Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

ANATOMI FISIOLOGI DAN PERTOLONGAN PERTAMA


CEDERA JARINGAN LUNAK (CJL)

DISUSUN OLEH:

Nama : Derry Brianantha

NRP : 0520040125

Dosen Pengampu : dr. Am Maisarah Disrinama, M. Kes

Mey Rohma Dhani, S. T., M. T

PROGRAM STUDI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pengertian

Cedera merupakan rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal


diakibatkan karena keadaan patologis (Potter & Perry, 2005). Cedera adalah
kerusakan fisik yang terjadi ketika tubuh manusia tiba-tiba mengalami penurunan
energi dalam jumlah yang melebihi ambang batas toleransi fisiologis atau akibat
dari kurangnya satu atau lebih elemen penting seperti oksigen (WHO, 2014).
Sedangkan jaringan lunak sendiri merupakan jaringan yang menghubungkan
struktur dan organ tubuh manusia. Jaringan yang dimaksud adalah otot, lemak,
saraf, pembuluh darah, tendon, dan lapisan pada tulang sendi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja jenis jenis pendarahan
2. Apa saja ciri ciri syok
3. Bagaimana melakukan penanganan terhadap pendarahan dan syok
berdasarkan penyebab
4. Apa saja jenis jenis cedera jaringan lunak
5. Bagaimana cara melakukan penanganan terhadap cedera jaringan lunak

1.3 Tujuan
 Tujuan Umum

Dapat mengaplikasikan teori pertolongan pertama pada kecelakaan


 Tujuan Khusus
1. Mampu mengetahui jenis jenis pendarahan
2. Mampu mengetahui ciri ciri syok
3. Mampu melakukan penanganan terhadap pendarahan dan syok berdasarkan
penyebabnya
4. Mampu mengatahui jenis jenis cedera jaringan lunak
5. Mampu melakukan penanganan terhadap cedera jaringan lunak
BAB II
DASAR TEORI

A.1 Pendarahan
Pendarahan terjadi akibat rusaknya dinding pembuluh darah yang dapat
disebabkan oleh trauma/ kecelakaan atau penyakit. Perdarahan di bagi menjadi 2
(dua) yaitu:
a. Perdarahan Luar (Terbuka)
Adalah jenis perdarahan yang terjadi karena rusaknya dinding pembuluh
darah yang disertai dengan kerusakan kulit, yang memungkinkan darah keluar dari
tubuh dan terlihat jelas keluar dari luka tersebut. Berdasarkan pembuluh darah
yang mengalami gangguan, perdarahan luar dibagi menjadi:
1. Perdarahan Nadi (Arteri)
Cirinya adalah darah berasal dari pembuluh nadi yang keluar dengan cara
menyembur sesuai dengan denyutan nadi dan berwarna merah terang karena
masih kaya dengan oksigen.
2. Perdarahan Balik (Vena)
Cirinya adalah darah yang keluar dari pembuluh balik mengalir, berwarna
merah gelap. Meskipun terlihat luas dan banyak namun umumnya mudah
dikendalikan.
3. Perdarahan Rambut (Kapiler)
Cirinya adalah darah yang keluar merembes perlahan, karena sangat kecil dan
hampir tidak mempunyai tekanan.

Perdarahan luar pada dasarnya dikendalikan dengan cara berikut ini:


1. Tekanan Langsung
Tekanan langsung dilakukan tepat pada bagian luka. Jangan membuang waktu
dengan mencari penutup luka. Umumnya perdarahan akan berhenti 5 – 15 menit
kemudian. Beri penutup luka yang tebal pada tempat perdarahan. Bila belum
berhenti dapat ditambah penutup yang lain, tanpa melepas penutup pertama.
2. Elevasi (dilakukan bersamaan dengan tekanan langsung).
Tindakan ini hanya berlaku untuk perdarahan di daerah alat gerak saja, yang
dilakukan bersamaan dengan tekanan langsung. Caranya adalah dengan
meninggikan anggota badan yang berdarah lebih tinggi dari jantung. Ini akan
menyebabkan gaya tarik bumi mengurangi tekanan darah, sehingga
memperlambat pendarahan. Jika dengan penenkana langsung dan elevasi belum
bisa menghentikan perdarahan, dilakukan penekanan pada titik – titik tekan
tertentu. Letak titik tekan dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

3. Cara lain yang dapat membantu menghentikan perdarahan.


Cara lain yang dapat digunakan untuk membantu menghentikan perdarahan
adalah:
a. Immobilisasi dengan atau tanpa pembidaian.
b. Kompres dingin.
c. Tomiket (hanya sebagai anternatif terakhir).
Tomiket adalah alat yang digunakan untuk menutup seluruh aliran darah
pada alat gerak. Perdarahan hampir selalu dapat dihentikan dengan cara – cara di
atas, sehingga tomiket tidak diperlukan. Keadaan yang mungkin memerlukan
tomiket adalah amputasi dengan tepi yang tidak rata. Kerugian penggunaan
tomiket adalah kematian jaringan bagian distal tomiket, yang dapat
mengakibatkan jaringan tersebut harus diamputasi.

b. Perdarahan Dalam (Tertutup)

Perdarahan dalam sering disebabkan oleh benturan dengan benda tumpul.


Penyebab lainnya adalah terjatuh, kecelakaan kendaraan bermotor, ledakan dan
sebagainya. Mengingat perdarahan dalam tidak terlihat dan mungkin tersamar,
kecurigaan adanya pendarahan dalam harus dinilai dari pemeriksaan fisik lengkap,
termasuk wawancara dan menganalisa mekanisme kejadian. Beberapa perdarah
dalam dapat dilihat, yaitu:
1. Cedera pada bagian luar tubuh yang bisa menjadi petunjuk bagian dalam juga
cedera.
2. Adanya memar disertai dengan nyeri pada tubuh, pembengkakkan terutama di
atas alat tubuh penting.
3. Nyeri, bengkak, perubahan bentuk pada alat gerak.
4. Nyeri tekan atau kekakuan pada dinding perut, dinding perut membesar.
5. Muntah darah
6. Buang air besar berdarah, baik darah segar maupu darah hitam seperti kopi.
7. Luka tusuk khususnya pada batang tubuh.
8. Darah atau cairan mengalir keluar dari hidung atau telinga.
9. Bentuk darah.
10. Buang air kecil campur darah.
11. Adanya gejala dan tanda – tanda syok.

Penanganan penderita dengan perdarahan dalam, dengan cara:

1. Pederita dibaringkan.
2. Periksa dan pertahankan kondisi C-A-B.
3. Penderita diberi oksigen, bila ada.
4. Periksa nadi dan nafas secara berkala.
5. Rawat penderita sebagai syok. Penanganan syok dapat dilihat pada bagian lain
dari pedoman ini.
6. Jangan memberi makanan atau minuman.
7. Jangan lupa menangani cedera atau gangguan lainnya.
8. Segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat.

A.2 Syok

Syok didefiniskan sebagai kondisi yang terjadi akibat kurangnya suplai


oksigen ke dalam tubuh. Kehilangan banyak sel darah merah mengakibatkan
transpor oksigen ke dalam tubuh kurang. Hasilnya sel – sel dalam tubuh
mengalami “syoked” dan dapat menyebabkan kerusakan jaringan tubuh karena
kematian sel.

Kondisi dimana sangat kekurangan oksigen menyebabkan sel melakukan


proses – proses anaerobik yang tidak efisien dalam penggunaan sumber energi dan
akan menghasilkan racun dari proses tersebut. Meskipun proses anerobik tersebut
dapat menunda kematian sel selama beberapa waktu, kekurangan oksigen
ditambah dengan racun hasil proses anaerobik dapat meracuni fungsi sel yang
sebenarnya. Pada akhirnya asam laktat yang masuk dalam aliran darah dan
menghasilkan sistem yang sifatnya asam akan mengganggu aktivitas sel. Dengan
melemahkan fungsi dari otot – otot pernapasan, sehingga penderita akan
mengalami gangguan pernapasan dan lebih buruk lagi akan mengalami hypoxia.

Respon tubuh karena kekurangan suplai oksigen, tubuh akan


meningkatkan aktivitas saraf simpatis dan akan menghasilkan hormon
cathecolamin (ephineprin dan norephineprin). Terjadi peningkatan denyut jantung,
vasokonstriksi pembuluh darah dan peningkatan frekuensi pernapasan.
Manifestasi dari syok adalah penderita jadi pucat, berkeringat banyak, dan
tachycardia (denyut jantung yang tidak normal).

 PENILAIAN TANDA DAN GEJALA SYOK

Diagnosa awal dari syok dapat dilihat dari penilaian fisik. Meskipun syok
sering berubungan dengan tekanan darah rendah (hipotensi), penderita dengan
tekanan darah normal dapat juga mengalami syok. Dan sebaliknya penderita
dengan tekanan darah rendah (misal sistolik 80 mmHg) tidak akan mengalami
syok. Bagaimanapun juga tekanan darah harus selalu di monitor untuk melihat
kecukupan dari organ perfusion. Penderita dengan tekanan darah tertentu
bervariasi dalam mendapatkan perfusion yang cukup. Apakah seorang penderita
sudah mendapatkan perfusion yang cukup atau belum harus dikonsultasikan
dengan tenaga medis. Salah satu cara untuk melihat penderita syok adalah dengan
mengukur tekanan darah. Gejala dan tanda klasik hemorrhage dari syok adalah:
1. Lemah karena terjadi hypoxia dan acidosis.
2. Haus, disebabkan oleh hypovolemia (penurunan volume cairan sirkulasi/
plasma dalam tubuh) terutama jumlah darah dalam pembuluh darah kurang.
3. Muka pucat: karena peningkatan hormon catecholamin yang menyebabkan
vasocontriksi dan kehilangan sel darah merah.
4. Tachycardia karena efek dari catecholamin pada jantung.
5. Tachypnea (peningkatan frekuensi pernapasan) yang merupakan respon dari
stress, cathecolamin, asidosis dan hypoxia.
6. Diaphoresis (berkeringat) akibat dari efek cathecolamin pada kelenjar
keringat.
7. Penurunan pengeluaran sistem urine karena hypovolemia, hypoxia, dan
sirkulasi cathecolamin.
8. Penurunan tekanan perifer karena vasokonstiksi, denyut jantung yang cepat
dan kehilangan darah.
9. Hypotensi, karena hypovolemia.
10. Perubahan sensorium (rasa bingung, rasa gelisah, tidak sabar) karena
penurunan perfusion pada celebral, asidosis, dan stimulasi cathecolamin

A.3 Cedera Jaringan Keras


Cedera ini terjadi pada tulang atau sendi. Dapat ditemukan bersama dengan cedera
jaringan lunak. Yang termasuk cedera ini:
a) Fraktur (Patah Tulang) Yaitu diskontinuitas struktur jaringan tulang.
Penyebabnya adalah tulang mengalami suatu trauma (ruda paksa) melebihi
batas kemampuan yang mampu diterimanya. Bentuk dari patah tulang dapat
berupa retakan saja sampai dengan hancur berkeping-keping.

A.4 Cedera Jaringan Lunak

Luka merupakan salah satu proses kerusakan atau hilangnya komponen


jaringan yang terjadi mengenai bagian tubuh tertentu, Jenis luka salah satunya
adalah luka sayat, dimana penyebab cidera traumatik dapat berupa pisau dan
benda tajam. Sehingga luka dapat digambarkan sebagai gangguan dalam
kontinuitas sel-sel lalu diikuti dengan penyembuhan luka yang merupakan
pemulihan kontinuitas tersebut (Wibisono, 2008).

 Klasifikasi Luka

Berdasarkan keterlibatan jaringan kulit, maka luka dibagi menjadi:

1. Luka Terbuka
Cedera jaringan lunak yang disertai dengan kerusakan/ terputusnya jaringan
kulit atau selaput lendir. Jenis – jenis dari luka terbuka adalah:
a. Luka lecet
Umumnya terjadi akibat gesekan sehingga permukaan kulit (epidermis)
terkelupas, mungkin tampak titik – titik perdarahan. Kadang – kadang sangat
nyeri karena ujung – ujung saraf terkena. Umumnya luka tidak teratur.
b. Luka sayat/ iris
Terjadi akibat kontak dengan benda tajam. Jaringan kulit dan lapisan
dibawahnya terputus sampai kedalaman yang bervariasi.
c. Luka robek
Akibat benturan dengan benda tumpul. Hampir sama dengan luka sayat,
tetapi luka ini mempunyai tepi yang tidak teratur. Jika terkena pembuluh
darah besar sulit dikendalikan.
d. Luka tusuk
Akibat masuknya benda tajam dan runcing melalui kulit. Luka relatif lebih
dalam. Penyulitnya jika alat penusuk masih menancap.
e. Luka sobek
Hal ini terjadi akibat kulit dan sedikit lapisan di bawahnya terkelupas.
f. Amputasi
Luka terbuka dengan jaringan tubuh terpisah. Paling sering terjadi pada alat
gerak, dari jari sampai seluruh tubuh.
g. Cedera remuk
Cedera remuk dapat terjadi karena alat gerak terjepit diantara alat gerak.
Cedera remuk dapat berupa suatu gabungan luka terbuka maupun luka
tertutup. Pada jenis luka terbuka, cedera remuk bisa menyebabkan hampir
seluruh jaringan lunak dan jaringan keras seperti tulang dapat terlihat. Tulang
dapat patah dan pecahannya menembus sampai keluar sehingga terjadi
pembengkakan dan perdarahan baik perdarahan luar maupun dalam

2. Luka Tertutup
a) Memar
Merupakan jenis luka tertutup yang paling sering ditemukan. Pada luka jenis
ini, lapisan epidermis kulit utuh, namun sel dan pembuluh darah pada lapisan
dermis rusak. Perdarahan yang terjadi di bawah kulit bervariasi dan dapat
berlangsung sampai beberapa jam. Pada daerah luka umumnya terjadi nyeri,
bengkak dan perubahan warna. Perubahan warna dan pembengkakan dapat terjadi
secara singkat ataupun 24-48 jam kemudian. Pembengkakan dan perubahan warna
terjadi sebagai akibat dari penumpukan darah di bawah kulit atau di antara
jaringan yang rusak.

b) Hematoma
Pada luka jenis hematoma, penumpuka darah hampir selalu terjadi pada
daerah yang cedera dalam rongga tubuh. Hematoma berbeda dengan luka memar.
Pada luka jenis hematoma kerusakan jaringan dan pembuluh darah yang terlibat
lebih luas juga kehilangan darah lebih besar.

c) Cedera Remuk
Seperti pada penjelasan sebelumnya di atas bahwa cedera remuk dapat
berupa luka terbuka maupun luka tertutup. Pada jenis luka tertutup, cedera remuk
menyebabkan kerusakan jaringan tulang dan jaringan bawah kulit lainnya.

 PENUTUP LUKA DENGAN PEMBALUT


Penutup Luka
Penutup luka adalah bahan yang diletakkan tepat diatas luka. Dalam keadaan
darurat semua bahan yang relatif bersih dapat dimanfaatkan sebagai penutup luka,
menggunakan bahan dengan daya serap baik dan cukup besar. Fungsi penutup
luka adalah:
a. Membantu mengendalikan perdarahan.
b. Mencegah kontaminasi lebih lanjut.
c. Mempercepat penyembuhan.
d. Mengurangi nyeri.

Jenis – jenis penutup luka:


a. Penutup Luka Oklusif (kedap) Bahan kedap air dan udara yang dipakai pada
luka untuk mencegah keluar masuknya udara dan menjaga kelembapan organ
dalam.
b. Penutup Luka Tebal (bantalan penutup luka)
c. Pembalut Bahan yang digunakan untuk mempertahankan penutup luka. Ada
beberapa jenis pembalut yaitu pembalut gulung, pembalut mitella, pembalut
tabung/ tubuler, pembalut penekan.

Pedoman penutupan luka dan pembalutan:


1. Penutup luka harus menutupi seluruh permukaan kulit.
2. Upayakan luka sebersih mungkin sebelum ditutup, kecuali disertai dengan
pendarahan, maka yang diprioritaskan adalah menghentikan pendarahan.
3. Pemasangan penutup luka dilakukan sedemikian rupa, sehingga penutup yang
menempel pada bagian luka tidak terkontaminasi.
4. Jangan memasang pembalut, sampai perdarahan berhenti, kecuali pembalut
tekan untuk menghentikan perdarahan.
5. Jangan membalut terlalu kencang atau longgar. Jika jari pucat maka terlalu
kencang.
6. Jangan biarkan ujung sisa terurai.
7. Jika luka kecil, daerah yanng dibalut lebih besar untuk memperluas daerah
penekanan.
BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 PERALATAN YANG DIGUNAKAN

Peralatan
1. Jam tangan dengan penunjuk detik yang jelas atau stop watch
2. Senter kecil
3. Stetoskop
4. Tensimeter/ stigmomanometer (pengukur tekanan darah)
5. Alat tulis untuk mencatat
6. Termometer badan.

Peralatan untuk penanganan:


1. Pembalut (gulung, mitella, rekat, tekan)
2. Antiseptik
3. Tomiket (jika terpaksa)
4. Selimut
5. Tabung oksigen (jika ada)
6. Kasa steril
7. Plastik bersih

Perlengkapan wajib digunakan :


1. Baju Bengkel/ Baju Praktikum

3.2 LANGKAH KERJA PENGOPERASIAN/PENGERJAAN

 Jam Tangan/Stopwatch Digital


1. Nyalakan stopwatch
2. Tekan tombol start
3. Tekan tombol lap/stop untuk berhenti
4. Lalu baca hasilnya pada layar analog

 Senter Kecil
1. Arahkan senter menuju ke bagian yang akan dilihat
2. Lalu tekan tombol on pada senter

 Stetoskop
1. Bersihkan bagian earpieces sebelum memasukkan ketelinga
2. Pastikan earpieces sesuai dengan telinga
3. Periksa tekanan earpieces
4. Pilih tempat yang tenang untuk menggunakan stetoskop
5. Atur posisi pasien dan lakukan pemeriksaan dengan stetoskop

 Tensimeter
1. Cari denyut nadi pasien, gunakan stetoskop untuk lebih akurat
2. Pasang manset tensimeter pada tempat anda menemukan denyut nadi
3. Letakkan tensimeter sejajar dengan jantung
4. Katup penutup udara dapat anda tutup setelah meletakkan manset dan
mengencangkannya
5. Minta pasien untuk rileks
6. Gunakan stetoskop pada bagian yang ada dapat merasakan nadi pada atas
lipatan siku
7. Tekan pompa karet yang ada pada tensimeter sehingga udara menekan manset
sampe jarum menunjukkan angka 140 mmHg
8. Buka katup secara perlahan, lalu dengarkan detak jantung pertama yang Anda
dengar. Detak pertama untuk tekanan sistole, dan detak kedua untuk diastole.
 Termometer Badan
1. Letakkan ujung termometer dibawah lidah atau ketiak
2. Tunggu selama 1 – 3 menit
3. Lihat angka yang ditunjukkan pada monitor/ layar LED

3.3 ASPEK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

1. Sebelum memulai praktikum sebaiknya memeriksa seluruh kesiapan alat dan


bahan yang digunakan
2. Tidak bersenda gurau selama pelaksanaan praktikum
3. Selalu menjaga kerapian peralatan dan tempat praktikum
4. Mengembalikan dan menata kembali peralatan praktikum pada tempatnya

3.4 ASPEK LINGKUNGAN

1. Membuang limbah sisa praktek/praktikum pada tempat yang telah disediakan

3.5 LANGKAH PRAKTIKUM

1. Penilaian keadaan

Pada tahap ini penolong harus melakukan pengamanan lokasi kejadian dan
menentukan

a. Kondisi saat ini


b. Kemungkinan yang bisa terjadi
c. Cara mengatasi

2. Penilaian Dini

Mengenali dan mengatasi keadaan yang mengancam nyawa penderita dengan


tepat, cepat dan sederhana.
Hal yang dilakukan

a. Mengenali dan mengetahui kesan umum, kasus trauma atau medis.


b. Memeriksa respon korban dengan teknik ASHT
c. Memeriksa CAB (Circulation - Airway - Breathing)

3. Pemeriksaan Fisik

Melakukan pemeriksaan dengan cara pengelihatan, perabaan, dan


pendengaran pada seluruh bagian tubuh untuk mengetahui PLNB (perubahan
bentuk, luka, nyeri, dan bengkak)

Penanganan dalam pemeriksaan fisik

A. PENDARAHAN
1. Lakukan penilaian pada penderita dengan pendarahan
2. Tekan bagian dengan menggunakan kain bersih, tepat diatas luka
3. Lakukan elevasi jika yang terluka adalah bagian ekstreminasi
4. Beri oksigen jika ada
5. Jika pendarahan sudah berhenti, balut dengan pembalut gulung, tanpa
menghilangkan kain bersih yang dipakai untuk menekan
B. SYOK
1. Melakukan penilaian pada penderita yang dicurigai mengalami syok
2. Pastikan penderita mengalami syok, dengan memperhatikan ciri ciri nya
3. Beri oksigen jika ada
4. Tinggikan kaki penderita (lebih tinggi dari jantung) kecuali jika ada
kecurigaan patah tulang kaki, tulang belakang dan leher
5. Lakukan penanganan terhadap penyebab syok
6. Beri selimut

C. CIDERA JARINGAN LUNAK


1. Lakukan penilaian pada penderita dengan pendarahan
2. Tekan dengan menggunakan kain bersih tepat atas luka
3. Lakukan elevasi, jika yang terluka bagian ekstreminasi
4. Beri oksigen jika ada
5. Jika pendarahan sudah berhenti, balut dengan pembalut
gulung/mitela/tekan tanpa menghilangkan kain bersih yang dipakai untuk
menekan.
6. Beri selimut dan tinggikan daerah kaki, jika dicurigai syok
7. Jika luka tusuk dengan alat tusuk masih menancap, beri pembalut "donat".
Jangan mencabut benda yang menancap. Usahakan balutan stabil.

Kemudian dilanjutkan pemeriksaan tanda tanda vital yakni :


a. Denyut nadi permenit
b. Frekuensi pernapasan permenit
c. Tekanan darah permenit
d. Suhu Tubuh
e. Kondisi kulit

4. Riwayat Penderita

Melakukan wawancara pada korban(jika sadar) atau keluarga, saksimata atau


yang bersama korban. Hal ini bertujuan untuk mengetahui penyebab kejadian. Hal
hal yang ditanyakan adalah sebagai berikut :

a. K (keluhan utama)
b. O (obat obatan yang dikonsumsi)
c. M (makanan atau minuman terakhir)
d. P (penyakit yang diderita)
e. A (alergi yang dimiliki)
f. K (kejadian)

5. Pemeriksaan Berkala

Mengulangi pemeriksaan dari awal atau mencari hal yang terlewat, hal ini
dilakukan setiap 5-10 menit sampai penolong selanjutnya datang.
6. Pelaporan

Melaporkan secara singkat dan jelas kepada penolong selanjutnya dan


dicantumkan sebagai berikut:

a. Nama
b. Umur dan jenis kelamin
c. Keluhan utama
d. Tingkat respon
e. Keadaan jalan napas
f. Pernapasan
g. Sirkulasi
h. Pemeriksaan fisik yang penting
i. Hasil wawancara yang penting
j. Penatalaksaan
k. Perkembangan lain yang penting

3.6 DIAGRAM ALIRAN PERCOBAAN

MULAI

Penilaian Keadaan

Memastikan keadaan sekitar aman

Penilaian Dini

1. Menentukan kasus medis / trauma


2. Melakukan respon / sadar ( A, S, N, T )
3. Mengecek Tanda Vital ( C A B )

Pemeriksaan Fisik

- Menggunakan metode ( P, L , N ,B )

A
A

Penanganan Cedera Jaringan Lunak

Riwayat Penderita

Menggunakan metode ( K , O, M, P, A, K )

Pemeriksaan Berkelanjutan

Pelaporan

Selesai
BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Studi Kasus

Hendrik seorang karyawan yang bekerja di salah satu pabrik kayu


mengalami kecelakaan kerja pada Senin siang. Hendrik diduga lalai dalam
menjalankan pekerjaannya. Ia lalai dalam mengoperasikan alat gerinda karena
tidak menggunakan sarung tangan pengaman. Sehingga jari kelingking tangannya
terputus, dan mengalami luka sobek pada pergelangan tangan kiri. Kondisi korban
perlu segera dilakukan pertolongan pertama. Petugas medis baru akan datang ke
TKP sekitar 15-30 menit kemudian.

4.2 Pembahasan

 Penilaian Keadaan

Pada saat kejadian keadaan pabrik terbilang cukup ramai, semua karyawan
sedang melakukan pekerjaannya masing masing, namun penolong harus dapat
mengendalikan situasi dan segera membawa korban jauh dari keramaian.
Penolong juga memanggil saksi yakni pekerja yang seprofesi dengan korban
tersebut.

 Penilaian Dini

Kasus yang dialami Hendrik yakni kasus trauma. Pada saat medis melakukan
penilaian respon, respon yang diberikan Hendrik yakni respon awas, karena
Hendrik sadar sepenuhnya. Lalu medis menilai sirkulasi pernapasan pada nadi
karotis, ternyata masih berdenyut. Lalu lanjut kepada pembukaan jalan nafas,
masih terbuka dan nafas lancar, breathing pun demikian, nafas juga ada. Sehingga
medis melanjutkan pada fase pemeriksaan fisik.
 Pemeriksaan Fisik

Terdapat luka yang cukup serius pada jari Hendrik. Korban diketahui tidak
memakai sarung tangan, setelah diperiksa lebih lanjut ternyata jari kelingking
tangannya terputus. Dengan segera penolong membalut bagian jari yang terputus
dengan pembalut kain dan coba angkat bagian yang mengalami luka untuk
mengurangi tekanan darah agar tidak terjadi pendarahan yang hebat akibat korban
kehilangan banyak darah yang dapat membahayakan korban, karena jari korban
sudah pasti akan diamputasi. Kemudian pada pergelangan tangan kiri korban
mengalami luka sobek. Maka penolong segera melakukan pertolongan dengan
membalut luka dengan kain untuk mengurangi pendarahan yang terjadi.

Tanda tanda vital yang ditemukan pada korban hanya denyut nadi dan
frekuensi pernapasan. Denyut nadi pada korban tidak normal yakni mencapai 115
kali permenit, tidak hanya itu pernapasan korban juga tidak normal yakni
30/menit. Suhu ditubuh korban juga tinggi yakni 38°C. Untuk kondisi kulit
Hendrik juga hangat karena efek suhu ruangan yang panas, ditambah banyaknya
kerumunan pekerja.

 Riwayat Penderita

Karena korban masih sadar dan menyadari keadaan lingkungannya dan


mengingat nama dan dapat menanggapi respon, maka penolong menanyakan
secara langsung kepada korban. Penolong menanyakan kronologi kejadian,
riwayat penyakit yang diderita korban, dan makanan minuman terakhir yang
dikonsumsi. Setelah ditanya oleh penolong korban mengaku lalai dalam
penggunaan mesin gerinda, korban diduga mengantuk saat bekerja dan tidak
menggunakan pengaman pada saat bekerja. Korban tidak memiliki riwayat
penyakit apapun. Makanan dan minuman yang terakhir dikonsumsi korban adalah
sepiring nasi sayur, dan segelas es teh.
 Evaluasi Ulang Kondisi Korban
Penolong melakukan evaluasi ulang, seperti mengecek tekanan darah,
denyut nadi dan frekuensi pernapasan, tidak lupa juga suhu tubuh korban.
Penolong juga mengecek bagian tangan yang terputus, pendarahannya sudah
berhenti. Hal ini dilakukan 15-30 menit untuk menunggu tim medis datang.

 Pelaporan

Setelah petugas medis datang penolong menyampaikan laporan bahwa korban


mengalami putus jari kelingking pada tangannya dan mendapag luka sobek
pada pergelangan tangan kiri. Diduga korban lalai dan tidak menggunakan
peralatan yang semestinya hingga menyebabkan kejadian tersebut. Hal hal
yang disampaikan penolong kepada pihak medis adalah sebagai berikut :

Nama : Hendrik

Umur : 27 Tahun

Riwayat penderita : Tidak ada

Obat yang diminum : Tidak ada

Tanggal : 21 Desember 2020

Tipe kasus : Trauma

Perkiraan kejadian : Mengantuk saat menggunakan gerinda

Respon : Awas

Airway : Terbuka

Breathing : Ada

Circulation : Terasa

Kulit : Keringat dingin


Nafas : 30 kali/menit

Nadi : 115 kali/menit

Suhu tubuh : 38°C

Fisik : - Jari kelingking terputus

- Luka sobek pada pergelangan tangan kiri


BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan


antara lain sebagai berikut :

1. Memastikan keadaan korban maupun penolong harus aman saat berada di


lokasi kejadian (TKP).
2. Menentukan keadaan korban dan penilaian dini pada penderita, terutama
ketika melakukan pemeriksaan fisik.
3. Dalam menangani korban pendarahan, syok, dan cedera jaringan lunak
dilakukan sesuai prosedur yang ada dan menyesuaikan kondisi luka pada
korban tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

1Hebbie Ilma Adzim. 2015. “Cedera Jaringan Lunak.” Manajemen K3 Umum,


June.
https://doi.org/https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/201
5/06/cedera-jaringan-lunak.html.

Nur Fitria, Cemi.2010. Syok Dan Penanganannya. Surakarta : UMS

Palang Merah Indonesia. 2008. Pertolongan Pertama Palang Merah Remaja Wira.
Jakarta : Markas Palang Merah Indonesia

Anda mungkin juga menyukai