Oleh :
CHIKITA RIZKY TANAYA DUANDA (0523040046)
Dosen Pengampu :
dr. AM MAISARAH DISRINAMA, S.Ked.
AULIA NADIA RACHMAT, S.ST., M.T.
2.1 PERDARAHAN
Perdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh daran yang rusak.
Prinsip pertama pada perdarahan adalah lakukan penekanan pada tempat
perdarahan atau tourniquet (menjadi pilihan terakhir jika kaki/tangan hancur).
(Arinda, 2014)
Perdarahan terjadi akibat adanya robek atau rusaknya pembuluh darah.
Perdarahan dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Perdarahan Luar (Terbuka)
Merupakan jenis perdarahan karena rusaknya pembuluh darah dan
robeknya jaringan kulit sehingga darah terlihat keluar dari luka tersebut.
Menurut pembuluh darah yang rusak, perdarahan luar dibagi menjadi
tiga, yaitu :
a. Perdarahan Nadi (Arteri)
Jika yang mengalami kerusakan atau robek adalah arteri, cirinya
adalah darah memancar keluar sesuai irama jantung. Darah yang
keluar berwarna merah terang karena mengandung banyak
oksigen.
b. Perdarahan Balik (Vena)
Jika yang mengalami kerusakan atau robek adalah vena, cirinya
adalah darah keluar mengalir. Darah yang keluar berwarna merah
gelap.
c. Perdarahan Rambut (Kapiler)
Jika yang mengalami kerusakan atau robek adalah kapiler, cirinya
adalah darah yang keluar merembes karena kapiler hanya
memiliki tekanan yang rendah.
Perdarahan luar dapat dikendalikan dengan cara berikut :
a. Tekanan langsung
Metode ini dilakukan langsung pada luka terbuka untuk
menghentikan perdarahan. Umunya, perdarahan akan berhenti
setelah 5-15 menit sejak luka ditutup. Beri penutup luka yang
tebal dan tambah penutup luka jika perdarahan tidak kunjung
berhenti tanpa melepas penutup pertama.
b. Elevasi
Metode ini hanya dilakukan pada perdarahan yang terjadi di
daerah alat gerak. Caranya, posisikan bagian yang mengalami
perdarahan lebih tinggi dari jantung. Hal ini dilakukan agar gaya
tarik bumi menghambat aliran darah sehingga memperlambat
perdarahan.
Jika perdarahan tetap terjadi, lakukan penekanan pada titik-titik
tertentu. Letak titik yang ditekan sebagai berikut :
2.2 SYOK
Syok merupakan kondisi dimana tubuh kekurangan suplai oksigen.
Kehilangan banyak sel darah merah mengakibatkan oksigen dalam tubuh
menurun drastic. Hasilnya, sel-sel dalam tubuh mengalami “syoked” yang
dapat menyebabkan kerusakan jaringan tubuh karena kematian sel.
Kekurangan oksigen secara berkelanjutan akan mengakibatkan sel-sel
dalam tubuh manusia melakukan proses anaerobik yang tidak wajar. Proses
anaerobik ini bisa menghasilkan racun yang lama-kelamaan akan berakibat
fatal bagi tubuh. Asam laktat yang masuk dalam aliran darah akan
menghasilkan sistem yang sifatnya asam dan mengganggu aktivitas sel.
Dengan melemahkan otot-otot pernafasan, maka korban/penderita akan
mengalami gangguan pernafasan dan lebih buruknya akan mengalami
hypoxia.
Karena kekurangan oksigen, tubuh akan merespon dengan
meningkatkan aktibitas saraf simpatis dan akan menghasilkan hormon
cathecolamin (ephinephrin dan norephineprin). Terjadi peningkatan denyut
jantung (tachycardia), vasokonstraksi pembuluh darah, dan peningkatan
frekuensi pernafasan. Tanda dari korban/penderita yang mengalami syok
adalah korban/penderita menjadi pucat, berkeringat banyak, dan mengalami
tachycardia (denyut jantung tidak normal).
Diagnosa awal korban/penderita yang mengalami syok dapat dilihat
dari tanda fisik. Namun, meskipun syok identik dengan orang yang memiliki
tenaknan darah rendah (hipotensi), tidak semua orang yang memiliki tekanan
darah rendah mengalami syok dan tidak semua orang dengan tekanan darah
normal tidak mengalami syok. Meski begitu, tekanan darah korban/penderita
harus dipantau berkala untuk memonitor kecukupan dari organ perfusion.
Apakah seseorang telah mendapat perfusion yang cukup atau belum hanya
bisa diketahui oleh tenaga medis. Berikut adalah gejala dan tanda klasik
hemorrhage dari syok sebagai berikut :
1. Lemah karena mengalami hypoxia dan acidosis
2. Haus, karena mengalami hypovolemia (penurunan volume cairan
sirkulasi/plasma dalam tubuh)
3. Muka pucat karena peningkatan hormon catecholamine yang
mengakibatkan vasocontriksi dan kehilangan sel darah merah
4. Tachycardia karena efek hormon catecholamine
5. Tachypnea (peningkatan frekuensi pernafasan), merupakan respon dari
stress, hormon catecholamine, acidosis, dan hypoxia
6. Diaphoresis (berkeringat), akibat adanya hormon catecholamine pada
kelenjar keringat
7. Penurunan urine karena hypovolemia, hypoxia, dan sirkulasi
catecholamine
8. Penurunan tekanan perifer
9. Hipotensi
10. Perubahan sensorium (merasa bingung, gelisah, dan tidak sabar)
11. Jantung berhenti berdenyut karena adanya kegagalan organ kritis akibat
kehilangan darah dan cairan, hypoxia, dan terkadang arythmia.
2.3 LUKA
Luka merupakan proses kerusakan atau hilangnya komponen jaringan
yang terjadi pada bagian tubuh tertentu. Luka juga dapat digambarkan sebagai
gangguan dalam kontinuitas sel dan diikuti dengan penyembuhan luka yang
merupakan pemulihan dari kontinuitas tersebut.
1. Klasifikasi Luka
a. Luka Terbuka
Merupakan cedera jaringan lunak disertai dengan kerusakan
jaringan kulit atau selaput lender. Jenis-jenis luka terbuka
diantaranya :
1) Luka lecet
Merupakan luka akibat gesekan sehingga epidermis
terkelupas. Biasanya luka lecet bentuknya tidak teratur.
2) Luka sayat/iris
Merupakan luka akibat benda tajam. Akibatnya, jaringan
kulit dan lapisan dibawahnya terputus hingga kedalaman
yang bervariasi.
3) Luka robek
Merupakan luka akibat benturan benda tumpul. Luka ini
hamper sama dengan luka sayat, namun pinggiran luka
robek tidak teratur. Jika luka robek hingga pembuluh darah
besar sulit dikendalikan.
4) Luka tusuk
Merupakan luka akibat masuknya benda tajam dan runcing
melalui kulit. Lukanya relatif dalam.
5) Luka sobek
Merupakan luka yang terjadi akibat kulit dan sedikit lapisan
bawahnya terkelupas.
6) Amputasi
Merupakan luka terbuka dengan jaringan tubuh terpisah.
Umumnya terjadi pada alat gerak.
7) Cedera remuk
Merupakan luka yang diakibatkan oleh himpitan dari benda
lain yang mengakibatkan tulang/otot mengalami remuk.
Luka remuk dapat berupa gabungan dari luka tertutup dan
terbuka.
b. Luka Tertutup
1) Memar
Merupakan luka dalam lapisan dermis. Bagian yang rusak
adalah sel dan pembuluh darah sehingga terlihat
membengkak dan berubah warna (gosong).
2) Hematoma
Merupakan luka dalam yang sudah parah. Biasanya, darah
di dalam kulit menjadi menggenang dan terkumpul
sehingga daerah luka terasa kenyal dan menggumpal.
3) Cedera remuk
2. Penutup Luka
Merupakan bahan yang digunakan untuk membalut atau melindungi
luka dari hal-hal pemicu infeksi. Penutup luka diletakkan tepat diatas
luka dan dalam kondisi darurat, semua benda bersih dan cukup untuk
menutup sementara luka bisa digunakan.
a. Fungsi penutup luka :
1) Membantu mengendalikan perdarahan
2) Mencegah kontaminasi
3) Mempercpat penyembuhan
4) Mengurangi nyeri
b. Jenis-jenis penutup luka :
1) Penutup Luka Oklusif (kedap)
Penutup luka jenis ini memiliki karakteristik tahan air dan
kedap udara.
2) Penutup Luka Tebal (bantalan penutup luka).
3) Pembalut
Pembalut berfungsi untuk mempertahankan penutup luka.
Macam-macam pembalut diantaranya, pembalut gulung,
pembalut mitela, pembaluttabung/tubuler, dan pembalut
penekan.
c. Pedoman penutupan luka dan pembalutan :
1) Penutup luka harus menutupi seluruh permukaan kulit
2) Usahakan membersihkan luka semaksimal mungkin
sebelum melakukan pembalutan kecuali jika terjadi
perdarahan (utamakan menghentikan perdarahan)
3) Penutup luka di pasang sebaik mungkin agar luka tidak
terkontaminasi dan terlindung sepenuhnya.
4) Jangan mengaplikasikan pembalut pada perdarahan
sebelum perdarahan berhenti kecuali pembalut tekan.
5) Jangan membalut terlalu kencang atau terlalu longgar.
6) Jangan biarkan ujung sisa pembalut terurai
7) Jika luka kecil, daerah yang dibalut diperluas untuk
memperluas daerah penekanan.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
2. Penilaian Keadaan
Pada tahap ini, kenali dahulu secara umum lingkungan sekitar
korban/penderita. Apakah sudah aman untuk melakukan pertolongan
atau belum. Jika belum, pindahkan korban/penderita ke tempat aman
dan pastikan steril dari orang ramai. Jika kondisi sekitar sudah aman
dan kondusif, baru lakukan prosedur pertolongan pertama.
3. Penilaian Dini
Pada tahap ini, lakukan pemeriksaan kepada korban/penderita. Apakah
ada trauma dan atau kasus medis atau tidak.
Dilanjutkan dengan pemeriksaan respon dengan memperhatikan aspek
ASNT/AVPU. Saat pengelompokan respon korban ini dilakukan
checklist pada kartu penderita :
Alasan :
4. Pemeriksaan Fisik
Pada tahap ini, analisis fisik korban apakah ada PLNB (Perubahan
bentuk, Luka terbukan, Nyeri, Bengkak) pada fisik korban/penderita.
Analisis dilakukan berurutan mulai ujung kepala sampai ujung kaki.
Korban/penderita diperiksa dengan cara dilihat (inspeksi), diraba
(palpasi), dan didengar (aukultasi). Selanjutnya, hasil pemeriksaan fisik
dicatat dalam kartu penderita untuk menjadi laporan kepada tenaga
medis selanjutnya.
Dalam tahap ini juga dilakukan pemeriksaan tanda vital pada
korban/penderita. Rincian pemeriksaan tanda vital sebagai berikut :
a. Tekanan darah korban : ......./....... mmHg
Pemeriksaan tekanan darah dilakukan menggunakan tensimeter.
Pertama, pastikan tensimeter bisa digunakan dengan baik.
Selanjutnya, pasang manset sesuai dengan ukuran lengan
korban/penderita. Ketidaksesuaian ukuran ini bisa mempengaruhi
hasil dari pemeriksaan tekanan darah. Selanjutnya, kunci dan
pompa hingga angka 140 atau sesuai riwayat korban/penderita.
Kemudian, buka perlahan kunci dan dengarkan detak pertama dan
deta terakhir nadi menggunakan stetoskop. Detak pertama
menunjukkan angka sistolik dan detak terakhir menunjukkan
angka diastolik.
b. Cek nadi korban : …….. kali/menit
Dewasa : 60 – 90 kali/menit
Anak-anak : 80 – 150 kali/menit
Bayi : 120 – 150 kali/menit
c. Cek frekuensi nafas korban : ……… kali/menit
Dewasa :12 – 20 kali/menit
Anak-anak : 15 – 50 kali/menit
Bayi : 25 – 50 kali/menit
d. Suhu tubuh : ………C
Pemeriksaan suhu tubuh menggunakan termometer raksa.
Pertama, pastikan air raksa sudah berada dibawah angka 36C.
Kemudian, letakkan termometer di ketiak korban/penderita.
Tunggu hingga kurang lebih 3 menit.
e. Kulit : Normal-hangat/Pucat-dingin
Hasil dari pemeriksaan tanda vital ini dicatat dalam kartu penderita
seperti berikut :
A. Keluhan : ……………………..
B. Obat : ……………………..
C. Makanna/Minuman : ……………………..
D. Penyakit : ……………………..
E. Alergi : ……………………..
F. Kejadian : ……………………..
6. Pemeriksaan Berkala
Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan ulang terhadap korban/penderita
sebelum mendapat penanganan medis yang lebih kompleks. Untuk
pemantauan dapat menggunakan table pemantauan tanda vital berkala
sebagai berikut :
Tanda Vital/Pemeriksaan Berkala
JAM NADI NAFAS KULIT SUHU KET.
7. Pelaporan
Pada tahap ini, kartu penderita yang telah diisi dengan hasil
pemeriksaan penolong terhadap korban/penderita selanjutnya
dilaporkan kepada tenaga medis untuk dilakukan tindakan lebih lanjut.
Penilaian Dini
Tanda vital
PLNB
Riwayat
Penderita
Pemeriksaan
Berkala
Tenaga
Pelaporan medis
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
2. Penilaian Dini
Setelah sekitar korban dirasa aman, penolong melakukan pemeriksaan
kasus. Dapat disimpulkan bahwa korban mengalami kasus trauma.
Selanjutnya, dilakukan pengecekan respon. Karena korban masih sadar,
maka korban tergolong respon awas atau alert.
Karena korban dalam kondisi awas, maka tidak dilakukan pengecekan
C-A-B. Namun, karena korban mengalami syok, maka, C-A-B korban
perlu diperhatikan dan dipertahankan.
3. Pemeriksaan Fisik
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan untuk mengidentifikasi PLNB
(Perubahan bentuk tubuh, Luka terbuka, Nyeri, dan Bengkak). Secara
kasat mata, terdeteksi masalah dan dilakukan penanganan sebagai
berikut :
Identifikasi jenis
Kasus Penanganan
(PLNB)
Perubahan bentuk Pergelangan Dilakukan
tangan kiri korban pemberian
remuk tourniquet karena
telapak tangan
korban sudah tidak
berfungsi
Luka terbuka Kaki kiri korban Dilakukan
mengalami luka penekanan, elevasi,
terbuka akibat pembalutan pada
pecahan botol kaca luka
Luka terbuka Kepala kanan Dilakukan
korban mengalami penekanan dan
bocor pembalutan pada
luka
Luka terbuka Lengan atas tangan Dilakukan
kanan korban pembalutan pada
tertusuk pisau sekitar benda tusuk
agar tidak terjadi
kontaminasi dan
infeksi pada luka
Pada pemeriksaan tanda vital, hasilnya tekanan darah korban berada di
angka 110/60 mmHg. Frekuensi denyut nadi kuat diangka 100
kali/menit. Frekuensi nafas korban kuat diangka 24 kali/menit. Dan
suhu tubuh korban normal dengan diangka 36,5C.
4. Riwayat Penderita
Menurut keluhan korban, korban merasakan sakit pada kepala bagian
kanan, lengan atas tangan kanan karena tertusuk, telapak tangan kiri
tidak terasa namun pergelangannya sakit, dan sakit pada kaki kiri
bagian bawah.
5. Pemeriksaan Berkala
Hasil pemeriksaan berkala mahasiswi korban tawuran :
Tanda Vital/Pemeriksaan Berkala
JAM NADI NAFAS KULIT SUHU KET.
14.23 100 24 Normal Normal Sadar
kali/menit kali/menit
14.28 50 kali/menit 10 Sedikit Sedikit Kesadaran
kali/menit Pucat dingin menurun
14.33 70 kali/menit 15 Normal Normal Kesadaran
kali/menit kembali normal
6. Pelaporan
Usia dan jenis kelamin : usia 18 tahun, jenis kelamin wanita
Keluhan utama : sakit pada kepala bagian kanan, lengan atas tangan
kanan karena tertusuk, telapak tangan kiri tidak terasa namun
pergelangannya sakit, dan sakit pada kaki kiri bagian bawah
Tingkat respon : awas
Keadaan jalan nafas : baik
Pernafasan : kuat
Sirkulasi/denyut nadi : kuat
Wawancara penting : korban tidak bisa merasakan telapak tangan
kirinya
Penatalaksanaan :
1. Karena semua luka yang ada ditubuh korban termasuk luka terbuka,
maka dilakukan pembalutan
2. Telapak tangan kiri korban tidak menunjukkan adanya
keberfungsian dan sudah tidak bisa diselamatkan sehingga dipasang
tourniquet.
Perkembangan korban : awalnya korban dalam kondisi baik dan sadar.
Namun, lima menit kemudian terjadi penurunan kesadaran sehingga
perlu mempertahankan C-A-B ulang. Syukurnya, lima menit kemudian
kesadaran korban berangsur pulih.
BAB V
KESIMPULAN
Pada praktikum penilaian penderita ini, kita bisa menarik kesimpulan sebagai
berikut :
Arinda, E. N., 2014. Analisis Cedera Olahraga dan Pertolongan Pertama Pemain
Sepak Bola. Studi Kasus Liga Springhill Putaran II Pengcab PSSI Surabaya .
Raihan, Hadinegoro, S. R. S. & Ttumbelaka, A. R., Juni, 2010. Faktor Prognosis
Terjadinya Syok pada Demam Berdarah Dengue. Sari Pediatri, Volume 12, pp. 47-
52.
Societies, I. F. o. R. C. a. R. C., 2016. Iinternational Federation of Rred Cross and
Red Crescent Societies 2016 for National Society First Aid Programme Managers.
Ffist Aid Instruction and First Responders ed. s.l.:Scientific Advisory Groups.