Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ANATOMI FISIOLOGI DAN PERTOLONGAN PERTAMA


CEDERA JARINGAN LUNAK

Oleh :
Ahmad Sandy Luthfianto (0523040114)
Dosen Pengampu :
Haidar Natsir Amrullah, S.ST., M.T
Galih Anindita, S.T., M.T

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2023
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari, kondisi gawat darurat dapat terjadi kapan saja,
dimana saja, dan pada siapa saja. Kasus cedera pada jaringan lunak merupakan
kegawatdaruratan dimana korban biasanya mengalami luka, pendarahan, ataupun
cedera pada otot yang disebabkan kasus trauma.

Suatu gaya dengan velositas tinggi menyebabkan kerusakan jaringan lunak


dan tulang memerlukan tata laksana dengan mempertimbangkan hubungan erat
diantara kedua jenis jaringan ini. Dalam praktik di klinik sehari-hari, adanya cedera
jaringan lunak memberi petunjuk adanya cedera jaringan keras, meskipun tidak
semua. Namun pada kesempatan lain, cedera jaringan lunak minimal
mengisyaratkan fraktur multiple.

Klasifikasi menurut derajat keparahan cedera jaringan lunak

Kelas I : luka tusuk (vulnus punctum) menembus seluruh ketebalan kulit

Kelas II : kulit tersayat atau mengalami crushed disertai cedera muscular dengan

kerusakan moderat

Kelas III : kerusakan kulit luas mencapai kedalaman subkutis, muscular disertai

cedera saraf dan vascular.

Sebagai calon ahli K3, perlu dipahami bagaimana tahapan tahapan dalam
melakukan melakukan tindakan tindakan Pertolongan Pertolongan Pertama
Pertama Pada Kecelakaan Kecelakaan (P3K) yang benar dan tanggap terutama pada
saat menangani cedera jaringan lunak.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana cara melakukan penilaian penderita pada korban yang
mengalami pendarahan?
b. Bagaimana cara menghadapi korban yang syok akibat cedera jaringan
lunak?
c. Bagaimana cara menutup luka dengan tepat?

1.3 Tujuan Praktikum


a. Memahami cara melakukan penilaian penderita pada korban pendarahan
b. Memahami cara menangani korban yang syok akibat cedera jaringan lunak
c. Memahami cara yang tepat dalam menutup luka pada korban
BAB 2

DASAR TEORI

2.1 Perdarahan

Peradarahan terjadi akibat rusaknya dinding pembuluh darah yang dapat


disebabkan oleh trauma/ kecelakaan atau penyakit. Perdarahan di bagi
menjadi 2 (dua) yaitu:

a. Perdarahan Luar (Terbuka)


Adalah jenis perdarahan yang terjadi karena rusaknya dinding
pembuluh darah yang disertai dengan kerusakan kulit, yang
memungkinkan darah keluar dari tubuh dan terlihat jelas keluar dari
luka tersebut. Berdasarkan pembuluh darah yang mengalami
gangguan, perdarahan luar dibagi menjadi:
1. Perdarahan Nadi (Arteri) Cirinya adalah darah berasal dari
pembuluh nadi yang keluar dengan cara menyembur sesuai dengan
denyutan nadi dan berwarna merah terang karena masih kaya dengan
oksigen.
2. Perdarahan Balik (Vena) Cirinya adalah darah yang keluar dari
pembuluh balik mengalir, berwarna merah gelap. Meskipun terlihat
luas dan banyak namun umumnya mudah dikendalikan.
3. Perdarahan Rambut (Kapiler) Ciriya adalah darah yang keluar
merembes perlahan, karena sangat kecil dan hampir tidak mempunyai
tekanan.
Perdarahan luar pada dasarnya dikendalikan dengan cara berikut:
1. Tekanan Langsung
Tekanan langsung dilakukan tepat pada bagian luka. Jangan
membuang waktu dengan mencari penutup luka. Umumnya
perdarahan akan berhenti 5 – 15 menit kemudian. Beri penutup
luka yang tebal pada tempat perdarahan. Bila belum berhenti dapat
ditambah penutup yang lain tanpa melepas penutup yang pertama.
2. Elevasi (dilakukan bersamaan dengan tekanan langsung) Tindakan
ini hanya berlaku untuk perdarahan di daerah alat gerak saja, yang
dilakukan bersamaan dengan tekanan langsung. Caranya adalah
dengan meninggikan anggota badan yang berdarah lebih tinggi dari
jantung. Ini akan menyebabkan gaya tarik bumi mengurangi
tekanan darah, sehingga memperlambat pendarahan. Jika dengan
penenkana langsung dan elevasi belum bisa menghentikan
perdarahan, dilakukan penekanan pada titik – titik tekan tertentu.
Letak titik tekan dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

3. Cara lain yang dapat membantu menghentikan perdarahan.


Cara lain yang dapat digunakan untuk membantu menghentikan
perdarahan adalah:
a. Immobilisasi dengan atau tanpa pembidaian.
b. Kompres dingin.
c. Tomiket (hanya sebagai anternatif terakhir).
Tomiket adalah alat yang digunakan untuk menutup seluruh aliran
darah pada alat gerak. Perdarahan hampir selalu dapat dihentikan
dengan cara – cara di atas, sehingga tomiket tidak diperlukan.
Keadaan
yang mungkin memerlukan tomiket adalah amputasi dengan tepi
yang
tidak rata. Kerugian penggunaan tomiket adalah kematian jaringan
bagian distal tomiket, yang dapat mengakibatkan jaringan tersebut
harus diamputasi.
b. Perdarahan dalam (Tertutup)
Perdarahan dalam sering disebabkan oleh benturan dengan benda
tumpul. Penyebab lainnya adalah terjatuh, kecelakaan kendaraan
bermotor, ledakan dan sebagainya. Mengingat perdarahan dalam
tidak terlihat dan mungkin tersamar, kecurigaan adanya
pendarahan dalam harus dinilai dari pemeriksaan fisik lengkap,
termasuk wawancara dan menganalisa mekanisme kejadian.
Beberapa perdarah dalam dapat dilihat, yaitu:
1. Cedera pada bagian luar tubuh yang bisa menjadi petunjuk
bagian
dalam juga cedera.
2. Adanya memar disertai dengan nyeri pada tubuh,
pembengkakkan
terutama di atas alat tubuh penting.
3. Nyeri, bengkak, perubahan bentuk pada alat gerak.
4. Nyeri tekan atau kekakuan pada dinding perut, dinding perut
membesar.
5. Muntah darah
6. Buang air besar berdarah, baik darah segar maupu darah hitam
seperti
kopi.
7. Luka tusuk khususnya pada batang tubuh.
8. Darah atau cairan mengalir keluar dari hidung atau telinga.
9. Bentuk darah.
10. Buang air kecil campur darah.
11. Adanya gejala dan tanda – tanda syok.
Penanganan penderita dengan perdarahan dalam, dengan cara:
1. Pederita dibaringkan.
2. Periksa dan pertahankan kondisi C-A-B
3. Penderita diberi oksigen, bila ada.
4. Periksa nadi dan nafas secara berkala.
5. Rawat penderita sebagai syok. Penanganan syok dapat dilihat
pada bagian lain dari pedoman ini.
6. Jangan memberi makanan atau minuman.
7. Jangan lupa menangani cedera atau gangguan lainnya.
8. Segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat.

2.2 Syok

Syok atau renjatan dapat merupakan keadaan terdapatya


pengurangan yang sangat besar dan tersebar luas pada kemampuan
pengangkutan oksigen serta unsur-unsur gizi lainnya secara efektif ke
berbagai jaringan. Shock tidak terjadi dalamwaktu lebih lama dengan
tanda klinis penurunan tekanan darah, dingin, kulit pucat, penurunan
cardiac output. Syok yang terjadi dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
bagian yaitu Syok Hipovolemik atau oligemik, Syok Kardiogenik,
syok obstruksi dandistribusi dengan manifestasi klinis sesuai
dengan derajat syok yang terjadi.Mempertahankan perfusi darah
yang memadai pada organ-organ vitalmerupakan tindakan yang
penting untuk menyelamatkan jiwa penderita. Perfusiorgan tergantung
tekanan perfusi yang tepat, kemudian curah jantung dan resistensivakuler
sistemik. Pasien bisa menderita lebih dari satu jenis syok secara
bersamaan.Penatalaksanaan syok secara umum dapat dilakukan dengan
mengatur Posisi Tubuh,mempertahankan respirasi dan sirkulasi darah.
Syok sulit didefinisikan, hal ini berhubungan dengan sindrom
klinik yangdinamis yang ditandai dengan perubahan sirkulasi
volume darah yangmenyebabkan ketidaksadaran dan memyebabkan
kematian (Skeet, Muriel, 1995,hal 203)
 Penilaian Tanda dan Gejala Syok

Diagnosa awal dari syok dapat dilihat dari penilaian fisik. Meskipun
syok sering berubungan dengan tekanan darah rendah (hipotensi),
penderita dengan tekanan darah normal dapat juga mengalami syok. Dan
sebaliknya penderita dengan tekanan darah rendah (misal sistolik 80
mmHg) tidak akan mengalami syok. Bagaimanapun juga tekanan darah
harus selalu di monitor untuk melihat kecukupan dari organ perfusion.
Penderita dengan tekanan darah tertentu bervariasi dalam mendapatkan
perfusion yang cukup. Apakah seorang penderita sudah mendapatkan
perfusion yang cukup atau belum harus dikonsultasikan dengan tenaga
medis. Salah satu cara untuk melihat penderita syok adalah dengan
mengukur tekanan darah. Gejala dan tanda klasik hemorrhage dari syok
adalah:
1. Lemah karena terjadi hypoxia dan acidosis.
2. Haus, disebabkan oleh hypovolemia (penurunan volume cairan
sirkulasi/ plasma dalam tubuh) terutama jumlah darah dalam pembuluh
darah kurang.
3. Muka pucat: karena peningkatan hormon catecholamin yang
menyebabkan vasocontriksi dan kehilangan sel darah merah.
4. Tachycardia karena efek dari catecholamin pada jantung.
5. Tachypnea (peningkatan frekuensi pernapasan) yang merupakan respon
dari stress, cathecolamin, asidosis dan hypoxia.
6. Diaphoresis (berkeringat) akibat dari efek cathecolamin pada kelenjar
keringat.
7. Penurunan pengeluaran sistem urine karena hypovolemia, hypoxia, dan
sirkulasi cathecolamin.
8. Penurunan tekanan perifer karena vasokonstiksi, denyut jantung yang
cepat dan kehilangan darah.
9. Hypotensi, karena hypovolemia.
10. Perubahan sensorium (rasa bingung, rasa gelisah, tidak sabar) karena
penurunan perfusion pada celebral, asidosis, dan stimulasi cathecolamin.
11. Jantung berhenti berdenyut: karena kegagalan organ kritis akibat
kehilangan darah dan cairan, hypoxia, dan kadang – kadang arythmia
karena stimulasi cathecolamin.
2.3 Cedera Jaringan Lunak

Luka merupakan salah satu proses kerusakan atau hilangnya


komponen jaringan yang terjadi mengenai bagian tubuh tertentu, Jenis luka
salah satunya adalah luka sayat, dimana penyebab cidera traumatik dapat
berupa pisau dan benda tajam. Sehingga luka dapat digambarkan sebagai
gangguan dalam kontinuitas sel-sel lalu diikuti dengan penyembuhan luka
yang merupakan pemulihan kontinuitas tersebut (Wibisono, 2008).

 Klasifikasi Luka
Berdasarkan keterlibatan jaringan kulit, maka luka dibagi menjadi:
1. Luka Terbuka
Cedera jaringan lunak yang disertai dengan kerusakan/ terputusnya
jaringan kulit atau selaput lendir. Jenis – jenis dari luka terbuka adalah:
a. Luka lecet
Umumnya terjadi akibat gesekan sehingga permukaan kulit
(epidermis) terkelupas, mungkin tampak titik – titik perdarahan.
Kadang – kadang sangat nyeri karena ujung – ujung saraf terkena.
umumnya luka tidak teratur.
b. Luka sayat/iris
Terjadi akibat kontak dengan benda tajam. Jaringan kulit dan
lapisan dibawahnya terputus sampai kedalaman yang bervariasi.
c. Luka robek
Akibat benturan dengan benda tumpul. Hampir sama dengan luka
sayat, tetapi luka ini mempunyai tepi yang tidak teratur. Jika
terkena pembuluh darah besar sulit dikendalikan.
d. Luka tusuk
Akibat masuknya benda tajam dan runcing melalui kulit. Luka
relative lebih dalam. Penyulitnya jika alat penusuk masih
menancap.
e. Luka sobek
Terjadi akibat kulit dan sedikit lapisan di bawahnya terkelupas.
f. Amputasi
Luka terbuka dengan jaringan tubuh terpisah. Paling sering terjadi
pada alat gerak, dari jari sampai seluruh tubuh.
g. Cedera remuk
Cedera remuk dapat terjadi karena alat gerak terjepit diantara alat
gerak. Dapat berupa gabungan antara luka terbuka dan tertutup.
2. Luka Tertutup
a. Memar
Lapisan epidermis kulit utuh, tetapi sel dan pembuluh darah pada
lapisan dermis rusak. Pada daerah luka terdapat bengkak dan perubahan
warna.
b. Hematoma
Luas area penumpukan darah lebih luas dibandingkan dengan memar.
Pembuluh darah yang terlibat juga lebih besar, dan darah juga lebih
banyak yang keluar.
c. Cedera remuk
 Penutup Luka dengan Pembalut

Penutup Luka

Penutup luka adalah bahan yang diletakkan tepat diatas luka. Dalam
keadaan darurat semua bahan yang relatif bersih dapat dimanfaatkan
sebagai penutup luka, menggunakan bahan dengan daya serap baik dan
cukup besar. Fungsi penutup luka adalah:

a. Membantu mengendalikan perdarahan.


b. Mencegah kontaminasi lebih lanjut.
c. Mempercepat penyembuhan
d. Mengurangi nyeri
Jenis – jenis penutup luka:

a. Penutup Luka Oklusif (kedap)


Bahan kedap air dan udara yang dipakai pada luka untuk mencegah
keluar masuknya udara dan menjaga keseimbangan organ dalam.
b. Penutup Luka Tebal (bantalan penutup luka)
c. Pembalut
Bahan yang digunakan untuk mempertahankan penutup luka. Ada
beberapa jenis pembalut yaitu pembalut gulung, pembalut mitella,
pembalut tabung/ tubuler, pembalut penekan.
Pedoman penutupan luka dan pembalutan:
1. Penutup luka harus menutupi seluruh permukaan kulit.
2. Upayakan luka sebersih mungkin sebelum ditutup, kecuali disertai
dengan pendarahan, maka yang diprioritaskan adalah menghentikan
pendarahan.
3. Pemasangan penutup luka dilakukan sedemikian rupa, sehingga penutup
yang menempel pada bagian luka tidak terkontaminasi.
4. Jangan memasang pembalut, sampai perdarahan berhenti, kecuali
pembalut tekan untuk menghentikan perdarahan.
5. Jangan membalut terlalu kencang atau longgar.
6. Jika luka kecil, daerah yanng dibalut lebih besar untuk memperluas
daerah penekanan.
BAB 3
METODE PERCOBAAN

3.1 Peralatan yang Digunakan

Peralatan yang digunakan antara lain

1. Jam tangan atau stopwatch


2. Tensimeter
3. Thermometer badan
4. Stetoskop
5. Pembalut luka 3 lembar
6. Alat tulis

3.2 Langkah Percobaan

• Stopwatch
1. Nyalakan Stopwatch
2. Tekan tombol start
3. Tekan tombol lap/stop untuk berhenti
4. Lalu baca hasilnya pada layer analog
• Stetoskop
1. Bersihkan bagian earpieces sebelum memasukkan ke telinga
2. Pastikan earpieces sesuai dengan telinga
3. Periksa tekanan earpieces
4. Pilih tempat yang tenang untuk menggunakan stetoskop
5. Atur posisi pasien dan lakukan pemeriksaan dengan stetoskop
• Tensimeter
1. Cari denyut nadi pasien, gunakan stetoskop untuk lebih akurat
2. Pasang manset tensimeter pada tempat anda menenmukan denyut nadi
3. Letakkan tensimeter sejajar dengan jantung
4. Katup penutup udara dapat anda tutup setelah meletakkan manset dan
mengencangkannya
5. Minta pasien untuk rileks
6. Gunakan stetoskop pada bagian yang anda dapat merasakan nadi pada
atas lipatan siku
7. Tekan pompa karet yang ada pada tensimeter sehingga udara menekan
manset sampai jarum menunjukkan angka 140mmHg
8. Buka katup secara perlahan, lalu dengarkan detak jantung pertama yang
anda dengar. Detak pertama untuk tekanan systole, dan detak kedua
untuk diastole.
• Termometer Badan
1. Letakkan ujung termometer dibawah lidah atau ketiak
2. Tunggu selama 1 – 3 menit
3. Lihat angka yang ditunjukkan pada monitor / layer LED

3.3 Diagram Alir Percobaan


Tiba di Lokasi

Penilaian Keadaan

Penilaian Dini Medis

Trauma

Cek Kesadaran (ASNT)


Pendarahan

Tanda Vital Cek C-A-B PLNB Syok

Cedera Jaringan
RJP Riwayat Penderita
Lunak
(KOMPAK)
Penanganan Luka

Pemeriksaan Berkala

Pelaporan
3.4 Aspek Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
1. Sebelum memulai praktikum sebaiknya memeriksa seluruh kesiapan
alat dan bahan yang digunakan
2. Tidak bersenda gurau selama pelaksanaan praktikum
3. Selalu menjaga kerapian peralatan dan tempat praktikum
4. Mengembalikan dan menata Kembali peralatan praktikum pada
tempatnya

3.5 Aspek Lingkungan


1. Membuang limbah sisa praktek/praktikum pada tempat yang telah
disediakan

3.6 Lembar Kerja


A. PENILAIAN DINI
Pada tahap ini penolong harus mengenali dan mengatasi keadaan yang
mengancam nyawa penderita dengan tepat, cepat dan sederhana. Langkah
– Langkah penilaian dini:
1. Kesan umum

Kasus trauma Kasus medis


Alasan:
2. Memeriksa respon
Tahap ini adalah cara sederhana untuk mengetahui berat/ringannya
gangguan pada otak penderita
A : Awas S : Suara N : Nyeri T : Tidak respon
Alasan:
Kesimpulan sementara:
3. Memeriksa peredaran darah (circulation), jalan nafas (airways),
pernafasan (breathing)
Circulation
Tahap ini penolong menilai apakah jantung dapat bekerja dengan baik
atau tidak, serta untuk melihat ada/tidaknya peredaran darah adalah:
a. Penderita respon baik
Periksa radial (pergelangan tangan), brakial (bagian dalam lengan)
dan karotis (leher) untuk melihat ada/tidaknya kerja jantung
Nadi penderita: Ada Tidak ada

b. Penderita tidak respon


Periksa nadi seperti pada penderita respon baik. Jika tidak ada nadi
maka lakukan RJP/CPR

Nadi penderita: Ada Tidak ada

Airways
a. Penderita dengan respon baik

Suara tambahan: Ada Tidak ada

b. Penderita dengan tidak respon


Cara:
1. Tekan dahi penderita
2. Angkat dagu penderita (kecuali kalua dicurigai cedera tulang
belakang dan tulang leher)

Breathing
Cara melihat ada/tidaknya nafas :
• Dilihat naik turunnya dada penderita
• Didengar ada/tidaknya hembusan dan tarikan nafas
• Dirasa ada/tidaknya hembusan nafas

Nafas penderita : Ada Tidak


Jika penderita tidak ada nafas maka perlu resusitasi jantung paru

B. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik merupakan Tindakan berkelanjutan yang dapat
mengidentifikasi berbagai macam data yang dibutuhkan perawat sebagai
dasar data korban. Pengumpulan data dapat berupa data
subjektif/pernyataan korban, keluarga atau tim medis yang kemudian
dipersepsikan oleh perawat saat proses anamnesa berlangsung. Pemeriksaan
ini dilakukan dari ujung rambut sampai ujung kaki, meliputi penglihatan
(inspeksi), perabaan (palpasi), dan pendengaran (aukultasi). Pada penderita
trauma harus dicari:

• Perubahan bentuk (P)


• Luka terbuka (L)
• Nyeri tekan (N)
• Bengkak (B)
Jika terjadi pendarahan, syok atau bahkan cedera jaringan lunak, segera
melakukan penanganan luka.

C. PENGUKURAN TANDA VITAL


1. Denyut nadi :
2. Frekuensi nafas :
3. Suhu badan :
4. Tekanan darah
Sistolik :
Diastolik :
Cara mengukur tekanan darah:
1. Kencangkan klep pada transmitter.
2. Lilitkan manset sampai menutupi lilitan manset sampai menutupi
setengah lengan atas 2,5cm di atas siku. Bagian balon diletakkan diatass
arteri brakialis (nadi di atas siku sebelah dalam). Passang sedemikian
rupa hingga dapat memasukkan 1 jari di bagian lengan punggung atas.
3. Pompa dengan cepat dan pada saat yang bersamaan rabalah nadi
radialis, sampai tidak teraba tambahkan 30mmHg.
4. Letakkan stetoskop di atas arteri brankialis.
5. Kurangi tekanan manset dengan kecepatan sekitar 2mmHg/detik.
6. Saat mendengar suara denyutan pertama kali, baca angkanya (nilai
sistolik).
7. Terus kurangi tekanan manset sampai suara denyutan menurun tajam
(nilai diastolik).
8. Catat nilai dalam sistolik/diastolik dalam mmHg.
9. Usahakan periksa saat posisi pasien tidur.
Kesalahan pengukuran bisa terjadi karena:
a. Bising
b. Bagian telinga dari stetoskop tidak terpasang dengan baik
c. Nilai sistolik belum ada nilai maksimal
d. Manset tidak terpasang dengan baik
e. Ukuran manset tidak sesuai
f. Bagian balon terlalu besar/kecil
g. Pengurangan tekanan manset terlalu cepat

D. RIWAYAT PENDERITA
Selain penilaian seperti yang dijabarkan di atas, tetap harus adan
wawancara pada penderita jika memungkinkan. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui penyebab suatu kejadian, mekanisme kejadian, atau perjalanan
suatu penyakit.
Wawancara dapat dilakukan kepada penderita itu sendiri, keluarga atau
saksi mata. Hal – hal yang perlu untuk ditanyakan dalam wawancara
adalah:
1. Keluhan utama (gejala dan tanda)
Gejala ialah hal yang bisa dirasakan penderita. Tanda ialah hal yang
diamati orang lain, baik dilihat, didengar, maupun diraba.
Soal :
Jawaban :
2. Obat obatan yang diminum
Tanyakan apakah penderita saat ini menjalani suatu pengobatan.
Mungkin gangguan yang dialami adalah karena lupa minum atau
menelan obat tertentu. Hal ini sering menjadi petunjuk dalam
menghadapi kasus medis.
Soal :
Jawaban :

3. Makanan / minuman terakhir


Pertanyaan ini bermanfaat bila menemui kasus keracunan, terutama
keracuanan racun melalui saluran cerna.
Soal :
Jawaban :
4. Penyakit yang diderita
Riwayat penyakit yang mungkin berhubungan dengan keadaan yang
sedang dialami penderita saat ini.
Soal :
Jawaban :
5. Alergi yang dialami
Perlu ditelusuri apakah penyebab penderita ini karena suatu alergi
terhadap bahan tertentu.
Soal :
Jawaban :
6. Kejadian
Pertanyaan ini bisa membantu menentukan apakah suatu kasus yang
dihadapi murni trauma atau medis atau gabungan keduanya.
Soal :
Jawaban :
E. PEMERIKSAAN BERKALA
Penilaian dan penatalaksanaan yang sudah selesai tidak berarti bahwa
tugas penolong telah usai. Pemeriksaan harus dilanjutkan secara berkala
dengan mengulang memeriksa dari awal atau mencari adakah hal yang
terlewat.

F. PELAPORAN
Setelah selesai menangani penderita, maka perlu dilaporkan secar singkat
dan jelas kepada penolong selanjutnya dengan beberapa hal yang tercantum,
diantaranya ialah:
1. Umur dan jenis kelamin
2. Keluhan utama
3. Tingkat respon
4. Keadaan jalan nafas
5. Pernafasan
6. Sirkulasi
7. Pemeriksaan fisik yang penting
8. Wawancara yang penting
9. Penatalaksanaan
10. Perkembangan lain yang dianggap penting
BAB 4
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Studi Kasus


Setelah makan nasi goreng di tempat langganannya, Yossa langsung pulang ke
rumah. Saat di jalan, Yossa bertemu dengan sekawanan begal yang terlihat
mendekati Yossa. Mereka langsung menghampiri Yossa untuk meminta sejumlah
uang. Yossa tidak memberikan uangnya, para begal itu pun menyerang Yossa dan
menusuknya. Kemudian mereka kabur karena ada warga yang menghampirinya.
4.2 Hasil Praktikum
A. Penilaian Keadaan
Korban segera dibawa ke tempat yang nyaman, kering, dan dijauhkan dari
kerumunan. Kemudian menelpon petugas medis untuk melakukan
penanganan lebih lanjut. Sementara kita segera melakukan penolongan
pertama dengan diawali dengan perkenalan diri kepada korban dan orang
sekitar.
B. Penilaian Dini
Hal yang dilakukan pada penilaian dini adalah membedakan kasus. Disini
merupakan kasus trauma karena sebuah kecelakaan. Kemudian mengecek
respon korban, korban merespon awas. Ada luka tusuk pada korban, maka
langsung menuju tahap selanjutnya.
C. Pemeriksaan Fisik
Di tahap ini kita melakukan pemeriksaan pada seluruh anggota tubuh
korban untuk mengetahui apakah ada luka tersembunyi. Hal yang harus
dicari yaitu PLNB (Perubahan bentuk, Luka, Nyeri, Bengkak). Diketahui
kaki korban tertusuk oleh pisau yang masih menancap dan menyebabkan
pendarahan.
 Penanganan luka tusuk (kaki kanan)
- Menghentikan pendarahan dengan kain bersih
- Membuat penutup luka berbentuk O karena pisau maih menancap
- Membalut penutup luka dengan pembalut lain.
 PLNB
- Perubahan bentuk: tidak ada
- Luka: ada (kaki kanan)
- Nyeri: ada
- Bengkak: tidak ada
 Pengecekan Tanda Vital
- Denyut nadi: 130 kali/menit
- Frekuensi nafas: 30 kali/menit
- Suhu: 32o C
D. Riwayat Penderita
a. Keluhan: nyeri pada kaki kanan
b. Obat-obatan terakhir: tidak ada
c. Makanan/minuman terakhir: nasi goreng
d. Penyakit yang diderita: tidak ada
e. Alergi: udang
f. Kejadian: saat perjalanan pulang, Yossa dihampiri sekawanan begal untuk
dimintai uang secara paksa. Yossa menolaknya. Kemudian para begal itu
menyerang Yossa dan menusuk kaki Yossa dengan pisau kemudian kabur.
E. Pemeriksaan Berkala
Jika luka pada korban sudah ditangani maka bukan berarti penolongan
sudah selesai. Pemeriksaan harus dilakukan secara berkala sambil
menunggu petugas medis dating untuk mengecek apakah ada hal yang
terlewat dan memastikan korban semakin membaik.
F. Pelaporan
Melaporkan semua hal informasi tentang korban korban yang didapat oleh
penolong kepada petugas medis untuk dilakukan penanganan lebih lanjut.
1. Nama: Yossa Mahendra
2. Umur: 19 tahun
3. Keluhan utama: nyeri pada kaki kanan
4. Respon: awas
5. Keadaan jalan nafas: terbuka
6. Pernafasan: ada (tinggi)
7. Sirkulasi: ada (tinggi)
8. Wawancara penting: korban merasa nyeri di bagian kaki kanan. Korban
tidak mengonsumsi obat-obatan. Makanan terakhir korban adalah nasi
goreng. Korban tidak memiliki riwayat penyakit, tetapi memiliki alergi
udang. Kejadiannya adalah korban ditusuk pisau oleh sekawanan begal.
9. Penatalaksanaan: saat melakukan penolongan pertama, korban sudah
dipindahkan ke tempat yang aman.
10. Perkembangan lain yang penting: korban membutuhkan penanganan
lebih lanjut untuk mencabut pisau yang menancap di kakinya.
BAB 5
KESIMPULAN

1. Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa pertolongan pertama tidak


harus runtut melakukan penilaian penderita. Jika sudah diketahui adanya
luka pada tubuh korban, maka cukup tanya kronologi singkat sebelum
korban mengalami luka. Kemudian segera tangani luka pada korban
sembari menunggu petugas medis untuk mencegah luka yang lebih parah.
Setelah luka selesai ditangani dan korban merasa lebih tenang, langkah
selanjutnya yaitu melakukan penilaian penderita dan mewawancarainya.
2. Menangani luka terdapat pada bagian Pemeriksaan Fisik (PLNB) pada
penilaian penderita. Penanganan pada luka tusuk diawali dengan membuat
penutup luka berbentuk O (jika benda masih tertancap) untuk mengurangi
terjadinya pergerakan berlebih.
3. Penilaian penderita yang dilakukan setelah menangani luka yaitu:
1) Penilaian keadaan
2) Penilaian dini
3) Pemeriksaan fisik
4) Penilaian Riwayat penderita
5) Pemeriksaan berkala
6) Pelaporan
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, Cemy Nur. 2010. Syok dan Penanganannya. Surakarta: AKPER PKU
Muhammadiyah Surakarta.
Moenadjat Yefta dkk., 2021. Prinsip Tata Laksana Trauma Muka AO CMF.
Jakarta: Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Disrinama, A. M., Kurniasih, D., & Santoso, M. Y. (2019). Jobsheet Cedera
Jaringan Lunak. Surabaya: Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai