Anda di halaman 1dari 31

23

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratoris.

3.2 Sampel dan Besar Sampel Penelitian

3.2.1 Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini adalah campuran gips tipe III yang dibagi menjadi 3
kelompok, yaitu:
1. Gips tipe III dengan slurry water (kelompok A).
2. Gips tipe III dengan air bersih (kelompok B).
3. Gips tipe III dengan aquadestilata sebagai kontrol (kelompok C).
Setiap sampel dibentuk menggunakan master mold, yaitu:
1. Master mold untuk pengujian kekuatan kompresi merupakan tabung
silinder stainless steel dengan ukuran diameter 20 mm x tinggi 40 mm. (Spesifikasi
ADA No. 25).
5,15




Gambar 1. Ukuran master mold untuk mengukur kekuatan kompresi

20
mm
40 mm

Universitas Sumatera Utara
24



( t - 1 )( r 1 ) 15
2. Master mold untuk pengujian perubahan dimensi merupakan perangkat
stainless steel berbentuk silinder, terdiri dari ruled block dan gypsum mold.
(Spesifikasi ADA No. 19).
15,24















Gambar 2. Ukuran master mold untuk mengukur perubahan dimensi

3.2.2 Besar Sampel Penelitian
Pada penelitian ini besar sampel minimal diestimasi berdasarkan rumus
sebagai berikut:

Ruled block Gypsum mold

25 38

2.5
5.0 30.0
29.970 41.0
3.0
3.0 38.0
3 31.0
20.0

Keterangan gambar:
- Seluruh dimensi dalam satuan millimeter
- Kedalaman garis A,B, dan C:
Garis A = 50 m
Garis B = 20 m
Garis C = 75 m

ABC
Universitas Sumatera Utara
25



Keterangan:
t : Jumlah perlakuan
r : Jumlah ulangan
Dalam penelitian ini akan digunakan t = 3 karena jumlah perlakuan sebanyak
tiga perlakuan yaitu gips tipe III dengan pemakaian slurry water, air bersih, dan
aquadestilata (kontrol). Jumlah (r) tiap kelompok sampel dapat ditentukan sebagai
berikut:
( t 1 )( r 1 ) 15
( 3 1 )( r 1 ) 15
2( r 1 ) 15
r 1 7,5
r 8,5
Jumlah sampel minimal untuk masing-masing kelompok adalah 10 maka total
sampel yang digunakan adalah 60 sampel dengan rincian sebagai berikut:
Perlakuan
Pengujian
Slurry
water
Air bersih Aquadestilata
(kontrol)
TOTAL
Kekuatan
kompresi
10 10 10 30
Perubahan
dimensi
10 10 10 30
TOTAL 20 20 20 n = 60

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel yang diteliti terdiri atas:
1. Variabel bebas : gips tipe III yang dicampur dengan slurry water
(kelompok A) dan gips tipe III yang dicampur dengan air bersih (kelompok B).
Universitas Sumatera Utara
26



2. Variabel terikat : kekuatan kompresi gips tipe III dan perubahan dimensi
gips tipe III.
3. Variabel terkendali : jenis gips, rasio W:P gips tipe III, konsentrasi slurry
water, waktu pengadukan, kecepatan pengadukan, ukuran sampel, teknik pengujian
kekuatan kompresi, dan teknik pengukuran perubahan dimensi.
4. Variabel tidak terkendali : suhu ruangan dan kelembaban relatif

Definisi operasional pada penelitian ini terdiri atas:
Variabel Bebas Definisi Operasional Skala
Ukur
Alat
Ukur
Gips tipe III yang
dicampur dengan slurry
water (kelompok A)
Campuran gips tipe III
(Moldano

) dengan slurry water


yang diaduk menggunakan
spatula. Slurry water adalah air
yang mengandung kalsium sulfat
yang diperoleh dengan cara
merendam potongan-potongan
gips tipe III selama 48 jam
dengan aquadestilata.
14,15

- -
Gips tipe III yang
dicampur dengan air
bersih (kelompok B)
Campuran gips tipe III
(Moldano

) dengan air bersih


yang diaduk menggunakan
spatula. Air bersih merupakan
air keran di Unit UJI
Laboratorium Dental FKG USU
dan memiliki kandungan
kalsium karbonat.
- -
Universitas Sumatera Utara
27



Variabel Terikat Definisi Operasional Skala
Ukur
Alat Ukur
Kekuatan kompresi Kekuatan yang diukur dengan
cara menekan sampel hingga
pecah dengan alat uji tekan.
Kekuatan kompresi
dikalkulasikan dari kegagalan
sampel menahan beban yang
dibagi dengan cross-sectional
area beban dan hasilnya
dinyatakan dalam satuan
megapascals (Mpa).
Skala
ratio
Alat uji
tekan
Perubahan dimensi Perubahan ukuran secara linier
yang terjadi selama pengerasan
gips.
Skala
ratio
Traveling
microscope

Variabel Terkendali Definisi Operasional Skala
Ukur
Alat Ukur
Jenis gips Gips tipe III dengan merk
Moldano

.
- -
Rasio W:P gips tipe III Perbandingan jumlah air
kelompok A, B, dan C dengan
gips tipe III, yaitu 30 ml air :
100 gram gips pada temperatur
23.0 2.0
o
C.
5,6

- Timbangan
digital dan
wadah
Universitas Sumatera Utara
28



Konsentrasi slurry water Konsentrasi slurry water 2%
dengan perbandingan potongan
gips tipe III dan air, yaitu 2
gram potongan gips : 100 ml
air.
12

- Timbangan
digital dan
wadah
Waktu pengadukan Waktu yang dibutuhkan untuk
mengaduk gips hingga
homogen yaitu 60 detik dengan
menggunakan spatula.
5,21

- Stopwatch
Kecepatan pengadukan Kecepatan untuk mengaduk
gips tipe III yaitu berkisar 120
rpm dengan menggunakan
spatula.
5,21

- -
Ukuran sampel pengujian
kekuatan kompresi
Ukuran model gips tipe III yang
dibentuk sesuai dengan master
mold spesifikasi ADA No. 25
dengan ukuran diameter 20 mm
x tinggi 40 mm.
5

- -
Ukuran sampel pengujian
perubahan dimensi
Ukuran model gips tipe III yang
dibentuk sesuai dengan master
mold spesifikasi ADA No.
19.
15,24

- -
Teknik pengujian
kekuatan kompresi
Pengujian sampel
menggunakan alat uji tekan
(Torsees Electronic Universal
Testing Machine, Japan)
dengan cara menekan sampel
hingga sampel pecah.
- -
Universitas Sumatera Utara
29



Teknik pengukuran
perubahan dimensi
Pengukuran panjang garis cd-
cd pada garis A, B, dan C
pada setiap sampel dengan
menggunakan traveling
microscope, kemudian
didapatkan nilai rata-ratanya.
- -

Variabel Tidak
Terkendali
Definisi Operasional Skala
Ukur
Alat Ukur
Suhu ruangan dan
kelembaban relatif
Suhu ruangan dan kelembaban
relatif laboratorium tempat
pembuatan dan pengujian
sampel.
- -

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian

3.4.1 Tempat Pembuatan Sampel
1. Unit UJI Laboratorium Dental FKG USU

3.4.2 Tempat Pengujian Sampel
1. Laboratorium Penelitian FMIPA USU
2. Laboratorium Material PTKI Medan

3.4.3 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juli tahun 2013.



Universitas Sumatera Utara
30



3.5 Alat dan Bahan Penelitian

3.5.1 Alat Penelitian
1. Ruled block
2. Gypsum mold

Gambar 3. Ruled block dan
gypsum mold

3. Silinder stainless steel dengan ukuran diameter 20 mm x tinggi 40 mm
sebagai mold cetakan sampel kekuatan kompresi.

Gambar 4. Master Mold pengukuran
kekuatan kompresi
4. Rubber bowl dan spatula
5. Glass slab
6. Lecron mass (Smic,China)
7. Traveling microscope
Universitas Sumatera Utara
31





Gambar 5. Traveling microscope

8. Thermometer
9. Stopwatch
10. Timbangan digital (Sartorius)
11. Gelas ukur (Pyrex

, Amerika Serikat)
12. Vibrator (Fili Manfredi Pulsar-2, Italy)
13. Alat uji tekan (Torsees Electronic Universal Testing Machine, Japan)


Gambar 6. Torsees Electronic Universal
Testing Machine, Japan

Universitas Sumatera Utara
32



3.5.2 Bahan Penelitian
1. Gips tipe III (Moldano

)
2. Air bersih / air keran
3. Slurry water
4. Vaselin
5. Aquadestilata (Kimia Farma, Indonesia)

3.6 Cara Penelitian

3.6.1 Pembuatan Slurry Water 2%
a. Campur 100 gram gips tipe III dengan 44 ml air, diamkan selama 2 hari.
12

b. Gips yang telah mengering, dihancurkan hingga terbentuk potongan-
potongan.
c. Jumlah potongan-potongan gips tipe III yang digunakan yaitu sebanyak 2
gram untuk direndam dengan 100 ml aquadestilata di dalam wadah yang bersih
selama 48 jam.
12,14,15

d. Larutan yang dihasilkan, disimpan pada temperatur 20
o
C2
o
C.
12


3.6.2 Pembuatan Sampel Kelompok A, B, dan C Untuk Mengukur
Kekuatan Kompresi
a. Olesi master mold dengan vaselin.
b. Masukkan slurry water yang telah diukur ke dalam wadah, kemudian
tambahkan bubuk gips tipe III yang telah ditimbang ke dalam wadah secara perlahan-
lahan dan aduk selama 60 detik dengan menggunakan spatula (waktu diukur dengan
menggunakan stopwatch) hingga homogen.
5,21

c. Tuang adonan ke dalam silinder stainless steel dengan ukuran diameter 20
mm x tinggi 40 mm yang beralaskan glass slab dengan bantuan spatula sambil
digetarkan dengan vibrator selama beberapa detik.
5

d. Adonan yang berlebih diratakan dengan glass slab yang diletakkan diatas
master mold dan ditekan kuat hingga menyentuh permukaan atas master mold.
5

Universitas Sumatera Utara
33



e. Keluarkan gips dari master mold setelah 1,5 jam dari waktu awal
pengadukan

dan biarkan sampel gips mengeras sepenuhnya selama 24 jam setelah
pengadukan sebelum dilakukan pengujian sampel.
5

f. Prosedur pembuatan sampel untuk kelompok B (dengan campuran air
bersih) dan kelompok C (dengan campuran aquadestilata) sama dengan prosedur
pembuatan sampel untuk kelompok A.


Gambar 7. Sampel kekuatan kompresi

3.6.3 Pembuatan Sampel Kelompok A, B, dan C Untuk Mengukur
Perubahan Dimensi
a. Sediakan ruled block dan gypsum mold.
b. Letakkan gypsum mold di atas ruled block dan diputar agar tidak ada celah.
c. Olesi ruled block dan gypsum mold dengan vaselin.
d. Masukkan slurry water yang telah diukur ke dalam wadah, kemudian
tambahkan bubuk gips tipe III yang telah ditimbang ke dalam wadah secara perlahan-
lahan dan aduk selama 60 detik dengan menggunakan spatula (waktu diukur dengan
menggunakan stopwatch) hingga homogen.
5,21

e. Tuang adonan ke dalam ruled block dan gypsum mold dengan bantuan
spatula sambil digetarkan dengan vibrator selama beberapa detik.
24

Universitas Sumatera Utara
34



g. Kelebihan adonan diratakan menggunakan glass slab.
h. Keluarkan gips dari master mold setelah 1 jam pengadukan.
i. Pengeringan sampel gips selama 24 jam.
j. Prosedur pembuatan sampel untuk kelompok B (dengan campuran air
bersih) dan kelompok C (dengan campuran aquadestilata) sama dengan prosedur
pembuatan sampel untuk kelompok A.


Gambar 8. Sampel perubahan dimensi

3.6.4 Pengujian Kekuatan Kompresi
a. Sampel dikeringkan selama 24 jam.
b. Sampel yang telah sepenuhnya mengeras diuji dengan menggunakan
Torsees Universal Testing Machine, Japan. Sampel ditekan hingga pecah.
c. Besar beban dicatat dari alat uji tekan (Torsees Universal Testing
Machine, Japan) dalam satuan kilogramforce (kgf). Hasil pengujian kekuatan
dihitung dan dicatat dalam satuan Mega Pascal (MPa).
Adapun rumus yang dipakai untuk menghitung kekuatan kompresi
(compressive strength = CS) dari penelitian adalah:
25,26


CS = P x 9,807
r
2


Universitas Sumatera Utara
35



dimana:
CS = Compressive Strength (MPa)
P = beban saat sampel hancur (kgf)
= konstanta (3,14)
r = jari-jari sampel (mm)


Gambar 9. Pengujian kekuatan
kompresi

3.6.5 Pengukuran Perubahan Dimensi
a. Sampel dikeringkan selama 24 jam untuk dilakukan pengukuran perubahan
dimensi.
b. Pengukuran dilakukan oleh operator menggunakan traveling microscope.
c. Setiap sampel dilakukan tiga pengukuran, yaitu pengukuran panjang garis
cd-cd pada garis A, pengukuran panjang garis cd-cd pada garis B, dan pengukuran
panjang garis cd-cd pada garis C.





Universitas Sumatera Utara
36




A B C
cd






cd

Gambar 10. Garis pada sampel perubahan dimensi
d. Hasil pengukuran dijumlahkan kemudian didapatkan rata-ratanya. Hasil
rata-rata dari setiap sampel dimasukkan ke dalam rumus.
Adapun rumus yang dipakai untuk menghitung perubahan dimensi pada
penelitian adalah:
3

l
1
l
0
x 100 = %
l
0

dimana:
l
1
= rata-rata panjang garis pada setiap sampel (mm)
l
0
= panjang garis pada stainless steel die (mm)








Universitas Sumatera Utara
37



3.7 Kerangka Operasional























Pembuatan master mold
Master mold untuk mengukur
kekuatan kompresi
Master mold untuk mengukur
perubahan dimensi
Larutan kelompok A
(slurry water)
Aquadestilata
(kontrol)

Larutan kelompok B
(air bersih)
Pembuatan sampel penelitian
(gips tipe III dicampur ke dalam larutan)
Uji perubahan dimensi
menggunakan traveling microscope
Uji kekuatan kompresi
menggunakan alat uji tekan
Analisis Data
Hasil
Universitas Sumatera Utara
38



3.8 Pengolahan dan Analisa Data
Data dianalisis secara statistik dengan menggunakan:
1. Analisis Univarian untuk mengetahui nilai rata-rata dan standar deviasi
masing-masing kelompok.
2. Uji Levene untuk pengujian kesamaan varians
3. Uji ANOVA satu arah untuk melihat pengaruh pemakaian slurry water dan
air bersih terhadap kekuatan kompresi dan perubahan dimensi gips tipe III.
4. Uji LSD untuk mengetahui kelompok yang paling memberikan pengaruh.



















Universitas Sumatera Utara
39



BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Kekuatan Kompresi Gips Tipe III dengan Pemakaian Slurry Water
dan Air Bersih
Pengujian kekuatan kompresi dilakukan dengan cara memberi beban tekan
pada sampel hingga pecah dengan menggunakan alat uji tekan Torsees Universal
Testing Machine, yang dinyatakan dalam satuan kgf, kemudian data dikonversikan
dalam satuan Mpa. Nilai kekuatan kompresi yang terkecil pada kelompok kontrol,
yaitu gips tipe III dengan pemakaian aquadestilata adalah 24.31 Mpa, yang terbesar
adalah 30.69 Mpa dengan rerataSD adalah 28.652.12 Mpa. Nilai kekuatan
kompresi yang terkecil pada gips tipe III dengan pemakaian slurry water (kelompok
A) adalah 20.29 Mpa, yang terbesar adalah 25.41 Mpa dengan rerataSD adalah
23.081.61 Mpa. Nilai kekuatan kompresi yang terkecil pada gips tipe III dengan
pemakaian air bersih (kelompok B) adalah 22.30 Mpa, yang terbesar adalah 29.29
Mpa dengan rerataSD adalah 25.252.22 Mpa.
Tabel 3. KEKUATAN KOMPRESI GIPS TIPE III DENGAN PEMAKAIAN
SLURRY WATER, AIR BERSIH, DAN AQUADESTILATA DALAM MPA
Sampel Mpa
Slurry water Air bersih Aquadestilata
I 20.29** 24.78 28.87
II 23.56 26.13 27.15
III 24.32 27.35 30.59
IV 23.97 22.41 24.31**
V 22.73 25.67 29.93
VI 22.67 29.29* 28.78
VII 20.60 22.30** 30.44
VIII 23.17 24.83 26.23
IX 24.15 26.52 30.69*
X 25.41* 23.26 29.51
XSD 23.081.61 25.252.22 28.652.12
* Nilai Terbesar ** Nilai Terkecil
Universitas Sumatera Utara
40



4.2 Perubahan Dimensi Gips Tipe III dengan Pemakaian Slurry Water
dan Air Bersih
Pengukuran perubahan dimensi dilakukan dengan cara mengukur panjang
garis cd-cd pada garis A, B, dan C, yang kemudian diambil nilai rata-ratanya,
dengan menggunakan traveling microscope. Nilai yang diperoleh pada setiap sampel
dinyatakan dalam bentuk persentase. Persentase perubahan dimensi yang terkecil
pada kelompok kontrol, yaitu gips tipe III dengan pemakaian aquadestilata adalah
0.000%, yang terbesar adalah 0.020% dengan rerataSD adalah 0.008%0.007.
Persentase perubahan dimensi yang terkecil pada gips tipe III dengan pemakaian
slurry water (kelompok A) adalah 0.032%, yang terbesar adalah 0.072% dengan
rerataSD adalah 0.055%0.012. Persentase perubahan dimensi yang terkecil pada
gips tipe III dengan pemakaian air bersih (kelompok B) adalah 0.012%, yag terbesar
adalah 0.044% dengan rerataSD adalah 0.028%0.010.
Tabel 4. PERUBAHAN DIMENSI GIPS TIPE III DENGAN PEMAKAIAN
SLURRY WATER, AIR BERSIH, DAN AQUADESTILATA DALAM
PERSENTASE
Sampel %
Slurry water Air bersih Aquadestilata
I 0.072* 0.044* 0.008
II 0.060 0.040 0.020*
III 0.048 0.012 0.000**
IV 0.068 0.024 0.016
V 0.044 0.032 0.000**
VI 0.052 0.036 0.012
VII 0.068 0.028 0.004
VIII 0.056 0.020 0.016
IX 0.056 0.032 0.000**
X 0.032** 0.012** 0.004
XSD 0.0550.012 0.0280.010 0.008.007
* Nilai Terbesar ** Nilai Terkecil

Universitas Sumatera Utara
41



4.3 Pengaruh Pemakaian Slurry Water dan Air Bersih terhadap
Kekuatan Kompresi Gips Tipe III
Pengaruh pemakaian slurry water dan air bersih terhadap kekuatan kompresi
gips tipe III dianalisis dengan menggunakan uji ANOVA satu arah. Sebelum
pengujian ANOVA, dilakukan uji homogenitas data dengan menggunakan uji Levene
untuk mengetahui bahwa data benar-benar homogen. Hasil uji homogenitas diperoleh
nilai 0.596 dengan nilai signifikansi p=0.558 (p>0.05). Hal ini berarti data yang
diperoleh homogen. Pada tabel 5 dari hasil uji ANOVA diperoleh signifikansi
p=0.000 (p<0.05) hal ini berarti terdapat pengaruh pemakaian slurry water dan air
bersih terhadap kekuatan kompresi gips tipe III.

Tabel 5. HASIL UJI ANOVA SATU ARAH PADA KEKUATAN
KOMPRESI
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 157.252 2 78.626 19.602 .000
Within Groups 108.302 27 4.011
Total 365.554 29

Uji LSD (Least Significant Different) dilakukan untuk mengetahui pasangan
perlakuan mana yang memberikan pengaruh paling bermakna antar kelompok yang
diberi perlakuan. Pada tabel 6 hasil uji LSD menunjukkan adanya perbedaan yang
bermakna antara kelompok gips dengan pemakaian slurry water dan gips dengan
pemakaian air bersih p=0.023 (p<0.05), kelompok gips dengan pemakaian slurry
water dan gips dengan pemakaian aquadestilata p=0.000 (p<0.05), serta kelompok
gips dengan pemakain air bersih dan gips dengan pemakaian aquadestilata p=0.001
(p<0.05).





Universitas Sumatera Utara
42



Tabel 6. UJI LSD PADA KEKUATAN KOMPRESI
Slurry water
X=23.08
SD=1.61
Air bersih
X=25.25
SD=2.22
Aquadestilata
X=29.27
SD=2.6
Kelompok A - P=0.023* P=0.000*
Kelompok B P=0.023* - P=0.001*
Kelompok C P=0.000* P=0.001* -
* Signifikan

4.4 Pengaruh Pemakaian Slurry Water dan Air Bersih terhadap
Perubahan Dimensi Gips Tipe III
Pengaruh pemakaian slurry water dan air bersih terhadap perubahan dimensi
gips tipe III dianalisis dengan menggunakan uji ANOVA satu arah. Sebelum
pengujian ANOVA, dilakukan uji homogenitas data dengan menggunakan uji Levene
untuk mengetahui bahwa data benar-benar homogen. Hasil uji homogenitas diperoleh
nilai 0.704 dengan nilai signifikansi p=0.504 (p>0.05). Hal ini berarti data yang
diperoleh homogen. Pada tabel 7 dari hasil uji ANOVA diperoleh signifikansi
p=0.000 (p<0.05) hal ini berarti terdapat pengaruh pemakaian slurry water dan air
bersih terhadap perubahan dimensi gips tipe III.

Tabel 7. HASIL UJI ANOVA SATU ARAH PADA PERUBAHAN
DIMENSI
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 0.011 2 0.006 52.136 .000
Within Groups 0.003 27 0.000
Total 0.014 29

Uji LSD (Least Significant Different) dilakukan untuk mengetahui pasangan
perlakuan mana yang memberikan pengaruh paling bermakna antar kelompok yang
diberi perlakuan. Pada tabel 8 hasil uji LSD menunjukkan adanya perbedaan yang
bermakna antara kelompok gips dengan pemakaian slurry water dan gips dengan
pemakaian air bersih p=0.000 (p<0.05), kelompok gips dengan pemakaian slurry
water dan gips dengan pemakaian aquadestilata p=0.000 (p<0.05), serta kelompok
Universitas Sumatera Utara
43



gips dengan pemakaian air bersih dan gips dengan pemakaian aquadestilata p=0.000
(p<0.05).
Tabel 8. UJI LSD PADA PERUBAHAN DIMENSI
Slurry water
X= 0.055
SD= 0.012
Air bersih
X= 0.028
SD= 0.010
Aquadestilata
X= 0.008
SD= 0.007
Kelompok A - P=0.000* P=0.000*
Kelompok B P=0.000* - P=0.000*
Kelompok C P=0.000* P=0.000* -
* Signifikan





















Universitas Sumatera Utara
44



BAB 5
PEMBAHASAN
5.1 Metodologi Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
eksperimental laboratoris yang bertujuan untuk mengungkapkan pengaruh terhadap
kekuatan kompresi dan perubahan dimensi gips tipe III yang timbul akibat adanya
pemakaian slurry water dan air bersih. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk
menyelidiki adanya pengaruh pemakaian slurry water dan air bersih pada gips tipe III
terhadap kekuatan kompresi dan perubahan dimensi dengan cara memberikan
perlakuan kepada satu atau lebih kelompok eksperimen, kemudian hasil dari
kelompok yang diberi perlakuan tersebut dibandingkan dengan kelompok kontrol.

5.2 Hasil Penelitian

5.2.1 Kekuatan kompresi Gips Tipe III dengan Pemakaian Slurry Water
dan Air Bersih
Pada penelitian ini diperoleh rerataSD pada kelompok gips tipe III dengan
pemakaian slurry water adalah 23.081.61 MPa, kelompok gips tipe III dengan
pemakaian air bersih adalah 25.252.22 MPa, dan kelompok gips tipe III dengan
pemakaian aquadestilata adalah 28.652.12 MPa. Hal ini menunjukkan kekuatan
kompresi gips tipe III dengan pemakaian aquadestilata lebih besar dibandingkan
dengan gips tipe III dengan pemakaian air bersih dan slurry water, berarti kekuatan
kompresi terbesar terdapat pada kelompok C. Hasil penelitian pada kelompok air
bersih dan aquadestilata sama dengan hasil yang diperoleh pada penelitian yang
dilakukan oleh Muusa L dkk (2010) yaitu kekuatan kompresi gips tipe III dengan
pemakaian air bersih (26.3 MPa) lebih kecil dibandingkan pemakaian aquadestilata
(31.7 MPa).
17

Universitas Sumatera Utara
45




Grafik 1. Rata-rata kekuatan kompresi gips dengan pemakaian slurry water,
air bersih, dan aquadestilata

Penelitian yang dilakukan oleh Abdelaziz KM dkk (2002) menunjukkan
bahwa kelompok gips yang ditambahkan dengan bahan aditif memiliki kekuatan
kompresi yang lebih kecil dibandingkan dengan kelompok kontrol (tanpa
penambahan bahan aditif). Menurut Abdelaziz KM, terjadi peningkatan ukuran
kristal dihidrat dan porositas pada kelompok gips yang ditambahkan dengan bahan
aditif berdasarkan hasil penglihatan dari SEM photomicrographs.
27
Hasil penelitian
Hasan RH, dkk (2005), menunjukkan bahwa kekuatan kompresi maksimum gips
diperoleh setelah pengeringan udara selama 24 jam dan pengeringan gips dengan
metode pengeringan udara secara signifikan memiliki kekuatan kompresi lebih besar
dibandingkan dengan metode pengeringan dengan microwave dan metode
pengeringan dengan oven.
7
Penelitian yang dilakukan Abdullah MA dkk (2006),
menunjukkan gips yang direndam sebanyak 7 kali dengan slurry water dan 0.525%
sodium hypochlorite, memiliki hasil yang lebih kecil dibandingkan dengan kelompok
kontrol yaitu gips yang direndam dengan slurry water.
15
Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Vyas R dkk (2008) menunjukkan bahwa, umumnya, kelompok gips
yang ditambahkan bahan aditif yang mengandung sulfat memiliki resistensi yang
lebih rendah terhadap kekuatan tekan yang diberikan dibandingkan dengan kelompok
kontrol yang tidak ditambahkan dengan bahan aditif.
28

Universitas Sumatera Utara
46



5.2.2 Perubahan Dimensi Gips Tipe III dengan Pemakaian Slurry Water
dan Air Bersih
Pada penelitian ini diperoleh rerataSD pada kelompok gips tipe III dengan
pemakaian slurry water adalah 0.055%0.012, kelompok gips tipe III dengan
pemakaian air bersih adalah 0.028%0.010, dan kelompok gips tipe III dengan
pemakaian aquadestilata adalah 0.008%0.007. Hal ini menunjukkan perubahan
dimensi gips tipe III dengan pemakaian aquadestilata lebih kecil dibandingkan
dengan gips tipe III dengan pemakaian air bersih dan slurry water, berarti perubahan
dimensi paling kecil terdapat pada kelompok C. Hasil penelitian ini sesuai dengan
hasi penelitian yang dilakukan oleh Brukl CE dkk (1984), yang menunjukkan bahwa
kelompok gips tipe III dengan campuran slurry water memiliki nilai perubahan
dimensi paling besar dibandingkan dengan kelompok lain.

Grafik 2. Rata-rata perubahan dimensi gips dengan pemakaian slurry water,
air bersih, dan aquadestilata

Hasil penelitian Brukl (1984) menunjukkan bahwa kelompok gips dengan
pemakaian slurry water memiliki nilai perubahan dimensi sebesar 0.532%, kelompok
gips dengan pemakaian air bersih memiliki nilai perubahan dimensi sebesar 0.425%,
dan kelompok gips dengan pemakaian aquadestilata memiliki nilai perubahan
dimensi sebesar 0.423%.
11
Penelitian yang dilakukan Abdullah MA dkk (2006)
menunjukkan bahwa kelompok gips yang direndam dengan slurry water memiliki
Universitas Sumatera Utara
47



nilai perubahan dimensi yang lebih kecil dibandingkan dengan kelompok gips yang
direndam dengan slurry water dan sodium hypochlorite.
15
Abass dkk (2011)
melakukan penelitian mengenai perubahan dimensi gips tipe III yang dikeringkan
dengan beberapa jenis metode pengeringan yang berbeda. Hasil penelitiannya,
menunjukkan bahwa gips tipe III yang direndam selama 5 atau 10 menit dengan
aquadestilata yang dikeringkan menggunakan microwave, memiliki nilai perubahan
dimensi yang paling signifikan (p<0.01), dibandingkan dengan kelompok lain yaitu
gips tipe III yang direndam dengan larutan NaCl 40% yang dikeringkan
menggunakan microwave dan gips tipe III yang dikeringkan dengan udara (tidak
menggunakan microwave).
29
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kumar RN
(2012), kelompok gips yang direndam dengan slurry water memiliki nilai perubahan
dimensi yang paling kecil dibandingkan dengan kelompok lain, yaitu gips yang
direndam dengan 0.525% sodium hypochlorite dan 2% glutaraldehyde.
14


5.2.3 Pengaruh Pemakaian Slurry Water dan Air Bersih terhadap
Kekuatan Kompresi Gips Tipe III
Berdasarkan hasil yang diperoleh, pada tabel 3 terlihat bahwa kelompok C
memiliki rerata kekuatan kompresi yang terbesar (28.652.12) dibandingkan dengan
kelompok A (23.081.61) dan kelompok B (25.252.22). Dari hasil penelitian pada
tabel 5 terlihat bahwa ada pengaruh pemakaian slurry water dan air bersih terhadap
kekuatan kompresi gips tipe III karena diperoleh signifikansi p=0.000 (p<0.05). Pada
tabel 6 hasil uji LSD menunjukkan adanya perlakuan yang bermakna antara
kelompok A dengan B p=0.023 (p<0.05), kelompok A dengan kelompok C p=0.000
(p<0.05), serta kelompok B dengan kelompok C p=0.001 (p<0.05). Adanya perlakuan
bermakna disebabkan karena pemakaian air yang memiliki kandungan mineral,
seperti kalsium sulfat dan kalsium karbonat, dapat menyebabkan penurunan kekuatan
kompresi.
Pada penelitian ini menunjukkan kekuatan kompresi kelompok C lebih besar
dibandingkan dengan kelompok A dan B, berarti dengan pemakaian air yang
memiliki kandungan mineral dapat menurunkan kekuatan kompresi. Hal ini mungkin
Universitas Sumatera Utara
48



berkaitan dengan aquadestilata yang tidak memiliki berbagai kandungan mineral
sehingga memberikan bentuk kristal yang teratur, relatif tidak berporus, dan lebih
padat.
17
Mineral yang terkandung di dalam air dapat mengurangi kohesi interkristalin
sehingga menyebabkan berkurangnya kekuatan kompresi, selain itu, kekuatan
kompresi dengan pemakaian slurry water memiliki kekuatan kompresi lebih rendah
dibandingkan dengan pemakaian air bersih, hal ini mungkin disebabkan partikel
kalsium sulfat pada slurry water menyebabkan perubahan bentuk kristal yang tidak
teratur pada gips sehingga berpengaruh pada kemampuan kristal gips untuk
berkembang dan menyebabkan timbulnya porus yang berakibat rapuhnya produk gips
dan berkurangnya kekuatan kompresi pada kelompok A dibandingkan dengan
kelompok B.
17,28

Vyas R dkk (2008) menyatakan, umumnya, kelompok gips yang ditambahkan
bahan aditif yang mengandung sulfat memiliki resistensi yang lebih rendah terhadap
kekuatan tekan yang diberikan dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak
ditambahkan dengan bahan aditif.
28
Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu penambahan bahan aditif pada gips dapat menyebabkan meningkatnya
konsentrasi aditif pada adonan gips sehingga jumlah kristal gips yang terbentuk akan
berkurang dari volume keseluruhan dan menyebabkan berkurangnya interaksi antar
kristal sehingga menghasilkan produk gips dengan kekuatan kompresi yang rendah;
bahan aditif berfungsi untuk meningkatkan laju reaksi, oleh karena itu, terdapat
kemungkinan bahwa reaksi yang terjadi begitu cepat sehingga beberapa kristal
hemihidrat tidak seluruhnya terbentuk menjadi dihidrat dan menyebabkan
peningkatan kristal hemihidrat yang tidak berubah bentuk menjadi dihidrat sehingga
menghasilkan produk gips yang lemah.
28


5.2.4 Pengaruh Pemakaian Slurry Water dan Air Bersih terhadap
Perubahan Dimensi Gips Tipe III
Berdasarkan hasil yang diperoleh, pada tabel 4 terlihat bahwa kelompok C
memiliki rerata perubahan dimensi yang terkecil (0.008%0.007) dibandingkan
dengan kelompok A (0.055%0.012) dan kelompok B (0.028%0.010). Dari hasil
Universitas Sumatera Utara
49



penelitian pada tabel 7 terlihat bahwa ada pengaruh pemakaian slurry water dan air
bersih terhadap perubahan dimensi gips tipe III karena diperoleh signifikansi p=0.000
(p<0.05). Pada tabel 8 hasil uji LSD menunjukkan adanya perlakuan yang bermakna
antara kelompok A dengan B p=0.000 (p<0.05), kelompok A dengan kelompok C
p=0.000 (p<0.05), serta kelompok B dengan kelompok C p=0.000 (p<0.05). Adanya
perlakuan bermakna disebabkan karena pemakaian air yang memiliki kandungan
mineral dapat menyebabkan peningkatan perubahan dimensi.
Kalsium sulfat yang terkandung di dalam slurry water bertindak sebagai
aselerator yang berfungsi untuk mempercepat reaksi pengerasan dengan cara
meningkatkan kelarutan hemihidrat menjadi dihidrat, sedangkan ion bikarbonat yang
terkandung di dalam air bersih bertindak sebagai retarder yang berfungsi
memperlambat reaksi pengerasan.
11
Peran slurry water sebagai aselerator pada gips
yaitu dengan memberikan tempat untuk nukleasi dihidrat yang baru terbentuk dan
mempersingkat waktu pengerasan. Air bersih mengandung ion-ion bikarbonat yang
dapat memberikan efek retarder pada gips. Brukl dkk (1984) menyatakan bahwa
terdapat efek retarder pada air bersih jika dibandingkan dengan aquadestilata.
Konsentrasi ion bikarbonat yang rendah dapat memberikan efek retarder yang tinggi.
Pada konsentrasi diatas 0.2%, ion bikarbonat tidak menyebabkan setting time menjadi
lebih cepat. Hasil penelitian Brukl dkk (1984), menunjukkan bahwa terdapat
hubungan pada setting time dan setting expansion. Gips yang ditambahkan dengan
slurry water, menunjukkan setting time yang lebih singkat dan setting expansion yang
besar. Hal ini dapat disebabkan, kalsium sulfat yang terkandung di dalam slurry
water berperan sebagai inti nukleasi pertumbuhan kristal kalsium sulfat dihidrat
sehingga jumlah kristal dihidrat menjadi lebih banyak yang menyebabkan dorongan
antar kristal yang saling menimpa menjadi lebih besar dan setting expansion menjadi
lebih besar.
9,10
Kelompok gips yang ditambahkan dengan air bersih, menunjukkan
setting time yang lebih lama dan setting expansion yang lebih kecil.
11
Hal ini dapat
disebabkan, kalsium karbonat yang terdapat pada air bersih menyebabkan kristal
dihidrat yang baru terbentuk menjadi lebih tipis dan pendek sehingga ruangan antar
Universitas Sumatera Utara
50



kristal menjadi lebih besar, maka interaksi antar kristal menjadi berkurang, demikian
juga dorongan antar kristal sehingga setting expansion tidak terlalu besar.
6,13

Perubahan dimensi gips pada pemakaian slurry water memiliki nilai yang
lebih besar dibandingkan dengan perubahan dimensi gips pada pemakaian air bersih
dapat juga disebabkan oleh penurunan kadar air yang lebih rendah pada pemakaian
slurry water sehingga menyebabkan setting expansion yang lebih besar pada
kelompok gips dengan pemakaian slurry water.
23
Penurunan kadar air tersebut
disebabkan peningkatan partikel kalsium sulfat yang menarik partikel air selama
proses pengerasan gips sehingga kadar air menjadi lebih sedikit.
23


5.3 Implikasi Klinis
Pengujian kekuatan kompresi dan pengukuran perubahan dimensi dilakukan
setelah sampel mengeras selama 24 jam. Menurut Hasan RH dan Mohammad KA
(2005), proses pengeringan gips untuk mencapai kekuatan kering yaitu selama 7
hari.
7
Namun, proses pengeringan selama 7 hari tidak efektif jika dilakukan di klinik.
Hasan dan Mohammad menyatakan bahwa gips yang dikeringkan selama 24 jam dan
7 hari memiliki kekuatan yang sama. Menurut Michalakis dkk (2009), perubahan
dimensi yang terjadi setelah proses pengeringan 24 jam dan 5 hari, tidak terdapat
perbedaan perubahan dimensi yang signifikan.
30
Sehingga proses pengeringan setelah
24 jam lebih dianjurkan untuk mempersingkat waktu kerja dokter gigi atau laboran.
Slurry water merupakan salah satu aselerator yang berguna untuk
mempersingkat setting time sehingga dapat mempermudah pekerjaan dokter gigi atau
laboran dan air bersih merupakan air yang umumnya digunakan oleh dokter gigi atau
laboran sebagai air campuran gips pada pembuatan model kerja. Namun, kedua jenis
air tersebut dapat mempengaruhi karakteristik gips, yaitu kekuatan kompresi dan
perubahan dimensi. Berdasarkan hasil penelitian, slurry water dan air bersih
menunjukkan kekuatan kompresi yang lebih kecil dan perubahan dimensi yang lebih
besar dibandingkan dengan pemakaian aquadestilata. Jika waktu pembuatan model
kerja tidak perlu dipersingkat, pemakaian aquadestilata lebih dianjurkan sebagai air
campuran gips pada pembuatan model kerja dibandingkan dengan pemakaian slurry
Universitas Sumatera Utara
51



water dan air bersih. Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan kompresi
dan perubahan dimensi gips tipe III dengan pemakaian slurry water masih dalam
batas normal nilai kekuatan kompresi dan perubahan dimensi gips tipe III
berdasarkan spesifikasi ADA yaitu sebesar 20.7-34.5 Mpa dan 0.00%-0.20%.
Sehingga meskipun hasil penelitian ini menunjukkan nilai kekuatan kompresi yang
paling kecil dan nilai perubahan dimensi yang paling besar pada gips tipe III dengan
pemakaian slurry water, bahan ini masih dapat digunakan untuk mempersingkat
waktu pembuatan model kerja.
Model kerja yang tidak cukup kuat dapat menyebabkan terjadinya fraktur dan
abrasi akibat instrument tajam pada tahap pembuatan gigitiruan sehingga
menyebabkan tahap pembuatan gigitiruan menjadi terhambat karena waktu yang
dibutuhkan menjadi lebih lama.
7
Perubahan dimensi yang besar pada model kerja
menyebabkan model tersebut menjadi tidak akurat sehingga dapat menimbulkan
beberapa kesalahan pada tahap laboratorium pembuatan gigitiruan dan berdampak
pada pemasangan akhir gigitiruan. Model kerja yang dihasilkan harus sepenuhnya
akurat agar gigitiruan yang dihasilkan dapat beradaptasi dengan baik pada rongga
mulut pasien.
9

Pada penelitian ini terdapat kelemahan yaitu suhu ruangan dan kelembaban
relatif yang tidak dapat dikendalikan oleh operator. Penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa peningkatan suhu ruangan menjadi 37
0
C menyebabkan
peningkatan kecepatan reaksi pengerasan dan mempersingkat setting time sehingga
dapat mempengaruhi karakteristik gips.
3,6,20
Kelembaban relatif yang melebihi 70%
dapat menyebabkan produk gips mengambil uap air secukupnya untuk memulai
reaksi pengeresan, karena kalsium sulfat hemihidrat bersifat mudah mengambil uap
air. Kontaminasi terhadap uap air yang berkelanjutan dapat menyebabkan penurunan
jumlah kristal hemihidrat yang tersisa untuk membentuk kristal dihidrat sehingga
dapat memberikan efek retarder selama proses pengerasan gips dan menghasilkan
produk gips yang lemah.
3,6,20



Universitas Sumatera Utara
52





BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa:
1. Nilai rerata kekuatan kompresi gips tipe III dengan pemakaian
aquadestilata adalah 28.65 Mpa, gips tipe III dengan pemakaian slurry water adalah
23.08 Mpa dan gips tipe III dengan pemakaian air bersih adalah 25.25 Mpa.
2. Nilai rerata perubahan dimensi gips tipe III dengan pemakaian
aquadestilata adalah 0.008%, gips tipe III dengan pemakaian slurry water adalah
0.055% dan gips tipe III dengan pemakaian air bersih adalah 0.028%.
3. Ada pengaruh pemakaian slurry water dan air bersih pada gips tipe III
terhadap kekuatan kompresi dengan p=0.000 (p<0.05).
4. Ada pengaruh pemakaian slurry water dan air bersih pada gips tipe III
terhadap perubahan dimensi dengan p=0.000 (p<0.05).
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah pemakaian aquadestilata
menunjukkan nilai kekuatan kompresi yang paling besar dan menunjukkan nilai
perubahan dimensi yang paling kecil sehingga pemakaian aquadestilata lebih
dianjurkan pada pembuatan model kerja dibandingkan dengan pemakaian slurry
water dan air bersih jika waktu pembuatan model kerja tidak perlu dipersingkat.

6.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang jenis aselerator lain yang
ditambahkan pada gips tipe III.
Universitas Sumatera Utara
53



2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kekuatan kompresi dan
perubahan dimensi gips dengan sampel yang lebih banyak agar hasil penelitian lebih
valid.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kekuatan kompresi dan
perubahan dimensi gips dengan pengendalian suhu ruangan dan kelembaban relatif.
4. Pemakaian aquadestilata lebih dianjurkan pada pembuatan model kerja
untuk mendapatkan kekuatan kompresi yang baik dan keakuratan yang tepat jika
waktu pembuatan model kerja tidak perlu dipersingkat.


















Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai