. Kasa boleh dilepas jika sudah terlalu basah oleh darah
dan perlu diganti dengan yang baru.
2. Elevasi
Teknik dilakukan dengan mengangkat bagian yang luka (setelah dibalut) sehingga
lebih tinggi dari jantung. Apabila darah masih merembes, di atas balutan yang
pertama bisa diberi balutan lagi tanpa membuka balutan yang pertama.
Elevasi dilakukan hanya untuk perdarahan pada daerah alat gerak saja dan
dilakukan bersamaan dengan tekanan langsung. Metode ini tidak dapat digunakan
untuk korban dengan kondisi cedera otot rangka dan benda tertancap.
3. Tekanan pada titik nadi
Penekanan titik nadi ini bertujuan untuk mengurangi aliran darah menuju bagian
yang luka. Pada tubuh manusia terdapat 9 titik nadi, yaitu temporal artery (di
kening), facial artery (di belakang rahang), common carotid artery (di pangkal
leher, dan dekat tulang selangka ), brachial artery (di lipat siku), radial artery (di
pergelangan tangan), femoral artery (di lipatan paha), popliteal artery (di lipatan
lutut), posterior artery (di belakang mata kaki), dan dorsalis pedis artery (di
punggung kaki).
4. Immobilisasi
Bertujuan untuk meminimalkan gerakan anggota tubuh yang luka. Dengan
sedikitnya gerakan, diharapkan aliran darah ke bagian yang luka tersebut
menurun.
5. Torniquet

Teknik ini hanya dilakukan untuk menghentikan perdarahan di tangan atau kaki
saja, merupakan pilihan terakhir, dan hanya diterapkan jika ada kemungkinan
amputansi. Bagian lengan atau paha atas diikat dengan sangat kuat sehingga darah
tidak dapat mengalir. Tempat yang terbaik untuk memasang torniket adalah lima
jari di bawah ketiak (untuk perdarahan lengan) dan lima jari di bawah lipat paha
(untuk perdarahan di kaki).
Untuk memudahkan para pengusung, torniket harus terlihat jelas dan tidak boleh
ditutupi, sehingga torniket dapat dikendorkan selama 30 detik setiap 10 menit
sekali. Sementara itu, tempat perdarahan diikat dengan kasa steril. Torniket hanya
digunakan untuk perdarahan yang hebat atau untuk lengan atau kaki yang cedera
hebat.
Korban harus segara dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih
lanjut. Jika korban tidak segera mendapat penanganan, bagian yang luka bisa
membusuk.
6. Kompres dingin
Tujuan dilakukannya kompres dingin adalah untuk menyempitkan pembuluh
darah yang mengalami perdarahan (faso konstriksi) sehingga perdarahan dapat
dengan cepat terhenti.
2.3 PERDARAHAN DALAM (TERTUTUP)
Perdarahan dalam umumnya disebabkan oleh benturan tubuh korban dengan
benda tumpul, atau karena jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor, ledakan, dan
lain sebagainya. Luka tusuk juga dapat mengakibatkan hal tersebut, berat
ringannya luka tusuk bagian dalam sangat sulit dinilai walaupun luka luarnya
terlihat nyata.
Kita tidak akan melihat keluarnya darah dari tubuh korban karena kulit
masih utuh, tapi dapat melihat darah yang terkumpul di bawah permukaan kulit
seperti halnya kasus memar. Perdarahan dalam ini juga bervariasi mulai dari yang
ringan hingga yang dapat menyebabkan kematian. Untuk kasus yang
menyebabkan kematian adalah karena :

1. Rusaknya alat dalam tubuh dan pembuluh darah besar yang bisa
menyebabkan hilangnya banyak darah dalam waktu singkat.
2. Cedera pada alat gerak, contohnya pada tulang paha dapat merusak
jaringan dan pembuluh darah sehingga darah yang keluar dapat
menimbulkan syok.
3. Kehilangan darah yang tidak terlihat (tersembunyi) sehingga penderita
meninggal tanpa mengalami luka luar yang parah.
Mengingat perdarahan dalam berbahaya dan tidak terlihat (tersamar), maka
penolong harus melakukan penilaian dengan pemeriksaan fisik lengkap termasuk
wawancara dan analisa mekanisme kejadiannya. Lebih baik kita menganggap
korban mengalami perdarahan dalam daripada tidak, karena penatalaksanaan
perdarahan dalam tidak akan memperburuk keadaan korban yang ternyata tidak
mengalaminya.
Tanda-tanda yang mudah dikenali pada perdarahan dalam:
1. Memar disertai nyeri tubuh
2. Pembengkakan terutama di atas alat tubuh penting
3. Cedera pada bagian luar yang juga mungkin merupakan petunjuk bagian
dalam yang mengalami cedera
4. Nyeri, bengkak dan perubahan bentuk pada alat gerak
5. Nyeri bila ditekan atau kekakuan pada dinding perut, dinding perut
membesar
6. Muntah darah
7. Buang air besar berdarah, baik darah segar maupun darah hitam seperti
kopi

8. Luka tusuk khususnya pada batang tubuh


9. Darah atau cairan mengalir keluar dari hidung atau telinga
10. Batuk darah
11. Buang air kecil bercampur darah
12. Gejala dan tanda syok.
Jika tanda-tanda tersebut terlihat atau teraba pada pemeriksaan fisik, lakukan
segera pertolongan pertama untuk penatalaksanaan korban dengan perdarahan
dalam.
Cara cara penatalaksanaan untuk korban dengan perdarahan dalam adalah
sebagai berikut:
1. Baringkan korban
2. Pertahanan jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi
3. Berikan oksigen bila ada
4. Periksa pernafasan dan nadi secara berkala
5. Rawat sebagai syok
6. Jangan memberikan makan atau minum
7. Jangan lupa mengenai cedera atau gangguan lainnya
8. Segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat
Berbeda dengan perdarahan terbuka, pertolongan yang bisa diberikan pada korban
yang mengalami perdarahan dalam adalah sebagai berikut:
1. Rest : Korban diistirahatkan dan dibuat senyaman mungkin
7

2. Ice : Bagian yang luka dikompres es sehingga darahnya membeku. Darah


yang membeku ini lambat laun akan terdegradasi secara alami melalui
sirkulasi dan metabolisme tubuh.
3. Commpression : Bagian yang luka dibalut dengan kuat untuk membantu
mempercepat proses penutupan lubang/bagian yang rusak pada pembuluh
darah
4. Elevation : Kaki dan tangan korban ditinggikan sehingga lebih tinggi dari
jantung.

2.4 TEHNIK MENGHENTIKAN PERDARAHAN


perdarahan luar
Penekanan langsung pada luka ( dengan tangan atau dengan pembalut tekan) Dengan tangan
Sebaiknya menggunakan kasa steril atau sapu tangan bersih. Balut tekan
dengan penekanan pada daerah luka luka. Penekanan pada pembuluh darah yang
menjadi sumber perdarahan letak pembuluh darah di atas tulang, di bawah kulit. Pada
separuh badan terdapat 6 titik dimana pembuluh darah dapat ditekan.
Arteri Temporalis
Superficial untuk perdarahan pada kulit kepala dan kepala atas. Tempat penekanan : pada
pelipis 1 cm depan lubang telinga luar

Arteri Facialis
Untuk perdarahan daerah muka. Tempat penekanan : pada rahang bawah 1 cm
depan sendi rahang

Arteri Carotis Communis


untuk perdarahan daerah leher, kepala, muka. Tempat penekanan : pada sisi leher

Arteri sub Clavia


untuk perdarahan seluruh lengan. Tempat penekanan : pada bagian bawah
pertengahan tulang selangka

Arteri Brachialis
untuk perdarahan seluruh lengan. Tempat penekanan : pada bagian dalam lengan
atas 5 jari dari ketiak.

Arteri Femoralis
untuk perdarahan seluruh tungkai bawah. Tempat penekanan : pada pertengahan
lipat paha.

10

penekanan dengan torniket penekanan menggunakan torniket dilakukan pada:


Perdarahan hebat
Tangan/ kaki putus
Tempat yang baik melakukan pemasangan torniket yaitu pada lengan 5 jari dari ketiak dan pada
tungkai 5 jari dari lipat paha beberapa hal penting pada pemasangan torniket.
Bagian yang dipasang torniket tidak boleh ditutup Bagian distal ikatan harus
terbuka dan harus diawasi
Penderita dengan torniket harus segera dibawa ke RS
Tehnik elevasi dilakukan dengan mengangkat bagian yang luka (setelah
dibalut)sehingga

lebih

perdarahandidaerah

alat

tinggi
gerak

dari
saja

jantung.
dan

Tehnik

dilakukan

ini

hanya

bersamaan

untuk
dengan

tekananlangsung. Tehnik ini tidak dapat digunakan untuk korban dengan kondisi cedera otot
rangka dan benda tertancap.5.
Tehnik pengkleman dilakukan pada pembuluh darah yang agak besar. sebelum
diklem, pastikan terlebih dahulu mana pembuluh darah yang menjadi
sumber perdarahan. Dapat dilakukan dengan cara meletakkan kassa di tempatluka
sehingga darah terserap kemudian diangkat dan diperhatikan darimana asal
perdarahan. Kemudian daerah tersebut dijepit dan diusahakan posisi klem tegak
lurus. Ini berguna jika dilakukan ligasi maka ikatantidak longgar setelah klem
dibuka.6.

11

Tehnik ligas
Dilakukan bila penjepitan dengan klem masih terjadi perdarahan terutama
perdarahan yang besar. Caranya sama dengan klem, namunsetelah di klem dilakukan
ligasi pada pembuluh darah kemudian klem di buka. Ligasi dapat dilakukan dengan
menggunakan chromic cat gut atau plain cat gut dengan ukuran 3,0. Hal yang
perlu diperhatikan ligasi dengan cat gut, disimpulkan sekurang-kurangnya 3 kali.
Karena semakin lama maka cat gut akan mengembang dan ikatan menjadi longgar
apabilahanya sekali atau dua kali.7.
ImmobilisasiBertujuan meminimalkan gerakan anggota tubuh yang luka.
Dengansedikitnya gerakan diharapkan aliran darah kebagian yang luka menurun.
Perdarahan Dalam
R rest : Diistirahatkan, adalah tindakan pertolongan pertama yangesensial,
penting untuk mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut.
I Ice

: Terapi dingan, gunanya mengurangi perdarahan, danmeredakan rasa nyeri.

C Compresion : Penakanan atau balut tekan gunanya membantumengurangi


pembengkakan jaringan dan perdarahan lebih lanjut.
E Elevation : Peninggian daerah cedera gunanya untuk mencegah statis,
mengurangi edema (pembengkakan), dan rasa nyeri.5.
Resusitasi cairan Pengganti yang terbaik adalah darah dari golongan yang
sama. Kalau tidak adamaka untuk sementara dapat dipakai cairan pengganti untuk
mencegahterjadinya syok dan memanfaatkan golden time yang ada.

2.4 PERDARAHAN DI BAWAH KUKU


Sebuah hematoma subungual adalah kumpulan darah ( hematoma ) di
bawah sebuah kuku atau kuku. Walaupun hal ini bukan sesuatu penyakit yang
serius, tapi kadang kala pasien mengalami rasa yang sangat sakit. Tempat yang
terdapat subungual hematoma berwarna ke ungu an. Apabila subungual hematoma
tidak ditanggulangi dapat menyebabkan kuku terkelupas.

12

CIRI KHAS
1. Darah di bawah kuku baik jari atau kaki adalah hematoma subungual.
2. Anda akan memiliki perubahan warna merah, merah, atau warna gelap
di bawah kuku setelah cedera.
3. Yang paling umum gejala adalah rasa sakit.
4. Tekanan yang dihasilkan antara kuku dan nailbed, di mana darah
mengumpulkan, menyebabkan rasa sakit ini.
5. Rasa sakit juga dapat disebabkan oleh cedera lain seperti fraktur ke
tulang yang mendasari, atau memar pada jari atau jari kaki sendiri.
ETIOLOGI
Cedera trauma
Infeksi bagian bawah kuku
PATOFISIOLOGI
Trauma pada kuku, perdarahan, darah tidak keluar dari kuku, menumpuk di
bawah kuku, warna kuku menjadi ungu dan nyeri
DIAGNOSIS BANDING
1.Subungual hematoma
2.Fraktur falang distal
3.Kelainan kelainan lempeng kuku
PENEGAKAN DIAGNOSIS
1. Pasien datang dengan keluhan nyeri di bagian bawah kuku.
2.Pemeriksaan fisik : kuku berwarna ke ungu an, nyeri tekan pada kuku yang
berwarna ke ungu an.
TATALAKSANA
Pengeluaran darah yang terjebak di bawah kuku

13

1. Untuk mengurangi rasa sakit, tindakan pertama yang dapat dilakukan ialah
mengompres jari yang cedera dengan es atau air es.
2. Bersihkan kuku dengan cairan antiseptik atau alkohol sebelum dikorek dan
dilubangi (pada ujung kuku) dengan jarum atau benda tajam lain yang sudah
disterilkan.
Langkah ini dilakukan untuk membantu mengeluarkan darah yang terkumpul di
bawah kuku. Selain dapat mengurangi rasa sakit, tindakan ini juga dapat
mencegah kuku terkelupas.
3. Jika darah sudah dikeluarkan, maka luka bekas korekan tadi dapat ditutup
dengan salep antibiotik dan diplester. Dapat juga dengan plester cepat yang
mengandung obat

2.6 PERDARAHAN HIDUNG


Perdarahan Hidung (Epistaksis, Mimisan) adalah pardarahan yang berasal dari
hidung.
PENYEBAB
Perdarahan dari hidung terjadi saat permukaan hidung mengalami iritasi
atau jika pembuluh darah di hidung pecah. Ada banyak penyebab terjadinya
perdarahan dari hidung. Orang-orang yang memiliki gangguan dalam pembekuan
darah, menggunakan obat-obat yang mengganggu pembekuan darah, atau
memiliki pengerasan pada pembuluh darah arteri (arteriosklerosis) lebih rentan
mengalami perdarahan dari hidung.
Penyebab perdarahan hidung yang paling sering :

14

trauma (misalnya akibat mengorek hidung, menghembuskan udara dari


hidung dengan kuat, terjatuh, terpukul, atau akibat trauma pembedahan)

keringnya lapisan dalam hidung (misalnya saat musim dingin)

Penyebab yang lebih jarang antara lain :

infeksi hidung (misalnya sinusitis)

penyakit sistemik (misalnya demam berdarah, influenza)

benda asing

sindroma Rendu-Osler-Weber

tumor pada hidung atau sinus

gangguan perdarahan (misalnya trombositopenia, hemofilia, anemia


aplastik)

gangguan endokrin (misalnya perubahan hormon saat kehamilan bisa


meningkatkan risiko terjadinya perdarahan pada hidung)

Tekanan darah tinggi (hipertensi) bisa membuat perdarahan lebih sulit berhenti,
tetapi biasanya bukan merupakan penyebab perdarahan yang sebenarnya.
GEJALA
Epistaksis dapat dibagi menjadi :
Epistaksis anterior : perdarahan berasal dari pembuluh darah kecil di septum
(pemisah lubang hidung kiri dan kanan) bagian depan, yaitu dari pleksus
Kiesselbach atau arteri etmoidalis anterior. Meskipun perdarahan bisa tampak

15

mengerikan, tetapi perdarahan ini tidak bersifat serius. Perdarahan seringkali


dapat berhenti secara spontan dan mudah untuk diatasi.
Epistaksis posterior : perdarahan berasal dari bagian hidung yang lebih dalam,
yaitu dari arteri sfenopalatina dan arteri etmoidalis posterior. Epistaksis posterior
biasanya terjadi pada usia lanjut, penderita hipertensi, arteriosklerosis, atau
penyakit kardiovaskular, orang yang mengkonsumsi obat-obat yang mengganggu
pembekuan darah, serta pada orang yang menjalani operasi hidung atau sinus.
Perdarahan biasanya hebat, lebih berbahaya, dan jarang berhenti spontan. Darah
bisa mengalir ke belakang, yaitu ke mulut dan tenggorokan
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, riwayat medis penderita, dan hasil
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk memastikan
diagnosisepistaksis,antaralain

-Pemeriksaandarahtepilengkap
-Fungsihemostatis
- Pemeriksaan foto hidung, sinus paranasal dan nasofaring
PENGOBATAN
Epistaksis Anterior
Penderita sebaiknya duduk tegak agar tekanan pembuluh darah di hidung
berkurang dan mencegah tertelannya darah
Epistaksis anterior yang ringan biasanya bisa dihentikan dengan cara menekan
cuping hidung selama 5-10 menit sambil bernafas melalui mulut
Jika tindakan diatas tidak mampu menghentikan perdarahan, maka tindakan
tersebut bisa diulang sekali lagi selama 10 menit.
Jika perdarahan tidak berhenti juga, maka segeralah pergi ke dokter. Biasanya
akan dipasang tampon anterior yang telah dibasahi dengan obat untuk
menghentikan perdarahan dan mengurangi rasa nyeri (misalnya adrenalin dan
lidokain).

16

Untuk perdarahan yang kecil, seringkali tidak diperlukan tindakan apapun setelah
perdarahan berhenti.
Untuk perdarahan yang lebih hebat atau berulang, terkadang diperlukan tindakan
lebih lanjut untuk menghentikan perdarahan, misalnya dengan memberikan
larutan perak nitrat atau dengan elektrokauter.
Pada kasus yang jarang, dilakukan pemasangan tampon anterior yang telah diberi
vaselin atau salep antibiotika agar tidak melekat sehingga tidak terjadi perdarahan
ulang pada saat tampon dilepaskan. Tampon anterior dimasukkan melalui lubang
hidung depan, dipasang secara berlapis mulai dari dasar sampai puncak rongga
hidung dan harus menekan sumber perdarahan. Tampon biasanya dilepas setelah 3
hari.
Jika tidak ada penyakit yang mendasarinya, penderita tidak perlu dirawat dan
diminta lebih banyak duduk serta sedikit meninggikan kepala pada malam hari.
Penderita lanjut usia harus di rawat.

17

Epistaksis Posterior
Pada epistaksis posterior, perdarahan berasal dari hidung bagian belakang,
sehingga tindakan menekan cuping hidung atau pemasangan tampon anterior tidak
dapat menghentikan perdarahan. Tindakan menekan cuping hidung akan membuat
darah tidak dapat mengalir keluar melalui hidung, melainkan mengalir ke
tenggorokan. Perdarahan posterior lebih sulit diatasi karena perdarahan biasanya
hebat dan sulit melihat bagian belakang dari rongga hidung.
Untuk mengatasi epistaksis posterior, dipasang balon khusus pada hidung
kemudian dikembangkan untuk menekan daerah perdarahan. Selain itu, bisa
dilakukan pemasangan tampon posterior (tampon Bellocq). Tampon dipasang
selama 4-5 hari disertai dengan pemberian antibiotik per-oral untuk mencegah
infeksi pada sinus ataupun telinga tengah. Tindakan ini sangat tidak nyaman dan
mengganggu pernafasan. Biasanya penderita akan diberikan obat penenang
sebelum tindakan dilakukan. Pada epistaksis yang berat dan berulang, yang tak
dapat diatasi dengan tindakan di atas, maka perlu dilakukan pengikatan pembuluh
darah yang pecah.
Epistaksis yang terjadi karena patah tulang atau septum hidung biasanya
berlangsung singkat dan berhenti secara spontan, kadang-kadang perdarahan
timbul kembali dalam waktu beberapa jam atau beberapa hari kemudian setelah
pembengkakan berkurang. Jika hal ini terjadi mungkin perlu dilakukan perbaikan
tulang yang patah melalui pembedahan atau pengikatan pembuluh darah.
PENCEGAHAN
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya perdarahan
hidung kembali :

Istirahat dengan mengangkat kepala 30-45o lebih tinggi

18

Jangan memasukkan apapun ke dalam hidung dan jangan menghembuskan


nafas dengan keras melalui hidung. Buka mulut jika akan bersin, sehingga
udara akan keluar melalui mulut dan tidak melalui hidung.

Jangan mengedan saat buang air besar.

Jangan mengedan atau membungkuk untuk mengangkat sesuatu yang


berat.

Tidak merokok

Jangan minum-minuman hangat selama paling tidak 24 jam kemudian.

2.7 PERDARAHAN DI KEPALA


Kejadian trauma kepala saat ini semakin banyak akibat tingginya angka
kecelakaan lalu lintas serta ketidakamanan suasana kerja yang beresiko tinggi,
misalnya pada pekerjaan buruh pembangunan dan lain-lain.Kelalaian dalam
mentaati peraturan lalu lintas ditambah dengan semakin majunya teknologi
kenderaan bermotor menyebabkan selain kejadian trauma kepala meningkat juga
disertai dengan impact yang tinggi pada kepala dan otak.Akibatnya terjadilah
19

perdarahan hebat pada otak atau pembengkakan otak.Gejala yang tampak


biasanya sangat jelas, seperti luka di kepala, penurunan kesadaran atau gejalagejala kelumpuhan lainnya. Namun diantara jenis perdarahan otak yang mungkin
terjadi, terdapat suatu jenis perdarahan otak yang kadang tidak terdeteksi dan
mematikan.Perdarahan itu disebut dengan perdarahan epidural atau Epidural
hematoma (EDH).
Perdarahan epidural atau kita singkat dengan EDH adalah perdarahan yang
terjadi di antara selaput pembungkus otak (duramater) dan tulang kepala.
Perdarahan ini terjadi akibat retaknya tulang kepala pada trauma kepala yang
selanjutnya retakan tulang itu akan menjadi sumber perdarahan atau dapat pula
mencederai pembuluh darah yang berada di selaput pembungkus otak tersebut.
Darah kemudian akan berkumpul dan bertambah banyak baik secara perlahanlahan atau dalam tempo yang singkat. Pada awalnya dimana jumlah darah masih
sangat sedikit, mungkin penderita tidak merasakan suatu keluhan yang berat atau
berarti sehingga sering diabaikan. namun bila jumlah perdarahannya sudah cukup
banyak maka dampaknya sangat berat hingga kematian.

Karena pecahnya pembuluh darah akibat benturan, hipertensi


- Gejala
gejala sama dengan gegar otak berat
- P3K sama dengan gegar otak berat, segera bawa ke Rumah Sakit.

20

2.8 PERDARAHAN DI MATA


perdarahan subkonjungtiva (subconjuctival hemorrhage).
Konjungtiva adalah selaput tipis transparan yang melapisi bagian putih dari bola
mata (sklera) dan bagian dalam kelopak mata. Konjungtiva merupakan lapisan
pelindung terluar dari bola mata.
Konjungtiva mengandung serabut saraf dan sejumlah besar pembuluh darah yang
halus. Pembuluh-pembuluh darah ini umumnya tidak terlihat secara kasat
mata kecuali bila mata mengalami peradangan. Pembuluh-pembuluh darah di
konjungtiva

cukup

rapuh

dan dindingnya

mudah

pecah

sehingga

mengakibatkan terjadinya perdarahan subkonjungtiva. Perdarahan subkonjungtiva


tampak berupa bercak berwarna merah terang di sklera.
Sebagian besar perdarahan subkonjungtiva terjadi secara spontan tanpa penyebab
yang jelas.Biasanya seseorang menyadari adanya perdarahan subkonjungtiva pada
saat bangun tidur dan menatap matanya di cermin.
Kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan perdarahan subkonjungtiva
adalah: bersin, batuk, mengedan/muntah, mengucek-ucek mata, cedera, tekanan
darah tinggi, kelainan darah, atau kondisi medis yang menyebabkan perdarahan
atau gangguan pembekuan darah.
Perdarahan subkonjungtiva umumnya tidak memerlukan pengobatan.
Tetes air mata buatan (dapat diperoleh bebas di apotek) boleh diteteskan ke mata
bila terdapat iritasi ringan.
Patofisiologi
Perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi secara spontan, akibat trauma, ataupun
infeksi. Perdarahan dapat berasal dari pembuluh darah konjungtiva atau episclera
yang bermuara ke ruang subkonjungtiva.

21

Penyebab
Perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi pada semua ras, umur, dan jenis kelamin
dengan proporsi yang sama. Beberapa penyebab yang daat menyebabkan
perdarahan subkonjungtiva antaralain,
1. Spontan/idiopatik biasanya yang ruptur adalah pembuluh darah konjungtiva.
2. Batuk, berusaha, bersin, muntah.
3. Hipertensi. Pembuluh darah konjungtiva merupakan pembuluh darah yang
rapuh,sehingga jika ada kenaikan tekanan mudah ruptur sehingga menyebabkan
perdarahan subkonjungtiva.
4. Gangguan perdarahan yang diakibatkanoleh penyakit hati, diabetes, SLE, dan
kekurangan vitamin C, gangguan faktor pembekuan.
5. Penggunaan antibiotik, NSAID, steroid, vitamin D, kontrasepsi.
6. Infeksi sistemik yang menyebabkan demam seperti meningococcal septicemia,
scarlet fever, typhoid fever, cholera, rickettsia, malaria, dan virus (misal influenza,
smallpox, measles, yellow fever, sandfly fever).
7. Gejala sisa dari operasi mata.
8. Trauma.
9. Menggosok mata.
Tanda dan Gejala
Pasien datang dengan keluhan matanya yang bagian putih merah, pusing, berair,
dalam waktu 24 jam sejak munculnya warna merah, bentuknya semakin
membesar, kemudian mengecil, awalnya merah cerah lama-lama berwarna agak

22

gelap . Hal yang harus ditanyakan adalah adanya riwayat trauma, mengangkat
benda berat, batuk kronis, hipertensi.
Tanda yang tampak pada pemeriksaan antara lain :
1. Tampak adanya perdarahan di sklera dengan warna merah terang (tipis)
atau merah tua (tebal).
2. Tidak ada tanda peradangan, kalaupun adanya biasnya peradangan yang
ringan.
3. Lingkungan sekitar peradangan tampak normal.
Pemeriksaan
Pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah
1. Penlight. Pada konjungtiva bulbi tampak adanya patch kemerahan.
2. Tekanan darah untuk mengetahui risiko hipertensi.
3. Cek darah lengkap untuk memastikan adanya gangguan pembekuan darah.

Terapi
Perdarahan subkonjungtiva sebenarnya tidak memerlukan pengobatan karena
darah akan terabsorbsi dengan baik selama 3 -4 minggu. Tetapi untuk mencegah
perdarahan yang semakin meluas beberapa dokter memberikan vasacon
23

(vasokonstriktor) dan multivitamin. Airmata buatan untuk iritasi ringan dan


mengobati faktor risikonya untuk mencegah risiko perdarahan berulang.
Sesuatu yang sangat mengkhawatirkan kadangkala terjadi pada kita sebagai insan
manusia. Kali ini sehatcantik akan membagikan solusi bilamana kita memiliki
masalah yang berhubungan dengan mata, khususnya pendarahan. Hal ini bisa kita
terapkan terhadap siapapun juga terlepas dari usia mereka karena ini adalah
langkah-langkah yang harus dilakukan untuk memperkecil kemungkinan lukanya
menjadi lebih parah. Untuk perawatan pada anak kecil, kita sebagai orang yang
lebih tua harus membantu mereka agar supaya proses pertolongan pertama dapat
dilakukan tanpa harus terganggu dengan tangisan atau tingkah laku dari si anak
tersebut. Penting untuk diketahui jika terjadi benturan pada mata, baik itu
terhadap anak kecil ataupun dewasa, hal ini bisa menyebabkan trauma. Trauma
langsung pada mata bisa diikuti terjadinya pendarahan dibagian dalam depan mata
(hifema). Trauma ini dapat disebabkan benda tumpul akibat terpukul atau karena
benda tajam yang menembus lapisan pelindung mata. Bila pendarahan terjadi oleh
karena trauma, biasanya darah akan terserap total dalam beberapa hari.
Kambuhnya pendarahan pada mata dapat menurunkan penglihatan dan merusak
kornea.
Langkah yang harus dilakukan untuk meminimalisir keadaan yang parah adalah
sebagai berikut:
1. Buatlah si korban senyaman mungkin lalu tinggikan posisi kepala sikorban dan
miringkan sedemikian rupa, sehingga ia tidur dengan mata yang sehat berada di
bagian bawah dan mata yang bermasalah dibagian atas agar dapat memudahkan
kita untuk melakukan tindakan selanjutnya bagi mata yang bermasalah tersebut
2.

Kompres

dingin

bisa

membantu

mengurangi

pembengkakan

dan

menghilangkan nyeri pada mata hitam

24

3. Pada hari ke dua, kompres hangat bisa membantu tubuh dalam menyerap darah
yang telah terkumpul
4. Segera bawa ke unit gawat darurat rumah sakit terdekat. Dokter pada umumnya
akan menyarankan agar korban menjalani rawat inap, khususnya bila pendarahan
terjadi berulang kali. Jika kulit di sekitar mata atau kulit pada kelopak mata
mengalami robekan, bisa dilakukan penjahitan terlebih dahulu. Cedera yang
mengenai saluran air mata harus diatasi dengan pembedahan mata. Jika terjadi
robekan pada mata, diberikan obat pereda nyeri, obat untuk menjaga agar pupil
tetap melebar dan obat untuk mencegah infeksi. Biasanya digunakan perisai
logam untuk melindungi mata dari cedera lebih lanjut
5. Kerusakan yang serius bisa menyebabkan penurunan fungsi penglihatan
walaupun sudah dilakukan pembedahan.

2.9 PERDARAHAN RONGGA PERUT

25

Luka dan perdarahan di rongga perut bisa menyebabkan perdarahan terselubung


yang sangat banyak karena perdarahan yang terlihat hanya ringan tetapi darah
yang terakumulasi didalam rongga perut sangat banyak, sehingga cepat terjadi
shock. Selain itu apabila luka terbuka atau luka menembus usus maka bakteri usus
akan mencemari rongga dan selaput pembungkus usus (peritoneum) sehingga
menyebabkan peritonitis.
GEJALA
- Riwayat trauma pada bagian perut/ pinggang
-Tampak kesakitan pada bagian perut
- Banyak keringat dingin, pucat
- Suhu badan naik
-Kesadaran menurun sampai pingsan/ koma
- Perut tegang seperti papan
TINDAKAN P3K
- Stabilisasi keadaan penderita
- Tidurkan penderita pada posisi setengah duduk
- Atasi bila terjadi shock
- Kalau ada beri obat penahan rasa sakit
- Bila luka terbuka, tutup dengan kasa steril atau pembalut cepat yang lebar
- Bila usus keluar, tutup dengan mangkok steri sebelum dibalut. Jangan sekalikali
memasukkannya ke rongga perut.

2.10 GANGGUAN KESADARAN

26

Kesadaran merupakan fungsi utama susunan saraf pusat. Untuk mempertahankan


fungsi kesadaran yang baik, perlu suatu interaksi yang konstan dan efektif antara
hemisfer serebri yang intak dan formasio retikularis di batang otak. Gangguan
pada hemisfer serebri atau formasio retikularis dapat menimbulkan gangguan
kesadaran.
Bergantung pada beratnya kerusakan, gangguan kesadaran dapat berupa
apati, delirium, somnolen, sopor atau koma. Koma sebagai kegawatan maksimal
fungsi susunan saraf pusat memerlukan tindakan yang cepat dan tepat, sebab
makin lama koma berlangsung makin parah keadaan susunan saraf pusat sehingga
kemungkinan makin kecil terjadinya
Derajat kesadaran yang paling rendah yaitu koma. Koma terbagi dalam :
Koma supratentorial diensephalik : merupakan semua proses supratentorial
yang mengakibatkan destruksi dan kompresi pada substansia retikularis
diensefalon yang menimbulkan koma.
Koma supratentorial diensephalik dapat dibagi dalam 3 golongan, yaitu :
- Proses desak ruang yang meninggikan tekanan dalam ruang intracranial
supratentorial secara akut.
- Lesi yang menimbulkan sindrom ulkus.
- Lesi supratentorial yang menimbulkan sindrom kompresi rostrokaudal terhadap
batang otak.
Koma infratentorial diensefalik, disini terdapat 2 macam proses patologik yang
menimbulkan koma :
- Proses patologik dalam batang otak yang merusak substansia retikularis.

27

- Proses diluar batang otak yang mendesak dan mengganggu fungsi substansia
retikularis.
Koma infratentorial akan cepat timbul jika substansia retikularis mesensefalon
mengalami gangguan sehingga tidak bisa berfungsi baik. Hal ini terjadi akibat
perdarahan. Dimana perdarahan di batang otak sering merusak tegmentum pontis
dari pada mesensefalon.
Koma bihemisferik difus : terjadi karena metabolism neural kedua belah
hemsferium terganggu secara difus. Gejala yang ditimbulkannya yaitu dapat
berupa hemiparesis, hemihiperestesia, kejang epileptic, afasia, disatria, dan
ataksia, serta gangguan kualitas kesadaran.
Derajat kesadaran lainnya yaitu tidur. Tidur merupakan suatu derajat kesadaran
yang berada dibawah keadaan awas-waspada dan merupakan fisiologik yang
ditentukan oleh aktivitas bagian-bagian tertentu dari substansia retikularis. Tidur
secara patologis yaitu keadaan tidur dan berbagai mecam keadaan yang
menunjukkan daya bereaksi dibawah derajat awas-waspada, diantaranya letargi,
mutismus akinetik, stupor, dan koma.
Gangguan tidur terdiri atas hipersomnia dan insomnia :
a. Hipersomnia (kebanyakan tidur) merupakan gejala keadaan patologik yang
dibedakan dalam :
- Hipersomnia karena proses patologik diotak, seperti ensefalitis dan tumor
serebri.
- Hipersomnia karena proses patologik sistemik, seperti hiperglikemia atau
uremia.
b. Insomnia (tidak bisa tidur) merupakan gejala sekunder beberapa jenis
psikoneurosis yang dapat timbul sebagai :

28

- Insomnia primer, yaitu penderita tidur tapi tidak merasa tidur.


- Insomnia sekunder akibat psikoneurosis yang umumnya punya banyak keluhan
non organic, sakit kepala, perut kembung, badan pegal, dll.
- Insomnia sekunder akibat penyakit organic, yaitu penderita tidak bisa tidur
karena saat tertidur, ia diganggu oleh penderitaan organic. Misalnya seperti
penderita diabetes mellitus yang sering terbangun karena sering kencing, atau
penderita ulkus duodeni yang sering terbangun karena mules dan lapar pada
tengah malam, atau penderita arthritis reumatika yang mudah terbangun oleh nyeri
yang timbul pada setiap perubahan sikap badan.
Selain dari gangguan tidur diatas, ada juga gangguan tidur fungsional, yaitu
diantaranya :
Somnambulisme, yaitu berjalan dalam keadaan tidur.
Sleep automatism, yaitu berjalan sambil melakukan suatu perbuatan yang
bertujuan dalam keadaan tidur. Misalnya membereskan koper seperti orang yang
ingin bepergian tapi dalam keadaan tidur.
Kekau, yaitu berbicara dalam keadaan tidur yang biasanya terkait dengan
mimpi.
Kejang nokturnus atau mioklonus nokturnus, yaitu saat tidur, ia terbangun
kembali karena anggota geraknya berkejang sejenak.
Paralisis nokturnus, yaitu perasaan lumpuh seluruh tubuh yang dialami sebagai
kenyataan dan menghilang serentak saat mata dapat dibuka.
2. Etiologi, pathogenesis, gambaran klinis, dan terapi radang susunan saraf pusat
Radang pada SSP umumnya terjadi akibat radang pada tempat lain.

29

Radang Selaput Otak (meningitis)


Meningitis bakterial
Yaitu infeksi pada cairan serebrospinal (CSS) yang disertai radang piamater dan
arachnoid, ruang subarachnoid, jaringan superficial otak, dan medulla spinalis.
Factor resiko :
infeksi sistemik ataupun fokal, contohnya septicemia dan TB
paru.
Trauma dan tindakan tertentu, contohnya fraktur basis crania.
Penyakit darah
Penyakit hati
Pemakaian bahan-bahan yang menghambat pembentukan
antibody (antibody respons)
Kelainan yang berhubungan dengan imunosupresion, contohnya
diabetes mellitus
Gangguan atau kelainan obstetric dan ginekologik
1. Kemampuan membuka mata
a.

Dapat membuka mata sendiri secara spontan : 4

b.

Dapat membuka mata atas perintah : 3

c.

Dapat membuka mata atas rangsang nyeri : 2

d.

Tak dapat membuka mata dengan rangsang : 1 nyeri apapun

30

2.Aktifitas motorik
Dinilai anggota gerak yang memberikan reaksi paling baik dan tidak
dinilai pada anggota gerak dengan fraktur/kelumpuhan. Biasanya dipilih lengan
karena gerakannya lebih bervariasi daripada tungkai.
a.

Mengikuti perintah : 6
b.

Adanya gerakan untuk menyingkirkan rangsangan yang diberikan pada

beberapa tempat: 5
c.

Gerakan fleksi cepat disertai dengan abduksi bahu : 4

d.

Fleksi lengan disertai aduksi bahu : 3

e.

Ekstensi lengan disertai aduksi : 2

f.

Tidak ada gerakan :1


3. Kemampuan bicara
Menunjukkan fungsi otak dengan integritas yang paling tinggi.
a. Orientasi yang baik mengenai tempat, orang dan waktu :5
b. Dapat diajak bicara tetapi jawaban kacau : 4
c. Mengeluarkan kata-kata yang tidak dimengerti : 3
d. Tidak mengeluarkan kata, hanya bunyi :2
e. Tidak keluar suara : 1

4. Penanggulangan
Harus dilakukan cepat dan tepat. Gangguan yang berlangsung sudah lama
dapat menyebabkan kerusakan

31

32

Anda mungkin juga menyukai