Anda di halaman 1dari 16

PENGHENTIAN PERDARAHAN PADA CEDERA

Dosen Pengampu : Nur Aziz Rohmansyah, S.Pd., M.OR

Disusun Oleh :

RAJIB ARINAL HAQQO


16230158 / PJKR 4D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSISAL DAN KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
SEMARANG
2018

BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan perdarahan adalah istilah umum untuk berbagai masalah medis yang
mengarah ke pembekuan darah miskin dan perdarahan terus-menerus. Dokter juga menyebut
mereka istilah-istilah seperti koagulopati, perdarahan dan gangguan pembekuan darah.
Ketika seseorang memiliki kelainan pendarahan mereka memiliki kecenderungan
untuk berdarah lagi. Kelainan dapat disebabkan oleh cacat pada pembuluh darah atau dari
kelainan dalam darah itu sendiri. Mungkin kelainan pada faktor pembekuan darah atau
platelet.
Pembekuan darah, atau koagulasi, adalah proses yang mengendalikan perdarahan.
Berubah darah dari cair ke padat. Ini adalah proses kompleks yang melibatkan sebanyak 20
protein plasma yang berbeda, atau faktor pembekuan darah. Biasanya, proses kimia yang
kompleks terjadi menggunakan faktor pembekuan ini untuk membentuk suatu zat yang
disebut fibrin yang berhenti berdarah. Ketika faktor-faktor koagulasi tertentu yang kurang
atau hilang, proses ini tidak terjadi secara normal. Pendarahan Gangguan Pembekuan Ilustrasi

P3 K secara harfiah merupakan tindakan yang dapat diberikan / dilakukan oleh orang
yang terlatih atau memahami tentang seluk-beluk anatomi-kesehatan dasar. Kemampuan
dasar ini dapat diperoleh melalui pendidikan umum formal, pelatihan ataupun pengalaman.

Pertolongan pertama mempunyai makna tindakan yang pertama sebelum korban


dibawa ke fasilitas kesehatan yang lebih baik, sehingga tujuan dari P3K sesungguhnya
adalah: mencegah agar cedera yang timbul tidak lebih parah, menghentikan perdarahan,
mencegah nyeri dan menjamin fungsi saluran napas, sehingga korban dapat terselamatkan
dari bahaya maut semaksimal mungkin. Ada juga korban tidak hanya mengalami trauma
sejenis, tetapi juga kompleks sehingga penolong pun diharuskan untuk mampu memberikan
pertolongan sekaligus ataun sesuai prioritas yang mengancam nyawa.

BAB II
PEMBAHASAN
PENGHENTIAN PERDARAHAN, PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN

1. DEFINISI
Upaya yang anda lakukan apabila anda dihadapkan pada pasien yang mengalami internal
bleeding yang disebabkan adanya trauma seperti benturan, pukulan dll sehingga
menyebabkan rusak/ pecahnya pembuluh darah sehingga biasanya muncul bengkak atau
memar yaitu dilakukan dengan teknik RICE
Rest. Orang yang memar harus istirahat. Wilayah otot yang cedera juga harus dilindungi.
Jika terasa sakit saat menahan beban tubuh, gunakan penopang. Bila terasa sakit ketika
digerakkan, lindungi bagian yang cedera dengan kayu belat (splint).
Ice. Kompres bagian yang cedera dengan es atau sesuatu yang dingin. Pendinginan dapat
mengurangi pembengkakan dan rasa sakit di bagian yang cedera. Langkah ini sebaiknya
dilakukan segera. Tempelkan kain dingin atau es yang dibalut kain kasa atau yang lain di
bagian cedera selama 20 menit, tiga kali sehari dalam 24 jam setelah benturan.
Compress. Tekan bagian yang mengalami cedera dengan menggunakan perban khusus.
Kompres ini dapat mengurangi pembengkakan di sekitar bagian tubuh yang terantuk atau
terbentur. Balutan harus rapi. Pastikan bebatan tidak terlalu ketat agar tidak menimbulkan
mati rasa, geli, atau bahkan menambah rasa sakit.
Elevation. Bagian tubuh yang cedera diangkat lebih tinggi dari jantung. Misalnya, jika
yang cedera pergelangan kaki, upayakan pasien dalam posisi tidur kemudian pergelangan
kaki diangkat atau ditopang dengan alat supaya posisinya lebih tinggi dari jantung.
Pengobatan memar dapat dilakukan melalui berbagai cara. Yang pertama adalah
mengurangi rasa sakit. Ini dapat dilakukan dengan memberikan analgesik/antiinflamasi
topikal maupun oral. Sediaan anti koagulan, seperti heparin (Thrombophob), juga membantu
meredakan nyeri dan pembengkakan jika tidak ada luka terbuka.

2. JENI-JENIS PERDARAHAN
Berdasarkan jenis perdarahan :
Perdarahan Luar (External Bleeding)
Jenis perdarahan ini terjadi akibat kerusakan dinding pembuluh darah disertai dengan
kerusakan kulit, yang memungkinkan darah keluar dari tubuh dan terlihat jelas keluar dari
luka tersebut
Perdarahan Dalam (Internal Bleeding)
Kehilangan darah dalam perdarahan internal tidak terlihat karena kulit masih utuh.
Perdarahan internal mungkin terjadi didalam jaringan-jaringan, organ-organ, atau di
rongga-rongga tubuh termasuk kepala, dada, dan perut. Perdarahan internal terjadi ketika
kerusakan pada arteri atau vena menyebabkan darah terlepas dari sistim sirkulasi dan
terkumpul didalam tubuh. Jumlah perdarahan tergantung pada jumlah kerusakan pada
organ dan pembuluh-pembuluh darah yang mensuplainya, serta kemampuan tubuh untuk
memperbaiki pecahan-pecahan pada dinding-dinding dari pembuluh-pembuluh darah.
Perdarahan internal paling sering terjadi disebabkan oleh :

a. Blunt trauma (trauma tumpul)


Kebanyakan orang-orang mengerti bahwa jatuh dari ketinggian atau terlibat dalam
kecelakaan mobil dapat mengakibatkan tekanan dan trauma yang besar pada tubuh. Jika
tenaga tumpul terlibat, bagian luar tubuh mungkin tidak perlu rusak, namun tekanan
yang cukup mungkin terjadi pada organ-organ internal (dalam) untuk menyebabkan luka
dan perdarahan.

b. Deceleration trauma (trauma perlambatan)


Perlambatan mungkin menyebabkan organ-organ dalam tubuh digeser didalam
tubuh. Ini mungkin memotong pembuluh-pembuluh darah dari organ-organ dan
menyebabkan terjadi perdarahan. Ini seringkali adalah mekanisme untuk intracranial
bleeding seperti epidural atau subdural hematomas. Tenaga yang dikerahkan pada kepala
menyebabkan luka percepatan/perlambatan pada otak, menyebabkan otak untuk
"memantul ke sekeliling" didalam tengkorak. Ini dapat merobek beberapa vena-vena
kecil pada permukaan otak dan menyebabkan perdarahan. Karena otak dibungkus
didalam tengkorak, yang adalah struktur yang padat, bahkan sejumlah kecil darah dapat
meningkatkan tekanan didalam tengkorak dan mengurangi fungsi otak.

c. Fractures (patah/retak tulang)


Perdarahan mungkin terjadi dengan tulang-tulang yang patah. Tulang-tulang
mengandung sumsum tulang (bone marrow) dimana produksi darah terjadi. Mereka
mempunyai suplai-suplai yang kaya darah, dan jumlah-jumlah darah yang signifikan
dapat hilang dengan fractures. Kepatahan dari tulang yang panjang seperti femur (tulang
paha) dapat berakibat pada kehilangan satu unit darah (350-500cc). Tulang-tulang yang
datar seperti pelvis memerlukan jauh lebih banyak tenaga untuk menyebabkan fracture,
dan banyak pembuluh-pembuluh darah yang mengelilingi struktur dapat dirobek oleh
trauma dan menyebabkan perdarahan secara besar-besaran.

d. Perdarahan secara spontan


Perdarahan internal mungkin terjadi secara spontan, terutama pada orang-orang
yang mengkonsumsi obat-obat anti-penggumpalan (anticoagulation) atau yang
mempunyai penyakit-penyakit perdarahan yang diturunkan (diwariskan). Benturan-
benturan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari mungkin menyebabkan persoalan-
persoalan perdarahan yang signifikan.

e. Obat
Perdarahan internal mungkin disebabkan sebagai efek sampingan dari oba-obat
(paling sering dari obat-obat antiperadangan nonsteroid seperti ibuprofen dan aspirin)
dan alkohol. Unsur-unsur ini dapat menyebabkan peradangan dan perdarahn dari
esophagus, lambung, dan duodenum (usus dua belas jari), bagian pertama dari usus kecil
ketika ia meninggalkan lambung.

f. Penyalahgunaan alkohol
Penyalahgunaan alkohol jangka panjang dapat juga menyebabkan kerusakan hati,
yang dapat menyebabkan persoalan-persoalan perdarahan melalui keberagaman dari
mekanisme-mekanisme.
Beberapa tanda perdarahan internal, antara lain :

1. Cedera pada bagian luar tubuh


2. Adanya memar disertai nyeri pada tubuh
3. Nyeri, bengkak, perubahan bentuk pada alat gerak
4. Nyeri tekan atau kekakuan pada dinding perut, dinding perut membesar
5. Muntah darah
6. Buang air besar berdarah, bak darah segar, maupun darah hitam seperti kopi
7. Luka tusuk, khususnya pada batang tubuh
8. Darah atau cairan mengalir keluar dari hidung atau telinga
9. Batuk berdarah
10. Buang air kecil campur darah
11. Gejala atau tanda syok. (Darwis Allan, 2001 : 57-61)
Berdasarkan sumber perdarahan :

a. Pendarahan Arteri
Darah yang keluar dari pembuluh nadi keluar menyembur sesuai dengan denyut nadi dan
berwarna merah terang karena masih kaya dengan oksigen.
Tanda – tandanya :

1. Warna darah merah muda


2. Keluar secara memancar sesuai irama jantung
3. Biasanya perdarahan sukar untuk dihentikan
b. Pendarahan Vena
Darah yang keluar dari pembuluh vena mengalir lambat, berwarna merah gelap karena
mengandung karbon dioksida.
Tanda – tandanya :

1. Warna darah merah tua


2. Pancaran darah tidak begitu hebat dibanding perdarahan arteri
3. Perdarahan mudah untuk dihentikan dengan cara menekan dan meninggikan
anggota badan yang luka lebih tinggi dari jantung
c. Pendarahan Kapiler
Berasal dari pembuluh darah kapiler, darah yang keluar merembes. Pendarahan ini sangat
kecil sehingga hampir tidak memiliki tekanan/semburan. Warnanya bervariasi antara
merah terang dan merah gelap.
Tanda – tandanya :

1. Perdarahan tidak hebat


2. Keluar perlahan – lahan berupa rembesan
3. Biasanya perdarahan berhenti sendiri walaupun tidak diobati
4. Mudah untuk menghentikan dengan perawatan luka biasa

3. CARA PENGHENTIAN PERDARAHAN CEDERA


a. Menggunakan Torniket
Pembahasan :
Torniket adalah balutan yang menjepit sehingga aliran darah dibawahnya terhenti
sama sekali. Sehelai pita kain yang lebar, pembalut segitiga yang dilipat-lipat atau sepotong
karet ban sepeda dapat dpergunakan untuk keperluan ini. Panjang torniket haruslah cukup
untuk dua kali melilit bagian yang hendak dibalut. Tempat yang terbaik untuk memasang
torniket ialah lima jari dibawah ketiak ( untuk perdarahan di lengan) dan lima jari dibawah
lipat paha (untuk perdarahan di kaki)
Caranya : Lilitkan torniket di tempat yang dikehendaki. Lebih baik lagi apabila sebelumnya
dialasi dengan kain atau kain kasa, untuk mencegah lecet di kulit yang terkena torniket.
Untuk torniket kain masih perlu dikencangkan dengan sepotong kayu. Caranya eratkan
torniket dengan sebuah simpul hidup, kemudian selipkan sebatang kayu diatas simpul
tersebut. Selanjutnya diikat lagi dengan simpul mati. Kemudian putar kayu itu seperti
memutar keran air untuk mengencangkan torniket. Tetapi jangan diputar terlalu keras karena
dapat melukai jaringan-jaringan di bawahnya. Tanda torniket sudah kencang ialah
menghilangnya denyut nadi di tempat yang rendah dari torniket dan warna kulit di daerah itu
menjadi pucat kekunungan.

Bagian yang ditorniket tidak boleh ditutupi atau diselimuti benda apapun. Biarkan saja dalam
keadaan terbuka. Juga tidak boleh dipanaskan dengan cara apapun. Hal ini untuk tidak
mempercepat kematian jaringan yang dialiri oleh darah. Setiap 10 menit torniket boleh
dikendorkan ( dengan memutar kayunya) selama 30 detik tepat. Selama torniket kendor, luka
ditekan dengan kasa steril.
Biasanya dilakukan pada :
Perdarahan hebat
Tangan/ kaki putus
Tempat yang baik melakukan pemasangan torniket : 5 jari di atas luka
Jenis tourniquets :
Bedah tourniquets
Bedah tourniquets sering digunakan dalam bedah ortopedi .Tourniquet bedah dengan
lengan perlindungan ekstremitas dalam persiapan untuk operasi. Bedah tourniquets mencegah
aliran darah ke ekstremitas dan memungkinkan ahli bedah untuk bekerja dalam bidang
operasi berdarah. Hal ini memungkinkan prosedur pembedahan yang akan dilakukan dengan
presisi perbaikan, keselamatan dan kecepatan. Tourniquets yang banyak digunakan dalam
bedah ortopedi dan plastik, serta dalam anestesi regional intravena (Bier anestesi blok) di
mana mereka melayani fungsi tambahan untuk mencegah bius lokal di dahan dari memasuki
sirkulasi umum.

Darurat tourniquets
Tourniquets darurat digunakan dalam keadaan darurat pendarahan, kontrol untuk
mencegah kehilangan darah yang parah dari trauma ekstremitas. Tourniquets darurat biasanya
digunakan sebagai upaya terakhir, terutama dalam aplikasi sipil, karena bisa membunuh
jaringan, dan menyebabkan kerusakan ekstremitas bawah.

b. Cara mengatasi perdarahan pada daerah arteri dan vena


Pembahasan
Cara mengatasi perdarahan pada arteri dan vena secara prinsipnya sama yaitu dengan
cara balut dan tekan, hanya saja pada arteri waktu dan tekanan yang diberikan lebih besar dari
pada menghentikan perdarahan pada daerah vena.
Teknik mengontrol perdarahan luar yaitu dikendalikan dengan metode DEPP, antara
lain:
Direct Pressure adalah Menekan langsung sumber perdarahan. Teknik ini merupakan
penanganan awal saat terjadinya perdarahan yang efektif, idealnya teknik penekanan
langsung dapat menggunakan balutan steril untuk menghindari infeksi. Apabila tidak terdapat
balutan yang steril dapat menggunakan kain yang bersih. Caranya yaitu tekan bagian yang
berdarah tepat diatas luka. Jangan buang waktu untuk mencari penutup luka. Umumnya
perdarahan akan terhenti sekitar 5 – 15 menit kemudian. Beri penutup yang tebal pada akan
terhenti sekitar 5 – 15 menit kemudian. Beri penutup yang tebal pada tempat perdarahan. Bila
belum berhenti dapat ditambah penutup lain, tanpa melepas penutup pertama. Khusus pada
alat gerak, setelah melakukan penekanan perlu dilakukan pemeriksaan nadi distal untuk
memastika aliran darah tidak terganggu. Bila nadi hilang maka penekanan perlu diperbaiki.

Elevation (Dilakukan bersamaan dengan Tekanan Langsung). Setelah dilakukan


penekanan langsung, maka tinggikan area perdarahan lebih tinggi dari pada jantung untuk
mengurangi volume darah yang mengalir ke areal luka yang menyebabkan perdarahan.
Teknik elevasi ini dilakukan dengan catatan tidak terjadi fracture (Patah Tulang), karena
apabila sebelum fracture tersebut di Imobilisasi, dapat mengakibatkan perdarahan yang lebih
banyak lagi, dikarenakan dapat merusak jaringan disekitar fracture karena terlalu banyak
digerakkan.

Pressure Point (Titik Tekan). Apabila perdarahan sulit untuk dikontrol dengan tekhnik
direct pressure (Penekanan langsung pada sumber perdarahan), lakukanlah teknik ini dengan
menekan arteri besar yang mengarah ke areal sumber perdarahan. cara mencari titik arteri
dengan meraba (Palpasi) dan yang lebih mudah dilakukan adalah meraba daerah pangkal,
karena letak arteri tidak dalam, sehingga lebih mudah dicari dan lebih cepat. Ada beberapa
titik tekan, yaitu :

1. Arteri Temporalis
Terletak di pangkal atas (di atas) telinga kiri dan telinga kanan kita.
2. Arteri Karotis
Berada di sebelah kiri dan kanan (Berjarak sekitar 2 jari) dari jakun kita.
3. Arteri Brakhialis
Berada di sendi siku ( Bagian dalam) tangan kiri dan tangan kanan kita.
4. Arteri Radialis
Berada di sendi antara lengan bagian bawah dengan telapak tangan
kanan dan kiri kita.
5. Arteri Femoralis
Berada di bagian selangkangan atas kiri dan kanan kita.

Pressure Bandage. Cara lain menghentikan perdarahan yaitu imobilisasi dengan atau
tanpa pembidaian. Pressure Bandage (Penakanan dengan menggunakan Bebatan), fungsinya
akan memudahkan apabila kita melakukan sendiri pertolongan perdarahan dengan lebih dari
satu sumber perdarahan. Tekniknya adalah menekan langsung sumber perdarahan dengan
menggunakan kain/ balutan steril dan di bebat (dapat menggunakan tencocreepe atau elastic
bandage). Selain itu juga dilakukan dengan torniket dan kompres dingin. (Darwis Allan, 2001
: 58-59)

Perawatan pendarahaan :
Perdarahan besar :

a. Jangan membuang waktu hanya untuk mencari penutup luka


b. Tekan langsung dengan tangan (sebaiknya menggunakan sarung tangan)
c. Pertahankan dan tekan cukup kuat
d. Rawat luka setelah perdarahan terkendali
Perdarahan ringan atau terkendali :

a. Gunakan tekanan langsung dengan penutup luka


b. Tekan sampai perdarahan terkendali
c. Pertahankan penutup luka dan balut
d. Sebaiknya jangan melepas penutup luka atau balutan pertama
Perdarahan dalam atau curiga ada perdarahan dalam
a. Baringkan dan istirahatkan penderita
b. Buka jalan napas dan pertahankan
c. Periksa berkala pernapasan dan denyut nadi
d. Perawatan syok bila terjadi syok atau diduga syok
e. Jangan beri makan atau minum
f. Rawatlah cedera berat lainnya bila ada
g. Bila ada beri oksigen
h. Rujuk ke fasilitas kesehatan.

4. PRINSIP DAN DASAR PEMBIDAIAN


Pembahasan
Tujuan dari pembidaian itu sendiri adalah :

a. Mengurangi/menghilangkan nyeri dengan cara mencegah pergerakkan fragmen


tulang,sendi yang dislokasi dan jaringan lunak yang rusak.
b. Mencegah kerusakan lebih lanjut jaringan lunak (otot,medula spinalis,syaraf
perifer,pembuluh darah) akibat pergerakan ujung fragmen tulang.
c. Mencegah laserasi kulit oleh ujung fragmen tulang ( fraktur tertutup jadi terbuka).
d. Mencegah gangguan aliran darah akibat penekanan ujung fragmen tulang pada
pembuluh darah.
e. Mengurangi/menghentikan perdarahan akibat kerusakan jaringan lunak.

Pembidaian sendiri bisa di lakukan dengan alat alat sederhana yang ada di sekitar kita, seperti
kain, selendang, jarik, bantal, kayu atau alat bidai khusus bila berada di fasilitas kesehatan.
Prinsip prinsip pembidaian adalah sebagai berikut :

a. Buka pakaian yang menutup bagian anggota tubuh yang akan di bidai.
b. Lakukan pemeriksaan status vaskular ( denyut nadi dan pengisian kapiler) serta
status motorik dan sensorik di distal trauma.
c. Tutup semua luka dengan kasa steril atau dengan kain yang bersih.
d. Jangan memindahkan/menggerakkan anggota gerak sebelum dilakukan
pembidaian.
e. Pada kasus fraktur,pembidaian harus mencakup 2 sendi di bagian proksimal (atas)
dan distal ( bawah) dari fraktur tersebut.
f. Pada trauma sendi,pembidaian harus mencakup tulang di sebelah proksimal dan
distal sendi.
g. Semua bidai harus di beri bantalan lunak agar tidak merusak jaringan lunak (otot)
sekitarnya.
h. Selama pembidaian anggota gerak harus di topang dengan tangan untuk
mernghindari trauma lebih lanjut.
i. Jika terjadi deformitas ( berubah bentuk), lakukan traksi ( penarikan) untuk
memulihkan kesejajaran anggota gerak (realignement).
j. Jika terdapat tahanan saat di lakukan traksi,pembidain dilakukan pada posisi apa
adanya.
k. Pembidaian trauma tulang belakang dilakukan dengan prinsip neutral in-line
position.
l. Jika ragu ragu apakah terjadi patah tulang/fraktur,dislokasi tetap lakukan
pembidaian

5. CARA MEMBIDAI FRAKTUR TULANG BELAKANG, FRAKTUR SERVIKAL


DAN FRAKTUR COSTAE

Pembahasan
Fraktur Costae
Perhatian utama pada kondisi suspect fraktur costae adalah upaya untuk
mencegah bagian patahan tulang agar tidak melukai paru. Upaya terbaik yang bisa
dilakukan sebagai pertolongan pertama di lapangan sebelum pasien dibawa dalam
perjalanan ke rumah sakit adalah memasang bantalan dan balutan lembut pada
dinding dada, memasang sling untuk merekatkan lengan pada sisi dada yang
mengalami cedera sedemikian sehingga menempel secara nyaman pada dada.
Fraktur tulang belakang
Pasien yang dicurigai menderita fraktur tulang belakang/punggung, harus
dibidai menggunakan spine board atau bahan yang semirip mungkin dengan spine
board.
Fraktur servikal
Dalam kondisi darurat, bisa dilakukan pembidaian dengan pembalutan.
Pembalutan dilakukan dengan hati-hati tanpa menggerakkan bagian leher dan kepala.
Pembalutan dianggap efektif jika mampu meminimalisasi pergerakan daerah leher.
Jika tersedia, fixasi leher paling baik dilakukan menggunakan cervical Collar

6. JENIS PEMBALUTAN DAN FUNGSINYA MASING-MASING

Pembahasan
Jenis-jenis pembalut :

a. Mittela :
Bahan pembatuk segitiga sama kaki berbagai ukuran panjang kaki 50-100 cm
Pembalut ini dipergunakan pada bagian kaki yang berbentuk bulat atau untuk
menggantung bagian anggota badan yang cedera
Pembalut ini biasa dipakai pada cedera di kepala ,bahu ,dada,siku,telapak tangan
,pinggul,telapak kaki dan untuk menggantung lengan

b. Dasi :
Pembalut ini adalah mitella yang dilipat-lipat dari salah satu sisi segitiga agar
beberapa lapis dan berbentuk seperti pita di kedua ujung –ujungnya lancip dan
lebarnya 5-10 cm
Pembalut ini biasa dipergunakan untuk membalut mata, dahi, rahang, ketiak,
lengan, siku, paha, lutut, betis dan kaki terkilir
Cara membalut:

1. Bebatkan pada tempat yang akan dibalut sampai kedua ujungnya dapat
diikatkan
2. Diusahakan agar balutan tidak mudah kendor, dengan cara sebelum diikat
arahnya saling menarik
3. Kedua ujung diikatkan secukupnya.
c. Pita :
Pembalut ini dapat dibuat dari katun ,kassa,flannel,atau bahan elastic .Yang
paling sederhana adalah dari kasssa,hal ini karena kassa mudah menyerap air ,darah
dan tidak mudah bergeser ( kendor )
Macam-macam pembalut dan penggunaannya :

1. Lebar 2,5 cm untuk jari-jari


2. Lebar 5 cm untuk leher dan pergelangan tangan
3. Lebar 7,5 cm untuk kepala,lengan,atas bawah,betis dan kaki
4. Lebar 10 cm untuk paha dan sendi pinggul
5. Lebar > 10 cm untuk dada ,perut dan punggung
Cara membalut anggota badan (tangan/kaki):

1. Sangga anggota badan yang cedera pada posisi tetap


2. Pastikan bahwa perban tergulung kencang
3. Balutan pita biasanya beberapa lapis, dimulai dari salah satu ujung yang
diletakkan dari proksimal ke distal menutup sepanjang bagian tubuh, yang
akan dibalut dari distal ke proksimal (terakhir ujung yang dalam tadi diikat
dengan ujung yang lain secukupnya). Atau bisa dimulai dari bawah luka
(distal), lalu balut lurus 2 kali.
4. Dibebatkan terus ke proksimal dengan bebatan saling menyilang dan tumpang
tindih antara bebatan yang satu dengan bebatan berikutnya. Setiap balutan
menutupi duapertiga bagian sebelumnya.
5. Selesaikan dengan membuat balutan lurus, lipat ujung perban, kunci dengan
peniti atau jepitan perban.

d. Plester :
Pembalut ini untuk merekatkan penutup luka ,untuk fiksasi pada sendi yang
terkilir ,untuk merekatkan pada kelainan pada patah tulang
Khusus untuk penutup luka ,biasa dilengkapi dengan antiseptic
Cara membalut luka terbuka dengan plester:
1. Luka diberi antiseptic
2. Tutup luka dengan kassa
3. Baru letakkan pembalut plester.

e. Pembalut yang spesifik :


Sofratulle adalah kassa steril yang telah direndam dengan obat pembunuh
kuman ( antibiotika).
Snelverband: pembalut pita yang sudah ditambah kasa penutup luka, dan
steril. Baru dibuka saat akan digunakan, sering dipakai untuk menutup luka-luka
lebar

f. Kasa Steril :
Kassa yang dipotong dengan berbagai ukuran untuk menutup luka kecil
yang sudah diberi obat-obatan ( antibiotika,antiseptic ). Setelah ditutup kassa itu
kemudian baru dibalut

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Gangguan perdarahan adalah istilah umum untuk berbagai masalah medis yang
mengarah ke pembekuan darah miskin dan perdarahan terus-menerus. Dokter juga
menyebut mereka istilah-istilah seperti koagulopati, perdarahan dan gangguan pembekuan
darah. Upaya yang anda lakukan apabila anda dihadapkan pada pasien yang mengalami
internal bleeding yang disebabkan adanya trauma seperti benturan, pukulan dll sehingga
menyebabkan rusak/ pecahnya pembuluh darah sehingga biasanya muncul bengkak atau
memar yaitu dilakukan dengan teknik RICE. Ketika seseorang memiliki kelainan
pendarahan mereka memiliki kecenderungan untuk berdarah lagi. Kelainan dapat
disebabkan oleh cacat pada pembuluh darah atau dari kelainan dalam darah itu sendiri.
Mungkin kelainan pada faktor pembekuan darah atau platelet.

SARAN

Dengan dibuatnya makalah mengenai penghentian perdarahan pada cedera ini ,


diharapkan kedepannya dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca tentang pengertian
dari hpenghentian perdarahan, gejala klinis, dan penatalaksanaan yang dapat dilakukan. Agar
masyarakat dapat menangani dengan baik dan benar mengenai cedera seperti perdarahan.

DAFTAR PUSTAKA

Bughman, Danie C & Joann C. Hackley. 2006. Keperawatan Medikal Bedah.


Jakaerta : ECG
Corwin, Elizabeth J. 2002. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta : EGC

http://nardinurses.files.wordpress.com/2008/09/ggk.pdf
http://eprits.ums.ac.id/21045/18/11._Naskah_Publikasi.pdf
Hamidi. 2011. Pertolongan Pertama. UPI. URL:
file.upi.edu/Direltori/pertolongan_pertama.pdf

Petra & Aryeh. 2012. Basic Of Blood Management. New York : Wiley Punlisher

Solekhudin. 2011. Seri P3K: Perdarahan Berat. Jakarta : Smart & Inspirasing

Thohir. 2010. Standar Prosedur Operasional (SPO) Menghentikan Perdarahan.


Sidoarjo, Jawa Timur : Rumah Sakit Khodijah

Anda mungkin juga menyukai