Anda di halaman 1dari 23

EPILEPSI

Oleh :
Yuditya Dwi Cahya L G1A212043
Syaziliasnur Qudrat G1A212052
Annisa Fildza Hazfi G1A212056

Pembimbing :
dr. Bambang , SpS






EPILEPSI
PENDAHULUAN
Epilepsi adalah suatu kondisi neurologik yang
mempengaruhi sistem saraf.
Menurut International League Against Epilepsy, epilepsi
dapat didiagnosis setelah mengalami satu kali kejang,
jika seseorang berada dalam kondisi dimana mereka
memiliki risiko tinggi untuk menderita kejang lagi.
Lebih dari 5% populasi didunia mungkin mengalami satu
kali kejang dalam hidup mereka.
Kurang lebih sebanyak 60 juta orang didunia menderita
epilepsi. Anak-anak dan remaja lebih cenderung
menderita epilepsi dengan sebab yang tidak diketahui
atau murni genetik daripada orang dewasa.
Pada penelitian terbaru memperlihatkan bahwa
70% kejang yang terjadi pada anak-anak dan
dewasa yang baru terdiagnosis epilepsi dapat
dikontrol dengan baik oleh pengobatan.
Dan 30% orang yang mengalami kejang tidak
memberikan respon yang baik dengan pengobatan
yang tersedia.
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi :

Epilepsi : suatu keadaan yang ditandai oleh
bangkitan epilepsi berulang berselang lebih dari
24 jam yang timbul tanpa provokasi.

Bangkitan epilepsi (epileptic seizure) : manifestasi
klinik yang disebabkan oleh aktivitas listrik otak
yang abnormal dan berlebihan dari sekelompok
neuron.
EPIDEMIOLOGI
Frekuensi :
Menurut WHO sekitar 50 juta penduduk di seluruh
dunia mengidap epilepsi.
Di Amerika Serikat : 1,9 - 8 kasus per 100.000
penduduk.
Di Indonesia,prevalensi berkisar antara 0,5 1,2 %,
sehingga dengan jumlah penduduk 210 juta orang
maka populasi masyarakat yang menderita epilepsi
mencapai 2,1 juta orang
EPIDEMIOLOGI
Jenis kelamin :
Kejang absens umumnya terjadi pada wanita dari pada
laki-laki. Dua dari tiga anak dengan epilepsi absens
pada anak adalah perempuan. Epilepsi absens dengan
myoclonus didominasi laki-laki
Morbilitas /morbiditas : Tidak ada kematian yang
langsung disebabkan oleh absence seizure.

Kecelakaan ketika mengemudi atau
mengoperasikan mesin, berbahaya selama
terjadinya mungkin dapat mengakibatkan
kematian.

ETIOLOGI
Epilepsi idiopatik : penyebabnya tidak diketahui, meliputi
50% dari penderita epilepsi anak dan umumnya mempunyai
predisposisi genetik, awitan biasanya pada usia > 3 tahun.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan
ditemukannya alat alat diagnostik yang canggih kelompok
ini makin kecil
Epilepsi simptomatik: disebabkan oleh kelainan/lesi pada
susunan saraf pusat. Misalnya : post trauma kapitis, infeksi
susunan saraf pusat (SSP), gangguan metabolik, malformasi
otak kongenital, asphyxia neonatorum, lesi desak ruang,
gangguan peredaran darah otak, toksik (alkohol,obat),
kelainan neurodegeneratif.
Epilepsi kriptogenik: dianggap simtomatik tetapi penyebabnya
belum diketahui, termasuk disini adalah sindrom West,
sindron Lennox-Gastaut dan epilepsi mioklonik
GEJALA KLINIS
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Diagnosis epilepsi ditegakkan atas dasar adanya bangkitan
epilepsi berulang (minimal 2 kali) tanpa provokasi, dengan atau
tanpa adannya gambaran epileptiform pada EEG. Ada 3 langkah
untuk menuju diagnosis epilepsi, yaitu:
Langkah pertama: ditempuh melalui anamnesis. Pada sebagian
besar kasus, diagnosis epilepsi dapat ditegakkan berdasarkan
informasi akurat yang diperoleh dari anamnesis yang mencakup
auto dan allo anamnesis dari orang tua atau saksi mata.
Gejala sebelum, selama, dan pasca bangkitan:
Keadaan penyandang saat bangkitan: duduk/ berdiri/ berbaring/ tidur/
berkemih
Gejala awitan (aura, gerakan/ sensasi awal/ speech arrest)
Apa yang tampak selama bangkitan (pola/ bentuk bangkitan):
gerakan tonik/klonik, vokalisasi, otomatisme, inkontinensia, lidah
tergigit, pucat, berkeringat, deviasi mata
Keadaan setelah kejadian: bingung, terjaga, nyeri kepala, tidur,
gaduh, gelisah, Todds paresis

PENEGAKAN DIAGNOSIS.. (ANAMNESIS)
Faktor pencetus: alkohol, kurang tidur, hormonal
Apakah terdapat lebih dari satu pola bangkitan,
atau terdapat perubahan pola bangkitan
Ada/tidaknya penyakit lain yang diderita sekarang,
maupun riwayat penyakit neurologik dan riwayat
penyakit psikiatrik maupun penyakit sistemik yang
mungkin menjadi penyebab
Usia awitan, durasi, frekuensi bangkitan, interval
terpanjamg antar bangkitan

PENEGAKAN DIAGNOSIS : TANYAKAN RPD?
Riwayat terapi epilepsi sebelumnya dan respon
terhadap terapi (dosis, kadar OAE, kombinasi
terapi)
Riwayat penyakit epilepsi pada keluarga
Riwayat keluarga dengan penyakit neurologik lainn,
penyakit psikiatrik atau sistemik
Riwayat pada saat dalam kandungan, kelahiran,
dan perkembangan bayi/ anak
Riwayat bangkitan neonatal/ kejang demam
Riwayat trauma kepala, infeksi SSP dan lain-lain

Langkah kedua: untuk menentukan jenis bangkitan,
dilakukan dengan memperhatikan klasifikasi ILAE
1981
Langkah ketiga: untuk menentukan etiologi,
sindrom epilepsi atau penyakit epilepsi apa yang
diderita oleh pasien, dilakukan dengan
memperhatikan klasifikasi ILAE 1989. Langkah ini
penting untuk menentukan prognosis dan respons
terhadap OAE.

PEMERIKSAAN FISIK
keadaan umum
kesadaran
tanda rangsang meningeal
tanda peningkatan tekanan intrakranial.
PX PENUNJANG
Sebagai dasar anamnesis dan menyingkirkan
adanya penyebab kejang ekstrakranial.
Pemeriksaan hematologik : Hb, Leu, Ht, trombosit,
apusan darah tepi, elektrolit (natrium, kalium,
kalsium, magnesium), kadar gula, fungsi hati,
ureum, kreatinin.
Pemeriksaan kadar OAE
Pemeriksaan EEG mutlak diperlukan pada setiap
kasus yang dicurigai sebagai epilepsi. EEG
bermanfaat dalam menentukan jenis epilepsi dan
prognosisnya.
Pemeriksaan CT Scan dan MRI >>> mendeteksi
lesi

DIAGNOSIS BANDING
Adapun diagnosis banding epilepsi adalah sebagai berikut:
1

Sinkop, dapat bersifat vasovagal attack, kardiogenik,
hipovolemik, hipotensi dan sinkop saat miksi (micturatuin
syncope)
Bangkitan iskemik sepintas (transient ischemic attack)
Vertigo
Transient global amnesia
Narkolepsi dan berbagai gangguan tidur
Psikogenik (non-epileptic attack disorder = NAED)
Tics dan gerakan involunter
Bangkitan panic (panic attack)
Gejala-gejala visual (visual symptoms), misalnya pada migren
Drug induced flashback, menyerupai temporal lobe seizure
Drop attacks
Cataplexy

TATA LAKSANA
CARA KERJA OBAT ANTI EPILEPSI
PEMILIHAN OBAT TERGANTUNG JENIS EPILEPSI
Kejangparsial
Kejangumum
Tonikklonik Absencse Mioklonik, atonik
Drug of choice
Karbamazepin
Fenitoin
Valproat
Valproat
Karbamazepin
Fenitoin
Etosuksimid
Valproat
Valproat
Alternatif
Lamotrigin
Gabapentin
Topiramat
Tiagabin
Primidon
Fenobarbital
Lamotrigin
Topiramat
Primidon
Fenobarbital
Klonazepam
Lamotrigin
Klonazepam
Lamotrigin
Topiramat
Felbamat
Kejangparsial Kejangumum
Frozen shoulder terjadi apabila kapsul sendi bahu menjadi tebal disebabkan oleh proses inflamasi di dalam sendi bahu glenohumeral. Radang dalam sendi menyebabkan kapsul sendi yang longgar menjadi ketat kerana terlekat antara satu sama lain. Ruang sendi bahu semakin mengecil, kapsul melekat dan ligamen mengetat pada kedudukan rehat. Keadaan ini mengehadkan keupayaan bahu untuk bergerak dan menyebabkan bahu membeku.
Terapi non farmakologis
Diet : Diet yang digunakan adalah diet ketogenik,
yaitu diet tinggi lemak, rendah karbohidrat dan
protein.
Vagal nerve stimulation (NVS)
Stimulasi nervus vagus diindikasikan untuk terapi
adjuvan dalam mengurangi frekuensi kejang pada
pasien yang refraktori terhadap obat antiepileptik
tetapi tidak dapat menjalani operasi.
Pembedahan
Hindari faktor pemicu

TATALAKSANA NON FAMAKOLOGIS

PERDOSSI. 2012. Pedoman Tatalaksana Epilepsi. Ed. 4. FKUI: Jakarta.
Segan MD, Scott. 2010. Absence Seizure. Stroke Center and Attending Neurologost, St
Barbanas Hospital. Diakses dari www.e-medicine.com tanggal 9 November 2013.
Shorvon SD. 2008. HANDBOOK OF Epilepsy Treatment Forms, Causes andTherapy in
Children and Adults.2nd ed. America: Blackwell Publishing Ltd.
Wilkinson I. 2005. Essential neurology. 4th ed. USA: Blackwell Publishing.
Raharjo, Tri Budi. 2005. Epilepsi dan Penatalaksanaannya. Diakses dari
http://eprints.undip.ac.id tanggal 9 November 2013.
Carl W Bazil. 2004. Epilepsy. Diakses dari www.epilepsy.com tanggal 9 November 2013.
National Institue for Healh and Clinical Excellence. 2012. The Epilepsies : The diagnosis
and management of the epilepsies in adults and children in primary and secondary care.
London, 130-586

Lacy, Charles F. 2009. Drug Information Handbook, American Pharmacists Association.

Dillon & Sander. 2003.Clinical Pharmacy and Therapeutics, Third edition, Churchill
livingstone, New York, 465-468, 472-477.


DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai