Anda di halaman 1dari 7

Pengaruh Diet Vegetarian Dengan Level Serum Imunoglobulin Pada Anak

Abstrak
Latar belakang. Nutrisi berperan penting dalam respon imun. Kita melakukan
evaluasi efek asupan nutrien dengan level serum immunoglobulin pada anak anak vegetarian
dan omnivora.
Metoda. Level serum immunoglobulin dan status besi diukur pada 22 anak vegetarian dan 18
anak omnivore. Tujuh hari pencatatan makanan digunakan untuk menata diit.
Hasil. Tidak ada perbedaan signifikan pada level serum IgA, IgM, dan IgG pada kedua
kelompok. Level serum immunoglobulin lebih rendah pada anak vegetarian dengan defisiensi
besi dibandingkan dengan yang tanpa defisiensi besi. Pada vegetarian, level IgG berkorelasi
positif dengan energy, zinc,tembaga, dan asupan vitamin B6. Pada omnivora,korelasi tersebut
lebih kuat dengan level IgM.
Konklusi. Dibalik tidak adanya perbedaan bermakna pada level serum immunoglobulin
antara anak vegetarian dengan omnivora, dampak dari beberapa asupan nutrient pada level
IgM dan IgG berbeda pada kedua grup. Rendahnya status besi pada anak vegetarian
berdampak pada menurunnya level immunoglobulin.
Pendahuluan
Nutrisi berperan penting pada respon imun innate, adaptif dan selular. Hubungan
antar nutrisi dan imunologi adalah dua arah. Pertama, status nutrisi (malnutrisi dan
overweight) mempengaruhi system imun. Di lain hal, gangguan imunologi dapat
mencetuskan perubahan pada metabolism dan status nutrisi
1
.Malnutrisi energy protein
selama masa kanak kanak dapat menghambat perkembangan organ imun, dan kurangnya
asupan microelement,umumnya zink, selenium dan besi dapat berdampak pada
imunodefisiensi mayor dan rentan terhadap infeksi.
2
Imunoglobulin yang diproduksi limfosit B yang teraktivasi melindungi organism
terhadap infeksi virus dan bakterial melalui netralisasi dan opsonisasi pathogen dan aktivasi
komplemen. Studi pada manusia dan hewan menunjukkan penurunan level serum
immunoglobulin pada diet rendah protein
3-5
.
Ada ketertarikan besar pada studi yang membahas diit macam apakah yang dapat
mempengaruhi imunitas anak dan bagaimana.Diit vegetarian dipromosikan sebagai model
makanan sehat. Umumnya, diit vegetarian yang seimbang tidak berpengaruh pada imunitas
anak, tetapi beberapa laporan menunjukan bahwa defisiensi nutrient dapat terjadi karena diit
vegetarian
6,7
.
Subjek dan Metoda
40 anak dari kedua grup jenis kelamin, lahir sebagai bayi aterm, berusia 2-18 tahun,
terkualifikasi untuk studi. Mereka dibagi menjadi 2 grup : grup anak vegetarian (n=22) dan
grup kontrol anak omnivore (n=18)
Subjek vegetarian direkrut melalui iklan di majalah vegetarian dan pengumumam
pada pertemuan pengikut Hare Krishna. Kriteria inklusi dari grup vegetarian adalah minimal
anak tersebut menjalankan diit vegetarian minimal 1 tahun sebelum pemeriksaan. Grup
kontrol berisikan anak-anak tanpa penyakit penyerta apapun yang mempengaruhi
pertumbuhan dan tidak ada pembatasan makanan. Orangtua dari anak-anak ini secara
sukarela berpartisipasi pada studi ini.
Kriteria eksklusi untuk kedua grup adalah sebagai berikut: Saat ini sedang mendapat
atau sebelumnya pernah mendapat terapi pengganti microelemen (selama 3 bulan terakhir),
terdiagnosis sakit pada saat ini (ditunjukkan dengan nilai C-Reactive Protein > 6.0 mg/L) dan
penyakit kronik.
Semua partisipan mendapat kuisioner dengan Warning Sign of Immunodeficiency
yang diadopsi dari International Union of Immunological Societies Expert Comitee
8
.
Berat badan dan tinggi badan diukur oleh pengukur yang sama dengan metoda dan
peralatan yang telah distandarisasi. Pengukuran dilakukan saat pagi hari sebelum sarapan.
Hasil dari pengukuran antropometrik dicatat pada grafik pertumbuhan dan kemudian berat
badan dan tinggi badan dibandingkan melalui kurva presentil.
2,7mL sampel darah puasa diambil melalui pungsi vena dari tiap anak sekali saat pagi
antara pukul 07.00 - 09.00. Pada seluruh subjek dari kedua grup, pemeriksaan laboratorium
yang dilakukan : Darah perifer lengkap (Beckman Coulter LH750 counter, Beckman
Coulter,Inc,Brea,CA), Serum Iron (metoda kolorimetrik), TIBC (metoda Spektrofotometrik;
Ferentest,biomerieux SA,Marcy lEtoile,France), serum Ferritin (Microparticle Enzyme
Immunoassay; CMIA Architect,Abbott Laboratories,Abbot Park,IL),dan Serum
Imunoglobulin IgG,IgA, dan IgM (metoda turbidimetri)
Untuk analisis statistik,anemia didefinisikan pada level hemoglobin <11g/dL,
Defisiensi besi pada serum ferritin < 12g/dL untuk anak usia 1-3 tahun dan <15g/dL untuk
anak diatas 3 tahun,dan anemia defisiensi besi pada konsentrasi hemoglobin <11 g/dL disertai
defisiensi besi
9
.
Asupan makanan dicatat menggunakan catatan makanan 7-hari. Orangtua diberikan
instruksi untuk mencatat seluruh makanan dan minuman yang dikonsumsi sepanjang hari di
rumah. Catatan makanan kemudian diverifikasi oleh ahli gizi terlatih dan dianalisa oleh
program komputer Dieta 4.0 (National Food and Nutrition Institute,Poland).
Analisa statistik dilakukan menggunakan SPSS software versi 15.0 (SPSS
Inc,Chicago,IL). Analisis varian dilakukan dengan unpaired Students t test atau Mann-
Whitney U test dan Pearsons correlation atau Spearman rank correlantion, bergantung pada
distribusi variabel. Nilai P<.05 dianggap sebagai signifikan secara statistik.
Protokol studi diterima oleh Ethics Comitee of The University of Medicine in
Wroclaw. Orangtua(wali) dari pasien dan pada pasien ynag lebih tua dari 16 tahun
menandatangani perjanjian tertulis sebelum berpartisipasi pada studi.
Hasil
Sesuai yang terlampir di tabel 1, grup vegetarian mirip dengan grup omnivora dalam
hal jenis kelamin,usia,berat dan tinggi badan (tidak ada perbedaan signifikan).

Tidak ada dari partisipan yang menjawab positif dari seluruh pertanyaan pada
kuisioner penyakit imunodefisiensi primer. Tidak ditemukan adanya penyakit infeksius
relevan pada seluruh histori subjek kedua grup.
Analisis parameter hematologik dan status besi pada grup vegetarian dan omnivora
menunjukan bahwa pada grup vegetarian, 1 anak terdiagnosis anemia (4,54%), 8 anak
terdiagnosis defisiensi besi (36,3%), dan 2 anak terdiagnosis anemia defisiensi besi (11,11%).
Tidak ada perbedaan signifikan secara statistik pada level IgA,IgM,dan IgG pada
kedua grup (tabel 2). Pada grup vegetarian ,kami menemukan level IgA dibawah batas
menurut usia pada 6 anak (27,27%) dan penurunan level IgM pada 2 anak (9,09%). Satu anak
(4,55%) pada grup ini memiliki defisiensi IgA dan IgM, dan 1 anak memiliki defisiensi
IgA,IgM,dan IgG. Pada grup omnivora,defisiensi IgA ditemukan pada 2 anak (11,11%) dan
defisiensi IgM ditemukan pada 1 anak (5,556%).Perbedaan pada insiden imunodefisiensi
pada kedua grup tidak signifikan secara statistik.

Perbandingan level imunoglobulin pada anak vegetarian dengan defisiensi besi dan
pada anak vegetarian tanpa defisiensi besi terlampir pada table 3. Level IgA,IgM,dan IgG
signifikan secara statistik lebih rendah pada anak vegetarian dengan defisiensi besi
dibandingkan dengan yang tanpa defisiensi besi (P=.021, P=.034,danP=.19 dan seterusnya)

Analisis diit (tabel 4) menunjukan asupan vitamin C yang signifikan lebih tinggi pada
grup vegetarian dibanding grup omnivora (69,1 vs 47,3 mg/hari; P=.019)

Korelasi antara level serum IgG,IgA,dan IgM dan asupan nutrien pilihan, dan
parameter hematologik pilihan pada grup studi ditunjukkan pada tabel 5. Kami menemukan
bahwa pada grup vegetarian hanya level IgG yang berkorelasi positif dengan sel darah
merah,hemoglobin,hematokrit, dan ferritin, dimana pada grup omnivora tidak tampak
korelasi apapun antara parameter tersebut. Pada keuda grup, asupan energi,zink,tembaga dan
vitamin B6 berkorelasi positif dengan level IgM;

Pada grup omnivore, terdapat korelasi yang positif antara kadar IgM dengan protein,
lemak, dan vitamin C ( dari r=0.91 sampai r=0.95), begitu juga degan korelasi antara intake
energy dengan kadar IGA (r=0.50). pada grup vegetarian terdapat korelasi antara enegi,
copper, vitamin B6, vitamin E, asam folat dengan kadar IgG (dari r=0.53 sampai r=0.68), dan
terdapat korelasi negative anatara kadar IgA dengan intake lemak (r=0.66).
Diskusi
Menurut pengamatan kami, sampai sekarang belum ada penelitian yang meneliti efek
diet vegetarian dengan kadar immunoglobulin pada anak, sehingga tidak bias dilakukan
perbandingan dengan penelitian lain. Pada studi ini tidak ditemukan perbedaan kadar serum
IgA, IgG dan IgM yang begitu berarti antara grup omnivore dengan vegetarian. Keterbatasan
penelitian ini adalah jumlah sampelnya yang kecil.
Defisiensi energy protein mempunyai efek yang berarti pada proses immunitas.
Menurunnya kadar serum IgG dan meningkatnya morbiditas infeksi selama diet rendah
protein dilaporkan oleh Zoppi et al. Kelley et al melaporkan adanya penurunan kadar IgG,
IgA, C3 dan beberapa killer cel dalam sirkulasi pada diet retriksi energy. Adanya perbedaan
pada pengukuran antopometric, defisiensi intake energi-protein terdapat pada penelitian ini,
hal ini menjelaskan adanya perbedaan pada kadar IgG, IgM, IgA dalam kedua grup ini. Pada
penelitian ini menunjukan bahwa intake energi-protein sangat berhubungan dengan kadar
IgM pada grup omnivore. Pada vegetarian, terdapat korelasi antara kada IgM dan IgG dengan
intake energy.
Vitamin C yang diketahui mempunyai fungsi sebagai antioxidant, dan mempunyai
efek terhadap aktivitas natural killer cel, chemotaxis dan produksi citokin. Pada studi ini
menunjukan bahwa grup vegetarian intake vitamin Cnya lebih besar dibandingkan grup
omnivore. Hubungan antara intake vitamin C yang tinggi dengan kadar IgM serum hanya
didapat pada grup omnivore. Intake vitamin C yang tinggi
Beberapa penelitian yang lain menunjukan bahwa zat besi beguna untuk differensiasi
pertumbuhan sel, dan komponen enzim yang penting untuk fungsi sistem imun. Defisiensi zat
besi menurunkan migrasi neutrophil dengan menghambat sekresi dari sitokin (interferon-y,
tumor nekrosis factor alfa, interleukin-2), yang berdampak pada insufisiensi sel pembunuh
bakteri, sehingga menyebabkan anak rentan terkena infeksi. Efek dari zat besi terhadap
sistem immunitas humoral masih diperdebatkan. Beberapa peneliti melaporkan bahwa tidak
ada perbedaan kadar immunoglobulin pada anak dengan defisiensi zat besi dibandingkan
anak sehat. Studi yang lain melaporkan bahwa didapatkan penurunan kadar IgA dan IgG
pada anak dengan defisiensi zat besi. Pada studi kami, kadar IgA, IgM dan IgG pada anak
vegetarian dengan defisiensi zat besi secara signifikan menurun dibandingkan nilai normal ;
meskipun demikian, dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih
besar.
Intake zinc pada vegetarian tidak rendah sekali, tetapi dalam batas rendah dari yang
direkomendasikan, dan bioavibilitas zind pada diet vegetarian rendah dikarenakan kadar
asam phytic yang disebabkan konsumsi kacang dan sayur-sayuran. Defisiensi zinc
meningkatkan resiko infeksi pada anak. Penelitian ini menunjukan intake zinc yang rendah
pada grup vegetarian, dibandingkan dengan rekomendasi perharinya dan grup omnivore
(tetapi secara statistic tidak bermakna). Secara lebih lanjut, intake zinc berhubungan dengan
kadar IgM pada kedua grup.
Antibodi IgM secara dominan diproduksi oleh limfosit B1, tanpa adanya stimulasi
antigen dari luar, dan IgM merupakan antibody pertama yang dibentuk sebagai respon
antibody pertama. Pada penelitian ini, kadar IgM tergantung pada intake energy, zinc, copper,
vitamin B6, vitamin E dan folat pada vegetarian dan omnivore. Sedangkan kadar IgG
berhubungan dengan intake copper, vitamin B6, vitamin E dan folat pada vegetarian.
Kesimpulan
Pada penelitian ini, kami tidak menemukan perbedaan kadar IgG, IgM, IgA antara
grup vegetarian dengan omnivore. Kadar serum besi yang rendah mempengaruhi kadar IgG
pada grup vegetarian. Kadar IgM berhubungan dengan intake zinc, copper dan vitamin B6
pada kedua grup, meskipun hubungan lebih kuat pada grup omnivora

Anda mungkin juga menyukai