2. Perdarahan Balik (Vena), darah yang keluar berwarna merah gelap, walaupun
terlihat luas dan banyak namun umumnya perdarahan vena ini mudah
dikendalikan. Namun perdarahan vena ini juga berbahaya bila terjadi pada
perdarahan vena yang besar masuk kotoran atau udara yang tersedot ke dalam
pembuluh darah melalui luka yang terbuka.
Penekanan ini dilakukan dengan kuat pada pinggir luka. Setelah beberapa saat
sistem peredaran darah akan menutup luka tersebut. Teknik ini dilakukan untuk
luka kecil yang tidak terlalu parah (luka sayatan yang tidak terlalu dalam).
Cara yang terbaikpada umumnya yaitu dengan mempergunakan kassa steril (bisa
juga dengan kain bersih), dan tekankan pada tempat perdarahan. Tekanan itu harus
dipertahankan terus sampai perdarahan berhenti atau sampai pertolongan yang
lebih baik dapat diberikan. Kasa boleh dilepas jika sudah terlalu basah oleh darah
dan perlu diganti dengan yang baru.
2. Elevasi
Teknik dilakukan dengan mengangkat bagian yang luka (setelah dibalut) sehingga
lebih tinggi dari jantung. Apabila darah masih merembes, di atas balutan yang
pertama bisa diberi balutan lagi tanpa membuka balutan yang pertama.
Elevasi dilakukan hanya untuk perdarahan pada daerah alat gerak saja dan
dilakukan bersamaan dengan tekanan langsung. Metode ini tidak dapat digunakan
untuk korban dengan kondisi cedera otot rangka dan benda tertancap.
3. Tekanan pada titik nadi
Penekanan titik nadi ini bertujuan untuk mengurangi aliran darah menuju bagian
yang luka. Pada tubuh manusia terdapat 9 titik nadi, yaitu temporal artery (di
kening), facial artery (di belakang rahang), common carotid artery (di pangkal
leher, dan dekat tulang selangka ), brachial artery (di lipat siku), radial artery (di
pergelangan tangan), femoral artery (di lipatan paha), popliteal artery (di lipatan
lutut), posterior artery (di belakang mata kaki), dan dorsalis pedis artery (di
punggung kaki).
4. Immobilisasi
Bertujuan untuk meminimalkan gerakan anggota tubuh yang luka. Dengan
sedikitnya gerakan, diharapkan aliran darah ke bagian yang luka tersebut
menurun.
5. Torniquet
Teknik ini hanya dilakukan untuk menghentikan perdarahan di tangan atau kaki
saja, merupakan pilihan terakhir, dan hanya diterapkan jika ada kemungkinan
amputansi. Bagian lengan atau paha atas diikat dengan sangat kuat sehingga darah
tidak dapat mengalir. Tempat yang terbaik untuk memasang torniket adalah lima
jari di bawah ketiak (untuk perdarahan lengan) dan lima jari di bawah lipat paha
(untuk perdarahan di kaki).
Untuk memudahkan para pengusung, torniket harus terlihat jelas dan tidak boleh
ditutupi, sehingga torniket dapat dikendorkan selama 30 detik setiap 10 menit
sekali. Sementara itu, tempat perdarahan diikat dengan kasa steril. Torniket hanya
digunakan untuk perdarahan yang hebat atau untuk lengan atau kaki yang cedera
hebat.
Korban harus segara dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih
lanjut. Jika korban tidak segera mendapat penanganan, bagian yang luka bisa
membusuk.
6. Kompres dingin
Tujuan dilakukannya kompres dingin adalah untuk menyempitkan pembuluh
darah yang mengalami perdarahan (faso konstriksi) sehingga perdarahan dapat
dengan cepat terhenti.
2.3 PERDARAHAN DALAM (TERTUTUP)
Perdarahan dalam umumnya disebabkan oleh benturan tubuh korban dengan
benda tumpul, atau karena jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor, ledakan, dan
lain sebagainya. Luka tusuk juga dapat mengakibatkan hal tersebut, berat
ringannya luka tusuk bagian dalam sangat sulit dinilai walaupun luka luarnya
terlihat nyata.
Kita tidak akan melihat keluarnya darah dari tubuh korban karena kulit
masih utuh, tapi dapat melihat darah yang terkumpul di bawah permukaan kulit
seperti halnya kasus memar. Perdarahan dalam ini juga bervariasi mulai dari yang
ringan hingga yang dapat menyebabkan kematian. Untuk kasus yang
menyebabkan kematian adalah karena :
1. Rusaknya alat dalam tubuh dan pembuluh darah besar yang bisa
menyebabkan hilangnya banyak darah dalam waktu singkat.
2. Cedera pada alat gerak, contohnya pada tulang paha dapat merusak
jaringan dan pembuluh darah sehingga darah yang keluar dapat
menimbulkan syok.
3. Kehilangan darah yang tidak terlihat (tersembunyi) sehingga penderita
meninggal tanpa mengalami luka luar yang parah.
Mengingat perdarahan dalam berbahaya dan tidak terlihat (tersamar), maka
penolong harus melakukan penilaian dengan pemeriksaan fisik lengkap termasuk
wawancara dan analisa mekanisme kejadiannya. Lebih baik kita menganggap
korban mengalami perdarahan dalam daripada tidak, karena penatalaksanaan
perdarahan dalam tidak akan memperburuk keadaan korban yang ternyata tidak
mengalaminya.
Tanda-tanda yang mudah dikenali pada perdarahan dalam:
1. Memar disertai nyeri tubuh
2. Pembengkakan terutama di atas alat tubuh penting
3. Cedera pada bagian luar yang juga mungkin merupakan petunjuk bagian
dalam yang mengalami cedera
4. Nyeri, bengkak dan perubahan bentuk pada alat gerak
5. Nyeri bila ditekan atau kekakuan pada dinding perut, dinding perut
membesar
6. Muntah darah
7. Buang air besar berdarah, baik darah segar maupun darah hitam seperti
kopi
Arteri Facialis
Untuk perdarahan daerah muka. Tempat penekanan : pada rahang bawah 1 cm
depan sendi rahang
Arteri Brachialis
untuk perdarahan seluruh lengan. Tempat penekanan : pada bagian dalam lengan
atas 5 jari dari ketiak.
Arteri Femoralis
untuk perdarahan seluruh tungkai bawah. Tempat penekanan : pada pertengahan
lipat paha.
10
lebih
perdarahandidaerah
alat
tinggi
gerak
dari
saja
jantung.
dan
Tehnik
dilakukan
ini
hanya
bersamaan
untuk
dengan
tekananlangsung. Tehnik ini tidak dapat digunakan untuk korban dengan kondisi cedera otot
rangka dan benda tertancap.5.
Tehnik pengkleman dilakukan pada pembuluh darah yang agak besar. sebelum
diklem, pastikan terlebih dahulu mana pembuluh darah yang menjadi
sumber perdarahan. Dapat dilakukan dengan cara meletakkan kassa di tempatluka
sehingga darah terserap kemudian diangkat dan diperhatikan darimana asal
perdarahan. Kemudian daerah tersebut dijepit dan diusahakan posisi klem tegak
lurus. Ini berguna jika dilakukan ligasi maka ikatantidak longgar setelah klem
dibuka.6.
11
Tehnik ligas
Dilakukan bila penjepitan dengan klem masih terjadi perdarahan terutama
perdarahan yang besar. Caranya sama dengan klem, namunsetelah di klem dilakukan
ligasi pada pembuluh darah kemudian klem di buka. Ligasi dapat dilakukan dengan
menggunakan chromic cat gut atau plain cat gut dengan ukuran 3,0. Hal yang
perlu diperhatikan ligasi dengan cat gut, disimpulkan sekurang-kurangnya 3 kali.
Karena semakin lama maka cat gut akan mengembang dan ikatan menjadi longgar
apabilahanya sekali atau dua kali.7.
ImmobilisasiBertujuan meminimalkan gerakan anggota tubuh yang luka.
Dengansedikitnya gerakan diharapkan aliran darah kebagian yang luka menurun.
Perdarahan Dalam
R rest : Diistirahatkan, adalah tindakan pertolongan pertama yangesensial,
penting untuk mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut.
I Ice
12
CIRI KHAS
1. Darah di bawah kuku baik jari atau kaki adalah hematoma subungual.
2. Anda akan memiliki perubahan warna merah, merah, atau warna gelap
di bawah kuku setelah cedera.
3. Yang paling umum gejala adalah rasa sakit.
4. Tekanan yang dihasilkan antara kuku dan nailbed, di mana darah
mengumpulkan, menyebabkan rasa sakit ini.
5. Rasa sakit juga dapat disebabkan oleh cedera lain seperti fraktur ke
tulang yang mendasari, atau memar pada jari atau jari kaki sendiri.
ETIOLOGI
Cedera trauma
Infeksi bagian bawah kuku
PATOFISIOLOGI
Trauma pada kuku, perdarahan, darah tidak keluar dari kuku, menumpuk di
bawah kuku, warna kuku menjadi ungu dan nyeri
DIAGNOSIS BANDING
1.Subungual hematoma
2.Fraktur falang distal
3.Kelainan kelainan lempeng kuku
PENEGAKAN DIAGNOSIS
1. Pasien datang dengan keluhan nyeri di bagian bawah kuku.
2.Pemeriksaan fisik : kuku berwarna ke ungu an, nyeri tekan pada kuku yang
berwarna ke ungu an.
TATALAKSANA
Pengeluaran darah yang terjebak di bawah kuku
13
1. Untuk mengurangi rasa sakit, tindakan pertama yang dapat dilakukan ialah
mengompres jari yang cedera dengan es atau air es.
2. Bersihkan kuku dengan cairan antiseptik atau alkohol sebelum dikorek dan
dilubangi (pada ujung kuku) dengan jarum atau benda tajam lain yang sudah
disterilkan.
Langkah ini dilakukan untuk membantu mengeluarkan darah yang terkumpul di
bawah kuku. Selain dapat mengurangi rasa sakit, tindakan ini juga dapat
mencegah kuku terkelupas.
3. Jika darah sudah dikeluarkan, maka luka bekas korekan tadi dapat ditutup
dengan salep antibiotik dan diplester. Dapat juga dengan plester cepat yang
mengandung obat
14
benda asing
sindroma Rendu-Osler-Weber
Tekanan darah tinggi (hipertensi) bisa membuat perdarahan lebih sulit berhenti,
tetapi biasanya bukan merupakan penyebab perdarahan yang sebenarnya.
GEJALA
Epistaksis dapat dibagi menjadi :
Epistaksis anterior : perdarahan berasal dari pembuluh darah kecil di septum
(pemisah lubang hidung kiri dan kanan) bagian depan, yaitu dari pleksus
Kiesselbach atau arteri etmoidalis anterior. Meskipun perdarahan bisa tampak
15
-Pemeriksaandarahtepilengkap
-Fungsihemostatis
- Pemeriksaan foto hidung, sinus paranasal dan nasofaring
PENGOBATAN
Epistaksis Anterior
Penderita sebaiknya duduk tegak agar tekanan pembuluh darah di hidung
berkurang dan mencegah tertelannya darah
Epistaksis anterior yang ringan biasanya bisa dihentikan dengan cara menekan
cuping hidung selama 5-10 menit sambil bernafas melalui mulut
Jika tindakan diatas tidak mampu menghentikan perdarahan, maka tindakan
tersebut bisa diulang sekali lagi selama 10 menit.
Jika perdarahan tidak berhenti juga, maka segeralah pergi ke dokter. Biasanya
akan dipasang tampon anterior yang telah dibasahi dengan obat untuk
menghentikan perdarahan dan mengurangi rasa nyeri (misalnya adrenalin dan
lidokain).
16
Untuk perdarahan yang kecil, seringkali tidak diperlukan tindakan apapun setelah
perdarahan berhenti.
Untuk perdarahan yang lebih hebat atau berulang, terkadang diperlukan tindakan
lebih lanjut untuk menghentikan perdarahan, misalnya dengan memberikan
larutan perak nitrat atau dengan elektrokauter.
Pada kasus yang jarang, dilakukan pemasangan tampon anterior yang telah diberi
vaselin atau salep antibiotika agar tidak melekat sehingga tidak terjadi perdarahan
ulang pada saat tampon dilepaskan. Tampon anterior dimasukkan melalui lubang
hidung depan, dipasang secara berlapis mulai dari dasar sampai puncak rongga
hidung dan harus menekan sumber perdarahan. Tampon biasanya dilepas setelah 3
hari.
Jika tidak ada penyakit yang mendasarinya, penderita tidak perlu dirawat dan
diminta lebih banyak duduk serta sedikit meninggikan kepala pada malam hari.
Penderita lanjut usia harus di rawat.
17
Epistaksis Posterior
Pada epistaksis posterior, perdarahan berasal dari hidung bagian belakang,
sehingga tindakan menekan cuping hidung atau pemasangan tampon anterior tidak
dapat menghentikan perdarahan. Tindakan menekan cuping hidung akan membuat
darah tidak dapat mengalir keluar melalui hidung, melainkan mengalir ke
tenggorokan. Perdarahan posterior lebih sulit diatasi karena perdarahan biasanya
hebat dan sulit melihat bagian belakang dari rongga hidung.
Untuk mengatasi epistaksis posterior, dipasang balon khusus pada hidung
kemudian dikembangkan untuk menekan daerah perdarahan. Selain itu, bisa
dilakukan pemasangan tampon posterior (tampon Bellocq). Tampon dipasang
selama 4-5 hari disertai dengan pemberian antibiotik per-oral untuk mencegah
infeksi pada sinus ataupun telinga tengah. Tindakan ini sangat tidak nyaman dan
mengganggu pernafasan. Biasanya penderita akan diberikan obat penenang
sebelum tindakan dilakukan. Pada epistaksis yang berat dan berulang, yang tak
dapat diatasi dengan tindakan di atas, maka perlu dilakukan pengikatan pembuluh
darah yang pecah.
Epistaksis yang terjadi karena patah tulang atau septum hidung biasanya
berlangsung singkat dan berhenti secara spontan, kadang-kadang perdarahan
timbul kembali dalam waktu beberapa jam atau beberapa hari kemudian setelah
pembengkakan berkurang. Jika hal ini terjadi mungkin perlu dilakukan perbaikan
tulang yang patah melalui pembedahan atau pengikatan pembuluh darah.
PENCEGAHAN
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya perdarahan
hidung kembali :
18
Tidak merokok
20
cukup
rapuh
dan dindingnya
mudah
pecah
sehingga
21
Penyebab
Perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi pada semua ras, umur, dan jenis kelamin
dengan proporsi yang sama. Beberapa penyebab yang daat menyebabkan
perdarahan subkonjungtiva antaralain,
1. Spontan/idiopatik biasanya yang ruptur adalah pembuluh darah konjungtiva.
2. Batuk, berusaha, bersin, muntah.
3. Hipertensi. Pembuluh darah konjungtiva merupakan pembuluh darah yang
rapuh,sehingga jika ada kenaikan tekanan mudah ruptur sehingga menyebabkan
perdarahan subkonjungtiva.
4. Gangguan perdarahan yang diakibatkanoleh penyakit hati, diabetes, SLE, dan
kekurangan vitamin C, gangguan faktor pembekuan.
5. Penggunaan antibiotik, NSAID, steroid, vitamin D, kontrasepsi.
6. Infeksi sistemik yang menyebabkan demam seperti meningococcal septicemia,
scarlet fever, typhoid fever, cholera, rickettsia, malaria, dan virus (misal influenza,
smallpox, measles, yellow fever, sandfly fever).
7. Gejala sisa dari operasi mata.
8. Trauma.
9. Menggosok mata.
Tanda dan Gejala
Pasien datang dengan keluhan matanya yang bagian putih merah, pusing, berair,
dalam waktu 24 jam sejak munculnya warna merah, bentuknya semakin
membesar, kemudian mengecil, awalnya merah cerah lama-lama berwarna agak
22
gelap . Hal yang harus ditanyakan adalah adanya riwayat trauma, mengangkat
benda berat, batuk kronis, hipertensi.
Tanda yang tampak pada pemeriksaan antara lain :
1. Tampak adanya perdarahan di sklera dengan warna merah terang (tipis)
atau merah tua (tebal).
2. Tidak ada tanda peradangan, kalaupun adanya biasnya peradangan yang
ringan.
3. Lingkungan sekitar peradangan tampak normal.
Pemeriksaan
Pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah
1. Penlight. Pada konjungtiva bulbi tampak adanya patch kemerahan.
2. Tekanan darah untuk mengetahui risiko hipertensi.
3. Cek darah lengkap untuk memastikan adanya gangguan pembekuan darah.
Terapi
Perdarahan subkonjungtiva sebenarnya tidak memerlukan pengobatan karena
darah akan terabsorbsi dengan baik selama 3 -4 minggu. Tetapi untuk mencegah
perdarahan yang semakin meluas beberapa dokter memberikan vasacon
23
Kompres
dingin
bisa
membantu
mengurangi
pembengkakan
dan
24
3. Pada hari ke dua, kompres hangat bisa membantu tubuh dalam menyerap darah
yang telah terkumpul
4. Segera bawa ke unit gawat darurat rumah sakit terdekat. Dokter pada umumnya
akan menyarankan agar korban menjalani rawat inap, khususnya bila pendarahan
terjadi berulang kali. Jika kulit di sekitar mata atau kulit pada kelopak mata
mengalami robekan, bisa dilakukan penjahitan terlebih dahulu. Cedera yang
mengenai saluran air mata harus diatasi dengan pembedahan mata. Jika terjadi
robekan pada mata, diberikan obat pereda nyeri, obat untuk menjaga agar pupil
tetap melebar dan obat untuk mencegah infeksi. Biasanya digunakan perisai
logam untuk melindungi mata dari cedera lebih lanjut
5. Kerusakan yang serius bisa menyebabkan penurunan fungsi penglihatan
walaupun sudah dilakukan pembedahan.
25
26
27
- Proses diluar batang otak yang mendesak dan mengganggu fungsi substansia
retikularis.
Koma infratentorial akan cepat timbul jika substansia retikularis mesensefalon
mengalami gangguan sehingga tidak bisa berfungsi baik. Hal ini terjadi akibat
perdarahan. Dimana perdarahan di batang otak sering merusak tegmentum pontis
dari pada mesensefalon.
Koma bihemisferik difus : terjadi karena metabolism neural kedua belah
hemsferium terganggu secara difus. Gejala yang ditimbulkannya yaitu dapat
berupa hemiparesis, hemihiperestesia, kejang epileptic, afasia, disatria, dan
ataksia, serta gangguan kualitas kesadaran.
Derajat kesadaran lainnya yaitu tidur. Tidur merupakan suatu derajat kesadaran
yang berada dibawah keadaan awas-waspada dan merupakan fisiologik yang
ditentukan oleh aktivitas bagian-bagian tertentu dari substansia retikularis. Tidur
secara patologis yaitu keadaan tidur dan berbagai mecam keadaan yang
menunjukkan daya bereaksi dibawah derajat awas-waspada, diantaranya letargi,
mutismus akinetik, stupor, dan koma.
Gangguan tidur terdiri atas hipersomnia dan insomnia :
a. Hipersomnia (kebanyakan tidur) merupakan gejala keadaan patologik yang
dibedakan dalam :
- Hipersomnia karena proses patologik diotak, seperti ensefalitis dan tumor
serebri.
- Hipersomnia karena proses patologik sistemik, seperti hiperglikemia atau
uremia.
b. Insomnia (tidak bisa tidur) merupakan gejala sekunder beberapa jenis
psikoneurosis yang dapat timbul sebagai :
28
29
b.
c.
d.
30
2.Aktifitas motorik
Dinilai anggota gerak yang memberikan reaksi paling baik dan tidak
dinilai pada anggota gerak dengan fraktur/kelumpuhan. Biasanya dipilih lengan
karena gerakannya lebih bervariasi daripada tungkai.
a.
Mengikuti perintah : 6
b.
beberapa tempat: 5
c.
d.
e.
f.
4. Penanggulangan
Harus dilakukan cepat dan tepat. Gangguan yang berlangsung sudah lama
dapat menyebabkan kerusakan
31
32