Anda di halaman 1dari 15

24

2. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan pada Bayi/Balita


dengan Diare
I. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama :
Umur/Tanggal lahir : Kebanyakan episode diare terjadi
pada dua tahun pertama kehidupan.
Insiden paling tinggi pada golongan
umur 6-11 bulan (dr. M.C Widjaja
2007)

Jenis Kelamin : Resiko kesakitan diare pada
Golongan perempuan lebih rendah
daripada laki-laki. (dr. M.C Widjaja
2007)
Tanggal MRS :
Diagnosa Medis : Bayi/Balita dengan Diare
Ringan/sedang/berat
b. Identitas orang tua
Nama ayah :
Nama ibu :
Usia ayah/ibu :
Pendidikan ayah/ibu : kelompok ibu dengan status
Pendidikan SLTP ke atas
mempunyai kemungkinan 1,6 kali
memberikan cairan rehidrasi oral
dengan baik pada balita dibanding
dengan kelompok ibu dengan status
25

pendidikan SD ke bawah
(Simatupang, 2004).
Pekerjaan ayah/ibu : Jenis pekerjaan umumnya berkaitan
dengan tingkat pendidikan dan
pendapatan. (Simatupang, 2004)
Penghasilan : Status sosial ekonomi yang rendah akan
mempengaruhi status gizi anggota
keluarga. (dr. M.C Widjaja 2007)
Agama :
Suku/bangsa :
Alamat :

2. Riwayat Kesehatan Klien
a. Alasan Masuk Rumah Sakit: Ibu menginginkan penanganan
segera pada anaknya untuk mencegah dehidrasi berat
b. Keluhan utama:
Anak BAB >4x/hari dengan konsistensi cair, disertai
demam dan muntah. (Schwartz 2004)
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Menurut Suharyono (1999:59), yaitu:
1) Mula-mula bayi/anak menjadi cengeng, gelisah, suhu
badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang
atau tidak ada, dan kemungkinan timbul diare
2) Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir
dan darah. Warna tinja berubah menjadi kehijauan
karena bercampur empedu.
3) Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering
defekasi dan sifatnya makin lama makin asam.
4) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare
5) Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan
elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak.
26

6) Dieresis : terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila
terjadi dehidrasi. Urine normal pada diare tanpa
dehidrasi. Urine sedikit gelap pada dehidrasi ringan atau
sedang. Tidak ada urine dalam waktu 6 jam (dehidrasi
berat).

a. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Riwayat kehamilan dan kelahiran
Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6
bulan pertama kehidupan resiko terkena diare adalah
30 kali lebih besar. Pemberian susu formula merupakan
cara lain dari menyusui. Penggunaan botol untuk susu
formula biasanya menyebabkan risiko tinggi terkena
diare sehingga mengakibatkan terjadinya gizi buruk
(Depkes RI, 2006)

Riwayat imunisasi
Diare sering timbul menyertai campak sehingga
pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah
diare (Depkes RI, 2006).

Riwayat alergi
Gejala alergi susu sapi dapat mengenai organ
pencernaan dengan gejala muntah sampai diare kronik
(Dr. sri s. Nasar, SpA(k) 2007)

Riwayat penyakit yang pernah diderita:
Riwayat operasi/ pembedahan
Riwayat tumbuh kembang


27

3. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Riwayat penyakit menular
b. Riwayat penyakit menurun
c. Riwayat penyakit menahun





4. Pola Fungsional Kesehatan
Kebutuhan Dasar Keterangan
PolaNutrisi
Nafsu makan buruk / anoreksia (dr. M.C
Widjaja 2007)

Pola Eliminasi BAK :
Akibat dehidrasi, diuresis berkurang
(oliguria sampai anuria). (dr. M.C Widjaja
2007)
BAB :
>8x/hari, konsistensi cair dan berlendir
warna kuning. (Barbara C, Long, 1996)
Pola Istirahat Pada anak yang mengalami dehidrasi akut,
akan mengalami letargi (mangantuk)
karena kekurangan kaliu (Hayes, Peter C et
all, 1997)
Pola Personal
Hygiene
Kebiasaan yang berhubungan dengan
kebersihan perorangan yang penting
dalam penularan kuman diare adalah
mencuci tangan. Mencuci tangan dengan
sabun, terutama sesudah buang air besar,
28

sesudah membuang tinja anak, sebelum
menyiapkan makanan, sebelum menyuapi
makanan anak dan sebelum makan,
mempunyai dampak dalam kejadian diare
(Depkes RI, 2006).

Pola Aktivitas Bermain dengan mainan yang
terkontaminasi, apalagi pada bayi sering
memasukan tangan/ mainan / apapun
kedalam mulut. Karena virus ini
dapat bertahan dipermukaan udara
sampai beberapa hari. (Depkes RI, 2006).


5. Riwayat Psikososiokultural Spiritual
a. Komposisi, fungsi dan hubungan keluarga
b. Keadaan lingkungan rumah dan sekitarnya
Di daerah kumuh yang padat penduduk, kurang air
bersih dengan sanitasi yang jelek penyakit mudah
menular. (dr. M.C Widjaja 2007)
c. Kultur dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
Sosial budaya mempengaruhi prilaku hidup sehat dan
kebersihan diri dan kemudian berperan dalam mengurangi
masuknya patogen. (Dona L. Wong. Buku Ajar
Keperawatan Pediatrik Edisi 6 Volume 2, 2008 : 998)






29


B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : kesadaran menurun (apatis, somnolen, dan kadang
kadang sampai soporokomateus). (dr. M.C Widjaja
2007)

Tanda Vital : Tekanan darah : tekanan darah menurun
sampai tidak terukur
(Alimul aziz, 2006)
Nadi : denyut nadi cepat(>120
x/menit) (Alimul aziz,
2006)


Pernapasan : frekuensi pernapasan
meningkat dan lebih
dalam (dr. M.C Widjaja
2007)
Suhu : >37,5
o
C
suhu badan mungkin
meningkat > 37,5
0
c (dr.
M.C Widjaja 2007)
2. Antropometri : Tinggi badan :
Berat badan : Berat badan menurun (dr.
M.C Widjaja 2007)

Berat badan turun. Pada bayi, ubun ubun besar cekung. Tonus
dan turgor kulit berkurang. Selaput lendir mulut dan bibir kering.
(dr. M.C Widjaja 2007)

30

Lila :
Lingkar kepala :
Lingkar dada :
Lingkar perut :

3. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala : kulit kepala bersih, tidak ada lesi/massa,
kontruksi rambut kuat dan distribusi
rambut merata, Pada bayi, ubun ubun
besar cekung (dr. M.C Widjaja 2007)
Wajah : tampak pucat (Alimul aziz, 2006), tidak
tampak oedema.


Mata : mata cekung(Alimul aziz, 2006),
konjungtiva tampak pucat (Juffrie,
2010), sklera tidak ikterik, kelopak mata
tidak tampak oedema.
Telinga : tampak simetris, bersih, tidak tampak
Pengeluaran secret atau serumen.
Hidung : tampak bersih, tidak ada polip, tidak ada
pernafasan cuping hidung, tidak tampak
pengeluaran secret.
Mulut : Tampak simetris Selaput lendir mulut
Dan bibir kering. (Juffrie.2010), tidak
ada stomatitis, lidah tampak bersih, gigi
tampak bersih dan lengkap, gusi tidak
tampak oedema.
Leher : tidak tampak pembesaran pada kelenjar
tiroid, getah bening serta vena jugularis.
31

Dada : tampak simetris, tampak retraksi
dinding dada (Juffrie, 2010).
Abdomen : tampak tegang, kram abdomen
(Cecilya L. Betz et al, 2008)
Genetalia eksterna : tidak oedema, tidak ada kelainan daerah
genetalia, kulit perineal kemerahan.
Anus : Anus dan sekitarnya lecet (dr. M.C
Widjaja 2007)
Ekstremitas : tampak sama panjang, tidak tampak
oedema, jari-jari lengkap, tidak ada bekas
luka.




Palpasi
Kepala : perubahan pada ubun ubun depan
menurut derajat dehidrasinya
Ringan : normal
Sedang : normal hingga cekung
Berat : cekung
(Dona L. Wong, 2009), tidak teraba
benjolan/massa.
Wajah : tidak teraba oedema pada wajah.
Mata : tidak teraba oedema pada kelopak mata.
Telinga : tidak teraba benjolan atau masa.
Hidung : tidak teraba polip.
Leher : tidak teraba pembesaran vena jugularis,
kelenjar tyroid dan getah bening.
Abdomen : turgor kulit berkurang (dr. M.C Widjaja
2007)
32

Genetalia eksterna : tidak ada kelainan pada genetalia.
Anus : tidak ada benjolan mencurigakan.
Ekstremitas : tidak teraba oedema, turgor kulit
berkurang.

Auskultasi
Dada : Terdengar Cepat
Bila sudah ada asidosis metabolic,
penderita akan tampak pucat dengan
pernafasan yang cepat dan dalam
(pernafasan kussmaul).
(dr. M.C Widjaja 2007)



Abdomen : Hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan, sehingga timbul
diare. Bising usus bagi penderita diare >
35x/ menit
(dr. M.C Widjaja 2007)

Perkusi
Dada : paru paru sonor, jantung dullnes.
Abdomen : Anak dehidrasi akan menunjukkan
hipertimpani pada perut akibat
kembung (Sudoyo WA, 2006)

4. Pemeriksaan Neurologis/Refleks

5. Pemeriksaan Penunjang
33

a. Pemeriksaan Laboraturium :
Menurut FKUI (2007) pemeriksaan laboratorium pada
diare adalah
1. Pemeriksaan tinja
a. Makroskopis dan Mikroskopis.
b. Ph dan kadar gula pada tinja dengan kertas lakmus
dan tablet clinitest, bila diduga terdapat intoleransi
gula.
c. Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji
resisten.
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa
dalam darah, dengan menentukan Ph dan cadangan
alkalin atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan
analisa gas darah menurut ASTRUP (bila
memungkinkan).
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk
mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium,
kalium, kalsium dan fosfor dalam serum ( terutama
pada penderita diare yang disertai kejang).
5. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui
jenis jasad renik atau parasite secara kualitatif dan
kuantitatif, terus terutama dilakukan pada penderita
diare kronik.

b. Pemeriksaan USG :
c. Pemeriksaan diagnostic lainnya :
6. Data rekam medis



34

II. INTERPRETASI DATA DASAR
Diagnosis : bayi/balita/anak. usia . Dengan Diare
dehidrasi Ringan/sedang/berat
Masalah : Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
berhubungan dengan kehilangan cairan sekunder
terhadap diare. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau
output berlebihan dan intake yang kurang. Resiko
peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses
infeksi skunder terhadap diare. Resiko gangguan
integritas kulit berhubungan dengan peningkatan
frekuensi diare.
Kebutuhan : Pemberian KIE
Mengingat bahwa penularan penyakit ini melalui 4 f
finger, feces, food and fly, maka penyuluhan yang
penting adalah :
a. Kebersihan perorangan pada anak, mencuci tangan
sebelum makan dan setiap habis memakai alas kaki
jika bermain di tanah.
b. Membiasakan anak membuang air besar di jamban,
jamban harus selalu bersih agar tidak ada lalat.
c. Kebersihan lingkungan untuk menghindari adanya
lalat.
d. Makanan harus selalu tertutup (jika diatas meja)
e. Kepada anak yang sudah dapat membeli makanan
sendiri agar diajarkan untuk tidak membeli
makanan yang dijajankan terbuka.
f. Air minum harus selalu dimasak. Bila sedang
berjangkit penyakit dare selain air yang harus yang
bersih juga perlu dimasak mendidih lebih lama.
(Ngastiyah, 2007)
35


III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL
Menurut Ngastiyah (2005) komplikasi dari daire ada :
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, ocialc atau
hipertonik)
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipoglikemia.
4. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan
defisiensi enzim lactase.
5. Kejang
6. Malnutrisi ocial protein






IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
1. Kolaborasi dengan dr Sp. A dalam pemeberian terapi
IVFD RL/75 cc/ kg BB /4 jam, 40 tpm selanjutnya 10 tpm
(Ngastiyah, 2005)

V. INTERVENSI
1. Lakukan pendekatan pada klien dan petugas
Rasional : agar terjalin hubungan saling percaya dan kerjasama baik
antara klien danpetugas.

2. Berikan pendidikan kesehatan ibu tentang diare
Rasional : Dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang diare
kepada ibu diharapkan mampu mengetahui pengertian diare,
36

penyebab diare, cara penularan diare, pencegahan dan pengobatan
yang akan dilakukan.

3. Berikan KIE penatalaksanaan demam
Rasional : Demam seperti halnya diare membuat anak kehilangan
cairan tubuh. Anak dikatakan demam bila suhu tubuh di atas 38
0
C
dan pada umumnya merupakan tanda infeksi. Demam bisa dimulai
dengan menggigil karena mulai terjadi peningkatan suhu tubuh.
Demam harus harus diperhatikan dengan hati-hati karena demam
yang tinggi berbahaya karena dapat menyebabkan kejang terutama
pada anak-anak bawah lima tahun.

4. Berikan KIE personal hygiene bayi/balita/anak
Rasional : Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan
perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah
mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah
buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan
makanan, sebelum menyuapi makanan anak dan sebelum makan,
mempunyai dampak dalam kejadian diare (Depkes RI, 2006).

5. Berikan pendidikan kesehatan mengenai kebutuhan nutrisi
Rasional : Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama
diare untuk menghindarkan efek buruk pada status gizi
(Mansjoer, 2000). Pemberian makanan selama diare
bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita terutama
pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan.(Kemenkes RI, 2011).

6. Observasi intake dan output
Rasional : Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit
tanpa memlihat etiologinya. Tujuan terapi rehidrasi untuk
37

mengoreksi kekurangan cairan dan elaktrolit secara cepat
(terapi rehidrasi) kemudian mengganti cairan yg hilang
sampai diarenya berhenti (terapi rumatan). (Mansjoer,
2000)

7. Berikan pendidikan kesehatan pada orang tua mengena pemberian
oralit
Rasional : Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare
untuk mengganti cairan yang hilang. (Kemenkes RI, 2011).

8. Kolaborasi dengan dr. SpA dalam pemeberian terapi untuk
megurangi dehidrasi
Rasional : pengobatan yang cepat dan tepat, serta untuk mencegah
terjadinya akibat samping dan komplikasi. Prinsip
pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi dengan
pemberian oralit (rehidrasi) dan mengatasi penyebab diare.
(Fahrial Syam, 2006).

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya
oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim
kesehatan lainnya.

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan
asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan
dalam bentuk SOAP.


38

Anda mungkin juga menyukai