Anda di halaman 1dari 31

PRESUS

ANESTEsi pada
katarak senilis

Pembimbing: dr.
Hermin Prihartini,
Sp.An-KIC

Annisa Fildza Hashfi


G1A212056
Intania Zahara
G1A212057

Pendahulu
an
Anestesiologi merupakan ilmu
kedokteran yang pada
awalnya berprofesi
menghilangkan nyeri dan
rumatan pasien sebelum,
selama dan sesudah
pembedahan. Definisi
anestesiologi berkembang
terus sesuai dengan
perkembangan ilmu
kedokteran. Definisi yang
ditegakkan oleh The American
Board of Anesthesiology 1989
ialah mencakup semua
kegiatan profesi atau praktik
yang meliputi hal-hal sebagai
berikut (Latief, 2001):

1. Membantu
menghilangkan nyeri
pd saat pembedahan
2. Memantau homeostatis
pasien pada saat
periopratif
3. Mengobati sindroma
nyeri
4. Resusitasi jantung paru
5. dsb

Tinjauan pustaka

Katar
ak
perubahan lensa mata yang seharusnya jernih
dan tembus pandang menjadi keruh.
Katarak senilis
katarak yang terjadi akibat
dari proses penuaan yang didapatakan pada usia
>50 th
Gejala penurunan visus, pandangan seperti
melihat bayangan, berkabut
Terapi tudak ada terapi obat yang dapat
menyembuhkan katarak, hanya dapat diatasi
dengan oprasi.

Anestesi
umum

Suatu indakan medis yang bertujuan untuk


menghilangkan rasa sakit secara sentral disertai
hilangnya kesadaran yg bersifat reversible

Kerugian :

Membutuhkan
pemantauan ekstra dan
biaya mahal.
Membutuhkan persiapan
pra operasi pada pasien
Dapat menyebabkan
peningkatan fisiologis
Dapat menimbulkan
komplikasi seperti mual
atau muntah, sakit
tenggorokan, sakit kepala,
menggigil, dan
terrtundanya fungsi mental
menjadi normal kembali.
Beberapa obat anestesi
umum dapat
mengakibatkan kenaikan
suhu akut dan berpotensi
mematikan.

Keuntungan :

Mengurangi kesadaran pasien


saat dilakukan pembedahan
Memungkinkan pemilihan obat
pelemah otot yang tepat
Memfasilitasi pemantauan
penuh terhadap jalan nafas
Dapat diberikan tanpa merubah
atau memindahkan pasien dari
posisi operasi
Pemberian obat dapat
disesuaikan atau ditambah
secara lebih mudah untuk durasi
tambahan tak terduga.
Dapat diberikan obat dengan
cepat dan reversibel

Tehknik anestesi
umum

ara
c
3
apat pada
d
r
e
T
ilasi
t
n
um
e
v
m
u
i
tes
anes

Dengan sungkup muka nafas spontan


Indikasi teknik ini dilakukan untuk operasi dengan tindakan
singkat (30-60 menit) dengan keadaan umum pasien baik
(ASA 1). Ke
Intubasi Endotrakeal dengan nafas spontan
Dilakukan dengan memasukkan endotrakheal tube (ET) ke
dalam trakhea melalui oral atau nasal. kemungkinan terdapat
kesulitan dalam mempertahankan airway seperti pada
operasi-operasi dibagian leher dan kepala
Intubasi Dengan Nafas Kendali (Kontrol)
Prosedur teknik ini dilakukan sama dengan prosedur Intubasi
Endotrakeal dengan nafas spontan, namun obat pelumpuh
otot yang digunakan adalah obat pelumpuh otot dengan efek
durasi lebih panjang. Selain itu, obat pelumpuh otot dapat
diulang kembali pemberiannya pada saat pemeliharaan.

Anestesi pada
pasien geriatri

1. Mempunyai keterbatasan
fisik dan fungsi tubuh
2. Ada akumulasi dari penyakit
degenerative sebelumnya
3. Batasan lanjut usia
Berdasarkan WHO
.
.
.
.

Middle age (45-59)


Elderly (60-70)
Old (75-90)
Very old (>90)

Pasien geriatri
ditandai
dengan..

Perubahan
fungsi

Menua adalah suatu proses menghilangnya


secara perlahan-lahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat betahan terhadap jejas
(termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan
yang diderita

Sistem cardiovaskuler
sistem respirasi
sistem renalis
sistem saraf pusat
sistem/ fungsi muskuloskeletal

cardiovaskuler
Pada pasien gagal jantung dan penurunan
elastisitass arterial yg disebabkan fibrosis karena
penuaan perfusi organ buruk pengambilan
gas dan uap inhalasi terganggu/terhalangi
Zat anestesi jantung lebih sensitif terhadap
katekolamin yg di lepaskan kemunduran
hemodinamik aritmia, takikardi
Penurunan respon rangsang simpatis,
kemampuan adaptasi, &autoregulasi menurun
penurunan respon kardiovaskuler dalam
menghadapi stres, pemulihan anestesi yg
memanjang

respirasi
Elastisitas jaringan paru, dan kontraktilitas
dinding dada yg menurun ketidak seimbangan
anatara ventilasi dan perfusi mengganggu
mekanisme ventilasi
Kapasitas, cadangan paru, & pernafasan
diafragma meningkat, jalan nafas menyempit
hipoksemia gagal nafas
Reflek faring dan laryng menurun resiko infeksi
& kemungkinan aspirasi lambung meningkat
Asma bronkospasme berat yg mengancam jiwa

Saraf pusat
Fungsi
sensoris,motori
k dan otonom
menurun

Kecepatan
konduksi saraf,
perfusi otak dan
konsumsi O2
otak, sel neuron
di korteks,
fungsi
neurotransmiter
menurun

Lebih
mudah
terpenge
ruh oleh
efek
samping
obat
terhadap
sistem
saraf

Memerlukan lebih
banyak waktu
untuksembuh
total,dari efek obat
anestesi, biasanya
mengalami
delirium/cognitive
disfungsi post op
(POCD)

Laporan kasus

I. Identitas pasien
Nama
: Tn. mulyawiraji
Umur
: 83 tahun
Berat badan
: 69 kg
Jenis kelamin
: laki-laki
Alamat
: kecila kmranjen banyumas
Agama
: Islam
Pekerjaan
: tidak bekerja
Tanggal operasi : 28 mei 2014
No. CM
: 00753398

II. ANAMNESIS
Keluhan utama
:
Pandangan tearasa kabur
Riwayat penyakit sekarang :

pasien datang ke poli penyakit mata 26 mei


2014, dengan keluhan pandangan terasa
kabur,pandangan kedua mata seperti melihat
kabut dan asap, keluhan di rasakan sejak 10
tahun yang lalu, pasien tidak pernah berobat
sebelumnya, keluhan dirasakan semakin
memberat dan mengganggu aktifitas pasien
sehari-hari

Riwayat
Riwayat
Riwayat
Riwayat
Riwayat
Riwayat

penyakit dahulu :
penyakit darah tinggi
: disangkal
penyakit DM : disangkal
penyakit alergi : disangkal
penyakit asma
: disangkal
operasi sebelumnya : disangkal

Riwayat
Riwayat
Riwayat
Riwayat
Riwayat

penyakit keluarga :
penyakit darah tinggi : disangkal
penyakit DM : disangkal
penyakit alergi : disangkal
penyakit asma : disangkal

III. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : baik


Kesadaran : compos mentis
Vital Sign :
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Respirasi : 20x/menit
Nadi : 76x/menit
Suhu : 360C
Kepala : mesochepal, simetris
Mata
: konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, Reflek
cahaya +/+,VODS 1/300
Hidung : Discharge (-) epistaksis (-), deviasi septum (-)
Mulut
: Lidah Kotor (-) bibir kering (-), hiperemis (-),
pembesaran
tonsil (-), mallapati kelas 1
Gigi : gigi ompong (+), gigi palsu (-)
Telinga
: Discharge (-) tidak ada kelainan bentuk
Leher
: Simestris, trakea ditengah, pembesaran tiroid dan
kelenjar getah bening (-)

Thorax : Pulmo : Simetris kanan - kiri, Tidak ada retraksi,


fokal vremitus kanan daan kiri simetris
SD : vesikuler (+/+) normal
ST : Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
Cor : BJ I-II reguler, S1>S2, , bising (-), m (-), G(-)
Abdomen : I : permukaan datar
A : bising usus (N) , stenosis arteri renalis (-)
P : tymphani seluruh lapang abdomen
P : supel, massa (-)
Extremitas
: Superior dan inferior : edema (-/-),
sianosis (-/-)
Turgor kulit
: cukup
Akral : hangat

IV. PEMERIKSAAN LAB


Hb : 14,5 gr/dl (12-16 gr/dl)
Leukosit : 6750- ul (4800 10800 ul)
Ht: 42% (37-47%)
Eritrosit : 4.4 jt/ul (4.2 - 5.4jt)
Trombosit: 229.000/ul (150000 450000/ul)
PT: 14.6 (11.5-15.5 detik)
APTT : 33.0(25-35 detik)
SGOT : 21
SGPT : 22
Ureum : 33.4
Kreatinin : 1.07
GDS : 91
Natrium : 138
Kalium : 4,6
Klorida : 108

EKG
Normal sinus rhytme, normal EKG

DIAGNOSIS KLINIS
Diagnosis prabedah
: ODS katarak senilis
Diagnosis pasca bedah : ODS katarak senilis
Jenis pembedahan
: SICS+IOL

KESIMPULAN PEMERIKSAAN FISIK


Status ASA I

V. LAPORAN ANESTESI
Persiapan Anestesi
Informed concent
Puasa 6 jam pre operasi

Penatalaksanaan Anestesi
Jenis anestesi : General anestesi
Premedikasi : Ondansentron 1 ampul (4mg/2cc)
Medikasi : propofol 2mg/kgbb
Fentanyl 1,5 mck/kgbb
Isoflurance 10 cc
Tehknik anestesi : General anestesi

Pemantauan selama anestesi :

Mulai anestesi : 10.45


Mulai operasi : 10.50
Selesai operasi : 11.10
Selesai anestesi: 11.20

Cairan yang masuk durante operasi:


RL
: 500cc
Terapi cairan
:
Berat badan = 69 kg
Maintenence = 2cc/kgBB/jam 2x69 = 138cc/jam
Puasa, lama puasa 6 jam
Lama puasa x kebutuhan per jam 6 x 138 = 828
cc
Stress operasi (operasi kecil)4cc x 69x 1/3 = 92 cc
Kebutuhan jam pertama
50% puasa + stress operasi + kebutuhan per jam
414 cc + 92cc + 138 cc = 644cc
Cairan yang masuk selama operasi RL 500 cc

Tekanan darah dan frekuensi nadi.


10.45 : TD : 150/73 mmHg, N : 60x/menit,

Premed : ondansentron 1 ampul 2cc


10.50 : TD :140/70 mmHg, N : 70x/menit
Pemberian obat induksi

11.00 : TD : 130/70 mmHg, N : 72x/menit

Ketorolac 30mg/1cc
11.10 : TD : 120/70 mmHg, N : 70x/menit

Operasi selesai

Pemantauan post operasi


PUKUL

TD

RR

11.30

130/100

80

18

11.40

120/90

84

18

11.45

130/90

96

18

Pembahasan
Pada kasus ini pasien didiagnosis dengan ODS
Katarak Senilis
Katarak pada pasien ini menyerang pada kedua
bola mata pasien, sehingga menimbulkan keluhan
gangguan aktifitas sehari-hari pasien yang
signigfikan serta mengganggu dalam segi
kosmetik.
Teknik anestesi yang di lakukan untuk pasien ini
adalah GA, pada pasien dilakukan dengan
pemasangan pipa endotrakea.Pemasangan pipa
endotrakea merupakan salah satu teknik yang
bertujuan untuk menjaga jalan napas pasien agar
ventilasi dan oksigenasi ke seluruh organ tubuh
dapat terjamin dengan baik

1. Pre Operatif
a. Anamnesis paling penting adalah riwayat penyakit dahulu
dan penyerta yang di derita oleh pasien seperti, asma, DM,
jantung, HT, alergi.
b. Pemeriksaan Fisik patokan pada 6B (breath, blood, brain,
bladder, bowel, bone)
c. Pemeriksaan Lab pemeriksaan lab yang di lakukan untuk
menilai adanya kelainan pada perubahan fisiologi organ2
tubuh pada pasien geriatri contoh nya seperti EKG, SGOT
SGPT, Ureum kreatinin, elektrolit, pt aptt, GDS
d. Pemeriksaan pre medikasi yang di lakukan berfungsi untuk
menentukan prognosis melakukan anestesi pada proses
pembedahan (ASA)
e. Hari operasi
. pengosongan lambung puasa 6 jam
.Pengosongan kandung kemih
.Diberikan obat Premedikasi ondancentron 1 ampul
4mg/2cc
beberapa menit sebelum melakukan operasi

2. Durante Operatif

Medikasi :
propofol 2mg/kgbb
Fentanyl 1,5 mck/kgbb
Isoflurance 10 cc
Monitoring anestesi
Tingkat kedalaman anestesi perubahan
TD, nadi, pernafasan, pupil, kesadaran,
Suhu
Produksi urin
Tekanan darah

3. Post Operatif
a. menjaga keseimbangan cairan
b.Menjaga posisis pasien
c.Manajemen nyeri
d.Memasukkan pasien ke ruang RR
Pengelolaan menurut aldrette score
.Pergerakkan (gerak bertujuan, gerak tak bertujuan, tidak
gerak)
.Pernafasan (teratur batuk nangis, depresi, perlu bantuan)
.Warna kulit (merah muda, pucat, sianosis)
.Tekanan darah ( berubah 20%, 20-30-%, >30%)
.Kesadaran (sadar penuh, rangsangan, tidak bereaksi )
Jika jumlah >8 pasien dapat dipindahkan ke
ruangan

Kesimpulan
Pada tanggal 28 mei 2014 telah dilakukan oprasi ODS
SICS + IOL pada pasien berusia 83 tahun, dengan
melakukan tehknik anestesi umum/general anestesi
Pada kelompok geriatric, terjadi penurunan fungsi system
kardiovaskular, respirasi, genitor urinary, endokrin dan
metabolism, hepato biliar dan gastrointestinal, renal dan
sitem saraf pusa sehingga memerlukan perhatian yang
khusus dalam proses anestesi.
Tahapan preoperative diantaranya adalah memeriksa
pasien untuk memastikan kelayakan pasien apakah dapat
dilakukan operasi atau tidak, puasa, dan dapat dilakukan
premedikasi.
Tahapan intraopratif diantaranya adalah pemberian
induksi intravena dilakukan dengan fentanyl dan
propofol secara bolus melalui karet selang infus
Pada pasien ini pemasangan ET

Terima kasih..

Daftar pustaka
Allison B., Forest Sheppard. Geriatric Anesthesia.In : World Journal of Anesthesiology.
USA: Departemen of Anesthesiology National Naval Medical Centre; 2009;4:323-336.
Djokomoeljanto, M. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta : FKUI
Dobson, M.B. 2004. Penuntun Praktis Anestesi. Jakarta : EGC. 12-13 hal
Darmojo B. Geriatri Ed. 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2009. Hal 3-4; 56-66.
Ilyas,Sidarta, HHB Mailangkay, dkk. Lensa Mata. Dalam: Ilmu Penyakit Mata Untuk
Dokter Umum Dan Mahasiswa Kedokteran. Sagung Seto, Jakarta. 2002
Ilyas, S. Penuntun Ilmu Penyakit Mata edisi ke 3. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2004.
Latief A.L., K.A. Suryadi dan M.R. Dachlan. 2001. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Bagian
anestesiologi dan terapi intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
Miller, RD. 2006. Anesthesis, Seventh edition. Melbourne: Churcill Livingstone
Price, S. A. dan Wilson, L. M. 2006.Patofisiologi Konsep klinis Proses Proses Penyakit.
Edisi 6.Volume 2.Jakarta : EGC
Pitoyo, D dan Amin, M. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta : FKUI
Setiohadji, B. Community Opthalmology.,Cicendo Eye Hospital/Dept ofOphthalmology
Medical Faculty of,Padjadjaran University. 2006.
Shafer SL. The Pharmacology of Anesthetic Drugs In Elderly Patient. Journal of
Anesthesiology. England: Departemen of Anesthesiology; 2000;18:1-29.

Anda mungkin juga menyukai