Oleh :
Ahmad Sandy Luthfianto (0523040114)
Dosen Pengampu :
Haidar Natsir Amrullah, S.ST., M.T
Galih Anindita, S.T., M.T
Kelas II : kulit tersayat atau mengalami crushed disertai cedera muscular dengan
kerusakan moderat
Kelas III : kerusakan kulit luas mencapai kedalaman subkutis, muscular disertai
Sebagai calon ahli K3, perlu dipahami bagaimana tahapan tahapan dalam
melakukan melakukan tindakan tindakan Pertolongan Pertolongan Pertama
Pertama Pada Kecelakaan Kecelakaan (P3K) yang benar dan tanggap terutama pada
saat menangani cedera jaringan lunak.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana cara melakukan penilaian penderita pada korban yang
mengalami pendarahan?
b. Bagaimana cara menghadapi korban yang syok akibat cedera jaringan
lunak?
c. Bagaimana cara menutup luka dengan tepat?
DASAR TEORI
2.1 Perdarahan
2.2 Syok
Diagnosa awal dari syok dapat dilihat dari penilaian fisik. Meskipun
syok sering berubungan dengan tekanan darah rendah (hipotensi),
penderita dengan tekanan darah normal dapat juga mengalami syok. Dan
sebaliknya penderita dengan tekanan darah rendah (misal sistolik 80
mmHg) tidak akan mengalami syok. Bagaimanapun juga tekanan darah
harus selalu di monitor untuk melihat kecukupan dari organ perfusion.
Penderita dengan tekanan darah tertentu bervariasi dalam mendapatkan
perfusion yang cukup. Apakah seorang penderita sudah mendapatkan
perfusion yang cukup atau belum harus dikonsultasikan dengan tenaga
medis. Salah satu cara untuk melihat penderita syok adalah dengan
mengukur tekanan darah. Gejala dan tanda klasik hemorrhage dari syok
adalah:
1. Lemah karena terjadi hypoxia dan acidosis.
2. Haus, disebabkan oleh hypovolemia (penurunan volume cairan
sirkulasi/ plasma dalam tubuh) terutama jumlah darah dalam pembuluh
darah kurang.
3. Muka pucat: karena peningkatan hormon catecholamin yang
menyebabkan vasocontriksi dan kehilangan sel darah merah.
4. Tachycardia karena efek dari catecholamin pada jantung.
5. Tachypnea (peningkatan frekuensi pernapasan) yang merupakan respon
dari stress, cathecolamin, asidosis dan hypoxia.
6. Diaphoresis (berkeringat) akibat dari efek cathecolamin pada kelenjar
keringat.
7. Penurunan pengeluaran sistem urine karena hypovolemia, hypoxia, dan
sirkulasi cathecolamin.
8. Penurunan tekanan perifer karena vasokonstiksi, denyut jantung yang
cepat dan kehilangan darah.
9. Hypotensi, karena hypovolemia.
10. Perubahan sensorium (rasa bingung, rasa gelisah, tidak sabar) karena
penurunan perfusion pada celebral, asidosis, dan stimulasi cathecolamin.
11. Jantung berhenti berdenyut: karena kegagalan organ kritis akibat
kehilangan darah dan cairan, hypoxia, dan kadang – kadang arythmia
karena stimulasi cathecolamin.
2.3 Cedera Jaringan Lunak
Klasifikasi Luka
Berdasarkan keterlibatan jaringan kulit, maka luka dibagi menjadi:
1. Luka Terbuka
Cedera jaringan lunak yang disertai dengan kerusakan/ terputusnya
jaringan kulit atau selaput lendir. Jenis – jenis dari luka terbuka adalah:
a. Luka lecet
Umumnya terjadi akibat gesekan sehingga permukaan kulit
(epidermis) terkelupas, mungkin tampak titik – titik perdarahan.
Kadang – kadang sangat nyeri karena ujung – ujung saraf terkena.
umumnya luka tidak teratur.
b. Luka sayat/iris
Terjadi akibat kontak dengan benda tajam. Jaringan kulit dan
lapisan dibawahnya terputus sampai kedalaman yang bervariasi.
c. Luka robek
Akibat benturan dengan benda tumpul. Hampir sama dengan luka
sayat, tetapi luka ini mempunyai tepi yang tidak teratur. Jika
terkena pembuluh darah besar sulit dikendalikan.
d. Luka tusuk
Akibat masuknya benda tajam dan runcing melalui kulit. Luka
relative lebih dalam. Penyulitnya jika alat penusuk masih
menancap.
e. Luka sobek
Terjadi akibat kulit dan sedikit lapisan di bawahnya terkelupas.
f. Amputasi
Luka terbuka dengan jaringan tubuh terpisah. Paling sering terjadi
pada alat gerak, dari jari sampai seluruh tubuh.
g. Cedera remuk
Cedera remuk dapat terjadi karena alat gerak terjepit diantara alat
gerak. Dapat berupa gabungan antara luka terbuka dan tertutup.
2. Luka Tertutup
a. Memar
Lapisan epidermis kulit utuh, tetapi sel dan pembuluh darah pada
lapisan dermis rusak. Pada daerah luka terdapat bengkak dan perubahan
warna.
b. Hematoma
Luas area penumpukan darah lebih luas dibandingkan dengan memar.
Pembuluh darah yang terlibat juga lebih besar, dan darah juga lebih
banyak yang keluar.
c. Cedera remuk
Penutup Luka dengan Pembalut
Penutup Luka
Penutup luka adalah bahan yang diletakkan tepat diatas luka. Dalam
keadaan darurat semua bahan yang relatif bersih dapat dimanfaatkan
sebagai penutup luka, menggunakan bahan dengan daya serap baik dan
cukup besar. Fungsi penutup luka adalah:
• Stopwatch
1. Nyalakan Stopwatch
2. Tekan tombol start
3. Tekan tombol lap/stop untuk berhenti
4. Lalu baca hasilnya pada layer analog
• Stetoskop
1. Bersihkan bagian earpieces sebelum memasukkan ke telinga
2. Pastikan earpieces sesuai dengan telinga
3. Periksa tekanan earpieces
4. Pilih tempat yang tenang untuk menggunakan stetoskop
5. Atur posisi pasien dan lakukan pemeriksaan dengan stetoskop
• Tensimeter
1. Cari denyut nadi pasien, gunakan stetoskop untuk lebih akurat
2. Pasang manset tensimeter pada tempat anda menenmukan denyut nadi
3. Letakkan tensimeter sejajar dengan jantung
4. Katup penutup udara dapat anda tutup setelah meletakkan manset dan
mengencangkannya
5. Minta pasien untuk rileks
6. Gunakan stetoskop pada bagian yang anda dapat merasakan nadi pada
atas lipatan siku
7. Tekan pompa karet yang ada pada tensimeter sehingga udara menekan
manset sampai jarum menunjukkan angka 140mmHg
8. Buka katup secara perlahan, lalu dengarkan detak jantung pertama yang
anda dengar. Detak pertama untuk tekanan systole, dan detak kedua
untuk diastole.
• Termometer Badan
1. Letakkan ujung termometer dibawah lidah atau ketiak
2. Tunggu selama 1 – 3 menit
3. Lihat angka yang ditunjukkan pada monitor / layer LED
Penilaian Keadaan
Trauma
Cedera Jaringan
RJP Riwayat Penderita
Lunak
(KOMPAK)
Penanganan Luka
Pemeriksaan Berkala
Pelaporan
3.4 Aspek Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
1. Sebelum memulai praktikum sebaiknya memeriksa seluruh kesiapan
alat dan bahan yang digunakan
2. Tidak bersenda gurau selama pelaksanaan praktikum
3. Selalu menjaga kerapian peralatan dan tempat praktikum
4. Mengembalikan dan menata Kembali peralatan praktikum pada
tempatnya
Airways
a. Penderita dengan respon baik
Breathing
Cara melihat ada/tidaknya nafas :
• Dilihat naik turunnya dada penderita
• Didengar ada/tidaknya hembusan dan tarikan nafas
• Dirasa ada/tidaknya hembusan nafas
B. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik merupakan Tindakan berkelanjutan yang dapat
mengidentifikasi berbagai macam data yang dibutuhkan perawat sebagai
dasar data korban. Pengumpulan data dapat berupa data
subjektif/pernyataan korban, keluarga atau tim medis yang kemudian
dipersepsikan oleh perawat saat proses anamnesa berlangsung. Pemeriksaan
ini dilakukan dari ujung rambut sampai ujung kaki, meliputi penglihatan
(inspeksi), perabaan (palpasi), dan pendengaran (aukultasi). Pada penderita
trauma harus dicari:
D. RIWAYAT PENDERITA
Selain penilaian seperti yang dijabarkan di atas, tetap harus adan
wawancara pada penderita jika memungkinkan. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui penyebab suatu kejadian, mekanisme kejadian, atau perjalanan
suatu penyakit.
Wawancara dapat dilakukan kepada penderita itu sendiri, keluarga atau
saksi mata. Hal – hal yang perlu untuk ditanyakan dalam wawancara
adalah:
1. Keluhan utama (gejala dan tanda)
Gejala ialah hal yang bisa dirasakan penderita. Tanda ialah hal yang
diamati orang lain, baik dilihat, didengar, maupun diraba.
Soal :
Jawaban :
2. Obat obatan yang diminum
Tanyakan apakah penderita saat ini menjalani suatu pengobatan.
Mungkin gangguan yang dialami adalah karena lupa minum atau
menelan obat tertentu. Hal ini sering menjadi petunjuk dalam
menghadapi kasus medis.
Soal :
Jawaban :
F. PELAPORAN
Setelah selesai menangani penderita, maka perlu dilaporkan secar singkat
dan jelas kepada penolong selanjutnya dengan beberapa hal yang tercantum,
diantaranya ialah:
1. Umur dan jenis kelamin
2. Keluhan utama
3. Tingkat respon
4. Keadaan jalan nafas
5. Pernafasan
6. Sirkulasi
7. Pemeriksaan fisik yang penting
8. Wawancara yang penting
9. Penatalaksanaan
10. Perkembangan lain yang dianggap penting
BAB 4
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
Fitria, Cemy Nur. 2010. Syok dan Penanganannya. Surakarta: AKPER PKU
Muhammadiyah Surakarta.
Moenadjat Yefta dkk., 2021. Prinsip Tata Laksana Trauma Muka AO CMF.
Jakarta: Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Disrinama, A. M., Kurniasih, D., & Santoso, M. Y. (2019). Jobsheet Cedera
Jaringan Lunak. Surabaya: Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
LAMPIRAN