[H3D87]
Kembali ke tahun 1959 ketika semua ini bermula. Tak ada yang bisa membayangkan
"EAM room" pada Building 26 MIT saat itu. Sebuah ruangan baru di MIT,
Massacusetts Institute of Technology tempat dimana sebuah mesin yang bekerja seperti
komputer tertidur pulas.
Saat itu tidak banyak orang yang dapat membayangkan sebuah mesin pintar, sebuah
komputer. Namun sebuah keberuntungan bagi beberapa orang anak muda yang
tergabung dalam 'TECH MODEL RAILROAD CLUB', TMRC. Saat gerbang terbuka lebar,
dan inilah saatnya untuk HACKING dan menemukan bagaimana mesin ini bekerja.
Hacker adalah sebuah julukan bagi seorang programmer yang mampu membuat
sebuah aplikasi atau sebuah alogaritma pemecahan masalah yang lebih baik dari pada
yang telah dirancang bersama. Lebih luas dari itu Hacker adalah orang yang bisa
mengatasi keterbatasan dengan cara yang lebih baik dan sederhana -bahkan terkesan
unik-.
Seorang Hacker memiliki pola pikir yang mantap dalam menyelesaikan permasalahan-
permasalahan seputar logika dan analisa. Hal ini yang banyak membuat Hacker
melabelisasi diri sebagai seorang 'NERD'. Prinsip serupa yang dilakukan sebagai
lompatan sosial dimana kurangnya penghargaan masyarakat akan 'jiwa/perilaku'
Hacker itu sendiri.
Seiring berlalunya waktu, makna dari Hacking mulai meluas –bahkan menyalahi- dari
makna yang sebenarnya. Setiap maniak komputer, 'Techno Nerd', 'Hackivist', 'Hacker'
punya pengertian tersendiri tentang Hacking.
Bagi saya Hacking tidak hanya tergantung dalam konteks komputer, software Hacking,
kernel Hacking, hardware Hacking. Namun dalam konteks dunia. Dunia adalah
tempat yang indah untuk Hacking. Perhatikan dunia, ambil suatu permasalahan dan
mulai cari cara untuk mengatasinya dengan lebih baik.
Jangan lupa untuk mengirimkan makna Hacking anda kepada saya via e-mail ke: h3d87@yahoo.com
[ SANG HACKER ]
Mari mulai melangkah ...
Hacker didominasi oleh pria, dan sebagian besar remaja pria. Cukup wajar -saya rasa-
mengingat setiap pria punya impian dan punya semangat untuk mewujudkannya.
Hacker secara sosial, memiliki status sosial menengah. Menengah dalam artian mereka
cukup sejahtera dan bisa memiliki komputer dan akses internet. Memang internet tidak
bisa lepas dari kehidupan Hacker. Di internet lah para Hacker bertemu, berdiskusi dan
saling berkelakar.
Secara psikologi dan naluriah Hacker memiliki banyak persamaan. Setiap Hacker
pada dasarnya anti otoritas. Dimana otoritas yang sewenang-wenang akan membuat
semua pemikiran baru dan ilmiah dilecehkan. Otoritas juga yang membuat sistem dan
tatanan kehidupan begitu menjemukan. Kebebasan itu indah, tapi ingat kebebasan anda
adalah kebebasan orang lain juga. Bersiaplah untuk menarik diri jika anda mulai merasa
cukup egois.
Dalam kehidupan sosial Hacker biasanya tidak memiliki tempat. Terlarut dalam
kehidupan sosial akan membuat anda lengah –bahkan malas-. Kehidupan sosial itu
bukannya menjijikkan, hanya saja budaya mainstream sekarang sangat keras. Saat
manajemen mengalahkan teknik. Setiap orang berlomba-lomba untuk menciptakan
sebuah manajemen yang ideal, tanpa pernah berpikir apakah sistem tersebut cukup
ideal untuk diterapkan secara teknik.
Namun hal ini jangan dinilai dengan begitu ekstrim. Bagaimanapun setiap manusia
adalah makhluk sosial. Butuh orang lain 'yang nyata'. Dan bukanlah hal yang aneh jika
seorang Hacker memiliki kehidupan sosial yang baik, ikut dalam organisasi sosial
masyarakat, memiliki kekasih dan hidup normal di masyarakat. Hal ini malah sangat baik !
Secara fisik Hacker bisa dikenali dengan kegemaran membaca, tampil eksentrik, dan
memiliki pola pikir yang sedikit -bahkan banyak- menyimpang.
Gemar membaca adalah syarat utama untuk menjadi seorang Hacker. Dunia bisa
dijelajahi melalui buku. Hacker biasanya tertarik dengan bahasan berorientasi teknik,
fiksi ilmiah juga manual-manual komputer (biasa disebut RTFM, Read The Fuckin'
Manual).
Hacker dan 'nyentrik' sebenarnya tidak ada hubungan sama sekali. Namun dengan
kebebasan berfikir tadi, setiap Hacker menerapkan sebuah konsep hidup dan gaya
hidup yang unik, yang pasti dengan 'begitu' mereka merasa nyaman.
Kehidupan Hacker sewaktu remaja bisa dikatakan cukup sulit. Remaja saat ini masih
belum bisa memahami kehidupan seorang 'geek'. Geek sebagai labelisasi dari Hacker
terkesan 'glow in the dark'. Baik fisik maupun psikologis mereka cukup berbeda
dengan 'anak-anak populer' di sekolah. Seperti 'Peter Deutsch' (salah satu Hacker
gelombang pertama), 'anak' ini tidak memiliki kemampuan apa-apa dibidang olah
raga, namun 'master' dalam matematika. Remaja saat ini jauh lebih menghargai
penampilah fisik dan kemampuan dilapangan. Tidak seharusnya seseorang
dihargai karna 'kecantikannya', karna dia adalah seorang '.....', tapi dalam dunia Hacker
seseorang dihargai dari apa yang dilakukan dan apa yang dipikirkannya.
Banyak diantara Hacker yang bosan dengan formalitas dan tuntutan sosial. Bahkan
diantara mereka, mencoba mendobrak tuntutan sosial tersebut.
Sebagai contoh, sekolah. Hacker-hacker muda biasanya benci sekolah. Sekolah sering
diibaratkan sebagai 'Makanan Bayi'. Ketika Hacker tumbuh dewasa dan rasa ingin
tahunya tak terpuaskan dengan sekolah, mereka belajar dari dunia. Belajar dengan
mengamati, yang disebut sebagai visual learning. Sekolah terkadang -hampir pasti-
tidak memberikan jawaban terhadap rasa ingin tahu seorang Hacker. Salah satu alasan
mengapa mereka membenci sekolah.
Satu-satunya cara untuk mengenal dunia adalah dengan mengamatinya. Kita harus
belajar dari dunia. Perhatikan dunia, cari pola dan kesamaannya maka kita akan dapat
belajar banyak hal.
Sebagai contoh:
Kita belajar hukum kelembaman di sekolah. Dimana sebuah benda cenderung untuk
mempertahankan posisinya untuk tetap diam atau bergerak melalui garis lurus. Coba
kita hubungkan dengan kehidupan. Anda pasti pernah untuk mencoba bersantai
sejenak dihari libur. Hari pertama anda habiskan untuk bermain Play Station (tidak
belajar). Hari ke 2 anda habiskan untuk mencoba 8 game terbaru yang anda download
beserta crackz nya (tanpa belajar). Begitu juga hari selanjutnya anda habiskan dengan
bermain tanpa belajar, hingga liburan usai. Dan ketika anda memulai untuk kembali
belajar, anda akan mendapat kesulitan dan bahkan terkadang anda harus memulai
dari awal (scratch) lagi. Saat inilah 'kelembaman' terjadi pada diri anda. Diri anda
cenderung untuk mempertahankan posisi untuk tetap bermain dan tanpa anda sadari
anda yang telah berada 2 satuan disebelah kanan titik keseimbangan (2 poin kebaikan),
ternyata sekarang berada 2 satuan sebelah kiri titik keseimbangan (2 poin keburukan).
Anda telah bergeser 4 langkah kebelakang dari posisi awal. Maka untuk mencapai nilai
yang lebih tinggi dari posisi awal tadi, anda harus mengeluarkan energi sebesar:
2 (sampai titik keseimbangan) + 2 (posisi awal anda) + n (posisi yang hendak anda raih).
[Kong Fu Tse]
[ IDENTIFIKASI HACKER ]
Menurut Marc Rogers, Hacker dapat di-identifikasi atas:
Cracker adalah sisi gelap dari Hacker. Mereka mengggunakan kemampuan mereka
untuk mendapatkan akses ke dalam komputer/data bank dan data-data rahasia. Pada
dasarnya mereka adalah orang-orang pintar, kepandaian mereka dalam ilmu komputer
menyamai –bahkan lebih- dari Hacker, namun sayang ilmu mereka dimanfaatkan untuk
hal yang tidak berguna.
Dari sini bisa kita tarik kesimpulan bahwa, ada jurang pemisah antara Hacker dengan
Cracker. Keduanya adalah relevan tapi tidak sama. Keduanya tetaplah aktifis elektronik,
namun berjalan di jalan yang berbeda.
Bagi Hacker, mereka biasanya sedikit enggan untuk berhubungan dengan Cracker.
Cracker sudah seharusnya keluar dari 'Play Pen' (box tempat bayi bermain) dan mulai
untuk menanggapi komputer secara serius bukan sekedar bermain (baca:
bereksperimen)
[ PANGGUNG PERHACKINGAN ]
Jika kita melangkah lebih dalam, mengenal dan bukan hanya mengetahui, kita
akan menemui sebuah sub-kultural dalam dunia Hacking. Secara elektronis, Hacker-
Hacker seluruh dunia berhubungan baik itu melalui IRC, Messengger dan E-mail. Dan
dalam menjalin hubungan yang baik antar sesama Hacker dibentuklah sebuah aturan
main/kode etik.
Seperti lampu 'Aladdin', kita dapat membuat apapun berada dalam genggaman.
Setiap Hacker sejati haruslah selalu menjalankan kode etik, walaupun tidak ada
keharusan dalam menjalankannya. Namun dalam dunia itelektual, melanggar kode
etik adalah suatu hal yang sangat memalukan. Ingatlah, Hacker memiliki ingatan yang
baik, sekali saja anda melanggar kode etik, maka untuk kembali dan berinteraksi dengan
komunitas dibutuhkan waktu yang sangat lama.
Pada saat itu (1980-han), adalah suatu kebanggaan untuk menggunakan komputer bagi
remaja. Sebagian dari mereka hanya mempergunakan komputer untuk bermain game.
Namun sebagian diantara mereka tumbuh menjadi Hacker sejati melalui seleksi alam.
Saat modem menjadi sebuah kebutuhan, dan BBS (Bulletin Board System) tersebar
dimana-mana. Sudah saatnya untuk mengintip keluar. Dunia virtual begitu luas. Dan
komunitas kembali terbentuk.
Dalam jangkauan yang lebih luas lagi terminologi Hacker 'baru' terbentuk. Mereka
kebanyakan remaja, memili kemampuan komputer yang tinggi, dan selalu tertarik untuk
mencoba hal-hal baru.
[ KOMUNITAS CYBER ]
Pada dasarnya, tidak baik memiliki penguasa (jika pemimpin diartikan begitu). Dan
Hacker tidak percaya dengan penguasa, dimana setiap individu menjadi penguasa atas
dirinya sendiri.
Dalam komunitas,tidak mungkin kita hidup tanpa peraturan, juga tanpa pemimpin, Hacker
juga menyadari itu. Untuk itulah 'tetua' atau 'kepala suku', 'elite', atau 'DEMIGOD'.
Mereka ditinggikan dan didengar pendapatnya (untuk kemajuan bersama), namun tidak
seperti pemimpin didunia nyata, para tetua tidak sepantasnya dihormati secara
berlebihan. Mereka dihargai karena reputasinya, dedikasinya bukan karena ia adalah
seorang tetua.
Hacker berkumpul dan berkomunikasi secara elektronis melalui media Mailing List, atau
diskusi IRC. Namun tidak jarang komunitas Hacker sejati dikotori oleh para LAMER
(Istilah untuk orang yang tidak memiliki kemampuan Hacking, terlalu sombong dan
membanggakan dirinya melalui IRC channel).
Komunitas pada saat sekarang ini sudah sangat buruk. Menurut seorang rekan dari USA
yang saya hubungi mengutarakan "Hacking Scene is just bunch of small penis loosers".
Ya, ada benarnya. Jika kita melihat realita sekarang ini 'Para Hacker' hanyalah
sekelompok anak sekolah yang pandai mengunakan script, tanpa mau tahu bagaimana
script itu bekerja. Memang mereka adalah bagian dari komunitas, namun jika mereka
tidak mau belajar, mereka tidak akan lebih hebat dari 'Small Penis Loosers'.
Lain dari pada itu, masih tersisa sekelompok anak muda serius yang secara bertahap
belajar dan meningkatkan kemampuan mereka, hingga menjadi Hacker Sejati.
Main stream dunia hacker itu sekarang telah jauh berubah, mereka mulai menghancurkan
infrastruktur yang telah dirintis oleh pendahulunya. Dan yang lebih menyedihkan lagi,
mereka itu tidak mau belajar dan menjadi pintar, sehingga selamanya menjadi orang
bodoh.
Segala sesuatu pasti dimulai dari impian, dan sudah pasti jika anda memiliki impian, anda
akan mencoba untuk merealisasikannya. Intinya, sebelum melangkah yakinkan kalau
anda telah miliki keinginan.
Hal pertama yang harus anda pelajari adalah bahasa pemrograman. Saat ini di dalam
distribusi sistem operasi Linux, terdapat beragam tool-tool berguna yang akan menunjang
anda untuk belajar memprogram.
Untuk mendapatkan Linux saat ini sudah sangat mudah, anda bisa membelinya
secara online (www.gudanglinux.or.id), mendapatkan Copy-an CD nya dari teman.
Atau jika anda mempunyai akses internet yang baik, anda bisa langsung mendownload
distribusi linux situs resmi-nya, atau melalui www.linuxiso.com.
Menurut Eric S. Raymond, bahasa pemrograman yang baik untuk anda pelajari pertama
sekali adalah 'Python'.
[ ERIC S. RAYMOND ]
[ PYTHON ]
$ python
Python 2.1.1 (#2, Sep 26 2001, 09:32:53)
[GCC 2.95.3-5 (cygwin special)] on cygwin
Type "copyright", "credits" or "license" for more information.
>>>
>>>
[ PYTHON EOF ]
Setelah python, anda bisa melanjutkan dengan 'JAVA'. Java sangat populer,
dikarenakan 'bytecode' hasil kompilasinya bersifat 'Machine Independent' yang tidak
bergantung kepada mesin atau jenis prosessor, namun bergantung kepada 'Runtime
Environment-nya'. Namun dibalik keunggulannya, 'rakus' memory adalah salah satu
kelemahan Java.
Pada akhirnya, jika anda ingin serius terhadap pemprograman, mau tidak mau anda
akan berhadapan dengan C. Bahasa yang digunakan untuk menulis sistem operasi Unix
dan Linux (juga sistem operasi lainnya).
Assembly juga bahasa yang penting. Dimana jika anda menguasai assembly anda
akan mulai merasakan 'jiwa sebuah mesin'. Anda akan belajar memprogram sesuatu
dari dasar, memprogram tiap bagian, sehingga anda akan memahami 'Bagaimana Ia
Bekerja !'
Buku atau Kursus saja tidak akan cukup untuk menjadikan anda programmer yang
handal. Memprogram harus dilakukan seperti mempergunakan bahasa sehari-hari.
Yang harus anda lakukan adalah membaca kode dan menulis kode.
Cobalah untuk membaca kode (software opensource) orang lain. Pelajari pola pikir
dan teknik pemecahan masalah-nya. Dan coba temukan cara yang lebih baik.
Mengapa Linux/Unix OpenSource begitu penting ? Ini semua tidak lepas dari semangat
OpenSource itu sediri. Dengan mempelajari kode-kodeyang dirilis bebas dalam sistem
operasi OpenSource, kita dapat mempelajari pola pikir seorang programmer/Hacker,
kita dapat menemukan cara mereka dalam meyelesaikan masalah dan mencoba mencari
metoda penyelesaian masalah yang lebih baik dari apa yang mereka lakukan.
OpenSource juga membantu kita dalam membangun sebuah aplikasi, sehingga kita
tidak perlu direpotkan dengan 'research'. Mereka telah melakukan-nya untuk kita, dan
kita bisa memanfaatkan waktu yang tersisa untuk hal yang lebih spesifik.
Banyak hal-hal baru muncul, dan setiap hal (apapun) akan memberikan kita pelajaran
berarti untuk hidup dan hidup adalah HACKING. Hindarilah untuk bersikap skeptis
dan mulailah untuk berpikiran terbuka. Hal-hal baru -terlebih-lebih yang begitu radikal-,
banyak ditentang oleh sebagian orang skeptis, namun sebuah pemikiran terbuka akan
memberikan alur yang baik dalam memperolah ilmu.
Ilmu ada dimana-mana. Bahkan dalam suatu yang dianggap kotor. Sebagai contoh,
coba anda bandingkan 'kotoran' sapi (hewan herbivora) dengan 'kotoran' kucing
(hewan karnivora). Dapat kita lihat kalau kotoran sapi 'lebih menggunung' dari pada
kotoran kucing, dan tidak terlepas dari itu, secara umum dapat kita tarik kesimpulan,
bahwa hewan herbivora (pemakan tanaman) lebih banyak dari pada hewan karnivora
(pemakan daging). Penyebab yang paling relevan untuk hal ini adalah faktor 'makanan'.
Tumbuhan yang dikonsumsi oleh hewan herbivora (dalam contoh ini sapi) mengandung
'selulose' atau serat lebih sulit dicerna, sehingga lebih banyak meninggalkan zat sisa.
Hal ini tidak berlaku pada hewan karnivora (dalam contoh ini kucing). Daging lebih mudah
dicerna, sehingga hanya meninggalkan sedikit zat sisa.
Dengan sedikit imajinasi kotor, coba bayangkan hal-hal yang lebih kotor lagi untuk
dianalisa dan diambil pelajarannya.
Dalam lingkup komputer, pelajarilah semua hal-hal baru. Anda bisa menemukan
banyak hal baru melalui artikel, journal, atau berita-berita 'nerd' di 'slashdot'.
Berpikir dengan logika sangat diperlukan dalam Hacking. Dalam Hacking anda akan
berhadapan dengan berbagai keadaan untuk dianalisa dan dipecahkan secara logika.
Logika akan sangat membantu anda untuk menghidupkan kembali rasionalitas yang
hilang dan berpikir membantu anda untuk hidup dan tetap hidup.
Ada baiknya anda selalu membaca, atau minimal mendapatkan 'digest' dari ilmu-
ilmu/info terbaru. Anda juga bisa mendapatkan informasi dari Mailing List dan
NewsGroup.
Dalam apapun didunia ini, kita harus bercermin. Buang semua prasangka dan nilai-
nilai. Buang anggapan sepihak kalau 'saya adalah seorang wizard'. Duduklah sejenak dan
mulai berpikir.
Jika ya ...
Untuk dapat memahami komputer anda akan menemukan sesuatu yang saling
berhubungan. Untuk memahami satu hal anda harus memahami dulu beberapa hal yang
lain.
Untuk bisa memahami cara kerja NMAP (Os Fingger Print, yang memanfaatkan
urutan stack TCP/IP sebagai identifier) anda harus memahami dulu konsep
pemprograman Bahasa C, anda juga harus memahami 'pointer', dan konsep pointer
erat kaitannya dengan 'stack', sebaiknya anda juga memiliki pemahaman stack yang
baik !
Anda juga akan disibukkan dengan belajar konsep TCP/IP. Anda juga harus tahu dulu
'dimana bisa mendapatkan info tentang TCP/IP'. Dengan begini, tariklah kesimpulan
untuk mengenal segala sesuatu dan memahami serta mencari jawaban terhadap hal-
hal yang tidak kita ketahui !
Yang paling penting dari semua hal diatas adalah selalu belajar. Tanpa belajar anda
tidak akan mendapatkan apa-apa. Jangan pernah beranggapan jika 'telah' menjadi
Hacker anda akan berhenti belajar, malah sebaliknya anda akan mulai belajar kembali
untuk menjadi seorang Hacker yang berdedikasi.
Terus belajar, dan ingatlah ketika anda berhenti sejenak dan mengenang kembali ...
anda telah menjadi seorang Hacker yang tangguh!.
Setelah semuanya selesai dan anda sedang beristirahat setelah aktifitas Hacking 37
Jam yang melelahkan. Coba ingat kembali.
Cukup lakukan apa yang telah mereka lakukan. Jika anda merasa
terbantu dengan dokumen ini, buat sebuah dokumen baru, buat yang
lebih baik dan berbagilah dengan sesama !
Dengan melakukan hal-hal kecil yang terbaik yang bisa anda lakukan,
berarti anda telah mengabdi kepada budaya Hacker itu.
28 SEPTEMBER 2003
H3D87 a.k.a MOBY
=========
Pengantar
=========
Pernah suatu ketika pada tanggal 10 Agustus 2001 sebuah media massa online
memberitakan mengenai hacker yang membobol dan men-deface (mengubah content
maupun layout) beberapa situs di Internet dan memasang foto Tommy Soeharto di situs
tersebut. Menurut media massa tersebut, aksi hacker tersebut adalah merupakan bantuan
untuk menyebarluaskan dan menangkap Tommy Soeharto. Pada halaman yang di-deface
tersebut, tertulis juga pesan "Hacked and deface not only a crime. This person is #1
criminal in our country".
Kemudian belum lama berselang, tepatnya pada tanggal 16 Agustus 2001, beberapa
perusahaan dotcom menyelenggarakan sebuah acara bertajuk HackersNight, di sebuah
café di bilangan Jakarta Selatan. Acara HackersNight tersebut merupakan acara bulanan
yang sudah mencapai putaran ke 12 di Jakarta. Acara party-party ala pebisnis dotcom
tersebut juga dilangsungkan di Bandung dan Surabaya, dan sudah tentu dilaksanakan di
sebuah café pula. Acara yang dilangsungkan hingga larut malam tersebut banyak
menyajikan aneka hiburan, musik yang keras dan setumpuk hadiah dari para sponsor.
Bagi orang awam, kedua informasi tersebut tidaklah menunjukkan kejanggalan apapun.
Toh memang akhirnya terminologi hacker bagi orang awam tidak mempunyai banyak arti
dan tidak berpengaruh banyak dalam kehidupan sehari-hari mereka. Tetapi bagi pelaku
dan pemain industri teknologi informasi (TI), atau setidaknya bagi pemerhati dan pecinta
TI, penggunaan kata hacker untuk dua contoh kasus tersebut di atas bisa menjadi suatu
diskusi yang panjang. Ada pertanyaan yang paling mendasar: "Sudah tepatkah
penggunaan kata hacker tersebut?" Untuk menjawab pertanyaan tersebut, ada baiknya
kita memahami terminologi hacker tersebut lebih jauh.
==================================
Sejarah Singkat Terminologi Hacker
==================================
Terminologi hacker muncul pada awal tahun 1960-an diantara para anggota organisasi
mahasiswa Tech Model Railroad Club di Laboratorium Kecerdasan Artifisial
Massachusetts Institute of Technology (MIT). Kelompok mahasiswa tersebut merupakan
salah satu perintis perkembangan teknologi komputer dan mereka berkutat dengan
sejumlah komputer mainframe. Kata hacker pertama kalinya muncul dengan arti positif
untuk menyebut seorang anggota yang memiliki keahlian dalam bidang komputer dan
mampu membuat program komputer yang lebih baik ketimbang yang telah dirancang
bersama.
Kemudian pada tahun 1983, analogi hacker semakin berkembang untuk menyebut
seseorang yang memiliki obsesi untuk memahami dan menguasai sistem komputer.
Pasalnya, pada tahun tersebut untuk pertama kalinya FBI menangkap kelompok kriminal
komputer The 414s yang berbasis di Milwaukee AS. 414 merupakan kode area lokal
mereka. Kelompok yang kemudian disebut hacker tersebut dinyatakan bersalah atas
pembobolan 60 buah komputer, dari komputer milik Pusat Kanker Memorial Sloan-
Kettering hingga komputer milik Laboratorium Nasional Los Alamos.
Kemudian pada tahun 1995 keluarlah film berjudul Hackers, yang menceritakan
pertarungan antara anak muda jago komputer bawah tanah dengan sebuah perusahaan
high-tech dalam menerobos sebuah sistem komputer. Dalam film tersebut digambarkan
bagaimana akhirnya anak-anak muda tersebut mampu menembus dan melumpuhkan
keamanan sistem komputer perusahaan tersebut. Salah satu pemainnya adalah Angelina
Jolie berperan sebagai Kate Libby alias Acid Burn.
Pada tahun yang sama keluar pula film berjudul The Net yang dimainkan oleh Sandra
Bullock sebagai Angela Bennet. Film tersebut mengisahkan bagaimana perjuangan
seorang pakar komputer wanita yang identitas dan informasi jati dirinya di dunia nyata
telah diubah oleh seseorang. Dengan keluarnya dua film tersebut, maka eksistensi
terminologi hacker semakin jauh dari yang pertama kali muncul di tahun 1960-an di MIT.
==============================
Manifesto dan Kode Etik Hacker
==============================
Sebenarnya hacker memiliki manifesto dan kode etik yang menjadi patokan bagi hacker di
seluruh dunia. Manifesto Hacker dibuat oleh seorang hacker yang menggunakan
nickname The Mentor dan pertama kali dimuat pada majalah Phrack (volume 1 / issue 7 /
25 September 1986).
Ini adalah dunia kami sekarang, dunianya elektron dan switch, keindahan sebuah baud.
Kami mendayagunakan sebuah sistem yang telah ada tanpa membayar, yang bisa jadi
biaya tersebut sangatlah murah jika tidak dijalankan dengan nafsu tamak mencari
keuntungan, dan kalian sebut kami kriminal.
Kami menjelajah, dan kalian sebut kami kriminal.
Kami mengejar pengetahuan, dan kalian sebut kami kriminal.
Kami hadir tanpa perbedaan warna kulit, kebangsaan, ataupun prasangka keagamaan,
dan kalian sebut kami kriminal.
Kalian membuat bom atom, kalian menggelar peperangan, kalian membunuh, berlaku
curang, membohongi kami dan mencoba meyakinkan kami bahwa semua itu demi
kebaikan kami, tetap saja kami yang disebut kriminal.
Ya, aku memang seorang kriminal.
Kejahatanku adalah rasa keingintahuanku.
Kejahatanku adalah karena menilai orang lain dari apa yang mereka katakan dan pikirkan,
bukan pada penampilan mereka.
Kejahatanku adalah menjadi lebih pintar dari kalian, sesuatu yang tak kan kalian maafkan.
Aku memang seorang hacker, dan inilah manifesto saya.
Kalian bisa saja menghentikanku, tetapi kalian tak mungkin menghentikan kami semua.
Bagaimanapun juga, kami semua senasib seperjuangan.
Hacker juga memiliki kode etik yang pada mulanya diformulasikan dalam buku karya
Steven Levy berjudul Hackers: Heroes of The Computer Revolution, pada tahun 1984.
Akses ke sebuah sistem komputer, dan apapun saja dapat mengajarkan mengenai
bagaimana dunia bekerja, haruslah tidak terbatas sama sekali
Segala informasi haruslah gratis
Jangan percaya pada otoritas, promosikanlah desentralisasi
Hacker haruslah dinilai dari sudut pandang aktifitas hackingnya, bukan berdasarkan
standar organisasi formal atau kriteria yang tidak relevan seperti derajat, usia, suku
maupun posisi.
Seseorang dapat menciptakan karya seni dan keindahan di komputer
Komputer dapat mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik.
==================
Hacker dan Cracker
==================
Sebenarnya secara lebih spesifik terminologi hacker telah dijelaskan dalam buku Hacker
Attack karya Richard Mansfield tahun 2000. Menurut Mansfield, hacker didefinisikan
sebagai seseorang yang memiliki keinginan untuk melakukan eksplorasi dan penetrasi
terhadap sebuah sistem operasi dan kode komputer pengaman lainnya, tetapi tidak
melakukan tindakan pengrusakan apapun, tidak mencuri uang atau informasi. Sedangkan
cracker adalah sisi gelap dari hacker dan memiliki kertertarikan untuk mencuri informasi,
melakukan berbagai macam kerusakan dan sesekali waktu juga melumpuhkan
keseluruhan sistem komputer.
Perbedaan terminologi antar hacker dan cracker tersebut kini menjadi bias dan cenderung
hilang sama sekali dalam perspektif media massa dan di masyarakat umum. Ada
beberapa faktor penyebab hal tersebut:
Penggunaan kata hacker untuk sebuah acara party-party di café seperti contoh di atas
juga merupakan satu bentuk pengaburan makna hacker yang sebenarnya. Acara
HackersNight yang selalu digelar di café-café tersebut hanyalah merupakan ajang kumpul-
kumpul pebisnis dotcom untuk bertukar kartu nama, menikmati hiburan dan
bercengkerama hingga larut malam. Agak sulit jika ingin memperkirakan bahwa hacker
yang sebenarnya akan menghadiri acara tersebut. Karena sejatinya seorang hacker
kurang mau jati dirinya terekspos.
Berbeda bila kita berbicara mengenai ajang pertemuan hacker terbesar di dunia, Def Con,
yang diadakan setahun sekali setiap pertengahan bulan Juli di Las Vegas. Acara Def Con
tersebut lebih kepada ajang pertukaran informasi dan teknologi yang berkaitan dengan
aktifitas hacking. Para hacker dari seluruh dunia tidak segan-segan untuk muncul setahun
sekali dalam Def Con tersebut karena disitulah mereka dapat merasakan berada di
komunitas hacker yang sesungguhnya, bukan sekedar labelisasi saja.
Walhasil, melihat beberapa kondisi di atas, akhirnya mau tidak mau terjadi kompromi
dalam penggunaan istilah hacker. Sebagian orang ada memilih istilah hacker dan cracker,
ada yang lebih nyaman menggunakan istilah hacker putih dan hacker hitam dan ada pula
yang tetap menggunakan kata hacker untuk semua perilaku kriminalitas di Internet.
Karena hacker yang sejati lebih banyak diam, cracker sering menyatakan dirinya sebagai
hacker dan masyarakat umum lebih familiar dengan istilah hacker, akhirnya mau tidak
mau media massa harus mengikuti selera pasar dengan ikut-ikutan mengeneralisir
terminologi hacker.
*) Penulis adalah Koordinator ICT Watch dan jurnalis TI independen. Dapat dihubungi melalui e-
mail donnybu@ictwatch.com.
=========
Pengantar
=========
Log In, Hack In, Go Anywhere, Steal Anything. Ungkapan tersebut terpampang mencolok
di sampul VCD berjudul Swordfish, sebuah film keluaran Hollywood pada tahun 2001.
Dalam film tersebut dikisahkan bagaimana seorang veteran hacker bernama Stanley
Jobson (diperankan oleh Hugh Jackman) tergiur dengan iming-iming imbalan uang yang
ditawarkan oleh Ginger (diperankan oleh Halle Berry) atas perintah Gabriel Shear
(diperankan oleh John Travolta). Jobson yang kehidupannya nyaris bangkrut tersebut
diperintah oleh Shear untuk membobol sekuriti komputer sebuah bank sentral. Melalui
keahliannya meng-hacking, maka Shear berhasil memindahkan sejumlah nominal uang
secara digital dari satu bank ke beberapa bank lainnya di dunia.
Apa yang digambarkan oleh film Swordfish tersebut sejatinya membiaskan makna hacker
yang sesungguhnya. Pada film tersebut, hacker diidentikkan dengan seseorang yang
bertangan dingin dalam mengutak-atik program komputer dan melakukan upaya-upaya
penerobosan suatu sistem komputer tanpa otorisasi yang sah dengan tujuan untuk
mengambil atau mencuri sesuatu. Cracker, adalah istilah yang paling tepat untuk
menyebutkan profesi Jobson pada film tersebut. Sebelum kita mengupas lebih jauh
tentang perbedaan hacker dan cracker, serta problematikanya di Indonesia, ada baiknya
kita beberkan lebih lanjut beberapa dosa Hollywood (baca: Amerika) dalam membiaskan
makna hacker dan cracker.
Kita ingat, pada tahun 1995 Hollywood mengeluarkan sebuah film berjudul Hackers, yang
menceritakan pertarungan antara anak muda jago komputer bawah tanah dengan sebuah
perusahaan high-tech dalam menerobos sebuah sistem komputer. Dalam film tersebut
digambarkan kisah anak-anak muda yang terobsesi menembus dan melumpuhkan
keamanan sistem komputer perusahaan tersebut. Penembusan sistem keamanan
tersebut merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh oleh sekelompok anak muda
tersebut jika ingin bergabung dalam sebuah kelompok hacker elit. Dalam film tersebut,
Angelina Jolie berperan sebagai Kate Libby alias Acid Burn.
Kemudian pada tahun yang sama keluar pula film berjudul The Net yang dimainkan oleh
Sandra Bullock sebagai Angela Bennet. Film tersebut mengisahkan bagaimana
perjuangan seorang pakar komputer wanita yang identitas dan informasi jati dirinya di
dunia nyata telah diubah oleh seseorang, melalui jaringan Internet. Selanjutnya pada
tahun 1999 diluncurkan film berjudul Take Down, mengangkat kisah nyata perburuan
Kevin Mitnick (diperankan oleh Skeet Ulrich), pembobol sekuriti, oleh Tsutomo Shimomura
(diperankan oleh Russel Wong), pakar sekuriti. Dalam film tersebut secara jelas diucapkan
dan dituliskan bahwa Kevin Mitnick adalah seorang hacker yang melanggar hukum.
Meskipun Shimomura menegaskan kepada petugas FBI McCoy Rollins (yang diperankan
oleh Tom Berenger) bahwa Mitnick adalah cracker sedangkan Shimomura adalah hacker,
pada awal film tersebut tampak jelas bahwa media massa Amerika menyebut Mitnick
sebagai seorang hacker. Uniknya, terdapat perdebatan norma di dalam film tersebut
antara hacker dan cracker, antara Mitnick dan Shimomura. Karena pada dasarnya mereka
berdua melakukan hal yang sama dalam penetrasi sekuriti. Bedanya, Mitnick
melakukannya atas dasar kebebasan informasi, sedangkan Shimomura atas dasar
tindakan perlindungan informasi.
Dengan keluarnya film-film versi industri Hollywood tersebut, maka eksistensi terminologi
hacker semakin jauh dari yang pertama kali muncul di tahun 1960-an di MIT. Media massa
Amerika pun lebih sering menggunakan istilah hacker. Sekedar contoh, pada Newsweek
edisi 21 Februari 2000, pada cover depan tertulis: "The Hunt for the Hackers. Hijacking the
Net. How to Protect Yourself". Di dalam majalah tersebut, terdapat 10 halaman yang
mengulas tentang sekuriti dan kebijakan pemerintah Amerika pasca serangan Distributed
Denial of Service (DDoS) ke situs-situs ternama. Judul utama ke 10 halaman tersebut
adalah "Hunting The Hackers".
Terminologi hacker muncul pada awal tahun 1960-an diantara para anggota organisasi
mahasiswa Tech Model Railroad Club di Laboratorium Kecerdasan Artifisial
Massachusetts Institute of Technology (MIT). Kelompok mahasiswa tersebut merupakan
salah satu perintis perkembangan teknologi komputer dan mereka berkutat dengan
sejumlah komputer mainframe. Kata hacker pertama kalinya muncul dengan arti positif
untuk menyebut seorang anggota yang memiliki keahlian dalam bidang komputer dan
mampu membuat program komputer yang lebih baik ketimbang yang telah dirancang
bersama sebelumnya.
Kemudian pada tahun 1983, analogi hacker semakin berkembang untuk menyebut
seseorang yang memiliki obsesi untuk memahami dan menguasai sistem komputer. Hal
tersebut disebabkan karena pada saat itu untuk pertama kalinya FBI menangkap
kelompok kriminal komputer The 414s yang berbasis di Milwaukee AS. 414 merupakan
kode area lokal mereka. Kelompok yang kemudian disebut oleh media massa Amerika
sebagai hacker tersebut dinyatakan bersalah atas pembobolan 60 buah komputer, dari
komputer milik Pusat Kanker Memorial Sloan-Kettering hingga komputer milik
Laboratorium Nasional Los Alamos.
Satu dari pelaku tersebut mendapatkan kekebalan karena testimonialnya, sedangkan lima
pelaku lainnya mendapatkan hukuman masa percobaan. Pada tahun yang sama keluar
pula sebuah film berjudul War Games yang salah satu perannya dimainkan oleh Matthew
Broderick sebagai David Lightman. Film tersebut menceritakan seorang remaja
penggemar komputer yang secara tidak sengaja terkoneksi dengan super komputer
rahasia yang mengkontrol persenjataan nuklir AS.
Secara spesifik, Richard Mansfield dalam bukunya Hacker Attack (Sybex, 2000)
mendefinisikan hacker sebagai seseorang yang memiliki keinginan untuk melakukan
eksplorasi dan penetrasi terhadap sebuah sistem operasi dan kode komputer pengaman
lainnya, tetapi tidak melakukan tindakan pengrusakan apapun, tidak mencuri uang atau
informasi. Mansfield menambahkan bahwa cracker adalah sisi gelap dari hacker dan
memiliki kertertarikan untuk mencuri informasi, melakukan berbagai macam kerusakan
dan sesekali waktu juga melumpuhkan keseluruhan sistem komputer.
Hacker sebenarnya memiliki kode etik yang pada mulanya diformulasikan dalam buku
karya Steven Levy berjudul Hackers: Heroes of The Computer Revolution, pada tahun
1984. Kode etik hacker tersebut, yang kerap dianut pula oleh para cracker, adalah :
Akses ke sebuah sistem komputer, dan apapun saja dapat mengajarkan mengenai
bagaimana dunia bekerja, haruslah tidak terbatas sama sekali
Segala informasi haruslah gratis
Jangan percaya pada otoritas, promosikanlah desentralisasi
Hacker haruslah dinilai dari sudut pandang aktifitas hackingnya, bukan berdasarkan
standar organisasi formal atau kriteria yang tidak relevan seperti derajat, usia, suku
maupun posisi.
Seseorang dapat menciptakan karya seni dan keindahan di komputer
Komputer dapat mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik.
Mansfield menyatakan bahwa perbedaan terminologi antar hacker dan cracker terkadang
menjadi bias dan hilang sama sekali dalam perspektif media massa dan di masyarakat
umum. Bahkan para cracker juga tidak jarang menyebut diri mereka sebagai hacker
sehingga menyebabkan citra hacking menjadi buruk. Pernyataan tersebut merupakan
penguatan dari pendapat Christian Crumlish dalam bukunya The Internet Dictionary
(Sybex, 1995) yang menyatakan bahwa masyarakat di luar komunitas Internet, baik media
massa maupun masyarakat umum, lebih familiar menggunakan istilah hacker untuk setiap
perilaku eksplorasi dan penetrasi sebuah sistem komputer yang dilakukan secara ilegal
dan cenderung bersifat merugikan pihak lain.
Untuk selanjutnya, dalam artikel ini terminologi hacker yang akan dipakai akan mengacu
kepada "seseorang yang melakukan penetrasi atau masuk ke dalam suatu sistem
komputer tanpa otorisasi yang sah". Terminologi hacker yang dipakai tersebut merupakan
terminologi yang lebih kerap digunakan oleh media massa dan dipahami masyarakat
umum.
==============================
Hacker Sebagai Individu Sosial
==============================
Sebagai individu sosial, seorang hacker tidak pernah lepas dari proses interaksi sosial
dengan hacker lainnya atau dengan komunitas hacker-nya. Interaksi sosial adalah suatu
hubungan antara dua individu atau lebih, sehingga kelakuan individu yang satu
mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakukan individu yang lain atau
sebaliknya. Dari interaksi sosial tersebut maka akan terbentuklah suatu kelompok sosial.
Kelompok sosial adalah suatu unit sosial atau kesatuan sosial yang terdiri atas dua
individu atau lebih yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur,
sehingga di antara individu itu sudah terdapat pembagian tugas, struktur, dan norma-
norma yang khas bagi kelompok itu. Komunikasi antara hacker dengan hacker lainnya
menggunakan sebuah media komunikasi berbasis Internet.
Winn Schawartau dalam bukunya Information Warfare (Thunder's Mouth Press, 1996)
menegaskan bahwa hacker merupakan salah satu jenis individu yang menggunakan
Internet sebagai media komunikasi dan media interaksi sosial antar sesama hacker
lainnya. Ditambahkan pula oleh Schawartau bahwa kelompok hacker merupakan sebuah
subkultur dari masyarakat yang memiliki ketertarikan yang sama dalam hal elektronis
(jaringan komputer di Internet) dan antar anggotanya saling terlibat secara mental
(emosional). Menurut Howard Rheingold dalam bukunya The Virtual Community (The MIT
Press, 2000), Internet merupakan sebuah peluang untuk menghadirkan kembali hubungan
antar pribadi yang pada saat ini intensitasnya semakin berkurang.
Di dalam Internet, perbedaan gender, usia, bangsa dan penampilan fisik tidak menjadi
soal, karena memang hal tersebut tidak bisa dilihat langsung. Itulah yang menyebabkan
hacker tertarik untuk menggunakan Internet sebagai sarana komunikasi dan sekaligus
membentuk suatu komunitas, yaitu lantaran Internet memungkinkan hacker dapat
berinteraksi dengan pihak lain tanpa harus menunjukkan jati diri sebenarnya (anonimitas /
anonimity).
Joel Best dan David Luckenbill dalam bukunya Organizing Deviance (Prentice Hall, 1994)
menganalisa bahwa perilaku menyimpang hacker memiliki dua setting yaitu onstage dan
backstage. Onstage adalah ketika masing-masing individu beraksi sendiri melakukan
hacking, sedangkan backstage adalah saat ketika para pelaku sedang tidak melakukan
hacking dan mereka berkumpul untuk saling bersosialisasi dan berkomunikasi.
Berangkat dari beberapa pemahaman di atas, maka artikel ini mencoba memaparkan
intisari dari tesis penulis yang berjudul "Pola Komunikasi Dalam Kelompok Hacker Dan
Hubungannya Dengan Kegiatan Hacking : Studi Kasus Pada Hacker Di Indonesia", dan
telah dipertahankan di hadapan sidang penguji tesis program studi Ilmu Komunikasi
program pascasarjana Universitas Indonesia (UI) pada tanggal 24 Januari 2002. Tesis
penulis tersebut menggunakan metodologi kualitatif dengan tipe penelitian eksploratif
untuk mendapatkan pemahaman tentang pola pola komunikasi dalam kelompok hacker
dan hubungannya dengan kegiatan hacking. Penulis telah menggunakan Internet,
khususnya aplikasi Internet Relay Chat (IRC) sejak tahun 1996 dan berprofesi sebagai
wartawan bidang TI di media online Detikcom sejak Desember 1999 hingga November
2001.
Saat di Detikcom, penulis banyak melakukan pengamatan perilaku hacker dan menulis
berita tentang aktifitas hacking, sehingga mendapatkan pemahaman yang cukup
mendalam tentang bagaimana sebuah komunitas maya dapat terbentuk serta dinamika
kelompok hacker di Indonesia. Kemudian penulis mulai intensif mengamati chat room para
hacker ketika maraknya aktifitas hacking sepanjang tahun 2000 dan tahun 2001. Sebelum
menentukan hacker mana yang tepat dan bersedia diwawancara sebagai data primer
tesis, penulis melakukan observasi tahap awal ke beberapa chat room hacker, serta
melakukan studi literatur tentang berita-berita kegiatan hacking yang dilakukan oleh
hacker Indonesia.
Beberapa chat room hacker yang diobservasi antara lain chat room #Hackerlink,
#AntiHackerlink, #IndoSniffing, #Jasakom, #Betalmostdone dan #K-Elektronik. Kemudian
untuk studi literatur difokuskan pada berita-berita dan artikel-artikel tentang hacker
Indonesia dan kegiatan hacking yang dimuat oleh media massa Indonesia. Akhirnya
penulis menetapkan tujuh hacker Indonesia yang bersedia di wawancara secara intensif
melalui e-mail. (nickname hacker kami samarkan - penulis).
================================================
Karakteristik Chatroom dan Komunitas Maya Hacker
================================================
Berdasarkan hasil analisa dari data-data yang telah dikumpulkan oleh penulis, terdapat
fakta bahwa hacker yang memiliki atau bergabung dalam suatu kelompok hacker tertentu,
ternyata menggunakan Internet Relay Chat (IRC) atau chatroom. Bukan tidak mungkin
bahwa hacker yang tergabung dalam sebuah chatroom dalam jangka waktu tertentu,
secara berkala dan konsisten, bisa membentuk sebuah kelompok hacker tertentu.
Nama kelompok hacker tersebut akan mengikuti nama chat roomnya, ataupun nama
chatroom yang dipilih akan menyesuaikan dengan nama kelompok hacker tersebut. Nama
dari sebuah chatroom akan mengidentifikasikan nama kelompok hacker tersebut,
demikian pula sebaliknya, nama sebuah kelompok hacker akan mengidentifikasikan nama
chatroom yang digunakan. Contohnya kelompok hacker AntiHackerlink, Jasakom dan K-
Elektronik, masing-masing memiliki chatroom dengan nama #AntiHackerlink, #Jasakom
dan #K-Elektronik. Ketiga chat room tersebut berada di sebuah server Internet global yang
bernama DALnet.
Tampak jelas dalam data-data di atas mengenai nickname pendiri (founder), waktu
didirikan (registered), deskripsi (description) chatroom, dan sebagainya. Sebuah chatroom
dapat menjadi suatu perwujudan dari keberadaan sebuah kelompok sosial atau komunitas
hacker. Kemampuan dan fungsi chatroom memang memungkinkan hal tersebut.
Pertama, chatroom mampu berfungsi sebagai sarana komunikasi sosial dan dapat pula
menjadi manifestasi kelompok sosial itu sendiri. Kemampuan chatroom menjadi sebuah
sarana komunikasi sosial karena secara teknis di dalam chatroom para chatters dapat
melakukan komunikasi interpersonal (private chat) dan komunikasi kelompok (public chat).
Baik private chat maupun public chat, antar pelakunya harus berada dalam satu tempat
yang sama (bertemu dalam satu chatroom tertentu) dan dalam waktu yang sama pula
(real time). Salah satu tahap terjadinya interaksi sosial adalah adanya kontak, yang bisa
bersifat sekunder (menggunakan media tertentu, dalam hal ini melalui chatroom) dan
langsung (tanpa perantara individu lain meskipun tidak face-to-face).
Keduam chatroom mampu menjadi sebuah kelompok sosial. Hal tersebut tak lepas pula
dari karakteristik teknis chatroom itu sendiri. Pertama-tama, kita definisikan dahulu arti
kata kelompok sosial. Menurut George Hillery dalam jurnal CyberSociology
(www.cybersoc.com), ciri komunitas adalah adanya sekelompok orang yang saling
melakukan interaksi sosial dan ada suatu persamaan yang mengikat mereka pada
kelompok tersebut dan antar sesama anggota kelompok, serta mereka berbagi area
tertentu dalam jangka waktu tertentu.
Di dalam chatroom, khususnya server DALnet, ada jenjang struktural dan fungsional yang
baku. Jenjang pertama dan tertinggi adalah founder, super operator (SOP) dan auto
operator (AOP) dan temporary operator. Keempat jabatan tersebut selain struktural, juga
fungsional. Mereka secara umum disebut Operator (OP) dan menggunakan tanda "@" di
depan nickname mereka. Nickname mereka secara otomatis akan berada di urutan
teratas dari listname pengunjung chatroom. Ketiganya merupakan penguasa sebuah
chatroom yang dapat mengundang orang lain untuk datang, mengusir paksa orang dan
mengawasi setiap percakapan publik yang terjadi di chatroom.
Founder adalah pemegang akses tertinggi dalam sebuah chatroom dan hanya dipegang
oleh satu orang saja. Seorang founder bisa mengangkat SOP dan AOP. SOP bisa
mengangkat AOP. Pengangkatan para SOP dan AOP tersebut memerlukan pendekatan
kepada atasaanya. Karena tidak jarang para chatters terpisah antar negara dan sama
sekali tidak pernah bertemu satu dengan yang lainnya secara face-to-face. Pengangkatan
jabatan tersebut harus berdasarkan kepercayaan dan tidak jarang dengan melakukan lobi-
lobi.
Kembali ke pendapat Hillery, syarat penting terjadinya sebuah komunitas maya adalah
adanya suatu persamaan yang mengikat mereka pada kelompok tersebut dan antar
sesama anggota kelompok, serta mereka berbagi area tertentu dalam jangka waktu
tertentu. Para anggota kelompok hacker di chatroom memiliki persaman yang mengikat
yaitu anggotanya sama-sama menyatakan dirinya sebagai hacker dan memiliki tujuan
untuk melakukan hacking. Mereka juga berbagi area kekuasaan tertentu dalam jangka
waktu tertentu. Area tersebut ialah sebuah chatroom.
Konsep area dalam chatroom ini tidak berbeda jauh dengan konsep area kekuasan dalam
dunia nyata. Dalam chatroom pun ada istilah penguasa lahan (operator), perebutan lahan
(channel takeover) dan intimidasi area (flooding). Ada kalanya para anggota sebuah
chatroom melakukan "serangan" ke chatroom lain. Selain itu dikenal pula istilah "meminta
jasa keamanan" kepada operator yang ahli, biasanya adalah operator di sebuah chatroom
besar, yang dalam dunia nyata disebut sebagai God Father. Bagi chat room kecil atau
yang baru memiliki anggota sedikit, tidak jarang diganggu oleh pihak yang iseng. Operator
chatroom besar rata-rata memiliki pengalaman dan pengetahuan yang lebih baik dalam
mengatur sebuah channel dan mengatasi permasalahan yang timbul.
Operator tersebut kemudian diangkat sebagai SOP oleh founder chatroom kecil dan diajak
untuk bergabung dalam channel kecil tersebut, walapun hanya sekedar meletakkan
nickname saja. Dengan adanya God Father dari chatroom besar tersebut, maka tingkat
gangguan terhadap chatroom kecil tersebut dapat dikurangi. Setidaknya membuat pihak
yang ingin mengganggu tersebut harus berpikir dua kali, karena bisa saja dia yang terkena
serangan balasan atau dicekal untuk masuk ke chatroom lain yang dipegang oleh God
Father tersebut.
Salah satu ciri khas yang membedakan antara hacker yang tidak bergabung dengan suatu
kelompok hacker tertentu dengan hacker yang memilih bergabung adalah dari kebiasaan
meninggalkan "catatan" dalam tampilan sebuah situs yang telah dimodifikasi oleh hacker
tersebut. Bagi hacker tanpa kelompok, dia hanya meninggalkan catatan atas nama
nickname atau inisial hacker tersebut.
Salah satu contohnya adalah ketika Fabian Clone pada hari Jumat tanggal 24 Mei 2000
menembus sistem sekuriti situs Indofood.co.id dan Rekayasa.co.id, dia hanya
meninggalkan pesan-pesan yang diakhiri dengan inisial "F.C.". Sedangkan bagi hacker
yang berkelompok, dia akan menuliskan nama kelompoknya. Salah satu contohnya
adalah ketika hC- pada hari Kamis tanggal 16 Mei 2000 menembus sistem sekuriti situs
PLN-Jawa-Bali.co.id, dia meninggalkan pesan-pesan tertentu sekaligus mengucapkan
salam antara lain kepada rekannya dari kelompok hacker AntiHackerlink.
Perbedaan jam antara informasi logs tersebut dengan WIB adalah +7. Dari logs tersebut
bisa dijelaskan bahwa pada pukul 19.38 WIB, Chikebum memasang topic di
#AntiHackerlink yang intinya berisi ajakan atau motivasi untuk melakukan hacking ke situs
Western Union salah satunya. Pada pukul 06.19 WIB keesokan harinya, dotcom-
mengirimkan e-mail ke penulis yang mengatakan bahwa dia dan eF73 berhasil masuk ke
server WesternUnion.com. Siang harinya berita bobolnya server Western Union tersebut
dimuat oleh situs www.detik.com. Kemudian pada pukul 14.24 WIB, Wagimin, alias eF73,
memasang topic di #AntiHackerlink tentang keberhasilan eF73 dan dotcom- menembus
server Western Union, sekaligus memasang alamat situs berita dari Detikcom yang
memberitakan keberhasilan mereka.
Saling memotivasi dan saling memberikan salut merupakan hal yang lumrah dan kerap
terjadi di chatroom hacker. Bukti lain bahwa chat room dapat menjadi sarana belajar
belajar atau motivasi perilaku hacking adalah ketika hC-, seorang hacker Indonesia yang
didenda Rp 150 juta oleh pengadilan Singapura pada tanggal 30 Agustus 2000 karena
membobol jaringan komputer di Singapura, oleh Kepolisian Singapura dirinya dinyatakan
menggunakan chatroom untuk mempelajari teknik penyusupan ke sebuah jaringan
komputer.
Kita kembali kepada konsep Liu tentang syarat eksistensi sebuah komunitas maya.,
khususnya dalam hal konsistensi pemunculan anggota dan adanya interaktifitas pesan
simulasi aksi. Makna pemunculan anggota di sini adalah keberadaan individu dalam
sebuah area tertentu secara konsisten. Keberadaan individu tersebut dimanifestasikan
dengan keberadaan sebuah nickname yang digunakan secara tetap pada sebuah
chatroom secara regular dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan interaktifitas pesan
simulasi aksi adalah keberadaan bahasa-bahasa verbal dalam bentuk teks atau tulisan
yang memiliki makna atau dimaknai sebagai sebuah aksi yang benar-benar dilakukan.
Jika kedua hal ini digabung, maka maknanya adalah pemunculan nickname secara
konsisten dalam sebuah chatroom tertentu yang antara lain dapat melakukan simulasi
aksi. Simulasi aksi baru memiliki makna apabila dilakukan secara real-time kepada lawan
bicara. Ungkapan "saya mencium kamu" misalnya, akan memiliki makna yang berbeda
ketika disampaikan melalui chatroom dan ketika melalui e-mail.
Dalam e-mail, rasa dan makna kehadiran "pada saat itu" menjadi tidak penting. Kejadian
bisa terjadi kapanpun (tidak real-time) dan dimanapun (tanpa harus bertemu di satu
tempat tertentu). Kejadian apapun yang di dalam milis, termasuk simulasi aksi tersebut,
tidak akan memiliki makna seperti dalam chatroom.
Dalam chatroom, rasa dan makna kehadiran menjadi sangat penting. Karena tanpa hadir
dalam satu saat yang sama dan tempat maya yang sama, komunikasi dan interaksi tidak
akan terjadi. Hal tersebut menjelaskan mengapa simulasi aksi tersebut dapat sedemikian
bermakna di chatroom. Kejadian maupun simulasi aksi tersebut benar-benar "dilakukan"
dan "terjadi" pada saat itu.
Makna "saya mencium kamu" di dalam milis bisa jadi bermakna seperti sekedar rayuan,
sekedar angan, obsesi maupun bayangan. Tetapi jika di chatroom "saya mencium kamu"
bisa bermakna "saya saat ini sedang mencium kamu" dan benar-benar tengah terjadi
(secara virtual atau setidaknya dalam benak pelaku). Untuk itulah maka konsep-konsep
tentang cybersex lebih mengacu kepada chat, ketimbang e-mail. Komunikasi interpersonal
akan terasa lebih personal, intensif dan menyentuh bila terjadi secara realtime.
Berdasarkan beberapa hal tersebut di atas, ikatan emosi antar anggota sebuah chatroom
jauh lebih kuat ketimbang antar anggota sebuah mailing-list. Hal ini menjelaskan mengapa
walaupun para hacker banyak berlangganan mailing-list security, eksistensi mereka tetap
dimanifestasikan dalam chatroom. Sekedar contoh, yang kerap disebut sebagai anggota
hacker Jasakom bukanlah mereka yang tergabung dalam mailing-list Jasakom, tetapi lebih
kepada mereka yang secara konsisten muncul di chatroom #Jasakom.
*) Penulis adalah Koordinator ICT Watch dan jurnalis TI independen. Dapat dihubungi melalui e-
mail donnybu@ictwatch.com. Tulisan ini pernah dimuat oleh jurnal i2bc, Oktober 2002.