Anda di halaman 1dari 2

“ Film Hackers: Outlaws & Angels”. Nama : Arman S.

NPM : 2007020046

Film ini menceritakan tentang konflik dalam dunia cyber antara pelanggar hukum dan
pelaksananya. Dalam film ini diceritakan bagaimana hacker beraksi dan bagaimana cara
pelaksana hukum mencegah, mengawasi, dan menangani aksi hacking yang dilakukan
oleh hacker. film dokumenter yang mengambil lokasi di USA. Di negara tersebut terdapat
adan yang disebut "Global Threat Operation Center" yang dikepalai oleh Dennis Treece,
yang melakukan pengawasan 24 jam terhadap aktivitas jaringan yang dilindunginya di
dunia terhadap adanya serangan hacker. Di film ini juga diceritakan sosok pencipta kmik
"Captain Zap", sekaligus seorang mantan hacker yang mampu mengubah jam "clock"
pada sistem komputer yang disebut TNT computer. Captain zap tertangkap, dan dipenjara
selama 18 bulan. kemudian memilih untuk menjadi technical hacker setelah keluar dari
penjara.

Dalam film ini juga dikenal istilah ethical hacker. Yaitu seorang hacker yang melakukan
scanning pada system, kemudian merekomendasikan kerapuhan yang ada pada system
tersebut ke clientnya, sehingga sang client mampu memperbaiki sistem komputernya,
biasanya berupa database yang berisi data-data rahasia perusahaan. Salah seorang ethical
hacker bernama Bryan dari team tiger mendemonstrasikan bagaimana seorang ethical
hacker tidak hanya menggunakan komputernya untuk memperoleh informasi, tapi juga
menggunakan cara klasik seperti berpura-pura kemudian menanyakan informasi tersebut
kepada pihak yang terkait.

Bryan dan timnya membuka sebuah college hacking, melatih beberapa orang untuk
menjadi hacker, dan diharapkan orang-orang tersebut mengerti bagaimana cara hacker
bekerja sehingga mereka dapat mengantisipasinya.

Hacker dalam aksinya, mengklamufasekan lokasinya dengan membuat beberapa setpoint


di beberapa tempat. Artinya jika seorang hacker berada di London dan dia ingin
menyerang sebuah sistem di USA, maka ia tidak akan langsung menyerang USA. Namun
dia akan membuat jalur misalnya dari London ke Afsel, kemudian Meksiko, baru ke
USA. Hal seperti inilah yang membuat cyber crime sulit untuk dilacak pelakunya. Dalam

1
film ini juga didiskusikan bagaimana rawannya sebuah wireless network.

Mengenai bagaiamana dunia kejahatan cyber dilihat dari sisi korban, pelaku, metode
maupun motivasinya. Satu hal yang menarik pada film ini adalah bagaimana penegak
hukum dan hacker bereformasi menjaga masyarakat dan institusi dari kekacauan
elektronik. Atau dengan kata lain bagaimana penegak hukum dan hacker bekerjasama
membangun citra positif. Salah satu hal yang menarik dalam film ini adalah adanya
sebuah lembaga yang memantau aktivitas serangan yang terjadi di Internet selama 24 jam
x 7 hari. Nah, harapan saya sih di Indonesia juga ada lembaga seperti ini, jadi tidak hanya
sekedar mengurusi masalah bagaimana melakukan filtering di Internet seperti yang
sedang ramai saat ini sebagai dampak UU ITE. Selain itu, di film ini juga ada ’sekolah’
khusus tentang hacker (lebih membahas ke aspek hacker sebagai angels) yang murid-
muridnya merupakan karyawan TI dari perusahaan-perusahaan besar. Kapan ya di
Indonesia ada?

Yang menarik, di dalam film ini juga diceritakan bagaimana hacker-hacker china dapat
membuat beberapa kekcacauan pada sebuah system network di Amerika dan Inggris
dengan menggunakan Red Worms. ang menarik lagi (untuk kedua kalinya), nama
Indonesia juga disebut-sebut sebagai negara yang rawan.. Hal ini membuat kita sadar
bahwa SDM di Indonesia juga cukup memadai untuk masalah hacking. Tapi ini baik atau
buruk ya?!

Anda mungkin juga menyukai