Anda di halaman 1dari 1

1.

civic education adalah partisipasi yang bermutu dan bertanggung jawab dalam kehidupan politik
dan masyarakat baik tingkat lokal, negara bagian, dan nasional.
2. Latar belakang di atas member pengertian akan pentingnya civic education atas
pertimbangan lemahnya nilai nilai good citizen pada masyarakat yang sedang
mengalami transformasi dan nilai nilai otoritarianisme ke nilai nilai demokrasi.
Dengan demikian perlu civic education sebagai salah satu jalan terbaik mengubah
mentalitas masyarakat agar menjadi warga Negara yang partisipatif di negerinya sendiri.
3. Yaitu dengan menerapkan bilai2 filosofi buaya contohnya adalah
Penerapan Nilai-Nilai Filososfi Budaya Jawa Di Sekolah
a. Penerapan Nilai-nilai Filosofi Budaya Jawa Serat Wedha-Ma-Sapta di sekolah
Serat Wedha-Ma-Sapta bisa diterapkan disekolah melalui beberapa cara:
1. Dengan memberikan kegiatan ekstrakulikuler Serat Wedha-Ma-Sapta di sekolah, dengan
cara ini sekolah sudah bisa menfasilitasi siswa yang mau belajar tentang nilai-nilai filosofi atau
ilmu yang terkandung dalam Serat Wedha-Ma-Sapta,
2. Menjadikan Serat Wedha-Ma-Sapta sebagai pelajaran muatan lokal, jadi secara tidak
langsung sekolah mewajibkan siswa untuk mempelajari Serat Wedha-Ma-Sapta. Disini saya
berharap guru tidak hanya mengajarkan siswa dengan cara mewajibkan menghafal apa isi yang
terkandung di dalam sastra jawa itu, namun yang terpenting adalah siswa mengerti apa nilai-
nilai filosofi yang terkandung di dalam sastra jawa yang berbentuk tembang itu, supaya siswa
dapat meneladaninya di kehidupan sehari-hari. Guru juga harus memberikan contoh sikap
sehari-harinya yang berkaitan dengan nilai-nilai filosofi dari Serat Wedha-Ma-Sapta
3. Mengadakan pentas tembang minimal 1 kali dalam setahun, selain cara ini dapat
mengembangkan bakat siswa, kegiatan ini juga bisa menjadi ajang untuk memperkenalakan
nilai-nilai budaya jawa khususnya Serat Wedha-Ma-Sapta kepada siapa saja yang
menyaksikannya, dan dapat menyampaikan nilai-nilai filosofi yang terkandung didalamnya,

4. Istilah kawula Negara digunakan pemerintah Hindia Belanda untuk menyebut rakyat jajahan.
Istilah kawula menyiratkan bahwa rakyat jajahan (rakyat Nusantara dulu) adalah milik Negara
Hindia Belanda sehingga menunjukkan hubungan tidak sederajat dengan Negara. Menurut
kamus politik, bangsa adalah orang-orang yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan
sejarah, serta memiliki pemerintahan sendiri. Menurut Prof. Hazairin, rakyat adalah sejumlah
orang yang dikuasai, diperintah, dilindungi, dipelihara, diasuh oleh penguasa.
5. Ahli lain yaitu Turner (1990) dalam bukunya yang berjudul Civics: Citizen in Action, menjelaskan
bahwa warga negara adalah anggota dari sekelompok manusia yang hidup atau tinggal di
wilayah hukum tertentu. Adapun hukum tersebut dibuat atau disusun dan diselenggarakan oleh
orang-orang yang memerintah atau yang menguasai dengan tujuan untuk mengatur kelompok
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai