Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM

ANATOMI DAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN


CEDERA JARINGAN LUNAK

Oleh :
CHIKITA RIZKY TANAYA DUANDA (0523040046)

Dosen Pengampu :
dr. AM MAISARAH DISRINAMA, S.Ked.
AULIA NADIA RACHMAT, S.ST., M.T.

TEKNIK KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2023
DAFTAR ISI
BAB I .................................................................................................................................3
1.1 LATAR BELAKANG ........................................................................................3
1.2 RUMUSAN MASALAH ...................................................................................3
1.3 TUJUAN ............................................................................................................4
BAB II ...............................................................................................................................5
2.1 PERDARAHAN ................................................................................................5
2.2 SYOK.................................................................................................................8
2.3 LUKA ..............................................................................................................10
BAB III ............................................................................................................................13
3.1 PERALATAN YANG DIGUNAKAN .............................................................13
3.2 LANGKAH LANGKAH PRAKTIKUM .........................................................13
3.3 DIAGRAM ALIR PRAKTIKUM ....................................................................18
BAB IV ............................................................................................................................19
4.1 STUDI KASUS ................................................................................................19
4.2 HASIL PRAKTIKUM .....................................................................................19
BAB V .............................................................................................................................23
LAMPIRAN.....................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Cedera jaringan lunak atau biasa disebut luka merupakan terputusnya
keutuhan jaringan lunak yang meliputi kulit, jaringan lemak, pembuluh darah,
jaringan ikat, membran kelenjar, otot, dan saraf. (Societies, 2016) dalam
Edukasi Pertolongan Pertama pada Kecelakaan Cedera Jaringan Lunak pada
MGMP PJOK SMA/K Kota Surabaya.
Dalam penanganan korban/penderita dengan keluhan cedera jaringan
lunak, penolong harus mengasumsikan bahwa korban/penderita mengalami
syok. Hal ini penting, karena setiap orang memiliki respon syok yang
berbeda. Penanganan yang tepat dan sedini mungkin terhadap pasien presyok
dan syok merupakan faktor pnting yang mennetukan hasil pengobatan.
(Raihan, et al., Juni, 2010) Jika syok tidak ditangani dengan baik, maka akan
memicu kefatalan terhadap korban/penderita.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Rumusan masalah dari praktikum ini adalah :
1. Bagaimana menilai jenis cedera jaringan lunak yang dialami
korban/penderita?
2. Bagaimana cara menghentikan perdarahan yang sulit ditangani
meskipun telah dilakukan elevasi?
3. Bagaimana prosedur penanganan cedera jaringan lunak yang baik dan
benar?
1.3 TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Mahasiswa dapat menilai jenis cedera jaringan lunak yang dialami oleh
korban/penderita.
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara menghentikan perdarahan yang
tidak kunjung berhenti serta pengaplikasiannya.
3. Mahasiswa dapat mengenal dan mempraktekkan dengan baik dan benar
prosedur penanganan korban/penderita dengan cedera jaringan lunak.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 PERDARAHAN
Perdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh daran yang rusak.
Prinsip pertama pada perdarahan adalah lakukan penekanan pada tempat
perdarahan atau tourniquet (menjadi pilihan terakhir jika kaki/tangan hancur).
(Arinda, 2014)
Perdarahan terjadi akibat adanya robek atau rusaknya pembuluh darah.
Perdarahan dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Perdarahan Luar (Terbuka)
Merupakan jenis perdarahan karena rusaknya pembuluh darah dan
robeknya jaringan kulit sehingga darah terlihat keluar dari luka tersebut.
Menurut pembuluh darah yang rusak, perdarahan luar dibagi menjadi
tiga, yaitu :
a. Perdarahan Nadi (Arteri)
Jika yang mengalami kerusakan atau robek adalah arteri, cirinya
adalah darah memancar keluar sesuai irama jantung. Darah yang
keluar berwarna merah terang karena mengandung banyak
oksigen.
b. Perdarahan Balik (Vena)
Jika yang mengalami kerusakan atau robek adalah vena, cirinya
adalah darah keluar mengalir. Darah yang keluar berwarna merah
gelap.
c. Perdarahan Rambut (Kapiler)
Jika yang mengalami kerusakan atau robek adalah kapiler, cirinya
adalah darah yang keluar merembes karena kapiler hanya
memiliki tekanan yang rendah.
Perdarahan luar dapat dikendalikan dengan cara berikut :
a. Tekanan langsung
Metode ini dilakukan langsung pada luka terbuka untuk
menghentikan perdarahan. Umunya, perdarahan akan berhenti
setelah 5-15 menit sejak luka ditutup. Beri penutup luka yang
tebal dan tambah penutup luka jika perdarahan tidak kunjung
berhenti tanpa melepas penutup pertama.
b. Elevasi
Metode ini hanya dilakukan pada perdarahan yang terjadi di
daerah alat gerak. Caranya, posisikan bagian yang mengalami
perdarahan lebih tinggi dari jantung. Hal ini dilakukan agar gaya
tarik bumi menghambat aliran darah sehingga memperlambat
perdarahan.
Jika perdarahan tetap terjadi, lakukan penekanan pada titik-titik
tertentu. Letak titik yang ditekan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Pressure Point


https://www.doccheck.com/en/detail/photos/2133-diagram-showing-th-location-of-the-
pressure-points-that-can-be-used-to-control-bleeding
c. Cara lain yang dapat dilakukan untuk menghentikan perdarahan
1) Immobilisasi dengan atau tanpa pembidaian
2) Kompres dingin
3) Tourniquet sebagai alternative terakhir. Fungsinya untuk
menutup seluruh aliran darah pada alat gerak. Kekurangan
dari tourniquet ini adalah kematian jaringan bagian distal
tourniquet yang dapat mengakibatkan jaringan diamputasi.
2. Perdarahan Dalam (Tertutup)
Perdarahan dalam merupakan perdarahan yang diakibatkan oleh
benturan dengan benda tumpul. Karena perdarahan dalam tidak terlihat
dari luar, maka perlu adanya pemeriksaan fisik lengkap dan wawancara
lebih lanjut. Beberapa perdarahan dalam yang dapat dilihat sebagai
berikut :
a. Cedera pada bagian tubuh yang memiliki tanda atau gelaja bahwa
bagian dalamnya mengalami cedera
b. Adanya memar, nyeri dan pembengkakan terutama di area tubuh
penting
c. Nyeri, bengkak, dan perubahan bentuk pada alat gerak
d. Nyeri tekan atau dinding perut kaku, dinding perut membesar
e. Muntah darah
f. Buang air besar berdarah
g. Luka tusuk khususnya pada batang tubuh
h. Darah atau cairan keluar dari hidung atau telinga
i. Buang air kecil campur darah
j. Ada gejala atau tanda-tanda syok
Penanganan korban/penderita dengan kondisi perdarahan dalam
diantaranya :
a. Korban dibaringkan
b. Periksa dan perhatikan C-A-B korban/penderita
c. Korban/penderita diberi oksigen (bila ada)
d. Periksa nadi dan nafas korban/penderita sevata berkala
e. Rawat korban/penderita sebagai kasus syok
f. Jangan memberikan makan atau minum
g. Tangani cedera atau gangguan lainnya
h. Segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat.

2.2 SYOK
Syok merupakan kondisi dimana tubuh kekurangan suplai oksigen.
Kehilangan banyak sel darah merah mengakibatkan oksigen dalam tubuh
menurun drastic. Hasilnya, sel-sel dalam tubuh mengalami “syoked” yang
dapat menyebabkan kerusakan jaringan tubuh karena kematian sel.
Kekurangan oksigen secara berkelanjutan akan mengakibatkan sel-sel
dalam tubuh manusia melakukan proses anaerobik yang tidak wajar. Proses
anaerobik ini bisa menghasilkan racun yang lama-kelamaan akan berakibat
fatal bagi tubuh. Asam laktat yang masuk dalam aliran darah akan
menghasilkan sistem yang sifatnya asam dan mengganggu aktivitas sel.
Dengan melemahkan otot-otot pernafasan, maka korban/penderita akan
mengalami gangguan pernafasan dan lebih buruknya akan mengalami
hypoxia.
Karena kekurangan oksigen, tubuh akan merespon dengan
meningkatkan aktibitas saraf simpatis dan akan menghasilkan hormon
cathecolamin (ephinephrin dan norephineprin). Terjadi peningkatan denyut
jantung (tachycardia), vasokonstraksi pembuluh darah, dan peningkatan
frekuensi pernafasan. Tanda dari korban/penderita yang mengalami syok
adalah korban/penderita menjadi pucat, berkeringat banyak, dan mengalami
tachycardia (denyut jantung tidak normal).
Diagnosa awal korban/penderita yang mengalami syok dapat dilihat
dari tanda fisik. Namun, meskipun syok identik dengan orang yang memiliki
tenaknan darah rendah (hipotensi), tidak semua orang yang memiliki tekanan
darah rendah mengalami syok dan tidak semua orang dengan tekanan darah
normal tidak mengalami syok. Meski begitu, tekanan darah korban/penderita
harus dipantau berkala untuk memonitor kecukupan dari organ perfusion.
Apakah seseorang telah mendapat perfusion yang cukup atau belum hanya
bisa diketahui oleh tenaga medis. Berikut adalah gejala dan tanda klasik
hemorrhage dari syok sebagai berikut :
1. Lemah karena mengalami hypoxia dan acidosis
2. Haus, karena mengalami hypovolemia (penurunan volume cairan
sirkulasi/plasma dalam tubuh)
3. Muka pucat karena peningkatan hormon catecholamine yang
mengakibatkan vasocontriksi dan kehilangan sel darah merah
4. Tachycardia karena efek hormon catecholamine
5. Tachypnea (peningkatan frekuensi pernafasan), merupakan respon dari
stress, hormon catecholamine, acidosis, dan hypoxia
6. Diaphoresis (berkeringat), akibat adanya hormon catecholamine pada
kelenjar keringat
7. Penurunan urine karena hypovolemia, hypoxia, dan sirkulasi
catecholamine
8. Penurunan tekanan perifer
9. Hipotensi
10. Perubahan sensorium (merasa bingung, gelisah, dan tidak sabar)
11. Jantung berhenti berdenyut karena adanya kegagalan organ kritis akibat
kehilangan darah dan cairan, hypoxia, dan terkadang arythmia.
2.3 LUKA
Luka merupakan proses kerusakan atau hilangnya komponen jaringan
yang terjadi pada bagian tubuh tertentu. Luka juga dapat digambarkan sebagai
gangguan dalam kontinuitas sel dan diikuti dengan penyembuhan luka yang
merupakan pemulihan dari kontinuitas tersebut.
1. Klasifikasi Luka
a. Luka Terbuka
Merupakan cedera jaringan lunak disertai dengan kerusakan
jaringan kulit atau selaput lender. Jenis-jenis luka terbuka
diantaranya :
1) Luka lecet
Merupakan luka akibat gesekan sehingga epidermis
terkelupas. Biasanya luka lecet bentuknya tidak teratur.
2) Luka sayat/iris
Merupakan luka akibat benda tajam. Akibatnya, jaringan
kulit dan lapisan dibawahnya terputus hingga kedalaman
yang bervariasi.
3) Luka robek
Merupakan luka akibat benturan benda tumpul. Luka ini
hamper sama dengan luka sayat, namun pinggiran luka
robek tidak teratur. Jika luka robek hingga pembuluh darah
besar sulit dikendalikan.
4) Luka tusuk
Merupakan luka akibat masuknya benda tajam dan runcing
melalui kulit. Lukanya relatif dalam.
5) Luka sobek
Merupakan luka yang terjadi akibat kulit dan sedikit lapisan
bawahnya terkelupas.
6) Amputasi
Merupakan luka terbuka dengan jaringan tubuh terpisah.
Umumnya terjadi pada alat gerak.
7) Cedera remuk
Merupakan luka yang diakibatkan oleh himpitan dari benda
lain yang mengakibatkan tulang/otot mengalami remuk.
Luka remuk dapat berupa gabungan dari luka tertutup dan
terbuka.
b. Luka Tertutup
1) Memar
Merupakan luka dalam lapisan dermis. Bagian yang rusak
adalah sel dan pembuluh darah sehingga terlihat
membengkak dan berubah warna (gosong).
2) Hematoma
Merupakan luka dalam yang sudah parah. Biasanya, darah
di dalam kulit menjadi menggenang dan terkumpul
sehingga daerah luka terasa kenyal dan menggumpal.
3) Cedera remuk
2. Penutup Luka
Merupakan bahan yang digunakan untuk membalut atau melindungi
luka dari hal-hal pemicu infeksi. Penutup luka diletakkan tepat diatas
luka dan dalam kondisi darurat, semua benda bersih dan cukup untuk
menutup sementara luka bisa digunakan.
a. Fungsi penutup luka :
1) Membantu mengendalikan perdarahan
2) Mencegah kontaminasi
3) Mempercpat penyembuhan
4) Mengurangi nyeri
b. Jenis-jenis penutup luka :
1) Penutup Luka Oklusif (kedap)
Penutup luka jenis ini memiliki karakteristik tahan air dan
kedap udara.
2) Penutup Luka Tebal (bantalan penutup luka).
3) Pembalut
Pembalut berfungsi untuk mempertahankan penutup luka.
Macam-macam pembalut diantaranya, pembalut gulung,
pembalut mitela, pembaluttabung/tubuler, dan pembalut
penekan.
c. Pedoman penutupan luka dan pembalutan :
1) Penutup luka harus menutupi seluruh permukaan kulit
2) Usahakan membersihkan luka semaksimal mungkin
sebelum melakukan pembalutan kecuali jika terjadi
perdarahan (utamakan menghentikan perdarahan)
3) Penutup luka di pasang sebaik mungkin agar luka tidak
terkontaminasi dan terlindung sepenuhnya.
4) Jangan mengaplikasikan pembalut pada perdarahan
sebelum perdarahan berhenti kecuali pembalut tekan.
5) Jangan membalut terlalu kencang atau terlalu longgar.
6) Jangan biarkan ujung sisa pembalut terurai
7) Jika luka kecil, daerah yang dibalut diperluas untuk
memperluas daerah penekanan.
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 PERALATAN YANG DIGUNAKAN


1. Alat-alat umum yang digunakan :
a. Stopwatch
b. Stetoskop
c. Tensimeter
d. Termometer raksa
e. Alat tulis
f. Senter
2. Alat-alat untuk penanganan :
a. Pembalut (gulung, mitela, rekat, tekan)
b. Antiseptik
c. Tourniquet
d. Selimut
e. Tabung Oksigen
f. Kasa Steril
g. Plastik Bersih
3. Peralatan wajib : baju bengkel/baju praktikum

3.2 LANGKAH LANGKAH PRAKTIKUM


1. Persiapan
a. Gunakan baju praktek/baju bengkel dengan nyaman agar tidak
menganggu saat praktek berlangsung
b. Pastikan alat dalam kondisi baik dan siap digunakan
1) Stetoskop : setting pada mode diafragma. Pastikan suara
bisa didengar dengan jelas.
2) Tensi meter : dalam keadaan baik. Pompa dapat dikunci
3) Termometer : pastikan raksa berada pada angka dibawah 36
4) Stopwatch : pastikan siap digunakan
5) Alat tulis dan kartu penderita : pastikan dibawa dan siap
diisi
6) Alat-alat untuk penanganan : pastikan dalam keadaan steril
dan siap digunakan.

2. Penilaian Keadaan
Pada tahap ini, kenali dahulu secara umum lingkungan sekitar
korban/penderita. Apakah sudah aman untuk melakukan pertolongan
atau belum. Jika belum, pindahkan korban/penderita ke tempat aman
dan pastikan steril dari orang ramai. Jika kondisi sekitar sudah aman
dan kondusif, baru lakukan prosedur pertolongan pertama.

3. Penilaian Dini
Pada tahap ini, lakukan pemeriksaan kepada korban/penderita. Apakah
ada trauma dan atau kasus medis atau tidak.
Dilanjutkan dengan pemeriksaan respon dengan memperhatikan aspek
ASNT/AVPU. Saat pengelompokan respon korban ini dilakukan
checklist pada kartu penderita :

Awas Suara Nyeri Tidak Respon

Alasan :

Setelah pemeriksaan respon, dilanjutkan dengan penanganan korban


dengan metode CAB.
a. Circulation : Sadar = cek nadi radial
Tidak sadar = cek nadi karotis
b. Airway : Normal = tidak memerlukan metode
Perlu metode dan tidak ada dugaan patah leher
atau cedera kepala = Head Tilt-Chin Lift
Perlu metode dan ada dugaan patah leher atau
cedera kepala = Jaw Thrust Manuever
c. Breath : Gunakan teknik LDR (Lihat, Dengar, Rasakan)
Lihat gerakan perut dan dada
Dengar dan rasakan nafas dihidung dan mulut
korban.

4. Pemeriksaan Fisik
Pada tahap ini, analisis fisik korban apakah ada PLNB (Perubahan
bentuk, Luka terbukan, Nyeri, Bengkak) pada fisik korban/penderita.
Analisis dilakukan berurutan mulai ujung kepala sampai ujung kaki.
Korban/penderita diperiksa dengan cara dilihat (inspeksi), diraba
(palpasi), dan didengar (aukultasi). Selanjutnya, hasil pemeriksaan fisik
dicatat dalam kartu penderita untuk menjadi laporan kepada tenaga
medis selanjutnya.
Dalam tahap ini juga dilakukan pemeriksaan tanda vital pada
korban/penderita. Rincian pemeriksaan tanda vital sebagai berikut :
a. Tekanan darah korban : ......./....... mmHg
Pemeriksaan tekanan darah dilakukan menggunakan tensimeter.
Pertama, pastikan tensimeter bisa digunakan dengan baik.
Selanjutnya, pasang manset sesuai dengan ukuran lengan
korban/penderita. Ketidaksesuaian ukuran ini bisa mempengaruhi
hasil dari pemeriksaan tekanan darah. Selanjutnya, kunci dan
pompa hingga angka 140 atau sesuai riwayat korban/penderita.
Kemudian, buka perlahan kunci dan dengarkan detak pertama dan
deta terakhir nadi menggunakan stetoskop. Detak pertama
menunjukkan angka sistolik dan detak terakhir menunjukkan
angka diastolik.
b. Cek nadi korban : …….. kali/menit
Dewasa : 60 – 90 kali/menit
Anak-anak : 80 – 150 kali/menit
Bayi : 120 – 150 kali/menit
c. Cek frekuensi nafas korban : ……… kali/menit
Dewasa :12 – 20 kali/menit
Anak-anak : 15 – 50 kali/menit
Bayi : 25 – 50 kali/menit
d. Suhu tubuh : ………C
Pemeriksaan suhu tubuh menggunakan termometer raksa.
Pertama, pastikan air raksa sudah berada dibawah angka 36C.
Kemudian, letakkan termometer di ketiak korban/penderita.
Tunggu hingga kurang lebih 3 menit.
e. Kulit : Normal-hangat/Pucat-dingin
Hasil dari pemeriksaan tanda vital ini dicatat dalam kartu penderita
seperti berikut :

Nadi : Lemah/Kuat/Tidak ada


Frekuensi Nadi : ………….kali/menit
Nafas : Lemah/Kuat/Tidak ada
Frekuensi Nafas : …………kali/menit
Suhu : Dingin/Lembab Berkeringat
Panas/Kering
Normal ……C
Tekanan
Darah : ……………….mmHg
5. Riwayat Penderita
Pada tahap ini, penolong harus menggali informasi terkait
korban/penderita untuk keperluan tindakan lebih lanjut oleh tim medis.
Hal hal yang ditanyakan seperti apakah korban/penderita memiliki
keluhat yang saat ini dialami? Adakah obat yang sedang dikonsumsi?
Makanan/minuman apa yang terakhir dikonsumsi? Apakah memiliki
riwayat penyakit? Apakah memiliki gangguan alergi? dan bagaimana
kronologi kejadian yang dialami korban/penderita sebelum akhirnya
harus mendapat pertolongan pertama?. Kemudian hasil observasi
ditulis sesuai dengan yang sudah tertera pada kartu penderita sebagai
berikut :

A. Keluhan : ……………………..
B. Obat : ……………………..
C. Makanna/Minuman : ……………………..
D. Penyakit : ……………………..
E. Alergi : ……………………..
F. Kejadian : ……………………..

6. Pemeriksaan Berkala
Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan ulang terhadap korban/penderita
sebelum mendapat penanganan medis yang lebih kompleks. Untuk
pemantauan dapat menggunakan table pemantauan tanda vital berkala
sebagai berikut :
Tanda Vital/Pemeriksaan Berkala
JAM NADI NAFAS KULIT SUHU KET.
7. Pelaporan
Pada tahap ini, kartu penderita yang telah diisi dengan hasil
pemeriksaan penolong terhadap korban/penderita selanjutnya
dilaporkan kepada tenaga medis untuk dilakukan tindakan lebih lanjut.

3.3 DIAGRAM ALIR PRAKTIKUM


Cari
Penilaian Penderita Tidak
ASNT Trauma tempat
Kondusif aman

CAB Medis Penilaian Keadaan


Kondusif

Penilaian Dini
Tanda vital

Pemeriksaan Fisik PLNB

PLNB
Riwayat
Penderita

Pemeriksaan
Berkala

Tenaga
Pelaporan medis
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 STUDI KASUS


Seorang siswi berusia 18 tahun bernama Finda sedang perjalanan
pulang sekolah. Namun, di tengah jalan tiba-tiba terjadi tawuran dan Finda
terjebak di dalam tawuran tersebut. Dari arah depan, ada orang yang
melempar botol kaca dan mengenai kakinya sehingga kaki Finda tersayat.
Disaat yang sama, dari arah samping ada batu yang dilempar dan mengenai
kepalanya. karena merasa kesakitan dan terdorong massa, Finda ambruk dan
tangannya terinjak-injak oleh orang disekitarnya hingga remuk. Karena
mengenakan seragam yang sama dengan orang orang yang sedang tawuran,
Finda dikira menjadi bagian dari lawan. Karena dirasa Finda tidak berdaya,
akhirnya Finda ditusuk dengan pisau dibagian lengan atas.

4.2 HASIL PRAKTIKUM


1. Penilaian Keadaan
Ketika korban ditemukan, korban terbaring kesakitan ditepi jalan.
Sekeliling korban dipenuhi sisa-sisa tawuran seperti pecahan kaca,
batu, potongan kayu, dan sebagainya sehingga korban dipindahkan ke
tempat yang lebih aman untuk mendapatkan pertolongan pertama.

2. Penilaian Dini
Setelah sekitar korban dirasa aman, penolong melakukan pemeriksaan
kasus. Dapat disimpulkan bahwa korban mengalami kasus trauma.
Selanjutnya, dilakukan pengecekan respon. Karena korban masih sadar,
maka korban tergolong respon awas atau alert.
Karena korban dalam kondisi awas, maka tidak dilakukan pengecekan
C-A-B. Namun, karena korban mengalami syok, maka, C-A-B korban
perlu diperhatikan dan dipertahankan.
3. Pemeriksaan Fisik
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan untuk mengidentifikasi PLNB
(Perubahan bentuk tubuh, Luka terbuka, Nyeri, dan Bengkak). Secara
kasat mata, terdeteksi masalah dan dilakukan penanganan sebagai
berikut :
Identifikasi jenis
Kasus Penanganan
(PLNB)
Perubahan bentuk Pergelangan Dilakukan
tangan kiri korban pemberian
remuk tourniquet karena
telapak tangan
korban sudah tidak
berfungsi
Luka terbuka Kaki kiri korban Dilakukan
mengalami luka penekanan, elevasi,
terbuka akibat pembalutan pada
pecahan botol kaca luka
Luka terbuka Kepala kanan Dilakukan
korban mengalami penekanan dan
bocor pembalutan pada
luka
Luka terbuka Lengan atas tangan Dilakukan
kanan korban pembalutan pada
tertusuk pisau sekitar benda tusuk
agar tidak terjadi
kontaminasi dan
infeksi pada luka
Pada pemeriksaan tanda vital, hasilnya tekanan darah korban berada di
angka 110/60 mmHg. Frekuensi denyut nadi kuat diangka 100
kali/menit. Frekuensi nafas korban kuat diangka 24 kali/menit. Dan
suhu tubuh korban normal dengan diangka 36,5C.

4. Riwayat Penderita
Menurut keluhan korban, korban merasakan sakit pada kepala bagian
kanan, lengan atas tangan kanan karena tertusuk, telapak tangan kiri
tidak terasa namun pergelangannya sakit, dan sakit pada kaki kiri
bagian bawah.

5. Pemeriksaan Berkala
Hasil pemeriksaan berkala mahasiswi korban tawuran :
Tanda Vital/Pemeriksaan Berkala
JAM NADI NAFAS KULIT SUHU KET.
14.23 100 24 Normal Normal Sadar
kali/menit kali/menit
14.28 50 kali/menit 10 Sedikit Sedikit Kesadaran
kali/menit Pucat dingin menurun
14.33 70 kali/menit 15 Normal Normal Kesadaran
kali/menit kembali normal
6. Pelaporan
Usia dan jenis kelamin : usia 18 tahun, jenis kelamin wanita
Keluhan utama : sakit pada kepala bagian kanan, lengan atas tangan
kanan karena tertusuk, telapak tangan kiri tidak terasa namun
pergelangannya sakit, dan sakit pada kaki kiri bagian bawah
Tingkat respon : awas
Keadaan jalan nafas : baik
Pernafasan : kuat
Sirkulasi/denyut nadi : kuat
Wawancara penting : korban tidak bisa merasakan telapak tangan
kirinya
Penatalaksanaan :
1. Karena semua luka yang ada ditubuh korban termasuk luka terbuka,
maka dilakukan pembalutan
2. Telapak tangan kiri korban tidak menunjukkan adanya
keberfungsian dan sudah tidak bisa diselamatkan sehingga dipasang
tourniquet.
Perkembangan korban : awalnya korban dalam kondisi baik dan sadar.
Namun, lima menit kemudian terjadi penurunan kesadaran sehingga
perlu mempertahankan C-A-B ulang. Syukurnya, lima menit kemudian
kesadaran korban berangsur pulih.
BAB V
KESIMPULAN

Pada praktikum penilaian penderita ini, kita bisa menarik kesimpulan sebagai
berikut :

1. Cara menilai jenis cedera jaringan lunak adalah dengan melihat


lukanya. Apakah termasuk perdarahan terbuka atau tertutup. Jika darah
keluar tubuh, berarti termasuk perdarahan terbuka. Sebaliknya, jika
darah tidak keluar dari tubuh dan hanya terlihat seperti memar, berarti
termasuk perdarahan tertutup.
2. Cara menghentikan perdarahan jika sulit berhenti adalah dengan
menekan titik penekanan atau pressure point. Titik yang ditekan
menyesuaikan dimana letak perdarahan terjadi.
3. Prosedur penanganan bagi korban dengan melaksanakan prosedur
penilaian penderita, yaitu :
a. Penilaian keadaan
b. Penilaian dini
c. Pemeriksaan fisik
d. Riwayat penderita
e. Pemeriksaan berkala
f. Pelaporan
Selain itu, untuk menangani perdarahan yang terjadi pada korban,
dilakukan pertolongan pertama berupa penekanan, elevasi, dan
pembalutan agar luka tidak terkontaminasi oleh bakteri dari luar.
LAMPIRAN

Pembalutan pada luka sobek

Penanganan luka bocor

Penanganan luka remuk (amputasi)

Penanganan luka tusuk


DAFTAR PUSTAKA

Arinda, E. N., 2014. Analisis Cedera Olahraga dan Pertolongan Pertama Pemain
Sepak Bola. Studi Kasus Liga Springhill Putaran II Pengcab PSSI Surabaya .
Raihan, Hadinegoro, S. R. S. & Ttumbelaka, A. R., Juni, 2010. Faktor Prognosis
Terjadinya Syok pada Demam Berdarah Dengue. Sari Pediatri, Volume 12, pp. 47-
52.
Societies, I. F. o. R. C. a. R. C., 2016. Iinternational Federation of Rred Cross and
Red Crescent Societies 2016 for National Society First Aid Programme Managers.
Ffist Aid Instruction and First Responders ed. s.l.:Scientific Advisory Groups.

Anda mungkin juga menyukai