Anda di halaman 1dari 9

BAB V

PEMBAHASAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari keperawatan. Tahap
pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutihan atau masalah klien.
Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, dan spiritual (Nurjanah,
2005.
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat pula berupa !aktor
predisposisi, !aktor presipitasi, penilaian terhadap stresor, sumber koping dan kumpulan
koping yang dimiliki klien. "ara pengkajian ber!okus pada 5 (lima dimensi yaitu !isik,
emossional, intelektual, sosial dan spiritual (stuart dan sundeen dalam Nurjannah, 2005.
#asus Tn. $ termasuk dari 5 dimensi yaitu dimensi !isik. %enurut teori perilaku
kekerasan adalah bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang, baik se&ara
!isik maupun psikologis. Perilaku tersebut dapat melukai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan (keliat,200'.
Pengkajian pasien, penulis melakukan pengkajian meliputi ( identitas klien,
identitas penanggung jawab, pemeriksaan !isik, pemeriksaan penunjang dan terapi medis.
Data yang penulis kumpulkan sudah men&akup data pengkajian jiwa dalam teori tersebut
karena penilaian terhadap stessor, !aktor predisposisi, !aktor presipitasi. Dalam
pengumpilan data penulis mengunakan metode auto anamnese terhadap klien dan
perawat yang merawat, obser)asi langsung terhadap penampilan dan perilaku klien.
%enurut *aber dan #elley (dalam Nanda, 20+2. Pengkajian indi)idu terdiri atas
riwayat kesehatan (data subjekti! dan pemeriksaan !isik ( data objekti!. ,dapun data
yang diperoleh seteah melakukan pengkajian pada klien Tn. $ yang berupa data subjekti!
antara lain( mendengar suara-suara seperti menyetel kaset, mendengar suara dari ,llah,
melihat bayangan rumah seperti kabah, mengatakan ada bisikan yang menyuruh untuk
bunuh diri, menyatakan habis marah-marah, dan habis menendang ka&a, ketika solat
klien melihat gelas sedangkan data objekti!nya klien tampak berbi&ara sendiri, klien
memba&a doa dengan suara yang keras, klien masuk bak mandi dengan tiba-tiba,
ekspresi tampak tegang, tampak luka dijari kaki, tampak mondar . mandir.
/aktor presipitasi menurut Direja (20++ adalah seseorang akan marah jika
dirinya merasa teran&am. 0aik berupa injuri se&ara !isik, psikis, atau an&aman konsep
diri. $edangkan !aktor presipitasi dalam kasus klien adalah klien putus obat. $edangkan
!aktor predisposisi adalah berbagai !aktor yang menunjang terjadinya perubahan dalam
konsep diri seseorang ($tuart, 2001 dan dalam kasus ini !aktor predisposisinya yaitu
klien pernah mengalami gangguan jiwa sejak 2 tahun yang lalu dan selama ini klien
sudah berobat jalan ke 2$3P /atmawati tetapi pengobatan klien tidak e!ekti! dan
membuat klien melakukan perilaku kekerasan yaitu meme&ahkan ka&a sehingga klien
dirujuk ke 2$%% 0ogor, klien juga mempunyai riwayat tidak menyenangkan yaitu
ditinggal neneknya meninggal serta klien juga putus sekolah waktu $%,. #lien pernah
mengalami aniaya !isik yaitu,,,namun tidak pernah mengalami kekerasan dalam rumah
tangga dan tidak pernah mengalami tindakan kriminal.
#epatuhan dalam pengobatan dapat diartikan sebagai perilaku klien yang
mentaati semua nasehat dan petunjuk yang dianjurkan oleh kalangan tenaga medis.
%enegnai segala sesuatu yang harus dilakukan untuk men&apai tujuan pengobatan, salah
satunya adalah kepatuhan dalam minum obat. 4al ini merupakan syarat utama
ter&apainya keberhasilan pengobatan yang dilakukan ($ugiayrti, 20+2. %enurut teori
(Direja, 20++ seseorang mengalami kekambuhan adalah ketidakmampuan
mengendalikan dorongan marah, stimulus lingkungan, kon!lik interpersonal, status
mental, putus obat, penyalahgunaan narkoba atau alkohol, ketidaksiapan dalam
menempatkan diri sebagai orang yang dewasa. $edangkan pada kasus klien $,
mengalami putus obat sehingga klien mengalami kekambuhan. Peran keluarga disini
tidak terlaksana dengan baik.
%ekanisme koping adapti! klien ber&erita tentang perasaannya dengan
perawat ketika di 2$ dan ber&erita kepada neneknya sebelum neneknya meninggal
sedangkan koping maladapti! yaitu klien minum alkohol dan putus obat serta men&ederai
diri sendiri. $ekarang klien $ mengalami gangguan jiwa, klien tampak emosi labil, suka
mondar-mandir, ekspresi tampak tegang, bi&ara dengan suara keras (memba&a doa-doa,
tampak berbi&ara sendiri dan tiba-tiba masuk bak mandi.
Tanda gejala yang mun&ul pada halusinasi yaitu Tersenyum5tertawa sendiri,
menggerakan bibir tanpa suara, pergerakan mata &epat, respon )erbal lambat
Peningkatan pernapasan, nadi, tekanan darah, konsentrasi terhadap pengalaman
sensorinya, kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dengan realitas
(Dalami,2006 ,da beberapa tanda halusinasi pada klien $ yaitu mendengar suara-suara
yang menyetel, mendengar suara dari ,llah, melihat bayangan-bayangan , menggerakan
bibir tanpa suara jadi bila dibandingkan dengan teori diatas ada beberapa tanda dan
gejala halusiasi pada klien $ yang sesuai dengan teori.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan berbeda dengan diagnosa psikiatrik medis dimana
diagnosa keperawatan adalah respon klien terhadap masalah medis atau bagaimana
masalah mempengaruhi !ungsi klien sehari-hari yang merupakan perhatian utama
diagnosa keperawatan ($&hult7 8 9idebe&k dalam Nurjannah, 2005.
Data yang diperoleh dari Tn. $ yaitu :angguan $ensori Persepsi ( halusinasi
sebagai core problem dapat menyebabkan 2isiko Perilaku #ekerasan yang didukung
oleh data subjekti! klien mengatakan bahwa ;a melihat bayangan ulama, Nabi, dan
#a<bah. #lien mengatakan bahwa dirinya merasa nyaman saat bayangan itu datang.
#lien mengatakan terkadang bayangan dan suara itu menyuruhnya bunuh diri. Data
objekti! yang mendukung ialah klien tampak bi&ara sendiri dan memba&a doa dengan
suara yang keras. 2isiko Perilaku kekerasan merupakan akibat dari mun&ulnya halusinasi
yang didukung oleh data subjekti! klien mengatakan telah menendang ka&a dan marah
marah. Data objekti! pada klien antara lain ekspresi wajah tegang, mondar-mandir, dan
banyak luka di kaki karena pe&ahan ka&a.
3. Intervensi Keperawatan
;nter)ensi keperawatan yang dilakukan pada Tn. $ berdasarkan pada teori
keperawatan jiwa, dimana tujuan umumnya adalah klien dapat mengontrol halusinasi
yang dialaminya, dan ada lima tujuan khusus. Tujuan khusus yang pertama adalah klien
dapat membina hubungan saling per&aya yang merupakan landasan utama untuk
hubungan selanjutnya. %enurut hasil pengkajian dan interaksi yang dilakukan pada kien,
tampak klien sudah dapat membina hubungan saling per&aya pada perawat. Tujuan
khusus kedua ialah klien dapat mengenal halusinasinya. 0erdasarkan data pengkajian
didapatkan bahwa klien mengatakan melihat bayangan ulama dan suara-suara yang
menyuruhnya ibadah, halusinasi ini mun&ul setiap hari saat klien sedang sendiri atau
melamun, klien juga mengatakan bahwa ia merasa tenang dan nyaman saat bayangan itu
mun&ul, dapat disimpulkan klien sudah mampu mengenal halusinasinya namun merasa
nyaman terhaap halusinasinya. Tujuan khusus ketiga ialah klien mampu mengontrol
halusinasinya. %enurut klien halusinasinya membuatnya nyaman dan tenang sehingga ia
selslu menuruti kata-kata halusinasinya. #lien juga sudah dapat melakukan &ara
menghardik untuk mengontrol halusinasinya namun &ara ini tidak diterapkan saat
halusinasinya datang. #lien juga sudah diajarkan &ara ber&akap-&akap saat halusinasinya
datang namun masih belum mampu memperagakannya. Tujuan khusus yang keempat
ialah klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya. Pada saat
kunjungan rumah (home )isit, keluarga mengatakan mengerti apa yang dijelaskan
perawat mengenai pengertian halusinasi, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya
halusinasi, dan &ara untuk mengendalikan halusinasi. Tujuan yang kelima adalah klien
dapat meman!aatkan obat dengan baik. 0erdasarkan obser)asi perawat, klien patuh
minum obat, namun perawat belum menjelaskan mengenai obat-obatan pada klien
sehingga kien belum mengetahui man!aat minum obat, kerugian jika tidak minum obat,
dan mengetahui nama dan warna obat. %enurut rekam medis klien mendapat terapi
4aloperidol = > 5mg, "hlorproma7ine + > +00mg, dan Trihe>ilpenidil = > 2 mg.
4. Ip!eentasi
0erdasarkan teori &ara menghardik dilakukan dengan klien menutup telinga
dengan kedua tangan lalu mengatakan ?suara itu palsu, suara itu tidak nyata, saya tidak
dengar, pergi@. 4al ini tidak selaras dengan &ara menghardik yang dilakukan oleh Tn.$,
pada saat menghardik Tn.$ menutup telingannya dengan kedua tangannnya namun yang
Tn.$ lakukan adalah sambil menarik napas dalam dan menambahkan kata-kata seperti
,llah...4asbunallah *animal *akil.. .#ondisi ini menggambarkan bahwa Tn.$ mampu
melakukan &ara menghardik dengan diarahkan.
0erdasarkan data hasil interaksi antara perawat dan Tn.$ didapatkan bahwa Tn.$
sedang mengalamai halusinasi pada tahap ; dimana klien mengatakan merasa nyaman
dengan halusinasinya. 4al ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Dalami
(2006 yang menyatakan bahwa pasien yang mengalami halusinasi tahap ; akan
mengalami respon perasaan nyaman dan ansietas sedang. $edangkan karakteristik dan
perilaku klien terhadap halusinasinya adalah Tn.$ tidak tertawa sendiri, pergerkan mata
normal, respon )erbal normal, klien tidak merasa ketakutan dan bersalah. Namun,
karakteristik dan perilaku klien tidak selaras dengan teori yang menyatakan bahwa
karakteristik halusinasi pada tahap ; adalah adanya rasa bersalah, ketakutan, tersenyum
sendiri, pergerakan mata &epat, dan respon )erbal lambat.
". Eva!#asi
A)aluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, ren&ana tindakan, dan
implementasinya sudah berhasil di&apai. A)aluasi memungkinkan perawat untuk
memonitor kegiatan yang terjadi selama tahap pengkajian, analisis, peren&anaan, dan
implementasi tindakan (;gnata)i&us dan 0ayne, +66B dalam A!!endi dan %akh!udli,
2006.
Tujuan e)aluasi adalah melihat kemampuan klien dalam men&apai tujuan. 4al
ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon
klien terhadap tindakan keperawatan sehingga perawat dapat mengambil keputusan
(A!!endi dan %akh!udli, 2006. Proses e)aluasi terdiri dari dua tahap, yaitu mengukur
pen&apaian tujuan klien serta gejalanyaC dan membandingkan data yang terkumpul
dengan tujuan dan pen&apaian tujuan (A!!endi dan %akh!udli, 2006.
4asil e)aluasi yang didapat dari Tn.$ meliputi data subjekti! dan data objekti!.
Data subjekti! yang didapatkan antara lain pasien mengatakan dirumah menendang
ka&a, mendengar bisikan seperti di setel ,llah untuk melakukan sesuatu, mendengar
suara menyuruh untuk bunuh diri, rumahnya seperti ka<bah, melihat gelas, mendengar
bisikan hasbunallah wani<mal wakil, halusinasinya sudah dihati sulit untuk dihardik,
saat ini sudah tidak pernah kesal lagi atau marah lagi, menyesal sudah menendang
ka&a, dan menga&uhkan bisikan yang menyuruh untuk bunuh diri. Data objekti!
didapatkan dari Tn.$ meliputi klien tampak masih sering memba&a doa keras-keras,
suka pergi tiba-tiba jika diajak berbi&ara, mulut komat-kamit ba&a doa, mondar-
mandir, tampak luka di jempol kaki, tanda 2P# sudah tidak terlihat, sering lupa &ara
menghardik, dan belum mampu melatih &ara ber&akap-&akap.
0erdasarkan e)aluasi perawat maka akan dilakukan peren&anaan untuk Tn.$
antara lain berlatih &ara menghardik yang benar dan melatih &ara ber&akap-&akap
dengan perawat. $edangkan peren&anaan untuk perawat meliputi latih dan e)aluasi
&ara ber&akap-&akap dengan perawat serta latih dan e)aluasi &ara menghardik.
BAB VI
KESIMP$%AN DAN SA&AN
A. Kesip#!an
Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawan&ara dan mengobser)asi klien
dari segi penampilan, pembi&araan, perilaku klien, kemudian ditambah dengan menelaah
&atatan medis dan &atatan keperawatan. 0erdasarkan data yang telah penulis bahas pada
bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut(
+. Pengkajian data dilakukan dari tanggal klien masuk 2$D, identitas klien, penanggung
jawab, alasan masuk, !aktor predisposisi, !aktor presipitasi, pemeriksaan !isik,
keluhan !isih, psikososial, konsep diri, hubungan sosial, spiritual, status mental,
kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping, masalah psikososial dan lingkungan,
pengetahuan klien, aspek penunjang, serta data subjekti! dan objekti!. Data yang
ber!okus pada pengkajian kasus Tn $ adalah adanya bisikan-bisikan yang mengajak
klien untuk selalu beribadah, serta klien melihat rumahnya seperti ka<bah, klien juga
sering melihat shirathal mustaqin.
2. Dari beberapa diagnosa keperawatan yang mun&ul, yang menjadi core problem adalah
gangguan sensori persepsi( halusinasi pendengaran dan penglihatan. Data yang
diperoleh dari Tn $ sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa halusinasi yang
mun&ul berawal dari masalah berduka dis!ungsional, yaitu karena meninggalnya
orang kesayangan (nenek. ,dapun akibat dari halusinasi yang mun&ul adalah resiko
perilaku kekerasan.
=. ;nter)ensi yang dilakuakan sesuai $EP (Standart Operational Procedure yang telah
ditetapkan. 3ntuk core problem yaitu halusinasi terdiri dari 5 tujuan khusus, yaitu
klien dapat membina hubungan saling per&aya, klien dapat mengenal halusinasinya,
klien dapat mengontrol halusinasinya, klien dapat dukungan dari keluarga dalam
mengontrol halusinasinya, dan klien dapat meman!aatkan obat dengan baik.
;nter)ensi dibuat sesuai dengan tujuan khusus sehingga nantinya klien dapat benar-
benar mengontrol halusinasinya dengan baik.
B. ;mplementasi yang dilakukan oleh perawat yaitu( $P +( menggali isi, waktu, dan
!rekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam atau sering dan kadang-
kadang, situasi dan kondisi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi,
mendiskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi, mendiskusikan
dengan klien apa yang dilakukan untuk mengatasi perasaan tersebut, mendiskusikan
tentang dampak yang akan dialaminya bila klien menikmati halusinasinya, serta
melatih &ara menghardik untuk mengontrol halusinasi. $P2( melatih &ara mengontrol
halusinasi dengan ber&akap-&akap.
5. A)aluasi yang didapat dari Tn. $, antara lain( data subjekti! klien mengatakan adanya
bisikan-bisikan yang mengajak klien untuk selalu beribadah, serta klien melihat
rumahnya seperti ka<bah, klien juga sering melihat shirathal mustaqin. ,dapun data
objekti! yang terlihat adalah klien tampak komat-kamit, tersenyum sendiri, dan sering
bi&ara sendiri. $elain itu, setelah dilakukan inter)ensi klien mampu melakukan &ara
menghardik dan ber&akap-&akap untuk mengontrol halusinasinya. ,kan tetapi kedu
&ara tersebut masih perlu dilatih dan die)aluasi agar penggunaannya bisa lebih e!ekti!
pada pasien.
B. Saran
0erdasarkan kesimpulan di atas, penulis memberikan saran yang diharapkan dapat
berman!aat, yaitu sebagai berikut(
1. Bagi Perawat
Perawat diharapkan memberikan pelayanan yang tepat dan selalu
meningkatkan komunikasi terapeutik kepada pasien sehingga pasien dapat membina
hubungan saling per&aya dengan perawat dan lebih sabar dalam memberikan
pelayanan guna peningkatan penyembuhan pasien dengan &ara melakukan strategi
pelaksanaan kegiatan se&ara intensi! untuk mendukung perbaikan kondisi klien.
'. Bagi &#a( Sakit
Pihak rumah sakit perlu melakukan kegiatan-kegiatan pembinaan5pelatihan
guna meningkatkan pengetahuan serta kesadaran dan tanggung jawab sta! perawat
dalam menangani masalah yang dialami oleh pasien gangguan jiwa di 2$. Di
samping itu, pihak manajemen 2$%% juga perlu menyediakan !asilitas penunjang
kesehatan, termasuk $EP yang baku terkait pengkajian, inter)ensi5$P, dan
dokumentasi.
3. Bagi Instit#si Pen)i)ikan
;nstitusi Pendidikan diharapkan dapat memberikan bimbingan intensi!
kepada mahasiswa se&ara optimal terkait pelaksanaan asuhan keperawatan pada
pasien gangguan jiwa sehingga mahasiswa dapat mengaplikasikan se&ara maksimal
proses belajar di institusi pada kondisi pasien yang nyata di lahan klinik.

Anda mungkin juga menyukai