JURNALta Ramadhan FTTH
JURNALta Ramadhan FTTH
C
Min.Work Temperature -5
C
Power Supply (DC) -48 V
Parameter Spesifikasi Unit
Attenuation
(1310 nm)
0.35 dB/Km
Attenuation
(1383 nm)
0.31 dB/Km
Attenuation
(1550 nm)
0.21 dB/Km
Attenuation
(1625 nm)
0.23 dB/Km
Parameter Spesifikasi Unit
Attenuation at
1310 nm
0.35 dB/Km
Attenuation at
1550 nm
0.21 dB/Km
Attenuation at
1490 nm
0.28 dB/Km
Chromatic
Dispersion
(1285nm-
1330nm)
3.5 ps/(nm.km)
Chromatic
Dispersion
(1550nm)
18 ps/(nm.km)
Parameter Spesifikasi Unit
Fiber Type SM 10/125 -
Insertion Loss 0.2 dB
Parameter Spesifikasi Unit
Insertion Loss 1:4 6 - 7.8 dB
Insertion Loss 1:8 9 - 11 dB
11
3.5.5 ONT (Optical Network Terminal)
Optical Network Terminal yang digunakan pada
perancangan ini adalah perangkat dengan spesifikasi
seperti pada tabel 3.13.
Tabel 3.13 Spesifikasi perangkat ONT
[3]
3.6 Penentuan Letak Perangkat Dan Volume
Perancangan dilakukan mulai dari STO
Gegerkalog sampai ke tiap rumah pelanggan di
perumahan Setra Duta. Fiber optik G. 652 ditarik dari
STO Gegerkalong sampai ke ODC yang berbeda letak,
bagian utara dan bagian selatan perumahan. Dari STO
Gegerkalong ditarik 60 core untuk perumahan Setra duta.
Dan terjadi pemisahan kabel pada persimpangan jalan
sarimanah dan sari asih menuju bagian utara perumahan
ditarik kabel sebanyak 36 core lalu menuju daerah selatan
perumahan sebanyak 24 core. Kemudian dari ODC akan
terdistribusi ke ODP dengan menggunakan G.652.
Setelah dari ODP kemudian dengan menggunakan G.657
akan terdistribusi lagi ke ONT yang terletak di rumah
pelanggan.Tiap ODC maksimal dapat terdistribusi ke 12
splitter 1:4 yang terdistribusi lagi ke splitter 1:8.
Pembagian pelanggan didasarkan pada letak rumah
pelanggan.
3.6.1 Lokasi ODC, ODP dan ONT
Penentuan lokasi penempatan ODC dan ODP
didasarkan pada efisiensi jaringan, kebutuhan layanan
akan pelanggan, dan batas minimum redaman yang
diperbolehkan untuk teknologi yang digunakan. Pada
ODC dan ODP didalamnya terdapat passive splitter
mempunyai redaman yang cukup besar dan dapat
mempengaruhi kelayakan perancangan jaringan.
Penempatan ODC dilakukan dengan melihat
pembagian tata letak perumahan. Untuk efisiensi
kabel ODC ditempatkan di pintu gerbang perumahan
Setraduta, sehingga kabel terus di tanamkan sampai
ke ujung rumah pelanggan tanpa ada perbalikan arah
yang menuju ODC kembali. Dari gambar 3.4 terlihat
bahwa perancangan jaringan FTTH dengan teknologi
GPON di perumahan Setra duta menggunakan 2 jenis
passive splitter yaitu 1:4 dan 1:8. Passive splitter 1:4
yang terletak di ODC akan membagi daya dari kabel
feeder yang masuk ke ODC ke 4 ODP. Fiber optik
yang keluar dari ODC akan masuk ke ODP yang di
dalamnya terdapat passive splitter 1:8. Selanjutnya
fiber optik tersebut akan menghasilkan disalurkan ke
rumah-rumah pelanggan (ONT) yang berjumlah
maksimal 8 pelanggan. Jadi 1 ODP diperhitungkan
untuk 8 lokasi rumah. Perancangan jaringan di
perumahan Setra duta menggunakan teknologi FTTH
(Fiber To The Home) sehingga peletakan perangkat
ONT (Optical Network Terminal) berada di dalam
rumah pelanggan. Fiber optik yang berasal dari ODP
akan masuk ke rumah pelanggan dan menuju
perangkat OTP. Dari perangkat OTP, fiber optik
tersebut akan masuk ke perangkat roset. Setelah
keluar dari perangkat roset maka fiber optik tersebut
akan masuk ke perangkat ONT. Lokasi penempatan
tata letak dapat dilihat di Lampiran B. Setelah
dilakukan penempatan letak perangkat, kemudian
diukur jarak nya bisa dilihat di Lampiran C. Karena
kontour perumahan setra duta yang berbukit-bukti,
maka untuk penghitungan jarak dari STO ke ODC,
ODC ke ODP, dan ODP ke ONT ditambah 10 meter,
kecuali letak ONT yang sangat dekat dengan ODP.
Untuk jumlah ODP, Splitter 1:4, dan jarak STO ke ke
ODC serta jumlah kabel dapat dilihat di tabel 3.14.
Tabel 3.14 Jumlah ODP, splitter dan kabel Feeder dan
jarak STO ke ODC
3.6.2 Daftar Perangkat Yang Dibutuhkan
Setelah dilakukan perancangan maka dibuatlah
daftar perangkat yang dibutuhkan dalam perancangan.
Daftar perangkat berupa spesifikasi perangkat dan
jumlah yang dibutuhkan. Perangkat disesuaikan
dengan rekomendasi dari PT. Telkom. Daftar
perangakat yang dibutuhkan dalam perancangan
jaringan FTTH dapat dilihat di tabel 3.15 .
3.7 Konfigurasi Jaringan Akses FTTH
Pada bagian ini kita dapat melihat Konfigurasi
jaringan FTTH menggunakan teknologi GPON dari
STO Gegerkalong sampe rumah pelanggan. Ditarik
kabel berjumlah 96 core lalu dibagi ke 5 ODC, dari
ODC beberapa kabel digunakan untuk menyalurkan
ke masing-masing ODP. Sisa dari kabel ODC yang
murni tidak terpakai disimpan sebagai cadangan. Lalu
dari ODP disalurkan lagi ke rumah-rumah pelanggan.
Parameter Spesifikasi Unit
Downstream Rate 2.4 Gbps
Upstream Rate 1.2 Gbps
Downlink Wavelength 1490 nm
Uplink Wavelength 1310 nm
Video Wavelength 1550 nm
Max.Transmission
Distance 20 Km
Power Consumption 16 Watt
Sensitivity -29 dBm
Optical Rise Time 200 ps
Optical Fall Time 200 ps
Max.Work Temperature 45
C
Min.Work Temperature -5
C
ODC
JARAK
STO ke
ODC
JUMLAH
ODP
Spliter
1:4
KABEL
A 3130,13 27 7 12 core
B 2663,88 36 9 12 core
C 3993,35 45 12 24 core
D 3135,06 40 10 24 core
E 3375,1 42 11 24 core
12
Tabel 3.15 Daftar perangkat yang dibutuhkan
No. Perangkat Jumlah
1 OLT
1 unit
2 Feeder Cable 5 buah (16.29752Km)
3 ODC 5 buah
4
Passive
Splitter 1:4 49 buah
5
Distribution
Cable
190 buah
(89,33788Km)
6 ODP 190 buah
7
Passive
Splitter 1:8 190 buah
8 Drop Cable
1245 buah
(139,16472Km)
9 ONT 1245 buah
10 Konektor SC 2962buah
11
Sambungan
Splice 203 buah
Gambar 3.4 Konfigurasi Jaringan FTTH menggunakan
Teknologi GPON.
BAB IV
ANALISIS KELAYAKAN PERANCANGAN
JARINGAN
4.1 Analisis Hasil Perancangan
Setelah dilakukan perancangan jaringan
akses FTTH menggunakan GPON, untuk
mengetahui kelayakan sistem maka akan di
analisis menggunakan parameter power link
budget dan rise time budget.
4.1.1 Link Power Budget
Perhitungan power link budget untuk
mengetahui batasan redaman total yang diijinkan
antara daya keluaran pemancar dan sensitivitas
penerima. Perhitungan link power budget
dilakukan berdasarkan standarisasi ITU-T G.984
dan juga peraturan yang diterapkan oleh PT.
TELKOM yaitu jarak tidak lebih dari 20 km dan
redaman total tidak lebih dari 28 dB.
Bentuk persamaan untuk perhitungan
redaman total pada link power budget yaitu :
Sp
s
Ns.
c
Nc.
serat
L.
tot
+ Red
Instalasi (5.1)
Bentuk persamaan untuk perhitungan
margin daya adalah :
M = ( Pt Pr ) -
total
- SM
(5.2)
Keterangan :
Pt = Daya keluaran sumber optik
( dBm)
Pr = Sensitivitas daya maksimum
detektor ( dBm)
SM = Safety margin, berkisar 6-8
dB
tot
= Redaman Total sistem (dB)
L = Panjang serat optik ( Km)
c
= Redaman Konektor
(dB/buah)
s
= Redaman sambungan (
dB/sambungan)
serat
= Redaman serat optik ( dB/
Km)
Ns = Jumlah sambungan
Nc = Jumlah konektor
Sp = Redaman Splitter (dB)
Margin daya disyaratkan harus
memiliki nilai lebih dari 0 (nol), margin daya
adalah daya yang masih tersisa dari power
transmit setelah dikurangi dari loss selama
proses pentransmisian, pengurangan dengan
nilai safety margin dan pengurangan dengan
nilai sensitifitas receiver
[14]
.
Data-data yang digunakan pada
perhitungan antara lain :
Daya keluaran sumber optik (OLT/ONU)
: 5 dBm
Sensitivitas detektor (OLT/ONU)
: -29 dBm
Redaman Serat optik G.652 (1310/1490)
: (0.35, 0.28) dB/Km
Redaman Serat optik G.657 (1310/1490)
: (0.35, 0.28) dB/Km
Redaman Splice
: 0.05 dB/splice
Konektor
: 0.2 dB
Jenis PS 1:8 , 1:4
: 11 dB , 7.8 dB
Jumlah Sambungan
: 4 buah
Jumlah Konektor
: 4 buah
13
Sp
s
Ns.
c
Nc.
serat
L.
tot
s
Ns.
c
Nc.
serat
L.
tot
Perhitungan link power budget pada
GPON akan dibagi menjadi dua bagian dan
akan menghitung jarak dari STO ke ONT
yang letaknya paling terjauh, dikarenakan
teknologi GPON memiliki panjang
gelombang asimetrik dalam
pentransmisiannya. Sehingga jika untuk ONT
terjauh memenuhi kelayakan, maka untuk
jarak yang lebih dekat pun akan memenuhi
kelayakan.Panjang gelombang untuk uplink
sekitar 1310 nm sedangkan untuk downlink
sekitar 1490 nm.
Perhitungannya dapat diuraikan sebagai
berikut :
Perhitungan Link Power Budget dengan jarak
terjauh yaitu 4.77495 Km (3.99335 Km STO
ke ODC, 0.72714 Km ODC ke ODP, 0.05446
Km ODP ke ONT) dengan jalur dari STO
Gegerkalong ke ODC C lalu ke ODP C41
sampai pada ONT
Downlink
+Redaman Instalasi
tot
=
(3.99335x0.28)+(0.72714x0.28)+(0.05446x0.28)
+(4x0.2)+(4x0.05)+(11+7.8)+2.86497
tot
= 23.951 dB
Sehingga untuk perhitungan margin daya
adalah sebagai berikut :
Pr = Pt -
tot
- 6
Pr = 5 23.951 6
Pr = 24.951 dBm
M = ( Pt Pr(Sensitivitas))
total
SM
M = ( 5 + 29 ) 23.951 6
M = 4.049 dBm
Nilai M yang diperoleh dari hasil
perhitungan downlink ternyata menghasilkan
nilai yang masih berada diatas 0 (nol) dB. Hal
ini mengindikasikan bahwa link diatas
memenuhi kelayakan link power budget.
Uplink
+ Sp +Redaman Instalasi
tot
= (3.99335x0.35)+(0.072714x0.35)+(
0.05446x0.35)+(4x0.2)+(4x0.05)+(11+7.8)+
2.86497
tot
= 24.336 dB
Sehingga untuk perhitungan margin daya
adalah sebagai berikut :
Pr = Pt -
tot
- 6
Pr = 5 24.336- 6
Pr = - 25.336 dBm
M = ( Pt Pr(Sessitivitas)) -
total
- SM
M = ( 5 + 29 ) 24.336 6
M = 3.664 dBm
Nilai M yang diperoleh dari hasil
perhitungan uplink ternyata menghasilkan
nilai yang masih berada diatas 0 (nol) dB.
Hal ini mengindikasikan bahwa link
diatas memenuhi kelayakan link power
budget.
4.1.2 Rise Time Budget
Rise time budget merupakan metode
untuk menentukan batasan dispersi suatu link
serat optik. Metode ini sangat berguna untuk
menganalisis sistem transmisi digital. Tujuan
dari metode ini adalah untuk menganalisis
apakah unjuk kerja jaringan secara
keseluruhan telah tercapai dan mampu
memenuhi kapasitas kanal yang diinginkan.
Umumnya degradasi total waktu transisi dari
link digital tidak melebihi 70 persen dari satu
periode bit NRZ (Non-Retum-to-Zero) atau 35
persen dari satu periode bit untuk data RZ
(Return-to-Zero). Satu periode bit
didefinisikan sebagai resiprokal dari data rate.
Spesifikasi alat untuk perhitungan rise
time budget adalah :
Panjang Gelombang
: 1310 nm dan 1490 nm
Lebar Spektral () (OLT/ONU)
: 1 nm / 1 nm
Rise time sumber cahaya ( t
tx
)
(OLT/ONU) : (150x10
-3
/ 200 x10
-
3
)ns
Dispersi material (D
m
) (1310/1490)
: (3,56/13,64) ps/nm.Km
Rise time receiver (t
rx
) (OLT/ONU) : (150x10
-3
/200x10
-3
)ns
Pengkodean NRZ
Menggunakan Single Mode
Indeks bias inti (n1)
: 1,465
Indeks bias selubung (n2)
: 1,46
Jari-jari inti (a)
: 4,5m
Perhitungannya dapat diuraikan sebagai
berikut :
Perhitungan Rise Time Budget dengan jarak
terjauh yaitu 4.77495 Km (3.99335 Km STO
ke ODC, 0.72714 Km ODC ke ODP, 0.05446
Km ODP ke ONT) dengan jalur dari STO
Gegerkalong ke ODC C lalu ke ODP C41
sampai pada ONT
Downlink
Bit Rate downlink (Br) = 2.4 Gbps dengan
format NRZ, sehingga :
tr = ns
x Br
2917 . 0
10 4 . 2
7 . 0 7 . 0
9
Menentukan t intramodal/ t material
T
material
= x L x Dm
= 1 nm x 4,77495 Km x
0.01364 ns/nm.Km = 0.0651 ns
s = n1-n2
n1
s = 3.412x10
-3
14
V = 2 x a x n
1 x
(2 x
s)
1/2
V =2 x 3.14 x 4,5 m x1,465 (2x3.412x10
-3
)
1/2
1,49 m
= 2,295
t
waveguide
= L[n2+n2(vb)]
C dv
t
waveguide
= 4774,95 [1,46+1,46x3.412x10
-3
x1,2]
3x10
8
= 2.333x10
-5
ns
t
intramodal=
t
material
+ t
waveguide
Sehingga besarnya untuk serat optik
singlemode:
t
total
= (t
tx
+ t
intramodal
+ t
intermodal
+ t
rx
)
= [(0.15) +(2.333x10
-5
)
2
+(0.0651) +
(0)
2
+ (0.2)]
1/2
= 0.2583 ns
Dari hasil perhitungan rise time total sebesar
0.2583 ns masih di bawah maksimum rise
time dari bit rate sinyal NRZ sebesar 0.2917
ns. Berarti dapat disimpulkan bahwa sistem
memenuhi rise time budget.
Uplink
Bit Rate uplink (Br) = 1.2 Gbps dengan
format NRZ, sehingga :
tr = ns
x Br
5833 . 0
10 2 . 1
7 . 0 7 . 0
9
Menentukan t intramodal
T
material
= x L x Dm
= 1 nm x 4.77495 Km x 0.00356
ns/nm.Km = 0.0169 ns
s = 3.412x10
-3
V =2 x 3.14 x 4,5 m x1,465 (2x3.412x10
-3
)
1/2
1,31 m
= 2,610
t
waveguide
= 4774,95 [1,46+1,46x3.412x10
-3
x1,25]
3x10
8
= 2.333x10
-5
ns
Sehingga besarnya untuk serat optik
singlemode:
t
total
= (t
tx
+ t
intramodal
+ t
intermodal
+ t
rx
)
= [(0.2) +(2.333x10
-5
)
2
+(0.0169) +
(0)
2
+ (0.15)]
1/2
= 0.2505 ns
Dari hasil perhitungan rise time total sebesar
0.2505 ns masih dibawah maksimum rise
time dari bit rate sinyal NRZ sebesar 0.5833
ns. Berarti dapat disimpulkan bahwa sistem
memenuhi rise time budget.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Jaringan eksisting sekarang perlu diadakan
tambahan kapasitas jaringan dan migrasi dari kabel
tembaga menjadi jaringan akses FTTH
menggunakan teknologi GPON di perumahan Setra
duta. Berdasarkan hasil perancangan untuk
perhitungan kelayakan sistem untuk link Power
Budget didapatkan redaman total pada jarak terjauh
sebesar 23.951 dB untuk downlink dan 24.336 dB
untuk uplink. Hal ini masih berada dalam toleransi
yang ditetapkan ITU-T G.984 sebesar 28 dB maupun
standar yang dikeluarkan pihak Telkom sebesar 28
dB. Nilai Margin daya yang diperoleh 4.049 dBm
dari hasil perhitungan downlink dan 3.664 dBm yang
diperoleh dari hasil perhitungan uplink ternyata
menghasilkan nilai yang masih berada diatas 0 (nol)
dB. Hal ini mengindikasikan bahwa link memenuhi
kelayakan link power budget. Berdasarkan
perhitungan kelayakan sistem untuk rise time budget
didapatkan rise time total untuk arah downlink
dengan bitrate sebesar 2,4 Gbps, pelanggan terjauh
menghasilkan T
total
sebesar = 0.2583 ns. T
total
masih
berada di bawah nilai T
sistem
sebesar 0,2917 ns. Dan
uplink dengan bitrate sebesar 1.2 Gbps, pelanggan
terjauh menghasilkan T
total
sebesar = 0.2505 ns. T
total
masih berada di bawah nilai T
sistem
sebesar 0.5833 ns
dengan demikian sistem tersebut masih memenuhi
rise time budget dengan pengkodean NRZ.
5.2 Saran
Untuk tugas akhir kedepannya bisa memasukan
faktor ekonomi berupa biaya perancangan. Dan
perancangan serat optik untuk di gedung-gedung.
DAFTAR PUSTAKA
1. Annas, Awaludin. (2010), Perancangan Sistem
Informasi Geografis Sebagai Alat Bantu
Perancangan Jaringan Optik Layanan Triple
Play (Studi Kasus: Wilayah Bandung Turangga).
Tugas Akhir Institut Teknologi Telkom.
2. B. Amar, PERANCANGAN JARINGAN OPTIK
UNTUK LAYANAN INTERNET DENGAN
MENGGUNAKAN TEKNOLOGI GPONSTUDI
KASUS GEDUNG WISMA LIPPO BANDUNG,
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom, Bandung,
2008.
3. Dwi Safitri.Rinna, EVALUASI PERANCANGAN
JARINGAN FTTH (Fiber To TheHome)
DENGAN TEKNOLOGI GPON (Gigabit Passive
Optical Network) (Studi Kasus Plaza 1 Pondok
Indah Jakarta Selatan), Institut Teknologi
Telkom, Bandung, 2011.
4. Fitriani,ANALISIS PERFORMANSI
TEKNOLOGI GPON UNTUK LAYANAN
BROADBAND STUDI KASUS TELKOM RDC
BANDUNG, IT TELKOM,Bandung, 2008
5. FTTH Fiber To The Home.
http://www.opfibrecorp.com/info/articles/fttb.htm
l (diakses tanggal 19 juni 2012).
6. Hertianan.S.N. Diktat Rekayasa Trafik :
Peramalan Trafik Untuk Peramalan jaringan ,
STT Telkom.
7. Huinghong Technologies Limited.
http://HuinghongFiber.com (diakses tanggal 24
Februari 2012)
8. ITU-T Recommendation G.652 (2009),
Characteristics of single-mode optical fibre and
cable.
9. ITU-T Recommendation G.657 (2009),
Characteristics of a bending-loss insensitive
15
single-mode optical fibre and cable for the access
network.
10. ITU-T Recommendation G.984.2 (2003) ,
Gigabit Capable Passive Optical Network (G-
PON) : Physical Media Dependent (PMD) Layer
Spesefication.
11. Produk dan layanan
http://www.telkom.co.id/produk-layanan/
(diakses tanggal 30 juni 2012).
12. Rosanti rahayu PERANCANGAN JARINGAN
FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN
TEKNOLOGI GIGABIT PASSIVE OPTICAL
NETWORK (GPON) (STUDI KASUS DI
BUAH BATU REGENSI BANDUNG), Intitut
teknologi telkom, Bandung, 2012.
13. Telkom Risti, Pedoman Perancangan
Jarlokaf,1996
14. Wahyu amalia, Jaringan dan Analisis dan
perancangan optik menggunakan teknologi
GPON studi kasus telkom RDC, Institut
Telkom,Bandung, 2010.
15. Waluyo Analisis Sistem Komunikasi Fiber
Optik Single Mode, Politeknik negeri Malang,
2009.