Anda di halaman 1dari 17

9

BAB II
TINJAUAN TEORI


A. TINJAUAN TEORI
1. Alat Kontrasepsi Suntik DMPA
a. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan
(Hanafi Winkjosastro, 2007 : 905).
Kontrasepsi Menurut Buku Petugas Fasilitas Pelayanan Keluarga
Berencana (Depkes RI, 2005). Berasal dari kata Kontra berarti
mencegah atau melawan, sedangkan Konsepsi adalah pertemuan antara
sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang
mengakibatkan kehamilan.
Kontrasepsi Menurut (Kapita Selekta Kedokteran, 2001) adalah
upaya mencegah kehamilan yang bersifat sementara ataupun menetap
dan dapat dilakukan tanpa menggunakan alat, secara mekanis,
menggunakan obat/alat atau dengan operasi.
Sedangkan alat kontrasepsi suntik menurut BKKBN adalah
kontrasepsi dengan hormon progesterone yang disuntikan ke bokong
atau otot panggul setiap 3 bulan sekali, atau dengan hormon estrogen
yang disuntikan setiap 1 bulan sekali.



9

10

b. Kontrasepsi Suntik Progestin
1) Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya
mengandung progestin, yaitu:
a) Depoprovera, mengandung 150 mg DMPA (Depo
Medroxi Progesteron Asetat), yang diberikan setiap 3
bulan dengan cara disuntik intramuskular
b) Depo Noristerat, mengandung 200 mg Noretindron
Enantat, yang diberikan setiap 2 bulan dengan cara
disuntik intramuskular (Saifuddin, 2006).
2) Cara kerja:
a) Menghalangi pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak
terjadi pelepasan ovum
b) Mengentalkan lendir serviks, sehingga sulit ditembus
spermatozoa
c) Perubahan peristaltik tuba falopii, sehingga konsepsi
dihambat
d) Mengubah suasana endometrium, sehingga tidak
sempurna untuk implantasi hasil konsepsi (BKKBN,
2009).
3) Efektivitas
Kontrasepsi suntik progestin memiliki efektivitas tinggi
yaitu 0,3 kehamilan per 100 perempuan pertahun, asal
11

penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang
telah ditentukan (Saifuddin, 2006).
4) Keuntungan
a) Sangat efektif
b) Pencegahan kehamilan jangka panjang
c) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
d) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak
serius terhadap penyakit jantung, dan gangguan
pembekuan darah
e) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI
f) Klien tidak perlu menyimpan pil
g) Dapat digunakan oleh perempuan >35 tahun sampai
perimenopause
h) Membantu mencegah kanker endometrium dan
kehamilan ektopik
i) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
j) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul
k) Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell)
(Saifuddin, 2006)
5) Keterbatasan
a) Sering ditemukan gangguan haid
b) Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan
kesehatan (harus kembali untuk suntikan)
12

c) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum
suntikan berikutnya
d) Permasalahan kenaikan berat badan merupakan
efek samping tersering
e) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan
infeksi menular seksual, hepatitis B maupun HIV
f) Terlambatnya kesuburan setelah penghentian
pemakaian
g) Terlambat kembalinya kesuburan bukan karena
terjadinya kerusakan/kelainan pada organ melainkan
karena belum habisnya pelepasan obat suntikan
h) Terjadinya perubahan pada lipid serum pada
penggunaan jangka panjang
i) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan
kekeringan pada vagina, menurunkan libido, sakit
kepala, nervositas, dan jerawat (Saifuddin, 2006).
6) Efek Samping
a) Gangguan haid (ini yang paling sering terjadi)
(1) Amenorhoe yaitu tidak datang haid setiap bulan
selama menggunakan kontrasepsi suntik
(2) Spotting yaitu bercak-bercak perdarahan diluar
haid yang terjadi selam menggunakan kontrasepsi
suntik
13

(3) Metrorhagia yaitu perdarahan yang jumlahnya
berlebihan
b) Sakit Kepala
Rasa berputar/sakit kepala yang dapat terjadi pada satu
sisi, kedua sisi, atau keseluruhan dari bagian kepala. Ini
biasanya bersifat sementara dan akan hilang setelah
suntik pertama dan kedua.
c) Penambahan berat badan
Berat badan bertambah beberapa kilo gram dalam
beberapa bulan setelah menggunakan kontrasepsi suntik
d) Keputihan (Leukorea)
Adanya cairan putih yang berlebihan yang keluar dari
jalan lahir dan terasa mengganggu (jarang terjadi).
e) Pada system kardio-vaskuler efeknya sangat sedikit,
mungkin ada sedikit peninggian dari kadar insulin dan
penurunan HDL-Kolesterol (Hartanto, 2004).
7) Indikasi
a) Usia reproduksi (usia 16-35 tahun)
b) Nullipara dan yang telah memiliki anak
c) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang
d) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai
e) Perokok (kontraindikasi pada suntik kombinasi)
f) Setelah abortus atau keguguran
14

g) Telah banyak anak tetapi belum menghendaki
tubektomi
h) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi
i) Tidak dapat menggunakan kontrasepsi ber-estrogen
j) Anemia defisiensi besi
k) Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah
pembekuan darah atau anemia bulan sabit
l) Menggunakan obat untuk epilepsy (fenitoin dan
barbiurat) atau obat tuberculosis (rifampisin)
m) Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak
boleh menggunakan pil kontrasepsi kombinasi
(Saifuddin, 2006)
8) Kontraindikasi
a) Hamil atau dicurigai hamil
b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid,
terutama amenorea
d) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker
payudara dan diabetes dengan komplikasi (Saifuddin,
2006).
9) Waktu mulai menggunakan kontrasepsi suntik progestin
a) Setiap saat selama siklus haid selama akseptor tidak
hamil
15

b) Mulai hari pertama sampai ban ke-7 siklus haid
c) Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat
diberikan setiap saat, asalkan ibu tidak hamil. Selama 7
hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan
seksual
d) Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan
ingin mengganti dengan kontrasepsi suntikan. Bila ibu
tidak hamil, suntikan pertama dapat segera diberikan
atau tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya
datang
e) Bila ibu sedang menggunakan kontrasepsi suntikan
jenis lain dan ingin mengganti dengan kontrasepsi
suntikan yang lain lagi, kontrasepsi suntikan yang akan
diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasepsi suntikan
yang sebelumnya
10) Cara penggunaan
Kontrasepsi suntik progestin DMPA diberikan setiap 3
bulan dengan cara di suntik intramuskular dalam didaerah
pantat. Apabila suntikan diberikan terlalu dangkal,
penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak
bekerja segera dan efektif. Pemberian kontrasepsi suntik
progestin Noristerat untuk 3 injeksi berikutnya diberikan
16

setiap 8 minggu. Mulai dengan injeksi kelima diberikan
setiap 12 minggu (Saifuddin, 2006).

2. Faktor-faktor yang menentukan pemilihan alat kontrasepsi suntik
a. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Kamus Besar Bahasa Indonesia
2005). Menurut (Suhartono, 2006) pendidikan dalam arti luas yaitu segala
kegiatan pembelajaran yang berlangsung sepanjang zaman dalam segala
situasi kegiatan kehidupan. Pendidikan dalam arti sempit yaitu seluruh
kegiatan belajar yang direncanakan, dengan materi terorganisasi,
dilaksanakan secara terjadwal dalam sistem pengawasan, dan diberikan
evaluasi berdasarkan pada tujuan yang telah ditentukan. Sedangkan
Menurut beberapa ahli salah satunya adalah Dictionory of Education,
Pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan
sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya didalam masyarakat dimana
ia hidup, proses sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh
lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari
sekolah) sehingga dia dapat memperoleh, mengalami perkembangan
kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum (Dasar-Dasar
Kependidikan Ihsan Fuad, 2005).
Adapun jenjang pendidikan akseptor yang diteliti :
17

a. Tidak sekolah/tidak tamat SD
b. Pendidikan Dasar (SD)
c. Pendidikan Menengah (SMP dan SMA)
d. Pendidikan Tinggi
Diseluruh dunia terdapat 6000 juta penduduk buta huruf, sekalipun
mesin otak telah ditemukan 500 tahun yang lalu. Hampir dapat dipastikan
kemampuan menyediakan fasilitas pendidikan semakin terbatas maka
seharusnya jumlah yang memanfaatkan harus terkendali dengan jalan
Keluarga Berencana.
a. Pengetahuan
1) Pengertian pengetahuan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), pengetahuan
didefinisikan segala sesuatu yang diketahui, segala sesuatu yang
diketahui berkenaan dengan hal. Sedangkan Notoatmodjo (2003)
mendefinisikan pengetahuan sebagai hasil dari tahu setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu melalui indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan, dan perabaan.
Pengetahuan juga dapat didefinisikan sebagai kumpulan informasi
yang diperbarui yang didapat dari proses belajar selama hidup dan
dapat dipergunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri baik
terhadap diri sendiri atau lingkungannya.


18

2) Tingkat pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang tercakup dalam
domain mempunyai 6 tingkatan, yaitu :
a) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya.
b) Memahami (Comprehension)
Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar.
c) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan suatu kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.
d) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi
atau objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam
satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e) Sintesis
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru dengan kata lain suatu kemampuan untuk menyusun
suatu formula baru dan formulasi-formulasi yang ada.

19

f) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu materi atau objek.
3) Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Sukmadinata (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang adalah sebagai berikut :
a) Faktor internal
(1) J asmani
Faktor jasmani diantaranya adalah kesehatan indera seseorang.
(2) Rohani
Faktor rohani diantaranya adalah kesehatan psikis, intelektual,
psikomotor, serta kondisi afektif serta kognitif individu.
b) Faktor eksternal
(1) Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam
memberi respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang
yang berpendidikan tinggi akan memberi respon yang lebih
rasional terhadap informasi yang datang, akan berpikir sejauh
mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari
gagasan tersebut.
(2) Paparan media massa
Melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik,
berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga
20

seseorang yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio,
majalah, pamflet, dan lain-lain) akan memperoleh informasi
lebih banyak jika dibandingkan dengan orang yang tidak
pernah terpapar informasi media. Hal ini berarti paparan media
massa mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh
seseorang.
(3) Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun
kebutuhan sekunder, keluarga dengan status ekonomi yang baik
akan lebih mudah tercukupi dibanding keluarga dengan status
ekonomi yang lebih rendah. Hal ini akan mempengaruhi
pemenuhan kebutuhan akan informasi pengetahuan yang
termasuk kebutuhan sekunder.
(4) Hubungan sosial
Manusia adalah makhluk sosial, sehingga dalam kehidupan
saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang
dapat berinteraksi secara kontinyu akan lebih besar terpapar
informasi, sementara faktor hubungan sosial juga
mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikan untuk
menerima pesan menurut model komunikasi media.
(5) Pengalaman
Pengalaman seseorang tentang berbagai hal dapat diperoleh
dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya,
21

misalnya seseorang mengikuti kegiatan-kegiatan yang
mendidik, seperti seminar dan berorganisasi, sehingga dapat
memperluas pengalamannya, karena dari berbagai kegiatan-
kegiatan tersebut, informasi tentang suatu hal dapat diperoleh.
4) Cara memperoleh pengetahuan
Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu cara tradisional (non ilmiah) dan cara modern
(ilmiah).
a) Cara tradisional (non ilmiah)
Cara ini dipakai orang untuk memperoleh pengetahuan
sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan
secara sistematis dan logis.
Cara penentuan pengetahuan secara tradisional antara lain :
(1) Coba-coba dan salah
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan,
bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara ini
dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak
berhasil akan dicoba dengan kemungkinan yang lain.
(2) Cara kekuasaan (otoritas)
Prinsip dalam cara ini adalah orang lain menerima pendapat
yang diketemukan oleh orang yang mempunyai aktivitas tanpa
22

menguji atau membuktikan kebenaran terlebih dahulu
berdasarkan fakta empiris atau berdasarkan penalaran sendiri.
(3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau merupakan
suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.
Dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang
diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang ada pada
masa lalu. Pengalaman pribadi dapat menuntun kembali
seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar. Untuk
menarik kesimpulan dari pengalaman dengan benar diperlukan
berpikir kritis dan logis.
(4) Melalui jalan pikir
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah
menggunakan jalan pikirannya secara induksi dan deduksi.
b) Cara modern (ilmiah)
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada
saat ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Dalam memperoleh
kesimpulan dilakukan dengan jalan mengadakan observasi
langsung dan membuat pencatatan terhadap semua fakta
sebelumnya dengan objek penelitian (Notoatmodjo, 2003).
5) Sumber pengetahuan
Menurut Istiarti (2000), pengetahuan seseorang biasanya diperoleh
dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media
23

elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat
dekat, dan sebagainya. Sumber pengetahuan dapat berupa pemimpin-
pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama,
pemegang pemerintahan, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005).
6) Pengukuran pengetahuan
Cara mengukur pengetahuan seseorang, menggunakan alat bantu
kuesioner dengan cara menilainya dengan dikategorikan baik, cukup
dan kurang. Pengetahuan dinyatakan baik bila 76-100 % pertanyaan
dijawab benar, cukup bila 56-75% pertanyaan dijawab benar, dan
kurang bila pertanyaan dijawab benar <56 % (Arikunto, 2003).
b. Ekonomi
Ekonomi adalah sebuah kegiatan yang biasa menghasilkan uang.
Ekonomi juga cakupan urusan keuangan rumah tangga (Depdiknas, 2005).
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Ekonomi adalah ilmu
mengenai azas-azas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang
serta kekayaan, pemanfaatan uang, tenaga, waktu dan sebagainya yang
berharga.
Penggolongan Masyarakat dalam stratifikasi berdasarkan status sosial
ekonomi dibedakan 3 tingkatan yaitu: Upper class (Tingkat atas), Meddlo
class (Tingkat Menengah), Lower class (Tingkat Bawah).
Tingkat ekonomi mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi. Hal ini
disebabkan karena untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi yang
diperlukan akseptor harus menyediakan dana yang diperlukan. Adapun
24

tingkat ekonomi yang diteliti adalah pendapatan per kapita, berdasarkan
upah minimal regional (UMR) adalah penghasilan rendah <Rp 650.000,-
/bulan, sedang Rp 650.000-Rp 1.075.000,-/bulan, tinggi >Rp.1.075.000,-
/bulan (Badan Pusat Statistik Kabupaten Demak, 2009).
c. Usia
Usia adalah lama waktu hidup sejak dilahirkan (Depdiknakes, 2005).
Usia yang dimaksud disini adalah usia akseptor KB. Usia mempengaruhi
akseptor dalam penggunaan alat kontrasepsi. Dari faktor-faktor usia dapat
ditentukan fase-fase. Usia kurang 20 tahun; fase menunda kehamilan, usia
antara 20-35 tahun; fase menjarangkan kehamilan. Usia antara 35 tahun
lebih; fase mengakhiri kehamilan (Hartanto, 2004).
e. Paritas
Paritas adalah keadaan kelahiran (Kamus Besar Indonesia 2005).
Sedangkan menurut (Siswosudarmo, 2008) paritas adalah jumlah janin
dengan berat badan lebih dari 500 gram atau lebih, yang pernah dilahirkan,
hidup atau mati. Bila berat badan tidak diketahui maka dipakai batas umur
kehamilannya 24 minggu. Berdasarkan pengertian tersebut maka paritas
mempengaruhi pemilihan jenis alat kontrasepsi. Paritas yang diteliti adalah
nullipara yaitu seorang wanita yang belum pernah melahirkan, primipara
yaitu seorang wanita yang pernah melahirkan bayi untuk pertama kali,
multipara yaitu seorang wanita yang pernah melahirkan 2 orang anak,
dan Grande multipara yaitu seorang wanita yang pernah melahirkan 5
orang anak (Prawirohardjo, 2007).
25

B. KERANGKA TEORI


=Yang diteliti
=Yang tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber : modifikasi Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2005)


Faktor predisposisi :
1. Ekonomi
2. Usia
3. Paritas
4. Pendidikan


Faktor Pendorong :
1. Sikap petugas
2. Dukungan
Keluarga

Perilaku
Pemilihan Alat
Kontrasepsi suntik
DMPA
Faktor pendukung :
1. Ketersediaan waktu
2. J arak ke fasilitas
kesehatan

Faktor predisposisi :

1. Ekonomi
2. Usia
3. Paritas
4. Pendidikan
5. Pengetahuan
1. Pendidikan
2. Pengetahuan
3. Ekonomi
4. Usia
5. Paritas
6. kepercayaan
masyarakat
7. tradisi

Anda mungkin juga menyukai