Anda di halaman 1dari 313

101 Devadaha Sutta

Di Devadaha




[214] 1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagav
sedang menetap negeri Sakya di mana terdapat sebuah pemukiman Sakya bernama
Devadaha. Di sana Sang Bhagav memanggil para bhikkhu sebagai berikut: Para
bhikkhu. Yang Mulia, mereka menjawab. Sang Bhagav berkata sebagai berikut:

2. Para bhikkhu, ada beberapa petapa dan brahmana yang menganut doktrin dan
pandangan sebagai berikut: Apa pun yang dirasakan oleh orang ini, apakah
menyenangkan atau menyakitkan atau bukan-menyakitkan-juga-bukan-
menyenangkan, semua itu disebabkan oleh apa yang dilakukan di masa lampau.
922

Jadi dengan memusnahkan perbuatan lampau melalui pertapaan
923
dan dengan tidak
melakukan perbuatan baru, maka tidak akan ada akibat di masa depan. Dengan tidak
adanya akibat di masa depan, maka hancurnya perbuatan terjadi. Dengan hancurnya
perbuatan, maka hancurnya penderitaan terjadi. Dengan hancurnya penderitaan, maka
hancurnya perasaan terjadi. Dengan hancurnya perasaan, maka segala penderitaan
akan menjadi padam. Demikianlah menurut para Nigaha, para bhikkhu.

3. Aku mendatangi para Nigaha yang mengatakan demikian dan Aku mengatakan:
Teman-teman para Nigaha, benarkah bahwa kalian menganut doktrin dan
pandangan sebagai berikut: Apa pun yang dirasakan oleh orang ini maka segala
penderitaan akan menjadi padam.? Jika, ketika mereka ditanya demikian, para
Nigaha itu mengakui dan mengatakan Benar, maka aku berkata kepada mereka:

4. Tetapi, teman-teman, apakah kalian mengetahui bahwa kalian ada di masa
lampau, dan bahwa bukan pada kenyataannya kalian tidak ada? Tidak, Teman.
Tetapi, teman-teman, apakah kalian mengetahui bahwa kalian telah melakukan
perbuatan jahat di masa lampau dan tidak menghindarinya? Tidak, Teman.
Tetapi, teman-teman, apakah kalian mengetahui bahwa kalian melakukan perbuatan
jahat ini dan itu? - Tidak, Teman. Tetapi, teman-teman, apakah kalian
mengetahui seberapa banyak penderitaan yang telah padam, atau seberapa banyak
penderitaan yang masih harus dipadamkan, atau bahwa setelah berapa banyak
penderitaan dipadamkan maka semua penderitaan akan padam? [215] Tidak,
Teman. Tetapi, teman-teman, apakah kalian mengetahui apakah meninggalkan
kondisi-kondisi tidak bermanfaat itu dan apakah melatih kondisi-kondisi bermanfaat
di sini dan saat ini? Tidak, Teman.

5. Jadi, teman-teman, sepertinya kalian tidak mengetahui bahwa kalian pernah ada di
masa lampau dan bahwa bukan pada kenyataaanya kalian tidak pernah ada; atau
bahwa kalian telah melakukan perbuatan jahat di masa lampau dan tidak
menghindarinya; atau bahwa kalian melakukan perbuatan jahat ini dan itu; atau
bahwa seberapa banyak penderitaan yang telah padam, atau seberapa banyak
penderitaan yang masih harus dipadamkan, atau bahwa setelah berapa banyak
penderitaan dipadamkan maka semua penderitaan akan padam; atau apakah
meninggalkan kondisi-kondisi tidak bermanfaat itu dan apakah melatih kondisi-
kondisi bermanfaat di sini dan saat ini. Kalau begitu, tidaklah selayaknya bagi para
mulia Nigaha untuk menyatakan: Apa pun yang dirasakan oleh orang ini, apakah
menyenangkan atau menyakitkan atau bukan-menyakitkan-juga-bukan-
menyenangkan, semua itu disebabkan oleh apa yang dilakukan di masa lampau. Jadi
dengan memusnahkan perbuatan lampau melalui pertapaan dan dengan tidak
melakukan perbuatan baru, maka tidak akan ada akibat di masa depan. Dengan tidak
adanya akibat di masa depan segala penderitaan akan menjadi padam.

6. Jika, Teman-teman Nigaha, kalian mengetahui bahwa kalian pernah ada di
masa lampau dan bahwa bukan pada kenyataaanya kalian tidak pernah ada; atau
bahwa kalian telah melakukan perbuatan jahat di masa lampau dan tidak
menghindarinya; atau bahwa kalian melakukan perbuatan jahat ini dan itu; atau
bahwa seberapa banyak penderitaan yang telah padam, atau seberapa banyak
penderitaan yang masih harus dipadamkan, atau bahwa setelah berapa banyak
penderitaan dipadamkan maka semua penderitaan akan padam; atau apakah
meninggalkan kondisi-kondisi tidak bermanfaat itu dan apakah melatih kondisi-
kondisi bermanfaat di sini dan saat ini. Kalau begitu, maka adalah selayaknya bagi
para mulia Nigaha untuk menyatakan: Apa pun yang dirasakan oleh orang ini
[216] segala penderitaan akan menjadi padam.

7. Teman-teman Nigaha, misalkan seseorang terluka oleh anak panah beracun,
dan karena itu ia merasakan perasaan sakit, menyiksa dan menusuk. Kemudian
teman-teman dan sahabatnya, sanak-saudara dan kerabatnya, membawa seorang ahli
bedah. Ahli bedah itu membedah luka itu dengan pisau, memeriksa anak panah itu
dengan alat periksa, mencabut anak panah itu, dan mengoleskan serbuk obat pada
luka itu, dan pada setiap tahapan itu orang itu akan merasakan perasaan sakit,
menyiksa dan menusuk. Kemudian belakangan, ketika luka itu sembuh dan tertutup
kulit, orang itu menjadi baik dan bahagia, tidak bergantung, menguasai dirinya
sendiri, mampu bepergian kemanapun yang ia kehendaki. Ia mungkin berpikir:
Sebelumnya aku tertusuk oleh anak panah beracun, dan karenanya aku merasakan
perasaan sakit, menyiksa dan menusuk. Kemudian teman-teman dan sahabatku,
sanak-saudara dan kerabatku, membawa seorang ahli bedah. Ahli bedah itu
membedah luka itu dengan pisau, memeriksa anak panah itu dengan alat periksa,
mencabut anak panah itu, dan mengoleskan serbuk obat pada luka itu, dan pada setiap
tahapan itu aku merasakan perasaan sakit, menyiksa dan menusuk. [217] Tetapi
sekarang luka itu sembuh dan tertutup kulit, aku menjadi baik dan bahagia, tidak
bergantung, menguasai diriku sendiri, mampu bepergian kemanapun yang
kukehendaki.

8. Demikian pula, Teman Nigaha, jika kalian mengetahui bahwa kalian pernah
ada di masa lampau dan bahwa bukan pada kenyataaanya kalian tidak pernah ada
atau apakah meninggalkan kondisi-kondisi tidak bermanfaat itu dan apakah melatih
kondisi-kondisi bermanfaat di sini dan saat ini. Kalau begitu, maka adalah selayaknya
bagi para mulia Nigaha untuk menyatakan: Apa pun yang dirasakan oleh orang ini
segala penderitaan akan menjadi padam.

9. Tetapi karena, Teman-teman Nigaha, kalian tidak mengetahui bahwa kalian
pernah ada di masa lampau dan bahwa bukan pada kenyataaanya kalian tidak pernah
ada atau apakah meninggalkan kondisi-kondisi tidak bermanfaat itu dan apakah
melatih kondisi-kondisi bermanfaat di sini dan saat ini. Kalau begitu, maka adalah
tidak selayaknya bagi para mulia Nigaha untuk menyatakan: Apa pun yang
dirasakan oleh orang ini segala penderitaan akan menjadi padam.

10. Ketika hal ini dikatakan, Para Nigaha berkata kepadaKu: [218] Teman,
Nigaha Ntaputta adalah maha-tahu dan maha-melihat, memiliki pengetahuan dan
penglihatan lengkap sebagai berikut: Apakah Aku berjalan atau berdiri atau terlelap
atau terjaga, pengetahuan dan penglihatan terus-menerus dan tanpa terputus ada
padaKu. Ia berkata sebagai berikut: "Para Nigaha, kalian telah melakukan
perbuatan jahat di masa lampau, padamkanlah dengan melaksanakan pertapaan keras.
Dan ketika kalian di sini dan saat ini terkendali dalam jasmani, ucapan, dan pikiran,
itu berarti tidak melakukan perbuatan jahat di masa depan. Jadi dengan memusnahkan
perbuatan lampau melalui pertapaan dan dengan tidak melakukan perbuatan baru,
maka tidak akan ada akibat di masa depan maka segala penderitaan akan menjadi
padam. Kami menyetujui dan menerima ini, dan kami merasa puas.

11. Ketika hal ini dikatakan, Aku berkata kepada para Nigaha:
924
Ada lima hal,
Teman Nigaha, yang mungkin terbukti dalam dua cara berbeda di sini dan saat ini.
Apakah lima ini? Keyakinan, persetujuan, tradisi lisan, penalaran, dan penerimaan
pandangan melalui perenungan. Kelima hal ini mungkin terbukti dalam dua cara
berbeda di sini dan saat ini. Di sini, keyakinan yang bagaimanakah yang Para Mulia
Nigaha yakini pada guru yang mengatakan tentang masa lampau? Persetujuan yang
bagaimanakah, Tradisi lisan yang bagaimanakah, penalaran yang bagaimanakah,
penerimaan pandangan melalui perenungan yang bagaimanakah? Dengan
mengatakan demikian, para bhikkhu, Aku tidak melihat adanya pembelaan yang sah
atas posisi mereka oleh para Nigaha.

12. Kemudian, para bhikkhu, Aku berkata kepada para Nigaha: Bagaimana
menurut kalian, Teman-teman Nigaha? Ketika ada pengerahan keras, ada usaha
keras, apakah kalian merasakan perasaan sakit, menyiksa, menusuk karena
pengerahan keras itu? tetapi ketika tidak ada pengerahan keras, tidak ada usaha keras,
apakah kalian merasakan perasaan sakit, menyiksa, menusuk karena pengerahan keras
itu? Ketika ada pengerahan keras, Teman Gotama, ada usaha keras, maka kami
merasakan perasaan sakit, menyiksa, menusuk karena pengerahan keras itu; [219]
tetapi ketika tidak ada pengerahan keras, tidak ada usaha keras, maka kami tidak
merasakan perasaan sakit, menyiksa, menusuk karena pengerahan keras itu.

13. Jadi sepertinya, Teman-teman Nigaha, bahwa ketika ada pengerahan keras
maka kalian merasakan perasaan menyakitkan, menyiksa, menusuk karena
pengerahan keras itu; tetapi ketika tidak ada pengerahan keras maka kalian tidak
merasakan perasaan menyakitkan, menyiksa, menusuk karena pengerahan keras itu.
Kalau begitu, tidaklah selayaknya bagi para mulia Nigaha untuk menyatakan:
925

Apa pun yang dirasakan oleh orang ini, apakah menyenangkan atau menyakitkan
atau bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan, semua itu disebabkan oleh apa
yang dilakukan di masa lampau. Jadi dengan memusnahkan perbuatan lampau melalui
pertapaan dan dengan tidak melakukan perbuatan baru, maka tidak akan ada akibat di
masa depan. Dengan tidak adanya akibat segala penderitaan akan menjadi padam.

14. Jika, Teman-teman Nigaha, bahwa ketika ada pengerahan keras, ada usaha
keras, maka perasaan menyakitkan, menyiksa, menusuk karena pengerahan keras itu
juga ada, dan ketika tidak ada pengerahan keras, tidak ada usaha keras maka perasaan
menyakitkan, menyiksa, menusuk karena pengerahan keras itu tetap masih ada;
dengan demikian, adalah selayaknya bagi para mulia Nigaha untuk menyatakan:
Apa pun yang dirasakan oleh orang ini segala penderitaan akan menjadi padam.

15. Tetapi karena, Teman-teman Nigaha, ketika ada pengerahan keras, ada usaha
keras, maka kalian merasakan perasaan menyakitkan, menyiksa, menusuk karena
pengerahan keras itu, tetapi ketika tidak ada pengerahan keras, tidak ada usaha keras,
maka kalian tidak merasakan perasaan menyakitkan, menyiksa, menusuk karena
pengerahan keras itu, oleh karena itu kalian hanya merasakan perasaan menyakitkan,
menyiksa, menusuk dari pengerahan yang kalian lakukan sendiri, dan adalah karena
ketidak-tahuan, tidak-mengetahui, dan delusi [220] maka kalian secara keliru
menganggap: Apa pun yang dirasakan oleh orang ini segala penderitaan akan
menjadi padam. Dengan mengatakan demikian, para bhikkhu, Aku tidak melihat
adanya pembelaan yang sah atas posisi mereka oleh para Nigaha.

16. Kemudian para bhikkhu, Aku berkata kepada para Nigaha: Bagaimana
menurutmu, Teman-teman Nigaha? Mungkinkah bahwa suatu perbuatan [yang
akibatnya] harus dialami di sini dan saat ini
926
dapat, melalui pengerahan dan usaha
keras, menjadi perbuatan [yang akibatnya] dialami dalam kehidupan mendatang?
Tidak, Teman. Tetapi mungkinkah suatu perbuatan [yang akibatnya] akan dialami
dalam kehidupan mendatang, melalui pengerahan dan usaha keras, menjadi perbuatan
[yang akibatnya] harus dialami di sini dan saat ini? Tidak, Teman.

17. Bagaimana menurutmu, Teman-teman Nigaha? Mungkinkah bahwa suatu
perbuatan [yang akibatnya] harus dialami sebagai menyenangkan dapat, melalui
pengerahan dan usaha keras, menjadi perbuatan [yang akibatnya] harus dialami
sebagai menyakitkan? Tidak, Teman. Tetapi mungkinkah bahwa suatu
perbuatan [yang akibatnya] harus dialami sebagai menyakitkan dapat, melalui
pengerahan dan usaha keras, menjadi perbuatan [yang akibatnya] harus dialami
sebagai menyenangkan? Tidak, Teman.

18. Bagaimana menurutmu, Teman-teman Nigaha? Mungkinkah bahwa suatu
perbuatan [yang akibatnya] harus dialami dalam [pribadi] yang matang dapat, melalui
pengerahan dan usaha keras, menjadi perbuatan [yang akibatnya] harus dialami dalam
[pribadi] yang belum matang?
927
- Tidak, Teman. Tetapi mungkinkah bahwa
suatu perbuatan [yang akibatnya] harus dialami dalam [pribadi] yang belum matang
dapat, melalui pengerahan dan usaha keras, menjadi perbuatan [yang akibatnya] harus
dialami dalam pribadi yang matang? Tidak, Teman.

19. Bagaimana menurutmu, Teman-teman Nigaha? [221]Mungkinkah bahwa
suatu perbuatan [yang akibatnya] harus banyak dialami dapat, melalui pengerahan dan
usaha keras, menjadi perbuatan [yang akibatnya] sedikit dialami? Tidak, Teman. -
Tetapi mungkinkah bahwa suatu perbuatan [yang akibatnya] harus sedikit dialami
dapat, melalui pengerahan dan usaha keras, menjadi perbuatan [yang akibatnya]
banyak dialami? Tidak, Teman.

20. Bagaimana menurutmu, Teman-teman Nigaha? Mungkinkah bahwa suatu
perbuatan [yang akibatnya] harus dialami dapat, melalui pengerahan dan usaha keras,
menjadi perbuatan [yang akibatnya] tidak dialami?
928
Tidak, Teman. - Tetapi
mungkinkah bahwa suatu perbuatan [yang akibatnya] tidak dialami dapat, melalui
pengerahan dan usaha keras, menjadi perbuatan [yang akibatnya] dialami? Tidak,
Teman.

21. Jadi sepertinya, Teman Nigaha, bahwa adalah tidak mungkin bahwa suatu
perbuatan [yang akibatnya] harus dialami di sini dan saat ini dapat, melalui
pengerahan dan usaha keras, menjadi perbuatan [yang akibatnya] dialami dalam
kehidupan mendatang, dan tidak mungkin suatu perbuatan [yang akibatnya] akan
dialami dalam kehidupan mendatang, melalui pengerahan dan usaha keras, menjadi
perbuatan [yang akibatnya] harus dialami di sini dan saat ini; tidak mungkin bahwa
suatu perbuatan [yang akibatnya] harus dialami sebagai menyenangkan dapat, melalui
pengerahan dan usaha keras, menjadi perbuatan [yang akibatnya] harus dialami
sebagai menyakitkan, dan tidak mungkin bahwa suatu perbuatan [yang akibatnya]
harus dialami sebagai menyakitkan dapat, melalui pengerahan dan usaha keras,
menjadi perbuatan [yang akibatnya] harus dialami sebagai menyenangkan; tidak
mungkin bahwa suatu perbuatan [yang akibatnya] harus dialami dalam [pribadi] yang
matang dapat, melalui pengerahan dan usaha keras, menjadi perbuatan [yang
akibatnya] harus dialami dalam [pribadi] yang belum matang, dan tidak mungkin
bahwa suatu perbuatan [yang akibatnya] harus dialami dalam [pribadi] yang belum
matang dapat, melalui pengerahan dan usaha keras, menjadi perbuatan [yang
akibatnya] harus dialami dalam [pribadi] yang matang; tidak mungkin bahwa suatu
perbuatan [yang akibatnya] harus banyak dialami dapat, melalui pengerahan dan
usaha keras, menjadi perbuatan [yang akibatnya] sedikit dialami, dan tidak mungkin
bahwa suatu perbuatan [yang akibatnya] harus sedikit dialami dapat, melalui
pengerahan dan usaha keras, menjadi perbuatan [yang akibatnya] banyak dialami;
tidak mungkin bahwa suatu perbuatan [yang akibatnya] harus dialami dapat, melalui
pengerahan dan usaha keras, menjadi perbuatan [yang akibatnya] tidak dialami, dan
tidak mungkin bahwa suatu perbuatan [yang akibatnya] tidak dialami dapat, melalui
pengerahan dan usaha keras, menjadi perbuatan [yang akibatnya] dialami. Oleh
karena itu, pengerahan Yang Mulia para Nigaha adalah tidak berbuah, [222] usaha
mereka adalah tidak berbuah.

22. Demikianlah para Nigaha berkata, para bhikkhu. Dan karena para Nigaha
berkata demikian, maka ada sepuluh kesimpulan sah dari pernyataan mereka yang
memberikan dasar untuk mencela mereka:

(1) Jika kenikmatan dan kesakitan yang sedang dirasakan adalah disebabkan oleh
apa yang telah dilakukan di masa lampau, maka para Nigaha pasti telah melakukan
perbuatan buruk di masa lampau, karena mereka saat ini merasakan perasaan
menyakitkan, menyiksa, menusuk.

(2) Jika kenikmatan dan kesakitan yang sedang dirasakan adalah disebabkan oleh
tindakan kreatif Tuhan yang Tertinggi,
929
maka para Nigaha pasti diciptakan oleh
Tuhan Tertinggi yang jahat, karena mereka saat ini merasakan perasaan menyakitkan,
menyiksa, menusuk.

(3) Jika kenikmatan dan kesakitan yang sedang dirasakan adalah disebabkan oleh
situasi dan alam,
930
maka para Nigaha pasti bernasib buruk, karena mereka saat ini
merasakan perasaan menyakitkan, menyiksa, menusuk.

(4) Jika kenikmatan dan kesakitan yang sedang dirasakan adalah disebabkan oleh
kelompok [di antara enam kelompok kelahiran],
931
maka para Nigaha pasti berasal
dari kelompok yang buruk, karena mereka saat ini merasakan perasaan menyakitkan,
menyiksa, menusuk.

(5) Jika kenikmatan dan kesakitan yang sedang dirasakan adalah disebabkan oleh
pengerahan di sini dan saat ini, maka para Nigaha pasti berusaha dengan buruk di
sini dan saat ini, karena mereka saat ini merasakan perasaan menyakitkan, menyiksa,
menusuk.

(6) Jika kenikmatan dan kesakitan yang sedang dirasakan adalah disebabkan oleh
apa yang telah dilakukan di masa lampau, maka para Nigaha harus dicela; jika
tidak, maka para Nigaha juga harus dicela.

(7) Jika kenikmatan dan kesakitan yang sedang dirasakan adalah disebabkan oleh
tindakan kreatif Tuhan yang Tertinggi, maka para Nigaha harus dicela; jika tidak,
maka mereka juga harus dicela.

(8) Jika kenikmatan dan kesakitan yang sedang dirasakan adalah disebabkan oleh
nasib, maka para Nigaha harus dicela; jika tidak, maka mereka juga harus dicela.

(9) Jika kenikmatan dan kesakitan yang sedang dirasakan adalah disebabkan oleh
kelompok, maka para Nigaha harus dicela; jika tidak, maka mereka juga harus
dicela.

(10) Jika kenikmatan dan kesakitan yang sedang dirasakan adalah disebabkan oleh
pengerahan di sini dan saat ini, [223] maka para Nigaha harus dicela; jika tidak,
maka mereka juga harus dicela.

Demikianlah para Nigaha berkata, para bhikkhu. Dan karena para Nigaha berkata
demikian, maka ada sepuluh kesimpulan sah ini dari pernyataan mereka yang
memberikan dasar untuk mencela mereka. Dengan demikian, pengerahan mereka
adalah tidak berbuah, usaha mereka adalah tidak berbuah.

23. Dan bagaimanakah pengerahan menjadi berbuah, para bhikkhu, bagaimanakah
usaha menjadi berbuah? Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu yang tidak diliputi
penderitaan tidak meliputi dirinya dengan penderitaan; dan ia tidak melepaskan
kenikmatan yang sesuai dengan Dhamma, namun ia tidak tergila-gila dengan
kenikmatan itu.
932
Ia mengetahui sebagai berikut: Jika aku berusaha dengan penuh
tekad, maka sumber penderitaan ini akan meluruh dalam diriku karena usaha penuh
tekad itu; dan jika aku mengamati dengan keseimbangan, maka sumber penderitaan
ini meluruh dalam diriku selagi aku mengembangkan keseimbangan.
933
Ia berusaha
dengan penuh tekad sehubungan dengan sumber penderitaan itu yang meluruh dalam
dirinya karena usaha penuh tekad itu; dan ia mengembangkan keseimbangan
sehubungan dengan sumber penderitaan itu yang meluruh dalam dirinya selagi ia
mengembangkan keseimbangan. Ketika ia berusaha dengan penuh tekad, sumber
penderitaan ini dan itu meluruh dalam dirinya karena usaha penuh tekad itu;
demikianlah penderitaan itu padam dalam dirinya. Ketika ia mengamati dengan
keseimbangan, sumber penderitaan ini dan itu meluruh dalam dirinya selagi ia
mengembangkan keseimbangan; demikianlah penderitaan itu padam dalam dirinya.

24. Misalkan, para bhikkhu, seorang laki-laki mencintai seorang perempuan dengan
pikiran terikat padanya oleh keinginan dan nafsu yang kuat. Ia mungkin melihat
perempuan itu berdiri bersama laki-laki lain, berbincang-bincang, bergurau, dan
tertawa. Bagaimana menurut kalian, para bhikkhu? Tidakkah dukacita, ratapan,
kesakitan, kesedihan, dan keputus-asaan muncul pada laki-laki itu ketika ia melihat
perempuan itu berdiri bersama laki-laki lain, berbincang-bincang, bergurau, dan
tertawa?

Ya, Yang Mulia. Mengapakah? Karena laki-laki itu mencintai perempuan itu dengan
pikiran terikat padanya oleh keinginan dan nafsu yang kuat; [224] itulah sebabnya
mengapa dukacita, ratapan, kesakitan, kesedihan, dan keputus-asaan muncul padanya
ketika ia melihat perempuan itu berdiri bersama laki-laki lain, berbincang-bincang,
bergurau, dan tertawa.

25. Kemudian, para bhikkhu, laki-laki itu mungkin berpikir: Aku mencintai
perempuan ini dengan pikiranku terikat padanya oleh keinginan dan nafsu yang kuat;
dengan demikian dukacita, ratapan, kesakitan, kesedihan, dan keputus-asaan muncul
padaku ketika aku melihatnya berdiri bersama laki-laki lain, berbincang-bincang,
bergurau, dan tertawa. Bagaimana jika aku meninggalkan keinginan dan nafsuku pada
perempuan itu? ia meninggalkan keinginan dan nafsunya pada perempuan itu.
belakangan ia mungkin melihat perempuan itu berdiri bersama laki-laki lain,
berbincang-bincang, bergurau, dan tertawa. Bagaimana menurut kalian, para bhikkhu?
Tidakkah dukacita, ratapan, kesakitan, kesedihan, dan keputus-asaan muncul pada
laki-laki itu ketika ia melihat perempuan itu berdiri bersama laki-laki lain ?

Tidak, Yang Mulia. Mengapakah? Karena laki-laki itu tidak lagi mencintai
perempuan itu; itulah sebabnya mengapa dukacita, ratapan, kesakitan, kesedihan, dan
keputus-asaan tidak muncul padanya ketika ia melihat perempuan itu berdiri bersama
laki-laki lain

26. Demikian pula, para bhikkhu, ketika seorang bhikkhu tidak diliputi penderitaan
tidak meliputi dirinya dengan penderitaan (seperti pada 23 di atas) [225]
demikianlah penderitaan itu padam dalam dirinya. Demikianlah, para bhikkhu,
pengerahan menjadi berbuah, usaha menjadi berbuah.

27. Kemudian, para bhikkhu, seorang bhikkhu mempertimbangkan sebagai berikut:
Sewaktu aku hidup menuruti kenikmatanku, kondisi-kondisi tidak bermanfaat
bertambah dalam diriku dan kondisi-kondisi bermanfaat berkurang; tetapi ketika aku
mengerahkan diriku dalam apa yang menyakitkan, kondisi-kondisi tidak bermanfaat
berkurang dalam diriku dan kondisi-kondisi bermanfaat bertambah. Bagaimana jika
aku mengerahkan diriku dalam apa yang menyakitkan? ia mengerahkan dirinya
dalam apa yang menyakitkan. Ketika ia melakukan itu, kondisi-kondisi tidak
bermanfaat berkurang dalam dirinya dan kondisi-kondisi bermanfaat bertambah.
934

Belakangan ia tidak lagi mengerahkan dirinya dalam apa yang menyakitkan.
Mengapakah? Tujuan yang karenanya bhikkhu itu mengerahkan dirinya dalam apa
yang menyakitkan telah tercapai; itulah sebabnya mengapa belakangan ia tidak lagi
mengerahkan dirinya dalam apa yang menyakitkan.

28. Misalkan, para bhikkhu, seorang pembuat anak panah sedang memanaskan
sebatang anak panah di antara dua kobaran api, membuatnya lurus dan dapat
dikerjakan. Ketika batang anak panah itu telah dipanaskan di antara dua kobaran api
dan telah lurus dan dapat dikerjakan, maka belakangan ia tidak lagi memanaskannya
untuk membuatnya lurus dan dapat dikerjakan. Mengapakah? Tujuan yang karenanya
si pembuat anak panah itu memanaskan anak panah itu dan membuatnya lurus dan
dapat dikerjakan telah tercapai; itulah sebabnya mengapa belakangan ia tidak lagi
memanaskannya untuk membuatnya lurus dan dapat dikerjakan.

29. Demikian pula, seorang bhikkhu mempertimbangkan sebagai berikut ... (seperti
pada 27 di atas) [226] ... itulah sebabnya mengapa belakangan ia tidak lagi
mengerahkan dirinya dalam apa yang menyakitkan. Demikian jugalah, para bhikkhu,
pengerahan menjadi berbuah, usaha menjadi berbuah.

30-37. Kemudian, para bhikkhu, di sini seorang Tathgata muncul di dunia ini,
sempurna, tercerahkan sempurna ... (seperti Sutta 51, 12-19) ... ia memurnikan
pikirannya dari keragu-raguan.

38. Setelah meninggalkan kelima rintangan, ketidak-sempurnaan pikiran yang
melemahkan kebijaksanaan, dengan cukup terasing dari kenikmatan indria, terasing
dari kondisi-kondisi tidak bermanfaat, ia masuk dan berdiam dalam jhna pertama,
yang disertai dengan awal pikiran dan kelangsungan pikiran, dengan sukacita dan
kenikmatan yang muncul dari keterasingan. Demikian jugalah, para bhikkhu,
pengerahan menjadi berbuah, usaha menjadi berbuah.

39. Kemudian, para bhikkhu, dengan menenangkan awal pikiran dan kelangsungan
pikiran, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam jhna ke dua, yang memiliki
keyakinan-diri dan keterpusatan pikiran tanpa awal pikiran dan kelangsungan pikiran,
dengan sukacita dan kenikmatan yang muncul dari konsentrasi. Demikian jugalah,
para bhikkhu, pengerahan menjadi berbuah, usaha menjadi berbuah.

40. Kemudian, para bhikkhu, dengan meluruhnya sukacita, seorang bhikkhu berdiam
dalam keseimbangan, dan dengan penuh perhatian dan kewaspadaan penuh, masih
merasakan kenikmatan pada jasmani, ia masuk dan berdiam dalam jhna ke tiga, yang
dikatakan oleh para mulia: Ia memiliki kediaman yang menyenangkan yang memiliki
keseimbangan dan penuh perhatian. Demikian jugalah, para bhikkhu, pengerahan
menjadi berbuah, usaha menjadi berbuah.

41. Kemudian, para bhikkhu, dengan meninggalkan kenikmatan dan kesakitan, dan
dengan pelenyapan sebelumnya dari kegembiraan dan kesedihan, seorang bhikkhu
masuk dan berdiam dalam jhna ke empat, yang memiliki bukan kesakitan juga bukan
kenikmatan dan kemurnian perhatian karena keseimbangan. Demikian jugalah, para
bhikkhu, pengerahan menjadi berbuah, usaha menjadi berbuah.

42. Ketika pikirannya yang terkonsentrasi sedemikian murni, cerah, tanpa noda,
bebas dari ketidak-sempurnaan, lunak, lentur, kokoh, dan mencapai kondisi tanpa-
gangguan, ia mengarahkannya pada pengetahuan kehidupan lampau. Ia mengingat
banyak kehidupan lampau, yaitu, satu kelahiran, dua kelahiran (seperti Sutta 51,
24) Demikianlah dengan segala aspek dan ciri-cirinya ia mengingat banyak
kehidupan lampau. Demikian jugalah, para bhikkhu, pengerahan menjadi berbuah,
usaha menjadi berbuah.

43. Ketika pikirannya yang terkonsentrasi sedemikian murni, cerah, tanpa noda,
bebas dari ketidak-sempurnaan, lunak, lentur, kokoh, dan mencapai kondisi tanpa-
gangguan, ia mengarahkannya pada pengetahuan kematian dan kelahiran kembali
makhluk-makhluk (seperti Sutta 51, 24) Demikianlah dengan mata-dewa yang
murni dan melampaui manusia, ia melihat makhluk-makhluk meninggal dunia dan
muncul kembali, hina dan mulia, cantik dan buruk rupa, kaya dan miskin, dan ia
memahami bagaimana makhluk-makhluk berlanjut sesuai dengan perbuatan mereka.
Demikian jugalah, para bhikkhu, pengerahan menjadi berbuah, usaha menjadi
berbuah. [227]

44. Ketika pikirannya yang terkonsentrasi sedemikian murni, cerah, tanpa noda,
bebas dari ketidak-sempurnaan, lunak, lentur, kokoh, dan mencapai kondisi tanpa-
gangguan, ia mengarahkannya pada pengetahuan hancurnya noda-noda. Ia memahami
sebagaimana adanya: Ini adalah penderitaan; ia memahami sebagaimana adanya:
Ini adalah asal-mula penderitaan; ia memahami sebagaimana adanya: Ini adalah
lenyapnya penderitaan; ia memahami sebagaimana adanya: Ini adalah jalan menuju
lenyapnya penderitaan.; ia memahami sebagaimana adanya: Ini adalah noda-noda;
ia memahami sebagaimana adanya: Ini adalah asal-mula noda-noda; ia memahami
sebagaimana adanya: Ini adalah lenyapnya noda-noda; ia memahami sebagaimana
adanya: Ini adalah jalan menuju lenyapnya noda-noda.

45. Ketika ia mengetahui dan melihat demikian, pikirannya terbebaskan dari noda
keinginan indria, dari noda penjelmaan, dan dari noda ketidak-tahuan. Ketika
terbebaskan muncullah pengetahuan: Terbebaskan. Ia memahami: Kelahiran telah
dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan,
tidak akan ada lagi penjelmaan menjadi kondisi makhluk apapun. Demikian jugalah,
para bhikkhu, pengerahan menjadi berbuah, usaha menjadi berbuah.

46. Demikianlah Sang Tathgata berkata, para bhikkhu. Dan karena Sang Tathgata
berkata demikian, maka ada sepuluh kesimpulan sah untuk memuji Beliau:

(1) Jika kenikmatan dan kesakitan yang sedang dirasakan adalah disebabkan oleh
apa yang telah dilakukan di masa lampau, maka Sang Tathgata pasti telah melakukan
perbuatan baik di masa lampau, karena Beliau saat ini merasakan perasaan
menyenangkan yang tanpa noda.

(2) Jika kenikmatan dan kesakitan yang sedang dirasakan adalah disebabkan oleh
tindakan kreatif Tuhan yang Tertinggi, maka Sang Tathgata pasti diciptakan oleh
Tuhan Tertinggi yang baik, karena Beliau saat ini merasakan perasaan menyenangkan
yang tanpa noda.

(3) Jika kenikmatan dan kesakitan yang sedang dirasakan adalah disebabkan oleh
situasi dan alam, maka Sang Tathgata pasti bernasib baik, karena Beliau saat ini
merasakan perasaan menyenangkan yang tanpa noda.

(4) Jika kenikmatan dan kesakitan yang sedang dirasakan adalah disebabkan oleh
kelompok [di antara enam kelompok kelahiran], maka Sang Tathgata pasti berasal
dari kelompok yang baik, karena Beliau saat ini merasakan perasaan menyenangkan
yang tanpa noda.

(5) Jika kenikmatan dan kesakitan yang sedang dirasakan adalah disebabkan oleh
pengerahan di sini dan saat ini, maka Sang Tathgata pasti berusaha dengan baik di
sini dan saat ini, karena Beliau saat ini merasakan perasaan menyenangkan yang tanpa
noda.

(6) Jika kenikmatan dan kesakitan yang sedang dirasakan adalah disebabkan oleh
apa yang telah dilakukan di masa lampau, maka Sang Tathgata harus dipuji; jika
tidak, maka Sang Tathgata juga harus dipuji.

(7) Jika kenikmatan dan kesakitan yang sedang dirasakan adalah disebabkan oleh
tindakan kreatif Tuhan yang Tertinggi, maka Sang Tathgata harus dipuji; jika tidak,
maka Sang Tathgata juga harus dipuji.

(8) Jika kenikmatan dan kesakitan yang sedang dirasakan adalah disebabkan oleh
nasib, maka Sang Tathgata harus dipuji; jika tidak, maka Sang Tathgata juga harus
dipuji.

(9) Jika kenikmatan dan kesakitan yang sedang dirasakan adalah disebabkan oleh
kelompok, maka Sang Tathgata harus dipuji; jika tidak, maka Sang Tathgata juga
harus dipuji.

(10) Jika kenikmatan dan kesakitan yang sedang dirasakan adalah disebabkan oleh
pengerahan di sini dan saat ini, maka Sang Tathgata harus dipuji; jika tidak, [228]
maka Sang Tathgata juga harus dipuji.

Demikianlah Sang Tathgata berkata, para bhikkhu. Dan karena Sang Tathgata
berkata demikian, maka ada sepuluh kesimpulan sah ini untuk memuji Beliau.

Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagav. Para bhikkhu merasa puas dan
gembira mendengar kata-kata Sang Bhagav.



102 Pacattaya Sutta
Lima dan Tiga




1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR.
935
Pada suatu ketika Sang Bhagav
sedang menetap di Svatth di Hutan Jeta, Taman Anthapiika. Di sana Beliau
memanggil para bhikkhu sebagai berikut: Para bhikkhu, Yang Mulia, mereka
menjawab. Sang Bhagav berkata sebagai berikut:

(SPEKULASI TENTANG MASA DEPAN)

2. Para bhikkhu, ada beberapa petapa dan brahmana yang berspekulasi tentang masa
depan dan menganut pandangan tentang masa depan, yang menyatakan berbagai dalil
doktrin sehubungan dengan masa depan.

(I) Beberapa menyatakan sebagai berikut: Diri memiliki persepsi dan tidak
rusak setelah kematian.
(II) Beberapa menyatakan sebagai berikut: Diri tidak memiliki persepsi dan
tidak rusak setelah kematian.
(III) Beberapa menyatakan sebagai berikut: Diri bukan memiliki juga bukan
tidak memiliki persepsi dan tidak rusak setelah kematian.
(IV) Atau mereka menjelaskan pemusnahan, kehancuran, dan kebinasaan dari
makhluk yang ada [pada saat kematian].
(V) Atau beberapa menyatakan Nibbna di sini dan saat ini.
936


Demikianlah (a) mereka menggambarkan keberadaan diri yang tidak hancur setelah
kematian; (b) atau mereka menggambarkan pemusnahan, kehancuran, dan kebinasaan
dari makhluk yang ada [pada saat kematian]; (c) atau mereka menyatakan Nibbna di
sini dan saat ini. Demikianlah [pandangan-pandangan] ini dari lima menjadi tiga, dan
dari tiga menjadi lima. Ini adalah ringkasan dari lima dan tiga.

3. (1) Di sana, para bhikkhu, para petapa dan brahmana [229] yang menjelaskan diri
sebagai memiliki persepsi dan tidak rusak setelah kematian menggambarkan bahwa
diri itu, yang memiliki persepsi dan tidak rusak setelah kematian, sebagai:
Bermateri;
Atau tanpa materi;
Atau bermateri juga tanpa-materi;
Atau bukan bermateri juga bukan tanpa-materi;
Atau memiliki persepsi kesatuan;
Atau memiliki persepsi keberagaman;
Atau memiliki persepsi terbatas;
Atau memiliki persepsi tidak terbatas.
937

Atau yang lainnya, di antara sedikit dari mereka yang melampaui hal ini, beberapa
menyatakan tentang kasia-kesadaran, yang tanpa batas dan tanpa gangguan.
938


4. Sang Tathgata, para bhikkhu, memahami hal ini sebagai berikut: Para petapa
dan brahmana baik itu yang menjelaskan diri sebagai memiliki diri dan tidak rusak
setelah kematian menggambarkan diri itu sebagai bermateri atau mereka
menggambarkannya sebagai memiliki persepsi dan tidak terbatas. Atau yang lainnya,
[230] beberapa menyatakan tentang landasan kekosongan, tanpa batas dan tanpa
gangguan; [bagi mereka] tidak ada apa-apa dinyatakan sebagai persepsi yang paling
murni, paling tinggi, paling baik, dan tidak terlampaui apakah persepsi bentuk,
persepsi tanpa bentuk, persepsi kesatuan, atau persepsi keberagaman.
939
Hal itu
terkondisi dan kasar, tetapi ada lenyapnya bentukan-bentukan. Setelah mengetahui
Ada hal ini, dengan melihat jalan membebaskan diri dari hal itu, Sang Tathgata
telah melampauinya.
940


5. (II) Di sana, para bhikkhu, para petapa dan brahmana itu yang menjelaskan diri
sebagai tidak memiliki persepsi dan tidak rusak setelah kematian menggambarkan diri
itu, yang tidak memiliki persepsi dan tidak rusak setelah kematian, sebagai:
Bermateri;
Atau tanpa materi;
Atau bermateri juga tanpa-materi;
Atau bukan bermateri juga bukan tanpa-materi.
941


6. Di sana, para bhikkhu, mereka mengkritik para petapa dan brahmana yang
menjelaskan diri sebagai memiliki persepsi dan tidak rusak setelah kematian.
Mengapakah? Karena mereka mengatakan: Persepsi adalah penyakit, persepsi adalah
tumor, persepsi adalah anak panah; ini adalah damai, ini adalah luhur, yaitu, tanpa
persepsi.

7. Sang Tathgata, para bhikkhu, memahami hal ini sebagai berikut: Para petapa
dan brahmana baik itu yang menjelaskan diri sebagai tidak memiliki persepsi dan
tidak rusak setelah kematian menggambarkan diri itu, yang tidak memiliki persepsi
dan tidak rusak setelah kematian, sebagai bermateri ... atau bukan bermateri juga
bukan tanpa-materi. Bahwa petapa atau brahmana manapun dapat mengatakan:
Terlepas dari bentuk materi, terlepas dari perasaan, terlepas dari persepsi, terlepas
dari bentukan-bentukan, aku akan menjelaskan datang dan perginya kesadaran,
lenyapnya dan kemunculan kembalinya, pertumbuhannya, peningkatannya, dan
kematangannya itu adalah tidak mungkin.
942
Hal itu terkondisi dan kasar, tetapi ada
[231] lenyapnya bentukan-bentukan. Setelah mengetahui Ada hal ini, dengan
melihat jalan membebaskan diri dari hal itu, Sang Tathgata telah melampauinya.

8. (III) Di sana, para bhikkhu, para petapa dan brahmana itu yang menjelaskan diri
sebagai bukan memiliki juga bukan tidak memiliki persepsi dan tidak rusak setelah
kematian menggambarkan diri itu, yang memiliki juga tidak memiliki persepsi dan
tidak rusak setelah kematian, sebagai:
Bermateri;
Atau tanpa materi;
Atau bermateri juga tanpa-materi;
Atau bukan bermateri juga bukan tanpa-materi.
943


9. Di sana, para bhikkhu, mereka mengkritik para petapa dan brahmana yang
menjelaskan diri sebagai memiliki persepsi dan tidak rusak setelah kematian, dan
mereka mengkritik para petapa dan brahmana yang menjelaskan diri sebagai tidak
memiliki persepsi dan tidak rusak setelah kematian. Mengapakah? Karena mereka
mengatakan: Persepsi adalah penyakit, persepsi adalah tumor, persepsi adalah anak
panah dan tanpa persepsi adalah kelumpuhan;
944
ini adalah damai, ini adalah luhur,
yaitu, bukan persepsi juga bukan tanpa-persepsi.

10. Sang Tathgata, para bhikkhu, memahami hal ini sebagai berikut: Para petapa
dan brahmana baik itu yang menjelaskan diri sebagai bukan memiliki persepsi juga
bukan tidak memiliki persepsi dan tidak rusak setelah kematian menggambarkan diri
itu, yang bukan memiliki juga bukan tidak memiliki persepsi dan tidak rusak setelah
kematian, sebagai bermateri ... atau bukan bermateri juga bukan tanpa-materi. Jika
petapa atau brahmana manapun menjelaskan bahwa memasuki landasan ini terjadi
melalui bentukan-bentukan sehubungan dengan apa yang dilihat, didengar, dicerap,
dan dikenali, itu dinyatakan sebagai bencana dalam memasuki landasan ini.
945
[232]
Karena landasan ini, dinyatakan, tidak dicapai sebagai pencapaian dengan bentukan-
bentukan; landasan ini, dinyatakan, dicapai sebagai pencapaian dengan sisa-sisa
bentukan-bentukan.
946
Hal itu terkondisi dan kasar, tetapi ada lenyapnya bentukan-
bentukan. Setelah mengetahui Ada hal ini, dengan melihat jalan membebaskan diri
dari hal itu, Sang Tathgata telah melampauinya.

11. (IV) Di sana, para bhikkhu, mereka mengkritik para petapa dan brahmana yang
menjelaskan pemusnahan, kehancuran, dan kebinasaan suatu makhluk yang ada [pada
saat kematian]
947
mengkritik para petapa dan brahmana baik itu yang menjelaskan diri
sebagai memiliki persepsi dan tidak rusak setelah kematian, dan mereka mengkritik
para petapa dan brahmana baik itu yang menjelaskan diri sebagai tidak memiliki
persepsi dan tidak rusak setelah kematian, dan mereka mengkritik para petapa dan
brahmana baik itu yang menjelaskan diri sebagai bukan memiliki juga bukan tidak
memiliki persepsi dan tidak rusak setelah kematian. Mengapakah? Semua petapa dan
brahmana baik ini, dengan bergegas maju ke depan, menyatakan keterikatan mereka
sebagai berikut: Kita akan seperti demikian setelah mati, kita akan seperti demikian
setelah mati. Seperti halnya seorang pedagang yang pergi ke pasar dan berpikir:
Karena ini, itu akan menjadi milikku; dengan ini, aku akan mendapatkan itu;
demikian pula, para petapa dan brahmana baik ini tampak seperti para pedagang itu
ketika mereka menyatakan: Kita akan seperti demikian setelah mati, kita akan seperti
demikian setelah mati.

12. Sang Tathgata, para bhikkhu, memahami hal ini sebagai berikut: Para petapa
dan brahmana baik itu yang menjelaskan pemusnahan, kehancuran, dan kebinasaan
suatu makhluk yang ada [pada saat kematian], karena ketakutan pada identitas dan
kejijikan pada identitas, terus-menerus berlari dan berputar di sekeliling identitas yang
sama itu.
948
Seperti halnya seekor anjing yang terikat oleh tali pengikat pada sebuah
tiang atau tonggak [233] akan terus-menerus belari dan berputar di sekeliling tiang
atau tonggak yang sama itu; demikian pula, para petapa dan brahmana baik itu, karena
ketakutan pada identitas dan kejijikan pada identitas, terus-menerus berlari dan
berputar di sekeliling identitas yang sama itu. Hal itu terkondisi dan kasar, tetapi ada
lenyapnya bentukan-bentukan. Setelah mengetahui Ada hal ini, dengan melihat
jalan membebaskan diri dari hal itu, Sang Tathgata telah melampauinya.

13. Para bhikkhu, petapa atau brahmana manapun yang berspekulasi tentang masa
depan dan menganut pandangan tentang masa depan, yang menyatakan berbagai dalil
doktrin sehubungan dengan masa depan, semuanya menyatakan kelima landasan ini
atau salah satu di antaranya.
949


(SPEKULASI TENTANG MASA LAMPAU)

14. Para bhikkhu, ada beberapa petapa dan brahmana yang berspekulasi tentang
masa lampau dan menganut pandangan tentang masa lampau, yang menyatakan
berbagai dalil doktrin sehubungan dengan masa lampau.

(1) Beberapa menyatakan sebagai berikut: Diri dan dunia adalah abadi: hanya
ini yang benar, yang lainnya adalah salah.
950

(2) Beberapa menyatakan sebagai berikut: Diri dan dunia adalah tidak abadi:
hanya ini yang benar, yang lainnya adalah salah.
951

(3) Beberapa menyatakan sebagai berikut: Diri dan dunia adalah abadi dan juga
tidak abadi: hanya ini yang benar, yang lainnya adalah salah.
952

(4) Beberapa menyatakan sebagai berikut: Diri dan dunia adalah bukan abadi
dan juga bukan tidak abadi: hanya ini yang benar, yang lainnya adalah
salah.
953

(5) Beberapa menyatakan sebagai berikut: Diri dan dunia adalah terbatas:
hanya ini yang benar, yang lainnya adalah salah.
954

(6) Beberapa menyatakan sebagai berikut: Diri dan dunia adalah tidak terbatas:
hanya ini yang benar, yang lainnya adalah salah.
(7) Beberapa menyatakan sebagai berikut: Diri dan dunia adalah terbatas dan
juga tidak terbatas: hanya ini yang benar, yang lainnya adalah salah.
(8) Beberapa menyatakan sebagai berikut: Diri dan dunia adalah bukan terbatas
dan juga bukan tidak terbatas: hanya ini yang benar, yang lainnya adalah
salah.
(9) Beberapa menyatakan sebagai berikut: Diri dan dunia memiliki persepsi
kesatuan: hanya ini yang benar, yang lainnya adalah salah.
955

(10) Beberapa menyatakan sebagai berikut: Diri dan dunia memiliki persepsi
keberagaman: hanya ini yang benar, yang lainnya adalah salah.
(11) Beberapa menyatakan sebagai berikut: Diri dan dunia memiliki persepsi
terbatas: hanya ini yang benar, yang lainnya adalah salah.
(12) Beberapa menyatakan sebagai berikut: Diri dan dunia memiliki persepsi
tidak terukur: hanya ini yang benar, yang lainnya adalah salah.
(13) Beberapa menyatakan sebagai berikut: Diri dan dunia [mengalami]
kenikmatan luar biasa: hanya ini yang benar, yang lainnya adalah salah.
[234]
(14) Beberapa menyatakan sebagai berikut: Diri dan dunia [mengalami]
kesakitan luar biasa: hanya ini yang benar, yang lainnya adalah salah.
(15) Beberapa menyatakan sebagai berikut: Diri dan dunia [mengalami]
kenikmatan dan juga kesakitan: hanya ini yang benar, yang lainnya adalah
salah.
(16) Beberapa menyatakan sebagai berikut: Diri dan dunia tidak [mengalami]
kenikmatan maupun kesakitan: hanya ini yang benar, yang lainnya adalah
salah.

15. (1) Di sana, para bhikkhu, sehubungan dengan para petapa dan brahmana itu
yang menganut doktrin dan pandangan sebagai berikut: Diri dan dunia adalah abadi:
hanya ini yang benar, yang lainnya adalah salah, bahwa terlepas dari keyakinan,
terlepas dari persetujuan, terlepas dari tradisi lisan, terlepas dari penalaran, terlepas
dari penerimaan pandangan melalui perenungan, mereka akan memiliki pengetahuan
pribadi yang murni dan jernih atas hal ini itu adalah tidak mungkin.
956
Karena
mereka tidak memiliki pengetahuan pribadi yang murni dan jernih, bahkan sekedar
potongan pengetahuan yang dijelaskan oleh para petapa dan brahmana baik itu [atas
pandangan mereka] dinyatakan sebagai kemelekatan di pihak mereka.
957
Hal itu
terkondisi dan kasar, tetapi ada lenyapnya bentukan-bentukan. Setelah mengetahui
Ada hal ini, dengan melihat jalan membebaskan diri dari hal itu, Sang Tathgata
telah melampauinya.

16. (2-16) Di sana, para bhikkhu, sehubungan dengan para petapa dan brahmana itu
yang menganut doktrin dan pandangan sebagai berikut: Diri dan dunia adalah tidak
abadi ... abadi dan tidak abadi ... bukan abadi juga bukan tidak abadi ... terbatas ...
tidak terbatas ... terbatas dan tidak terbatas ... bukan terbatas juga bukan tidak terbatas
... memiliki persepsi kesatuan ... memiliki persepsi keberagaman ... memiliki persepsi
terbatas ... memiliki persepsi tidak terukur ... [mengalami] kenikmatan luar biasa ...
[mengalami] kesakitan luar biasa ... [mengalami] kenikmatan dan kesakitan ... tidak
[mengalami] kenikmatan maupun kesakitan: hanya ini yang benar, yang lainnya
adalah salah, bahwa terlepas dari keyakinan, terlepas dari persetujuan, terlepas dari
tradisi lisan, terlepas dari penalaran, terlepas dari penerimaan pandangan melalui
perenungan, mereka akan memiliki pengetahuan pribadi yang murni dan jernih atas
hal ini itu adalah tidak mungkin. [235] Karena mereka tidak memiliki pengetahuan
pribadi yang murni dan jernih, bahkan sekedar potongan pengetahuan yang dijelaskan
oleh para petapa dan brahmana baik itu [atas pandangan mereka] dinyatakan sebagai
kemelekatan di pihak mereka. Hal itu terkondisi dan kasar, tetapi ada lenyapnya
bentukan-bentukan. Setelah mengetahui Ada hal ini, dengan melihat jalan
membebaskan diri dari hal itu, Sang Tathgata telah melampauinya.
958


(NIBBNA DI SINI DAN SAAT INI)
959


17. (V) Di sini, para bhikkhu,
960
seorang petapa atau brahmana, dengan melepaskan
pandangan tentang masa lampau dan masa depan dan karena sama sekali tidak
menyerah pada belenggu-belenggu kenikmatan indria, masuk dan berdiam dalam
sukacita keterasingan.
961
Ia berpikir: Ini damai, ini luhur, bahwa aku masuk dan
berdiam dalam sukacita keterasingan. Sukacita keterasingan itu lenyap dalam
dirinya. Dengan lenyapnya sukacita keterasingan itu, maka kesedihan muncul, dan
dengan lenyapnya kesedihan, maka sukacita keterasingan muncul.
962
Seperti halnya
cahaya matahari meliputi area yang ditinggalkan oleh bayangan, dan bayangan
meliputi area yang ditinggalkan oleh cahaya matahari, demikian pula, Dengan
lenyapnya sukacita keterasingan itu, maka kesedihan muncul, dan dengan lenyapnya
kesedihan, maka sukacita keterasingan muncul.

18. Sang Tathgata, para bhikkhu, memahami hal ini sebagai berikut: Petapa atau
brahmana baik ini, dengan melepaskan pandangan tentang masa lampau dan masa
depan dan dengan lenyapnya kesedihan, maka sukacita keterasingan muncul. Hal
itu terkondisi dan kasar, tetapi ada lenyapnya bentukan-bentukan. Setelah
mengetahui Ada hal ini, dengan melihat jalan membebaskan diri dari hal itu, Sang
Tathgata telah melampauinya.

19. Di sini, para bhikkhu, seorang petapa atau brahmana, dengan melepaskan
pandangan tentang masa lampau dan masa depan, dan karena sama sekali tidak
menyerah pada belenggu-belenggu kenikmatan indria, dan dengan mengatasi sukacita
keterasingan, masuk dan berdiam dalam kenikmatan non-duniawi.
963
Ia berpikir: Ini
damai, ini luhur, bahwa aku masuk dan berdiam dalam kenikmatan non-duniawi.
Kenikmatan non-duniawi itu lenyap dalam dirinya. Dengan lenyapnya kenikmatan
non-duniawi, maka sukacita keterasingan muncul, dan dengan lenyapnya sukacita
keterasingan, maka kenikmatan non-duniawi muncul. [236] Seperti halnya cahaya
matahari area wilayah yang ditinggalkan oleh bayangan, dan bayangan meliputi area
yang ditinggalkan oleh cahaya matahari, demikian pula, Dengan lenyapnya
kenikmatan non-duniawi, maka sukacita keterasingan muncul, dan dengan lenyapnya
sukacita keterasingan, maka kenikmatan non-duniawi muncul.

20. Sang Tathgata, para bhikkhu, memahami hal ini sebagai berikut: Petapa atau
brahmana baik ini, dengan melepaskan pandangan tentang masa lampau dan masa
depan dan dengan lenyapnya sukacita keterasingan, maka kenikmatan non-duniawi
muncul. Hal itu terkondisi dan kasar, tetapi ada lenyapnya bentukan-bentukan.
Setelah mengetahui Ada hal ini, dengan melihat jalan membebaskan diri dari hal itu,
Sang Tathgata telah melampauinya.

21. Di sini, para bhikkhu, seorang petapa atau brahmana, dengan melepaskan
pandangan tentang masa lampau dan masa depan, dan karena sama sekali tidak
menyerah pada belenggu-belenggu kenikmatan indria, dan dengan mengatasi sukacita
keterasingan dan kenikmatan non-duniawi, masuk dan berdiam dalam perasaan yang
bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan.
964
Ia berpikir: Ini damai, ini luhur,
bahwa aku masuk dan berdiam dalam perasaan yang bukan-menyakitkan-juga-bukan-
menyenangkan. Perasaan yang bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan itu
lenyap dalam dirinya. Dengan lenyapnya perasaan yang bukan-menyakitkan-juga-
bukan-menyenangkan itu, maka kenikmatan non-duniawi muncul, dan dengan
lenyapnya kenikmatan non-duniawi, maka perasaan yang bukan-menyakitkan-juga-
bukan-menyenangkan muncul. Seperti halnya cahaya matahari meliputi area yang
ditinggalkan oleh bayangan, dan bayangan meliputi area yang ditinggalkan oleh
cahaya matahari, demikian pula, Dengan lenyapnya perasaan yang bukan-
menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan itu, maka kenikmatan non-duniawi muncul,
dan dengan lenyapnya kenikmatan non-duniawi, maka perasaan yang bukan-
menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan muncul.

22. Sang Tathgata, para bhikkhu, memahami hal ini sebagai berikut: Petapa atau
brahmana baik ini, dengan melepaskan pandangan tentang masa lampau dan masa
depan [237] dan dengan lenyapnya kenikmatan non-duniawi, maka perasaan
yang bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan muncul. Hal itu terkondisi dan
kasar, tetapi ada lenyapnya bentukan-bentukan. Setelah mengetahui Ada hal ini,
dengan melihat jalan membebaskan diri dari hal itu, Sang Tathgata telah
melampauinya.

23. Di sini, para bhikkhu, seorang petapa atau brahmana, dengan melepaskan
pandangan tentang masa lampau dan masa depan, dan karena sama sekali tidak
menyerah pada belenggu-belenggu kenikmatan indria, dan dengan mengatasi sukacita
keterasingan, kenikmatan non-duniawi, dan perasaan yang bukan-menyakitkan-juga-
bukan-menyenangkan, menganggap dirinya sebagai berikut: Aku dalam keadaan
damai, aku telah mencapai Nibbna, aku tanpa kemelekatan.
965


24. Sang Tathgata, para bhikkhu, memahami hal ini sebagai berikut: Petapa atau
brahmana baik ini, dengan melepaskan pandangan tentang masa lampau dan masa
depan menganggap dirinya sebagai berikut: Aku dalam keadaan damai, aku telah
mencapai Nibbna, aku tanpa kemelekatan. Tentu saja yang mulia ini menyatakan
jalan menuju NIbbna. Namun petapa atau brahmana baik ini masih melekat, melekat
apakah pada pandangan tentang masa lampau atau pada pandangan tentang masa
depan atau pada belenggu kenikmatan indria atau pada sukacita keterasingan atau
pada kenikmatan non-duniawi atau pada perasaan yang bukan-menyakitkan-juga-
bukan-menyenangkan. Dan ketika yang mulia ini menganggap dirinya sebagai
berikut: Aku dalam keadaan damai, aku telah mencapai Nibbna, aku tanpa
kemelekatan, itu juga dinyatakan sebagai kemelekatan di pihak petapa atau brahmana
baik ini.
966
Hal itu terkondisi dan kasar, tetapi ada lenyapnya bentukan-bentukan.
Setelah mengetahui Ada hal ini, dengan melihat jalan membebaskan diri dari hal itu,
Sang Tathgata telah melampauinya.

25. Para bhikkhu, kondisi tertinggi dari kedamaian luhur ini telah ditemukan oleh
Sang Tathgata, yaitu, pembebasan melalui ketidak-melekatan,
967
dengan memahami
sebagaimana adanya asal-mula, lenyapnya, kepuasan, bahaya, dan jalan
membebaskan diri dalam hal enam landasan kontak. Para bhikkhu, itu adalah kondisi
tertinggi dari kedamaian luhur ini yang ditemukan oleh Sang Tathgata, [238] yaitu,
kebebasan melalui ketidak-melekatan, dengan memahami sebagaimana adanya asal-
mula, lenyapnya, kepuasan, bahaya, dan jalan membebaskan diri dalam hal enam
landasan kontak.
968


Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagav. Para bhikkhu merasa puas dan
gembira mendengar kata-kata Sang Bhagav.

103 Kinti Sutta
Bagaimana Pendapat Kalian Tentang Aku?




1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagav sedang
menetap di Kusinra, di Hutan Persembahan. Di sana Beliau memanggil para bhikkhu
sebagai berikut: Para bhikkhu. Yang Mulia, mereka menjawab. Sang Bhagav
berkata sebagai berikut:

2. Bagaimanakah pendapat kalian tentang Aku, para bhikkhu? Bahwa Petapa
Gotama mengajarkan Dhamma demi jubah? Atau bahwa Petapa Gotama mengajarkan
Dhamma demi makanan? Atau bahwa Petapa Gotama mengajarkan Dhamma demi
tempat tinggal? Atau bahwa Petapa Gotama mengajarkan Dhamma demi kehidupan
yang lebih baik?
969


Kami tidak berpendapat demikian tentang Sang Bhagav: Petapa Gotama
mengajarkan Dhamma demi jubah, atau demi makanan, atau demi tempat tinggal,
atau demi kehidupan yang lebih baik.

Jadi, para bhikkhu, kalian tidak berpendapat demikian tentang Aku: Petapa Gotama
mengajarkan Dhamma demi jubah atau demi kehidupan yang lebih baik. Maka
bagaimanakah pendapat kalian tentang Aku?

Yang Mulia, kami berpendapat seperti berikut tentang Sang Bhagav: Sang
Bhagav berbelas kasihan dan mengusahakan kesejahteraan kami; Beliau
mengajarkan Dhamma demi berbelas kasihan.

Jadi, para bhikkhu, kalian berpendapat demikian mengenai Aku: Sang Bhagav
berbelas kasihan dan mengusahakan kesejahteraan kami; Beliau mengajarkan
Dhamma demi belas kasihan.

3. Maka, para bhikkhu, hal-hal ini yang telah Kuajarkan kepada kalian setelah
mengetahuinya secara langsung yaitu, empat landasan perhatian, empat jenis usaha
benar, empat landasan kekuatan batin, lima indria, lima kekuatan, tujuh [239] faktor
pencerahan, Jalan Mulia Berunsur Delapan dalam hal-hal ini kalian semuanya harus
berlatih dalam kerukunan, dengan saling menghargai, tanpa perselisihan.

4. Sewaktu kalian berlatih dalam kerukunan, dengan saling menghargai, tanpa
perselisihan, dua bhikkhu mungkin membuat pernyataan berbeda sehubungan dengan
Dhamma yang lebih tinggi.
970


5. Sekarang jika kalian berpendapat sebagai berikut: Para mulia ini berbeda baik
dalam makna maupun kata-katanya,
971
maka bhikkhu yang mana pun yang kalian
anggap paling layak harus didekati dan diberitahu sebagai berikut: Para mulia ini
berbeda baik dalam makna maupun kata-katanya. Para Mulia harus mengetahui
bahwa adalah karena alasan ini maka terjadi perbedaan dalam makna dan perbedaan
dalam kata-katanya; jangan biarkan mereka jatuh dalam perselisihan. Kemudian
bhikkhu yang mana pun di pihak yang berlawanan yang kalian anggap paling layak
harus didekati dan diberitahu sebagai berikut: Para mulia ini berbeda baik dalam
makna maupun kata-katanya. Para Mulia harus mengetahui bahwa adalah karena
alasan ini maka terjadi perbedaan dalam makna dan perbedaan dalam kata-katanya;
jangan biarkan mereka jatuh dalam perselisihan. Maka apa yang secara keliru
digenggam harus diingat sebagai secara keliru digenggam. Dengan mengingat apa
yang secara keliru digenggam sebagai secara keliru digenggam, maka apa yang
merupakan Dhamma dan apa yang merupakan Disiplin harus dijelaskan.

6. Sekarang jika kalian berpendapat sebagai berikut: Para mulia ini berbeda dalam
makna tetapi sepakat dalam kata-kata, maka bhikkhu yang mana pun yang kalian
anggap paling layak harus didekati dan diberitahu sebagai berikut: Para mulia ini
berbeda dalam makna tetapi sepakat dalam kata-kata. Para Mulia harus mengetahui
bahwa adalah karena alasan ini maka terjadi perbedaan dalam makna tetapi terjadi
kesepakatan dalam kata-katanya; jangan biarkan mereka jatuh dalam perselisihan.
Kemudian bhikkhu yang mana pun di pihak yang berlawanan yang kalian anggap
paling layak harus didekati dan diberitahu sebagai berikut: Para mulia ini berbeda
dalam makna tetapi sepakat dalam kata-kata. Para Mulia harus mengetahui bahwa
adalah karena alasan ini maka terjadi perbedaan dalam makna tetapi terjadi
kesepakatan dalam kata-katanya; jangan biarkan para mulia itu jatuh dalam
perselisihan. [240] Maka apa yang secara keliru digenggam harus diingat sebagai
secara keliru digenggam dan apa yang secara benar digenggam harus diingat sebagai
secara benar digenggam, dan dengan mengingat apa yang secara keliru digenggam
sebagai secara keliru digenggam, dan dengan mengingat apa yang secara benar
digenggam sebagai secara benar digenggam maka apa yang merupakan Dhamma dan
apa yang merupakan Disiplin harus dijelaskan.

7. Sekarang jika kalian berpendapat sebagai berikut: Para mulia ini sepakat dalam
makna tetapi berbeda dalam kata-kata, maka bhikkhu yang mana pun yang kalian
anggap paling layak harus didekati dan diberitahu sebagai berikut: Para mulia ini
sepakat dalam makna tetapi berbeda dalam kata-kata. Para Mulia harus mengetahui
bahwa adalah karena alasan ini maka terjadi kesepakatan dalam makna tetapi terjadi
perbedaan dalam kata-katanya. Tetapi kata-kata adalah persoalan sepele. Jangan
biarkan para mulia itu jatuh dalam perselisihan karena persoalan sepele.
972

Kemudian bhikkhu yang mana pun di pihak yang berlawanan yang kalian anggap
paling layak harus didekati dan diberitahu sebagai berikut: Para mulia ini sepakat
dalam makna tetapi berbeda dalam kata-kata. Para Mulia harus mengetahui bahwa
adalah karena alasan ini maka terjadi kesepakatan dalam makna tetapi terjadi
perbedaan dalam kata-katanya. Tetapi kata-kata adalah persoalan sepele. Jangan
biarkan mereka jatuh dalam perselisihan karena persoalan sepele. Maka apa yang
secara keliru digenggam harus diingat sebagai keliru digenggam dan apa yang secara
benar digenggam harus diingat sebagai secara benar digenggam, dan dengan
mengingat apa yang secara keliru digenggam sebagai keliru digenggam, dan dengan
mengingat apa yang secara benar digenggam sebagai benar digenggam maka apa
yang merupakan Dhamma dan apa yang merupakan Disiplin harus dijelaskan.

8. Sekarang jika kalian berpendapat sebagai berikut: Para mulia ini sepakat baik
dalam makna maupun kata-katanya, maka bhikkhu yang mana pun yang kalian
anggap paling layak harus didekati dan diberitahu sebagai berikut: Para mulia ini
sepakat baik dalam makna maupun kata-katanya. Para Mulia harus mengetahui bahwa
adalah karena alasan ini maka terjadi kesepakatan baik dalam makna maupun dalam
kata-katanya; semoga para mulia itu tidak jatuh dalam perselisihan. Kemudian
bhikkhu yang mana pun di pihak yang berlawanan yang kalian anggap paling layak
harus didekati dan diberitahu sebagai berikut: Para mulia ini sepakat baik dalam
makna maupun kata-katanya. Para Mulia harus mengetahui bahwa adalah karena
alasan ini maka terjadi kesepakatan baik dalam makna maupun dalam kata-katanya;
semoga para mulia itu tidak [241] jatuh dalam perselisihan. Maka apa yang secara
benar digenggam harus diingat sebagai secara benar digenggam. Dengan mengingat
apa yang secara benar digenggam sebagai secara benar digenggam, maka apa yang
merupakan Dhamma dan apa yang merupakan Disiplin harus dijelaskan.

9. Sewaktu kalian berlatih dalam kerukunan, dengan saling menghargai, tanpa
perselisihan, seorang bhikkhu mungkin melakukan suatu pelanggaran.
973


10. Sekarang, para bhikkhu, kalian tidak boleh terburu-buru menegurnya; melainkan,
orang itu harus diperiksa sebagai berikut: Aku tidak akan direpotkan dan orang itu
tidak akan terluka; karena orang itu tidak terbiasa menyerah pada kemarahan dan
kekesalan, ia tidak melekat dengan erat pada pandangannya dan ia dapat
melepaskannya dengan mudah, dan aku dapat membantu orang itu keluar dari yang
tidak bermanfaat dan mengokohkannya dalam yang bermanfaat. Jika kalian berpikir
demikian, para bhikkhu, maka adalah selayaknya untuk berbicara.

11. Kemudian kalian mungkin berpikir, para bhikkhu: Aku tidak akan direpotkan,
tetapi orang itu mungkin akan terluka; karena orang itu terbiasa menyerah pada
kemarahan dan kekesalan. Akan tetapi, ia tidak melekat dengan erat pada
pandangannya dan ia dapat melepaskannya dengan mudah, dan aku dapat membantu
orang itu keluar dari yang tidak bermanfaat dan mengokohkannya dalam yang
bermanfaat. Adalah hal sepele bahwa ia akan terluka, tetapi adalah lebih penting
bahwa aku dapat membantu orang itu keluar dari yang tidak bermanfaat dan
mengokohkannya dalam yang bermanfaat. Jika kalian berpikir demikian, para
bhikkhu, maka adalah selayaknya untuk berbicara.

12. Kemudian kalian mungkin berpikir, para bhikkhu: Aku akan direpotkan, tetapi
orang itu tidak akan terluka; karena orang itu tidak terbiasa menyerah pada kemarahan
dan kekesalan, walaupun ia melekat dengan erat pada pandangannya dan ia sulit
melepaskannya; namun aku dapat membantu orang itu keluar dari yang tidak
bermanfaat dan mengokohkannya dalam yang bermanfaat. Adalah hal sepele bahwa
aku akan direpotkan, tetapi adalah lebih penting bahwa aku dapat membantu orang itu
keluar dari yang tidak bermanfaat dan mengokohkannya dalam yang bermanfaat.
Jika kalian berpikir demikian, para bhikkhu, maka adalah selayaknya untuk berbicara.

13. Kemudian kalian mungkin berpikir, para bhikkhu: Aku akan direpotkan, dan
orang itu mungkin akan terluka; [242] karena orang itu terbiasa menyerah pada
kemarahan dan kekesalan, dan ia melekat dengan erat pada pandangannya dan ia sulit
melepaskannya; namun aku dapat membantu orang itu keluar dari yang tidak
bermanfaat dan mengokohkannya dalam yang bermanfaat. Adalah hal sepele bahwa
aku akan direpotkan dan orang itu mungkin terluka, tetapi adalah lebih penting bahwa
aku dapat membantu orang itu keluar dari yang tidak bermanfaat dan
mengokohkannya dalam yang bermanfaat. Jika kalian berpikir demikian, para
bhikkhu, maka adalah selayaknya untuk berbicara.

14. Kemudian kalian mungkin berpikir, para bhikkhu: Aku akan direpotkan dan
orang itu mungkin akan terluka; karena orang itu terbiasa menyerah pada kemarahan
dan kekesalan, dan ia melekat dengan erat pada pandangannya dan ia sulit
melepaskannya; dan aku tidak dapat membantu orang itu keluar dari yang tidak
bermanfaat dan tidak dapat mengokohkannya dalam yang bermanfaat. Seseorang
sebaiknya tidak meremehkan keseimbangan terhadap orang seperti itu.

15. Sewaktu kalian berlatih dalam kerukunan, dengan saling menghargai, tanpa
berselisih, mungkin muncul percekcokan verbal, kesombongan dalam pandangan-
pandangan, gangguan pikiran, kekesalan, dan kesedihan. maka bhikkhu yang mana
pun yang kalian anggap paling layak yang memihak salah satu pihak harus didekati
dan diberitahu sebagai berikut: Sewaktu kami berlatih dalam kerukunan, dengan
saling menghargai, tanpa berselisih, muncul percekcokan verbal, kesombongan dalam
pandangan-pandangan, gangguan pikiran, kekesalan, dan kesedihan. Jika Sang Petapa
mengetahui, apakah ia akan mencela hal itu?
974
jika menjawab dengan benar, maka
bhikkhu itu akan menjawab sebagai berikut: Sewaktu kami berlatih Jika Sang
Petapa mengetahui, maka ia akan mencela hal itu.

Tetapi, Teman, tanpa meninggalkan hal itu, dapatkah seseorang mencapai
Nibbna? Jika menjawab dengan benar, maka bhikkhu itu akan menjawab sebagai
berikut: Teman, tanpa meninggalkan hal itu, ia tidak dapat mencapai Nibbna.
975


16. Kemudian bhikkhu yang mana pun yang kalian anggap paling layak yang
memihak pada pihak yang berlawanan harus didekati dan diberitahu sebagai berikut:
Sewaktu kami berlatih dalam kerukunan, dengan saling menghargai, tanpa berselisih,
mungkin muncul percekcokan verbal, kesombongan dalam pandangan-pandangan,
gangguan pikiran, kekesalan, dan kesedihan. Jika Sang Petapa mengetahui, apakah ia
akan mencela hal itu? jika menjawab dengan benar, maka bhikkhu itu akan
menjawab sebagai berikut: Sewaktu kami berlatih Jika Sang Petapa mengetahui,
maka ia akan mencela hal itu.

Tetapi, Teman, tanpa meninggalkan hal itu, dapatkah seseorang mencapai
Nibbna? Jika menjawab dengan benar, maka bhikkhu itu akan menjawab sebagai
berikut: [243] Teman, tanpa meninggalkan hal itu, ia tidak dapat mencapai Nibbna.

17. Jika orang lain bertanya kepada bhikkhu itu sebagai berikut: Apakah Yang
Mulia yang membuat para bhikkhu keluar dari yang tidak bermanfaat dan
mengokohkan mereka dalam yang bermanfaat? Jika menjawab dengan benar, maka
bhikkhu itu akan menjawab sebagai berikut: Di sini, Teman-teman, aku menghadap
Sang Bhagav. Sang Bhagav mengajarkan Dhamma kepadaku. Setelah
mendengarkan Dhamma itu, aku berkata kepada para bhikkhu itu. Para bhikkhu itu
mendengarkan Dhamma itu, dan mereka keluar dari yang tidak bermanfaat dan
menjadi kokoh dalam yang bermanfaat. Dengan menjawab demikian, bhikkhu itu
tidak meninggikan dirinya sendiri juga tidak merendahkan orang lain; ia menjawab
sesuai dengan Dhamma sedemikian sehingga tidak memberikan landasan bagi celaan
yang dapat dengan benar disimpulkan dari pernyataannya.

Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagav. Para bhikkhu merasa puas dan
gembira mendengar kata-kata Sang Bhagav.



104 Smagma Sutta
Di Smagma




1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagav sedang
menetap di negeri Sakya di Smagma.

2. Pada saat itu Nigaha Ntaputta baru saja meninggal dunia di Pv.
976
Setelah
kematiannya para Nigaha terbagi menjadi dua kelompok; dan mereka bertengkar
dan bercekcok dan berselisih, saling menusuk satu sama lain dengan pedang ucapan:
Engkau tidak memahami Dhamma dan Disiplin ini. Aku memahami Dhamma dan
Disiplin ini. Bagaimana mungkin engkau memahami Dhamma dan Disiplin ini?
Caramu salah. Caraku benar. Aku konsisten. Engkau tidak konsisten. Apa yang
seharusnya engkau katakan lebih dulu [244] engkau katakan belakangan. Apa yang
seharusnya engkau katakan belakangan engkau katakan lebih dulu. Apa yang telah
engkau pikirkan dengan saksama telah diputar-balikkan. Pernyataanmu telah
diperlihatkan. Engkau telah dibantah. Pergi dan belajarlah lebih baik, atau bebaskan
dirimu dari kekusutan jika engkau mampu! Sepertinya seolah-olah terjadi
pembantaian di tengah-tengah para murid Nigaha Ntaputta. Dan para pengikut
awam berpakaian putih menjadi jijik, cemas, dan kecewa dengan murid-murid
Nigaha Ntaputta, seperti seharusnya yang terjadi pada Dhamma dan Disiplin yang
dinyatakan dengan buruk dan dibabarkan dengan buruk, yang tidak membebaskan,
tidak mendukung kedamaian, dibabarkan oleh seorang yang tidak sepenuhnya
tercerahkan, dan sekarang altarnya rusak, dibiarkan tanpa perlindungan.
977


3. Kemudian Samaera Cunda,
978
yang telah melewatkan masa vassa di Pv,
mendatangi Yang Mulia nanda, dan setelah bersujud kepadanya, ia duduk di satu
sisi dan memberitahukan apa yang sedang terjadi.

Kemudian Yang Mulia nanda berkata kepada Samaera Cunda: Sahabat Cunda, ini
adalah berita yang harus disampaikan kepada Sang Bhagav. Marilah kita menghadap
Sang Bhagav dan memberitahukan kepada Beliau.

Baik, Yang Mulia, Samaera Cunda menjawab.

4. Kemudian Yang Mulia nanda dan Samaera Cunda pergi menghadap Sang
Bhagav. Setelah bersujud kepada Beliau, mereka duduk di satu sisi, dan [345] Yang
Mulia nanda berkata kepada Sang Bhagav: Samaera Cunda ini, Yang Mulia,
mengatakan bahwa: Yang Mulia, Nigaha Ntaputta baru saja meninggal dunia.
Setelah kematiannya para Nigaha terbagi menjadi dua kelompok dan sekarang
altarnya rusak, dibiarkan tanpa perlindungan. Aku berpikir, Yang mulia. Semoga
tidak terjadi perselisihan dalam Sangha ketika Sang Bhagav telah meninggal dunia.
Karena perselisihan demikian, akan mengakibatkan bahaya dan ketidak-bahagiaan
banyak makhluk, menghasilkan kehilangan, kemalangan, dan penderitaan para dewa
dan manusia.

5. Bagaimana menurutmu, nanda? Hal-hal ini yang telah Kuajarkan kepadamu
setelah secara langsung mengetahuinya yaitu, empat landasan perhatian, empat jenis
usaha benar, empat landasan kekuatan batin, lima indria, lima kekuatan, tujuh faktor
pencerahan, Jalan Mulia Berunsur Delapan adakah engkau melihat, nanda, bahkan
dua bhikkhu yang membuat pernyataan berbeda sehubungan dengan hal-hal ini?

Tidak, Yang Mulia, aku tidak melihat bahkan ada dua bhikkhu yang membuat
pernyataan berbeda sehubungan dengan hal-hal ini. Tetapi, Yang Mulia, ada orang-
orang yang hidup dengan menghormati Sang Bhagav yang mungkin, setelah Beliau
meninggal dunia, menciptakan perselisihan dalam Sangha sehubungan dengan
penghidupan dan sehubungan dengan Ptimokkha.
979
Perselisihan demikian dapat
mengakibatkan bahaya dan ketidak-bahagiaan banyak makhluk, menghasilkan
kehilangan, kemalangan, dan penderitaan para dewa dan manusia.

Perselisihan sehubungan dengan penghidupan atau sehubungan dengan Ptimokkha
adalah hal sepele, nanda. Tetapi jika muncul perselisihan dalam Sangha sehubungan
dengan jalan atau cara,
980
Perselisihan demikian dapat mengakibatkan bahaya dan
ketidak-bahagiaan banyak makhluk, menghasilkan kehilangan, kemalangan, dan
penderitaan para dewa dan manusia.

6. Terdapat, nanda, enam akar perselisihan ini.
981
Apakah enam ini? Di sini,
nanda, seorang bhikkhu marah dan kesal. Bhikkhu demikian berdiam tanpa
menghormati dan tanpa menghargai Sang Guru, Dhamma, dan Sangha, dan ia tidak
memenuhi latihan. Seorang bhikkhu yang tidak menghormati dan tidak menghargai
Sang Guru, Dhamma, dan Sangha, [246] dan yang tidak memenuhi latihan,
menciptakan perselisihan dalam Sangha, yang dapat mengakibatkan bahaya dan
ketidak-bahagiaan banyak makhluk, menghasilkan kehilangan, kemalangan, dan
penderitaan para dewa dan manusia. Sekarang jika engkau melihat akar perselisihan
demikian apakah dalam dirimu atau secara eksternal, maka engkau harus berusaha
untuk meninggalkan akar perselisihan yang buruk yang sama itu. dan jika engkau
tidak melihat akar perselisihan demikian apakah dalam dirimu atau secara eksternal,
maka engkau harus berlatih sedemikian sehingga akar perselisihan yang buruk yang
sama itu tidak muncul di masa depan. Demikianlah ditinggalkannya akar perselisihan
yang buruk itu; demikianlah ketidak-munculan akar perselisihan yang buruk itu di
masa depan.

7-11. Kemudian, seorang bhikkhu bersikap meremehkan dan congkak iri dan
tamak curang dan menipu berkeinginan jahat dan berpandangan salah
melekat pada pandangannya sendiri, menggenggamnya erat-erat, dan melepaskannya
dengan susah-payah. Bhikkhu demikian berdiam tanpa menghormati dan tanpa
menghargai Sang Guru, Dhamma, dan Sangha, dan ia tidak memenuhi latihan.
Seorang bhikkhu yang tidak menghormati dan tidak menghargai Sang Guru,
Dhamma, dan Sangha, dan yang tidak memenuhi latihan, menciptakan perselisihan
dalam Sangha, yang dapat mengakibatkan bahaya dan ketidak-bahagiaan banyak
makhluk, menghasilkan kehilangan, kemalangan, dan penderitaan para dewa dan
manusia. Sekarang jika engkau melihat akar perselisihan demikian apakah dalam
dirimu atau secara eksternal, maka engkau harus berusaha untuk meninggalkan akar
perselisihan yang buruk yang sama itu. Dan jika engkau tidak melihat akar
perselisihan demikian apakah dalam dirimu atau secara eksternal, maka engkau harus
berlatih sedemikian sehingga akar perselisihan yang buruk yang sama itu tidak
muncul di masa depan. [247] Demikianlah ditinggalkannya akar perselisihan yang
buruk itu; demikianlah ketidak-munculan akar perselisihan yang buruk itu di masa
depan. Ini adalah enam akar perselisihan.

12. nanda, terdapat empat jenis perkara ini. Apakah empat ini? Perkara karena
perselisihan, perkara karena tuduhan, perkara karena pelanggaran, dan perkara
sehubungan dengan pelaksanaan perbuatan. Ini adalah empat jenis perkara.
982


13. nanda, terdapat tujuh jenis penyelesaian perkara.
983
Untuk menyelesaikan dan
mendamaikan perkara pada saat terjadinya: penghapusan perkara melalui konfrontasi
dapat diberikan, penghapusan perkara karena ingatan dapat diberikan, penghapusan
perkara karena ketidak-warasan masa lalu dapat diberikan, pengakuan atas suatu
pelanggaran, pendapat mayoritas, pernyataan karakter buruk atas seseorang, dan
menutup dengan rumput.

14. Dan bagaimanakah terjadinya penghapusan perkara melalui konfrontasi?
984
Di
sini para bhikkhu berselisih: Ini adalah Dhamma, atau Ini bukan Dhamma, atau
Ini adalah Disiplin, atau Ini bukan Disiplin. Para bhikkhu itu harus berkumpul
bersama dalam kerukunan. Kemudian, setelah berkumpul, tuntunan Dhamma harus
ditetapkan.
985
Begitu tuntunan Dhamma telah ditetapkan, perkara itu harus
diselesaikan sesuai dengan tuntunan Dhamma itu. demikianlah penghapusan perkara
melalui konfrontasi. Dan demikianlah terjadinya penyelesaian perkara-perkara di sini
dengan penghapusan perkara melalui konfrontasi.

15. Dan bagaimanakah terjadinya pendapat mayoritas? Jika para bhikkhu itu tidak
dapat menyelesaikan perkara itu di dalam tempat kediaman itu, maka mereka harus
mendatangi tempat kediaman di mana terdapat lebih banyak bhikkhu. Di sana, mereka
semuanya harus berkumpul bersama dalam kerukunan. Kemudian, setelah berkumpul,
tuntunan Dhamma harus ditetapkan. Begitu tuntunan Dhamma telah ditetapkan,
perkara itu harus diselesaikan sedemikian sesuai dengan tuntunan Dhamma itu.
demikianlah pendapat mayoritas. Dan demikianlah terjadinya penyelesaian perkara-
perkara di sini dengan penghapusan perkara melalui pendapat mayoritas.

16. Dan bagaimanakah penghapusan perkara karena ingatan?
986
Di sini seorang
bhikkhu menegur seorang bhikkhu lainnya untuk suatu pelanggaran berat,
pelanggaran yang melibatkan kekalahan atau yang berbatasan dengan kekalahan:
987

Apakah Yang Mulia ingat telah melakukan pelanggaran berat itu, pelanggaran yang
melibatkan kekalahan atau yang berbatasan dengan kekalahan? Ia mengatakan: Aku
tidak ingat, Teman-teman, telah melakukan pelanggaran berat itu, pelanggaran yang
melibatkan kekaalhan atau yang berbatasan dengan kekalahan. [248] Dalam kasus ini
penghapusan perkara karena ingatan harus ditetapkan. Demikianlah penghapusan
perkara karena ingatan. Dan demikianlah terjadinya penyelesaian perkara-perkara di
sini dengan penghapusan perkara karena ingatan.

17. Dan bagaimanakah penghapusan perkara karena ketidak-warasan masa lalu?
988

Di sini seorang bhikkhu menegur seorang bhikkhu lainnya untuk suatu pelanggaran
berat, pelanggaran yang melibatkan kekalahhan atau yang berbatasan dengan
kekalahan: Apakah Yang Mulia ingat telah melakukan pelanggaran berat itu,
pelanggaran yang melibatkan kekalahan atau yang berbatasan dengan kekalahan? Ia
mengatakan: Aku tidak ingat, Teman-teman, telah melakukan pelanggaran berat itu,
pelanggaran yang melibatkan kekalahan atau yang berbatasan dengan kekalahan.
Terlepas dari penyangkalannya, bhikkhu itu mendesaknya lebih jauh: Yang Mulia
pasti mengetahui dengan baik jika ia ingat telah melakukan pelanggaran berat itu,
pelanggaran yang melibatkan kekalahan atau yang berbatasan dengan kekalahan? Ia
mengatakan: Aku telah menjadi gila, teman, aku kehilangan akal-sehat, dan ketika
aku gila aku mengatakan dan melakukan banyak hal yang tidak selayaknya bagi
seorang petapa. Aku tidak ingat, aku gila ketika aku melakukan hal itu. Dalam kasus
ini penghapusan perkara karena ketidak-warasan masa lalu harus ditetapkan.
Demikianlah penghapusan perkara karena ketidak-warasan masa lalu. Dan
demikianlah terjadinya penyelesaian perkara-perkara di sini dengan penghapusan
perkara karena ketidak-warasan masa lalu.

18. Dan bagaimanakah terjadinya pengakuan atas suatu pelanggaran? Di sini seorang
bhikkhu, apakah ditegur atau tidak ditegur, mengingat suatu pelanggaran,
menyatakannya, dan mengungkapkannya. Ia harus mendatangi seorang bhikkhu
senior, dan setelah merapikan jubahnya di salah satu bahunya, ia harus bersujud di
kakinya. Kemudian, sambil duduk berlutut, ia harus merangkapkan tangan dan
berkata: Yang Mulia, aku telah melakukan pelanggaran itu; aku mengakuinya.
Bhikkhu senior berkata: Apakah engkau melihat? Ya, aku melihat. Apakah
engkau akan mempraktikkan pengendalian di masa depan? Aku akan
mempraktikkan pengendalian di masa depan. Demikianlah pengakuan atas suatu
pelanggaran.
989
Dan demikianlah terjadinya penyelesaian perkara-perkara di sini
dengan pengakuan atas suatu pelanggaran. [249]

19. Dan bagaimanakah terjadinya pernyataan karakter buruk atas seseorang?
990
Di
sini seorang bhikkhu menegur seorang bhikkhu lainnya untuk suatu pelanggaran
berat, pelanggaran yang melibatkan kejatuhan atau yang berbatasan dengan kejatuhan:
Apakah Yang Mulia ingat telah melakukan pelanggaran berat itu, pelanggaran yang
melibatkan kekalahan atau yang berbatasan dengan kekalahan? Ia mengatakan: Aku
tidak ingat, Teman-teman, telah melakukan pelanggaran berat itu, pelanggaran yang
melibatkan kekalahan atau yang berbatasan dengan kekalahan. Terlepas dari
penyangkalannya, bhikkhu itu mendesaknya lebih jauh: Yang Mulia pasti
mengetahui dengan baik jika ia ingat telah melakukan pelanggaran berat itu,
pelanggaran yang melibatkan kekalahan atau yang berbatasan dengan kekalahan? Ia
mengatakan: Aku tidak ingat, Teman-teman, telah melakukan pelanggaran berat itu,
pelanggaran yang melibatkan kekalahan atau yang berbatasan dengan kekalahan.
Tetapi, Teman-teman, aku ingat telah melakukan pelanggaran ringan itu. Terlepas
dari penyangkalannya, bhikkhu itu mendesaknya lebih jauh: Yang Mulia pasti
mengetahui dengan baik jika ia ingat telah melakukan pelanggaran berat itu,
pelanggaran yang melibatkan kekalahan atau yang berbatasan dengan kekalahan? Ia
mengatakan: Teman-teman, ketika tidak ditanya aku mengakui telah melakukan
pelanggaran ringan; jadi ketika ditanya, mengapa aku tidak mengakui telah
melakukan pelanggaran berat itu, pelanggaran yang melibatkan kekalahan atau yang
berbatasan dengan kekalahan? Bhikkhu itu berkata: Teman, jika engkau tidak
ditanya, maka engkau tidak akan mengakui telah melakukan pelanggaran ringan ini;
jadi mengapa, ketika ditanya, engkau mengakui telah melakukan pelanggaran berat
itu, pelanggaran yang melibatkan kekalahan atau yang berbatasan dengan kekalahan?
Yang Mulia pasti mengetahui dengan baik jika ia ingat telah melakukan pelanggaran
berat itu, pelanggaran yang melibatkan kekalahan atau yang berbatasan dengan
kekalahan? ia berkata: Aku ingat, Teman-teman, telah melakukan pelanggaran berat
itu, pelanggaran yang melibatkan kekalahan atau yang berbatasan dengan kekalahan.
Aku bergurau, aku hanya meracau, ketika aku mengatakan bahwa aku tidak ingat
telah melakukan melakukan pelanggaran berat itu, pelanggaran yang melibatkan
kekalahan atau yang berbatasan dengan kekalahan. Demikianlah terjadinya
pernyataan karakter buruk atas seseorang. Dan demikianlah terjadinya penyelesaian
perkara-perkara di sini dengan pernyataan karakter buruk atas seseorang. [250]

20. Dan bagaimanakah terjadinya menutup dengan rumput?
991
Di sini ketika para
bhikkhu telah bertengkar dan bercekcok dan berselisih, mereka mungkin telah
mengatakan atau melakukan banyak hal yang tidak selayaknya bagi seorang petapa.
Para bhikkhu itu harus berkumpul bersama dalam kerukunan. Kemudian, setelah
mereka berkumpul, seorang bhikkhu yang bijaksana di antara para bhikkhu yang
memihak salah satu pihak bangkit dari duduknya, dan setelah merapikan jubahnya di
salah satu bahunya, ia merangkapkan tangan, dan mengundang Sangha sebagai
berikut: Mohon Yang Mulia Sangha mendengarkan aku. Ketika kami bertengkar dan
bercekcok dan berselisih, kami telah mengatakan atau melakukan banyak hal yang
tidak selayaknya bagi seorang petapa. Jika Sangha menyetujui, maka demi kebaikan
para mulia ini dan demi kebaikanku, di tengah-tengah Sangha aku akan mengakui,
melalui metode menutup dengan rumput, segala pelanggaran dari para mulia ini dan
segala pelanggaranku, kecuali pelanggaran-pelanggaran yang memerlukan teguran
serius dan yang berhubungan dengan umat awam.
992


Kemudian seorang bhikkhu yang bijaksana di antara para bhikkhu yang memihak
pihak lainnya bangkit dari duduknya, dan setelah merapikan jubahnya di salah satu
bahunya, ia merangkapkan tangan, dan mengundang Sangha sebagai berikut: Mohon
Yang Mulia Sangha mendengarkan aku. Ketika kami bertengkar dan bercekcok dan
berselisih, kami telah mengatakan atau melakukan banyak hal yang tidak selayaknya
bagi seorang petapa. Jika Sangha menyetujui, maka demi kebaikan para mulia ini dan
demi kebaikanku, di tengah-tengah Sangha aku akan mengakui, melalui metode
menutup dengan rumput, segala pelanggaran dari para mulia ini dan segala
pelanggaranku, kecuali pelanggaran-pelanggaran yang memerlukan teguran serius dan
yang berhubungan dengan umat awam. Demikianlah menutup dengan rumput. Dan
demikianlah terjadinya penyelesaian perkara-perkara di sini dengan menutup dengan
rumput.

21. nanda, terdapat enam prinsip kerukunan ini yang menciptakan cinta kasih dan
penghormatan dan berperan dalam kebersamaan, dalam tanpa-perselisihan, dalam
kerukunan, dan dalam persatuan.
993
Apakah enam ini?

Di sini seorang bhikkhu memelihara perbuatan jasmani cinta kasih baik secara
terbuka maupun secara pribadi terhadap teman-temannya dalam kehidupan suci. Ini
adalah prinsip kerukunan yang menciptakan cinta kasih dan penghormatan dan
berperan dalam kebersamaan, dalam tanpa-perselisihan, dalam kerukunan, dan dalam
persatuan.

Kemudian, seorang bhikkhu memelihara perbuatan ucapan cinta kasih baik secara
terbuka maupun secara pribadi terhadap teman-temannya dalam kehidupan suci. Ini
juga adalah prinsip kerukunan yang menciptakan cinta kasih dan penghormatan dan
berperan dalam persatuan.

Kemudian, seorang bhikkhu memelihara perbuatan pikiran cinta kasih baik secara
terbuka maupun secara pribadi terhadap teman-temannya dalam kehidupan suci. Ini
juga adalah prinsip kerukunan yang menciptakan cinta kasih dan [251] penghormatan
dan berperan dalam persatuan.

Kemudian, seorang bhikkhu menggunakan benda-benda bersama-sama dengan
teman-temannya dalam kehidupan suci; tanpa merasa keberatan, ia berbagi dengan
mereka apapun jenis perolehan yang ia peroleh yang sesuai dengan Dhamma dan
telah diperoleh dengan cara yang sesuai dengan Dhamma, bahkan termasuk isi
mangkuknya. Ini juga adalah prinsip kerukunan yang menciptakan cinta kasih dan
penghormatan dan berperan dalam persatuan.

Kemudian, seorang bhikkhu berdiam baik di depan umum maupun di tempat pribadi
dengan memiliki kesamaan dengan teman-temannya dalam kehidupan suci dalam hal
moralitas yang tidak rusak, tidak robek, tidak berbintik, tidak bercoreng,
membebaskan, dipuji oleh para bijaksana, tidak disalah-pahami, dan mendukung
konsentrasi. Ini juga adalah prinsip kerukunan yang menciptakan cinta kasih dan
penghormatan dan berperan dalam persatuan.

Kemudian, seorang bhikkhu berdiam baik di depan umum maupun di tempat pribadi
dengan memiliki kesamaan dengan teman-temannya dalam kehidupan suci dalam hal
pandangan yang mulia dan membebaskan, dan menuntun seseorang yang
mempraktikkan sesuai pandangan itu menuju kehancuran total penderitaan. Ini juga
adalah prinsip kerukunan yang menciptakan cinta kasih dan penghormatan dan
berperan dalam kebersamaan, dalam tanpa-perselisihan, dalam kerukunan, dan dalam
persatuan.

Ini adalah enam prinsip kerukunan yang menciptakan cinta kasih dan penghormatan
dan berperan dalam kebersamaan, dalam tanpa-perselisihan, dalam kerukunan, dan
dalam persatuan.

22. Jika, nanda, kalian menjalankan dan mempertahankan keenam prinsip
kerukunan ini, apakah engkau melihat ucapan apapun juga, baik hal kecil maupun hal
besar, yang tidak dapat engkau terima?
994
Tidak, Yang Mulia. Oleh karena
itu, nanda, jalankan dan pertahankanlah keenam prinsip kerukunan ini. Hal itu akan
menuntun menuju kesejahteraan dan kebahagiaan kalian untuk waktu yang lama.

Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagav. Yang Mulia nanda merasa puas
dan gembira mendengar kata-kata Sang Bhagav.


105 Sunakkhatta Sutta
Kepada Sunakkhatta




[252] 1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagav
sedang menetap di Vesl di Hutan Besar di Aula Beratap Lancip.

2. Pada saat itu sejumlah bhikkhu telah menyatakan pengetahuan akhir di hadapan
Sang Bhagav sebagai berikut: Kami memahami: Kelahiran telah dihancurkan,
kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak akan
ada lagi penjelmaan menjadi kondisi makhluk apapun.

3. Sunakkhatta, putera Licchavi,
995
mendengar: Sepertinya sejumlah bhikkhu telah
menyatakan pengetahuan akhir di hadapan Sang Bhagav sebagai berikut: Kami
memahami: Kelahiran telah dihancurkan tidak akan ada lagi penjelmaan menjadi
kondisi makhluk apapun. Kemudian Sunakkhatta, putera Licchavi, menghadap Sang
Bhagav, dan setelah bersujud kepada Beliau, ia duduk di satu sisi dan berkata kepada
Sang Bhagav:

4. Aku telah mendengar, Yang Mulia, bahwa sejumlah bhikkhu telah menyatakan
pengetahuan akhir di hadapan Sang Bhagav. Apakah mereka benar-benar telah
mencapainya atau adakah beberapa bhikkhu di sini yang menyatakan pengetahuan
akhir karena menilai diri mereka terlalu tinggi?

5. Ketika para bhikkhu itu, Sunakkhatta, menyatakan pengetahuan akhir di
hadapanKu, ada beberapa bhikkhu yang benar-benar telah mencapai pengetahuan
akhir dan ada beberapa yang menyatakan telah mencapai pengetahuan akhir karena
menilai diri mereka terlalu tinggi.
996
Di sana, ketika para bhikkhu menyatakan
pengetahuan akhir karena benar-benar telah mencapainya, maka pernyataan mereka
adalah benar. Tetapi ketika para bhikkhu menyatakan pengetahuan akhir karena
menilai diri mereka terlalu tinggi, Sang Tathgata berpikir: Aku harus mengajarkan
Dhamma kepada mereka.
997
Demikianlah dalam hal ini, Sunakkhatta, Sang Tathgata
berpikir: Aku harus mengajarkan Dhamma kepada mereka. Tetapi beberapa orang
sesat di sini menyusun pertanyaan, menghadap Sang Tathgata, dan mengajukannya.
Dalam hal ini, Sunakkhatta, [253] walaupun Sang Tathgata telah berpikir: Aku
harus mengajarkan Dhamma kepada mereka, namun Beliau berubah pikiran.
998


6. Sekarang adalah waktunya, Sang Bhagav, sekarang adalah waktunya, Yang
Sempurna, bagi Sang Bhagav untuk mengajarkan Dhamma. Setelah mendengarnya
dari Sang Bhagav, para bhikkhu akan mengingatnya.

Maka dengarkanlah, Sunakkhatta, dan perhatikanlah pada apa yang akan
Kukatakan.

Baik, Yang Mulia, Sunakkhatta, putera Licchavi, menjawab Sang Bhagav. Sang
Bhagav berkata sebagai berikut:

7. Ada, Sunakkhatta, lima utas kenikmatan indria ini. Apakah lima ini? Bentuk-
bentuk yang dikenali oleh mata yang diharapkan, diinginkan, menyenangkan dan
disukai, terhubung dengan kenikmatan indria, dan merangsang nafsu. Suara-suara
yang dikenali oleh telinga ... bau-bauan yang dikenali oleh hidung ... rasa kecapan
yang dikenali oleh lidah ... objek-objek sentuhan yang dikenali oleh badan yang
diharapkan, diinginkan, menyenangkan dan disukai, terhubung dengan kenikmatan
indria, dan merangsang nafsu. Ini adalah lima utas kenikmatan indria.

8. Adalah mungkin, Sunakkhatta, bahwa seseorang di sini mungkin berhasrat pada
hal-hal materi duniawi.
999
Ketika seseorang berhasrat pada hal-hal materi duniawi,
hanya pembicaraan sehubungan dengan hal itu yang menarik perhatiannya, dan
pikiran dan renungannya selaras dengan hal-hal itu, dan ia bergaul dengan orang-
orang sejenis, dan ia mendapatkan kepuasan dalam hal-hal itu. tetapi ketika
pembicaraan mengenai ketanpa-gangguan sedang berlangsung, ia tidak
mendengarkannya atau menyimaknya atau mengarahkan pikirannya untuk
memahaminya. Ia tidak bergaul dengan orang demikian, dan ia tidak mendapatkan
kepuasan dalam hal itu.

9. Misalkan, Sunakkhatta, seseorang telah lama meninggalkan desa atau kota
asalnya, dan ia bertemu dengan orang lain yang baru saja meninggalkan desa atau
kota itu. ia akan menanyakan kepada orang itu apakah para penduduk desa atau kota
itu selamat, makmur, dan sehat, dan orang itu akan memberitahukan kepadanya
apakah para penduduk desa atau kota itu selamat, makmur, [254] dan sehat.
Bagaimana menurutmu, Sunakkhatta? Apakah orang pertama akan mendengarkannya,
dan mengarahkan pikirannya untuk memahami? Benar, Yang Mulia.
Demikian pula, Sunakkhatta, Adalah mungkin bahwa seseorang di sini mungkin
berhasrat pada hal-hal materi duniawi. Ketika seseorang berhasrat pada hal-hal materi
duniawi dan ia tidak mendapatkan kepuasan dalam hal itu. Ia harus dipahami
sebagai seorang yang berhasrat pada hal-hal materi duniawi.

10. Adalah mungkin, Sunakkhatta, bahwa seseorang di sini mungkin berhasrat pada
ketanpa-gangguan.
1000
Ketika seseorang berhasrat pada ketanpa-gangguan, hanya
pembicaraan sehubungan dengan hal itu yang menarik perhatiannya, dan pikiran dan
renungannya selaras dengan hal-hal itu, dan ia bergaul dengan orang-orang sejenis,
dan ia mendapatkan kepuasan dalam hal-hal itu. tetapi ketika pembicaraan mengenai
hal-hal materi duniawi sedang berlangsung, ia tidak mendengarkannya atau
menyimaknya atau mengarahkan pikirannya untuk memahaminya. Ia tidak bergaul
dengan orang demikian, dan ia tidak mendapatkan kepuasan dalam hal itu.

11. Bagaikan sehelai daun yang telah menguning yang gugur dari tangkainya tidak
mampu menjadi hijau kembali, demikian pula, Sunakkhatta, ketika seseorang
berhasrat pada ketanpa-gangguan ia telah menghalau belenggu hal-hal materi
duniawi. Ia harus dipahami sebagai seorang yang terlepas dari belenggu hal-hal materi
duniawi yang berhasrat pada ketanpa-gangguan.

12. Adalah mungkin, Sunakkhatta, bahwa seseorang di sini mungkin berhasrat pada
landasan kekosongan. Ketika seseorang berhasrat pada landasan kekosongan, hanya
pembicaraan sehubungan dengan hal itu yang menarik perhatiannya, dan pikiran dan
renungannya selaras dengan hal-hal itu, dan ia bergaul dengan orang-orang sejenis,
dan ia mendapatkan kepuasan dalam hal-hal itu. [255] Tetapi ketika pembicaraan
mengenai ketanpa-gangguan sedang berlangsung, ia tidak mendengarkannya atau
menyimaknya atau mengarahkan pikirannya untuk memahaminya. Ia tidak bergaul
dengan orang demikian, dan ia tidak mendapatkan kepuasan dalam hal itu.

13. Bagaikan sebutir batu besar yang pecah menjadi dua tidak dapat digabungkan
kembali menjadi satu, demikian pula, Sunakkhatta, ketika seseorang berhasrat pada
landasan kekosongan maka belenggu ketanpa-gangguan telah dipecahkan. Ia harus
dipahami sebagai seorang yang terlepas dari belenggu ketanpa-gangguan yang
berhasrat pada landasan kekosongan

14. Adalah mungkin, Sunakkhatta, bahwa seseorang di sini mungkin berhasrat pada
landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi. Ketika seseorang berhasrat pada
landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi, hanya pembicaraan sehubungan
dengan hal itu yang menarik perhatiannya, dan pikiran dan renungannya selaras
dengan hal-hal itu, dan ia bergaul dengan orang-orang sejenis, dan ia mendapatkan
kepuasan dalam hal-hal itu. Tetapi ketika pembicaraan mengenai landasan
kekosongan sedang berlangsung, ia tidak mendengarkannya atau menyimaknya atau
mengarahkan pikirannya untuk memahaminya. Ia tidak bergaul dengan orang
demikian, dan ia tidak mendapatkan kepuasan dalam hal itu.

15. Misalkan seseorang telah memakan makanan lezat dan memuntahkannya.
Bagaimana menurutmu, Sunakkhatta? Apakah orang itu berkeinginan untuk
memakannya lagi?

Tidak, Yang Mulia. Mengapakah? Karena makanan itu dianggap menjijikkan.

Demikian pula, Sunakkhatta, ketika seseorang berhasrat pada landasan bukan
persepsi juga bukan bukan-persepsi, belenggu landasan kekosongan telah ditolak. Ia
harus dipahami sebagai seorang yang terlepas dari belenggu landasan kekosongan dan
yang berhasrat pada landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi.

16. Adalah mungkin, Sunakkhatta, bahwa seseorang di sini mungkin berhasrat pada
Nibbna. Ketika seseorang berhasrat pada Nibbna, hanya pembicaraan sehubungan
dengan hal itu yang menarik perhatiannya, dan pikiran dan renungannya selaras
dengan hal-hal itu, dan ia bergaul dengan orang-orang sejenis, dan ia mendapatkan
kepuasan dalam hal-hal itu. Tetapi ketika pembicaraan mengenai landasan bukan
persepsi juga bukan bukan-persepsi sedang berlangsung, [256] ia tidak
mendengarkannya atau menyimaknya atau mengarahkan pikirannya untuk
memahaminya. Ia tidak bergaul dengan orang demikian, dan ia tidak mendapatkan
kepuasan dalam hal itu.

17. Bagaikan sebatang pohon palem yang pucuknya dipotong menjadi tidak mampu
tumbuh lagi, demikian pula, ketika seseorang sepenuhnya berhasrat pada Nibbna,
belenggu landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi telah dipotong
terpotong di akarnya, dibuat menjadi tunggul pohon, dihancurkan sehingga tidak lagi
muncul di masa depan. Ia harus dipahami sebagai seorang yang terlepas dari belenggu
landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi yang sepenuhnya berhasrat pada
Nibbna.

18. Adalah mungkin, Sunakkhatta, bahwa seorang bhikkhu di sini mungkin berpikir
sebagai berikut: Ketagihan telah disebut sebagai anak panah oleh Sang Petapa;
1001

cairan beracun ketidak-tahuan telah dilumurkan oleh keinginan, nafsu, dan
permusuhan. Anak panah ketagihan itu telah disingkirkan dari diriku; cairan beracun
ketidak-tahuan telah dikeluarkan. Aku adalah seorang yang sepenuhnya berhasrat
pada Nibbna. Karena ia menganggap dirinya demikian, walaupun berlawanan
dengan fakta,
1002
ia mungkin mengikuti hal-hal itu yang tidak selayaknya bagi seorang
yang sepenuhnya berhasrat pada Nibbna. Ia mungkin dengan matanya mengikuti
pemandangan bentuk-bentuk yang tidak selayaknya, ia mungkin dengan telinganya
mengikuti suara-suara yang tidak selayaknya, dengan hidungnya mengikuti bau-bauan
yang tidak selayaknya, dengan lidahnya mengikuti rasa kecapan yang tidak
selayaknya, dengan badannya mengikuti objek-objek sentuhan yang tidak selayaknya,
atau dengan pikirannya mengikuti objek-objek pikiran yang tidak selayaknya. Ketika
ia dengan mata mengikuti pemandangan bentuk-bentuk yang tidak selayaknya
dengan pikirannya mengikuti objek-objek pikiran yang tidak selayaknya, maka nafsu
akan menyerbu pikirannya. Dengan pikirannya diserbu oleh nafsu, maka ia akan
mengalami kematian atau penderitaan mematikan.

19. Misalkan, Sunakkhatta, seseorang terluka oleh anak panah beracun, dan teman-
teman dan sahabatnya, sanak saudara dan kerabatnya, membawa seorang ahli bedah.
Ahli bedah itu membedah luka itu dengan pisau, memeriksa anak panah itu dengan
alat periksa, [257] kemudian ia mencabut anak panah itu dan mengeluarkan cairan
beracun dengan meninggalkan sisa-sisa racun itu. karena berpikir bahwa tidak ada
sisa-sisa racun yang tertinggal,
1003
ia berkata: Tuan, anak panah telah dicabut dari
tubuhmu; cairan beracun telah dikeluarkan tanpa meninggalkan sisa, dan tidak dapat
mencelakaimu. Makanlah hanya makanan-makanan yang layak; jangan memakan
makanan yang tidak layak agar luka itu tidak bernanah. Dari waktu ke waktu cucilah
luka itu dan dari waktu ke waktu olesi luka itu dengan salep agar nanah dan darah
tidak menutupi luka itu. Jangan berjalan terpapar oleh angin dan matahari agar debu
dan tanah tidak menginfeksi luka itu. rawatlah luka itu, Tuan, dan uruslah luka itu
hingga sembuh.

20. Orang itu akan berpikir: Anak panah telah dicabut dari tubuhku; cairan beracun
telah dikeluarkan tanpa meninggalkan sisa, dan tidak dapat mencelakaiku. Ia
memakan makanan yang tidak layak, dan luka itu bernanah. Dari waktu ke waktu ia
tidak mencuci lukanya dan dari waktu ke waktu ia tidak mengolesi lukanya dengan
salep, dan nanah dan darah menutupi lukanya. Ia berjalan dengan terpapar oleh angin
dan matahari, dan debu dan tanah menginfeksi luka itu. Ia tidak merawat luka itu dan
mengurusnya hingga sembuh. Kemudian, karena ia melakukan yang tidak selayaknya
dan karena sisa cairan beracun yang tertinggal, luka itu membengkak, dan dengan
pembengkakan itu ia akan mengalami kematian atau penderitaan mematikan.

21. Demikian pula, Sunakkhatta, adalah mungkin bahwa seorang bhikkhu di sini
berpikir sebagai berikut: Ketagihan telah disebut sebagai anak panah oleh Sang
Petapa; cairan beracun ketidak-tahuan telah dilumurkan oleh keinginan, nafsu, dan
permusuhan. Anak panah ketagihan itu telah disingkirkan dari diriku; [258] cairan
beracun ketidak-tahuan telah dikeluarkan. Aku adalah seorang yang sepenuhnya
berhasrat pada Nibbna. Karena ia menganggap dirinya demikian, walaupun
berlawanan dengan fakta, ia mungkin mengikuti hal-hal itu yang tidak selayaknya
bagi seorang yang sepenuhnya berhasrat pada Nibbna (seperti di atas) maka
nafsu akan menyerbu pikirannya, ia akan mengalami kematian atau penderitaan
mematikan.

22. Karena adalah kematian dalam Disiplin Para Mulia, Sunakkhatta, ketika
seseorang meninggalkan latihan dan kembali ke kehidupan rendah; dan adalah
penderitaan mematikan ketika seseorang Yang melakukan pelanggaran yang
mengotori.
1004


23. Adalah mungkin, Sunakkhatta, bahwa seorang bhikkhu di sini mungkin berpikir
sebagai berikut: Ketagihan telah disebut sebagai anak panah oleh Sang Petapa; cairan
beracun ketidak-tahuan telah dilumurkan oleh keinginan, nafsu, dan permusuhan.
Anak panah ketagihan itu telah disingkirkan dari diriku; cairan beracun ketidak-
tahuan telah dikeluarkan. Aku adalah seorang yang sepenuhnya berhasrat pada
Nibbna. Sebagai seorang yang sungguh-sungguh sepenuhnya berhasrat pada
Nibbna, ia tidak mengikuti hal-hal yang tidak selayaknya bagi seorang yang
sepenuhnya berhasrat pada Nibbna. Ia tidak dengan matanya mengikuti
pemandangan bentuk-bentuk yang tidak selayaknya, ia tidak dengan telinganya
mengikuti suara-suara yang tidak selayaknya, tidak dengan hidungnya mengikuti bau-
bauan yang tidak selayaknya, tidak dengan lidahnya mengikuti rasa kecapan yang
tidak selayaknya, tidak dengan badannya mengikuti objek-objek sentuhan yang tidak
selayaknya, dan tidak dengan pikirannya mengikuti objek-objek pikiran yang tidak
selayaknya. Karena ia tidak dengan mata mengikuti pemandangan bentuk-bentuk
yang tidak selayaknya tidak dengan pikirannya mengikuti objek-objek pikiran
yang tidak selayaknya, maka nafsu tidak menyerbu pikirannya. [259] Karena nafsu
tidak menyerbu pikirannya, maka ia tidak mengalami kematian atau penderitaan
mematikan.

24. Misalkan, Sunakkhatta, seseorang terluka oleh anak panah beracun, dan teman-
teman dan sahabatnya, sanak saudara dan kerabatnya, membawa seorang ahli bedah.
Ahli bedah itu membedah luka itu dengan pisau, memeriksa anak panah itu dengan
alat periksa, kemudian ia mencabut anak panah itu dan mengeluarkan cairan beracun
tanpa meninggalkan sisa-sisa racun itu. Mengetahui bahwa tidak ada sisa-sisa racun
yang tertinggal, ia berkata: Tuan, anak panah telah dicabut dari tubuhmu; cairan
beracun telah dikeluarkan tanpa meninggalkan sisa, dan tidak dapat mencelakaimu.
Makanlah hanya makanan-makanan yang layak; jangan memakan makanan yang
tidak layak agar luka itu tidak bernanah. Dari waktu ke waktu cucilah luka itu dan dari
waktu ke waktu oleskan luka itu dengan salep, sehingga nanah dan darah tidak
menutupi luka itu. Jangan berjalan terpapar oleh angin dan matahari agar debu dan
tanah tidak menginfeksi luka itu. rawatlah luka itu, Tuan, dan uruslah luka itu hingga
sembuh.

25. Orang itu akan berpikir: Anak panah telah dicabut dari tubuhku; cairan beracun
telah dikeluarkan tanpa meninggalkan sisa, dan tidak dapat mencelakaiku. Ia
memakan hanya makanan yang layak, dan luka itu tidak bernanah. Dari waktu ke
waktu ia mencuci lukanya dan dari waktu ke waktu ia mengolesi lukanya dengan
salep, dan nanah dan darah tidak menutupi lukanya. Ia tidak berjalan dengan terpapar
oleh angin dan matahari, dan debu dan tanah tidak menginfeksi luka itu. Ia merawat
luka itu dan mengurusnya hingga sembuh. Kemudian, karena ia melakukan yang
selayaknya dan karena tidak ada sisa cairan beracun yang tertinggal, luka itu sembuh,
dan dengan kesembuhan itu dan tertutup kulit, ia tidak akan mengalami kematian atau
penderitaan mematikan.

26. Demikian pula, Sunakkhatta, adalah mungkin bahwa seorang bhikkhu di sini
berpikir sebagai berikut: Ketagihan telah disebut sebagai anak panah oleh Sang
Petapa; [260] cairan beracun ketidak-tahuan telah dilumurkan oleh keinginan, nafsu,
dan permusuhan. Anak panah ketagihan itu telah disingkirkan dari diriku; cairan
beracun ketidak-tahuan telah dikeluarkan. Aku adalah seorang yang sepenuhnya
berhasrat pada Nibbna. Sebagai seorang yang sungguh-sungguh sepenuhnya
berhasrat pada Nibbna, ia tidak mengikuti hal-hal yang tidak selayaknya bagi
seorang yang sepenuhnya berhasrat pada Nibbna (seperti di atas) Karena nafsu
tidak menyerbu pikirannya, maka ia tidak mengalami kematian atau penderitaan
mematikan.

27. Sunakkhatta, Aku memberikan perumpamaan ini untuk menyampaikan
maknanya. Maknanya adalah sebagai berikut: Luka adalah sebutan bagi enam
landasan indria internal. Cairan beracun adalah sebutan bagi ketidak-tahuan. Anak
panah adalah sebutan bagi ketagihan. Alat periksa adalah sebutan bagi perhatian.
Pisau adalah sebutan bagi kebijaksanaan mulia. Ahli bedah adalah sebutan bagi
Sang Tathgata, Yang Sempurna, Yang Tercerahkan Sempurna.

28. Bhikkhu itu, Sunakkhatta, adalah seorang yang mempraktikkan pengendalian
dalam enam landasan kontak. Setelah memahami bahwa perolehan adalah akar
penderitaan,
1005
karena tanpa perolehan, terbebaskan dalam hancurnya perolehan,
adalah tidak mungkin bahwa ia akan mengarahkan tubuhnya atau membangkitkan
pikiran ke arah perolehan apapun juga.

29. Misalkan, Sunakkhatta, terdapat sebuah cangkir perunggu berisi minuman yang
berwarna indah, berbau harum, dan rasa lezat, tetapi telah dicampur dengan racun,
dan seseorang datang yang menginginkan kehidupan, bukan kematian, yang
menginginkan kenikmatan dan menghindari kesakitan.
1006
Bagaimana menurutmu,
Sunakkhatta, apakah orang itu akan meminum secangkir minuman itu, dengan
mengetahui: Jika aku meminum ini maka aku akan mengalami kematian atau
penderitaan mematikan? Tidak, Yang Mulia. [261] Demikian pula, bhikkhu
itu adalah seorang yang mempraktikkan pengendalian dalam enam landasan kontak.
Setelah memahami bahwa perolehan adalah akar penderitaan, karena tanpa perolehan,
terbebaskan dalam hancurnya perolehan, adalah tidak mungkin bahwa ia akan
mengarahkan tubuhnya atau membangkitkan pikiran ke arah perolehan apapun juga.

30. Misalkan, Sunakkhatta, ada seekor ular berbisa yang mematikan, dan seseorang
datang yang menginginkan kehidupan, bukan kematian, yang menginginkan
kenikmatan dan menghindari kesakitan. Bagaimana menurutmu, Sunakkhatta, apakah
orang itu akan mengulurkan tangannya atau jari tangannya, dengan mengetahui: Jika
aku digigit oleh ular itu maka aku akan mengalami kematian atau penderitaan
mematikan? Tidak, Yang Mulia. Demikian pula, ketika seorang bhikkhu
mempraktikkan pengendalian dalam enam landasan kontak, dan setelah memahami
bahwa kemelekatan adalah akar penderitaan, maka ia menjadi tanpa kemelekatan,
terbebaskan dalam hancurnya kemelekatan, adalah tidak mungkin bahwa ia akan
mengarahkan tubuhnya atau membangkitkan pikiran ke arah objek kemelekatan
apapun juga.

Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagav. Sunakkhatta, putera Licchavi,
merasa puas dan gembira mendengar kata-kata Sang Bhagav.




106 nejasappya Sutta
Jalan menuju Ketanpa-gangguan




1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR.
1007
Pada suatu ketika Sang Bhagav
sedang menetap di negeri Kuru di mana terdapat sebuah pemukiman Kuru bernama
Kammsadhamma. Di sana Sang Bhagav memanggil para bhikkhu sebagai berikut:
Para bhikkhu. Yang Mulia, mereka menjawab. Sang Bhagav berkata sebagai
berikut:

2. Para bhikkhu, kenikmatan indria
1008
adalah tidak kekal, kosong, palsu, menipu;
kenikmatan indria adalah ilusi, ocehan orang-orang dungu. Kenikmatan indria di sini
dan saat ini dan kenikmatan indria pada kehidupan-kehidupan mendatang, [262]
persepsi indria di sini dan saat ini dan persepsi indria pada kehidupan-kehidupan
mendatang keduanya adalah alam Mra, wilayah Mra, umpan Mra, tanah
perburuan Mra. Oleh karenanya, kondisi-kondisi batin buruk yang tidak bermanfaat
ini seperti ketamakan, permusuhan, dan anggapan muncul, dan merupakan rintangan
bagi seorang siswa mulia yang dalam latihan di sini.

(KETANPA-GANGGUAN)

3. Di sana, para bhikkhu, seorang siswa mulia mempertimbangkan sebagai berikut:
Kenikmatan indria di sini dan saat ini dan kenikmatan indria pada kehidupan-
kehidupan mendatang merupakan rintangan bagi seorang siswa mulia yang dalam
latihan di sini. Bagaimana jika aku berdiam dengan pikiran berlimpah dan luhur,
setelah melampaui dunia dan bertekad kuat dalam pikiran.
1009
Ketika aku melakukan
demikian, tidak akan ada kondisi-kondisi pikiran buruk yang tidak bermanfaat dalam
diriku, dan dengan ditinggalkannya kondisi-kondisi pikiran buruk yang tidak
bermanfaat itu maka pikiranku akan menjadi tidak terbatas, tidak terukur, dan
terkembang dengan baik. Ketika ia mempraktikkan dengan cara ini dan sering
berdiam demikian, pikirannya memperoleh keyakinan di dalam landasan ini.
1010

Begitu ada keyakinan penuh, ia mencapai ketanpa-gangguan saat ini atau ia bertekad
[untuk mencapainya] dengan kebijaksanaan. Ketika hancurnya jasmani, setelah
kematian, adalah mungkin bahwa kesadaran yang berkembang mungkin berlanjut
[pada kelahiran kembali] di dalam ketanpa-gangguan.
1011
Ini, para bhikkhu,
dinyatakan sebagai cara pertama yang mengarah pada ketanpa-gangguan.

4. Kemudian, para bhikkhu, seorang siswa mulia mempertimbangkan sebagai
berikut:
1012
Kenikmatan indria di sini dan saat ini dan kenikmatan indria pada
kehidupan-kehidupan mendatang, persepsi indria di sini dan saat ini dan persepsi
indria pada kehidupan-kehidupan mendatang; apapun bentuk-bentuk materi [yang
ada], segala bentuk materi adalah empat unsur utama dan bentuk materi yang
diturunkan dari empat unsur utama. Ketika ia mempraktikkan dengan cara ini dan
sering berdiam demikian, pikirannya memperoleh keyakinan di dalam landasan ini.
Begitu ada keyakinan penuh, ia mencapai ketanpa-gangguan saat ini atau ia bertekad
[untuk mencapainya] dengan kebijaksanaan. Ketika hancurnya jasmani, setelah
kematian, adalah mungkin bahwa kesadaran yang berkembang mungkin berlanjut
[pada kelahiran kembali] di dalam ketanpa-gangguan. Ini, para bhikkhu, dinyatakan
sebagai cara ke dua yang mengarah pada ketanpa-gangguan. [263]

5. Kemudian, para bhikkhu, seorang siswa mulia mempertimbangkan sebagai
berikut:
1013
Kenikmatan indria di sini dan saat ini dan kenikmatan indria pada
kehidupan-kehidupan mendatang, persepsi indria di sini dan saat ini dan persepsi
indria pada kehidupan-kehidupan mendatang, bentuk-bentuk materi di sini dan saat
ini dan bentuk-bentuk materi pada kehidupan-kehidupan mendatang, persepsi bentuk-
bentuk di sini dan saat ini dan persepsi bentuk-bentuk pada kehidupan-kehidupan
mendatang keduanya adalah tidak kekal. Apa yang tidak kekal adalah tidak layak
disenangi, tidak layak disambut, tidak layak digenggam. Ketika ia mempraktikkan
dengan cara ini dan sering berdiam demikian, pikirannya memperoleh keyakinan di
dalam landasan ini. Begitu ada keyakinan penuh, ia mencapai ketanpa-gangguan saat
ini atau ia bertekad [untuk mencapainya] dengan kebijaksanaan. Ketika hancurnya
jasmani, setelah kematian, adalah mungkin bahwa kesadaran yang berkembang
mungkin berlanjut [pada kelahiran kembali] di dalam ketanpa-gangguan. Ini, para
bhikkhu, dinyatakan sebagai cara ke tiga yang mengarah pada ketanpa-gangguan.

(LANDASAN KEKOSONGAN)

6. Kemudian, para bhikkhu, seorang siswa mulia mempertimbangkan sebagai
berikut:
1014
Kenikmatan indria di sini dan saat ini dan kenikmatan indria pada
kehidupan-kehidupan mendatang, persepsi indria di sini dan saat ini dan persepsi
indria pada kehidupan-kehidupan mendatang, bentuk-bentuk materi di sini dan saat
ini dan bentuk-bentuk materi pada kehidupan-kehidupan mendatang, persepsi bentuk-
bentuk di sini dan saat ini dan persepsi bentuk-bentuk pada kehidupan-kehidupan
mendatang, dan persepsi-persepsi ketanpa-gangguan semuanya adalah persepsi. Di
mana persepsi-persepsi ini lenyap tanpa sisa, yang damai, yang luhur, yaitu, landasan
kekosongan. Ketika ia mempraktikkan dengan cara ini dan sering berdiam demikian,
pikirannya memperoleh keyakinan di dalam landasan ini. Begitu ada keyakinan
penuh, ia mencapai landasan kekosongan saat ini atau ia bertekad [untuk
mencapainya] dengan kebijaksanaan. Ketika hancurnya jasmani, setelah kematian,
adalah mungkin bahwa kesadaran yang berkembang mungkin berlanjut [pada
kelahiran kembali] di dalam landasan kekosongan. Ini, para bhikkhu, dinyatakan
sebagai cara ke pertama yang mengarah pada landasan kekosongan.

7. Kemudian, para bhikkhu, seorang siswa mulia, pergi ke hutan atau ke bawah
pohon atau ke gubuk kosong, mempertimbangkan sebagai berikut: ini adalah kosong
dari diri atau apa yang menjadi milik diri.
1015
Ketika ia mempraktikkan dengan cara
ini dan sering berdiam demikian, pikirannya memperoleh keyakinan di dalam
landasan ini. Begitu ada keyakinan penuh, ia mencapai landasan kekosongan saat ini
atau ia bertekad [untuk mencapainya] dengan kebijaksanaan. Ketika hancurnya
jasmani, setelah kematian, adalah mungkin bahwa kesadaran yang berkembang
mungkin berlanjut [pada kelahiran kembali] di dalam landasan kekosongan. Ini, para
bhikkhu, dinyatakan sebagai cara ke dua yang mengarah pada landasan kekosongan.

8. Kemudian, para bhikkhu, seorang siswa mulia mempertimbangkan sebagai
berikut: Aku bukanlah sesuatu yang menjadi milik siapapun dimanapun, [264] juga
tidak ada apapun yang dimiliki olehku dalam diri siapapun dimanapun.
1016
Ketika ia
mempraktikkan dengan cara ini dan sering berdiam demikian, pikirannya memperoleh
keyakinan di dalam landasan ini. Begitu ada keyakinan penuh, ia mencapai landasan
kekosongan saat ini atau ia bertekad [untuk mencapainya] dengan kebijaksanaan.
Ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, adalah mungkin bahwa kesadaran yang
berkembang mungkin berlanjut [pada kelahiran kembali] di dalam landasan
kekosongan. Ini, para bhikkhu, dinyatakan sebagai cara ke tiga yang mengarah pada
landasan kekosongan.

(LANDASAN BUKAN PERSEPSI JUGA BUKAN BUKAN-PERSEPSI)

6. Kemudian, para bhikkhu, seorang siswa mulia mempertimbangkan sebagai
berikut: Kenikmatan indria di sini dan saat ini dan kenikmatan indria pada
kehidupan-kehidupan mendatang, persepsi-persepsi indria di sini dan saat ini dan
persepsi-persepsi indria pada kehidupan-kehidupan mendatang, bentuk-bentuk materi
di sini dan saat ini dan bentuk-bentuk materi pada kehidupan-kehidupan mendatang,
persepsi bentuk-bentuk di sini dan saat ini dan persepsi bentuk-bentuk pada
kehidupan-kehidupan mendatang, persepsi ketanpa-gangguan dan persepsi landasan
kekosongan semuanya adalah persepsi. Di mana persepsi-persepsi ini lenyap tanpa
sisa, yang damai, yang luhur, yaitu, landasan bukan persepsi juga bukan bukan-
persepsi. Ketika ia mempraktikkan dengan cara ini dan sering berdiam demikian,
pikirannya memperoleh keyakinan di dalam landasan ini. Begitu ada keyakinan
penuh, ia mencapai landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi saat ini atau
ia bertekad [untuk mencapainya] dengan kebijaksanaan. Ketika hancurnya jasmani,
setelah kematian, adalah mungkin bahwa kesadaran yang berkembang mungkin
berlanjut [pada kelahiran kembali] di dalam landasan bukan persepsi juga bukan
bukan-persepsi. Ini, para bhikkhu, dinyatakan sebagai cara yang mengarah pada
landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi.

(NIBBNA)

10. Ketika hal ini dikatakan, Yang Mulia nanda berkata kepada Sang Bhagav:
Yang Mulia, di sini seorang bhikkhu berlatih sebagai berikut: Sebelumnya tidak
ada, dan sebelumnya tidak ada bagiku; tidak akan ada, dan tidak akan ada bagiku.
Apa yang ada, apa yang telah terjadi, itu yang aku tinggalkan. Demikianlah ia
memperoleh keseimbangan.
1017
Yang Mulia, apakah bhikkhu itu mencapai Nibbna?

Seorang bhikkhu di sini, nanda, mungkin mencapai Nibbna, bhikkhu lainnya di
sini mungkin tidak mencapai Nibbna.

Apakah sebab dan alasannya, Yang Mulia, mengapa seorang bhikkhu di sini
mungkin mencapai Nibbna, sedangkan seorang bhikkhu lainnya di sini mungkin
tidak mencapai Nibbna?

Di sini, nanda, seorang bhikkhu berlatih sebagai berikut: Sebelumnya tidak ada,
dan sebelumnya tidak ada bagiku; tidak akan ada, dan tidak akan ada bagiku. Apa
yang ada, [265] apa yang telah terjadi, itu yang aku tinggalkan. Demikianlah ia
memperoleh keseimbangan. Ia bersenang di dalam keseimbangan itu, menyambutnya,
dan terus-menerus menggenggamnya. Ketika ia melakukan itu, kesadarannya menjadi
bergantung padanya dan melekat padanya. Seorang bhikkhu yang melekat, nanda,
tidak mencapai Nibbna.
1018


11. Tetapi, Yang Mulia, ketika bhikkhu itu melekat, pada apakah ia melekat?

Pada landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi, nanda.

Ketika bhikkhu itu melekat, Yang Mulia, tampaknya ia melekat pada [objek]
kemelekatan yang terbaik.

Ketika bhikkhu itu melekat, nanda, ia melekat pada [objek] kemelekatan yang
terbaik; karena ini adalah [objek] kemelekatan yang terbaik, yaitu, landasan bukan
persepsi juga bukan bukan-persepsi.
1019


12. Di sini, nanda, seorang bhikkhu berlatih sebagai berikut: Sebelumnya tidak
ada, dan sebelumnya tidak ada bagiku; tidak akan ada, dan tidak akan ada bagiku.
Apa yang ada, [265] apa yang telah terjadi, itu yang aku tinggalkan. Demikianlah ia
memperoleh keseimbangan. Ia tidak bersenang di dalam keseimbangan itu, tidak
menyambutnya, dan tidak terus-menerus menggenggamnya. Karena ia tidak
melakukan itu, kesadarannya menjadi tidak bergantung padanya dan tidak melekat
padanya. Seorang bhikkhu yang tidak melekat, nanda, mencapai Nibbna.

13. Mengagumkan, Yang Mulia, menakjubkan! Sang Bhagav, sungguh, telah
menjelaskan kepada kami cara menyeberangi banjir dengan bergantung pada
dukungan seseorang atau orang lainnya.
1020
Tetapi, Yang Mulia, apakah pembebasan
mulia?
1021


Di sini, nanda, seorang siswa mulia mempertimbangkan sebagai berikut:
Kenikmatan indria di sini dan saat ini dan kenikmatan indria pada kehidupan-
kehidupan mendatang, persepsi-persepsi indria di sini dan saat ini dan persepsi-
persepsi indria pada kehidupan-kehidupan mendatang, bentuk-bentuk materi di sini
dan saat ini dan bentuk-bentuk materi pada kehidupan-kehidupan mendatang, persepsi
bentuk-bentuk di sini dan saat ini dan persepsi bentuk-bentuk pada kehidupan-
kehidupan mendatang, persepsi ketanpa-gangguan, persepsi landasan kekosongan,
dan persepsi landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi ini adalah identitas
sejauh jangkauan identitas.
1022
Ini adalah Keabadian, yaitu, kebebasan pikiran melalui
ketidak-melekatan.
1023


14. Demikianlah, nanda, Aku telah mengajarkan cara yang mengarah pada
ketanpa-gangguan, Aku telah mengajarkan cara yang mengarah pada landasan
kekosongan, Aku telah mengajarkan cara yang mengarah pada landasan bukan
persepsi juga bukan bukan-persepsi, Aku telah mengajarkan menyeberangi banjir
dengan bergantung pada dukungan seseorang atau orang lainnya, Aku telah
mengajarkan pembebasan mulia.

15. Apa yang seharusnya dilakukan bagi para siswaNya demi belas kasihan oleh
seorang guru yang mengusahakan kesejahteraan dan memiliki belas kasihan terhadap
mereka, [266] telah Aku lakukan untukmu, nanda. Ada bawah pepohonan ini,
gubuk-gubuk kosong ini. Bermeditasilah, nanda, jangan menunda, agar engkau
tidak menyesalinya kelak. Ini adalah instruksi kami kepadamu.

Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagav. Yang Mulia nanda merasa puas
dan gembira mendengar kata-kata Sang Bhagav.



107 Gaakamoggallna Sutta
Kepada Gaaka Moggallna




[1] 1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagav
sedang menetap di Taman Timur, di Istana Ibunya Migra. Kemudian Brahmana
Gaaka Moggallna mendatangi Sang Bhagav dan saling bertukar sapa dengan
Beliau. Ketika ramah-tamah ini berakhir, ia duduk di satu sisi dan berkata kepada
Sang Bhagav:

2. Guru Gotama, di Istana Ibunya Migra ini dapat terlihat latihan bertahap, praktik
bertahap, dan kemajuan bertahap, yaitu, hingga ke anak tangga terakhir.
1024
Di antara
para brahmana juga, dapat terlihat latihan bertahap, praktik bertahap, dan kemajuan
bertahap, yaitu, dalam hal belajar. Di antara para pemanah juga, dapat terlihat latihan
bertahap yaitu, dalam hal memanah. Dan juga di antara para akuntan
1025
seperti
kami, yang berpenghidupan dari akuntansi, dapat terlihat latihan bertahap yaitu,
dalam hal penghitungan. Karena ketika kami menerima seorang murid pertama-tama
kami mengajarinya berhitung: satu satu, dua dua, tiga tiga, empat empat, lima lima,
enam enam, tujuh tujuh, delapan delapan, sembilan sembilan, sepuluh sepuluh; dan
kami mengajarinya menghitung seratus juga. Sekarang apakah mungkin, Guru
Gotama, untuk menjelaskan latihan bertahap, praktik bertahap, dan kemajuan
bertahap dalam Dhamma dan Disiplin ini? [2]

3. Mungkin saja, Brahmana, untuk menjelaskan latihan bertahap, praktik bertahap,
dan kemajuan bertahap dalam Dhamma dan Disiplin ini. Seperti halnya, Brahmana,
ketika seorang pelatih kuda yang terampil mendapatkan seekor anak kuda
berketurunan murni yang baik, pertama-tama ia membiasakannya memakai kekang,
dan selanjutnya ia melatihnya lebih lanjut,
1026
demikianlah ketika Sang Tathgata
mendapatkan seseorang untuk dijinakkan pertama-tama Beliau mendisiplinkannya
sebagai berikut: Marilah, Bhikkhu, jadilah bermoral, terkendali melalui pengendalian
Ptimokkha, jadilah sempurna dalam perilaku dan tempat yang dikunjungi, dan
melihat dengan takut bahkan pada pelanggaran yang terkecil, berlatih dengan
menjalankan aturan-aturan latihan.

4. Ketika, Brahmana, bhikkhu itu menjadi bermoral dan melihat dengan takut
bahkan pada pelanggaran yang terkecil, berlatih dengan menjalankan aturan-aturan
latihan, kemudian Sang Tathgata mendisiplinkannya lebih lanjut: Marilah, Bhikkhu,
jagalah pintu-pintu indriamu. Ketika melihat suatu bentuk dengan mata, jangan
menggenggam gambaran dan ciri-cirinya. Karena, jika engkau membiarkan indria
mata tanpa terkendali, kondisi jahat yang tidak bermanfaat berupa ketamakan dan
kesedihan akan dapat menyerangmu, latihlah cara pengendaliannya, jagalah indria
mata, jalankanlah pengendalian indria mata. Ketika mendengar suatu suara dengan
telinga ... Ketika mencium suatu bau-bauan dengan hidung ... Ketika mengecap suatu
rasa kecapan dengan lidah ... Ketika menyentuh suatu objek sentuhan dengan badan ...
Ketika mengenali suatu objek-pikiran dengan pikiran, jangan menggenggam
gambaran dan ciri-cirinya. Karena, jika engkau membiarkan indria pikiran tanpa
terkendali, kondisi jahat yang tidak bermanfaat berupa ketamakan dan kesedihan akan
dapat menyerangmu, latihlah cara pengendaliannya, jagalah indria pikiran,
jalankanlah pengendalian indria pikiran.

5. Ketika, Brahmana, bhikkhu itu telah menjaga pintu-pintu indrianya, kemudian
Sang Tathgata mendisiplinkannya lebih lanjut: Marilah, Bhikkhu, makanlah
secukupnya. Dengan merenungkan secara bijaksana, engkau harus memakan makanan
bukan demi kenikmatan juga bukan untuk mabuk juga bukan demi keindahan dan
kemenarikan fisik, melainkan hanya demi ketahanan dan kelangsungan tubuh ini,
untuk mengakhiri ketidak-nyamanan, dan untuk membantu dalam kehidupan suci,
dengan merenungkan:Demikianlah aku akan menghentikan perasaan lama tanpa
membangkitkan perasaan baru dan aku akan menjadi sehat dan tanpa cela dan aku
dapat hidup dalam kenyamanan.

6. Ketika, [3] Brahmana, bhikkhu itu telah terkendali dalam hal makanan, kemudian
Sang Tathgata mendisiplinkannya lebih lanjut: Marilah, Bhikkhu, tekunilah
keawasan. Selama siang hari, selagi berjalan mondar-mandir dan duduk, murnikanlah
pikiranmu dari kondisi-kondisi yang merintangi. Selama jaga pertama malam hari,
selagi berjalan mondar-mandir dan duduk, murnikanlah pikiranmu dari kondisi-
kondisi yang merintangi. Selama jaga pertengahan malam hari engkau harus
berbaring di sisi kanan dalam postur singa dengan satu kaki di atas kaki lainnya,
penuh perhatian dan penuh kewaspadaan, setelah mencatat dalam pikiranmu waktu
untuk terjaga. Setelah terjaga, selama jaga ke tiga malam hari, selagi berjalan mondar-
mandir dan duduk, murnikanlah pikiranmu dari kondisi-kondisi yang merintangi.

7. Ketika, Brahmana, bhikkhu itu telah menekuni keawasan, kemudian Sang
Tathgata mendisiplinkannya lebih lanjut: Marilah, Bhikkhu, milikilah perhatian
penuh dan kewaspadaan penuh. Bertindaklah dalam kewaspadaan penuh ketika
berjalan maju dan mundur; bertindaklah dalam kewaspadaan penuh ketika melihat ke
depan dan melihat ke belakang; bertindaklah dalam kewaspadaan penuh ketika
menekuk dan meregangkan bagian-bagian tubuhmu; bertindaklah dalam kewaspadaan
penuh ketika mengenakan jubah dan membawa jubah luar dan mangkukmu;
bertindaklah dalam kewaspadaan penuh ketika makan, minum, mengunyah makanan
dan mengecap; bertindaklah dalam kewaspadaan penuh ketika buang air besar dan
buang air kecil; bertindaklah dalam kewaspadaan penuh ketika berjalan, bediri,
duduk, jatuh terlelap, terjaga, berbicara, dan berdiam diri.

8. Ketika, Brahmana, bhikkhu itu telah memiliki perhatian penuh dan kewaspadaan
penuh, kemudian Sang Tathgata mendisiplinkannya lebih lanjut: Marilah, Bhikkhu,
datangilah tempat tinggal terasing: hutan, bawah pohon, gunung, jurang, gua di lereng
gunung, tanah pekuburan, belantara, ruang terbuka, tumpukan jerami.

9. Ia mendatangi tempat tinggal terasing: hutan tumpukan jerami. Ketika kembali
dari perjalanan menerima dana makanan, setelah makan ia duduk bersila, menegakkan
tubuh, dan menegakkan perhatian di depannya. Dengan meninggalkan ketamakan
akan dunia, ia berdiam dengan pikiran yang bebas dari ketamakan; ia memurnikan
pikirannya dari ketamakan. Dengan meninggalkan permusuhan dan kebencian, ia
berdiam dengan pikiran yang bebas dari permusuhan, berbelas kasihan terhadap
kesejahteraan makhluk-makhluk hidup; ia memurnikan pikirannya dari permusuhan
dan kebencian. Dengan meninggalkan kelambanan dan ketumpulan, ia berdiam
dengan pikiran yang bebas dari kelambanan dan ketumpulan, mempersepsikan
cahaya, penuh perhatian dan penuh kewaspadaan; ia memurnikan pikirannya dari
kelambanan dan ketumpulan. Dengan meninggalkan kegelisahan dan penyesalan, ia
berdiam tanpa terganggu dengan batin yang damai; ia memurnikan pikirannya dari
kegelisahan dan penyesalan. Dengan meninggalkan keragu-raguan, ia berdiam setelah
melampaui keragu-raguan, tanpa kebingungan sehubungan dengan kondisi-kondisi
bermanfaat; ia memurnikan pikirannya dari keragu-raguan. [4]

10. Setelah meninggalkan kelima rintangan ini, ketidak-sempurnaan pikiran yang
melemahkan kebijaksanaan, dengan cukup terasing dari kenikmatan indria, terasing
dari kondisi-kondisi tidak bermanfaat, ia masuk dan berdiam dalam jhna pertama,
yang disertai dengan awal pikiran dan kelangsungan pikiran, dengan sukacita dan
kenikmatan yang muncul dari keterasingan. Dengan menenangkan awal pikiran dan
kelangsungan pikiran, ia masuk dan berdiam dalam jhna ke dua, yang memiliki
keyakinan-diri dan keterpusatan pikiran tanpa awal pikiran dan kelangsungan pikiran,
dengan sukacita dan kenikmatan yang muncul dari konsentrasi. Dengan meluruhnya
sukacita, ia berdiam dalam keseimbangan, dan penuh perhatian dan penuh
kewaspadaan, masih merasakan kenikmatan pada jasmani, ia masuk dan berdiam
dalam jhna ke tiga yang dikatakan oleh para mulia: Ia memiliki kediaman yang
menyenangkan yang memiliki keseimbangan dan penuh perhatian. Dengan
meninggalkan kenikmatan dan kesakitan, dan dengan pelenyapan sebelumnya dari
kegembiraan dan kesedihan, ia masuk dan berdiam dalam jhna ke empat, yang
memiliki bukan kesakitan juga bukan kenikmatan dan kemurnian perhatian karena
keseimbangan.

11. Ini adalah instruksiKu, Brahmana, kepada para bhikkhu yang berada pada tahap
latihan yang lebih tinggi, yang batinnya masih belum mencapai tujuan, yang berdiam
dengan bercita-cita untuk mencapai keamanan tertinggi dari belenggu. Tetapi hal-hal
ini berperan pada kediaman yang nyaman di sini dan saat ini serta pada perhatian dan
kewaspadaan penuh bagi para bhikkhu yang adalah para Arahant dengan noda-noda
telah dihancurkan, yang telah menjalani kehidupan suci, telah melakukan apa yang
harus dilakukan, telah menurunkan beban, telah mencapai tujuan mereka, telah
menghancurkan belenggu-belenggu penjelmaan, dan telah terbebaskan sepenuhnya
melalui pengetahuan akhir.
1027


12. Ketika hal ini dikatakan, Brahmana Gaaka Moggallna bertanya kepada Sang
Bhagav: Ketika para siswa Guru Gotama dinasihati demikian, diberikan instruksi
demikian, apakah mereka semuanya mencapai Nibbna, tujuan tertinggi, atau apakah
beberapa di antara mereka tidak mencapainya?

Ketika, Brahmana, mereka dinasihati demikian, diberikan instruksi demikian,
beberapa siswaKu mencapai Nibbna, tujuan tertinggi, dan beberapa lainnya tidak
mencapainya.

13. Guru Gotama, karena Nibbna ada dan jalan menuju Nibbna ada dan Guru
Gotama juga ada sebagai penuntun, apakah sebab dan alasan mengapa, ketika para
siswa Guru Gotama dinasihati demikian, diberikan instruksi demikian oleh Beliau,
beberapa di antara mereka mencapai Nibbna, tujuan tertinggi, dan beberapa lainnya
tidak mencapainya?

14. Sehubungan dengan hal itu, Brahmana, Aku akan mengajukan sebuah pertanyaan
kepadamu sebagai balasan. Jawablah sesuai dengan apa yang menurutmu benar. [5]
Bagaimana menurutmu, Brahmana? Apakah engkau mengenal baik jalan menuju
Rjagaha?

Benar, Guru Gotama, aku mengenal baik jalan menuju Rjagaha.

Bagaimana menurutmu, Brahmana? Misalkan seseorang yang hendak pergi ke
Rjagaha mendatangimu dan berkata: Tuan, aku hendak pergi ke Rjagaha,
tunjukkanlah kepadaku jalan menuju Rjagaha. Kemudian engkau memberitahunya:
Sekarang, Tuan, jalan ini menuju Rjagaha. Ikutilah selama beberapa saat dan
engkau akan sampai di sebuah desa tertentu, jalanlah sedikit lebih jauh dan engkau
akan sampai di sebuah pemukiman tertentu, jalanlah sedikit lebih jauh dan engkau
akan sampai di Rjagaha dengan taman-taman, hutan, padang rumput, dan kolam-
kolam yang indah. Kemudian, setelah dinasihati dan diberikan instruksi demikian
olehmu, ia mengambil jalan yang salah dan pergi menuju ke barat. Kemudian orang
ke dua yang hendak pergi ke Rjagaha mendatangimu dan berkata: Tuan, aku
hendak pergi ke Rjagaha, tunjukkanlah kepadaku jalan menuju Rjagaha. Kemudian
engkau memberitahunya: Sekarang, Tuan, jalan ini menuju Rjagaha. Ikutilah selama
beberapa saat dan engkau akan sampai di Rjagaha dengan taman-taman, hutan,
padang rumput, dan kolam-kolam yang indah. Kemudian, setelah dinasihati dan
diberikan instruksi demikian olehmu, ia tiba dengan selamat di Rjagaha. Sekarang,
Brahmana, karena Rjagaha ada dan jalan menuju Rjagaha ada, dan engkau juga ada
sebagai penuntun, apakah sebab dan alasan mengapa, ketika orang-orang itu yang
telah dinasihati dan diberikan instruksi demikian olehmu, seorang mengambil jalan
yang salah dan pergi ke barat dan seorang lainnya sampai dengan selamat di
Rjagaha? [6]

Apakah yang dapat kulakukan sehubungan dengan hal itu, Guru Gotama? Aku
hanyalah seorang yang menunjukkan jalan.

Demikian pula, Brahmana, Nibbna ada, dan jalan menuju Nibbna ada dan Aku
juga ada sebagai penuntun. Namun ketika para siswaku telah dinasihati dan diberikan
instruksi demikian, beberapa di antara mereka mencapai Nibbna, tujuan Tertinggi,
dan beberapa lainnya tidak mencapainya. Apakah yang dapat Kulakukan sehubungan
dengan hal itu, Brahmana? Sang Tathgata hanyalah seorang yang menunjukkan
jalan.
1028


15. Ketika hal ini dikatakan, Brahmana Gaaka Moggallna berkata kepada Sang
Bhagav:
1029
Ada orang-orang yang tidak berkeyakinan dan meninggalkan
keduniawian dari kehidupan rumah tangga menuju kehidupan tanpa rumah bukan
karena keyakinan melainkan untuk mencari penghidupan, yang palsu, menipu,
curang, congkak, kosong, sombong, berkata-kasar, berbicara-lepas, dengan organ-
organ indria tidak terjaga, makan berlebihan, tidak menekuni keawasan, tidak
mempedulikan kehidupan pertapaan, tidak menghargai latihan, hidup dalam
kemewahan, lengah, para pemimpin dalam kemunduran, mengabaikan keterasingan,
malas, kurang gigih, tidak penuh perhatian, tidak penuh kewaspadaan, tidak
terkonsentrasi, dengan pikiran berkeliaran, hampa dari kebijaksanaan, bodoh dengan
air liur menetes. Guru Gotama tidak berdiam bersama dengan orang-orang ini.

Tetapi ada anggota-anggota keluarga yang telah meninggalkan keduniawian dari
kehidupan rumah tangga menuju kehidupan tanpa rumah karena keyakinan yang tidak
palsu, tidak menipu, tidak curang, tidak congkak, tidak kosong, sombong, tidak
berkata-kasar, tidak berbicara-lepas; yang dengan organ-organ indria terjaga, makan
secukupnya, menekuni keawasan, memperhatikan kehidupan pertapaan, menghargai
latihan, tidak hidup dalam kemewahan atau lengah, yang tekun menghindari
kemunduran, para pemimpin dalam keterasingan, bersemangat, bersungguh-sungguh,
kokoh dalam perhatian, penuh kewaspadaan, terkonsentrasi, dengan pikiran terpusat,
memiliki kebijaksanaan, bukan orang bodoh dengan air liur menetes. Guru Gotama
berdiam bersama dengan orang-orang ini.

16. Seperti halnya akar orris hitam diakui sebagai akar harum yang terbaik dan
cendana merah diakui sebagai kayu harum terbaik dan melati diakui sebagai bunga
harum terbaik, [7] demikian pula, nasihat Guru Gotama adalah yang tertinggi di
antara ajaran-ajaran masa kini.
1030


17. Mengagumkan, Guru Gotama! Mengagumkan, Guru Gotama! Guru Gotama
telah membabarkan Dhamma dalam berbagai cara, seolah-olah Beliau menegakkan
apa yang terbalik, mengungkapkan apa yang tersembunyi, menunjukkan jalan bagi
yang tersesat, atau menyalakan pelita dalam kegelapan agar mereka yang memiliki
penglihatan dapat melihat bentuk-bentuk. Aku berlindung pada Guru Gotama dan
pada Dhamma dan pada Sangha para bhikkhu. Sejak hari ini sudilah Guru Gotama
mengingatku sebagai seorang umat awam yang telah menerima perlindungan seumur
hidup.


108 Gopakamoggallna Sutta
Kepada Gopaka Moggallna




1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Yang Mulia nanda
sedang menetap di Rjagaha di Hutan Bambu, Taman Suaka Tupai, tidak lama setelah
Sang Bhagav mencapai Nibbna akhir.
1031


2. Pada saat itu Raja Ajtasattu Vedehiputta dari Magadha membentengi Rjagaha
karena mencurigai Raja Pajjota.
1032


3. Kemudian, pada suatu pagi, Yang Mulia nanda merapikan jubah, dan membawa
mangkuk dan jubah luarnya, memasuki Rjagaha untuk menerima dana makanan.
Kemudian Yang Mulia nanda berpikir: Masih terlalu pagi untuk menerima dana
makanan di Rjagaha. Bagaimana jika aku mendatangi Brahmana Gopaka
Moggallna di tempat kerjanya.

4. Maka Yang Mulia nanda mendatangi Brahmana Gopaka Moggallna di tempat
kerjanya. Dari kejauhan Brahmana Gopaka Moggallna melihat kedatangan Yang
Mulia nanda dan berkata kepadanya: Silahkan Guru nanda datang! Selamat
datang Guru nanda! Sudah lama sejak Guru nanda berkesempatan untuk datang ke
sini. Silahkan Guru nanda duduk; tempat duduk telah tersedia. Yang Mulia nanda
duduk di tempat yang telah dipersiapkan. [8] Brahmana Gopaka mengambil bangku
rendah, duduk di satu sisi, dan bertanya kepada Yang Mulia nanda:

5. Guru nanda, adakah satu saja bhikkhu yang memiliki semua kualitas yang
dimiliki oleh Guru Gotama, yang sempurna dan tercerahkan sempurna?

Tidak ada satu bhikkhu pun, Brahmana, yang memiliki semua kualitas yang dimiliki
oleh Sang Bhagav, yang sempurna dan tercerahkan sempurna. Karena Sang Bhagav
adalah pembangun jalan yang belum dibangun, pembuat jalan yang belum dibuat,
pengungkap jalan yang belum terungkapkan; Beliau adalah pengenal Sang Jalan,
penemu Sang Jalan, seorang yang terampil dalam Sang Jalan. Tetapi para siswaNya
sekarang berdiam dengan mengikuti jalan itu dan menjadi memilikinya setelah itu.

6. Tetapi diskusi antara Yang Mulia nanda dan Brahmana Gopaka Moggallna
terhenti; karena saat itu Brahmana Vassakra, perdana menteri Magadha,
1033
sewaktu
mengawasi perkerjaan di Rjagaha, mendatangi Yang Mulia nanda di tempat kerja
Brahmana Gopaka Moggallna. Ia bertukar sapa dengan Yang Mulia nanda, dan
ketika ramah-tamah ini berakhir, ia duduk di satu sisi dan bertanya kepada Yang
Mulia nanda: Untuk mendiskusikan apakah kalian duduk bersama di sini saat ini,
Guru nanda? Dan diskusi apakah yang terputus tadi?

Brahmana, Brahmana Gopaka Moggallna bertanya kepadaku: Guru nanda,
adakah satu saja bhikkhu yang memiliki semua kualitas yang dimiliki oleh Guru
Gotama, yang sempurna dan tercerahkan sempurna? Aku menjawab Brahmana
Gopaka Moggallna: Tidak ada satu bhikkhu pun, Brahmana, yang memiliki semua
kualitas yang dimiliki oleh Sang Bhagav, yang sempurna dan tercerahkan sempurna.
Karena Sang Bhagav adalah pembangun jalan yang belum dibangun [9] ... Tetapi
para siswaNya sekarang berdiam dengan mengikuti jalan itu dan menjadi memilikinya
setelah itu. Ini adalah diskusi kami yang terputus ketika engkau datang.

7. Adakah, Guru nanda, seorang bhikkhu yang ditunjuk oleh Guru Gotama sebagai
berikut: Ia akan menjadi perlindungan bagi kalian ketika Aku meninggal dunia, dan
yang kepadanya kalian memohon bantuan?

Tidak ada seorang bhikkhu, Brahmana, yang ditunjuk oleh Sang Bhagav yang
mengetahui dan melihat, yang sempurna dan tercerahkan sempurna, sebagai berikut:
Ia akan menjadi perlindungan bagi kami ketika Sang Bhagav meninggal dunia, dan
yang kepadanya kami memohon bantuan.

8. Tetapi, adakah, Guru nanda, seorang bhikkhu yang telah dipilih oleh Sangha dan
ditunjuk oleh sejumlah bhikkhu senior sebagai berikut: Ia akan menjadi perlindungan
bagi kami ketika Sang Bhagav meninggal dunia, dan yang kepadanya kalian
memohon bantuan?

Tidak ada seorang bhikkhu, Brahmana, yang telah dipilih oleh Sangha dan ditunjuk
oleh sejumlah bhikkhu senior sebagai berikut: Ia akan menjadi perlindungan bagi
kami ketika Sang Bhagav meninggal dunia, dan yang kepadanya kami memohon
bantuan.

9. Tetapi jika engkau tidak memiliki perlindungan, Guru nanda, apakah penyebab
dari kerukunan kalian?

Kami bukannya tanpa perlindungan, Brahmana. Kami memiliki perlindungan; kami
memiliki Dhamma sebagai perlindungan kami.

10. Tetapi ketika engkau ditanya: Adakah, Guru nanda, seorang bhikkhu yang
ditunjuk oleh Guru Gotama sebagai berikut: Ia akan menjadi perlindungan bagi
kalian ketika Aku meninggal dunia, dan yang kepadanya kalian memohon bantuan?
Engkau menjawab: Tidak ada seorang bhikkhu yang kepadanya kami memohon
bantuan. Ketika engkau ditanya: Adakah, Guru nanda, seorang bhikkhu yang telah
dipilih oleh Sangha dan ditunjuk oleh sejumlah bhikkhu senior sebagai berikut: Ia
akan menjadi perlindungan bagi kami ketika Sang Bhagav meninggal dunia, dan
yang kepadanya kalian memohon bantuan? Engkau menjawab: Tidak ada seorang
bhikkhu, [10] yang kepadanya kami memohon bantuan. Ketika engkau
ditanya: Tetapi jika kalian tidak memiliki perlindungan, Guru nanda, apakah
penyebab dari kerukunan kalian? Engkau menjawab: Kami bukannya tanpa
perlindungan, Brahmana. Kami memiliki perlindungan; kami memiliki Dhamma
sebagai perlindungan kami. Sekarang bagaimanakah makna dari pernyataan-
pernyataan ini dipahami, Guru nanda?

Brahmana, Sang Bhagav yang mengetahui dan melihat, yang sempurna dan
tercerahkan sempurna, telah menetapkan aturan latihan bagi para bhikkhu dan Beliau
telah menetapkan Ptimokkha. Pada hari Uposatha kami semua yang hidup dengan
bergantung pada satu desa tertentu berkumpul bersama, dan ketika kami berkumpul
kami memohon pada seseorang yang menguasai Ptimokkha untuk membacakannya.
Jika seorang bhikkhu mengingat suatu pelanggaran ketika Ptimokhha sedang
dibacakan, maka kami menindaknya sesuai dengan Dhamma, sesuai dengan instruksi.
Bukan para mulia yang menyuruh kami menindaknya; adalah Dhamma yang
menyuruh kami menindaknya.
1034


11. Adakah, Guru nanda, seorang bhikkhu yang sekarang kalian hormati, kalian
hargai, kalian puja, dan kalian muliakan, dan yang kepadanya kalian hidup dengan
bergantung dengan menghormati dan menghargainya?

Ada seorang bhikkhu, Brahmana, yang sekarang kami hormati, kami hargai, kami
puja, dan kami muliakan, dan yang kepadanya kami hidup dengan bergantung dengan
menghormati dan menghargainya.

12. Tetapi ketika engkau ditanya: Adakah, Guru nanda, seorang bhikkhu yang
ditunjuk oleh Guru Gotama ? Engkau menjawab: Tidak ada seorang bhikkhu
Ketika engkau ditanya: Adakah, Guru nanda, seorang bhikkhu yang telah dipilih
oleh Sangha ? [11] Engkau menjawab: Tidak ada seorang bhikkhu Ketika
engkau ditanya: Adakah seorang bhikkhu yang sekarang kalian hormati, kalian
hargai, kalian puja, dan kalian muliakan, dan yang kepadanya kalian hidup dengan
bergantung dengan menghormati dan menghargainya? Engkau menjawab: Ada
seorang bhikkhu, yang sekarang kami hormati, kami hargai, kami puja, dan kami
muliakan, dan yang kepadanya kami hidup dengan bergantung padanya dengan
menghormati dan menghargainya. Sekarang bagaimanakah makna dari pernyataan-
pernyataan ini dipahami, Guru nanda?

13. Ada, Brahmana, sepuluh kualitas yang menginspirasi keyakinan yang telah
dinyatakan oleh Sang Bhagav yang mengetahui dan melihat, yang sempurna dan
tercerahkan sempurna. Jika kesepuluh kualitas ini terdapat dalam diri salah satu di
antara kami, maka kami menghormati, menghargai, memuja, dan memuliakannya,
dan hidup dengan bergantung padanya dengan menghormati dan menghargainya.
Apakah sepuluh ini?

14. (1) Di sini, Brahmana, seorang bhikkhu memiliki moralitas, ia berdiam dengan
terkendali oleh pengendalian Ptimokkha, ia sempurna dalam perbuatan dan tempat
yang dikunjungi, dan melihat dengan takut bahkan dalam pelanggaran yang terkecil,
ia melatih dirinya dengan menjalankan aturan-aturan latihan.

15. (2) Ia banyak belajar, mengingat apa yang telah ia pelajari, dan menggabungkan
apa yang telah ia pelajari. Ajaran-ajaran yang indah di awal, indah di pertengahan,
dan indah di akhir, dengan makna dan kata-kata yang benar, yang menegaskan
kehidupan suci yang sungguh-sungguh murni dan sempurna ajaran-ajaran demikian
telah banyak ia pelajari, ia ingat, ia hafalkan, ia selidiki dengan pikiran, dan ia tembus
dengan baik melalui pandangan.

16. (3) Ia puas dengan jubahnya, makanannya, tempat tinggalnya, dan obat-
obatannya.

17. (4) Tanpa kesulitan atau kesusahan menurut kehendaknya ia mencapai keempat
jhna yang merupakan pikiran yang lebih tinggi dan memberikan kediaman yang
nyaman di sini dan saat ini.

18. (5) Ia mengerahkan berbagai jenis kekuatan batin: dari satu, ia menjadi banyak;
dari banyak, ia menjadi satu; ia muncul dan lenyap; ia berjalan tanpa halangan
menembus dinding, menembus tembok, menembus gunung, seolah-olah menembus
ruang kosong; ia menyelam masuk ke dalam dan keluar dari dalam tanah seolah-olah
di air; ia berjalan di air tanpa tenggelam seolah-olah di atas tanah; [12] dengan duduk
bersila, ia bepergian di angkasa bagaikan burung; dengan tangannya ia menyentuh
bulan dan matahari begitu kuat dan perkasa; ia mengerahkan kekuatan jasmani
bahkan hingga sejauh alam Brahma.

19. (6) dengan unsur mata dewa, yang murni dan melampaui manusia, ia mendengar
kedua jenis suara, suara surgawi dan manusia, yang jauh maupun dekat.

20. (7) Ia memahami pikiran makhluk-makhluk lain, pikiran orang-orang lain,
dengan melingkupi pikiran mereka dengan pikirannya. Ia memahami pikiran yang
terpengaruh nafsu sebagai terpengaruh nafsu dan pikiran yang tidak terpengaruh nafsu
sebagai tidak terpengaruh nafsu; ia memahami pikiran yang terpengaruh kebencian
sebagai terpengaruh kebencian dan pikiran yang tidak terpengaruh kebencian sebagai
tidak terpengaruh kebencian; ia memahami pikiran yang terpengaruh delusi sebagai
terpengaruh delusi dan pikiran yang tidak terpengaruh delusi sebagai tidak
terpengaruh delusi; ia memahami pikiran yang mengerut sebagai mengerut dan
pikiran yang kacau sebagai kacau; ia memahami pikiran luhur sebagai luhur dan
pikiran tidak luhur sebagai tidak luhur; ia memahami pikiran yang terbatas sebagai
terbatas dan pikiran tidak terbatas sebagai tidak terbatas; ia memahami pikiran
terkonsentrasi sebagai terkonsentrasi dan pikiran tidak terkonsentrasi sebagai tidak
terkonsentrasi; ia memahami pikiran yang terbebaskan sebagai terbebaskan dan
pikiran yang tidak terbebaskan sebagai tidak terbebaskan.

21. (8) Ia mengingat banyak kehidupan lampau, yaitu, satu kelahiran, dua kelahiran
(seperti Sutta 51, 24) Demikianlah beserta aspek-aspek dan ciri-cirinya ia
mengingat banyak kehidupan lampau.

22. (9) Dengan mata dewa yang murni dan melampaui manusia, ia melihat makhluk-
makhluk meninggal dunia dan muncul kembali, hina dan mulia, cantik dan buruk
rupa, kaya dan miskin, (seperti Sutta 51, 25) dan ia memahami bagaimana
makhluk-makhluk berlanjut sesuai dengan perbuatan mereka.

23. (10) Dengan menembus bagi dirinya sendiri dengan pengetahuan langsung, di
sini dan saat ini memasuki dan berdiam dalam kebebasan pikiran dan kebebasan
melalui kebijaksanaan yang tanpa noda dengan hancurnya noda-noda.

Ini, Brahmana, adalah sepuluh kualitas yang menginspirasi keyakinan yang telah
dinyatakan oleh Sang Bhagav yang mengetahui dan melihat, yang sempurna dan
tercerahkan sempurna. Jika kesepuluh kualitas ini terdapat dalam diri salah satu di
antara kami, maka kami menghormati, menghargai, memuja, dan memuliakannya,
dan hidup dengan bergantung padanya dengan menghormati dan menghargainya.
[13]

24. Ketika hal ini dikatakan, Brahmana Vassakra, menteri Magadha, berkata kepada
Jenderal Upananda: Bagaimana menurutmu, Jenderal? Ketika para mulia ini
menghormati seseorang yang seharusnya dihormati, menghargai seseorang yang
seharusnya dihargai, memuja seseorang yang seharusnya dipuja, dan memuliakan
seseorang yang seharusnya dimuliakan, tentu saja mereka menghormati seseorang
yang layak dihormati dan memuliakan seseorang yang layak dimuliakan. Karena
jika para mulia ini tidak menghormati, menghargai, memuja, dan memuliakan orang
seperti itu, maka siapa lagikah yang mereka hormati, mereka hargai, mereka puja, dan
mereka muliakan, dan kepada siapakah mereka dapat hidup dengan bergantung
dengan menghormati dan menghargai?

25. Kemudian Brahmana Vassakra, menteri Magadha, berkata kepada Yang Mulia
nanda: Di manakah Guru nanda menetap sekarang?

Sekarang aku menetap di Hutan Bambu, Brahmana.

Kuharap, Guru nanda, Hutan Bambu itu menyenangkan, tenang dan tidak
terganggu oleh suara-suara, dengan atmosfir kesunyian, jauh dari orang-orang, sesuai
untuk melatih diri.

Sesungguhnya, Brahmana, Hutan Bambu itu menyenangkan sesuai untuk melatih
diri berkat para pelindung seperti dirimu.

Sesungguhnya, Guru nanda, Hutan Bambu itu menyenangkan sesuai untuk
melatih diri berkat para mulia yang adalah para meditator dan berlatih meditasi. Para
mulia adalah para meditator dan berlatih meditasi. Pada suatu ketika, Guru nanda,
Guru Gotama sedang menetap di Vesl di Aula Beratap Lancip di Hutan Besar.
Kemudian aku datang ke sana dan menghadap Guru Gotama, dan dalam berbagai cara
Beliau memberikan khotbah tentang meditasi. Guru Gotama adalah seorang meditator
dan berlatih meditasi, dan Beliau memuji segala jenis meditasi.

26. Sang Bhagav, Brahmana, tidak memuji segala jenis meditasi, juga tidak
mencela segala jenis meditasi. Jenis meditasi [14] apakah yang tidak dipuji oleh Sang
Bhagav? Di sini, Brahmana, seseorang berdiam dengan pikirannya dikuasai oleh
nafsu indria, mangsa bagi nafsu indria, dan ia tidak memahami sebagaimana adanya
jalan membebaskan diri dari nafsu indria yang telah muncul. Sementara ia memendam
nafsu indria dalam batinnya, ia bermeditasi, mengulangi meditasi, melampaui
meditasi, dan bermeditasi secara keliru.
1035
Ia berdiam dengan pikirannya dikuasai
oleh permusuhan, mangsa bagi permusuhan dengan pikirannya dikuasai oleh
kelambanan dan ketumpulan, mangsa bagi kelambanan dan ketumpulan dengan
pikirannya dikuasai oleh kegelisahan dan penyesalan, mangsa bagi kegelisahan dan
penyesalan dengan pikirannya dikuasai oleh keragu-raguan, mangsa bagi keragu-
raguan, dan ia tidak memahami sebagaimana adanya jalan membebaskan diri dari
keragu-raguan yang telah muncul. Sementara ia memendam keragu-raguan dalam
batinnya, ia bermeditasi, mengulangi meditasi, melampaui meditasi, dan bermeditasi
secara keliru. Sang Bhagav tidak memuji jenis meditasi ini.

27. Dan jenis meditasi apakah yang dipuji oleh Sang Bhagav? Di sini, Brahmana,
dengan cukup terasing dari kenikmatan indria, terasing dari kondisi-kondisi tidak
bermanfaat, ia masuk dan berdiam dalam jhna pertama Dengan menenangkan
awal pikiran dan kelangsungan pikiran, ia masuk dan berdiam dalam jhna ke dua
Dengan meluruhnya sukacita ia masuk dan berdiam dalam jhna ke tiga
Dengan meninggalkan kenikmatan dan kesakitan ia masuk dan berdiam dalam
jhna ke empat Sang Bhagav memuji jenis meditasi ini.

28. Tampaknya, Guru nanda, bahwa Guru Gotama mencela jenis meditasi yang
layak dicela dan memuji jenis meditasi yang layak dipuji. Dan sekarang, Guru
nanda, kami pergi. Kami sibuk dan banyak yang harus dilakukan.

Silahkan engkau pergi, Brahmana. [15]

Kemudian Brahmana Vassakra, menteri Magadha, dengan merasa puas dan gembira
mendengar kata-kata Yang Mulia nanda, bangkit dari duduknya dan pergi.

29. Kemudian, segera setelah ia pergi, Brahmana Gopaka Moggallna berkata kepada
Yang Mulia nanda: Guru nanda belum menjawab apa yang kami tanyakan.

Bukankah kami telah memberitahukan kepadamu, Brahmana: Tidak ada satu
bhikkhu pun, Brahmana, yang memiliki semua kualitas yang dimiliki oleh Sang
Bhagav, yang sempurna dan tercerahkan sempurna. Karena Sang Bhagav adalah
pembangun jalan yang belum dibangun, pembuat jalan yang belum dibuat,
pengungkap jalan yang belum terungkapkan; Beliau adalah pengenal Sang Jalan,
penemu Sang Jalan, seorang yang terampil dalam Sang Jalan. Tetapi para siswaNya
sekarang berdiam dengan mengikuti jalan itu dan menjadi memilikinya setelah itu.?


109 Mahpuama Sutta
Khotbah Panjang di Malam Purnama




1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagav sedang
menetap di Taman Timur, di Istana Ibunya Migra.

2. Pada saat itu hari Uposatha tanggal lima belas,
1036
pada malam purnama Sang
Bhagav duduk di ruang terbuka dengan dikelilingi oleh Sangha para bhikkhu.

3. Kemudian seorang bhikkhu bangkit dari duduknya,
1037
membetulkan jubahnya di
salah satu bahunya, dan merangkapkan tangan sebagai penghormatan kepada Sang
Bhagav, berkata kepada Beliau: Yang Mulia, aku ingin mengajukan pertanyaan
kepada Sang Bhagav mengenai hal tertentu, jika Sang Bhagav sudi memberikan
jawaban atas pertanyaanku. Duduklah di tempat dudukmu, Bhikkhu, dan
tanyakanlah apa yang engkau inginkan. Maka bhikkhu itu duduk di tempat duduknya
dan berkata kepada Sang Bhagav:

4. Bukankah hal-hal ini, Yang Mulia, adalah kelima kelompok unsur kehidupan yang
terpengaruh oleh kemelekatan; [16] yaitu, kelompok unsur bentuk materi yang
terpengaruh oleh kemelekatan, kelompok unsur perasaan yang terpengaruh oleh
kemelekatan, kelompok unsur persepsi yang terpengaruh oleh kemelekatan, kelompok
unsur bentukan-bentukan yang terpengaruh oleh kemelekatan, dan kelompok unsur
kesadaran yang terpengaruh oleh kemelekatan?

Hal-hal ini, para bhikkhu, adalah kelima kelompok unsur kehidupan yang
terpengaruh oleh kemelekatan; yaitu, kelompok unsur bentuk materi yang terpengaruh
oleh kemelekatan dan kelompok unsur kesadaran yang terpengaruh oleh
kemelekatan.

Dengan berkata, Bagus sekali, Yang Mulia, bhikkhu itu merasa senang dan gembira
mendengar kata-kata Sang Bhagav. Kemudian ia mengajukan pertanyaan lebih
lanjut:

5. Tetapi, Yang Mulia, berakar pada apakah kelima kelompok unsur kehidupan yang
terpengaruh oleh kemelekatan ini?

Kelima kelompok unsur kehidupan yang terpengaruh oleh kemelekatan ini berakar
pada keinginan,
1038
Bhikkhu.

6. Yang Mulia, apakah kemelekatan itu sama dengan kelima kelompok unsur
kehidupan yang terpengaruh oleh kemelekatan ini? Atau apakah kemelekatan adalah
sesuatu yang terpisah dari kelima kelompok unsur kehidupan yang terpengaruh oleh
kemelekatan?
1039


Bhikkhu, kemelekatan itu bukan sama dengan kelima kelompok unsur kehidupan
yang terpengaruh oleh kemelekatan ini, juga kemelekatan bukanlah sesuatu yang
terpisah dari kelima kelompok unsur kehidupan yang terpengaruh oleh kemelekatan.
Adalah keinginan dan nafsu sehubungan dengan kelima kelompok unsur kehidupan
yang terpengaruh oleh kemelekatan itu yang menjadi kemelekatan di sana.

7. Tetapi, Yang Mulia, mungkinkah terjadi keberagaman dalam hal keinginan dan
nafsu sehubungan dengan kelima kelompok unsur kehidupan yang terpengaruh oleh
kemelekatan ini?

Mungkin saja, Bhikkhu, Sang Bhagav berkata. Di sini, Bhikkhu, seseorang
berpikir sebagai berikut: Semoga bentuk materiku seperti demikian di masa depan;
Semoga perasaanku seperti demikian di masa depan; Semoga persepsiku seperti
demikian di masa depan; Semoga bentukan-bentukanku seperti demikian di masa
depan; Semoga kesadaranku seperti demikian di masa depan. Demikianlah mungkin
terjadi keberagaman dalam hal keinginan dan nafsu sehubungan dengan kelima
kelompok unsur kehidupan yang terpengaruh oleh kemelekatan ini.

8. Tetapi, Yang Mulia, dengan cara bagaimanakah sebutan kelompok-kelompok
unsur kehidupan berlaku pada kelompok-kelompok unsur kehidupan?

Bhikkhu, segala jenis bentuk materi apapun, apakah di masa lampau, di masa depan,
atau di masa sekarang, internal atau eksternal, kasar atau halus, hina atau mulia, jauh
atau dekat ini adalah kelompok unsur bentuk materi. [17] Segala jenis perasaan
apapun jauh atau dekat ini adalah kelompok unsur perasaan. Segala jenis
persepsi apapun jauh atau dekat ini adalah kelompok unsur persepsi. Segala jenis
bentukan-bentukan apapun jauh atau dekat ini adalah kelompok unsur bentukan-
bentukan. Segala jenis kesadaran apapun jauh atau dekat ini adalah kelompok
unsur kesadaran. Dengan cara inilah, Bhikkhu, sebutan kelompok-kelompok unsur
kehidupan berlaku pada kelompok-kelompok unsur kehidupan.

9. Apakah sebab dan kondisi, Yang Mulia, bagi perwujudan kelompok unsur bentuk
materi? Apakah sebab dan kondisi bagi perwujudan kelompok unsur perasaan
kelompok unsur persepsi kelompok unsur bentukan-bentukan kelompok unsur
kesadaran?

Empat unsur utama, Bhikkhu, adalah sebab dan kondisi bagi perwujudan kelompok
unsur bentuk materi. Kontak adalah sebab dan kondisi bagi perwujudan kelompok
unsur perasaan. Kontak adalah sebab dan kondisi bagi perwujudan kelompok unsur
persepsi. Kontak adalah sebab dan kondisi bagi perwujudan kelompok unsur
bentukan-bentukan. Batin-jasmani adalah sebab dan kondisi bagi perwujudan
kelompok unsur kesadaran.
1040


10. Yang Mulia, bagaimanakah pandangan identitas terjadi?
1041


Di sini, Bhikkhu, seorang biasa yang tidak terpelajar, yang tidak menghargai para
mulia dan tidak terampil dan tidak disiplin dalam Dhamma mereka, yang tidak
menghargai manusia sejati dan tidak terampil dan tidak disiplin dalam Dhamma
mereka, menganggap bentuk materi sebagai diri, atau diri sebagai memiliki bentuk
materi, atau bentuk materi sebagai di dalam diri, atau diri sebagai di dalam bentuk
materi. Ia menganggap perasaan sebagai diri persepsi sebagai diri bentukan-
bentukan sebagai diri kesadaran sebagai diri, atau diri sebagai memiliki kesadaran,
[18] atau kesadaran sebagai di dalam diri, atau diri sebagai di dalam kesadaran. Ini
adalah bagaimana pandangan identitas terjadi.

11. Tetapi, Yang Mulia, bagaimanakah pandangan identitas tidak terjadi?

Di sini, Bhikkhu, seorang siswa mulia yang terpelajar, yang menghargai para mulia
dan terampil dan disiplin dalam Dhamma mereka, yang menghargai manusia sejati
dan terampil dan disiplin dalam Dhamma mereka, tidak menganggap bentuk materi
sebagai diri, atau diri sebagai memiliki bentuk materi, atau bentuk materi sebagai di
dalam diri, atau diri sebagai di dalam bentuk materi. Ia tidak menganggap perasaan
sebagai diri persepsi sebagai diri bentukan-bentukan sebagai diri kesadaran
sebagai diri, atau diri sebagai memiliki kesadaran, atau kesadaran sebagai di dalam
diri, atau diri sebagai di dalam kesadaran. Ini adalah bagaimana pandangan identitas
tidak terjadi.

12. Apakah, Yang Mulia, kepuasan, apakah bahaya, dan apakah jalan membebaskan
diri sehubungan dengan bentuk materi? Apakah kepuasan, apakah bahaya, apakah
jalan membebaskan diri sehubungan dengan perasaan sehubungan dengan persepsi
sehubungan dengan bentukan-bentukan sehubungan dengan kesadaran?

Kenikmatan dan kegembiraan, Bhikkhu, yang muncul dengan bergantung pada
bentuk materi ini adalah kepuasan sehubungan dengan bentuk materi. Bentuk materi
adalah tidak kekal, penderitaan, dan tunduk pada perubahan ini adalah bahaya
sehubungan dengan bentuk materi. Pelenyapan keinginan dan nafsu, ditinggalkannya
keinginan dan nafsu terhadap bentuk materi ini adalah jalan membebaskan diri
sehubungan dengan bentuk materi.

Kenikmatan dan kegembiraan yang muncul dengan bergantung pada perasaan
dengan bergantung pada persepsi dengan bergantung pada bentukan-bentukan
dengan bergantung pada kesadaran - ini adalah kepuasan sehubungan dengan
kesadaran. Kesadaran adalah tidak kekal, penderitaan, dan tunduk pada perubahan
ini adalah bahaya sehubungan dengan kesadaran. Pelenyapan keinginan dan nafsu,
ditinggalkannya keinginan dan nafsu terhadap kesadaran ini adalah jalan
membebaskan diri sehubungan dengan kesadaran.

13. Yang Mulia, bagaimanakah seseorang mengetahui, bagaimanakah seseorang
melihat, agar sehubungan dengan jasmani ini dengan kesadaran dan segala gambaran
eksternal, tidak ada pembentukan-aku, pembentukan-milikku, dan kecenderungan
tersembunyi pada keangkuhan?

Bhikkhu, segala jenis bentuk materi apapun, apakah di masa lampau, di masa depan,
atau di masa sekarang, internal atau eksternal, kasar atau halus, hina [19] atau mulia,
jauh atau dekat seseorang melihat segala bentuk materi sebagaimana adanya dengan
kebijaksanaan benar sebagai berikut: Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan
diriku. Segala jenis perasaan apapun Segala jenis persepsi apapun Segala jenis
bentukan-bentukan apapun Segala jenis kesadaran apapun ia melihat segala
jenis kesadaran sebagaimana adanya dengan kebijaksanaan benar sebagai berikut: Ini
bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku. Adalah ketika ia mengetahui dan
melihat demikian maka sehubungan dengan jasmani ini dengan kesadaran dan segala
gambaran eksternal, tidak ada pembentukan-aku, pembentukan-milikku, dan
kecenderungan tersembunyi pada keangkuhan.

14. Kemudian, dalam pikiran salah seorang bhikkhu muncul pikiran ini: Jadi,
sepertinya, bentuk materi adalah bukan diri, perasaan adalah bukan diri, persepsi
adalah bukan diri, bentukan-bentukan adalah bukan diri, kesadaran adalah bukan diri.
Kalau begitu, diri apakah, yang melakukan perbuatan sebagai akibat dari apa yang
dilakukan oleh apa yang bukan diri?
1042


Kemudian Sang Bhagav, dengan pikiranNya mengetahui pikiran bhikkhu tersebut,
berkata kepada bhikkhu itu sebagai berikut: Adalah mungkin, para bhikkhu,
seseorang sesat di sini, yang bodoh dan dungu, dengan pikirannya yang dikuasai oleh
ketagihan, akan berpikir bahwa ia dapat melampaui pengajaran Sang Guru sebagai
berikut: Jadi, sepertinya, bentuk materi adalah bukan diri kesadaran adalah bukan
diri. Kalau begitu, diri apakah, yang melakukan perbuatan sebagai akibat dari apa
yang dilakukan oleh apa yang bukan diri? Sekarang, para bhikkhu, kalian telah
dilatih olehKu melalui Tanya jawab dalam berbagai kesempatan sehubungan dengan
berbagai hal.
1043


15. Para bhikkhu, bagaimana menurut kalian? Apakah bentuk materi adalah kekal
atau tidak kekal? Tidak kekal, Yang Mulia. Apakah apa yang tidak kekal
adalah penderitaan atau kebahagiaan? Penderitaan, Yang Mulia. Apakah apa
yang tidak kekal, penderitaan, dan tunduk pada perubahan layak dianggap sebagai:
Ini milikku, ini aku, ini diriku? Tidak, Yang Mulia.

Para bhikkhu, bagaimana menurut kalian: apakah perasaan persepsi bentukan-
bentukan kesadaran adalah kekal atau tidak kekal? Tidak kekal, Yang Mulia.
[20] Apakah apa yang tidak kekal adalah penderitaan atau kebahagiaan?
Penderitaan, Yang Mulia. Apakah apa yang tidak kekal, penderitaan, dan tunduk
pada perubahan layak dianggap sebagai: Ini milikku, ini aku, ini diriku? Tidak,
Yang Mulia.

16. Oleh karena itu, para bhikkhu, segala jenis bentuk materi apapun, apakah di masa
lampau, di masa depan, atau di masa sekarang segala bentuk materi harus dilihat
sebagaimana adanya dengan kebijaksanaan benar sebagai berikut: Ini bukan milikku,
ini bukan aku, ini bukan diriku. Segala jenis perasaan apapun Segala jenis
persepsi apapun Segala jenis bentukan-bentukan apapun Segala jenis kesadaran
apapun segala jenis kesadaran harus dilihat sebagaimana adanya dengan
kebijaksanaan benar sebagai berikut: Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan
diriku.

17. Dengan melihat demikian, seorang siswa mulia yang terlatih menjadi kecewa
dengan bentuk materi, kecewa dengan perasaan, kecewa dengan persepsi, kecewa
dengan bentukan-bentukan, kecewa dengan kesadaran.

18. Karena kecewa, ia menjadi bosan. Melalui kebosanan [batinnya] terbebaskan.
Ketika terbebaskan muncullah pengetahuan: Terbebaskan. Ia memahami: Kelahiran
telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah
dilakukan, tidak akan ada lagi penjelmaan menjadi kondisi makhluk apapun.

Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagav. Para bhikkhu merasa puas dan
gembira mendengar kata-kata Sang Bhagav. Pada saat khotbah ini dibabarkan, batin
keenam puluh bhikkhu itu terbebaskan dari noda-noda melalui ketidak-melekatan.
1044




110 Capuama Sutta
Khotbah Pendek di Malam Purnama




1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagav sedang
menetap di Taman Timur, di Istana Ibunya Migra.

2. Pada saat itu hari Uposatha tanggal lima belas, pada malam purnama [21] Sang
Bhagav duduk di ruang terbuka dengan dikelilingi oleh Sangha para bhikkhu.
Kemudian, sambil mengamati keheningan Sangha para bhikkhu, Beliau berkata
kepada para bhikkhu sebagai berikut:

3. Para bhikkhu, mungkinkah seorang bukan manusia sejati
1045
mengenali seorang
bukan manusia sejati: Orang ini adalah bukan manusia sejati? Tidak, Yang
Mulia. Bagus, para bhikkhu. Adalah mustahil, tidak mungkin, bahwa seorang
bukan manusia sejati dapat mengenali seorang bukan manusia sejati: Orang ini
adalah bukan manusia sejati. Tetapi mungkinkah seorang bukan manusia sejati
mengenali seorang manusia sejati: Orang ini adalah manusia sejati? Tidak, Yang
Mulia. Bagus, para bhikkhu. Adalah mustahil, tidak mungkin, bahwa seorang
bukan manusia sejati dapat mengenali seorang manusia sejati: Orang ini adalah
manusia sejati.

4. Para bhikkhu, seorang bukan manusia sejati memiliki kualitas-kualitas buruk; ia
bergaul sebagai seorang bukan manusia sejati, ia berkehendak sebagai seorang bukan
manusia sejati, ia memberikan nasihat sebagai seorang bukan manusia sejati, ia
berbicara sebagai seorang bukan manusia sejati, ia bertindak sebagai seorang bukan
manusia sejati, ia menganut pandangan-pandangan sebagai seorang bukan manusia
sejati, dan ia memberikan persembahan sebagai seorang bukan manusia sejati.

5. Dan bagaimanakah seorang bukan manusia sejati memiliki kualitas-kualitas
buruk? Di sini seorang bukan manusia sejati tidak memiliki keyakinan, tidak memiliki
rasa malu, tidak memiliki rasa takut akan perbuatan-salah; ia tidak terpelajar, malas,
lengah, dan tidak bijaksana. Itu adalah bagaimana seorang bukan manusia sejati
memiliki kualitas-kualitas buruk.

6. Dan bagaimanakah seorang bukan manusia sejati bergaul sebagai seorang bukan
manusia sejati? Di sini seorang bukan manusia sejati berteman dengan para petapa
dan brahmana yang tidak memiliki keyakinan, tidak memiliki rasa malu, tidak
memiliki rasa takut akan perbuatan-salah; yang tidak terpelajar, malas, lengah, dan
tidak bijaksana. Itu adalah bagaimana seorang bukan manusia sejati bergaul sebagai
seorang bukan manusia sejati.

7. Dan bagaimanakah seorang bukan manusia sejati berkehendak sebagai seorang
bukan manusia sejati? Di sini seorang bukan manusia sejati menghendaki
penderitaannya sendiri, menghendaki penderitaan makhluk lain, atau menghendaki
penderitaan keduanya. Itu adalah bagaimana seorang bukan manusia sejati
berkehendak sebagai seorang bukan manusia sejati.

8. Dan bagaimanakah seorang bukan manusia sejati memberikan nasihat sebagai
seorang bukan manusia sejati? Di sini seorang bukan manusia sejati memberikan
nasihat demi penderitaannya sendiri, demi penderitaan makhluk lain, atau demi
penderitaan keduanya. [22] Itu adalah bagaimana seorang bukan manusia sejati
memberikan nasihat sebagai seorang bukan manusia sejati.

9. Dan bagaimanakah seorang bukan manusia sejati berbicara sebagai seorang bukan
manusia sejati? Di sini seorang bukan manusia sejati mengucapkan kebohongan,
mengucapkan fitnah, mengucapkan kata-kata kasar, dan bergosip. Itu adalah
bagaimana seorang bukan manusia sejati berbicara sebagai seorang bukan manusia
sejati.

10. Dan bagaimanakah seorang bukan manusia sejati bertindak sebagai seorang
bukan manusia sejati? Di sini seorang bukan manusia sejati membunuh makhluk-
makhluk hidup, mengambil apa yang tidak diberikan, dan berperilaku salah dalam
kenikmatan indria. Itu adalah bagaimana seorang bukan manusia sejati bertindak
sebagai seorang bukan manusia sejati.

11. Dan bagaimanakah seorang bukan manusia sejati menganut pandangan-
pandangan sebagai seorang bukan manusia sejati? Di sini seorang bukan manusia
sejati menganut pandangan sebagai berikut: Tidak ada yang diberikan, tidak ada yang
dipersembahkan, tidak ada yang dikorbankan; tidak ada buah atau akibat dari
perbuatan baik dan buruk; tidak ada dunia ini, tidak ada dunia lain; tidak ada ibu,
tidak ada ayah; tidak ada makhluk-makhluk yang terlahir kembali secara spontan;
tidak ada para petapa dan brahmana yang baik dan mulia di dunia ini yang telah
menembus oleh diri mereka sendiri dengan pengetahuan langsung dan menyatakan
dunia ini dan dunia lain. Itu adalah bagaimana seorang bukan manusia sejati
menganut pandangan-pandangan sebagai seorang bukan manusia sejati.

12. Dan bagaimanakah seorang bukan manusia sejati memberikan persembahan
sebagai seorang bukan manusia sejati? Di sini seorang bukan manusia sejati
memberikan persembahan secara ceroboh, memberikan bukan dengan tangannya
sendiri, memberikan tanpa menunjukkan penghormatan, memberikan apa yang
seharusnya dibuang, memberikan dengan pandangan bahwa tidak ada yang dihasilkan
dari pemberian itu. Itu adalah bagaimana seorang bukan manusia sejati memberikan
persembahan sebagai seorang bukan manusia sejati.

13. Seorang bukan manusia sejati itu yang memiliki kualitas-kualitas buruk
demikian, yang bergaul sebagai seorang bukan manusia sejati, berbicara sebagai
seorang bukan manusia sejati, bertindak sebagai seorang bukan manusia sejati,
menganut pandangan-pandangan sebagai seorang bukan manusia sejati, dan
memberikan persembahan sebagai seorang bukan manusia sejati demikian ketika
hancurnya jasmani, setelah kematian, akan muncul kembali di alam tujuan kelahiran
seorang bukan manusia sejati. Dan apakah alam tujuan kelahiran seorang bukan
manusia sejati? Adalah neraka atau alam binatang.

14. Para bhikkhu, mungkinkah seorang manusia sejati mengenali seorang manusia
sejati: Orang ini adalah manusia sejati? [23] Mungkin, Yang Mulia. Bagus,
para bhikkhu. Adalah mungkin, bahwa seorang manusia sejati dapat mengenali
seorang manusia sejati: Orang ini adalah manusia sejati. Tetapi mungkinkah seorang
manusia sejati mengenali seorang bukan manusia sejati: Orang ini adalah bukan
manusia sejati? Mungkin, Yang Mulia. Bagus, para bhikkhu. Adalah
mungkin, bahwa seorang manusia sejati dapat mengenali seorang bukan manusia
sejati: Orang ini adalah bukan manusia sejati.

15. Para bhikkhu, seorang manusia sejati memiliki kualitas-kualitas baik; ia bergaul
sebagai seorang manusia sejati, ia berkehendak sebagai seorang manusia sejati, ia
memberikan nasihat sebagai seorang manusia sejati, ia berbicara sebagai seorang
manusia sejati, ia bertindak sebagai seorang manusia sejati, ia menganut pandangan-
pandangan sebagai seorang manusia sejati, dan ia memberikan persembahan sebagai
seorang manusia sejati.

16. Dan bagaimanakah seorang bukan manusia sejati memiliki kualitas-kualitas
baik? Di sini seorang bukan manusia sejati memiliki keyakinan, memiliki rasa malu,
memiliki rasa takut akan perbuatan-salah; ia terpelajar, bersemangat, penuh perhatian,
dan bijaksana. Itu adalah bagaimana seorang manusia sejati memiliki kualitas-kualitas
baik.

17. Dan bagaimanakah seorang bukan manusia sejati bergaul sebagai seorang
manusia sejati? Di sini seorang manusia sejati berteman dengan para petapa dan
brahmana yang memiliki keyakinan, memiliki rasa malu, memiliki rasa takut akan
perbuatan-salah; yang terpelajar, bersemangat, penuh perhatian, dan bijaksana. Itu
adalah bagaimana seorang manusia sejati bergaul sebagai seorang manusia sejati.

18. Dan bagaimanakah seorang manusia sejati berkehendak sebagai seorang manusia
sejati? Di sini seorang manusia sejati tidak menghendaki penderitaannya sendiri, tidak
menghendaki penderitaan makhluk lain, dan tidak menghendaki penderitaan
keduanya. Itu adalah bagaimana seorang manusia sejati berkehendak sebagai seorang
manusia sejati.

19. Dan bagaimanakah seorang manusia sejati memberikan nasihat sebagai seorang
manusia sejati? Di sini seorang manusia sejati tidak memberikan nasihat demi
penderitaannya sendiri, tidak demi penderitaan makhluk lain, dan tidak demi
penderitaan keduanya. Itu adalah bagaimana seorang manusia sejati memberikan
nasihat sebagai seorang manusia sejati.

20. Dan bagaimanakah seorang manusia sejati berbicara sebagai seorang manusia
sejati? Di sini seorang manusia sejati menghindari mengucapkan kebohongan,
menghindari mengucapkan fitnah, menghindari mengucapkan kata-kata kasar, dan
menghindari bergosip. Itu adalah bagaimana seorang manusia sejati berbicara sebagai
seorang manusia sejati.

21. Dan bagaimanakah seorang manusia sejati bertindak sebagai seorang manusia
sejati? Di sini seorang manusia sejati menghindari membunuh makhluk-makhluk
hidup, menghindari mengambil apa yang tidak diberikan, [24] dan menghindari
berperilaku salah dalam kenikmatan indria. Itu adalah bagaimana seorang manusia
sejati bertindak sebagai seorang manusia sejati.

22. Dan bagaimanakah seorang manusia sejati menganut pandangan-pandangan
sebagai seorang manusia sejati? Di sini seorang manusia sejati menganut pandangan
sebagai berikut: Ada yang diberikan dan ada yang dipersembahkan dan ada yang
dikorbankan; ada buah atau akibat dari perbuatan baik dan buruk; ada dunia ini, ada
dunia lain; ada ibu dan ayah; ada makhluk-makhluk yang terlahir kembali secara
spontan; ada para petapa dan brahmana yang baik dan mulia di dunia ini yang telah
menembus oleh diri mereka sendiri dengan pengetahuan langsung dan menyatakan
dunia ini dan dunia lain. Itu adalah bagaimana seorang manusia sejati menganut
pandangan-pandangan sebagai seorang manusia sejati.

23. Dan bagaimanakah seorang manusia sejati memberikan persembahan sebagai
seorang manusia sejati? Di sini seorang manusia sejati memberikan persembahan
secara saksama, memberikan dengan tangannya sendiri, memberikan dengan
menunjukkan penghormatan, memberikan persembahan yang berharga, memberikan
dengan pandangan bahwa ada yang dihasilkan dari pemberian itu. Itu adalah
bagaimana seorang manusia sejati memberikan persembahan sebagai seorang manusia
sejati.

24. Seorang manusia sejati itu yang memiliki kualitas-kualitas baik demikian, yang
bergaul sebagai seorang manusia sejati, berbicara sebagai seorang manusia sejati,
bertindak sebagai seorang manusia sejati, menganut pandangan-pandangan sebagai
seorang manusia sejati, dan memberikan persembahan sebagai seorang manusia sejati
demikian ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, akan muncul kembali di alam
tujuan kelahiran seorang manusia sejati. Dan apakah alam tujuan kelahiran seorang
manusia sejati? Kemuliaan di antara para dewa atau kemuliaan di antara manusia.

Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagav. Para bhikkhu merasa puas dan
gembira mendengar kata-kata Sang Bhagav.


111 Anupada Sutta
Satu demi Satu Pada Saat Kemunculannya




[25] 1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagav
sedang menetap Di Svatth di Hutan Jeta, Taman Anthapiika. Di sana Beliau
memanggil para bhikkhu sebagai berikut: Para bhikkhu. Yang Mulia, mereka
menjawab. Sang Bhagav berkata sebagai berikut:

2. Para bhikkhu, Sriputta bijaksana; Sriputta memiliki kebijaksanaan besar;
Sriputta memiliki kebijaksanaan luas; Sriputta memiliki kebijaksanaan gembira;
Sriputta memiliki kebijaksanaan cepat; Sriputta memiliki kebijaksanaan tajam;
Sriputta memiliki kebijaksanaan yang menembus. Selama setengah bulan, para
bhikkhu, Sriputta mencapai pandangan terang ke dalam kondisi-kondisi satu demi
satu pada saat munculnya.
1046
Pandangan terang Sriputta ke dalam kondisi-kondisi
satu demi satu pada saat munculnya adalah sebagai berikut:

3. Di sini, para bhikkhu, dengan cukup terasing dari kenikmatan indria, terasing dari
kondisi-kondisi tidak bermanfaat, Sriputta masuk dan berdiam dalam jhna pertama,
yang disertai dengan awal pikiran dan kelangsungan pikiran, dengan sukacita dan
kenikmatan yang muncul dari keterasingan.

4. Dan kondisi-kondisi dalam jhna pertama awal pikiran, kelangsungan pikiran,
sukacita, kenikmatan, dan keterpusatan pikiran; kontak, perasaan, persepsi, kehendak,
dan pikiran; kemauan, ketetapan, kegigihan, perhatian, keseimbangan, dan
pengamatan kondisi-kondisi ini dikenali olehnya satu demi satu pada saat
munculnya;
1047
dikenali olehnya kondisi-kondisi itu muncul, dikenali olehnya
kondisi-kondisi itu berlangsung, dikenali olehnya kondisi-kondisi itu lenyap. Ia
memahami sebagai berikut: Demikianlah sesungguhnya, kondisi-kondisi ini, dari
tidak ada, menjadi ada; dari ada, menjadi lenyap. Sehubungan dengan kondisi-
kondisi itu, ia berdiam tanpa tertarik, tanpa menolak, tanpa bergantung, terlepas,
bebas, terputus, dengan pikiran bebas dari penghalang.
1048
Ia memahami: Ada jalan
membebaskan diri melampaui ini, dan dengan pengembangan [pencapaian] itu, ia
menegaskan bahwa itu ada.
1049


5. Kemudian, para bhikkhu, dengan menenangkan awal pikiran dan kelangsungan
pikiran, Sriputta masuk dan berdiam dalam [26] jhna ke dua, yang memiliki
keyakinan-diri dan keterpusatan pikiran tanpa awal pikiran dan kelangsungan pikiran,
dengan sukacita dan kenikmatan yang muncul dari konsentrasi.

6. Dan kondisi-kondisi dalam jhna ke dua ini keyakinan-diri, sukacita,
kenikmatan, dan keterpusatan pikiran; kontak, perasaan, persepsi, kehendak, dan
pikiran; semangat, ketetapan, kegigihan, perhatian, keseimbangan, dan pengamatan -
kondisi-kondisi ini dikenali olehnya satu demi satu pada saat munculnya; dikenali
olehnya kondisi-kondisi itu muncul, dikenali olehnya kondisi-kondisi itu berlangsung,
dikenali olehnya kondisi-kondisi itu lenyap. Ia memahami sebagai berikut: dan
dengan pengembangan [pencapaian] itu, ia menegaskan bahwa itu ada.

7. Kemudian, para bhikkhu, dengan meluruhnya sukacita, Sriputta berdiam dalam
keseimbangan, dan penuh perhatian dan penuh kewaspadaan, masih merasakan
kenikmatan pada jasmani, ia masuk dan berdiam dalam jhna ke tiga, yang dikatakan
oleh para mulia: Ia memiliki kediaman yang menyenangkan yang memiliki
keseimbangan dan penuh perhatian.

8. Dan kondisi-kondisi dalam jhna ke tiga ini keseimbangan, kenikmatan,
perhatian, kewaspadaan penuh, dan keterpusatan pikiran; kontak, perasaan, persepsi,
kehendak, dan pikiran; semangat, ketetapan, kegigihan, perhatian, keseimbangan, dan
pengamatan - kondisi-kondisi ini dikenali olehnya satu demi satu pada saat
munculnya; dikenali olehnya kondisi-kondisi itu muncul, dikenali olehnya kondisi-
kondisi itu berlangsung, dikenali olehnya kondisi-kondisi itu lenyap. Ia memahami
sebagai berikut: dan dengan pengembangan [pencapaian] itu, ia menegaskan
bahwa itu ada.

9. Kemudian, para bhikkhu, dengan meninggalkan kenikmatan dan kesakitan, dan
dengan pelenyapan sebelumnya dari kegembiraan dan kesedihan, Sriputta masuk dan
berdiam dalam jhna ke empat, yang memiliki bukan-kesakitan-juga-bukan-
kenikmatan dan kemurnian perhatian karena keseimbangan.

10. Dan kondisi-kondisi dalam jhna ke empat ini keseimbangan, perasaan bukan-
kesakitan-juga-bukan-kenikmatan, ketidak-tertarikan pikiran karena ketenangan,
1050

kemurnian perhatian, dan keterpusatan pikiran; kontak, perasaan, persepsi, kehendak,
dan pikiran; semangat, ketetapan, kegigihan, perhatian, keseimbangan, dan
pengamatan - kondisi-kondisi ini dikenali olehnya satu demi satu pada saat
munculnya; dikenali olehnya kondisi-kondisi itu muncul, [27] dikenali olehnya
kondisi-kondisi itu berlangsung, dikenali olehnya kondisi-kondisi itu lenyap. Ia
memahami sebagai berikut: dan dengan pengembangan [pencapaian] itu, ia
menegaskan bahwa itu ada.

11. Kemudian, para bhikkhu, dengan sepenuhnya melampaui persepsi bentuk,
dengan lenyapnya persepsi kontak indria, dengan tanpa-perhatian pada keberagaman
persepsi, menyadari bahwa ruang adalah tanpa batas, Sriputta masuk dan berdiam
dalam landasan ruang tanpa batas.

12. Dan kondisi-kondisi dalam landasan ruang tanpa batas ini persepsi landasan
ruang tanpa batas dan keterpusatan pikiran; kontak, perasaan, persepsi, kehendak, dan
pikiran; semangat, ketetapan, kegigihan, perhatian, keseimbangan, dan pengamatan -
kondisi-kondisi ini dikenali olehnya satu demi satu pada saat munculnya; dikenali
olehnya kondisi-kondisi itu muncul, dikenali olehnya kondisi-kondisi itu berlangsung,
dikenali olehnya kondisi-kondisi itu lenyap. Ia memahami sebagai berikut: dan
dengan pengembangan [pencapaian] itu, ia menegaskan bahwa itu ada.

13. Kemudian, para bhikkhu, dengan sepenuhnya melampaui landasan ruang tanpa
batas, menyadari bahwa kesadaran adalah tanpa batas, Sriputta masuk dan berdiam
dalam landasan kesadaran tanpa batas.

14. Dan kondisi-kondisi dalam landasan kesadaran tanpa batas ini persepsi
landasan kesadaran tanpa batas dan keterpusatan pikiran; kontak, perasaan, persepsi,
kehendak, dan pikiran; semangat, ketetapan, kegigihan, perhatian, keseimbangan, dan
pengamatan - kondisi-kondisi ini dikenali olehnya satu demi satu pada saat
munculnya; dikenali olehnya kondisi-kondisi itu muncul, dikenali olehnya kondisi-
kondisi itu berlangsung, dikenali olehnya kondisi-kondisi itu lenyap. Ia memahami
sebagai berikut: dan dengan pengembangan [pencapaian] itu, ia menegaskan
bahwa itu ada. [28]

15. Kemudian, para bhikkhu, dengan sepenuhnya melampaui landasan kesadaran
tanpa batas, menyadari bahwa tidak ada apa-apa, Sriputta masuk dan berdiam
dalam landasan kekosongan.

16. Dan kondisi-kondisi dalam landasan kekosongan ini persepsi landasan
kekosongan dan keterpusatan pikiran; kontak, perasaan, persepsi, kehendak, dan
pikiran; semangat, ketetapan, kegigihan, perhatian, keseimbangan, dan pengamatan -
kondisi-kondisi ini dikenali olehnya satu demi satu pada saat munculnya; dikenali
olehnya kondisi-kondisi itu muncul, dikenali olehnya kondisi-kondisi itu berlangsung,
dikenali olehnya kondisi-kondisi itu lenyap. Ia memahami sebagai berikut: dan
dengan pengembangan [pencapaian] itu, ia menegaskan bahwa itu ada.

17. Kemudian, para bhikkhu, dengan sepenuhnya melampaui landasan kekosongan,
Sriputta masuk dan berdiam dalam landasan bukan persepsi juga bukan bukan-
persepsi.

18. Ia keluar dengan penuh perhatian dari pencapaian itu. Setelah itu, ia
merenungkan kondisi-kondisi yang telah berlalu, lenyap, dan berubah, sebagai
berikut: Demikianlah sesungguhnya, kondisi-kondisi ini, dari tidak ada, menjadi ada;
dari ada, menjadi lenyap.
1051
Sehubungan dengan kondisi-kondisi itu, ia berdiam
tanpa tertarik, tanpa menolak, tanpa bergantung, terlepas, bebas, terputus, dengan
pikiran bebas dari penghalang. Ia memahami: Ada jalan membebaskan diri
melampaui ini, dan dengan pengembangan [pencapaian] itu, ia menegaskan bahwa
itu ada.

19. Kemudian, para bhikkhu, dengan sepenuhnya melampaui landasan bukan
persepsi juga bukan bukan-persepsi, Sriputta masuk dan berdiam dalam lenyapnya
persepsi dan perasaan. Dan noda-nodanya dihancurkan melalui penglihatannya
dengan kebijaksanaan.
1052


20. Ia keluar dengan penuh perhatian dari pencapaian itu. Setelah itu, ia mengingat
kembali kondisi-kondisi yang telah berlalu, lenyap, dan berubah, sebagai berikut:
Demikianlah sesungguhnya, kondisi-kondisi ini, dari tidak ada, menjadi ada; dari
ada, menjadi lenyap.
1053
Sehubungan dengan kondisi-kondisi itu, ia berdiam tanpa
tertarik, tanpa menolak, tanpa bergantung, terlepas, bebas, terputus, dengan pikiran
bebas dari penghalang. Ia memahami: Tidak ada jalan membebaskan diri melampaui
ini, dan dengan pengembangan [pencapaian] itu, ia menegaskan bahwa itu tidak
ada.
1054


21. Para bhikkhu, sesungguhnya, jika mengatakan dengan benar mengenai siapa pun:
Ia telah mencapai kemahiran dan kesempurnaan
1055
dalam moralitas mulia, [29]
mencapai kemahiran dan kesempurnaan dalam konsentrasi mulia, mencapai
kemahiran dan kesempurnaan dalam kebijaksanaan mulia, mencapai kemahiran dan
kesempurnaan dalam kebebasan mulia, adalah sehubungan dengan Sriputta
sesungguhnya kata-kata benar itu diucapkan.

22. Para bhikkhu, sesungguhnya, jika mengatakan dengan benar, mengenai siapa
pun: Ia adalah putera Sang Bhagav, terlahir dari dada Beliau, terlahir dari mulut
Beliau, terlahir dari Dhamma, tercipta oleh Dhamma, seorang pewaris Dhamma,
bukan seorang pewaris dalam benda-benda materi, adalah sehubungan dengan
Sriputta sesungguhnya kata-kata benar itu diucapkan.

23. Para bhikkhu, Roda Dhamma yang tiada taranya yang telah diputar oleh Sang
Tathgata terus diputar dengan benar oleh Sriputta.

Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagav. Para bhikkhu merasa puas dan
gembira mendengar kata-kata Sang Bhagav.


112 Chabbisodhana Sutta
Enam Kemurnian




1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagav sedang
menetap Di Svatth di Hutan Jeta, Taman Anthapiika. Di sana Beliau memanggil
para bhikkhu sebagai berikut: Para bhikkhu. Yang Mulia, mereka menjawab.
Sang Bhagav berkata sebagai berikut:

2. Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu menyatakan pengetahuan akhir sebagai
berikut: Aku memahami: Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani,
apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak akan ada lagi penjelmaan menjadi
kondisi makhluk apapun.

3. Kata-kata bhikkhu itu tidak perlu disetujui atau tidak disetujui. Dengan tanpa
menyetujui atau tidak menyetujui, sebuah pertanyaan harus diajukan: Teman, ada
empat jenis pengungkapan yang dengan benar dinyatakan oleh Sang Bhagav yang
mengetahui dan melihat, yang sempurna dan tercerahkan sempurna. Apakah empat
ini? Seseorang mengatakan yang dilihat seperti apa yang dilihat; ia mengatakan yang
didengar seperti apa yang didengar; ia mengatakan yang dicerap seperti apa yang
dicerap; ia mengatakan yang dikenal seperti apa yang dikenal.
1056
[30] ini, Teman,
adalah empat jenis pengungkapan yang dengan benar dinyatakan oleh Sang Bhagav
yang mengetahui dan melihat, yang sempurna dan tercerahkan sempurna.
Bagaimanakah Yang Mulia mengetahui, bagaimanakah ia melihat, sehubungan
dengan keempat jenis pengungkapan ini, sehingga melalui ketidak-melekatan
pikirannya terbebaskan dari noda-noda?

4. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu yang adalah seorang dengan noda-noda
dihancurkan, yang telah menjalani kehidupan suci, yang telah melakukan apa yang
harus dilakukan, telah menurunkan beban, telah mencapai tujuan sejati, telah
menghancurkan belenggu-belenggu penjelmaan, dan sepenuhnya terbebaskan melalui
pengetahuan akhir, berikut ini adalah cara sewajarnya baginya untuk menjawab.

Teman-teman, sehubungan dengan yang dilihat aku berdiam tanpa tertarik, tanpa
menolak, tanpa bergantung, terlepas, bebas, terputus, dengan pikiran bebas dari
penghalang.
1057
Sehubungan dengan yang didengar sehubungan dengan yang
dicerap sehubungan dengan yang dikenal aku berdiam tanpa tertarik, tanpa
menolak, tanpa bergantung, terlepas, bebas, terputus, dengan pikiran bebas dari
penghalang. Adalah dengan mengetahui demikian, dengan melihat demikian,
sehubungan dengan keempat jenis pengungkapan ini, maka melalui ketidak-
melekatan pikiranku terbebaskan dari noda-noda.

5. Dengan mengatakan bagus, seseorang merasa senang dan gembira mendengar
kata-kata bhikkhu itu. Selanjutnya, pertanyaan berikutnya dapat diajukan sebagai
berikut:

Teman, ada kelima kelompok unsur kehidupan yang terpengaruh oleh kemelekatan
ini, yang dengan benar dinyatakan oleh Sang Bhagav yang mengetahui dan melihat,
yang sempurna dan tercerahkan sempurna. Apakah lima ini? Yaitu kelompok unsur
bentuk materi yang terpengaruh oleh kemelekatan, kelompok unsur perasaan yang
terpengaruh oleh kemelekatan, kelompok unsur persepsi yang terpengaruh oleh
kemelekatan, kelompok unsur bentukan-bentukan yang terpengaruh oleh
kemelekatan, dan kelompok unsur kesadaran yang terpengaruh oleh kemelekatan. Ini,
Teman, adalah kelima kelompok unsur kehidupan yang terpengaruh kemelekatan ini,
yang dengan benar dinyatakan oleh Sang Bhagav yang mengetahui dan melihat,
yang sempurna dan tercerahkan sempurna. Bagaimanakah Yang Mulia mengetahui,
bagaimanakah ia melihat, sehubungan dengan kelima kelompok unsur kehidupan
yang terpengaruh oleh kemelekatan ini, sehingga melalui ketidak-melekatan
pikirannya terbebaskan dari noda-noda?

6. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu yang adalah seorang dengan noda-noda
dihancurkan dan sepenuhnya terbebaskan melalui pengetahuan akhir, berikut ini
adalah cara sewajarnya baginya untuk menjawab.

Teman-teman, setelah mengetahui bentuk materi adalah rapuh, memudar, dan tidak
menyenangkan, [31] dengan hancurnya, memudarnya, lenyapnya, berhentinya, dan
lepasnya ketertarikan dan kemelekatan sehubungan dengan bentuk materi, perspektif
batin, keterikatan, dan kecenderungan tersembunyi sehubungan dengan bentuk
materi,
1058
maka aku telah memahami bahwa pikiranku terbebaskan.

Teman-teman, setelah mengetahui perasaan setelah mengetahui persepsi
setelah mengetahui bentukan-bentukan setelah mengetahui kesadaran adalah
rapuh, memudar, dan tidak menyenangkan, dengan hancurnya, memudarnya,
lenyapnya, berhentinya, dan lepasnya ketertarikan dan kemelekatan sehubungan
dengan kesadaran, perspektif batin, keterikatan, dan kecenderungan tersembunyi
sehubungan dengan kesadaran, maka aku telah memahami bahwa pikiranku
terbebaskan.

Adalah dengan mengetahui demikian, melihat demikian, sehubungan dengan kelima
kelompok unsur kehidupan yang terpengaruh oleh kemelekatan ini, maka melalui
ketidak-melekatan pikiranku terbebaskan dari noda-noda.

7. Dengan mengatakan bagus, seseorang merasa senang dan gembira mendengar
kata-kata bhikkhu itu. Selanjutnya, pertanyaan berikutnya dapat diajukan sebagai
berikut:

Teman, ada enam unsur ini yang dengan benar dinyatakan oleh Sang Bhagav yang
mengetahui dan melihat, yang sempurna dan tercerahkan sempurna. Apakah enam
ini? Yaitu unsur tanah, unsur air, unsur api, unsur udara, unsur ruang, dan unsur
kesadaran. Ini, Teman, adalah enam unsur yang dengan benar dinyatakan oleh Sang
Bhagav yang mengetahui dan melihat, yang sempurna dan tercerahkan sempurna.
Bagaimanakah Yang Mulia mengetahui, bagaimanakah ia melihat, sehubungan
dengan keenam unsur ini, sehingga melalui ketidak-melekatan pikirannya terbebaskan
dari noda-noda?

8. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu yang adalah seorang dengan noda-noda
dihancurkan dan sepenuhnya terbebaskan melalui pengetahuan akhir, berikut ini
adalah cara sewajarnya baginya untuk menjawab.

Teman-teman, aku telah memperlakukan unsur tanah sebagai bukan-diri, dengan
tanpa diri yang berdasarkan pada unsur tanah. Dan dengan hancurnya, memudarnya,
lenyapnya, berhentinya, dan lepasnya ketertarikan dan kemelekatan sehubungan
dengan unsur tanah, perspektif batin, keterikatan, dan kecenderungan tersembunyi
sehubungan dengan unsur tanah, maka aku telah memahami bahwa pikiranku
terbebaskan.

Teman-teman, aku telah memperlakukan unsur air unsur api unsur udara
unsur ruang unsur kesadaran sebagai bukan-diri, dengan tanpa diri yang
berdasarkan pada unsur kesadaran.
1059
Dan dengan hancurnya, memudarnya,
lenyapnya, berhentinya, dan lepasnya ketertarikan dan kemelekatan sehubungan
dengan unsur kesadaran, perspektif batin, keterikatan, dan kecenderungan
tersembunyi sehubungan dengan unsur kesadaran, maka aku telah memahami bahwa
pikiranku terbebaskan.

Adalah dengan mengetahui demikian, melihat demikian, sehubungan dengan
keenam unsur ini, maka melalui ketidak-melekatan batinku terbebaskan dari noda-
noda.

9. Dengan mengatakan bagus, [32] seseorang merasa senang dan gembira
mendengar kata-kata bhikkhu itu. Selanjutnya, pertanyaan berikutnya dapat diajukan
sebagai berikut:

Tetapi, Teman, ada enam landasan internal dan eksternal ini yang dengan benar
dinyatakan oleh Sang Bhagav yang mengetahui dan melihat, yang sempurna dan
tercerahkan sempurna. Apakah enam ini? Yaitu mata dan bentuk-bentuk, telinga dan
suara-suara, hidung dan bau-bauan, lidah dan rasa kecapan, badan dan objek-objek
sentuhan, pikiran dan objek-objek pikiran. Ini, Teman, adalah enam landasan internal
dan eksternal ini yang dengan benar dinyatakan oleh Sang Bhagav yang mengetahui
dan melihat, yang sempurna dan tercerahkan sempurna. Bagaimanakah Yang Mulia
mengetahui, bagaimanakah ia melihat, sehubungan dengan keenam landasan internal
dan eksternal ini, sehingga melalui ketidak-melekatan pikirannya terbebaskan dari
noda-noda?

10. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu yang adalah seorang dengan noda-noda
dihancurkan dan sepenuhnya terbebaskan melalui pengetahuan akhir, berikut ini
adalah cara sewajarnya baginya untuk menjawab.

Teman-teman, dengan hancurnya, memudarnya, lenyapnya, berhentinya, dan
lepasnya ketertarikan dan kemelekatan, dan perspektif batin, keterikatan, dan
kecenderungan tersembunyi sehubungan dengan mata, bentuk-bentuk, kesadaran-
mata, dan hal-hal yang dikenali [oleh pikiran] melalui kesadaran-mata, aku telah
memahami bahwa pikiranku terbebaskan.
1060


Dengan hancurnya, memudarnya, lenyapnya, berhentinya, dan lepasnya ketertarikan
dan kemelekatan, dan perspektif batin, keterikatan, dan kecenderungan tersembunyi
sehubungan dengan telinga, suara-suara, kesadaran-telinga, dan hal-hal yang dikenali
[oleh pikiran] melalui kesadaran-telinga sehubungan dengan hidung, bau-bauan,
kesadaran-hidung, dan hal-hal yang dikenali [oleh pikiran] melalui kesadaran-hidung
sehubungan dengan lidah, rasa kecapan, kesadaran-lidah, dan hal-hal yang
dikenali [oleh pikiran] melalui kesadaran-lidah sehubungan dengan badan, objek-
objek sentuhan, kesadaran-badan, dan hal-hal yang dikenali [oleh pikiran] melalui
kesadaran-badan sehubungan dengan pikiran, objek-objek pikiran, kesadaran-
pikiran, dan hal-hal yang dikenali [oleh pikiran] melalui kesadaran-pikiran, aku telah
memahami bahwa pikiranku terbebaskan.

Adalah dengan mengetahui demikian, melihat demikian, sehubungan dengan
keenam landasan internal dan eksternal ini, maka melalui ketidak-melekatan
pikiranku terbebaskan dari noda-noda.

11. Dengan mengatakan bagus, seseorang merasa senang dan gembira mendengar
kata-kata bhikkhu itu. Selanjutnya, pertanyaan berikutnya dapat diajukan sebagai
berikut:

Tetapi, Teman, bagaimanakah Yang Mulia mengetahui, bagaimanakah ia melihat,
agar sehubungan dengan jasmani ini dengan kesadaran dan segala gambaran
eksternal, maka pembentukan-aku, pembentukan-milikku, dan kecenderungan
tersembunyi pada keangkuhan dilenyapkan dalam dirinya?
1061
[33]

12. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu yang adalah seorang dengan noda-noda
dihancurkan dan sepenuhnya terbebaskan melalui pengetahuan akhir, berikut ini
adalah cara sewajarnya baginya untuk menjawab.

Teman-teman, sebelumnya ketika aku masih menjalani kehidupan rumah tangga
aku bodoh. Kemudian Sang Tathgata atau siswaNya mengajarkan Dhamma
kepadaku. Setelah mendengarkan Dhamma aku memperoleh keyakinan pada Sang
Tathgata. Dengan memiliki keyakinan itu, aku mempertimbangkan sebagai berikut:
Kehidupan rumah tangga ramai dan berdebu; kehidupan lepas dari keduniawian
terbuka lebar. Tidaklah mudah, selagi hidup dalam sebuah keluarga, juga menjalani
kehidupan suci yang murni dan sempurna bagaikan kulit kerang yang digosok.
Bagaimana jika aku mencukur rambut dan janggutku, mengenakan jubah kuning, dan
meninggalkan keduniawian dari kehidupan rumah tangga menuju kehidupan tanpa
rumah. Kemudian pada kesempatan lain, dengan meninggalkan harta yang banyak
atau sedikit, meninggalkan sanak saudara yang banyak atau sedikit, aku mencukur
rambut dan janggutku, mengenakan jubah kuning, dan meninggalkan keduniawian
dari kehidupan rumah tangga menuju kehidupan tanpa rumah.

13-17. Setelah meninggalkan keduniawian demikian dan memiliki latihan dan gaya
hidup kebhikkhuan, (seperti Sutta 51, 14-19) [34, 35] aku memurnikan
pikiranku dari keragu-raguan. [36]

18. Setelah meninggalkan kelima rintangan ini, ketidak-murnian pikiran yang
melemahkan kebijaksanaan, dengan cukup terasing dari kenikmatan indria, terasing
dari kondisi-kondisi tidak bermanfaat, aku masuk dan berdiam dalam jhna pertama,
yang disertai dengan awal pikiran dan kelangsungan pikiran, dengan sukacita dan
kenikmatan yang muncul dari keterasingan. Dengan menenangkan awal pikiran dan
kelangsungan pikiran, aku masuk dan berdiam dalam jhna ke dua ... Dengan
meluruhnya sukacita ... aku masuk dan berdiam dalam jhna ke tiga ... Dengan
meninggalkan kenikmatan dan kesakitan ... aku masuk dan berdiam dalam jhna ke
empat, yang memiliki bukan-kesakitan-juga-bukan-kenikmatan dan kemurnian
perhatian karena keseimbangan.

19. Ketika pikiranku yang terkonsentrasi sedemikian murni, cerah, tanpa noda,
bebas dari ketidak-sempurnaan, lunak, lentur, kokoh, dan mencapai kondisi tanpa-
gangguan, aku mengarahkannya pada pengetahuan hancurnya noda-noda.
1062
Aku
mengetahui secara langsung sebagaimana adanya: Ini adalah penderitaan Ini
adalah asal-mula penderitaan Ini adalah lenyapnya penderitaan Ini adalah
jalan menuju lenyapnya penderitaan. Aku mengetahui secara langsung sebagaimana
adanya Ini adalah noda-noda Ini adalah asal-mula noda-noda Ini adalah
lenyapnya noda-noda Ini adalah jalan menuju lenyapnya noda-noda.

20. Ketika aku mengetahui dan melihat demikian, pikiranku terbebaskan dari noda
keinginan indria, dari noda penjelmaan, dan dari noda ketidak-tahuan. Ketika
terbebaskan muncullah pengetahuan: Terbebaskan. Aku secara langsung
mengetahui: Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang
harus dilakukan telah dilakukan, tidak akan ada lagi penjelmaan menjadi kondisi
makhluk apapun.

Adalah dengan mengetahui demikian, melihat demikian, sehubungan dengan
jasmani ini dengan kesadaran dan segala gambaran eksternal, maka pembentukan-
aku, pembentukan-milikku, dan kecenderungan tersembunyi pada keangkuhan
dilenyapkan dalam diriku.

21. Dengan mengatakan bagus, seseorang merasa senang dan gembira mendengar
kata-kata bhikkhu itu. Selanjutnya, ia harus mengatakan kepadanya: Suatu
keuntungan bagi kami, Teman, [37] suatu keuntungan besar bagi kami, Teman, bahwa
kami bertemu seorang teman dalam kehidupan suci seperti Yang Mulia.
1063


Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagav. Para bhikkhu merasa puas dan
gembira mendengar kata-kata Sang Bhagav.
113 Sappurisa Sutta
Manusia Sejati




1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagav sedang
menetap Di Svatth di Hutan Jeta, Taman Anthapiika. Di sana Beliau memanggil
para bhikkhu sebagai berikut: Para bhikkhu. Yang Mulia, mereka menjawab.
Sang Bhagav berkata sebagai berikut:

2. Para bhikkhu, Aku akan mengajarkan kepada kalian tentang karakter seorang
manusia sejati dan karakter seorang bukan manusia sejati.
1064
Dengarkan dan
perhatikanlah pada apa yang akan Aku katakan. Baik, Yang Mulia, para bhikkhu
itu menjawab. Sang Bhagav berkata sebagai berikut:

3. Para bhikkhu, bagaimanakah karakter seorang bukan manusia sejati? Di sini
seorang bukan manusia sejati yang telah meninggalkan keduniawian dari keluarga
bangsawan mempertimbangkan: Aku telah meninggalkan keduniawian dari keluarga
bangsawan; tetapi para bhikkhu lain ini tidak meninggalkan keduniawian dari
keluarga bangsawan. Demikianlah ia memuji diri sendiri dan merendahkan orang
lain karena kebangsawanannya. Ini adalah karakter seorang bukan manusia sejati.

Tetapi seorang manusia sejati mempertimbangkan sebagai berikut: Bukanlah karena
berasal dari keluarga bangsawan maka kondisi-kondisi keserakahan, kebencian, atau
delusi dihancurkan. Bahkan jika seseorang tidak meninggalkan keduniawian dari
keluarga bangsawan, namun jika ia memasuki sang jalan yang sesuai Dhamma,
memasuki jalan yang benar, [38] dan berperilaku sesuai Dhamma, maka ia akan
dihormati karena hal itu, ia akan dipuji karena hal itu. Maka, dengan menempatkan
praktik sang jalan sebagai yang utama, ia tidak memuji diri sendiri juga tidak
merendahkan orang lain karena kebangsawanannya. Ini adalah karakter seorang
manusia sejati.

4-6. Terlebih lagi, seorang bukan manusia sejati yang telah meninggalkan
keduniawian dari keluarga besar dari keluarga kaya dari keluarga berpengaruh
mempertimbangkan: Aku telah meninggalkan keduniawian dari keluarga
berpengaruh; tetapi para bhikkhu lain ini tidak meninggalkan keduniawian dari
keluarga berpengaruh. Demikianlah ia memuji diri sendiri dan merendahkan orang
lain karena keluarganya yang berpengaruh. Ini juga adalah karakter seorang bukan
manusia sejati.

Tetapi seorang manusia sejati mempertimbangkan sebagai berikut: Bukanlah karena
berasal dari keluarga yang berpengaruh maka kondisi-kondisi keserakahan,
kebencian, atau delusi dihancurkan. Bahkan jika seseorang tidak meninggalkan
keduniawian dari keluarga berpengaruh, namun jika ia memasuki sang jalan yang
sesuai Dhamma, memasuki jalan yang benar, dan berperilaku sesuai Dhamma, maka
ia akan dihormati karena hal itu, ia akan dipuji karena hal itu. Maka, dengan
menempatkan praktik sang jalan sebagai yang utama, ia tidak memuji diri sendiri juga
tidak merendahkan orang lain karena keluarganya yang berpengaruh. Ini juga adalah
karakter seorang manusia sejati.

7. Terlebih lagi, seorang bukan manusia sejati yang terkenal dan termasyhur
mempertimbangkan sebagai berikut: Aku terkenal dan termasyhur; tetapi para
bhikkhu ini tidak terkenal dan tidak termasyhur. Demikianlah ia memuji diri sendiri
dan merendahkan orang lain karena kemasyhurannya. Ini juga adalah karakter
seorang bukan manusia sejati.

Tetapi seorang manusia sejati mempertimbangkan sebagai berikut: Bukanlah karena
kemasyhuran maka kondisi-kondisi keserakahan, kebencian, atau delusi dihancurkan.
Bahkan jika seseorang tidak terkenal dan tidak termasyhur, namun jika ia memasuki
sang jalan yang sesuai Dhamma, memasuki jalan yang benar, dan berperilaku sesuai
Dhamma, maka ia akan dihormati karena hal itu, ia akan dipuji karena hal itu. Maka,
dengan menempatkan praktik sang jalan sebagai yang utama, ia tidak memuji diri
sendiri juga tidak merendahkan orang lain karena kemasyhurannya. Ini juga adalah
karakter seorang manusia sejati. [39]

8. Terlebih lagi, seorang bukan manusia sejati memperoleh jubah, makanan, tempat
tinggal, dan obat-obatan dengan mempertimbangkan sebagai berikut: Aku
memperoleh jubah, makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan; tetapi para bhikkhu ini
tidak memperoleh benda-benda ini. Demikianlah ia memuji diri sendiri dan
merendahkan orang lain karena perolehannya. Ini juga adalah karakter seorang bukan
manusia sejati.

Tetapi seorang manusia sejati mempertimbangkan sebagai berikut: Bukanlah karena
perolehan maka kondisi-kondisi keserakahan, kebencian, atau delusi dihancurkan.
Bahkan jika seseorang tidak memperoleh apa pun, namun jika ia memasuki sang jalan
yang sesuai Dhamma, memasuki jalan yang benar, dan berperilaku sesuai Dhamma,
maka ia akan dihormati karena hal itu, ia akan dipuji karena hal itu. Maka, dengan
menempatkan praktik sang jalan sebagai yang utama, ia tidak memuji diri sendiri juga
tidak merendahkan orang lain karena perolehan. Ini juga adalah karakter seorang
manusia sejati.

9-20. Terlebih lagi, seorang bukan manusia sejati yang terpelajar yang ahli dalam
Disiplin [40] yang adalah seorang pembabar Dhamma yang adalah seorang
yang menetap di hutan yang adalah seorang pemakai jubah dari kain buangan
[41] yang adalah pemakan makanan yang didanakan yang adalah seorang yang
menetap di bawah pohon [42] yang adalah seorang yang menetap di tanah
pekuburan yang adalah seorang yang menetap di ruang terbuka yang adalah
seorang yang terus-menerus duduk yang adalah seorang pengguna alas tidur apa
saja yang adalah seorang yang makan satu kali sehari mempertimbangkan sebagai
berikut: Aku adalah seorang yang makan satu kali sehari; tetapi para bhikkhu ini
bukanlah orang-orang yang makan satu kali sehari.
1065
Demikianlah ia memuji diri
sendiri dan merendahkan orang lain karena ia adalah seorang yang makan satu kali
sehari. Ini juga adalah karakter seorang bukan manusia sejati.

Tetapi seorang manusia sejati mempertimbangkan sebagai berikut: Bukanlah karena
menjadi seorang yang makan satu kali sehari maka kondisi-kondisi keserakahan,
kebencian, atau delusi dihancurkan. Bahkan jika seseorang bukanlah seorang yang
makan satu kali sehari, namun jika ia memasuki sang jalan yang sesuai Dhamma,
memasuki jalan yang benar, dan berperilaku sesuai Dhamma, maka ia akan dihormati
karena hal itu, ia akan dipuji karena hal itu. Maka, dengan menempatkan praktik sang
jalan sebagai yang utama, ia tidak memuji diri sendiri juga tidak merendahkan orang
lain karena menjadi seorang yang makan satu kali sehari. Ini juga adalah karakter
seorang manusia sejati.

21. Terlebih lagi, dengan cukup terasing dari kenikmatan indria, terasing dari
kondisi-kondisi yang tidak bermanfaat, seorang bukan manusia sejati masuk dan
berdiam dalam jhna pertama, yang disertai dengan awal pikiran dan kelangsungan
pikiran, dengan sukacita dan kenikmatan yang muncul dari keterasingan. Ia
mempertimbangkan sebagai berikut: Aku telah memperoleh pencapaian jhna
pertama; tetapi para bhikkhu ini tidak memperoleh pencapaian jhna pertama.
Demikianlah ia memuji diri sendiri dan merendahkan orang lain karena pencapaian
jhna pertama. Ini juga adalah karakter seorang bukan manusia sejati.

Tetapi seorang manusia sejati mempertimbangkan sebagai berikut: Dengan
ketiadaan-identifikasi bahkan dengan pencapaian jhna pertama yang telah dinyatakan
oleh Sang Bhagav; karena dengan cara bagaimanapun mereka beranggapan, faktanya
adalah bukan itu.
1066
[43] Maka, dengan menempatkan ketiadaan-identifikasi sebagai
yang utama, ia tidak memuji diri sendiri juga tidak merendahkan orang lain karena
pencapaian jhna pertama. Ini juga adalah karakter seorang manusia sejati.

22-24. Terlebih lagi, dengan menenangkan awal pikiran dan kelangsungan pikiran,
seorang bukan manusia sejati masuk dan berdiam dalam jhna ke dua ... Dengan
meluruhnya sukacita ... ia masuk dan berdiam dalam jhna ke tiga ... Dengan
meninggalkan kenikmatan dan kesakitan ... ia masuk dan berdiam dalam jhna ke
empat ...

25. Terlebih lagi, dengan sepenuhnya melampaui persepsi bentuk, dengan lenyapnya
persepsi kontak indria, dengan tanpa-perhatian pada persepsi keberagaman,
menyadari bahwa ruang adalah tanpa batas, seorang bukan manusia sejati masuk
dan berdiam dalam landasan ruang tanpa batas ...

26. Terlebih lagi, dengan sepenuhnya melampaui landasan ruang tanpa batas,
menyadari bahwa kesadaran adalah tanpa batas, seorang bukan manusia sejati
masuk dan berdiam dalam landasan kesadaran tanpa batas ... [44] ...

27. Terlebih lagi, dengan sepenuhnya melampaui landasan kesadaran tanpa batas,
menyadari bahwa tidak ada apa-apa, seorang bukan manusia sejati masuk dan
berdiam dalam landasan kekosongan ...

28. Terlebih lagi, dengan sepenuhnya melampaui landasan kekosongan, seorang
bukan manusia sejati masuk dan berdiam dalam landasan bukan persepsi juga bukan
bukan-persepsi. Ia mempertimbangkan sebagai berikut: Aku telah memperoleh
pencapaian landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi; tetapi para bhikkhu
ini tidak memperoleh pencapaian landasan bukan persepsi juga bukan bukan-
persepsi. Demikianlah ia memuji diri sendiri dan merendahkan orang lain karena
pencapaian landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi. Ini juga adalah
karakter seorang bukan manusia sejati.

Tetapi seorang manusia sejati mempertimbangkan sebagai berikut: Dengan
ketiadaan-identifikasi bahkan dengan pencapaian landasan bukan persepsi juga bukan
bukan-persepsi yang telah dinyatakan oleh Sang Bhagav; karena dengan cara
bagaimanapun mereka beranggapan, faktanya adalah bukan itu. Maka, dengan
menempatkan ketiadaan-identifikasi sebagai yang utama, ia tidak memuji diri sendiri
juga tidak merendahkan orang lain karena pencapaian landasan bukan persepsi juga
bukan bukan-persepsi. Ini juga adalah karakter seorang manusia sejati.

29. Terlebih lagi, dengan sepenuhnya melampaui landasan bukan persepsi juga
bukan bukan-persepsi, seorang manusia sejati masuk dan berdiam dalam lenyapnya
persepsi dan perasaan.
1067
Dan noda-nodanya dihancurkan melalui penglihatan
dengan kebijaksanaan. Bhikkhu ini tidak menganggap apapun, ia tidak menganggap
sehubungan dengan apapun, ia tidak menganggap dalam cara bagaimanapun.
1068


Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagav. Para bhikkhu merasa puas dan
gembira mendengar kata-kata Sang Bhagav.


114 Sevitabbsevitabba Sutta
Yang Harus Dilatih dan Tidak Boleh Dilatih




1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagav sedang
menetap Di Svatth di Hutan Jeta, Taman Anthapiika. Di sana Beliau memanggil
para bhikkhu sebagai berikut: Para bhikkhu. Yang Mulia, mereka menjawab.
Sang Bhagav berkata sebagai berikut:

2. Para bhikkhu, Aku akan mengajarkan kepada kalian sebuah khotbah tentang apa
yang harus dilatih dan apa yang tidak boleh dilatih. Dengarkan dan perhatikanlah
pada apa yang akan Aku katakan. Baik, Yang Mulia, para bhikkhu menjawab.
Sang Bhagav berkata sebagai berikut:

(PEMBABARAN PERTAMA)

3. Para bhikkhu,
1069
Perilaku jasmani ada dua jenis, Aku katakan: yang harus dilatih
dan yang tidak boleh dilatih. Dan perilaku jasmani adalah salah satu atau yang
lainnya.
1070
Perilaku ucapan ada dua jenis, Aku katakan: yang harus dilatih dan yang
tidak boleh dilatih. Dan perilaku ucapan adalah salah satu atau yang lainnya. Perilaku
pikiran ada dua jenis, Aku katakan: yang harus dilatih dan yang tidak boleh dilatih.
Dan perilaku pikiran adalah salah satu atau yang lainnya. Kecenderungan pikiran ada
dua jenis, Aku katakan: yang harus dilatih dan yang tidak boleh dilatih. Dan
Kecenderungan pikiran adalah salah satu atau yang lainnya. [46] Perolehan persepsi
ada dua jenis, Aku katakan: yang harus dilatih dan yang tidak boleh dilatih. Dan
perolehan persepsi adalah salah satu atau yang lainnya. Perolehan pandangan ada dua
jenis, Aku katakan: yang harus dilatih dan yang tidak boleh dilatih. Dan perolehan
pandangan adalah salah satu atau yang lainnya. Perolehan kepribadian ada dua jenis,
Aku katakan: yang harus dilatih dan yang tidak boleh dilatih. Dan perolehan
kepribadian adalah salah satu atau yang lainnya.

(PENJELASAN PERTAMA)

4. Ketika hal ini dikatakan, Yang Mulia Sriputta berkata kepada Sang Bhagav:
Yang Mulia, aku memahami secara terperinci makna dari ucapan Sang Bhagav,
yang diucapkan secara ringkas tanpa menjelaskan maknanya secara terprinci, sebagai
berikut:

5. Para bhikkhu, perilaku jasmani ada dua jenis, Aku katakan: yang harus dilatih dan
yang tidak boleh dilatih. Dan perilaku jasmani adalah salah satu atau yang lainnya.
Demikianlah dikatakan oleh Sang Bhagav. Dan sehubungan dengan apakah hal ini
dikatakan?

Yang Mulia, perilaku jasmani yang menjadi penyebab bagi bertambahnya kondisi-
kondisi yang tidak bermanfaat dan berkurangnya kondisi-kondisi yang bermanfaat
dalam diri seseorang yang melatihnya adalah tidak boleh dilatih. Tetapi perilaku
jasmani yang menjadi penyebab bagi berkurangnya kondisi-kondisi yang tidak
bermanfaat dan bertambahnya kondisi-kondisi yang bermanfaat dalam diri seseorang
yang melatihnya adalah harus dilatih.

Dan perilaku jasmani yang bagaimanakah yang menjadi penyebab bagi
bertambahnya kondisi-kondisi yang tidak bermanfaat dan berkurangnya kondisi-
kondisi yang bermanfaat dalam diri seseorang yang melatihnya? Di sini seseorang
membunuh makhluk-makhluk hidup; ia adalah pembunuh, bertangan darah, terbiasa
memukul dan bertindak dengan kekerasan, tanpa belas kasihan pada makhluk-
makhluk hidup. Ia mengambil apa yang tidak diberikan; ia mengambil harta dan
kekayaan orang lain di desa atau hutan dengan cara mencuri. Ia melakukan perbuatan
salah dalam kenikmatan indria; ia melakukan hubungan seksual dengan perempuan-
perempuan yang dilindungi oleh ibu, ayah, ibu dan ayah, saudara laki-laki, saudara
perempuan, atau sanak saudara mereka, yang memiliki suami, yang dilindungi oleh
hukum, dan bahkan dengan mereka yang mengenakan kalung bunga sebagai tanda
pertunangan. Perilaku-perilaku jasmani demikian adalah penyebab bertambahnya
kondisi-kondisi yang tidak bermanfaat dan berkurangnya kondisi-kondisi yang
bermanfaat dalam diri seseorang yang melatihnya.

Dan perilaku jasmani yang bagaimanakah yang menjadi penyebab bagi
berkurangnya kondisi-kondisi yang tidak bermanfaat dan bertambahnya kondisi-
kondisi yang bermanfaat dalam diri seseorang yang melatihnya? Di sini seseorang,
dengan meninggalkan pembunuhan makhluk hidup, ia menghindari pembunuhan
makhluk hidup, dengan tongkat pemukul dan senjata disingkirkan, lembut dan baik
hati, ia berdiam dengan berbelas kasihan kepada semua makhluk hidup. Dengan
meninggalkan perbuatan mengambil apa yang tidak diberikan, ia menghindari
perbuatan mengambil apa yang tidak diberikan; ia tidak mengambil harta dan
kekayaan orang lain di desa atau hutan dengan cara mencuri. Dengan meninggalkan
perbuatan salah dalam kenikmatan indria, ia menghindari perbuatan salah dalam
kenikmatan indria; ia tidak melakukan hubungan seksual dengan perempuan-
perempuan yang dilindungi oleh ibu, ayah, ibu dan ayah, saudara laki-laki, saudara
perempuan, atau sanak saudara mereka, yang memiliki suami, yang dilindungi oleh
hukum, atau dengan mereka yang mengenakan kalung bunga sebagai tanda
pertunangan. Perilaku-perilaku jasmani demikian adalah penyebab bagi berkurangnya
kondisi-kondisi yang tidak bermanfaat dan bertambahnya kondisi-kondisi yang
bermanfaat dalam diri seseorang yang melatihnya.

Demikianlah, adalah sehubungan dengan hal ini maka Sang Bhagav mengatakan:
Para bhikkhu, perilaku jasmani ada dua jenis, Aku katakan: yang harus dilatih dan
yang tidak boleh dilatih. Dan perilaku jasmani adalah salah satu atau yang lainnya.

6. Para bhikkhu, perilaku ucapan ada dua jenis, Aku katakan: yang harus dilatih dan
yang tidak boleh dilatih. Dan perilaku ucapan adalah salah satu atau yang lainnya.
Demikianlah dikatakan oleh Sang Bhagav. Dan sehubungan dengan apakah hal ini
dikatakan?

Yang Mulia, perilaku ucapan yang menjadi penyebab bagi bertambahnya kondisi-
kondisi yang tidak bermanfaat dan berkurangnya kondisi-kondisi yang bermanfaat
dalam diri seseorang yang melatihnya adalah tidak boleh dilatih. Tetapi perilaku
ucapan yang menjadi penyebab bagi berkurangnya kondisi-kondisi yang tidak
bermanfaat dan bertambahnya kondisi-kondisi yang bermanfaat dalam diri seseorang
yang melatihnya adalah harus dilatih.

Dan perilaku ucapan yang bagaimanakah yang menjadi penyebab bagi bertambahnya
kondisi-kondisi yang tidak bermanfaat dan berkurangnya kondisi-kondisi yang
bermanfaat dalam diri seseorang yang melatihnya? Di sini seseorang mengucapkan
kebohongan; ketika dipanggil oleh pengadilan, atau dalam suatu pertemuan, [48] atau
di depan sanak saudaranya, atau oleh perkumpulannya, atau di depan anggota
keluarga kerajaan, dan ditanya sebagai seorang saksi sebagai berikut: Baiklah, tuan,
katakanlah apa yang engkau ketahui, tidak mengetahui, ia mengatakan, aku tahu,
atau mengetahui, ia mengatakan, aku tidak tahu,; tidak melihat, ia mengatakan, aku
melihat, atau melihat, ia mengatakan, aku tidak melihat; dengan penuh kesadaran ia
mengatakan kebohongan demi keselamatan dirinya sendiri, atau demi keselamatan
orang lain, atau demi hal-hal remeh yang bersifat duniawi. Ia mengucapkan fitnah; ia
mengulangi di tempat lain apa yang telah ia dengar di sini dengan tujuan untuk
memecah-belah [orang-orang itu] dari orang-orang ini, atau ia mengulangi kepada
orang-orang ini apa yang telah ia dengar di tempat lain dengan tujuan untuk
memecah-belah [orang-orang ini] dari orang-orang itu; demikianlah ia adalah seorang
yang memecah-belah mereka yang rukun, seorang pembuat perpecahan, yang
menikmati perselisihan, bergembira dalam perselisihan, bersenang dalam perselisihan,
pengucap kata-kata yang menciptakan perselisihan. Ia berkata kasar; ia mengucapkan
kata-kata yang kasar, keras, menyakiti orang lain, menghina orang lain, berbatasan
dengan kemarahan, tidak menunjang konsentrasi. Ia adalah seorang penggosip; ia
berbicara di waktu yang salah, mengatakan apa yang bukan fakta, mengatakan hal
yang tidak berguna, mengatakan yang berlawanan dengan Dhamma dan Disiplin;
pada waktu yang salah ia mengucapkan kata-kata yang tidak berguna, tidak masuk
akal, melampaui batas, dan tidak bermanfaat. Perilaku-perilaku ucapan demikian
adalah penyebab bertambahnya kondisi-kondisi yang tidak bermanfaat dan
berkurangnya kondisi-kondisi yang bermanfaat dalam diri seseorang yang melatihnya.

Dan perilaku ucapan yang bagaimanakah yang menjadi penyebab bagi berkurangnya
kondisi-kondisi yang tidak bermanfaat dan bertambahnya kondisi-kondisi yang
bermanfaat dalam diri seseorang yang melatihnya? Di sini seseorang, dengan
meninggalkan kebohongan, menghindari ucapan salah; ketika dipanggil oleh
pengadilan, atau dalam suatu pertemuan, atau di depan sanak saudaranya, atau oleh
perkumpulannya, atau di depan anggota keluarga kerajaan, dan ditanya sebagai
seorang saksi sebagai berikut: Baiklah, tuan, katakanlah apa yang engkau ketahui,
tidak mengetahui, ia mengatakan, aku tidak tahu, atau mengetahui, ia mengatakan,
aku tahu,; tidak melihat, ia mengatakan, aku tidak melihat, atau melihat, ia
mengatakan, aku melihat; [49] ia tidak dengan penuh kesadaran mengatakan
kebohongan demi keselamatan dirinya sendiri, atau demi keselamatan orang lain, atau
demi hal-hal remeh yang bersifat duniawi. Dengan meninggalkan fitnah, ia
menghindari fitnah; ia tidak mengulangi di tempat lain apa yang telah ia dengar di sini
dengan tujuan untuk memecah-belah [orang-orang itu] dari orang-orang ini, juga ia
tidak mengulangi kepada orang-orang ini apa yang telah ia dengar di tempat lain
dengan tujuan untuk memecah-belah [orang-orang ini] dari orang-orang itu;
demikianlah ia adalah seorang yang merukunkan mereka yang terpecah-belah,
seorang penganjur persahabatan, yang menikmati kerukunan, bergembira dalam
kerukunan, bersenang dalam kerukunan, pengucap kata-kata yang menciptakan
kerukunan. Dengan meninggalkan ucapan kasar, ia menghindari ucapan kasar; ia
mengucapkan kata-kata yang lembut, menyenangkan di telinga, dan indah, ketika
masuk dalam batin, sopan, disukai banyak orang dan menyenangkan banyak orang.
Dengan meninggalkan gosip, ia menghindari gosip; ia berbicara pada saat yang tepat,
mengatakan apa yang merupakan fakta, mengatakan apa yang baik, membicarakan
Dhamma dan Disiplin; pada saat yang tepat ia mengucapkan kata-kata yang layak
diingat, yang logis, selayaknya, dan bermanfaat. Perilaku-perilaku ucapan demikian
adalah penyebab bagi berkurangnya kondisi-kondisi yang tidak bermanfaat dan
bertambahnya kondisi-kondisi yang bermanfaat dalam diri seseorang yang
melatihnya.

Demikianlah, adalah sehubungan dengan hal ini maka Sang Bhagav mengatakan:
Para bhikkhu, perilaku ucapan ada dua jenis, Aku katakan: yang harus dilatih dan
yang tidak boleh dilatih. Dan perilaku ucapan adalah salah satu atau yang lainnya.

7. Perilaku pikiran ada dua jenis, Aku katakan: yang harus dilatih dan yang tidak
boleh dilatih. Dan perilaku pikiran adalah salah satu atau yang lainnya. Demikianlah
dikatakan oleh Sang Bhagav. Dan sehubungan dengan apakah hal ini dikatakan?

Yang Mulia, perilaku pikiran yang menjadi penyebab bagi bertambahnya kondisi-
kondisi yang tidak bermanfaat dan berkurangnya kondisi-kondisi yang bermanfaat
dalam diri seseorang yang melatihnya adalah tidak boleh dilatih. Tetapi perilaku
pikiran yang menjadi penyebab bagi berkurangnya kondisi-kondisi yang tidak
bermanfaat dan bertambahnya kondisi-kondisi yang bermanfaat dalam diri seseorang
yang melatihnya adalah harus dilatih.

Dan perilaku pikiran yang bagaimanakah yang menjadi penyebab bagi bertambahnya
kondisi-kondisi yang tidak bermanfaat dan berkurangnya kondisi-kondisi yang
bermanfaat dalam diri seseorang yang melatihnya? Di sini seseorang bersifat tamak;
ia tamak pada kekayaan dan kemakmuran orang lain sebagai berikut: oh, semoga apa
yang menjadi milik orang lain menjadi milikku! Atau ia memiliki pikiran
permusuhan dan niat membenci [50] sebagai berikut: Semoga makhluk-makhluk ini
dibunuh dan disembelih, semoga mereka dipotong, musnah, atau dibasmi! Perilaku-
perilaku pikiran demikian adalah penyebab bertambahnya kondisi-kondisi yang tidak
bermanfaat dan berkurangnya kondisi-kondisi yang bermanfaat dalam diri seseorang
yang melatihnya.

Dan perilaku pikiran yang bagaimanakah yang menjadi penyebab bagi berkurangnya
kondisi-kondisi yang tidak bermanfaat dan bertambahnya kondisi-kondisi yang
bermanfaat dalam diri seseorang yang melatihnya? Di sini seseorang tidak tamak; ia
tidak tamak terhadap kekayaan dan kemakmuran orang lain sebagai berikut: oh,
semoga apa yang menjadi milik orang lain menjadi milikku! Pikirannya tanpa
permusuhan dan ia memiliki kehendak yang bebas dari kebencian sebagai berikut:
Semoga makhluk-makhluk ini bebas dari pertentangan, penderitaan, dan ketakutan!
Semoga mereka hidup berbahagia! Perilaku-perilaku pikiran demikian adalah
penyebab bagi berkurangnya kondisi-kondisi yang tidak bermanfaat dan
bertambahnya kondisi-kondisi yang bermanfaat dalam diri seseorang yang
melatihnya.

Demikianlah, adalah sehubungan dengan hal ini maka Sang Bhagav mengatakan:
Para bhikkhu, perilaku pikiran ada dua jenis, Aku katakan: yang harus dilatih dan
yang tidak boleh dilatih. Dan perilaku pikiran adalah salah satu atau yang lainnya.
1071


8. Kecenderungan pikiran ada dua jenis, Aku katakan: yang harus dilatih dan yang
tidak boleh dilatih. Dan kecenderungan pikiran adalah salah satu atau yang lainnya.
Demikianlah dikatakan oleh Sang Bhagav. Dan sehubungan dengan apakah hal ini
dikatakan?

Yang Mulia, kecenderungan pikiran yang menjadi penyebab bagi bertambahnya
kondisi-kondisi yang tidak bermanfaat dan berkurangnya kondisi-kondisi yang
bermanfaat [51] dalam diri seseorang yang melatihnya adalah tidak boleh dilatih.
Tetapi kecenderungan pikiran yang menjadi penyebab bagi berkurangnya kondisi-
kondisi yang tidak bermanfaat dan bertambahnya kondisi-kondisi yang bermanfaat
dalam diri seseorang yang melatihnya adalah harus dilatih.

Dan kecenderungan pikiran yang bagaimanakah yang menjadi penyebab bagi
bertambahnya kondisi-kondisi yang tidak bermanfaat dan berkurangnya kondisi-
kondisi yang bermanfaat dalam diri seseorang yang melatihnya? Di sini seseorang
tamak dan berdiam dengan pikiran penuh ketamakan; ia memiliki permusuhan dan
berdiam dengan pikiran penuh permusuhan; ia kejam dan berdiam dengan pikiran
penuh kekejaman.
1072
Kecenderungan pikiran demikian adalah penyebab
bertambahnya kondisi-kondisi yang tidak bermanfaat dan berkurangnya kondisi-
kondisi yang bermanfaat dalam diri seseorang yang melatihnya.

Dan kecenderungan pikiran yang bagaimanakah yang menjadi penyebab bagi
berkurangnya kondisi-kondisi yang tidak bermanfaat dan bertambahnya kondisi-
kondisi yang bermanfaat dalam diri seseorang yang melatihnya? Di sini seseorang
tidak tamak dan berdiam dengan pikiran terlepas dari ketamakan; ia tidak memiliki
permusuhandan berdiam dengan pikiran terlepas dari permusuhan; ia tidak kejam dan
berdiam dengan pikiran terlepas dari kekejaman. Kecenderungan pikiran demikian
adalah penyebab bagi berkurangnya kondisi-kondisi yang tidak bermanfaat dan
bertambahnya kondisi-kondisi yang bermanfaat dalam diri seseorang yang
melatihnya.

Demikianlah, adalah sehubungan dengan hal ini maka Sang Bhagav mengatakan:
Para bhikkhu, kecenderungan pikiran ada dua jenis, Aku katakan: yang harus dilatih
dan yang tidak boleh dilatih. Dan kecenderungan pikiran adalah salah satu atau yang
lainnya.

9. Perolehan persepsi ada dua jenis, Aku katakan: yang harus dilatih dan yang tidak
boleh dilatih. Dan perolehan persepsi adalah salah satu atau yang lainnya.
Demikianlah dikatakan oleh Sang Bhagav. Dan sehubungan dengan apakah hal ini
dikatakan?

Yang Mulia, perolehan persepsi yang menjadi penyebab bagi bertambahnya kondisi-
kondisi yang tidak bermanfaat dan berkurangnya kondisi-kondisi yang bermanfaat
dalam diri seseorang yang melatihnya adalah tidak boleh dilatih. Tetapi perolehan
persepsi yang menjadi penyebab bagi berkurangnya kondisi-kondisi yang tidak
bermanfaat dan bertambahnya kondisi-kondisi yang bermanfaat dalam diri seseorang
yang melatihnya adalah harus dilatih.

Dan perolehan persepsi yang bagaimanakah yang menjadi penyebab bagi
bertambahnya kondisi-kondisi yang tidak bermanfaat dan berkurangnya kondisi-
kondisi yang bermanfaat dalam diri seseorang yang melatihnya? Di sini seseorang
tamak dan berdiam dengan persepsi penuh ketamakan; ia memiliki permusuhan dan
berdiam dengan persepsi penuh permusuhan; ia kejam dan berdiam dengan persepsi
penuh kekejaman. Perolehan persepsi demikian adalah penyebab bertambahnya
kondisi-kondisi yang tidak bermanfaat dan berkurangnya kondisi-kondisi yang
bermanfaat dalam diri seseorang yang melatihnya.

Dan perolehan persepsi yang bagaimanakah yang menjadi penyebab bagi
berkurangnya kondisi-kondisi yang tidak bermanfaat dan bertambahnya kondisi-
kondisi yang bermanfaat dalam diri seseorang yang melatihnya? Di sini seseorang
tidak tamak dan berdiam dengan persepsi terlepas dari ketamakan; ia tidak memiliki
permusuhan dan berdiam dengan persepsi terlepas dari permusuhan; ia tidak kejam
dan berdiam dengan persepsi terlepas dari kekejaman. Perolehan persepsi demikian
adalah penyebab bagi berkurangnya kondisi-kondisi yang tidak bermanfaat dan
bertambahnya kondisi-kondisi yang bermanfaat dalam diri seseorang yang
melatihnya.

Demikianlah, adalah sehubungan dengan hal ini maka Sang Bhagav mengatakan:
Para bhikkhu, perolehan persepsi ada dua jenis, Aku katakan: yang harus dilatih dan
yang tidak boleh dilatih. Dan perolehan persepsi adalah salah satu atau yang lainnya.
[52]

10. Perolehan pandangan ada dua jenis, Aku katakan: yang harus dilatih dan yang
tidak boleh dilatih. Dan perolehan pandangan adalah salah satu atau yang lainnya.
Demikianlah dikatakan oleh Sang Bhagav. Dan sehubungan dengan apakah hal ini
dikatakan?

Yang Mulia, perolehan pandangan yang menjadi penyebab bagi bertambahnya
kondisi-kondisi yang tidak bermanfaat dan berkurangnya kondisi-kondisi yang
bermanfaat dalam diri seseorang yang melatihnya adalah tidak boleh dilatih. Tetapi
perolehan persepsi yang menjadi penyebab bagi berkurangnya kondisi-kondisi yang
tidak bermanfaat dan bertambahnya kondisi-kondisi yang bermanfaat dalam diri
seseorang yang melatihnya adalah harus dilatih.

Dan perolehan pandangan yang bagaimanakah yang menjadi penyebab bagi
bertambahnya kondisi-kondisi yang tidak bermanfaat dan berkurangnya kondisi-
kondisi yang bermanfaat dalam diri seseorang yang melatihnya? Di sini seseorang
menganut pandangan sebagai berikut: Tidak ada yang diberikan, tidak ada yang
dipersembahkan, tidak ada yang dikorbankan; tidak ada buah atau akibat dari
perbuatan baik dan buruk; tidak ada dunia ini, tidak ada dunia lain; tidak ada ibu,
tidak ada ayah; tidak ada makhluk-makhluk yang terlahir kembali secara spontan;
tidak ada para petapa dan brahmana yang baik dan mulia di dunia ini yang telah
menembus oleh diri mereka sendiri dengan pengetahuan langsung dan menyatakan
dunia ini dan dunia lain. Perolehan pandangan demikian adalah penyebab bagi
bertambahnya kondisi-kondisi yang tidak bermanfaat dan berkurangnya kondisi-
kondisi yang bermanfaat dalam diri seseorang yang melatihnya.

Dan perolehan pandangan yang bagaimanakah yang menjadi penyebab bagi
berkurangnya kondisi-kondisi yang tidak bermanfaat dan bertambahnya kondisi-
kondisi yang bermanfaat dalam diri seseorang yang melatihnya? Di sini seseorang
menganut pandangan sebagai berikut: Ada yang diberikan, ada yang
dipersembahkan, ada yang dikorbankan; ada buah atau akibat dari perbuatan baik dan
buruk; ada dunia ini dan ada dunia lain; ada ibu dan ada ayah; ada makhluk-makhluk
yang terlahir kembali secara spontan; ada para petapa dan brahmana yang baik dan
mulia di dunia ini yang telah menembus oleh diri mereka sendiri dengan pengetahuan
langsung dan menyatakan dunia ini dan dunia lain. Perolehan pandangan demikian
adalah penyebab bagi berkurangnya kondisi-kondisi yang tidak bermanfaat dan
bertambahnya kondisi-kondisi yang bermanfaat dalam diri seseorang yang
melatihnya.

Demikianlah, adalah sehubungan dengan hal ini maka Sang Bhagav mengatakan:
Para bhikkhu, perolehan pandangan ada dua jenis, Aku katakan: yang harus dilatih
dan yang tidak boleh dilatih. Dan perolehan pandangan adalah salah satu atau yang
lainnya.

11. Perolehan kepribadian ada dua jenis, Aku katakan:
1073
yang harus dilatih dan
yang tidak boleh dilatih. Dan perolehan kepribadian adalah salah satu atau yang
lainnya. Demikianlah dikatakan oleh Sang Bhagav. Dan sehubungan dengan apakah
hal ini dikatakan?

Yang Mulia, [53] perolehan kepribadian yang menjadi penyebab bagi bertambahnya
kondisi-kondisi yang tidak bermanfaat dan berkurangnya kondisi-kondisi yang
bermanfaat dalam diri seseorang yang melatihnya adalah tidak boleh dilatih. Tetapi
perolehan kepribadian yang menjadi penyebab bagi berkurangnya kondisi-kondisi
yang tidak bermanfaat dan bertambahnya kondisi-kondisi yang bermanfaat dalam diri
seseorang yang melatihnya adalah harus dilatih.

Dan perolehan kepribadian yang bagaimanakah yang menjadi penyebab bagi
bertambahnya kondisi-kondisi yang tidak bermanfaat dan berkurangnya kondisi-
kondisi yang bermanfaat dalam diri seseorang yang melatihnya? Ketika seseorang
membentuk suatu perolehan kepribadian yang tunduk pada penderitaan, maka
kondisi-kondisi tidak bermanfaat bertambah dan kondisi-kondisi bermanfaat
berkurang dalam dirinya, menghalanginya dari pencapaian kesempurnaan.
1074


Dan perolehan kepribadian yang bagaimanakah yang menjadi penyebab bagi
berkurangnya kondisi-kondisi yang tidak bermanfaat dan bertambahnya kondisi-
kondisi yang bermanfaat dalam diri seseorang yang melatihnya? Ketika seseorang
membentuk suatu perolehan kepribadian yang bebas dari penderitaan, maka kondisi-
kondisi tidak bermanfaat berkurang dan kondisi-kondisi bermanfaat bertambah dalam
dirinya, memungkinkannya pencapaian kemuliaan.

Demikianlah, adalah sehubungan dengan hal ini maka Sang Bhagav mengatakan:
Para bhikkhu, perolehan kepribadian ada dua jenis, Aku katakan: yang harus dilatih
dan yang tidak boleh dilatih. Dan perolehan kepribadian adalah salah satu atau yang
lainnya.

12. Yang Mulia, aku memahami secara terperinci makna dari ucapan Sang Bhagav,
yang diucapkan secara ringkas tanpa menjelaskan maknanya secara terprinci, seperti
demikian.

(PENYETUJUAN DAN RANGKUMAN PERTAMA)

13. Bagus, bagus, Sriputta! Bagus sekali engkau memahami makna secara
terperinci dari ucapanKu, yang Kusampaikan secara ringkas tanpa menjelaskan
maknanya secara terperinci, sebagai berikut.

14-20. [54,55] (Dalam paragraf-paragraf ini Sang Buddha mengulangi kata demi
kata dari 5-11, dengan menggantikan Yang Mulia menjadi Sriputta dan oleh
Sang Bhagav menjadi olehKu.)

21. Sriputta, makna terperinci dari ucapanKu, yang Kusampaikan secara ringkas,
harus dipahami demikian.

(PEMBABARAN KE DUA)

22. Sariputta, bentuk-bentuk yang dikenali oleh mata ada dua jenis, Aku katakan:
[56] yang harus dilatih dan yang tidak boleh dilatih.
1075
Suara-suara yang dikenali
oleh telinga ada dua jenis, Aku katakan: yang harus dilatih dan yang tidak boleh
dilatih. Bau-bauan yang dikenali oleh hidung ada dua jenis, Aku katakan: yang harus
dilatih dan yang tidak boleh dilatih. Rasa kecapan yang dikenali oleh lidah ada dua
jenis, Aku katakan: yang harus dilatih dan yang tidak boleh dilatih. Objek sentuhan
yang dikenali oleh badan ada dua jenis, Aku katakan: yang harus dilatih dan yang
tidak boleh dilatih. Objek-objek pikiran yang dikenali oleh pikiran ada dua jenis, Aku
katakan: yang harus dilatih dan yang tidak boleh dilatih.

(PENJELASAN KE DUA)

23. Ketika hal ini dikatakan, Yang Mulia Sriputta berkata kepada Sang Bhagav:
Yang Mulia, aku memahami secara terperinci makna dari ucapan Sang Bhagav,
yang diucapkan secara ringkas tanpa menjelaskan maknanya secara terprinci, sebagai
berikut:

24. Sriputta, bentuk-bentuk yang dikenali oleh mata ada dua jenis, Aku katakan:
[56] yang harus dilatih dan yang tidak boleh dilatih. Demikianlah dikatakan oleh
Sang Bhagav. Dan sehubungan dengan apakah hal ini dikatakan?

Yang Mulia, bentuk-bentuk yang dikenali oleh mata yang menjadi penyebab bagi
bertambahnya kondisi-kondisi yang tidak bermanfaat dan berkurangnya kondisi-
kondisi yang bermanfaat dalam diri seseorang yang melatihnya adalah tidak boleh
dilatih. Tetapi bentuk-bentuk yang dikenali oleh mata yang menjadi penyebab bagi
berkurangnya kondisi-kondisi yang tidak bermanfaat dan bertambahnya kondisi-
kondisi yang bermanfaat dalam diri seseorang yang melatihnya adalah harus dilatih.

Demikianlah, adalah sehubungan dengan hal ini maka Sang Bhagav mengatakan:
bentuk-bentuk yang dikenali oleh mata ada dua jenis, Aku katakan: yang harus dilatih
dan yang tidak boleh dilatih.

25. Suara-suara yang dikenali oleh telinga ada dua jenis, Aku katakan

26. Bau-bauan yang dikenali oleh hidung ada dua jenis, Aku katakan [57]

25. Rasa kecapan yang dikenali oleh lidah ada dua jenis, Aku katakan

25. Objek-objek sentuhan yang dikenali oleh badan ada dua jenis, Aku katakan

26. Objek-objek pikiran yang dikenali oleh pikiran ada dua jenis, Aku katakan: yang
harus dilatih dan yang tidak boleh dilatih. Demikianlah dikatakan oleh Sang
Bhagav. Dan sehubungan dengan apakah hal ini dikatakan?

Yang Mulia, objek-objek pikiran yang dikenali oleh pikiran yang menjadi penyebab
bagi bertambahnya kondisi-kondisi yang tidak bermanfaat dan berkurangnya kondisi-
kondisi yang bermanfaat dalam diri seseorang yang melatihnya adalah tidak boleh
dilatih. Tetapi objek-objek pikiran yang dikenali oleh pikiran yang menjadi penyebab
bagi berkurangnya kondisi-kondisi yang tidak bermanfaat dan bertambahnya kondisi-
kondisi yang bermanfaat dalam diri seseorang yang melatihnya adalah harus dilatih.

Demikianlah, adalah sehubungan dengan hal ini maka Sang Bhagav mengatakan:
objek-objek pikiran yang dikenali oleh pikiran ada dua jenis, Aku katakan: yang harus
dilatih dan yang tidak boleh dilatih.

30. Yang Mulia, aku memahami secara terperinci makna dari ucapan Sang Bhagav,
yang diucapkan secara ringkas tanpa menjelaskan maknanya secara terprinci, seperti
demikian.

(PENYETUJUAN DAN RANGKUMAN KE DUA)

13. Bagus, bagus, Sriputta! Bagus sekali engkau memahami makna secara
terperinci dari ucapanKu, yang Kusampaikan secara ringkas tanpa menjelaskan
maknanya secara terperinci, sebagai berikut.

14-20. (Dalam paragraf-paragraf ini Sang Buddha mengulangi kata demi kata dari
24-29, dengan penggantian kata seperlunya.)

21. Sriputta, makna terperinci dari ucapanKu, yang Kusampaikan secara ringkas,
harus dipahami demikian.

(PEMBABARAN KE TIGA)

39. Sriputta, jubah ada dua jenis, Aku katakan: yang harus dilatih dan yang tidak
boleh dilatih. Makanan ada dua jenis, Aku katakan: yang harus dilatih dan yang tidak
boleh dilatih. Tempat tinggal ada dua jenis, Aku katakan: yang harus dilatih dan yang
tidak boleh dilatih. Desa ada dua jenis, Aku katakan: yang harus dilatih dan yang
tidak boleh dilatih. Pemukiman ada dua jenis, Aku katakan: yang harus dilatih dan
yang tidak boleh dilatih. Kota ada dua jenis, Aku katakan: yang harus dilatih dan yang
tidak boleh dilatih. Wilayah ada dua jenis, Aku katakan: yang harus dilatih dan yang
tidak boleh dilatih. Orang-orang ada dua jenis, Aku katakan: yang harus dilatih dan
yang tidak boleh dilatih. [59]

40. Ketika hal ini dikatakan, Yang Mulia Sriputta berkata kepada Sang Bhagav:
Yang Mulia, aku memahami secara terperinci makna dari ucapan Sang Bhagav,
yang diucapkan secara ringkas tanpa menjelaskan maknanya secara terprinci, sebagai
berikut:

41. Sriputta, jubah ada dua jenis, Aku katakan: [56] yang harus dilatih dan yang
tidak boleh dilatih. Demikianlah dikatakan oleh Sang Bhagav. Dan sehubungan
dengan apakah hal ini dikatakan?

Yang Mulia, jubah yang menjadi penyebab bagi bertambahnya kondisi-kondisi yang
tidak bermanfaat dan berkurangnya kondisi-kondisi yang bermanfaat dalam diri
seseorang yang melatihnya adalah tidak boleh dilatih. Tetapi jubah yang menjadi
penyebab bagi berkurangnya kondisi-kondisi yang tidak bermanfaat dan
bertambahnya kondisi-kondisi yang bermanfaat dalam diri seseorang yang melatihnya
adalah harus dilatih.

Demikianlah, adalah sehubungan dengan hal ini maka Sang Bhagav mengatakan:
jubah ada dua jenis, Aku katakan: yang harus dilatih dan yang tidak boleh dilatih.

42. Makanan ada dua jenis, Aku katakan

43. Tempat tinggal ada dua jenis, Aku katakan

44. Desa ada dua jenis, Aku katakan

45. Pemukiman ada dua jenis, Aku katakan

46. Kota ada dua jenis, Aku katakan

47. Wilayah ada dua jenis, Aku katakan

48. Orang-orang ada dua jenis, Aku katakan: yang harus dilatih dan yang tidak
boleh dilatih. Demikianlah dikatakan oleh Sang Bhagav. Dan sehubungan dengan
apakah hal ini dikatakan?

Yang Mulia, [pergaulan dengan] orang-orang yang menjadi penyebab bagi
bertambahnya kondisi-kondisi yang tidak bermanfaat dan berkurangnya kondisi-
kondisi yang bermanfaat dalam diri seseorang yang melatihnya adalah tidak boleh
dilatih. Tetapi [pergaulan dengan] orang-orang yang menjadi penyebab bagi
berkurangnya kondisi-kondisi yang tidak bermanfaat dan bertambahnya kondisi-
kondisi yang bermanfaat dalam diri seseorang yang melatihnya adalah harus dilatih.

Demikianlah, adalah sehubungan dengan hal ini maka Sang Bhagav mengatakan:
Orang-orang ada dua jenis, Aku katakan: yang harus dilatih dan yang tidak boleh
dilatih.

49. Yang Mulia, aku memahami secara terperinci makna dari ucapan Sang Bhagav,
yang diucapkan secara ringkas tanpa menjelaskan maknanya secara terprinci, seperti
demikian.

(PENYETUJUAN DAN RANGKUMAN KE TIGA)

50. Bagus, bagus, Sriputta! Bagus sekali engkau memahami makna secara
terperinci dari ucapanKu, yang Kusampaikan secara ringkas tanpa menjelaskan
maknanya secara terperinci, sebagai berikut.

51-58. (Dalam paragraf-paragraf ini Sang Buddha mengulangi kata demi kata dari
41-48, dengan penggantian kata seperlunya.) [60]

59. Sriputta, makna terperinci dari ucapanKu, yang Kusampaikan secara ringkas,
harus dipahami demikian.

(PENUTUP)

60. Sariputta, jika seluruh para mulia memahami makna secara terperinci demikian
dari ucapanKu, yang Kusampaikan secara ringkas, maka itu akan menuntun menuju
kesejahteraan dan kebahagiaan mereka untuk waktu yang lama.
1076
Jika seluruh para
brahmana seluruh para pedagang seluruh para pekerja memahami makna secara
terperinci demikian dari ucapanKu, yang Kusampaikan secara ringkas, maka itu akan
menuntun menuju kesejahteraan dan kebahagiaan mereka untuk waktu yang lama.
Jika dunia ini bersama dengan para dewa, Mra, dan Brahm, generasi ini bersama
dengan para petapa dan brahmana, para pangeran dan rakyatnya, memahami makna
secara terperinci demikian dari ucapanKu, yang Kusampaikan secara ringkas, maka
itu akan menuntun menuju kesejahteraan dan kebahagiaan dunia ini untuk waktu yang
lama. [61]

Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagav. Yang Mulia Sriputta merasa puas
dan gembira mendengar kata-kata Sang Bhagav.


115 Bahudhtuka Sutta
Banyak Jenis Unsur




1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagav sedang
menetap Di Svatth di Hutan Jeta, Taman Anthapiika. Di sana Beliau memanggil
para bhikkhu sebagai berikut: Para bhikkhu. Yang Mulia, mereka menjawab.
Sang Bhagav berkata sebagai berikut:

2. Para bhikkhu, ketakutan apapun yang muncul, semuanya muncul karena si dungu,
bukan karena seorang bijaksana; kesulitan apapun yang muncul, semuanya muncul
karena si dungu, bukan karena seorang bijaksana; bencana apapun yang muncul,
semuanya muncul karena si dungu, bukan karena seorang bijaksana. Seperti halnya
sebuah lumbung yang terbuat dari rumpun gelagah atau rerumputan akan membakar
bahkan rumah-rumah beratap lancip, dengan dinding yang diplester luar dan dalam,
yang tertutup, terkunci dengan palang, dengan jendela berpenutup; demikian pula,
para bhikkhu, ketakutan apapun yang muncul semuanya muncul karena si dungu,
bukan karena seorang bijaksana. Demikianlah si dungu membawa ketakutan, si
bijaksana tidak membawa ketakutan; si dungu membawa kesulitan, si bijaksana tidak
membawa kesulitan; si dungu membawa bencana, si bijaksana tidak membawa
bencana. Tidak ada ketakutan yang datang dari si bijaksana, tidak ada kesulitan yang
datang dari si bijaksana, tidak ada bencana yang datang dari si bijaksana. Oleh karena
itu, para bhikkhu, kalian harus berlatih sebagai berikut: Kami harus menjadi orang
bijaksana, kami harus menjadi penyelidik. [62]

3. Ketika hal ini dikatakan, Yang Mulia nanda bertanya kepada Sang Bhagav:
Dengan cara bagaimanakah, Yang Mulia, seorang bhikkhu dapat disebut seorang
bijaksana dan seorang penyelidik?

Ketika, nanda, seorang bhikkhu terampil dalam unsur-unsur, terampil dalam
landasan-landasan, terampil dalam kemunculan bergantungan, terampil dalam apa
yang mungkin dan apa yang tidak mungkin, dengan cara itulah ia dapat disebut
seorang bijaksana dan seorang penyelidik.

(UNSUR-UNSUR)

4. Tetapi, Yang Mulia, dengan cara bagaimanakah seorang bhikkhu dapat disebut
terampil dalam unsur-unsur?

Terdapat, nanda, delapan belas unsur ini: unsur mata, unsur bentuk, unsur
kesadaran-mata; unsur telinga, unsur suara, unsur kesadaran-telinga; unsur hidung,
unsur bau-bauan, unsur kesadaran-hidung; unsur lidah, unsur rasa kecapan, unsur
kesadaran-lidah; unsur badan, unsur objek sentuhan, unsur kesadaran-badan; unsur
pikiran, unsur objek-pikiran, unsur kesadaran-pikiran. Ketika ia mengetahui dan
melihat kedelapan belas unsur ini, maka seorang bhikkhu dapat disebut terampil
dalam unsur-unsur.
1077


5. Tetapi, Yang Mulia, adakah cara lain yang mana seorang bhikkhu dapat disebut
terampil dalam unsur-unsur?

Ada, nanda. Terdapat, nanda, enam unsur ini: unsur tanah, unsur air, unsur api,
unsur udara, unsur ruang, dan unsur kesadaran. Ketika ia mengetahui dan melihat
keenam unsur ini, maka seorang bhikkhu dapat disebut terampil dalam unsur-unsur.

6. Tetapi, Yang Mulia, adakah cara lain yang mana seorang bhikkhu dapat disebut
terampil dalam unsur-unsur?

Ada, nanda. Terdapat, nanda, enam unsur ini: unsur kenikmatan, unsur kesakitan,
unsur kegembiraan, unsur kesedihan, unsur keseimbangan, dan unsur ketidak-tahuan.
Ketika ia mengetahui dan melihat keenam unsur ini, maka seorang bhikkhu dapat
disebut terampil dalam unsur-unsur.
1078


7. Tetapi, Yang Mulia, adakah cara lain yang mana seorang bhikkhu dapat disebut
terampil dalam unsur-unsur?

Ada, nanda. Terdapat, nanda, enam unsur ini: unsur keinginan indria, unsur
pelepasan keduniawian, unsur permusuhan, unsur tanpa permusuhan, [63] unsur
kekejaman, dan unsur tanpa-kekejaman. Ketika ia mengetahui dan melihat keenam
unsur ini, maka seorang bhikkhu dapat disebut terampil dalam unsur-unsur.
1079


8. Tetapi, Yang Mulia, adakah cara lain yang mana seorang bhikkhu dapat disebut
terampil dalam unsur-unsur?

Ada, nanda. Terdapat, nanda, tiga unsur ini: unsur alam-indria, unsur materi
halus, dan unsur tanpa materi. Ketika ia mengetahui dan melihat ketiga unsur ini,
maka seorang bhikkhu dapat disebut terampil dalam unsur-unsur.
1080


9. Tetapi, Yang Mulia, adakah cara lain yang mana seorang bhikkhu dapat disebut
terampil dalam unsur-unsur?

Ada, nanda. Terdapat, nanda, dua unsur ini: unsur terkondisi dan unsur tidak
terkondisi. Ketika ia mengetahui dan melihat kedua unsur ini, maka seorang bhikkhu
dapat disebut terampil dalam unsur-unsur.
1081


(LANDASAN-LANDASAN)

10. Tetapi, Yang Mulia, dengan cara bagaimanakah seorang bhikkhu dapat disebut
terampil dalam landasan-landasan?

Terdapat, nanda, enam landasan indria internal dan eksternal ini: mata dan bentuk-
bentuk, telinga dan suara-suara, hidung dan bau-bauan, lidah dan rasa kecapan, badan
dan objek-objek sentuhan, pikiran dan objek-objek pikiran.
1082
Ketika ia mengetahui
dan melihat keenam landasan internal dan eksternal ini, maka seorang bhikkhu dapat
disebut terampil dalam landasan-landasan.

(KEMUNCULAN BERGANTUNGAN)

11. Tetapi, Yang Mulia, dengan cara bagaimanakah seorang bhikkhu dapat disebut
terampil dalam kemunculan bergantungan?
1083


Di sini, nanda, seorang bhikkhu mengetahui sebagai berikut: Jika ini ada, maka
itu terjadi; dengan munculnya ini, maka muncul pula itu. Jika ini tidak ada, maka itu
tidak terjadi; dengan lenyapnya ini, maka lenyap pula itu. Yaitu, dengan ketidak-
tahuan sebagai kondisi, maka bentukan-bentukan [muncul]; dengan bentukan-
bentukan sebagai kondisi, maka kesadaran; dengan kesadaran sebagai kondisi, maka
batin-jasmani; dengan batin-jasmani sebagai kondisi, maka enam landasan; dengan
enam landasan sebagai kondisi, maka kontak; dengan kontak sebagai kondisi, maka
perasaan; dengan perasaan sebagai kondisi, maka ketagihan; dengan ketagihan
sebagai kondisi, maka kemelekatan; dengan kemelekatan sebagai kondisi, maka [64]
penjelmaan; dengan penjelmaan sebagai kondisi, maka kelahiran; dengan kelahiran
sebagai kondisi, maka penuaan dan kematian, dukacita, ratapan, kesakitan, kesedihan,
dan keputus-asaan terjadi. Demikianlah asal-mula dari keseluruhan kumpulan
penderitaan ini.

Tetapi dengan peluruhan tanpa sisa dan lenyapnya ketidak-tahuan, maka lenyap pula
bentukan-bentukan; dengan lenyapnya bentukan-bentukan, maka lenyap pula
kesadaran; dengan lenyapnya kesadaran, maka lenyap pula batin-jasmani; dengan
lenyapnya batin-jasmani, maka lenyap pula enam landasan; dengan lenyapnya enam
landasan, maka lenyap pula kontak; dengan lenyapnya kontak, maka lenyap pula
perasaan; dengan lenyapnya perasaan, maka lenyap pula ketagihan; dengan lenyapnya
ketagihan, maka lenyap pula kemelekatan; dengan lenyapnya kemelekatan, maka
lenyap pula penjelmaan; dengan lenyapnya penjelmaan, maka lenyap pula kelahiran;
dengan lenyapnya kelahiran, maka lenyap pula penuaan dan kematian, dukacita,
ratapan, kesakitan, kesedihan, dan keputus-asaan. Demikianlah lenyapnya
keseluruhan kumpulan penderitaan ini. Dengan cara inilah, nanda, seorang bhikkhu
dapat disebut terampil dalam kemunculan bergantungan.

(YANG MUNGKIN DAN YANG TIDAK MUNGKIN)

12. Tetapi, Yang Mulia, dengan cara bagaimanakah seorang bhikkhu dapat disebut
terampil dalam apa yang mungkin dan apa yang tidak mungkin?

Di sini, nanda, seorang bhikkhu memahami: Adalah mustahil, tidak mungkin
terjadi bahwa seseorang yang memiliki pandangan benar dapat menganggap bentukan
apa pun sebagai kekal tidak ada kemungkinan seperti itu.
1084
Dan ia memahami:
Adalah mungkin bahwa seorang biasa dapat menganggap suatu bentukan sebagai
kekal ada kemungkinan seperti itu. Ia memahami: Adalah mustahil, tidak mungkin
terjadi bahwa seseorang yang memiliki pandangan benar dapat menganggap bentukan
apa pun sebagai menyenangkan tidak ada kemungkinan seperti itu.
1085
Dan ia
memahami: Adalah mungkin bahwa seorang biasa dapat menganggap suatu bentukan
sebagai menyenangkan ada kemungkinan seperti itu. Ia memahami: Adalah
mustahil, tidak mungkin terjadi bahwa seseorang yang memiliki pandangan benar
dapat menganggap apa pun sebagai diri tidak ada kemungkinan seperti itu. Dan ia
memahami: Adalah mungkin bahwa seorang biasa dapat menganggap sesuatu
sebagai diri ada kemungkinan seperti itu.
1086


13. Ia memahami: Adalah mustahil, tidak mungkin terjadi bahwa seseorang yang
memiliki pandangan benar dapat membunuh ibunya tidak ada kemungkinan seperti
itu.
1087
Dan ia memahami: Adalah mungkin bahwa seorang biasa dapat membunuh
ibunya ada kemungkinan seperti itu. Ia memahami: Adalah mustahil, tidak
mungkin terjadi bahwa seseorang yang memiliki pandangan benar dapat membunuh
ayahnya dapat membunuh seorang Arahant tidak ada kemungkinan seperti itu.
Dan ia memahami: Adalah mungkin bahwa seorang biasa dapat membunuh ayahnya
dapat membunuh seorang Arahant ada kemungkinan seperti itu. Ia memahami:
Adalah mustahil, tidak mungkin terjadi bahwa seseorang yang memiliki pandangan
benar dapat, dengan pikiran membenci, melukai seorang Tathgata hingga berdarah
tidak ada kemungkinan seperti itu. Dan ia memahami: Adalah mungkin bahwa
seorang biasa dapat, dengan pikiran membenci, melukai seorang Tathgata hingga
berdarah ada kemungkinan seperti itu. Ia memahami: Adalah mustahil, tidak
mungkin terjadi bahwa seseorang yang memiliki pandangan benar dapat memecah-
belah Sangha dapat menerima ajaran guru lain
1088
tidak ada kemungkinan seperti
itu. Dan ia memahami: Adalah mungkin bahwa seorang biasa dapat memecah-belah
Sangha dapat menerima ajaran guru lain ada kemungkinan seperti itu.

14. Ia memahami: Adalah mustahil, tidak mungkin terjadi bahwa dua orang Yang
Sempurna, Yang Tercerahkan Sempurna dapat muncul pada masa yang sama dalam
satu sistem dunia tidak ada kemungkinan seperti itu.
1089
Dan ia memahami:
Adalah mungkin bahwa satu orang Yang Sempurna, Yang Tercerahkan Sempurna
dapat muncul dalam satu sistem dunia ada kemungkinan seperti itu. Ia memahami:
Adalah mustahil, tidak mungkin terjadi bahwa dua orang Raja Pemutar-Roda dapat
muncul pada masa yang sama dalam satu sistem dunia tidak ada kemungkinan
seperti itu. Dan ia memahami: Adalah mungkin bahwa satu orang Raja Pemutar-
Roda dapat muncul dalam satu sistem dunia ada kemungkinan seperti itu.

15. Ia memahami: Adalah mustahil, tidak mungkin terjadi bahwa seorang
perempuan dapat menjadi seorang Yang Sempurna, seorang Yang Tercerahkan
Sempurna tidak ada kemungkinan seperti itu.
1090
Dan ia memahami: Adalah
mungkin bahwa seorang laki-laki dapat menjadi seorang Yang Sempurna, seorang
Yang Tercerahkan Sempurna ada kemungkinan seperti itu. Ia memahami: Adalah
mustahil, tidak mungkin terjadi bahwa seorang perempuan dapat menjadi seorang
Raja Pemutar-Roda bahwa seorang perempuan dapat menempati posisi Sakka [66]
bahwa seorang perempuan dapat menempati posisi Mra bahwa seorang
perempuan dapat menempati posisi Brahm tidak ada kemungkinan seperti itu. Dan
ia memahami: Adalah mungkin bahwa seorang laki-laki dapat menjadi seorang Raja
Pemutar-Roda bahwa seorang laki-laki dapat menempati posisi Sakka bahwa
seorang laki-laki dapat menempati posisi Mra bahwa seorang laki-laki dapat
menempati posisi Brahm ada kemungkinan seperti itu.

16. Ia memahami: Adalah mustahil, tidak mungkin terjadi bahwa suatu akibat yang
diharapkan, diinginkan, menyenangkan dapat dihasilkan dari perilaku jasmani yang
salah perilaku ucapan yang salah perilaku pikiran yang salah - tidak ada
kemungkinan seperti itu. Dan ia memahami: Adalah mungkin bahwa suatu akibat
yang tidak diharapkan, tidak diinginkan, tidak menyenangkan dapat dihasilkan dari
perilaku jasmani yang salah perilaku ucapan yang salah perilaku pikiran yang
salah - ada kemungkinan seperti itu.

17. Ia memahami: Adalah mustahil, tidak mungkin terjadi bahwa suatu akibat yang
tidak diharapkan, tidak diinginkan, tidak menyenangkan dapat dihasilkan dari
perilaku jasmani yang baik perilaku ucapan yang baik perilaku pikiran yang baik
- tidak ada kemungkinan seperti itu. Dan ia memahami: Adalah mungkin terjadi
bahwa suatu akibat yang diharapkan, diinginkan, menyenangkan dapat dihasilkan dari
perilaku jasmani yang baik perilaku ucapan yang baik perilaku pikiran yang
baik - ada kemungkinan seperti itu.

18. Ia memahami: Adalah mustahil, tidak mungkin terjadi bahwa seseorang yang
menekuni perbuatan salah dalam jasmani [67] menekuni perbuatan salah dalam
ucapan menekuni perbuatan salah dalam pikiran dapat karena hal itu, karena alasan
itu, ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, muncul kembali di alam bahagia,
bahkan di alam surga tidak ada kemungkinan seperti itu.
1091
Dan ia memahami:
Adalah mungkin bahwa seseorang yang menekuni perbuatan salah dalam jasmani
menekuni perbuatan salah dalam ucapan menekuni perbuatan salah dalam pikiran
dapat karena hal itu, karena alasan itu, ketika hancurnya jasmani, setelah kematian,
muncul kembali di alam menderita, di alam yang tidak bahagia, dalam kesengsaraan,
bahkan di neraka ada kemungkinan seperti itu.

19. Ia memahami: Adalah mustahil, tidak mungkin terjadi bahwa seseorang yang
menekuni perbuatan benar dalam jasmani [67] menekuni perbuatan benar dalam
ucapan menekuni perbuatan benar dalam pikiran dapat karena hal itu, karena
alasan itu, ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, muncul kembali di alam
menderita, di alam yang tidak bahagia, dalam kesengsaraan, bahkan di neraka tidak
ada kemungkinan seperti itu. Dan ia memahami: Adalah mungkin bahwa seseorang
yang menekuni perbuatan benar dalam jasmani menekuni perbuatan benar dalam
ucapan menekuni perbuatan benar dalam pikiran dapat karena hal itu, karena
alasan itu, ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, muncul kembali di alam
bahagia, bahkan di alam surga ada kemungkinan seperti itu.

Dengan cara inilah, nanda, seorang bhikkhu dapat disebut terampil dalam apa yang
mungkin dan apa yang tidak mungkin.

(PENUTUP)

20. Ketika hal ini dikatakan, Yang Mulia nanda berkata kepada Sang Bhagav:
Sungguh mengagumkan, Yang Mulia, sungguh menakjubkan! Apakah nama dari
khotbah Dhamma ini?

Engkau boleh mengingat khotbah Dhamma ini, nanda, sebagai Banyak Jenis
Unsur dan sebagai Empat Putaran
1092
dan sebagai Cermin Dhamma dan sebagai
Tambur Keabadian dan sebagai Kemenangan Tertinggi dalam Peperangan.

Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagav. Yang Mulia nanda merasa puas
dan gembira mendengar kata-kata Sang Bhagav.




116 Isigili Sutta
Isigili: Kerongkongan Para Petapa




[68] 1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR.
1093
Pada suatu ketika Sang Bhagav
sedang menetap Di Rjagaha, di Isigili Kerongkongan Para Petapa. Di sana Beliau
memanggil para bhikkhu sebagai berikut: Para bhikkhu. Yang Mulia, mereka
menjawab. Sang Bhagav berkata sebagai berikut:

2. Para bhikkhu, apakah kalian melihat Gunung Vebhra itu?
1094
Ya, Yang
Mulia.

Dulunya ada nama lain, sebutan lain, untuk Gunung Vebhra itu. Apakah kalian
melihat, Para Bhikkhu, Gunung Paava itu? Ya, Yang Mulia.

Dulunya ada nama lain, sebutan lain, untuk Gunung Paava itu. Apakah kalian
melihat, Para Bhikkhu, Gunung Vepulla itu? Ya, Yang Mulia.

Dulunya ada nama lain, sebutan lain, untuk Gunung Vepulla itu. Apakah kalian
melihat, Para Bhikkhu, Gunung Gijjhakua itu Puncak Nasar itu? Ya, Yang
Mulia.

Dulunya ada nama lain, sebutan lain, untuk Gunung Gijjhakua itu Puncak Nasar
itu. Apakah kalian melihat, Para Bhikkhu, Gunung Isigili itu Kerongkongan Para
petapa? Ya, Yang Mulia.

3. Dulunya ada nama lain, sebutan lain, untuk Gunung Isigili Kerongkongan Para
Petapa itu. karena di masa lalu lima ratus paccekabuddha
1095
menetap lama di gunung
ini, Kerongkongan Para Petapa ini. Mereka terlihat memasuki bukit ini; begitu masuk,
mereka tidak terlihat lagi. Orang-orang yang menyaksikan ini berkata: Gunung ini
menelan para petapa ini.
1096
Dan oleh karena itulah maka dinamakan Kerongkongan
Para Petapa. Aku akan memberitahu kalian, para bhikkhu, nama-nama para
paccekabuddha ini, Aku akan menyampaikan kepada kalian nama-nama para
paccekabuddha ini, Aku akan mengajarkan kepada kalian [69] nama-nama para
paccekabuddha ini. Dengarkan dan perhatikanlah pada apa yang akan Kukatakan.
Baik, Yang Mulia, para bhikkhu menjawab. Sang Bhagav berkata sebagai berikut:

4. Para bhikkhu, Paccekabuddha Ariha menetap lama di Gunung Isigili.
Paccekabuddha Upariha menetap lama di Gunung Isigili. Paccekabuddha
Tagarasikhin
1097
Yasassin Sudassana Piyadassin Gandhra Piola
Upsabha Nitha Tatha Sutav Bhvitatta menetap lama di Gunung Isigili.

5. Makhluk-makhluk suci ini, tanpa keinginan, bebas dari penderitaan,
Yang masing-masing mencapai pencerahan oleh dirinya sendiri
Dengarkanlah Aku mengucapkan nama-nama orang-orang ini, Yang Termulia
Di antara manusia, yang telah mencabut anak panah [kesakitan].

Ariha, Upariha, Tagarasikhin, Yasassin,
Sudassana, dan Piyadassin yang tercerahkan,
Gandhra, Piola, serta Upsabha,
Ntha, Tath, Sutava, Bhvitatta. [70]

6. Sumbha, Subha, Methula, dan Ahama,
1098

Kemudian Assumegha, Angha, Sudha
Dan Hing, dan Hinga, yang sangat perkasa,
Para paccekabuddha yang telah menghancurkan saluran menuju penjelmaan.

Dua bijaksana bernama Jli, dan Ahaka,
Kemudian Kosala yang tercerahkan, kemudian Subhu,
Upanemi, dan Nemi, dan Santacitta
Baik dan benar, bersih dan bijaksana.

Ka, Upaka, Vijita, dan Jita;
Anga, dan panga, dan Gutijjita juga;
Passin menaklukkan perolehan, akar penderitaan;
Aparjita menaklukkan kekuatan Mra.

Satthar, Pavattar, Sarabhanga, Lomahasa,
Uccangamya, Asita, Ansava,
Manomaya, dan Bhandumant yang bebas dari kebanggaan,
Taddhimuta yang tanpa noda dan gemilang;

Ketumbarga, Mtanga, dan Ariya,
Kemudian Accuta, Accutagma, Bymaka,
Sumangala, Dabbila, Supatihita,
Asayha, Khembhirata, dan Sorata,

Durannaya, Sangha, dan kemudian Ujjaya;
Sang bijaksana lainnya, Sayha, pejuang mulia.
Dan dua belas di antaranya para nanda, Nanda, dan Upananda
Dan Bhradvja yang membawa jasmani terakhirnya;

Kemudian Bodhi, Mahnma yang tertinggi,
Bhradvja dengan kepala berambut indah;
Tisa dan Upatissa yang tidak terikat pada penjelmaan;
Upasdarin, dan Sidarin, yang bebas dari ketagihan.

Mangala yang tercerahkan, bebas dari nafsu;
Usabha memotong jaring, akar penderitaan.
Upanita mencapai kondisi kedamaian,
Murni, unggul, dinamai dengan benar.

Jeta, Jayanta, Paduma, dan Uppala,
Padumuttara, Rakkhita, dan pabbata, [71]
Mnatthaddha yang agung, Vtarga
Dan Kaha yang tercerahkan dengan pikiran terbebaskan.

7. Orang-orang ini dan juga para paccekabuddha lainnya yang mulia dan
perkasa
Yang tidak lagi mengarah menuju penjelmaan
Hormatilah para bijaksana ini yang, setelah melampaui segala ikatan,
Telah mencapai Nibbna akhir, melampaui segala ukuran.



117 Mahcattarisaka Sutta
Empat Puluh Besar




1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagav sedang
menetap Di Svatth di Hutan Jeta, Taman Anthapiika. Di sana Beliau memanggil
para bhikkhu sebagai berikut: Para bhikkhu. Yang Mulia, mereka menjawab.
Sang Bhagav berkata sebagai berikut:

2. Para bhikkhu, Aku akan mengajarkan kepada kalian tentang konsentrasi benar
yang mulia dan pendukung serta persyaratannya.
1099
Dengarkan dan perhatikanlah
pada apa yang akan Kukatakan. Baik, Yang Mulia, para bhikkhu menjawab.
Sang Bhagav berkata sebagai berikut:

3. Apakah, para bhikkhu, konsentrasi benar yang mulia dengan pendukung serta
persyaratannya, yaitu, pandangan benar, kehendak benar, ucapan benar, perbuatan
benar, penghidupan benar, usaha benar, dan perhatian benar? Keterpusatan pikiran
yang dilengkapi dengan ketujuh faktor ini disebut konsentrasi benar yang mulia
dengan pendukung serta perlengkapannya.

(PANDANGAN)

4. Di sana, para bhikkhu, pandangan benar muncul dalam urutan pertama.
1100
Dan
bagaimanakah pandangan benar muncul dalam urutan pertama? Seseorang memahami
pandangan salah sebagai pandangan salah dan pandangan benar sebagai pandangan
benar: ini adalah pandangan benar seseorang.
1101


5. Dan apakah, para bhikkhu, pandangan salah? Tidak ada yang diberikan, tidak ada
yang dipersembahkan, tidak ada yang dikorbankan; tidak ada buah atau akibat dari
perbuatan baik dan buruk; tidak ada dunia ini, tidak ada dunia lain; tidak ada ibu,
tidak ada ayah; tidak ada makhluk-makhluk yang terlahir kembali secara spontan;
tidak ada [72] para petapa dan brahmana yang baik dan mulia di dunia ini yang telah
menembus oleh diri mereka sendiri dengan pengetahuan langsung dan menyatakan
dunia ini dan dunia lain. Ini adalah pandangan salah.

6. Dan apakah, para bhikkhu, pandangan benar? Pandangan benar, Aku katakan, ada
dua jenis: ada pandangan benar yang terpengaruh oleh noda-noda, berhubungan
dengan kebajikan, dan matang dalam perolehan;
1102
dan ada pandangan benar yang
mulia, tanpa noda, melampaui keduniawian, sebuah faktor dari sang jalan.

7. Dan apakah, para bhikkhu, pandangan benar yang terpengaruh oleh noda-noda,
berhubungan dengan kebajikan, dan matang dalam perolehan? Ada yang diberikan
dan ada yang dipersembahkan dan ada yang dikorbankan; ada buah atau akibat dari
perbuatan baik dan buruk; ada dunia ini dan dunia lain; ada ibu dan ayah; ada
makhluk-makhluk yang terlahir kembali secara spontan; ada para petapa dan
brahmana yang baik dan mulia di dunia ini yang telah menembus oleh diri mereka
sendiri dengan pengetahuan langsung dan menyatakan dunia ini dan dunia lain. Ini
adalah pandangan benar yang terpengaruh oleh noda-noda, berhubungan dengan
kebajikan, dan matang dalam perolehan.

8. Dan apakah, para bhikkhu, pandangan benar yang mulia, tanpa noda, melampaui
keduniawian, sebuah faktor dari sang jalan? Kebijaksanaan, indria kebijaksanaan,
kekuatan kebijaksanaan, faktor pencerahan penyelidikan kondisi-kondisi, faktor sang
jalan pandangan benar dalam diri seseorang yang pikirannya mulia, yang pikirannya
tanpa noda, yang memiliki jalan mulia dan yang mengembangkan jalan mulia:
1103
ini
adalah pandangan benar yang mulia, tanpa noda, melampaui keduniawian, sebuah
faktor dari sang jalan,

9. Seseorang berusaha untuk meninggalkan pandangan salah dan memasuki
pandangan benar: ini adalah usaha benar seseorang. Dengan penuh perhatian
meninggalkan pandangan salah, dengan penuh perhatian memasuki dan berdiam
dalam pandangan benar: ini adalah perhatian benar seseorang. Demikianlah ketiga
kondisi ini berlangsung dan berputar di sekeliling pandangan benar, yaitu, pandangan
benar, usaha benar, dan perhatian benar.
1104


(KEHENDAK)

10. Di sana, para bhikkhu, pandangan benar muncul dalam urutan pertama. Dan
bagaimanakah pandangan benar muncul dalam urutan pertama? Seseorang memahami
kehendak salah sebagai kehendak salah dan kehendak benar sebagai kehendak benar:
ini adalah [73] pandangan benar seseorang.
1105


11. Dan apakah, para bhikkhu, kehendak salah? Kehendak keinginan indria,
kehendak permusuhan, dan kehendak kekejaman: ini adalah kehendak salah.

12. Dan apakah, para bhikkhu, kehendak benar? Kehendak benar, Aku katakan, ada
dua jenis: ada kehendak benar yang terpengaruh oleh noda-noda, berhubungan dengan
kebajikan, dan matang dalam perolehan dan ada kehendak benar yang mulia, tanpa
noda, melampaui keduniawian, sebuah faktor dari sang jalan.

13. Dan apakah, para bhikkhu, kehendak benar yang terpengaruh oleh noda-noda,
berhubungan dengan kebajikan, dan matang dalam perolehan? Kehendak
meninggalkan keduniawian, kehendak tanpa permusuhan, dan kehendak tanpa
kekejaman:
1106
ini adalah kehendak benar yang terpengaruh oleh noda-noda ... matang
dalam perolehan.

14. Dan apakah, para bhikkhu, kehendak benar yang mulia, tanpa noda, melampaui
keduniawian, sebuah faktor dari sang jalan? Pemikiran, pikiran, kehendak, absorpsi
pikiran, ketetapan pikiran, pengarahan pikiran, bentukan ucapan dalam diri seseorang
yang pikirannya mulia, yang pikirannya tanpa noda, yang memiliki jalan mulia dan
yang mengembangkan jalan mulia:
1107
ini adalah kehendak benar yang mulia ...
sebuah faktor dari sang jalan.

15. Seseorang berusaha untuk meninggalkan kehendak salah dan memasuki
kehendak benar: ini adalah usaha benar seseorang. Dengan penuh perhatian
meninggalkan kehendak salah, dengan penuh perhatian memasuki dan berdiam dalam
kehendak benar: ini adalah perhatian benar seseorang. Demikianlah ketiga kondisi ini
berlangsung dan berputar di sekeliling kehendak benar, yaitu, pandangan benar, usaha
benar, dan perhatian benar.
1108


(UCAPAN)

16. Di sana, para bhikkhu, pandangan benar muncul dalam urutan pertama. Dan
bagaimanakah pandangan benar muncul dalam urutan pertama? Seseorang memahami
ucapan salah sebagai ucapan salah dan ucapan benar sebagai ucapan benar: ini adalah
pandangan benar seseorang.

17, Dan apakah, para bhikkhu, ucapan salah? Kebohongan, ucapan fitnah, ucapan
kasar, dan gosip: ini adalah ucapan salah.

18. Dan apakah, para bhikkhu, ucapan benar? Ucapan benar, Aku katakan, ada dua
jenis: ada ucapan benar yang terpengaruh oleh noda-noda, berhubungan dengan
kebajikan, dan matang dalam perolehan dan ada [74] ucapan benar yang mulia, tanpa
noda, melampaui keduniawian, sebuah faktor dari sang jalan.

19. Dan apakah, para bhikkhu, ucapan benar yang terpengaruh oleh noda-noda,
berhubungan dengan kebajikan, dan matang dalam perolehan? Menghindari
kebohongan, menghindari ucapan fitnah, menghindari ucapan kasar, menghindari
gosip: ini adalah ucapan benar yang terpengaruh oleh noda-noda, berhubungan
dengan kebajikan, dan matang dalam perolehan.

20. Dan apakah, para bhikkhu, ucapan benar yang mulia, tanpa noda, melampaui
keduniawian, sebuah faktor dari sang jalan? Pemberhentian empat jenis perilaku
ucapan yang salah, tidak melakukan, penahanan diri, penghindaran dari perilaku
ucapan yang salah dalam diri seseorang yang pikirannya mulia, yang pikirannya tanpa
noda, yang memiliki jalan mulia dan yang mengembangkan jalan mulia:
1109
ini adalah
ucapan benar yang mulia ... sebuah faktor dari sang jalan.

21. Seseorang berusaha untuk meninggalkan ucapan salah dan memasuki ucapan
benar: ini adalah usaha benar seseorang. Dengan penuh perhatian meninggalkan
ucapan salah, dengan penuh perhatian memasuki dan berdiam dalam ucapan benar: ini
adalah perhatian benar seseorang. Demikianlah ketiga kondisi ini berlangsung dan
berputar di sekeliling ucapan benar, yaitu, pandangan benar, usaha benar, dan
perhatian benar.

(PERBUATAN)

22. Di sana, para bhikkhu, pandangan benar muncul dalam urutan pertama. Dan
bagaimanakah pandangan benar muncul dalam urutan pertama? Seseorang memahami
perbuatan salah sebagai perbuatan salah dan perbuatan benar sebagai perbuatan benar:
ini adalah pandangan benar seseorang.

23, Dan apakah, para bhikkhu, perbuatan salah? Membunuh makhluk-makhluk
hidup, mengambil apa yang tidak diberikan, dan perilaku salah dalam kenikmatan
indria: ini adalah perbuatan salah.

24. Dan apakah, para bhikkhu, perbuatan benar? Perbuatan benar, Aku katakan, ada
dua jenis: ada perbuatan benar yang terpengaruh oleh noda-noda, berhubungan
dengan kebajikan, dan matang dalam perolehan; dan ada perbuatan benar yang mulia,
tanpa noda, melampaui keduniawian, sebuah faktor dari sang jalan.

25. Dan apakah, para bhikkhu, perbuatan benar yang terpengaruh oleh noda-noda,
berhubungan dengan kebajikan, dan matang dalam perolehan? Menghindari
membunuh makhluk-makhluk hidup, menghindari mengambil apa yang tidak
diberikan, menghindari perilaku salah dalam kenikmatan indria: ini adalah perbuatan
benar yang terpengaruh oleh noda-noda, berhubungan dengan kebajikan, dan matang
dalam perolehan.

26. Dan apakah, para bhikkhu, perbuatan benar yang mulia, tanpa noda, melampaui
keduniawian, sebuah faktor dari sang jalan? Pemberhentian dari tiga jenis perilaku
jasmani yang salah, tidak melakukan, penahanan diri, penghindaran dari perilaku
jasmani yang salah dalam diri seseorang yang pikirannya mulia, yang pikirannya
tanpa noda, yang memiliki jalan mulia dan yang mengembangkan jalan mulia: ini
adalah perbuatan benar [75] yang mulia ... sebuah faktor dari sang jalan.

27. Seseorang berusaha untuk meninggalkan perbuatan salah dan memasuki
perbuatan benar: ini adalah usaha benar seseorang. Dengan penuh perhatian
meninggalkan perbuatan salah, dengan penuh perhatian memasuki dan berdiam dalam
perbuatan benar: ini adalah perhatian benar seseorang. Demikianlah ketiga kondisi ini
berlangsung dan berputar di sekeliling perbuatan benar, yaitu, pandangan benar, usaha
benar, dan perhatian benar.

(PENGHIDUPAN)

28. Di sana, para bhikkhu, pandangan benar muncul dalam urutan pertama. Dan
bagaimanakah pandangan benar muncul dalam urutan pertama? Seseorang memahami
penghidupan salah sebagai penghidupan salah dan penghidupan benar sebagai
penghidupan benar: ini adalah pandangan benar seseorang.

29, Dan apakah, para bhikkhu, penghidupan salah? Berkomplot, membujuk,
mengisyaratkan, merendahkan, mengejar keuntungan dengan keuntungan: ini adalah
penghidupan salah.
1110


30. Dan apakah, para bhikkhu, penghidupan benar? penghidupan benar, Aku
katakan, ada dua jenis: ada penghidupan benar yang terpengaruh oleh noda-noda,
berhubungan dengan kebajikan, dan matang dalam perolehan; dan ada penghidupan
benar yang mulia, tanpa noda, melampaui keduniawian, sebuah faktor dari sang jalan.

31. Dan apakah, para bhikkhu, penghidupan benar yang terpengaruh oleh noda-noda,
berhubungan dengan kebajikan, dan matang dalam perolehan? Di sini, para bhikkhu,
seorang siswa mulia meninggalkan penghidupan salah dan memperoleh
penghidupannya melalui penghidupan benar: ini adalah penghidupan benar yang
terpengaruh oleh noda-noda ... matang dalam perolehan.

32. Dan apakah, para bhikkhu, penghidupan benar yang mulia, tanpa noda,
melampaui keduniawian, sebuah faktor dari sang jalan? Pemberhentian dari
penghidupan salah, tidak melakukan, penahanan diri, penghindaran dari penghidupan
salah dalam diri seseorang yang pikirannya mulia, yang pikirannya tanpa noda, yang
memiliki jalan mulia dan yang mengembangkan jalan mulia: ini adalah penghidupan
benar yang mulia ... sebuah faktor dari sang jalan.

33. Seseorang berusaha untuk meninggalkan penghidupan salah dan memasuki
penghidupan benar: ini adalah usaha benar seseorang. Dengan penuh perhatian
meninggalkan penghidupan salah, dengan penuh perhatian memasuki dan berdiam
dalam penghidupan benar: ini adalah perhatian benar seseorang. Demikianlah ketiga
kondisi ini berlangsung dan berputar di sekeliling penghidupan benar, yaitu,
pandangan benar, usaha benar, dan perhatian benar.

(EMPAT PULUH BESAR)

34. Di sana, para bhikkhu, pandangan benar muncul dalam urutan pertama. Dan
bagaimanakah pandangan benar muncul dalam urutan pertama? [76] Pada seorang
yang memiliki pandangan benar, muncul kehendak benar;
1111
pada seorang yang
memiliki kehendak benar, muncul ucapan benar; pada seorang yang memiliki ucapan
benar, muncul perbuatan benar; pada seorang yang memiliki perbuatan benar, muncul
penghidupan benar; pada seorang yang memiliki penghidupan benar, muncul usaha
benar; pada seorang yang memiliki usaha benar, muncul perhatian benar; pada
seorang yang memiliki perhatian benar, muncul konsentrasi benar; pada seorang yang
memiliki konsentrasi benar, muncul pengetahuan benar; pada seorang yang memiliki
pengetahuan benar, muncul kebebasan benar. Demikianlah, para bhikkhu, jalan dari
siswa yang dalam latihan lebih tinggi memiliki delapan faktor, Arahant memiliki
sepuluh faktor.
1112


35. Di sana, para bhikkhu, pandangan benar muncul dalam urutan pertama. Dan
bagaimanakah pandangan benar muncul dalam urutan pertama? Pada seorang yang
memiliki pandangan benar, pandangan salah dilenyapkan, dan banyak kondisi tidak
bermanfaat yang berasal-mula dengan pandangan salah sebagai kondisi juga
dilenyapkan, dan banyak kondisi bermanfaat yang berasal-mula dengan pandangan
benar sebagai kondisi menjadi terpenuhi melalui pengembangan.

Pada seorang yang memiliki kehendak benar, kehendak salah dilenyapkan, dan
banyak kondisi tidak bermanfaat yang berasal-mula dengan kehendak salah sebagai
kondisi juga dilenyapkan, dan banyak kondisi bermanfaat yang berasal-mula dengan
kehendak benar sebagai kondisi menjadi terpenuhi melalui pengembangan.

Pada seorang yang memiliki ucapan benar, ucapan salah dilenyapkan Pada
seorang yang memiliki perbuatan benar, perbuatan salah dilenyapkan Pada seorang
yang memiliki penghidupan benar, penghidupan salah dilenyapkan [77] Pada
seorang yang memiliki usaha benar, usaha salah dilenyapkan Pada seorang yang
memiliki perhatian benar, perhatian salah dilenyapkan Pada seorang yang memiliki
konsentrasi benar, konsentrasi salah dilenyapkan Pada seorang yang memiliki
pengetahuan benar, pengetahuan salah dilenyapkan Pada seorang yang memiliki
kebebasan benar, kebebasan salah dilenyapkan, dan banyak kondisi tidak bermanfaat
yang berasal-mula dengan kebebasan salah sebagai kondisi juga dilenyapkan, dan
banyak kondisi bermanfaat yang berasal-mula dengan kebebasan benar sebagai
kondisi menjadi terpenuhi melalui pengembangan.

36. Demikianlah, para bhikkhu, terdapat dua puluh faktor pada sisi tidak bermanfaat,
dan terdapat dua puluh faktor pada sisi bermanfaat.
1113
Khotbah Dhamma tentang
Empat Puluh Besar ini telah diputar dan tidak dapat dihentikan oleh petapa atau
brahmana atau dewa atau Mra atau Brahm mana pun atau siapa pun di dunia.

37. Para bhikkhu, jika petapa atau brahmana manapun berpikir bahwa Khotbah
Dhamma tentang Empat Puluh Besar ini harus dicela dan ditolak, maka ada sepuluh
kesimpulan sah dari pernyataan mereka yang memberikan dasar untuk mencela
mereka di sini dan saat ini. Jika yang mulia itu mencela pandangan benar, maka ia
tentu menghormati dan memuji para petapa dan brahmana yang memiliki pandangan
salah. Jika yang mulia itu mencela kehendak benar, [78] maka ia tentu menghormati
dan memuji para petapa dan brahmana yang memiliki kehendak salah. Jika yang
mulia itu mencela ucapan benar perbuatan benar penghidupan benar usaha
benar perhatian benar konsentrasi benar pengetahuan benar kebebasan
benar, maka ia tentu menghormati dan memuji para petapa dan brahmana yang
memiliki kebebasan salah. jika petapa atau brahmana manapun berpikir bahwa
Khotbah Dhamma tentang Empat Puluh Besar ini harus dicela dan ditolak, maka ada
sepuluh kesimpulan sah dari pernyataan mereka yang memberikan dasar untuk
mencela mereka di sini dan saat ini.

38. Para bhikkhu, bahkan para guru dari Okkala, Vassa dan Bhaa,
1114
yang
menganut doktrin non-kausalitas, doktrin tidak-berbuat, dan doktrin nihilisme, tidak
akan berpikir bahwa Khotbah Dhamma tentang Empat Puluh Besar ini harus dicela
dan ditolak. Mengapakah? Karena takut disalahkan, diserang, dan dibantah.

Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagav. Para bhikkhu merasa puas dan
gembira mendengar kata-kata Sang Bhagav.


118 npnasati Sutta
Perhatian pada Pernafasan




(BAGIAN PENDAHULUAN)

1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagav sedang
menetap di Svatth di Taman Timur, di Istana ibunya Migra, bersama dengan
banyak siswa senior terkenal Yang Mulia Sriputta, Yang Mulia Mah Moggallna,
Yang Mulia Mah Kassapa, Yang Mulia Mah Kaccna, Yang Mulia Mah Kohita,
Yang Mulia Mah Kappina, Yang Mulia Mah Cunda, [79] Yang Mulia Anuruddha,
Yang Mulia Revata, Yang Mulia nanda, dan para siswa senior terkenal lainnya.

2. Pada saat itu para bhikkhu senior sedang mengajar dan memberikan instruksi
kepada para bhikkhu baru; beberapa bhikkhu senior sedang mengajar dan
memberikan instruksi kepada sepuluh bhikkhu, beberapa bhikkhu senior sedang
mengajar dan memberikan instruksi kepada dua puluh bhikkhu tiga puluh
empat puluh bhikkhu. Dan para bhikkhu baru itu, setelah diajari dan diberikan
instruksi oleh para bhikkhu senior, telah mencapai tingkat-tingkat keluhuran tinggi
berturut-turut.

3. Pada saat itu hari Uposatha tanggal lima belas, pada malam purnama dalam
upacara Pavra
1115
- Sang Bhagav duduk di ruang terbuka dikelilingi oleh Sangha
para bhikkhu. Kemudian, sambil mengamati keheningan Sangha para bhikkhu, Beliau
berkata sebagai berikut:

4. Para bhikkhu, Aku puas dengan kemajuan ini. PikiranKu puas dengan kemajuan
ini. Maka bangkitkanlah lebih banyak kegigihan lagi untuk mencapai yang belum
tercapai, untuk memperoleh apa yang belum diperoleh, untuk menembus apa yang
belum ditembus. Aku akan tetap berada di sini di Svatth hingga bulan purnama
Komud di bulan ke empat.
1116


5. Para bhikkhu dari luar kota mendengar: Sang Bhagav akan tetap berada di
Svatth hingga bulan purnama Komud di bulan ke empat. Dan para bhikkhu dari
luar kota datang ke Svatth untuk menemui Sang Bhagav.

6. Dan para bhikkhu senior semakin intensif mengajar dan memberikan instruksi
kepada para bhikkhu baru; beberapa bhikkhu senior mengajar dan memberikan
instruksi kepada sepuluh bhikkhu, beberapa bhikkhu senior mengajar dan
memberikan instruksi kepada dua puluh bhikkhu tiga puluh empat puluh
bhikkhu. Dan para bhikkhu baru itu, setelah diajari dan diberikan instruksi oleh para
bhikkhu senior, [80] mencapai tingkat-tingkat keluhuran tinggi berturut-turut.

7. Pada saat itu hari Uposatha tanggal lima belas, pada malam purnama Komud di
bulan ke empat - Sang Bhagav duduk di ruang terbuka dikelilingi oleh Sangha para
bhikkhu. Kemudian, sambil mengamati keheningan Sangha para bhikkhu, Beliau
berkata sebagai berikut:

8. Para bhikkhu, kelompok ini bebas dari obrolan, kelompok ini bebas dari para
pengoceh. Murni terdiri dari hanya inti kayu. Demikianlah Sangha para bhikkhu,
demikianlah kelompok ini. Kelompok yang demikian adalah layak menerima
pemberian, layak menerima keramahan, layak menerima persembahan, layak
menerima penghormatan, lahan jasa yang tiada bandingnya di dunia ini demikianlah
Sangha para bhikkhu, demikianlah kelompok ini. Kelompok yang sedemikian
sehingga pemberian kecil yang diberikan kepada kelompok itu akan menjadi besar
dan pemberian besar menjadi lebih besar demikianlah Sangha para bhikkhu,
demikianlah kelompok ini. Kelompok yang sedemikian yang jarang terlihat di dunia
ini demikianlah Sangha para bhikkhu, demikianlah kelompok ini. Kelompok yang
sedemikian sehingga layak menempuh perjalan sejauh banyak liga dengan membawa
tas perjalanan untuk menemuinya demikianlah Sangha para bhikkhu, demikianlah
kelompok ini.

9. Dalam Sangha para bhikkhu ini terdapat para bhikkhu yang adalah para Arahant
dengan noda-noda dihancurkan, yang telah menjalani kehidupan suci, telah
melakukan apa yang harus dilakukan, telah menurunkan beban, telah mencapai tujuan
mereka, telah menghancurkan belenggu-belenggu penjelmaan, dan sepenuhnya
terbebaskan melalui pengetahuan akhir para bhikkhu demikian ada dalam Sangha
para bhikkhu ini.

10. Dalam Sangha para bhikkhu ini terdapat para bhikkhu yang, dengan hancurnya
lima belenggu yang lebih rendah, akan muncul kembali secara spontan [di Alam
Murni] dan di sana mencapai Nibbna akhir, tanpa pernah kembali dari alam itu - para
bhikkhu demikian ada dalam Sangha para bhikkhu ini.

11. Dalam Sangha para bhikkhu ini terdapat para bhikkhu yang, dengan hancurnya
tiga belenggu yang lebih rendah dan dengan melemahnya nafsu, kebencian, dan
delusi, telah menjadi yang-kembali-sekali, hanya kembali satu kali ke alam ini [81]
untuk mengakhiri penderitaan - para bhikkhu demikian ada dalam Sangha para
bhikkhu ini.

12. Dalam Sangha para bhikkhu ini terdapat para bhikkhu yang, dengan hancurnya
tiga belenggu yang lebih rendah, adalah para pemasuk-arus, tidak mungkin lagi jatuh
ke dalam kesengsaraan, pasti [mencapai kebebasan], mengarah menuju pencerahan -
para bhikkhu demikian ada dalam Sangha para bhikkhu ini.

13. Dalam Sangha para bhikkhu ini terdapat para bhikkhu yang berdiam dengan
menekuni pengembangan empat landasan perhatian - para bhikkhu demikian ada
dalam Sangha para bhikkhu ini. Dalam Sangha para bhikkhu ini terdapat para bhikkhu
yang berdiam dengan menekuni empat jenis usaha benar empat landasan kekuatan
batin lima indria lima kekuatan tujuh faktor pencerahan Jalan Mulia
Berunsur Delapan - para bhikkhu demikian ada dalam Sangha para bhikkhu ini.

14. Dalam Sangha para bhikkhu ini terdapat para bhikkhu yang berdiam dengan
menekuni pengembangan cinta-kasih [82] belas kasihan kegembiraan altruistik
keseimbangan meditasi kejijikan persepsi ketidak-kekalan - para bhikkhu
demikian ada dalam Sangha para bhikkhu ini. Dalam Sangha para bhikkhu ini
terdapat para bhikkhu yang berdiam dengan menekuni pengembangan perhatian pada
pernafasan.

(PERHATIAN PADA PERNAFASAN)

15. Para bhikkhu, ketika perhatian pada pernafasan dikembangkan dan dilatih, maka
hal itu berbuah besar dan bermanfaat besar. Ketika perhatian pada pernafasan
dikembangkan dan dilatih, maka hal itu memenuhi empat landasan perhatian. Ketika
empat landasan perhatian dikembangkan dan dilatih, maka hal itu memenuhi tujuh
faktor pencerahan. Ketika tujuh faktor pencerahan dikembangkan dan dilatih, maka
hal itu memenuhi pengetahuan sejati dan kebebasan.

16. Dan bagaimanakah, para bhikkhu, perhatian pada pernafasan dikembangkan dan
dilatih, sehingga berbuah besar dan bermanfaat besar?

17. Di sini seorang bhikkhu, pergi ke hutan atau ke bawah pohon atau ke gubuk
kosong, duduk bersila, menegakkan tubuhnya, dan menegakkan perhatian di
depannya, dengan penuh perhatian ia menarik nafas, penuh perhatian ia
mengembuskan nafas.

18. Menarik nafas panjang, ia memahami:
1117
Aku menarik nafas panjang; atau
mengembuskan nafas panjang, ia memahami: Aku mengembuskan nafas panjang.
Menarik nafas pendek, ia memahami: Aku menarik nafas pendek; atau
mengembuskan nafas pendek, ia memahami: Aku mengembuskan nafas pendek. Ia
berlatih sebagai berikut: Aku akan menarik nafas dengan mengalami seluruh tubuh
[nafas]; ia berlatih sebagai berikut: Aku akan mengembuskan nafas dengan
mengalami seluruh tubuh [nafas]. Ia berlatih sebagai berikut: Aku akan menarik
nafas dengan menenangkan bentukan jasmani; ia berlatih sebagai berikut: Aku akan
mengembuskan nafas dengan menenangkan bentukan jasmani.

19. Ia berlatih sebagai berikut: Aku akan menarik nafas dengan mengalami sukacita;
ia berlatih sebagai berikut: Aku akan mengembuskan nafas dengan mengalami
sukacita.
1118
Ia berlatih sebagai berikut: Aku akan menarik nafas dengan mengalami
kenikmatan; [83] ia berlatih sebagai berikut: Aku akan mengembuskan nafas dengan
mengalami kenikmatan. Ia berlatih sebagai berikut: Aku akan menarik nafas dengan
mengalami bentukan batin; ia berlatih sebagai berikut: Aku akan mengembuskan
nafas dengan mengalami bentukan batin. Ia berlatih sebagai berikut: Aku akan
menarik nafas dengan menenangkan bentukan batin; ia berlatih sebagai berikut: Aku
akan mengembuskan nafas dengan menenangkan bentukan batin.
1119


20. Ia berlatih sebagai berikut: Aku akan menarik nafas dengan mengalami pikiran;
ia berlatih sebagai berikut: Aku akan mengembuskan nafas dengan mengalami
pikiran. Ia berlatih sebagai berikut: Aku akan menarik nafas dengan
menggembirakan pikiran; ia berlatih sebagai berikut: Aku akan mengembuskan
nafas dengan menggembirakan pikiran. Ia berlatih sebagai berikut: Aku akan
menarik nafas dengan mengkonsentrasikan pikiran; ia berlatih sebagai berikut: Aku
akan mengembuskan nafas dengan mengkonsentrasikan pikiran. Ia berlatih sebagai
berikut: Aku akan menarik nafas dengan membebaskan pikiran; ia berlatih sebagai
berikut: Aku akan mengembuskan nafas dengan membebaskan pikiran.
1120


21. Ia berlatih sebagai berikut: Aku akan menarik nafas dengan merenungkan
ketidak-kekalan; ia berlatih sebagai berikut: Aku akan mengembuskan nafas dengan
merenungkan ketidak-kekalan. Ia berlatih sebagai berikut: Aku akan menarik nafas
dengan merenungkan peluruhan; ia berlatih sebagai berikut: Aku akan
mengembuskan nafas dengan merenungkan peluruhan. Ia berlatih sebagai berikut:
Aku akan menarik nafas dengan merenungkan lenyapnya; ia berlatih sebagai
berikut: Aku akan mengembuskan nafas dengan merenungkan lenyapnya. Ia berlatih
sebagai berikut: Aku akan menarik nafas dengan merenungkan lepasnya; ia berlatih
sebagai berikut: Aku akan mengembuskan nafas dengan merenungkan lepasnya.
1121


22. Para bhikkhu, itu adalah bagaimana perhatian pada pernafasan dikembangkan
dan dilatih, sehingga berbuah besar dan bermanfaat besar.

(MEMENUHI EMPAT LANDASAN PERHATIAN)

23. Dan bagaimanakah, para bhikkhu, perhatian pada pernafasan, dikembangkan dan
dilatih, sehingga memenuhi empat landasan perhatian?

24. Para bhikkhu, kapan pun seorang bhikkhu, dengan menarik nafas panjang,
memahami: Aku menarik nafas panjang, atau dengan mengembuskan nafas panjang,
memahami: Aku mengembuskan nafas panjang; dengan menarik nafas pendek,
memahami: Aku menarik nafas pendek, atau dengan mengembuskan nafas pendek,
memahami: Aku mengembuskan nafas pendek; berlatih sebagai berikut: Aku akan
menarik nafas dengan mengalami seluruh tubuh [nafas]; berlatih sebagai berikut:
Aku akan mengembuskan nafas dengan mengalami seluruh tubuh [nafas]; berlatih
sebagai berikut: Aku akan menarik nafas dengan menenangkan bentukan jasmani;
berlatih sebagai berikut: Aku akan mengembuskan nafas dengan menenangkan
bentukan jasmani pada saat itu ia berdiam dengan merenungkan jasmani sebagai
jasmani, tekun, penuh kewaspadaan, dan penuh perhatian, setelah menyingkirkan
ketamakan dan kesedihan sehubungan dengan dunia. Aku katakan bahwa ini adalah
suatu tubuh tertentu di antara tubuh-tubuh, yaitu nafas-masuk dan nafas-keluar.
1122

Itulah sebabnya maka pada saat itu seorang bhikkhu berdiam dengan merenungkan
jasmani sebagai jasmani, tekun, penuh kewaspadaan, dan penuh perhatian, setelah
menyingkirkan ketamakan dan kesedihan sehubungan dengan dunia.

25. Para bhikkhu, kapan pun [84] seorang bhikkhu berlatih sebagai berikut: Aku
akan menarik nafas dengan mengalami sukacita berlatih sebagai berikut: Aku akan
mengembuskan nafas dengan mengalami sukacita; berlatih sebagai berikut: Aku
akan menarik nafas dengan mengalami kenikmatan; berlatih sebagai berikut: Aku
akan mengembuskan nafas dengan mengalami kenikmatan; berlatih sebagai berikut:
Aku akan menarik nafas dengan mengalami bentukan batin; berlatih sebagai berikut:
Aku akan mengembuskan nafas dengan mengalami bentukan batin; berlatih sebagai
berikut: Aku akan menarik nafas dengan menenangkan bentukan batin; berlatih
sebagai berikut: Aku akan mengembuskan nafas dengan menenangkan bentukan
batin pada saat itu ia berdiam dengan merenungkan perasaan sebagai perasaan,
tekun, penuh kewaspadaan, dan penuh perhatian, setelah menyingkirkan ketamakan
dan kesedihan sehubungan dengan dunia. Aku katakan bahwa ini adalah suatu
perasaan tertentu di antara perasaan-perasaan, yaitu mengamati dengan saksama pada
nafas-masuk dan nafas-keluar.
1123
Itulah sebabnya maka pada saat itu seorang
bhikkhu berdiam dengan merenungkan perasaan sebagai perasaan, tekun, penuh
kewaspadaan, dan penuh perhatian, setelah menyingkirkan ketamakan dan kesedihan
sehubungan dengan dunia.

26. Para bhikkhu, kapan pun seorang bhikkhu berlatih sebagai berikut: Aku akan
menarik nafas panjang dengan mengalami pikiran berlatih sebagai berikut: Aku
akan mengembuskan nafas dengan mengalami pikiran; berlatih sebagai berikut: Aku
akan menarik nafas dengan menggembirakan pikiran; berlatih sebagai berikut: Aku
akan mengembuskan nafas dengan menggembirakan pikiran; berlatih sebagai
berikut: Aku akan menarik nafas dengan mengkonsentrasikan pikiran; berlatih
sebagai berikut: Aku akan mengembuskan nafas dengan mengkonsentrasikan
pikiran; berlatih sebagai berikut: Aku akan menarik nafas dengan membebaskan
pikiran; berlatih sebagai berikut: Aku akan mengembuskan nafas dengan
membebaskan pikiran pada saat itu ia berdiam dengan merenungkan pikiran
sebagai pikiran, tekun, penuh kewaspadaan, dan penuh perhatian, setelah
menyingkirkan ketamakan dan kesedihan sehubungan dengan dunia. Aku tidak
mengatakan bahwa ada pengembangan perhatian pada pernafasan pada seseorang
yang lengah, yang tidak penuh kewaspadaan. Itulah sebabnya maka pada saat itu
seorang bhikkhu berdiam dengan merenungkan pikiran sebagai pikiran, tekun, penuh
kewaspadaan, dan penuh perhatian, setelah menyingkirkan ketamakan dan kesedihan
sehubungan dengan dunia.
1124


27. Para bhikkhu, kapan pun seorang bhikkhu berlatih sebagai berikut: Aku akan
menarik nafas panjang dengan merenungkan ketidak-kekalan berlatih sebagai
berikut: Aku akan mengembuskan nafas dengan merenungkan ketidak-kekalan;
berlatih sebagai berikut: Aku akan menarik nafas dengan merenungkan peluruhan;
berlatih sebagai berikut: Aku akan mengembuskan nafas dengan merenungkan
peluruhan; berlatih sebagai berikut: Aku akan menarik nafas dengan merenungkan
lenyapnya; berlatih sebagai berikut: Aku akan mengembuskan nafas dengan
merenungkan lenyapnya; berlatih sebagai berikut: Aku akan menarik nafas dengan
merenungkan lepasnya; berlatih sebagai berikut: Aku akan mengembuskan nafas
dengan merenungkan lepasnya pada saat itu ia berdiam dengan merenungkan
objek-objek pikiran sebagai objek-objek pikiran, tekun, penuh kewaspadaan, dan
penuh perhatian, setelah menyingkirkan ketamakan dan kesedihan sehubungan
dengan dunia. Setelah melihat dengan kebijaksanaan pada ditinggalkannya ketamakan
dan kesedihan, [85] ia mengamati secara saksama dengan keseimbangan.
1125
Itulah
sebabnya maka pada saat itu seorang bhikkhu berdiam dengan merenungkan objek-
objek pikiran sebagai objek-objek pikiran, tekun, penuh kewaspadaan, dan penuh
perhatian, setelah menyingkirkan ketamakan dan kesedihan sehubungan dengan
dunia.

28. Para bhikkhu, itu adalah bagaimana perhatian pada pernafasan, yang
dikembangkan dan dilatih, memenuhi empat landasan perhatian.

(MEMENUHI TUJUH FAKTOR PENCERAHAN)

29. Dan bagaimanakah, para bhikkhu, empat landasan perhatian, dikembangkan dan
dilatih, memenuhi tujuh faktor pencerahan?

30. Para bhikkhu, kapan pun seorang bhikkhu berdiam dengan merenungkan jasmani
sebagai jasmani, tekun, penuh kewaspadaan, dan penuh perhatian, setelah
menyingkirkan ketamakan dan kesedihan sehubungan dengan dunia - pada saat itu
perhatian yang tanpa mengendur ditegakkan dalam dirinya. Kapan pun perhatian yang
tanpa mengendur ditegakkan dalam diri seorang bhikkhu pada saat itu faktor
pencerahan perhatian muncul dalam dirinya, dan ia mengembangkannya, dan melalui
pengembangan, menjadi terpenuhi dalam dirinya.

31. Dengan berdiam penuh perhatian demikian, ia menyelidiki dan memeriksa
kondisi itu dengan kebijaksanaan dan memulai penyelidikan penuh ke dalamnya.
Kapan pun, dengan berdiam penuh perhatian demikian, ia menyelidiki dan
memeriksa kondisi itu dengan kebijaksanaan dan memulai penyelidikan penuh ke
dalamnya - pada saat itu faktor pencerahan penyelidikan kondisi-kondisi muncul
dalam dirinya, dan ia mengembangkannya, dan melalui pengembangan, menjadi
terpenuhi dalam dirinya.

32. Dalam diri seseorang yang menyelidiki dan memeriksa kondisi itu dengan
kebijaksanaan dan memulai penyelidikan penuh ke dalamnya, maka kegigihan tanpa
lelah dibangkitkan. Kapan pun kegigihan tanpa lelah dibangkitkan dalam diri seorang
bhikkhu yang menyelidiki dan memeriksa kondisi itu dengan kebijaksanaan dan
memulai penyelidikan penuh ke dalamnya - pada saat itu faktor pencerahan kegigihan
muncul dalam dirinya, dan ia mengembangkannya, dan melalui pengembangan,
menjadi terpenuhi dalam dirinya.

33. Dalam diri seseorang yang memiliki kegigihan yang terbangkitkan, sukacita yang
bukan duniawi muncul. Kapan pun sukacita yang bukan duniawi muncul dalam diri
seorang bhikkhu yang telah membangkitkan kegigihan [86] pada saat itu faktor
pencerahan sukacita muncul dalam dirinya, dan ia mengembangkannya, dan melalui
pengembangan, menjadi terpenuhi dalam dirinya.

34. Dalam diri seseorang yang bersukacita, jasmani dan pikiran menjadi tenang.
Kapan pun jasmani dan pikiran menjadi tenang dalam diri seorang bhikkhu yang
bersukacita- pada saat itu faktor pencerahan ketenangan muncul dalam dirinya, dan ia
mengembangkannya, dan melalui pengembangan, menjadi terpenuhi dalam dirinya.

35. Dalam diri seseorang yang jasmaninya tenang dan yang merasakan kenikmatan,
pikirannya menjadi terkonsentrasi. Kapan pun pikiran terkonsentrasi dalam diri
seorang bhikkhu yang jasmaninya tenang dan yang merasakan kenikmatan - pada saat
itu faktor pencerahan konsentrasi muncul dalam dirinya, dan ia mengembangkannya,
dan melalui pengembangan, menjadi terpenuhi dalam dirinya.

36. Ia secara saksama memperhatikan dengan keseimbangan pada pikiran yang
terkonsentrasi demikian. Kapan pun seorang bhikkhu secara saksama memperhatikan
dengan keseimbangan pada pikiran yang terkonsentrasi demikian - pada saat itu faktor
pencerahan keseimbangan muncul dalam dirinya, dan ia mengembangkannya, dan
melalui pengembangan, menjadi terpenuhi dalam dirinya.

37. Para bhikkhu, kapan pun seorang bhikkhu berdiam dengan merenungkan
perasaan sebagai perasaan, tekun, penuh kewaspadaan, dan penuh perhatian, setelah
menyingkirkan ketamakan dan kesedihan sehubungan dengan dunia (ulangi seperti
pada 30-36) faktor pencerahan keseimbangan muncul dalam dirinya, dan ia
mengembangkannya, dan melalui pengembangan, menjadi terpenuhi dalam dirinya.

38. Para bhikkhu, kapan pun seorang bhikkhu berdiam dengan merenungkan pikiran
sebagai pikiran, tekun, penuh kewaspadaan, dan penuh perhatian, setelah
menyingkirkan ketamakan dan kesedihan sehubungan dengan dunia (ulangi seperti
pada 30-36) faktor pencerahan keseimbangan muncul dalam dirinya, dan ia
mengembangkannya, dan melalui pengembangan, menjadi terpenuhi dalam dirinya.

39. Para bhikkhu, kapan pun seorang bhikkhu berdiam dengan merenungkan objek-
objek pikiran sebagai objek-objek pikiran, tekun, penuh kewaspadaan, dan penuh
perhatian, setelah menyingkirkan ketamakan dan kesedihan sehubungan dengan dunia
(ulangi seperti pada 30-36) [87] faktor pencerahan keseimbangan muncul
dalam dirinya, dan ia mengembangkannya, dan melalui pengembangan, menjadi
terpenuhi dalam dirinya.

40. Para bhikkhu, itu adalah bagaimana empat landasan perhatian, yang
dikembangkan dan dilatih, memenuhi tujuh faktor pencerahan.
1126
[88]

(MEMENUHI PENGETAHUAN SEJATI DAN KEBEBASAN)

41. Dan bagaimanakah, para bhikkhu, tujuh faktor pencerahan, yang dikembangkan
dan dilatih, memenuhi pengetahuan sejati dan kebebasan?

42. Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu mengembangkan faktor pencerahan
perhatian, yang didukung oleh keterasingan, kebosanan, dan lenyapnya, dan matang
dalam pelepasan.
1127
Ia mengembangkan faktor pencerahan penyelidikan kondisi-
kondisi faktor pencerahan kegigihan faktor pencerahan sukacita faktor
pencerahan ketenangan faktor pencerahan konsentrasi faktor pencerahan
keseimbangan, yang didukung oleh keterasingan, kebosanan, dan lenyapnya, dan
matang dalam pelepasan.

43. Para bhikkhu, itu adalah bagaimana tujuh faktor pencerahan, yang dikembangkan
dan dilatih, memenuhi pengetahuan sejati dan kebebasan.
1128


Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagav. Para bhikkhu merasa puas dan
gembira mendengar kata-kata Sang Bhagav.


119 Kyagatsati Sutta
Perhatian pada Jasmani




1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagav sedang
menetap Di Svatth di Hutan Jeta, Taman Anthapiika.

2. Saat itu sejumlah bhikkhu sedang duduk di dalam aula pertemuan, di mana mereka
berkumpul setelah kembali dari perjalanan menerima dana makanan, setelah makan,
ketika diskusi ini muncul di antara mereka: Sungguh mengagumkan, Teman-teman,
sungguh menakjubkan, bagaimana hal ini telah dikatakan oleh Sang Bhagav yang
mengetahui dan melihat, yang sempurna dan tercerahkan sempurna, bahwa perhatian
pada jasmani, ketika dikembangkan dan dilatih, adalah berbuah besar dan bermanfaat
besar.

Akan tetapi, diskusi mereka terhenti; karena Sang Bhagav bangkit dari meditasiNya
pada malam itu, memasuki aula pertemuan, dan duduk di tempat yang telah
dipersiapkan. Kemudian Beliau bertanya kepada para bhikkhu sebagai berikut: Para
bhikkhu, untuk mendiskusikan apakah kalian duduk bersama di sini saat ini? Dan
diskusi apakah yang terhenti? [89]

Di sini, Yang Mulia, kami sedang duduk di aula pertemuan, di mana kami
berkumpul setelah kembali dari perjalanan menerima dana makanan, setelah makan,
diskusi ini muncul di antara kami: Sungguh mengagumkan, Teman-teman, sungguh
menakjubkan, bagaimana hal ini telah dikatakan oleh Sang Bhagav yang mengetahui
dan melihat, yang sempurna dan tercerahkan sempurna, bahwa perhatian pada
jasmani, ketika dikembangkan dan dilatih, adalah berbuah besar dan bermanfaat
besar. Ini adalah diskusi kami, Yang Mulia, yang terhenti ketika Sang Bhagav
datang.

3. Dan bagaimanakah, para bhikkhu, perhatian pada jasmani dikembangkan dan
dilatih agar berbuah besar dan bermanfaat besar?

(PERHATIAN PADA PERNAFASAN)

4. Di sini seorang bhikkhu,
1129
pergi ke hutan atau ke bawah pohon atau ke gubuk
kosong, duduk bersila, menegakkan tubuhnya, dan menegakkan perhatian di
depannya, dengan penuh perhatian ia menarik nafas, penuh perhatian ia
mengembuskan nafas. Menarik nafas panjang, ia memahami: Aku menarik nafas
panjang; atau mengembuskan nafas panjang, ia memahami: Aku mengembuskan
nafas panjang. Menarik nafas pendek, ia memahami: Aku menarik nafas pendek;
atau mengembuskan nafas pendek, ia memahami: Aku mengembuskan nafas
pendek. Ia berlatih sebagai berikut: Aku akan menarik nafas dengan mengalami
seluruh tubuh; ia berlatih sebagai berikut: Aku akan mengembuskan nafas dengan
mengalami seluruh tubuh. Ia berlatih sebagai berikut: Aku akan menarik nafas
dengan menenangkan bentukan jasmani; ia berlatih sebagai berikut: Aku akan
mengembuskan nafas dengan menenangkan bentukan jasmani. Ketika ia berdiam
demikian dengan rajin, tekun, dan bersungguh-sungguh, ingatan-ingatan dan
kehendak-kehendaknya yang berdasarkan pada kehidupan rumah tangga ditinggalkan;
dengan ditinggalkannya hal-hal itu pikirannya menjadi kokoh secara internal, tenang,
terpusat, dan terkonsentrasi. Ini adalah bagaimana seorang bhikkhu mengembangkan
perhatian pada jasmani.

(EMPAT POSTUR)

5. Kemudian, para bhikkhu, ketika berjalan, seorang bhikkhu memahami: aku
sedang berjalan; ketika berdiri, ia memahami: aku sedang berdiri; ketika duduk, ia
memahami: aku sedang duduk; ketika berbaring, ia memahami: aku sedang
berbaring; atau ia memahami bagaimana pun posisi tubuhnya. Ketika ia berdiam
demikian dengan rajin, tekun, dan teguh, ingatan-ingatan dan kehendak-kehendaknya
yang berdasarkan pada kehidupan rumah tangga ditinggalkan ... Ini juga adalah
bagaimana seorang bhikkhu mengembangkan perhatian pada jasmani. [90]

(KEWASPADAAN PENUH)

6. Kemudian, para bhikkhu, seorang bhikkhu adalah seorang yang bertindak dengan
penuh kewaspadaan ketika berjalan maju dan mundur; yang bertindak dengan penuh
kewaspadaan ketika melihat ke depan dan ke belakang; yang bertindak dengan penuh
kewaspadaan ketika menekuk dan meregangkan anggota-anggota tubuhnya; yang
bertindak dengan penuh kewaspadaan ketika mengenakan jubahnya dan membawa
jubah luar dan mangkuknya; yang bertindak dengan penuh kewaspadaan ketika
makan, minum, mengunyah makanan, dan mengecap; yang bertindak dengan penuh
kewaspadaan ketika buang air besar atau buang air kecil; yang bertindak dengan
penuh kewaspadaan ketika berjalan, berdiri, duduk, jatuh tertidur, terjaga, berbicara,
dan berdiam diri. Ketika ia berdiam demikian dengan rajin, tekun, dan bersungguh-
sungguh, ingatan-ingatan dan kehendak-kehendaknya yang berdasarkan pada
kehidupan rumah tangga ditinggalkan ... Ini juga adalah bagaimana seorang bhikkhu
mengembangkan perhatian pada jasmani.

(KEJIJIKAN BAGIAN-BAGIAN TUBUH)

7. Kemudian, para bhikkhu, seorang bhikkhu memeriksa jasmani yang sama ini dari
telapak kaki ke atas dan dari ujung rambut ke bawah, terbungkus oleh kulit, sebagai
dipenuhi kotoran: Di dalam jasmani ini terdapat rambut kepala, bulu badan, kuku,
gigi, kulit, daging, urat, tulang, sumsum, ginjal, jantung, hati, sekat rongga dada,
limpa, paru-paru, usus, selaput pengikuat organ dalam tubuh, isi perut, tinja, empedu,
dahak, nanah, darah, keringat, lemak, air mata, minyak, ludah, ingus, cairan sendi, dan
air kencing. Bagaikan ada sebuah karung, yang terbuka di kedua ujungnya, penuh
dengan berbagai jenis biji-bijian seperti beras-gunung, beras merah, kacang, kacang
polong, milet, dan beras putih, dan seorang yang berpenglihatan baik membuka
karung itu dan memeriksanya: Ini adalah beras-gunung, Ini adalah beras-merah, Ini
adalah kacang, Ini adalah kacang polong, Ini adalah milet, ini adalah beras putih,
demikian pula seorang bhikkhu memeriksa jasmani ini ... sebagai dipenuhi kotoran:
Di dalam jasmani ini terdapat rambut kepala dan air kencing. Ketika ia berdiam
demikian dengan rajin, tekun, dan bersungguh-sungguh, ingatan-ingatan dan
kehendak-kehendaknya yang berdasarkan pada kehidupan rumah tangga ditinggalkan
... Ini juga adalah bagaimana seorang bhikkhu mengembangkan perhatian pada
jasmani. [91]

(UNSUR-UNSUR)

8. Kemudian, para bhikkhu, seorang bhikkhu memeriksa jasmani yang sama ini,
bagaimanapun posisinya, sebagai terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut: Di dalam
jasmani ini terdapat unsur tanah, unsur air, unsur api, dan unsur udara. Bagaikan
seorang tukang daging yang terampil atau muridnya, setelah menyembelih seekor
sapi, duduk di persimpangan jalan dengan daging yang telah dipotong dalam beberapa
bagian; demikian pula seorang bhikkhu memeriksa jasmani yang sama ini,
bagaimanapun posisinya, sebagai terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut: Di dalam
jasmani ini terdapat unsur tanah, unsur air, unsur api, dan unsur udara. Ketika ia
berdiam demikian dengan rajin, tekun, dan bersungguh-sungguh, ingatan-ingatan dan
kehendak-kehendaknya yang berdasarkan pada kehidupan rumah tangga ditinggalkan
... Ini juga adalah bagaimana seorang bhikkhu mengembangkan perhatian pada
jasmani.

(SEMBILAN PERENUNGAN TANAH PEKUBURAN)

9. Kemudian, para bhikkhu, seolah-olah ia melihat mayat yang dibuang di tanah
pekuburan, satu, dua atau tiga hari setelah meninggal dunia, membengkak,
memucat, dengan cairan menetes, seorang bhikkhu membandingkan jasmani yang
sama ini dengan mayat itu sebagai berikut: Jasmani ini juga memiliki sifat yang
sama, jasmani ini akan menjadi seperti itu, jasmani ini tidak terbebas dari takdir itu.
Ketika ia berdiam demikian dengan rajin ... Ini juga adalah bagaimana seorang
bhikkhu mengembangkan perhatian pada jasmani.

10. Kemudian, seolah-olah ia melihat mayat yang dibuang di tanah pekuburan,
dimakan oleh burung gagak, elang, nasar, anjing, serigala, atau berbagai jenis ulat,
seorang bhikkhu membandingkan jasmani ini dengan mayat itu sebagai berikut:
Jasmani ini juga memiliki sifat yang sama, jasmani ini akan menjadi seperti itu,
jasmani ini tidak terbebas dari takdir itu. Ketika ia berdiam demikian dengan rajin ...
Ini juga adalah bagaimana seorang bhikkhu mengembangkan perhatian pada jasmani.
[92]

11-14. Kemudian, seolah-olah ia melihat mayat yang dibuang di tanah pekuburan,
kerangka tulang dengan daging dan darah, yang terangkai oleh urat kerangka
tulang tanpa daging yang berlumuran darah, yang terangkai oleh urat kerangka
tulang tanpa daging dan darah, yang terangkai oleh urat tulang belulang yang
tercerai berai berserakan ke segala arah di sini tulang lengan, di sana tulang kaki, di
sini tulang kering, di sana tulang paha, di sini tulang pinggul, di sana tulang
punggung, di sini tulang rusuk, di sana tulang dada, di sini tulang lengan, di sana
tulang bahu, di sini tulang leher, di sana tulang rahang, di sini gigi, di sana tengkorak -
seorang bhikkhu membandingkan jasmani ini dengan mayat itu sebagai berikut:
Jasmani ini juga memiliki sifat yang sama, jasmani ini akan menjadi seperti itu,
jasmani ini tidak terbebas dari takdir itu. Ketika ia berdiam demikian dengan rajin ...
Ini juga adalah bagaimana seorang bhikkhu mengembangkan perhatian pada jasmani.

15-17. Kemudian, seolah-olah ia melihat mayat yang dibuang di tanah pekuburan,
tulangnya memutih, berwarna seperti kulit-kerang , tulang-belulangnya menumpuk,
tulang-belulang yang lebih dari setahun , hancur dan remuk menjadi debu, seorang
bhikkhu membandingkan jasmani ini dengan mayat itu sebagai berikut: Jasmani ini
juga memiliki sifat yang sama, jasmani ini akan menjadi seperti itu, jasmani ini tidak
terbebas dari takdir itu. Ketika ia berdiam demikian dengan rajin ... Ini juga adalah
bagaimana seorang bhikkhu mengembangkan perhatian pada jasmani.

(JHNA-JHNA)

18. Kemudian, para bhikkhu, dengan cukup terasing dari kenikmatan indria, terasing
dari kondisi-kondisi tidak bermanfaat, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam
jhna pertama, yang disertai dengan awal pikiran dan kelangsungan pikiran, dengan
sukacita dan kenikmatan yang muncul dari keterasingan. Ia membuat sukacita dan
kenikmatan yang muncul dari keterasingan itu basah, merendam, mengisi dan
meliputi tubuhnya sehingga tidak ada bagian dari tubuhnya yang tidak terliputi oleh
sukacita dan kenikmatan yang muncul dari keterasingan itu. Bagaikan seorang
petugas pemandian atau murid petugas pemandian
1130
menumpuk bubuk mandi dalam
baskom logam dan, secara perlahan memerciknya dengan air, meremasnya hingga
kelembaban membasahi bola bubuk mandi tersebut, membasahinya, dan meliputinya
di dalam dan di luar, namun bola itu sendiri tidak meneteskan air; demikian pula,
seorang bhikkhu membuat sukacita dan kenikmatan yang muncul dari keterasingan itu
[93] basah, merendam, mengisi dan meliputi tubuhnya sehingga tidak ada bagian dari
tubuhnya yang tidak terliputi oleh sukacita dan kenikmatan yang muncul dari
keterasingan itu. Ketika ia berdiam demikian dengan rajin ... Ini juga adalah
bagaimana seorang bhikkhu mengembangkan perhatian pada jasmani.

19. Kemudian, para bhikkhu, dengan menenangkan awal pikiran dan kelangsungan
pikiran, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam jhna ke dua, yang memiliki
keyakinan-diri dan keterpusatan pikiran tanpa awal pikiran dan kelangsungan pikiran,
dengan sukacita dan kenikmatan yang muncul dari konsentrasi. Ia membuat sukacita
dan kenikmatan yang muncul dari konsentrasi itu basah, merendam, mengisi, dan
meliputi tubuhnya sehingga tidak ada bagian dari tubuhnya yang tidak terliputi oleh
kegembiraan dan kenikmatan yang muncul dari konsentrasi. Bagaikan sebuah danau
yang airnya berasal dari mata air di dasarnya dan tidak ada aliran masuk dari timur,
barat, utara, atau selatan, dan tidak ditambah dari waktu ke waktu dengan curahan
hujan, kemudian mata air sejuk memenuhi danau itu dan membuat air sejuk itu
membasahi, merendam, mengisi, dan meliputi seluruh danau itu, sehingga tidak ada
bagian danau itu yang tidak terliputi oleh air sejuk itu; demikian pula, seorang
bhikkhu membuat sukacita dan kenikmatan yang muncul dari keterasingan itu basah,
merendam, mengisi, dan meliputi tubuhnya sehingga tidak ada bagian dari tubuhnya
yang tidak terliputi oleh sukacita dan kenikmatan yang muncul dari konsentrasi.
Ketika ia berdiam demikian dengan rajin ... Ini juga adalah bagaimana seorang
bhikkhu mengembangkan perhatian pada jasmani.

20. Kemudian, para bhikkhu, dengan meluruhnya sukacita, seorang bhikkhu berdiam
dalam keseimbangan, dan penuh perhatian dan penuh kewaspadaan, masih merasakan
kenikmatan pada jasmani, ia masuk dan berdiam dalam jhna ke tiga, yang dikatakan
oleh para mulia: Ia memiliki kediaman yang menyenangkan yang memiliki
keseimbangan dan penuh perhatian. Ia membuat kenikmatan yang terlepas dari
sukacita itu basah, merendam, mengisi, dan meliputi tubuhnya sehingga tidak ada
bagian dari tubuhnya yang tidak terliputi oleh kenikmatan yang terlepas dari sukacita
itu. Bagaikan, dalam sebuah kolam teratai biru atau merah atau putih, beberapa teratai
tumbuh dan berkembang dalam air tanpa keluar dari air, [94] dan air sejuk
membasahi, merendam, mengisi, dan meliputi teratai-teratai itu dari pucuk hingga ke
akarnya, sehingga tidak ada bagian dari teratai-teratai itu yang tidak terliputi oleh air
sejuk; demikian pula, seorang bhikkhu, membuat kenikmatan yang terlepas dari
sukacita itu basah, merendam, mengisi, dan meliputi tubuhnya sehingga tidak ada
bagian dari tubuhnya yang tidak terliputi oleh kenikmatan yang terlepas dari sukacita
itu. Ketika ia berdiam demikian dengan rajin ... Ini juga adalah bagaimana seorang
bhikkhu mengembangkan perhatian pada jasmani.

21. Kemudian, para bhikkhu, dengan meninggalkan kenikmatan dan kesakitan, dan
dengan pelenyapan sebelumnya kegembiraan dan kesedihan, seorang bhikkhu masuk
dan berdiam dalam jhna ke empat, yang memiliki bukan-kesakitan-juga-bukan-
kenikmatan dan kemurnian perhatian karena keseimbangan. Ia duduk dengan meliputi
tubuh ini dengan pikiran yang murni dan cerah, sehingga tidak ada bagian dari
tubuhnya yang tidak terliputi oleh pikiran yang murni dan cerah. Bagaikan seorang
yang duduk dan ditutupi dengan kain putih dari kepala ke bawah, sehingga tidak ada
bagian dari tubuhnya yang tidak tertutupi oleh kain putih itu; demikian pula, seorang
bhikkhu duduk dengan dengan meliputi tubuh ini dengan pikiran yang murni dan
cerah, sehingga tidak ada bagian dari tubuhnya yang tidak terliputi oleh pikiran yang
murni dan cerah itu. Ketika ia berdiam demikian dengan rajin, tekun, dan bersungguh-
sungguh, ingatan-ingatan dan kehendak-kehendaknya yang berdasarkan pada
kehidupan rumah tangga ditinggalkan; dengan ditinggalkannya hal-hal itu pikirannya
menjadi kokoh secara internal, tenang, terpusat, dan terkonsentrasi. Itu juga adalah
bagaimana seorang bhikkhu mengembangkan perhatian pada jasmani.

(KEMAJUAN MELALUI PERHATIAN PADA JASMANI)

22. Para bhikkhu, siapa pun juga yang telah mengembangkan dan melatih perhatian
pada jasmani telah memasukkan ke dalam dirinya kondisi-kondisi bermanfaat apapun
juga yang berhubungan dengan pengetahuan sejati.
1131
Seperti halnya siapa pun juga
yang memperluas pikirannya menjangkau samudera raya telah memasukkan dalam
pikirannya sungai-sungai apapun juga yang mengalir ke samudera; demikian pula,
siapa pun juga yang telah mengembangkan dan melatih perhatian pada jasmani telah
memasukkan ke dalam dirinya kondisi-kondisi bermanfaat apapun juga yang
berhubungan dengan pengetahuan sejati.

23. Para bhikkhu, jika seseorang tidak mengembangkan dan melatih perhatian pada
jasmani, maka Mra memperoleh kesempatan dan dukungan dalam dirinya. Misalkan
seseorang melemparkan sebongkah bola batu berat ke atas gundukan tanah liat yang
basah. Bagaimana menurut kalian, para bhikkhu? Apakah bola berat itu akan masuk
ke dalam gundukan tanah liat basah itu? Benar, Yang Mulia. [95] Demikian
pula, para bhikkhu, jika seseorang tidak mengembangkan dan melatih perhatian pada
jasmani, maka Mra memperoleh kesempatan dan dukungan dalam dirinya.

24. Misalkan terdapat sepotong kayu kering tanpa getah, dan seseorang datang
membawa kayu api sebelah atas, dengan berpikir: Aku akan menyalakan api, aku
akan menghasilkan panas. Bagaimana menurut kalian, para bhikkhu? Dapatkah
orang itu menyalakan api dan menghasilkan panas dengan menggosokkan sepotong
kayu kering tanpa getah itu dengan kayu api sebelah atas? Dapat, Yang Mulia.
Demikian pula, para bhikkhu, jika seseorang tidak mengembangkan dan melatih
perhatian pada jasmani, maka Mra memperoleh kesempatan dan dukungan dalam
dirinya.

25. Misalkan terdapat sebuah kendi air yang kosong di letakkan di atas sebuah
bidang, dan seseorang datang dengan membawa persediaan air. Bagaimana menurut
kalian, para bhikkhu? Dapatkah orang itu menuangkan air ke dalam kendi itu? -
Dapat, Yang Mulia. Demikian pula, para bhikkhu, jika seseorang tidak
mengembangkan dan melatih perhatian pada jasmani, maka Mra memperoleh
kesempatan dan dukungan dalam dirinya.

26. Para bhikkhu, jika seseorang telah mengembangkan dan melatih perhatian pada
jasmani, maka Mra tidak memperoleh kesempatan dan dukungan dalam dirinya.
Misalkan seseorang melemparkan sebuah bola benang yang ringan pada sebidang
daun pintu yang terbuat dari inti kayu. Bagaimana menurut kalian, para bhikkhu?
Apakah bola benang yang ringan itu dapat masuk menembus daun pintu yang terbuat
dari inti kayu itu? Tidak, Yang Mulia. - Demikian pula, para bhikkhu, jika
seseorang telah mengembangkan dan melatih perhatian pada jasmani, maka Mra
tidak memperoleh kesempatan dan dukungan dalam dirinya.

27. Misalkan terdapat sepotong kayu basah bergetah, dan seseorang datang
membawa kayu api sebelah atas, dengan berpikir: Aku akan menyalakan api, aku
akan menghasilkan panas. [96] Bagaimana menurut kalian, para bhikkhu? Dapatkah
orang itu menyalakan api dan menghasilkan panas dengan menggosokkannya dengan
sepotong kayu basah bergetah itu? Tidak, Yang Mulia. Demikian pula, para
bhikkhu, jika seseorang telah mengembangkan dan melatih perhatian pada jasmani,
maka Mra tidak memperoleh kesempatan dan dukungan dalam dirinya.

28. Misalkan, di atas sebuah bidang, terdapat sebuah kendi air yang penuh dengan air
hingga ke pinggirnya, dan seseorang datang dengan membawa persediaan air.
Bagaimana menurut kalian, para bhikkhu? Dapatkah orang itu menuangkan air ke
dalam kendi itu? - Tidak, Yang Mulia. Demikian pula, para bhikkhu, jika
seseorang telah mengembangkan dan melatih perhatian pada jasmani, maka Mra
tidak memperoleh kesempatan dan dukungan dalam dirinya.

29. Para bhikkhu, jika seseorang telah mengembangkan dan melatih perhatian pada
jasmani, jika ia mengarahkan pikirannya pada pencapaian apapun yang dapat dicapai
melalui pengetahuan langsung, maka ia mencapai kemampuan untuk melihat aspek
apapun di dalamnya, jika ada landasan yang sesuai. Misalkan, di atas sebuah bidang,
terdapat sebuah kendi air yang penuh dengan air hingga ke pinggirnya sehingga
burung-burung gagak dapat meminum airnya. Jika seorang kuat menepuknya, apakah
air itu akan memercik keluar? Ya, Yang Mulia. Demikian pula, para bhikkhu,
jika seseorang telah mengembangkan dan melatih perhatian pada jasmani, jika ia
mengarahkan pikirannya pada pencapaian apapun yang dapat dicapai melalui
pengetahuan langsung, maka ia mencapai kemampuan untuk melihat aspek apapun di
dalamnya, jika ada landasan yang sesuai.

30. Misalkan terdapat sebuah kolam persegi empat di atas tanah datar, dikelilingi
oleh dinding, penuh dengan air hingga ke pinggirnya sehingga burung-burung gagak
dapat meminum airnya. Ketika seorang kuat melepaskan dindingnya, apakah airnya
akan keluar? Ya, Yang Mulia. Demikian pula, para bhikkhu, jika seseorang
telah mengembangkan dan melatih perhatian pada jasmani maka ia mencapai
kemampuan untuk melihat aspek apapun di dalamnya, jika ada landasan yang sesuai.

31. Misalkan terdapat sebuah kereta di atas tanah datar di persimpangan jalan, ditarik
oleh kuda dari keturunan murni, menunggu dengan tongkat kendali siap digunakan,
sehingga seorang pelatih terampil, seorang kusir kuda-kuda yang harus dijinakkan,
dapat menaikinya, dan memegang tali kekang di tangan kirinya dan tongkat kendali di
tangan kanannya, mengendarainya ke sana kemari melalui jalan-jalan yang ia pilih.
Demikian pula, para bhikkhu, jika seseorang telah mengembangkan dan melatih
perhatian pada jasmani maka ia mencapai kemampuan untuk melihat aspek apapun
di dalamnya, jika ada landasan yang sesuai.

(MANFAAT DARI PERHATIAN PADA JASMANI)

32. Para bhikkhu, ketika perhatian pada jasmani telah berulang-ulang dipraktikkan,
dikembangkan, dilatih, digunakan sebagai kendaraan, digunakan sebagai landasan,
ditegakkan, digabungkan, dan dijalankan dengan baik, maka sepuluh manfaat ini
dapat diharapkan. Apakah sepuluh ini?

33. (i) Seseorang menjadi penakluk ketidak-puasan dan kesenangan, dan ketidak-
puasan tidak menaklukkan dirinya; ia berdiam setelah mengatasi ketidak-puasan pada
saat munculnya.

34. (ii) Seseorang menjadi penakluk ketakutan dan kekhawatiran, dan ketakutan dan
kekhawatiran tidak menaklukkan dirinya; ia berdiam setelah mengatasi ketakutan dan
kekhawatiran pada saat munculnya.

35. (iii) Seseorang menahankan dingin dan panas, lapar dan haus, dan kontak dengan
lalat, nyamuk, angin, matahari, dan binatang-binatang melata; ia menahankan ucapan-
kasar, kata-kata yang tidak menyenangkan dan perasaan jasmani yang telah muncul
yang menyakitkan, menyiksa, tajam, menusuk, tidak menyenangkan, menyusahkan,
dan mengancam kehidupan.

36. (iv) Seseorang sesuai kehendaknya dan tanpa kesulitan atau kesusahan
memperoleh empat jhna yang merupakan pikiran yang lebih tinggi dan [98]
memberikan kediaman yang nyaman di sini dan saat ini.

37. (v) Seseorang mengerahkan berbagai jenis kekuatan batin (seperti Sutta 108,
18) ia mengerahkan kekuatan jasmani bahkan hingga sejauh alam Brahma.

38. (vi) Dengan unsur telinga dewa, yang murni dan melampaui manusia, ia
mendengarkan kedua jenis suara, surgawi dan manusia, suara-suara yang jauh
maupun dekat.

39. (vii) Seseorang memahami pikiran makhluk-makhluk lain, orang-orang lain,
setelah melingkupi pikiran mereka dengan pikirannya sendiri. Ia memahami pikiran
yang terpengaruh nafsu sebagai terpengaruh nafsu (seperti Sutta 108, 20)
pikiran tidak terbebaskan sebagai tidak terbebaskan.

40. (viii) Seseorang mengingat banyak kehidupan lampaunya, yaitu, [99] satu
kelahiran, dua kelahiran (seperti Sutta 51, 24) Demikianlah dengan aspek-
aspek dan ciri-cirinya ia mengingat banyak kehidupan lampaunya.

41. (ix) Dengan mata dewa, yang murni dan melampaui manusia, ia melihat
makhluk-makhluk meninggal dunia dan muncul kembali, hina dan mulia, cantik dan
buruk-rupa, kaya dan miskin, dan ia memahami bagaimana makhluk-makhluk
berlanjut sesuai perbuatan mereka.

42. (x) Dengan menembusnya untuk dirinya sendiri dengan pengetahuan langsung, ia
di sini dan saat ini masuk dan berdiam dalam kebebasan pikiran dan kebebasan
melalui kebijaksanaan yang tanpa noda dengan hancurnya noda-noda.

43. Para bhikkhu, ketika perhatian pada jasmani telah berulang-ulang dipraktikkan,
dikembangkan, dilatih, digunakan sebagai kendaraan, digunakan sebagai landasan,
ditegakkan, digabungkan, dan dijalankan dengan baik, maka sepuluh manfaat ini
dapat diharapkan.

Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagav. Para Bhikkhu merasa puas dan
gembira mendengar kata-kata Sang Bhagav.

120 Sankhrupapatti Sutta
Kemunculan Kembali Melalui Aspirasi




1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagav sedang
menetap Di Svatth di Hutan Jeta, Taman Anthapiika. Di sana Beliau memanggil
para bhikkhu sebagai berikut: Para bhikkhu. Yang Mulia, mereka menjawab.
Sang Bhagav berkata sebagai berikut:

2. Para bhikkhu, Aku akan mengajarkan kepada kalian tentang kemunculan kembali
sesuai dengan aspirasi seseorang.
1132
Dengarkan dan perhatikanlah pada apa yang
akan Kukatakan. Baik, Yang Mulia. Para bhikkhu itu menjawab. Sang Bhagav
berkata sebagai berikut:

3. Di sini, Para bhikkhu, seorang bhikkhu memiliki keyakinan, moralitas,
pembelajaran, kedermawanan, dan kebijaksanaan. Ia berpikir: Oh, semoga ketika
hancurnya jasmani, setelah kematian, Aku dapat muncul kembali di tengah-tengah
para mulia kaya! Ia mengarahkan pikirannya pada hal itu, bertekad padanya,
mengembangkannya. [100] Aspirasi-aspirasinya ini dan tekadnya yang tidak berubah
ini, yang dikembangkan dan dilatih demikian, menuntun menuju kemunculan kembali
di sana. Ini, para bhikkhu, adalah jalan, cara yang mengarah pada kemunculan
kembali di sana.
1133


4-5. Kemudian, seorang bhikkhu memiliki keyakinan kebijaksanaan. Ia berpikir:
Oh, semoga ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, Aku dapat muncul kembali
di tengah-tengah para brahmana kaya! di tengah-tengah para perumah tangga
kaya! Ia mengarahkan pikirannya pada hal itu Ini, para bhikkhu, adalah jalan, cara
yang mengarah pada kemunculan kembali di sana.

6. Kemudian, seorang bhikkhu memiliki keyakinan kebijaksanaan. Ia mendengar
bahwa para dewa di alam surga Empat Raja Dewa berumur panjang, rupawan, dan
menikmati kebahagiaan luar biasa. Ia berpikir: Oh, semoga ketika hancurnya
jasmani, setelah kematian, Aku dapat muncul kembali di tengah-tengah para dewa di
alam surga Empat Raja Dewa! Ia mengarahkan pikirannya pada hal itu Ini, para
bhikkhu, adalah jalan, cara yang mengarah pada kemunculan kembali di sana.

7-11. Kemudian, seorang bhikkhu memiliki keyakinan kebijaksanaan. Ia
mendengar bahwa para dewa di alam surga Tiga Puluh Tiga para Yma para
dewa di alam surga Tusita para dewa yang bergembira dalam penciptaan para
dewa yang menguasai ciptaan dewa lainnya berumur panjang, rupawan, dan
menikmati kebahagiaan luar biasa. Ia berpikir: Oh, semoga ketika hancurnya
jasmani, setelah kematian, Aku dapat muncul kembali di tengah-tengah para dewa
yang menguasai ciptaan dewa lainnya! Ia mengarahkan pikirannya pada hal itu
Ini, para bhikkhu, adalah jalan, cara yang mengarah pada kemunculan kembali di
sana.

12. Kemudian, seorang bhikkhu memiliki keyakinan [101] kebijaksanaan. Ia
mendengar bahwa Brahm Seribu berumur panjang, rupawan, dan menikmati
kebahagiaan luar biasa. Sekarang Brahm Seribu berdiam dengan bertekad meliputi
satu sistem dunia seribu dunia, dan ia berdiam dengan bertekad meliputi makhluk-
makhluk yang telah muncul kembali di sana.
1134
bagaikan seseorang dengan
penglihatan baik meletakkan sebutir biji kecil di tangannya dan memeriksanya,
demikianlah Brahm Seribu berdiam dengan bertekad meliputi satu sistem dunia
seribu alam, dan ia berdiam dengan bertekad meliputi makhluk-makhluk yang telah
muncul kembali di sana. bhikkhu itu berpikir: Oh, semoga ketika hancurnya jasmani,
setelah kematian, Aku dapat muncul kembali di tengah-tengah Brahm Seribu! Ia
mengarahkan pikirannya pada hal itu Ini, para bhikkhu, adalah jalan, cara yang
mengarah pada kemunculan kembali di sana.

13-16. Kemudian, seorang bhikkhu memiliki keyakinan kebijaksanaan. Ia
mendengar bahwa Brahm Dua Ribu Brahm Tiga Ribu Brahm Empat Ribu
Brahm Lima Ribu berumur panjang, rupawan, dan menikmati kebahagiaan luar
biasa. Sekarang Brahm Lima Ribu berdiam dengan bertekad meliputi satu sistem
dunia lima ribu dunia, dan ia berdiam dengan bertekad meliputi makhluk-makhluk
yang telah muncul kembali di sana. bagaikan seseorang dengan penglihatan baik
meletakkan lima butir biji kecil di tangannya dan memeriksanya, demikianlah Brahm
Lima Ribu berdiam dengan bertekad meliputi satu sistem dunia Lima Ribu alam, dan
ia berdiam dengan bertekad meliputi makhluk-makhluk yang telah muncul kembali di
sana. bhikkhu itu berpikir: Oh, semoga ketika hancurnya jasmani, setelah kematian,
Aku dapat muncul kembali di tengah-tengah Brahm Lima Ribu! Ia mengarahkan
pikirannya pada hal itu Ini, para bhikkhu, adalah jalan, cara yang mengarah pada
kemunculan kembali di sana.

17. Kemudian, seorang bhikkhu memiliki keyakinan kebijaksanaan. Ia mendengar
bahwa Brahm Sepuluh Ribu berumur panjang, rupawan, dan menikmati kebahagiaan
luar biasa. Sekarang Brahm Sepuluh Ribu berdiam dengan bertekad meliputi [102]
satu sistem dunia sepuluh ribu dunia, dan ia berdiam dengan bertekad meliputi
makhluk-makhluk yang telah muncul kembali di sana. Bagaikan sebutir permata beryl
sebening air yang paling murni, bersisi delapan, dipotong dengan baik, diletakkan di
atas kain brokat merah, berkilau, bercahaya, dan bersinar, demikianlah Brahm
Sepuluh Ribu berdiam dengan bertekad meliputi satu sistem dunia sepuluh ribu alam,
dan ia berdiam dengan bertekad meliputi makhluk-makhluk yang telah muncul
kembali di sana. Bhikkhu itu berpikir: Oh, semoga ketika hancurnya jasmani, setelah
kematian, Aku dapat muncul kembali di tengah-tengah Brahm Sepuluh Ribu! Ia
mengarahkan pikirannya pada hal itu Ini, para bhikkhu, adalah jalan, cara yang
mengarah pada kemunculan kembali di sana.

18. Kemudian, seorang bhikkhu memiliki keyakinan kebijaksanaan. Ia mendengar
bahwa Brahm Seratus Ribu berumur panjang, rupawan, dan menikmati kebahagiaan
luar biasa. Sekarang Brahm Seratus Ribu berdiam dengan bertekad meliputi satu
sistem dunia seratus ribu dunia, dan ia berdiam dengan bertekad meliputi makhluk-
makhluk yang telah muncul kembali di sana. Bagaikan sebuah perhiasan terbuat dari
emas terbaik, yang dengan sangat terampil ditempa di atas tungku oleh seorang
pengrajin emas yang cerdas, diletakkan di atas kain brokat merah, berkilau,
bercahaya, dan bersinar, demikianlah Brahm Seratus Ribu berdiam dengan bertekad
meliputi satu sistem dunia seratus ribu alam, dan ia berdiam dengan bertekad meliputi
makhluk-makhluk yang telah muncul kembali di sana. Bhikkhu itu berpikir: Oh,
semoga ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, Aku dapat muncul kembali di
tengah-tengah Brahm Seratus Ribu! Ia mengarahkan pikirannya pada hal itu Ini,
para bhikkhu, adalah jalan, cara yang mengarah pada kemunculan kembali di sana.

19-32. Kemudian, seorang bhikkhu memiliki keyakinan kebijaksanaan. Ia
mendengar bahwa para dewa Bercahaya
1135
para dewa dengan Cahaya Terbatas
para dewa dengan Cahaya Tanpa Batas para dewa dengan Cahaya Gemilang
para Dewa Agung para dewa dengan Keagungan Terbatas para dewa dengan
Keagungan Tanpa Batas para dewa dengan Keagungan Gemilang [103] para
dewa dengan Buah Besar para dewa Aviha para dewa Atappa para dewa
Sudassa para dewa Sudass para dewa Akaniha berumur panjang, rupawan,
dan menikmati kebahagiaan luar biasa. Ia berpikir: Oh, semoga ketika hancurnya
jasmani, setelah kematian, Aku dapat muncul kembali di tengah-tengah para dewa
Akaniha! Ia mengarahkan pikirannya pada hal itu Ini, para bhikkhu, adalah
jalan, cara yang mengarah pada kemunculan kembali di sana.

33-36. Kemudian, seorang bhikkhu memiliki keyakinan kebijaksanaan. Ia
mendengar bahwa para dewa di alam landasan ruang tanpa batas para dewa di
alam landasan kesadaran tanpa batas para dewa di alam landasan kekosongan
para dewa di alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi Ia berpikir: Oh, semoga
ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, Aku dapat muncul kembali di tengah-
tengah para dewa di alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi! Ia
mengarahkan pikirannya pada hal itu, bertekad padanya, mengembangkannya.
Aspirasi-aspirasinya ini dan tekadnya yang tidak berubah ini, yang dikembangkan dan
dilatih demikian, menuntun menuju kemunculan kembali di sana. Ini, para bhikkhu,
adalah jalan, cara yang mengarah pada kemunculan kembali di sana.

37. Kemudian, seorang bhikkhu memiliki keyakinan, moralitas, pembelajaran,
kedermawanan, dan kebijaksanaan. Ia berpikir: Oh, bahwa dengan menembusnya
untuk diriku sendiri dengan pengetahuan langsung, aku di sini dan saat ini dapat
masuk dan berdiam dalam kebebasan pikiran dan kebebasan melalui kebijaksanaan
yang tanpa noda dengan hancurnya noda-noda! dan dengan menembusnya dengan
pengetahuan langsung, ia di sini dan saat ini masuk dan berdiam dalam kebebasan
pikiran dan kebebasan melalui kebijaksanaan yang tanpa noda dengan hancurnya
noda-noda. Para bhikkhu, bhikkhu ini sama sekali tidak muncul kembali di manapun
juga.
1136


Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagav. Para bhikkhu merasa puas dan
gembira mendengar kata-kata Sang Bhagav.




121 Casuata Sutta
Khotbah Pendek tentang Kekosongan




[104] 1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagav
sedang menetap di Taman Timur, di Istana Ibunya Migra.

2. Kemudian, pada suatu malam, Yang Mulia nanda bangkit dari meditasinya,
mendatangi Sang Bhagav, setelah bersujud kepada Beliau, ia duduk di satu sisi dan
berkata kepada Sang Bhagav:

3. Yang Mulia, pada suatu ketika Sang Bhagav sedang menetap di negeri Sakya di
mana terdapat sebuah pemukiman Sakya bernama Nagaraka. Di sana, Yang Mulia,
aku mendengar dan mempelajari hal ini dari mulut Sang Bhagav sendiri: Sekarang,
nanda, Aku sering berdiam dalam kekosongan.
1137
Apakah aku mendengar dengan
benar, Yang Mulia, apakah aku mempelajarinya dengan benar, menyimaknya dengan
benar, mengingatnya dengan benar?

Tentu saja, nanda, engkau mendengar hal itu dengan benar, mempelajarinya
dengan benar, menyimaknya dengan benar, mengingatnya dengan benar. Seperti
sebelumnya, nanda, demikian pula sekarang aku juga sering berdiam dalam
kekosongan.

4. nanda, seperti halnya istana Ibunya Migra ini kosong dari gajah-gajah, sapi-
sapi, kuda-kuda jantan, dan kuda-kuda betina, kosong dari emas dan perak, kosong
dari kumpulan laki-laki dan perempuan, dan hanya ada ketidak-kosongan ini, yaitu,
ketergantungan tunggal pada Sangha para bhikkhu; demikian pula, seorang bhikkhu
dengan tidak memperhatikan persepsi desa, tidak memperhatikan persepsi orang-
orang memperhatikan ketergantungan tunggal pada persepsi hutan.
1138
Pikirannya
memasuki persepsi hutan itu dan memperoleh keyakinan, kekokohan, dan
kesungguhan. Ia memahami sebagai berikut: Gangguan apapun juga yang bergantung
pada persepsi desa, gangguan itu tidak ada di sini; Gangguan apapun juga yang
bergantung pada persepsi orang-orang, gangguan itu tidak ada di sini. Hanya ada
gangguan ini, yaitu, ketergantungan tunggal pada persepsi hutan.
1139
Ia memahami:
Bidang persepsi ini adalah kosong dari persepsi desa; bidang persepsi ini adalah
kosong dari persepsi orang-orang. Hanya ada ketidak-kosongan ini, yaitu,
ketergantungan tunggal pada persepsi hutan. Demikianlah ia menganggapnya sebagai
kosong dari apa yang tidak ada di sana, tetapi sehubungan dengan apa [105] yang ada
di sana ia memahami apa yang ada di sana sebagai berikut: Ini ada. Demikianlah,
nanda, ini adalah masuknya ia ke dalam kekosongan, yang asli, tidak menyimpang,
dan murni.

5. Kemudian, nanda, seorang bhikkhu - dengan tidak memperhatikan persepsi
orang-orang, tidak memperhatikan persepsi hutan memperhatikan ketergantungan
tunggal pada persepsi tanah.
1140
Pikirannya memasuki persepsi tanah itu dan
memperoleh keyakinan, kekokohan, dan kesungguhan. Seperti halnya kulit seekor
sapi jantan menjadi bebas dari lipatan jika direntangkan dengan seratus pasak;
demikian pula, seorang bhikkhu dengan tidak memperhatikan perbukitan dan
cekungan di tanah ini, tidak memperhatikan sungai-sungai dan jurang, bidang
bertunggul dan berduri, pegunungan dan tempat-tempat yang tidak datar
memperhatikan ketergantungan tunggal pada persepsi tanah. Pikirannya memasuki
persepsi tanah itu dan memperoleh keyakinan, kekokohan, dan kesungguhan. Ia
memahami: Gangguan apapun juga yang bergantung pada persepsi orang-orang,
gangguan itu tidak ada di sini; Gangguan apapun juga yang bergantung pada persepsi
hutan, gangguan itu tidak ada di sini. Hanya ada gangguan ini, yaitu, ketergantungan
tunggal pada persepsi tanah. Ia memahami: Bidang persepsi ini adalah kosong dari
persepsi orang-orang; bidang persepsi ini adalah kosong dari persepsi hutan. Hanya
ada ketidak-kosongan ini, yaitu, ketergantungan tunggal pada persepsi tanah.
Demikianlah ia menganggapnya sebagai kosong dari apa yang tidak ada di sana,
tetapi sehubungan dengan apa yang ada di sana ia memahami apa yang ada di sana
sebagai berikut: Ini ada. Demikianlah, nanda, ini juga adalah masuknya ia ke
dalam kekosongan, yang asli, tidak menyimpang, dan murni.

6. Kemudian, nanda, seorang bhikkhu - dengan tidak memperhatikan persepsi
hutan, tidak memperhatikan persepsi tanah memperhatikan ketergantungan tunggal
pada persepsi landasan ruang tanpa batas.
1141
Pikirannya memasuki persepsi landasan
ruang tanpa batas itu dan memperoleh keyakinan, kekokohan, dan kesungguhan. Ia
memahami: Gangguan apapun juga yang bergantung pada persepsi hutan, gangguan
itu tidak ada di sini; Gangguan apapun juga [106] yang bergantung pada persepsi
tanah, gangguan itu tidak ada di sini. Hanya ada gangguan ini, yaitu, ketergantungan
tunggal pada persepsi landasan ruang tanpa batas. Ia memahami: Bidang persepsi ini
adalah kosong dari persepsi hutan; bidang persepsi ini adalah kosong dari persepsi
tanah. Hanya ada ketidak-kosongan ini, yaitu, ketergantungan tunggal pada persepsi
landasan ruang tanpa batas. Demikianlah ia menganggapnya sebagai kosong dari apa
yang tidak ada di sana, tetapi sehubungan dengan apa yang ada di sana ia memahami
apa yang ada di sana sebagai berikut: Ini ada. Demikianlah, nanda, ini juga adalah
masuknya ia ke dalam kekosongan, yang asli, tidak menyimpang, dan murni.

7. Kemudian, nanda, seorang bhikkhu - dengan tidak memperhatikan persepsi
tanah, tidak memperhatikan persepsi landasan ruang tanpa batas memperhatikan
ketergantungan tunggal pada persepsi landasan kesadaran tanpa batas. Pikirannya
memasuki persepsi landasan kesadaran tanpa batas itu dan memperoleh keyakinan,
kekokohan, dan kesungguhan. Ia memahami: Gangguan apapun juga yang
bergantung pada persepsi tanah, gangguan itu tidak ada di sini; Gangguan apapun
juga yang bergantung pada persepsi landasan ruang tanpa batas, gangguan itu tidak
ada di sini. Hanya ada gangguan ini, yaitu, ketergantungan tunggal pada persepsi
landasan kesadaran tanpa batas. Ia memahami: Bidang persepsi ini adalah kosong
dari persepsi tanah; bidang persepsi ini adalah kosong dari persepsi landasan ruang
tanpa batas. Hanya ada ketidak-kosongan ini, yaitu, ketergantungan tunggal pada
persepsi landasan kesadaran tanpa batas. Demikianlah ia menganggapnya sebagai
kosong dari apa yang tidak ada di sana, tetapi sehubungan dengan apa yang ada di
sana ia memahami apa yang ada di sana sebagai berikut: Ini ada. Demikianlah,
nanda, ini juga adalah masuknya ia ke dalam kekosongan, yang asli, tidak
menyimpang, dan murni.

8. Kemudian, nanda, seorang bhikkhu - dengan tidak memperhatikan persepsi
landasan ruang tanpa batas, tidak memperhatikan persepsi landasan kesadaran tanpa
batas memperhatikan ketergantungan tunggal pada persepsi landasan kekosongan.
Pikirannya memasuki persepsi landasan kekosongan itu dan memperoleh keyakinan,
kekokohan, dan kesungguhan. Ia memahami: Gangguan apapun juga yang
bergantung pada persepsi landasan ruang tanpa batas, gangguan itu tidak ada di sini;
Gangguan apapun juga yang bergantung pada persepsi landasan kesadaran tanpa
batas, gangguan itu tidak ada di sini. Hanya ada gangguan ini, yaitu, ketergantungan
tunggal pada persepsi landasan kekosongan. Ia memahami: Bidang persepsi ini
adalah kosong dari persepsi landasan ruang tanpa batas; [107] bidang persepsi ini
adalah kosong dari persepsi landasan kesadaran tanpa batas. Hanya ada ketidak-
kosongan ini, yaitu, ketergantungan tunggal pada persepsi landasan kekosongan.
Demikianlah ia menganggapnya sebagai kosong dari apa yang tidak ada di sana,
tetapi sehubungan dengan apa yang ada di sana ia memahami apa yang ada di sana
sebagai berikut: Ini ada. Demikianlah, nanda, ini juga adalah masuknya ia ke
dalam kekosongan, yang asli, tidak menyimpang, dan murni.

9. Kemudian, nanda, seorang bhikkhu - dengan tidak memperhatikan persepsi
landasan kesadaran tanpa batas, tidak memperhatikan persepsi landasan kekosongan
memperhatikan ketergantungan tunggal pada persepsi landasan bukan persepsi juga
bukan bukan-persepsi. Pikirannya memasuki persepsi landasan bukan persepsi juga
bukan bukan-persepsi itu dan memperoleh keyakinan, kekokohan, dan kesungguhan.
Ia memahami: Gangguan apapun juga yang bergantung pada persepsi landasan
kesadaran tanpa batas, gangguan itu tidak ada di sini; Gangguan apapun juga yang
bergantung pada persepsi landasan kekosongan, gangguan itu tidak ada di sini. Hanya
ada gangguan ini, yaitu, ketergantungan tunggal pada persepsi landasan bukan
persepsi juga bukan bukan-persepsi. Ia memahami: Bidang persepsi ini adalah
kosong dari persepsi landasan kesadaran tanpa batas; bidang persepsi ini adalah
kosong dari persepsi landasan kekosongan. Hanya ada ketidak-kosongan ini, yaitu,
ketergantungan tunggal pada persepsi landasan bukan persepsi juga bukan bukan-
persepsi. Demikianlah ia menganggapnya sebagai kosong dari apa yang tidak ada di
sana, tetapi sehubungan dengan apa yang ada di sana ia memahami apa yang ada di
sana sebagai berikut: Ini ada. Demikianlah, nanda, ini juga adalah masuknya ia ke
dalam kekosongan, yang asli, tidak menyimpang, dan murni.

10. Kemudian, nanda, seorang bhikkhu - dengan tidak memperhatikan persepsi
landasan kekosongan, tidak memperhatikan persepsi landasan bukan persepsi juga
bukan bukan-persepsi memperhatikan ketergantungan tunggal pada konsentrasi
pikiran tanpa gambaran.
1142
Pikirannya memasuki konsentrasi pikiran tanpa gambaran
itu dan memperoleh keyakinan, kekokohan, dan kesungguhan. Ia memahami:
Gangguan apapun juga yang bergantung pada persepsi landasan kekosongan,
gangguan itu tidak ada di sini; Gangguan apapun juga yang bergantung pada persepsi
landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi, gangguan itu tidak ada di sini.
Hanya ada gangguan ini, yaitu, yang berhubungan dengan enam landasan yang
bergantung pada jasmani dan [108] dikondisikan oleh kehidupan. Ia memahami:
Bidang persepsi ini adalah kosong dari persepsi landasan kekosongan; bidang
persepsi ini adalah kosong dari persepsi landasan bukan persepsi juga bukan bukan-
persepsi. Hanya ada ketidak-kosongan ini, yaitu, yang berhubungan dengan enam
landasan yang bergantung pada jasmani dan dikondisikan oleh kehidupan.
Demikianlah ia menganggapnya sebagai kosong dari apa yang tidak ada di sana,
tetapi sehubungan dengan apa yang ada di sana ia memahami apa yang ada di sana
sebagai berikut: Ini ada. Demikianlah, nanda, ini juga adalah masuknya ia ke
dalam kekosongan, yang asli, tidak menyimpang, dan murni.

11. Kemudian, nanda, seorang bhikkhu - dengan tidak memperhatikan persepsi
landasan kekosongan, tidak menuruti persepsi landasan bukan persepsi juga bukan
bukan-persepsi memperhatikan ketergantungan tunggal pada konsentrasi pikiran
tanpa gambaran. Pikirannya memasuki konsentrasi pikiran tanpa gambaran itu dan
memperoleh keyakinan, kekokohan, dan kesungguhan. Ia memahami: Konsentrasi
pikiran tanpa gambaran ini adalah terkondisi dan dihasilkan melalui kehendak. Tetapi
apapun juga yang terkondisi dan dihasilkan melalui kehendak adalah tidak kekal,
tunduk pada lenyapnya.
1143
Ketika ia mengetahui dan melihat demikian, pikirannya
terbebaskan dari noda keinginan indria, dari noda penjelmaan, dan dari noda ketidak-
tahuan. Ketika terbebaskan muncullah pengetahuan: Terbebaskan. Ia memahami:
Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan
telah dilakukan, tidak akan ada lagi penjelmaan menjadi kondisi makhluk apapun.

12. Ia memahami sebagai berikut: Gangguan apapun juga yang bergantung pada
noda keinginan indria, gangguan itu tidak ada di sini; Gangguan apapun juga yang
bergantung pada noda penjelmaan, gangguan itu tidak ada di sini; Gangguan apapun
juga yang bergantung pada noda ketidak-tahuan, gangguan itu tidak ada di sini. Hanya
ada gangguan ini, yaitu, yang berhubungan dengan enam landasan yang bergantung
pada jasmani dan dikondisikan oleh kehidupan. Ia memahami: Bidang persepsi ini
adalah kosong dari noda keinginan indria; bidang persepsi ini adalah kosong dari noda
penjelmaan; bidang persepsi ini adalah kosong dari noda ketidak-tahuan. Hanya ada
ketidak-kosongan ini, yaitu, yang berhubungan dengan enam landasan yang
bergantung pada jasmani dan dikondisikan oleh kehidupan. Demikianlah ia
menganggapnya sebagai kosong dari apa yang tidak ada di sana, tetapi sehubungan
dengan apa yang ada di sana ia memahami apa yang ada di sana sebagai berikut: Ini
ada. Demikianlah, nanda, ini adalah masuknya ia ke dalam kekosongan, yang asli,
[109] tidak menyimpang, dan murni, yang tertinggi dan tidak terlampaui
1144


13. nanda, para petapa dan brahmana manapun di masa lampau yang telah masuk
dan berdiam dalam kekosongan yang murni, mulia dan tidak terlampaui, semuanya
telah masuk dan berdiam dalam kekosongan yang murni, mulia dan tidak terlampaui
yang sama ini. para petapa dan brahmana manapun di masa depan yang akan masuk
dan berdiam dalam kekosongan yang murni, mulia dan tidak terlampaui, semuanya
akan masuk dan berdiam dalam kekosongan yang murni, mulia dan tidak terlampaui
yang sama ini. para petapa dan brahmana manapun di masa sekarang yang masuk dan
berdiam dalam kekosongan yang murni, mulia dan tidak terlampaui, semuanya masuk
dan berdiam dalam kekosongan yang murni, mulia dan tidak terlampaui yang sama
ini. Oleh karena itu, nanda, engkau harus berlatih sebagai berikut: Kami akan
masuk dan berdiam dalam kekosongan yang murni, yang tertinggi dan tidak
terlampaui.

Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagav. Yang Mulia nanda merasa puas
dan gembira mendengar kata-kata Sang Bhagav.




122 Mahsuata Sutta
Khotbah Panjang tentang Kekosongan




1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR.
1145
Pada suatu ketika Sang Bhagav
sedang menetap di negeri Sakya di Kapilavatthu di Taman Nigrodha.

2. Kemudian, pada suatu pagi, Sang Bhagav merapikan jubah, dan dengan membawa
mangkuk dan jubah luarnya, memasuki Kapilavatthu untuk menerima dana makanan.
Ketika Beliau telah menerima dana makanan di Kapilavatthu dan telah kembali dari
perjalanan itu, setelah makan Beliau pergi untuk melewatkan hari di kediaman
Kakhemaka orang Sakya. Pada saat itu terdapat banyak tempat-tempat peristirahatan
dipersiapkan di kediaman Kakhemaka orang Sakya.
1146
Ketika Sang Bhagav
melihat ini, [110] Beliau berpikir: Ada banyak tempat-tempat peristirahatan
dipersiapkan di kediaman Kakhemaka orang Sakya. Apakah ada banyak bhikkhu
menetap di sana?

Pada saat itu Yang Mulia nanda, bersama dengan banyak bhikkhu, sedang sibuk
membuat jubah di kediaman Gh orang Sakya. Kemudian, pada malam harinya,
Sang Bhagav bangkit dari meditasinya dan pergi ke kediaman Gh orang Sakya. Di
sana Beliau duduk di tempat yang telah dipersiapkan dan bertanya kepada Yang
Mulia nanda.

nanda, terdapat banyak tempat-tempat peristirahatan dipersiapkan di kediaman
Kakhemaka orang Sakya. Apakah ada banyak bhikkhu menetap di sana?
1147


Yang Mulia, banyak tempat-tempat peristirahatan dipersiapkan di kediaman
Kakhemaka orang Sakya. Ada banyak bhikkhu menetap di sana. ini adalah
waktunya bagi kami untuk membuat jubah, Yang Mulia.
1148


3. nanda, seorang bhikkhu tidak bersinar dengan bersenang-senang bersama teman-
teman, dengan bergembira bersama teman-teman, dengan menekuni kesenangan
bersama teman-teman; dengan bersenang-senang dalam masyarakat, dengan
bergembira bersama masyarakat, dengan menekuni kesenangan bersama masyarakat;
sesungguhnya, nanda, adalah tidak mungkin bahwa seorang bhikkhu yang
bersenang-senang bersama teman-teman, yang bergembira bersama teman-teman,
yang menekuni kesenangan bersama teman-teman; yang bersenang-senang bersama
masyarakat, yang bergembira bersama masyarakat, yang menekuni kesenangan
bersama masyarakat, jika ia menghendaki, dapat memperoleh kebahagiaan pelepasan
keduniawian, kebahagiaan keterasingan, kebahagiaan kedamaian, kebahagiaan
pencerahan, dengan tanpa kesulitan atau kesusahan,.
1149
Tetapi dapat diharapkan
bahwa jika seorang bhikkhu menetap sendirian, terasing dari masyarakat, jika ia
menghendaki maka ia akan dapat memperoleh kebahagiaan pelepasan keduniawian,
kebahagiaan keterasingan, kebahagiaan kedamaian, kebahagiaan pencerahan dengan
tanpa kesulitan dan tanpa kesusahan,.

4. Sesungguhnya, nanda, tidaklah mungkin bahwa seorang bhikkhu yang
bersenang-senang bersama teman-teman, yang bergembira bersama teman-teman,
yang menekuni kesenangan bersama teman-teman; yang bersenang-senang bersama
masyarakat, yang bergembira bersama masyarakat, yang menekuni kesenangan
bersama masyarakat akan dapat masuk dan berdiam dalam kebebasan pikiran yang
bersifat sementara dan menyenangkan atau dalam [kebebasan pikiran] yang terus-
menerus dan tidak tergoyahkan.
1150
Tetapi dapat diharapkan bahwa jika seorang
bhikkhu menetap sendirian, terasing dari masyarakat, maka ia akan dapat masuk dan
berdiam dalam kebebasan pikiran yang bersifat sementara dan menyenangkan atau
dalam [kebebasan pikiran] yang terus-menerus dan tidak tergoyahkan. [111]

5. Aku tidak melihat bahkan satu jenis bentuk pun, nanda, yang dari perubahannya
tidak memunculkan dukacita, ratapan, kesakitan, kesedihan, dan keputus-asaan dalam
diri seseorang yang menggemarinya dan bersenang di dalamnya.

6. Akan tetapi, nanda, ada kediaman ini yang telah ditemukan oleh Sang Tathgata:
untuk masuk dan berdiam dalam kekosongan secara internal dengan tidak
memperhatikan segala gambaran.
1151
Jika, sewaktu Sang Tathgata sedang berdiam
demikian, Beliau didatangi oleh para bhikkhu atau para bhikkhun, oleh para umat
awam laki-laki atau perempuan, oleh raja-raja atau menteri-menteri, oleh para
penganut sekte lain atau murid-murid mereka, maka dengan pikiran yang bersandar
pada keterasingan, mengarah dan condong pada keterasingan, menarik diri, bersenang
dalam pelepasan keduniawian, dan sama sekali menyingkirkan hal-hal yang menjadi
landasan bagi noda-noda, Beliau selalu berbicara kepada mereka dalam suatu cara
yang dapat membubarkan mereka.

7. Oleh karena itu, nanda, jika seorang bhikkhu menghendaki: Semoga aku masuk
dan berdiam dalam kekosongan secara internal, maka ia harus mengokohkan
pikirannya secara internal, menenangkannya, memusatkannya, dan
mengkonsentrasikannya. Dan bagaimanakah ia mengokohkan pikirannya secara
internal, menenangkannya, memusatkannya, dan mengkonsentrasikannya?

8. Di sini, nanda, dengan cukup terasing dari kenikmatan indria, terasing dari
kondisi-kondisi tidak bermanfaat, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam jhna
pertama jhna ke dua jhna ke tiga jhna ke empat, yang memiliki bukan-
kesakitan-juga-bukan-kenikmatan dan kemurnian perhatian karena keseimbangan. Ini
adalah bagaimana seorang bhikkhu mengokohkan pikirannya secara internal,
menenangkannya, memusatkannya, dan mengkonsentrasikannya. [112]

9. Kemudian ia memperhatikan kekosongan secara internal.
1152
Sewaktu ia sedang
memperhatikan kekosongan secara internal, pikirannya tidak masuk ke dalam
kekosongan secara internal atau memperoleh keyakinan, kekokohan, dan ketetapan.
Pada saat itu, ia memahami sebagai berikut: Sewaktu aku memperhatikan
kekosongan secara internal, pikiranku tidak masuk ke dalam kekosongan secara
internal atau memperoleh keyakinan, kekokohan, dan ketetapan. Dengan cara ini ia
memiliki kewaspadaan penuh pada hal itu.

Ia memperhatikan kekosongan secara eksternal Ia memperhatikan kekosongan
secara internal dan secara eksternal Ia memperhatikan ketanpa-gangguan.
1153

Sewaktu ia sedang memperhatikan ketanpa-gangguan, pikirannya tidak masuk ke
dalam ketanpa-gangguan atau memperoleh keyakinan, kekokohan, dan ketetapan.
Pada saat itu, ia memahami sebagai berikut: Sewaktu aku memperhatikan ketanpa-
gangguan, pikiranku tidak masuk ke dalam ketanpa-gangguan atau memperoleh
keyakinan, kekokohan, dan ketetapan. Dengan cara ini ia memiliki kewaspadaan
penuh pada hal itu.

10. Kemudian bhikkhu itu harus mengokohkan pikirannya secara internal,
menenangkannya, memusatkannya, dan mengkonsentrasikannya pada gambaran
konsentrasi yang sama itu seperti sebelumnya.
1154
Kemudian ia memperhatikan
kekosongan secara internal. Sewaktu ia sedang memperhatikan kekosongan secara
internal, pikirannya masuk ke dalam kekosongan secara internal dan memperoleh
keyakinan, kekokohan, dan ketetapan. Pada saat itu, ia memahami sebagai berikut:
Sewaktu aku memperhatikan kekosongan secara internal, pikiranku masuk ke dalam
kekosongan dan memperoleh keyakinan, kekokohan, dan ketetapan. Dengan cara ini
ia memiliki kewaspadaan penuh pada hal itu.

Ia memperhatikan kekosongan secara eksternal Ia memperhatikan kekosongan
secara internal dan secara eksternal Ia memperhatikan ketanpa-gangguan. Sewaktu
ia sedang memperhatikan ketanpa-gangguan, pikirannya masuk ke dalam ketanpa-
gangguan dan memperoleh keyakinan, kekokohan, dan ketetapan. Pada saat itu, ia
memahami sebagai berikut: Sewaktu aku memperhatikan ketanpa-gangguan,
pikiranku masuk ke dalam ketanpa-gangguan dan memperoleh keyakinan, kekokohan,
dan ketetapan. Dengan cara ini ia memiliki kewaspadaan penuh pada hal itu.

11. ketika seorang bhikkhu berdiam demikian, jika pikirannya condong untuk
berjalan, maka ia berjalan, dengan pikiran: Sewaktu aku sedang berjalan demikian,
tidak ada kondisi-kondisi buruk yang tidak bermanfaat berupa ketamakan dan
kesedihan akan menyerangku. [113] Dengan cara ini ia memiliki kewaspadaan penuh
pada hal itu. dan ketika seorang bhikkhu berdiam demikian, jika pikirannya condong
untuk berdiri, maka ia berdiri jika pikirannya condong untuk duduk, maka ia
duduk jika pikirannya condong untuk berbaring, maka ia berbaring, dengan
pikiran: Sewaktu aku sedang berbaring demikian, tidak ada kondisi-kondisi buruk
yang tidak bermanfaat berupa ketamakan dan kesedihan akan menyerangku. Dengan
cara ini ia memiliki kewaspadaan penuh pada hal itu.

12. ketika seorang bhikkhu berdiam demikian, jika pikirannya condong untuk
berbicara, maka ia memutuskan: Pembicaraan demikian adalah rendah, vulgar, kasar,
tidak mulia, tidak bermanfaat, dan tidak menuntun menuju kekecewaan, kebosanan,
lenyapnya, kedamaian, pengetahuan langsung, pencerahan, dan Nibbna, yaitu,
pembicaraan tentang para raja, para perampok, para menteri, para prajurit, bahaya-
bahaya, peperangan, makanan, minuman, pakaian, tempat tidur, kalung bunga, wangi-
wangian, sanak saudara, kendaraan-kendaraan, desa-desa, pemukiman-pemukiman,
kota-kota, negeri-negeri, para perempuan, para pahlawan, jalan-jalan, sumur-sumur,
orang-orang mati, hal-hal sepele, asal-mula dunia, asal-mula lautan, apakah hal-hal itu
adalah demikian atau tidak demikian: pembicaraan demikian tidak akan aku ucapkan.
Dengan cara ini ia memiliki kewaspadaan penuh akan hal itu.

Tetapi ia memutuskan: Pembicaraan demikian yang membahas tentang
penghapusan, yang mendukung kebebasan pikiran, yang menuntun menuju
kekecewaan sepenuhnya, kebosanan sepenuhnya, lenyapnya, kedamaian, pengetahuan
langsung, pencerahan, dan Nibbna, yaitu, pembicaraan tentang keinginan yang
sedikit, tentang kepuasan, kesendirian, keterasingan dari masyarakat, pembangkitan
kegigihan, moralitas, konsentrasi, kebijaksanaan, kebebasan, pengetahuan dan
penglihatan kebebasan: pembicaraan demikian akan aku ucapkan. Dengan cara ini ia
memiliki kewaspadaan penuh akan hal itu.

13. ketika seorang bhikkhu berdiam demikian, [114] jika pikirannya condong untuk
berpikir, maka ia memutuskan: Pikiran demikian adalah rendah, vulgar, kasar, tidak
mulia, tidak bermanfaat, dan tidak menuntun menuju kekecewaan, kebosanan,
lenyapnya, kedamaian, pengetahuan langsung, pencerahan, dan Nibbna, yaitu,
pikiran keinginan indria, pikiran permusuhan, dan pikiran kekejaman: pikiran
demikian tidak akan aku pikirkan. Dengan cara ini ia memiliki kewaspadaan penuh
akan hal itu.

Tetapi ia memutuskan: Pemikiran demikian adalah mulia dan membebaskan, dan
menuntun seseorang yang melatihnya menuju pelenyapan penderitaan sepenuhnya,
yaitu, pikiran pelepasan keduniawian, pikiran tanpa permusuhan, dan pikiran tanpa-
kekejaman: pikiran-pikiran demikian akan aku pikirkan. Dengan cara ini ia memiliki
kewaspadaan penuh akan hal itu.

14. nanda, terdapat lima utas kenikmatan indria ini.
1155
Apakah lima ini? Bentuk-
bentuk yang dikenali oleh mata yang diharapkan, diinginkan, menyenangkan dan
disukai, terhubung dengan kenikmatan indria, dan merangsang nafsu. Suara-suara
yang dikenali oleh telinga ... bau-bauan yang dikenali oleh hidung ... rasa kecapan
yang dikenali oleh lidah ... objek-objek sentuhan yang dikenali oleh badan yang
diharapkan, diinginkan, menyenangkan dan disukai, terhubung dengan kenikmatan
indria, dan merangsang nafsu. Ini adalah lima utas kenikmatan indria.

15. Di sini seorang bhikkhu harus terus-menerus memeriksa pikirannya sebagai
berikut: Apakah ada kegairahan pikiran sehubungan dengan landasan apapun di
antara kelima utas kenikmatan indria ini yang muncul padaku? jika, ketika
memeriksa pikirannya, bhikkhu itu memahami: Kegairahan pikiran sehubungan
dengan landasan apapun di antara kelima utas kenikmatan indria ini memang muncul
padaku, maka ia memahami: Keinginan dan nafsu terhadap kelima utas kenikmatan
indria belum ditinggalkan dari dalam diriku. Dengan cara ini ia memiliki
kewaspadaan penuh akan hal itu. Tetapi jika, ketika memeriksa pikirannya, bhikkhu
itu memahami: Tidak ada kegairahan pikiran sehubungan dengan landasan apapun di
antara kelima utas kenikmatan indria ini yang muncul padaku, maka ia memahami:
Keinginan dan nafsu terhadap kelima utas kenikmatan indria telah ditinggalkan dari
dalam diriku. Dengan cara ini ia memiliki kewaspadaan penuh akan hal itu.

16. nanda, terdapat lima kelompok unsur kehidupan ini yang terpengaruh oleh
kemelekatan,
1156
yang sehubungan dengannya seorang bhikkhu harus berdiam dengan
merenungkan muncul dan lenyapnya sebagai berikut: Demikianlah bentuk materi,
demikianlah munculnya, demikian lenyapnya; demikianlah perasaan, demikianlah
[115] munculnya, demikian lenyapnya; demikianlah persepsi, demikianlah
munculnya, demikian lenyapnya; demikianlah bentukan-bentukan, demikianlah
munculnya, demikian lenyapnya; demikianlah kesadaran, demikianlah munculnya,
demikian lenyapnya.

17. Ketika ia berdiam dengan merenungkan muncul dan lenyapnya kelima kelompok
unsur kehidupan yang terpengaruh oleh kemelekatan ini, maka keangkuhan aku
yang berdasarkan pada kelima kelompok unsur kehidupan yang terpengaruh oleh
kemelekatan ini ditinggalkan dari dalam dirinya. Pada saat itu, bhikkhu itu
memahami: Keangkuhan aku yang berdasarkan pada kelima kelompok unsur
kehidupan yang terpengaruh oleh kemelekatan ini telah ditinggalkan dari dalam
diriku. Dengan cara ini ia memiliki kewaspadaan penuh akan hal itu.

18. Kondisi-kondisi ini adalah seluruhnya bermanfaat dan memiliki hasil
bermanfaat; kondisi-kondisi ini mulia, melampaui keduniawian, dan tidak terjangkau
oleh Yang Jahat.

19. Bagaimana menurutmu, nanda? Kebaikan apakah yang dilihat oleh seorang
siswa sehingga ia ingin berdekatan dengan Sang Guru bahkan jika ia disuruh pergi?

Yang Mulia, ajaran kami berakar dalam Sang Bhagav, dituntun oleh Sang Bhagav,
diputuskan oleh Sang Bhagav. Baik sekali jika Sang Bhagav sudi menjelaskan
makna dari kata-kata ini. Setelah mendengarkan dari Sang Bhagav, para bhikkhu
akan mengingatnya.

20. nanda, seorang siswa seharusnya tidak mendekati Sang Guru demi khotbah-
khotbah, syair-syair, dan penjelasan-penjelasan. Mengapakah? Sejak lama, nanda,
engkau telah mempelajari ajaran-ajaran, menghafalkannya, membacanya secara lisan,
memeriksanya dengan pikiran, dan menembusnya dengan baik melalui pandangan.
Tetapi pembicaraan-pembicaraan demikian yang membahas tentang penghapusan,
yang mendukung kebebasan pikiran, dan yang menuntun menuju kekecewaan
sepenuhnya, kebosanan sepenuhnya, lenyapnya, kedamaian, pengetahuan langsung,
pencerahan, dan Nibbna, yaitu, pembicaraan tentang keinginan yang sedikit, tentang
kepuasan, kesendirian, keterasingan dari masyarakat, pembangkitan kegigihan,
moralitas, konsentrasi, kebijaksanaan, kebebasan, pengetahuan dan penglihatan
kebebasan: demi pembicaraan demikian maka seorang siswa seharusnya mendekati
Sang Guru bahkan jika ia disuruh pergi.

21. Karena hal ini, nanda, kegagalan seorang guru dapat terjadi, kegagalan seorang
murid dapat terjadi, dan kegagalan seorang yang menjalani kehidupan suci dapat
terjadi.
1157


22. Dan bagaimanakah kegagalan seorang guru terjadi? Di sini seorang guru
mendatangi tempat tinggal terasing: hutan, bawah pohon, gunung, jurang, gua di
lereng gunung, tanah pekuburan, [116] belantara, ruang terbuka, tumpukan jerami.
Sewaktu ia menjalani kehidupan demikian, para brahmana dan perumah tangga dari
kota dan desa mengunjunginya, dan sebagai akibatnya ia menjadi tersesat, menjadi
dipenuhi dengan keinginan, menyerah pada ketagihan, dan kembali kepada
kemewahan. Guru ini dikatakan sebagai digagalkan oleh kegagalan guru. Ia telah
didera oleh kondisi-kondisi tidak bermanfaat yang jahat yang mengotori, membawa
penjelmaan baru, memberikan kesulitan, matang dalam penderitaan, dan mengarah
menuju kelahiran, penuaan, dan kematian di masa depan. Itu adalah bagaimana
kegagalan guru terjadi.

23. Dan bagaimanakah kegagalan seorang murid terjadi? Seorang murid dari guru
itu, meniru keterasingan gurunya, mendatangi tempat tinggal terasing: hutan
tumpukan jerami. Sewaktu ia menjalani kehidupan demikian, para brahmana dan
perumah tangga dari kota dan desa mengunjunginya, dan sebagai akibatnya ia
menjadi tersesat, menjadi dipenuhi dengan keinginan, menyerah pada ketagihan, dan
kembali kepada kemewahan. Murid ini dikatakan sebagai digagalkan oleh kegagalan
murid. Ia telah didera oleh kondisi-kondisi tidak bermanfaat yang jahat yang
mengotori, membawa penjelmaan baru, memberikan kesulitan, matang dalam
penderitaan, dan mengarah menuju kelahiran, penuaan, dan kematian di masa depan.
Itu adalah bagaimana kegagalan murid terjadi.

24. Dan bagaimanakah kegagalan dari seorang yang menjalani kehidupan suci
terjadi? di sini Seorang Tathgata muncul di dunia, sempurna, tercerahkan sempurna,
sempurna dalam pengetahuan dan perilaku, mulia, pengenal segala alam, pemimpin
yang tanpa bandingan bagi orang-orang yang harus dijinakkan, guru para dewa dan
manusia, tercerahkan, terberkahi. Beliau mendatangi tempat tinggal terasing: hutan
tumpukan jerami. Sewaktu Beliau menjalani kehidupan terasing demikian, para
brahmana dan perumah tangga dari kota dan desa mengunjunginya, namun Beliau
tidak menjadi tersesat, tidak menjadi dipenuhi dengan keinginan, tidak menyerah pada
ketagihan, dan tidak kembali kepada kemewahan. [117] Tetapi seorang murid dari
guru ini, meniru keterasingan gurunya, mendatangi tempat tinggal terasing: hutan
tumpukan jerami. Sewaktu ia menjalani kehidupan demikian, para brahmana dan
perumah tangga dari kota dan desa mengunjunginya, dan sebagai akibatnya ia
menjadi tersesat, menjadi dipenuhi dengan keinginan, menyerah pada ketagihan, dan
kembali kepada kemewahan. Orang ini yang menjalani kehidupan suci dikatakan
sebagai digagalkan oleh kegagalan dari seorang yang menjalani kehidupan suci. Ia
telah didera oleh kondisi-kondisi tidak bermanfaat yang jahat yang mengotori,
membawa penjelmaan baru, memberikan kesulitan, matang dalam penderitaan, dan
mengarah menuju kelahiran, penuaan, dan kematian di masa depan. Demikianlah
terjadinya kegagalan dari seorang yang menjalani kehidupan suci memiliki akibat
yang lebih menyakitkan, akibat yang lebih pahit, daripada kegagalan guru atau
kegagalan murid, dan hal ini bahkan dapat mengarah menuju kesengsaraan.
1158


25. Oleh karena itu, nanda, perlakukanlah Aku sebagai teman, bukan sebagai
musuh. Itu akan menuntun menuju kesejahteraan dan kebahagiaanmu untuk waktu
yang lama. Dan bagaimanakah para siswa memperlakukan gurunya sebagai musuh,
bukan sebagai teman? Di sini, nanda, dengan berbelas kasihan dan mengusahakan
kesejahteraan mereka, Sang Guru mengajarkan Dhamma kepada para siswaNya demi
belas kasihan: Ini adalah demi kesejahteraan kalian, ini adalah demi kebahagiaan
kalian. Para siswaNya tidak ingin mendengarkan atau menyimak atau mengarahkan
pikiran mereka untuk memahami; mereka melakukan kekeliruan dan berpaling dari
Pengajaran Sang Guru. Demikianlah para siswa memperlakukan Sang Guru sebagai
musuh, bukan sebagai teman.

26. Dan bagaimanakah para siswa memperlakukan gurunya sebagai teman, bukan
sebagai musuh? Di sini, nanda. Di sini, nanda, dengan berbelas kasihan dan
mengusahakan kesejahteraan mereka, Sang Guru mengajarkan Dhamma kepada para
siswaNya demi belas kasihan: Ini adalah demi kesejahteraan kalian, ini adalah demi
kebahagiaan kalian. Para siswaNya ingin mendengar dan menyimak dan
mengarahkan pikiran mereka untuk memahami; mereka tidak melakukan kekeliruan
dan tidak berpaling dari Pengajaran Sang Guru. Demikianlah para siswa
memperlakukan Sang Guru sebagai teman, bukan sebagai musuh. [118] Oleh karena
itu, nanda, perlakukanlah Aku sebagai teman, bukan sebagai musuh. Itu akan
menuntun menuju kesejahteraan dan kebahagiaanmu untuk waktu yang lama.

27. Aku tidak akan memperlakukan engkau seperti seorang pengrajin tembikar
memperlakukan tanah liat kasar yang basah. Berulang-ulang untuk mencegah kalian,
Aku akan berbicara kepada kalian, nanda. Berulang-ulang untuk menegur kalian,
Aku akan berbicara kepada kalian, nanda. Inti yang benar akan bertahan [terhadap
pengujian].
1159


Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagav. Yang Mulia nanda merasa puas
dan gembira mendengar kata-kata Sang Bhagav.


123 Acchariya-abbhta Sutta
Mengagumkan dan Menakjubkan




1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagav sedang
menetap di Svatth di Hutan Jeta, Taman Anthapiika.

2. Pada saat itu sejumlah bhikkhu sedang duduk di aula pertemuan, di mana mereka
berkumpul setelah kembali dari perjalanan menerima dana makanan, setelah makan,
ketika diskusi ini muncul di antara mereka: Sungguh mengagumkan, Teman-teman,
sungguh menakjubkan, betapa sakti dan berkuasanya Sang Tathgata! Karena Beliau
mampu mengetahui tentang para Buddha masa lampau yang mencapai Nibbna
akhir, memotong [kekusutan] proliferasi, mematahkan siklus, mengakhiri lingkaran,
dan mengatasi segala penderitaan bahwa kelahiran para Bhagav itu adalah seperti
demikian, nama mereka adalah demikian, suku mereka adalah demikian, moralitas
mereka adalah demikian, kondisi [konsentrasi] mereka adalah demikian,
kebijaksanaan mereka adalah demikian, kediaman mereka [di dalam pencapaian]
adalah demikian, kebebasan mereka adalah demikian.
1160


Ketika hal ini dikatakan, Yang Mulia nanda berkata kepada para bhikkhu: Teman-
teman, Para Tathgata adalah mengagumkan dan memiliki kualitas-kualitas
mengagumkan. Para Tathgata adalah menakjubkan dan memiliki kualitas-kualitas
menakjubkan. [119]

Akan tetapi, diskusi mereka terhenti; karena Sang Bhagav bangkit dari meditasiNya
pada malam itu, memasuki aula pertemuan, dan duduk di tempat yang telah
dipersiapkan. Kemudian Beliau bertanya kepada para bhikkhu sebagai berikut: Para
bhikkhu, untuk mendiskusikan apakah kalian duduk bersama di sini saat ini? Dan
diskusi apakah yang terhenti?

Di sini, Yang Mulia, kami sedang duduk di aula pertemuan, di mana kami
berkumpul setelah kembali dari perjalanan menerima dana makanan, setelah makan,
diskusi ini muncul di antara kami: Sungguh mengagumkan, Teman-teman, sungguh
menakjubkan ... kebebasan mereka adalah demikian. Ketika hal ini dikatakan, Yang
Mulia nanda berkata kepada kami: Teman-teman, Para Tathgata adalah
mengagumkan dan memiliki kualitas-kualitas mengagumkan. Para Tathgata adalah
menakjubkan dan memiliki kualitas-kualitas menakjubkan. Ini adalah diskusi kami,
Yang Mulia, yang terhenti ketika Sang Bhagav datang.

Kemudian Sang Bhagav berkata kepada Yang Mulia nanda: Kalau begitu,
nanda, jelaskanlah dengan lebih lengkap tentang kualitas-kualitas mengagumkan
dan menakjubkan dari Sang Tathgata.

3. Aku mendengar dan mempelajari ini, Yang Mulia, dari mulut Sang Bhagav
sendiri: Dengan penuh perhatian dan penuh kewaspadaan, nanda, Sang Bodhisatta
muncul di alam surga Tusita.
1161
Bahwa [120] dengan penuh perhatian dan penuh
kewaspadaan Sang Bodhisatta muncul di alam surga Tusita. Ini kuingat sebagai satu
kualitas mengagumkan dan menakjubkan dari Sang Bhagav.

4. Aku mendengar dan mempelajari ini dari mulut Sang Bhagav sendiri: Dengan
penuh perhatian dan penuh kewaspadaan Sang Bodhisatta berada di alam surga
Tusita. Ini juga kuingat sebagai satu kualitas mengagumkan dan menakjubkan dari
Sang Bhagav.

5. Aku mendengar dan mempelajari ini dari mulut Sang Bhagav sendiri: penuh
Sang Bodhisatta berada di alam surga Tusita selama panjang umur kehidupan penuh.
Ini juga kuingat sebagai satu kualitas mengagumkan dan menakjubkan dari Sang
Bhagav.

6. Aku mendengar dan mempelajari ini dari mulut Sang Bhagav sendiri: Dengan
penuh perhatian dan penuh kewaspadaan Sang Bodhisatta meninggal dunia dari alam
surga Tusita dan masuk ke dalam rahim ibunya. Ini juga kuingat sebagai satu kualitas
mengagumkan dan menakjubkan dari Sang Bhagav.

7. Aku mendengar dan mempelajari ini dari mulut Sang Bhagav sendiri: Ketika
Sang Bodhisatta meninggal dunia dari alam surga Tusita dan masuk ke dalam rahim
ibunya, suatu cahaya yang tidak terukur yang melampaui para dewa muncul di dunia
ini bersama dengan para dewa, Mra, dan Brahm, dalam generasi ini bersama
dengan para petapa dan brahmana, dengan para pangeran dan rakyatnya. Dan alam
ruang antara yang hampa dan tanpa dasar, kelam, gelap gulita, di mana bulan dan
matahari, yang kuat dan perkasa, tidak dapat menjangkaunya cahaya terang yang
tidak terukur melampaui kemegahan para dewa juga muncul di sana.
1162
Dan
makhluk-makhluk yang terlahir kembali di sana dapat saling melihat karena cahaya
itu: Sesungguhnya, Tuan, ada makhluk-makhluk lain yang terlahir kembali di sini!
Dan sepuluh ribu sistem dunia ini bergoyang dan bergoncang dan bergetar, dan di
sana juga muncul cahaya terang yang tidak terukur melampaui kemegahan para
dewa. Ini juga kuingat sebagai satu kualitas mengagumkan dan menakjubkan dari
Sang Bhagav.

8. Aku mendengar dan mempelajari ini dari mulut Sang Bhagav sendiri: Ketika
Sang Bodhisatta telah memasuki rahim ibunya, empat dewa muda datang untuk
menjaganya di empat penjuru agar tidak ada manusia atau bukan-manusia atau
siapapun dapat mencelakai Sang Bodhisatta atau ibunya.
1163
Ini juga kuingat sebagai
satu kualitas mengagumkan dan menakjubkan dari Sang Bhagav.

9. Aku mendengar dan mempelajari ini dari mulut Sang Bhagav sendiri: Ketika
Sang Bodhisatta telah memasuki rahim ibunya, sang ibu menjadi sungguh-sungguh
bermoral, menghindari membunuh makhluk-makhluk hidup, menghindari mengambil
apa yang tidak diberikan, menghindari perilaku salah dalam kenikmatan indria,
menghindari kebohongan, dan menghindari anggur, minuman keras, dan minuman
memabukkan, yang menjadi landasan kelengahan. Ini juga kuingat sebagai satu
kualitas mengagumkan dan menakjubkan dari Sang Bhagav. [121]

10. Aku mendengar dan mempelajari ini dari mulut Sang Bhagav sendiri: Ketika
Sang Bodhisatta telah memasuki rahim ibunya, tidak ada pikiran indriawi yang
muncul pada ibunya sehubungan dengan laki-laki, dan ia tidak tersentuh oleh laki-laki
manapun yang memiliki pikiran bernafsu. Ini juga kuingat sebagai satu kualitas
mengagumkan dan menakjubkan dari Sang Bhagav.

11. Aku mendengar dan mempelajari ini dari mulut Sang Bhagav sendiri: Ketika
Sang Bodhisatta telah memasuki rahim ibunya, sang ibu memperoleh kelima utas
kenikmatan indria, dan dengan memilikinya, ia menikmatinya. Ini juga kuingat
sebagai satu kualitas mengagumkan dan menakjubkan dari Sang Bhagav.

12. Aku mendengar dan mempelajari ini dari mulut Sang Bhagav sendiri: Ketika
Sang Bodhisatta telah memasuki rahim ibunya, tidak ada penderitaan apapun yang
muncul pada sang ibu; ia bahagia dan bebas dari kelelahan jasmani. Ia melihat Sang
Bodhisatta di dalam rahimnya dengan seluruh bagian-bagian tubuhnya, lengkap
dengan organ-organ indria. Misalkan terdapat seutas benang berwarna biru, kuning,
merah, putih, atau cokelat menembus mengikat sebuah permata beryl yang indah
sebening air yang paling jernih, bersisi-delapan, dipotong dengan baik, dan seseorang
yang berpenglihatan baik, memegangnya dengan tangannya, mengamatinya sebagai
berikut: Ini adalah permata beryl yang indah sebening air yang paling jernih, bersisi-
delapan, dipotong dengan baik, jernih dan cemerlang, memiliki segala kualitas baik,
dan seutas benang berwarna biru, kuning, merah, putih, atau cokelat menembus
mengikatnya. Demikian pula, ketika Sang Bodhisatta telah memasuki rahim ibunya
... lengkap dengan organ-organ indria. Ini juga kuingat sebagai satu kualitas
mengagumkan dan menakjubkan dari Sang Bhagav. [122]

13. Aku mendengar dan mempelajari ini dari mulut Sang Bhagav sendiri: Tujuh
hari setelah kelahiran Sang Bodhisatta, sang ibu meninggal dunia dan muncul kembali
di alam surga Tusita.
1164
Ini juga kuingat sebagai satu kualitas mengagumkan dan
menakjubkan dari Sang Bhagav.

14. Aku mendengar dan mempelajari ini dari mulut Sang Bhagav sendiri: Para
perempuan lain melahirkan setelah mengandung anaknya dalam rahim selama
sembilan atau sepuluh bulan, tetapi tidak demikian dengan ibu Sang Bodhisatta. Ibu
Sang Bodhisatta melahirkanNya setelah mengandungNya selama tepat sepuluh
bulan. Ini juga kuingat sebagai satu kualitas mengagumkan dan menakjubkan dari
Sang Bhagav.

15. Aku mendengar dan mempelajari ini dari mulut Sang Bhagav sendiri: Para
perempuan lain melahirkan dalam posisi duduk atau berbaring, tetapi tidak demikian
dengan ibu Sang Bodhisatta. Ibu Sang Bodhisatta melahirkanNya dalam posisi
berdiri. Ini juga kuingat sebagai satu kualitas mengagumkan dan menakjubkan dari
Sang Bhagav.

16. Aku mendengar dan mempelajari ini dari mulut Sang Bhagav sendiri: Ketika
Sang Bodhisatta keluar dari rahim ibunya, pertama-tama para dewa menerimaNya,
kemudian manusia. Ini juga kuingat sebagai satu kualitas mengagumkan dan
menakjubkan dari Sang Bhagav.

17. Aku mendengar dan mempelajari ini dari mulut Sang Bhagav sendiri: Ketika
Sang Bodhisatta keluar dari rahim ibunya, Beliau tidak menyentuh tanah. Empat dewa
muda menerimanya dan mengangkatnya di depan sang ibu dengan mengatakan:
Bergembiralah, O Ratu, seorang putera dengan kekuasaan luar biasa telah engkau
lahirkan. Ini juga kuingat sebagai satu kualitas mengagumkan dan menakjubkan
dari Sang Bhagav.

18. Aku mendengar dan mempelajari ini dari mulut Sang Bhagav sendiri: Ketika
Sang Bodhisatta keluar dari rahim ibunya, Beliau keluar dalam keadaan bersih, tidak
berlumuran [123] air atau cairan atau darah atau kotoran apapun juga, bersih, dan
tanpa noda. Misalkan terdapat sebutir permata yang diletakkan di atas sehelai kain
Ksi, maka permata itu tidak mengotori kain atau kain mengotori permata.
Mengapakah? Karena kemurnian keduanya. Demikian pula Sang Bodhisatta keluar ...
bersih, dan tanpa noda. Ini juga kuingat sebagai satu kualitas mengagumkan dan
menakjubkan dari Sang Bhagav.

19. Aku mendengar dan mempelajari ini dari mulut Sang Bhagav sendiri: Ketika
Sang Bodhisatta keluar dari rahim ibunya, dua pancuran air memancar dari angkasa,
satu sejuk dan satu hangat, untuk memandikan Sang Bodhisatta dan ibunya. Ini juga
kuingat sebagai satu kualitas mengagumkan dan menakjubkan dari Sang Bhagav.

20. Aku mendengar dan mempelajari ini dari mulut Sang Bhagav sendiri: Segera
setelah Sang Bodhisatta lahir, Beliau berdiri tegak dengan kaki menginjak tanah;
kemudian Beliau berjalan tujuh langkah ke arah utara, dan dengan payung putih
memayungiNya, Beliau mengamati tiap-tiap penjuru dan mengucapkan kata-kata
seorang Pemimpin Kelompok: Akulah yang tertinggi di dunia; Akulah yang terbaik
di dunia; Akulah yang terkemuka di dunia. Inilah kelahiranKu yang terakhir; sekarang
tidak ada lagi penjelmaan baru bagiKu.
1165
Ini juga kuingat sebagai satu kualitas
mengagumkan dan menakjubkan dari Sang Bhagav.

21. Aku mendengar dan mempelajari ini dari mulut Sang Bhagav sendiri: Ketika
Sang Bodhisatta keluar dari rahim ibunya, suatu cahaya yang tidak terukur yang
melampaui para dewa muncul di dunia ini bersama dengan para dewa, Mra, dan
Brahm, dalam generasi ini bersama dengan para petapa dan brahmana, dengan para
pangeran dan rakyatnya. Dan bahkan alam ruang antara yang hampa dan tanpa dasar,
kelam, gelap gulita, di mana bulan dan matahari, yang kuat dan perkasa, tidak dapat
menjangkaunya [124] cahaya terang yang tidak terukur melampaui kemegahan para
dewa juga muncul di sana. Dan makhluk-makhluk yang terlahir kembali di sana
dapat saling melihat karena cahaya itu: Sesungguhnya, Tuan, ada makhluk-makhluk
lain yang terlahir kembali di sini! Dan sepuluh ribu sistem dunia ini bergoyang dan
bergoncang dan bergetar, dan di sana juga muncul cahaya terang yang tidak terukur
melampaui kemegahan para dewa. Bahwa ketika Sang Bodhisatta keluar dari rahim
ibunya, suatu cahaya yang tidak terukur yang melampaui para dewa ... Ini juga
kuingat sebagai satu kualitas mengagumkan dan menakjubkan dari Sang Bhagav.

22. Karena itu, nanda, ingatlah ini juga sebagai kualitas mengagumkan dan
menakjubkan dari Sang Tathgata: Di sini, nanda, bagi Sang Tathgata perasaan-
perasaan dikenali pada saat munculnya, pada saat berlangsungnya, pada saat
lenyapnya; persepsi-persepsi dikenali pada saat munculnya, pada saat
berlangsungnya, pada saat lenyapnya; pikiran-pikiran dikenali pada saat munculnya,
pada saat berlangsungnya, pada saat lenyapnya.
1166
Ingatlah ini juga, nanda, sebagai
satu kualitas mengagumkan dan menakjubkan dari Sang Bhagav.

23. Yang Mulia, karena bagi Sang Bhagav perasaan-perasaan dikenali pada saat
munculnya, pada saat berlangsungnya, pada saat lenyapnya; persepsi-persepsi
dikenali pada saat munculnya, pada saat berlangsungnya, pada saat lenyapnya;
pikiran-pikiran dikenali pada saat munculnya, pada saat berlangsungnya, pada saat
lenyapnya - Ini juga kuingat sebagai satu kualitas mengagumkan dan menakjubkan
dari Sang Bhagav.

Ini adalah apa yang dikatakan oleh Yang Mulia nanda. Sang Guru menyetujuinya.
Para bhikkhu merasa puas dan gembira mendengar kata-kata Yang Mulia nanda.

124 Bakkula Sutta
Bakkula




1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Yang Mulia Bakkula
sedang menetap di Rjagaha di Hutan Bambu, Taman Suaka Tupai.
1167


2. Kemudian Acela Kassapa, seorang teman dari Yang Mulia Bakkula dalam
kehidupan awamnya, [125] mendatangi Yang Mulia Bakkula dan saling bertukar sapa
dengannya. Ketika ramah-tamah ini berakhir, ia duduk di satu sisi dan bertanya
kepada Yang Mulia Bakkula:

3. Teman Bakkula, sudah berapa lamakah sejak engkau meninggalkan
keduniawian?

Sudah delapan puluh tahun sejak aku meninggalkan keduniawian, Teman.

Teman Bakkula, dalam delapan puluh tahun ini berapa kalikah engkau melakukan
hubungan seksual?

Teman Kassapa, engkau seharusnya tidak menanyakan kepadaku pertanyaan
demikian. Engkau seharusnya mengajukan pertanyaan seperti berikut: Teman
Bakkula, dalam delapan puluh tahun ini berapa kalikah persepsi-persepsi keinginan
indria muncul padamu?

Teman Bakkula, dalam delapan puluh tahun ini berapa kalikah persepsi-persepsi
keinginan indria muncul padamu?

Teman Kassapa, dalam delapan puluh tahun sejak aku meninggalkan keduniawian
aku tidak ingat ada persepsi keinginan indria yang pernah muncul padaku.

[Bahwa dalam delapan puluh tahun sejak meninggalkan keduniawian Yang
Mulia Bakkula tidak ingat ada persepsi keinginan indria yang pernah muncul
padanya ini kami ingat sebagai satu kualitas yang mengagumkan dan
menakjubkan dari Yang Mulia Bakkula.]
1168


4-5. Teman, dalam delapan puluh tahun sejak aku meninggalkan keduniawian aku
tidak ingat ada persepsi permusuhan ... persepsi kekejaman yang pernah muncul
padaku.

[Bahwa dalam delapan puluh tahun sejak meninggalkan keduniawian Yang
Mulia Bakkula tidak ingat ada persepsi permusuhan ... persepsi kekejaman
yang pernah muncul padanya ini kami ingat sebagai satu kualitas yang
mengagumkan dan menakjubkan dari Yang Mulia Bakkula.]

6. Teman, dalam delapan puluh tahun sejak aku meninggalkan keduniawian aku
tidak ingat ada pikiran keinginan indria yang pernah muncul padaku.

[ ... ini juga kami ingat sebagai satu kualitas yang mengagumkan dan
menakjubkan dari Yang Mulia Bakkula.]

7-8. Teman, dalam delapan puluh tahun sejak aku meninggalkan keduniawian aku
tidak ingat ada pikiran permusuhan... pikiran kekejaman yang pernah muncul
padaku.

[ ... ini juga kami ingat sebagai satu kualitas yang mengagumkan dan
menakjubkan dari Yang Mulia Bakkula.] [126]

9-15. Teman, dalam delapan puluh tahun sejak aku meninggalkan keduniawian aku
tidak ingat pernah menerima jubah yang diberikan oleh seorang perumah tangga
1169
...
pernah mengenakan jubah yang diberikan oleh seorang perumah tangga ... pernah
memotong jubah menggunakan pemotong ... pernah menjahit jubah menggunakan
jarum ... pernah mewarnai jubah dengan mencelup ... pernah menjahit jubah pada
waktu kahina ... pernah bekerja membuat jubah untuk teman-teman dalam kehidupan
suci.

[ ... ini juga kami ingat sebagai satu kualitas yang mengagumkan dan
menakjubkan dari Yang Mulia Bakkula.]

16-19. Teman, dalam delapan puluh tahun sejak aku meninggalkan keduniawian aku
tidak ingat pernah menerima undangan makan ... pernah memunculkan pikiran: Oh,
semoga seseorang mengundangku makan! ... pernah duduk di dalam rumah ... pernah
makan di dalam rumah.

[ ... ini juga kami ingat sebagai satu kualitas yang mengagumkan dan
menakjubkan dari Yang Mulia Bakkula.]

20-25. Teman, dalam delapan puluh tahun sejak aku meninggalkan keduniawian aku
tidak ingat pernah menggenggam gambaran dan ciri-ciri seorang perempuan ... pernah
mengajarkan Dhamma kepada seorang perempuan, bahkan hanya sebanyak empat
baris syair ... pernah mengunjungi kediaman para bhikkhun ... pernah mengajarkan
Dhamma kepada seorang bhikkhun ... pernah mengajarkan Dhamma kepada seorang
perempuan yang sedang dalam masa percobaan ... pernah mengajarkan Dhamma
kepada seorang samaer.

[ ... ini juga kami ingat sebagai satu kualitas yang mengagumkan dan
menakjubkan dari Yang Mulia Bakkula.]

26-29. Teman, dalam delapan puluh tahun sejak aku meninggalkan keduniawian aku
tidak ingat pernah memberikan pelepasan keduniawian ... pernah memberikan
penahbisan penuh ... pernah memberikan ketergantungan ... pernah memiliki seorang
samaera melayaniku.

[ ... ini juga kami ingat sebagai satu kualitas yang mengagumkan dan
menakjubkan dari Yang Mulia Bakkula.]


30-37. Teman, dalam delapan puluh tahun sejak aku meninggalkan keduniawian aku
tidak ingat pernah mandi di rumah pemandian ... pernah mandi dengan menggunakan
bubuk mandi ... pernah memijat bagian-bagian tubuh temanku dalam kehidupan suci
[127] ... pernah mengalami penderitaan bahkan selama waktu yang diperlukan untuk
memerah susu sapi ... pernah membawa-bawa obat, bahkan yang sekecil sebutir biji
kecil ... pernah menggunakan bantal guling ... pernah menyiapkan tempat tidur ...
pernah memasuki tempat kediaman masa vassa di dalam tempat tinggal di sebuah
desa.

[ ... ini juga kami ingat sebagai satu kualitas yang mengagumkan dan
menakjubkan dari Yang Mulia Bakkula.]

38. Teman, selama tujuh hari setelah meninggalkan keduniawian aku memakan dana
makanan dari desa sebagai seorang penghutang; pada hari ke delapan pengetahuan
akhir muncul.
1170


[Bahwa selama tujuh hari Yang Mulia Bakkula memakan dana makanan dari
desa sebagai seorang penghutang, dan pada hari ke delapan pengetahuan akhir
muncul ini juga kami ingat sebagai satu kualitas yang mengagumkan dan
menakjubkan dari Yang Mulia Bakkula.]

39. [Kemudian Acela Kassapa berkata:] Aku ingin menerima pelepasan keduniawian
dalam Dhamma dan Disiplin ini, aku ingin menerima penahbisan penuh. Dan Acela
Kassapa menerima pelepasan keduniawian dalam Dhamma dan Disiplin ini, ia
menerima penahbisan penuh.
1171
Dan segera, tidak lama setelah penahbisan penuhnya,
dengan berdiam sendirian, terasing, rajin, tekun, dan bersungguh-sungguh, Yang
Mulia Kassapa, dengan menembusnya untuk dirinya sendiri dengan pengetahuan
langsung, di sini dan saat ini masuk dan berdiam dalam tujuan tertinggi kehidupan
suci yang karenanya anggota-anggota keluarga meninggalkan keduniawian dari
kehidupan rumah tangga menuju kehidupan tanpa rumah. Ia secara langsung
mengetahui: Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang
harus dilakukan telah dilakukan, tidak akan ada lagi penjelmaan menjadi kondisi
makhluk apapun. Dan Yang Mulia Kassapa menjadi salah satu di antara para
Arahant.

40. Kemudian, pada kesempatan lain, Yang Mulia Bakkula mengambil kunci dan
mendatangi satu kediaman ke kediaman lagi, dengan mengatakan: Kemarilah, Para
Mulia; Kemarilah, Para Mulia. Hari ini aku akan mencapai Nibbna akhir.

[Bahwa Yang Mulia Bakkula mengambil kunci dan mendatangi satu kediaman
ke kediaman, dengan mengatakan: Kemarilah, Para Mulia; Kemarilah, Para
Mulia. Hari ini aku akan mencapai Nibbna akhir. - ini juga kami ingat
sebagai satu kualitas yang mengagumkan dan menakjubkan dari Yang Mulia
Bakkula.] [128]

41. Kemudian, sambil duduk di tengah-tengah Sangha para bhikkhu, Yang Mulia
Bakkula mencapai Nibbna akhir.
1172


[Bahwa, sambil duduk di tengah-tengah Sangha para bhikkhu, Yang Mulia
Bakkula mencapai Nibbna akhir - ini juga kami ingat sebagai satu kualitas
yang mengagumkan dan menakjubkan dari Yang Mulia Bakkula.]
1173



125 Dantabhmi Sutta
Tingkatan Kejinakan




1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagav sedang
menetap di Rjagaha di Hutan Bambu, Taman Suaka Tupai.

2. Pada saat itu Samaera Aciravata sedang menetap di sebuah gubuk hutan.
Kemudian Pangeran Jayasena, sewaktu berjalan-jalan untuk berolah-raga, mendatangi
Samaera Aciravata dan saling bertukar sapa dengannya.
1174
Ketika ramah-tamah ini
berakhir, ia duduk di satu sisi dan berkata kepada Samaera Aciravata: Guru
Aggivessana, aku telah mendengar bahwa seorang bhikkhu yang berdiam di sini yang
rajin, tekun, dan bersungguh-sungguh dapat mencapai keterpusatan pikiran.

Demikianlah, Pangeran, demikianlah. Seorang bhikkhu yang berdiam di sini yang
rajin, tekun, dan bersungguh-sungguh dapat mencapai keterpusatan pikiran.

3. Baik sekali jika Guru Aggivessana dapat mengajarkan kepadaku Dhamma seperti
yang telah ia dengar dan kuasai.

Aku tidak dapat mengajarkan Dhamma kepadamu, Pangeran, seperti yang kudengar
dan kukuasai. Karena jika aku mengajarkan Dhamma kepadamu seperti yang
kudengar dan kukuasai, engkau tidak dapat memahami kata-kataku, dan hal itu akan
melelahkan dan merepotkan aku. [129]

4. Sudilah Guru Aggivessana mengajarkan kepadaku Dhamma seperti yang telah ia
dengar dan kuasai. Mungkin aku dapat memahami makna dari kata-katanya.

Aku akan mengajarkan Dhamma kepadamu, Pangeran, seperti yang kudengar dan
kukuasai. Jika engkau dapat memahami makna dari kata-kataku, maka itu bagus.
Tetapi jika engkau tidak dapat memahami maknanya, maka biarkanlah demikian dan
jangan bertanya kepadaku lebih lanjut.

Sudilah Guru Aggivessana mengajarkan kepadaku Dhamma seperti yang telah ia
dengar dan kuasai. Jika aku dapat memahami makna dari kata-katanya, maka itu
bagus. Tetapi jika aku tidak dapat memahami maknanya, maka aku akan
membiarkannya demikian dan aku tidak akan bertanya kepadanya lebih lanjut.

5. Kemudian Samaera Aciravata mengajarkan Dhamma kepada Pangeran Jayasena
seperti yang ia dengar dan ia kuasai. Setelah ia selesai berbicara, Pangeran Jayasena
berkata: Mustahil, Guru Aggivessana, tidak mungkin terjadi bahwa seorang bhikkhu
yang berdiam dengan rajin, tekun, dan bersungguh-sungguh dapat mencapai
keterpusatan pikiran. Kemudian setelah menyatakan kepada Samaera Aciravata
bahwa hal ini mustahil dan tidak mungkin terjadi, Pangeran Jayasena bangkit dari
duduknya dan pergi.

6. Segera setelah Pangeran Jayasena pergi, Samaera Aciravata menghadap Sang
Bhagav. Setelah bersujud kepada Sang Bhagav, ia duduk di satu sisi dan
melaporkan kepada Sang Bhagav tentang keseluruhan percakapannya dengan
Pangeran Jayasena. Ketika ia telah selesai, Sang Bhagav berkata kepadanya:

7. Aggivessana, bagaimana mungkin bahwa Pangeran Jayasena, yang hidup di
tengah-tengah kenikmatan indria, menikmati kenikmatan indria, dimangsa oleh
pikiran kenikmatan indria, ditelan oleh pikiran kenikmatan indria, cenderung mencari
kenikmatan indria, [130] dapat mengetahui, melihat, atau menembus apa yang harus
diketahui melalui pelepasan keduniawian, dilihat melalui pelepasan keduniawian,
dicapai melalui pelepasan keduniawian, ditembus melalui pelepasan keduniawian? Itu
adalah tidak mungkin.

8. Misalkan,
1175
Agiivessana terdapat dua ekor gajah, kuda, atau sapi yang dapat
dijinakkan yang telah jinak dan disiplin, dan dua ekor gajah, kuda, atau sapi yang
dapat dijinakkan yang tidak jinak dan tidak disiplin. Bagaimana menurutmu,
Baginda? Apakah kedua ekor gajah, kuda, atau sapi yang dapat dijinakkan yang telah
jinak dan disiplin, karena jinak, memiliki perilaku yang jinak, apakah mereka akan
sampai pada tingkat yang jinak? -Benar, Yang Mulia. Tetapi Apakah kedua
ekor gajah, kuda, atau sapi yang dapat dijinakkan yang tidak jinak dan tidak disiplin,
karena tidak jinak, dapat memiliki perilaku yang jinak, apakah mereka akan sampai
pada tingkat yang jinak, seperti dua ekor gajah, kuda, atau sapi yang dapat dijinakkan
yang telah jinak dan disiplin? Tidak, Yang Mulia. Demikian pula,
Aggivessana, adalah tidak mungkin bahwa Pangeran Jayasena, yang hidup di tengah-
tengah kenikmatan indria ... dapat mengetahui, melihat, atau menembus apa yang
harus diketahui melalui pelepasan keduniawian, dilihat melalui pelepasan
keduniawian, dicapai melalui pelepasan keduniawian, ditembus melalui pelepasan
keduniawian.

9. Misalkan, Aggivessana, terdapat sebuah gunung tinggi tidak jauh dari sebuah desa
atau pemukiman, dan dua sahabat meninggalkan desa atau pemukiman itu dan
bersama-sama pergi mendatangi gunung itu. Setelah sampai di sana, salah satu
sahabat tetap berada di kaki gunung sementara yang lainnya akan mendaki ke puncak
gunung. Kemudian sahabat yang berada di kaki gunung akan berkata kepada sahabat
yang berdiri di puncak gunung: Sahabat, apakah yang engkau lihat, dengan berdiri di
puncak gunung? dan yang lainnya menjawab: Dengan berdiri di puncak gunung,
Sahabat, aku melihat taman-taman yang indah, semak belukar yang indah, padang
rumput-padang rumput yang indah, dan kolam-kolam yang indah. Kemudian sahabat
pertama berkata: Mustahil, [131] Sahabat, tidak mungkin terjadi bahwa dengan
berdiri di puncak gunung engkau dapat melihat taman-taman yang indah, semak
belukar yang indah, padang rumput-padang rumput yang indah, dan kolam-kolam
yang indah.

Kemudian sahabat ke dua turun ke kaki gunung, menarik tangan sahabatnya, dan
mendaki ke puncak gunung. Setelah memberinya beberapa saat untuk menarik nafas,
ia bertanya: Baiklah, Sahabat, dengan berdiri di puncak gunung, apakah yang engkau
lihat? dan sahabatnya menjawab: Dengan berdiri di puncak gunung, Sahabat, aku
melihat taman-taman yang indah, semak belukar yang indah, padang rumput-padang
rumput yang indah, dan kolam-kolam yang indah. Kemudian yang lain berkata:
Sahabat, baru saja tadi kami mendengar engkau berkata: Mustahil, Sahabat, tidak
mungkin terjadi bahwa dengan berdiri di puncak gunung engkau dapat melihat taman-
taman yang indah ... kolam-kolam yang indah. Kemudian sahabat pertama
menjawab: Karena aku terhalang oleh gunung tinggi ini, aku tidak melihat apa yang
terlihat di sana.

10. Demikian pula, Aggivessana, Pangeran Jayasena dihalangi, dirintangi, diblokir,
dan diselimuti oleh kumpulan yang lebih besar daripada ini kumpulan ketidak-
tahuan. Dengan demikian adalah tidak mungkin bahwa Pangeran Jayasena, yang
hidup di tengah-tengah kenikmatan indria ... dapat mengetahui, melihat, atau
menembus apa yang harus diketahui melalui pelepasan keduniawian, dilihat melalui
pelepasan keduniawian, dicapai melalui pelepasan keduniawian, ditembus melalui
pelepasan keduniawian.

11. Aggivessana, jika kedua perumpamaan ini telah terpikirkan olehmu
[sehubungan] dengan Pangeran jayasena, maka ia akan secara spontan berkeyakinan
padamu, dan karena berkeyakinan, maka ia akan memperlihatkan keyakinannya
kepadamu.

Yang Mulia, bagaimana mungkin kedua perumpamaan ini terpikirkan olehku
[sehubungan] dengan Pangeran Jayasena seperti terpikirkan oleh Sang Bhagav,
karena kedua perumpamaan ini muncul secara spontan dan belum pernah terdengar
sebelumnya?

[132] 12. Misalkan, Aggivessana, seorang raja mulia yang sah berkata kepada
pemburu gajahnya sebagai berikut: Pemburu gajah, tunggangilah gajah raja, pergilah
ke hutan gajah, dan ketika engkau melihat seekor gajah hutan, ikatlah gajah itu di
lehernya pada gajah raja. Setelah menjawab Baik, Baginda, pemburu gajah itu
menunggangi gajah raja, pergi ke hutan gajah, dan ketika ia melihat seekor gajah
hutan, ia mengikat gajah itu di lehernya pada gajah raja. Gajah raja menuntunnya
menuju ruang terbuka. Dengan cara inilah gajah hutan itu keluar ke ruang terbuka;
karena gajah hutan itu melekat pada hutan gajah.

Kemudian pemburu gajah itu memberitahu raja: Baginda, gajah hutan telah keluar
ke ruang terbuka. Raja memanggil penjinak gajah sebagai berikut: Pergilah,
Penjinak-gajah, jinakkan gajah hutan itu, tundukkanlah kebiasaan-kebiasaan
hutannya, taklukkanlah ingatan-ingatan dan kehendak-kehendak hutannya,
hilangkanlah kesedihan, keletihan, dan demam karena meninggalkan hutan. Buatlah
agar gajah itu senang di kota, tanamkan padanya kebiasaan-kebiasaan yang disenangi
manusia. Setelah menjawab Baik, Baginda, penjinak gajah itu menanam sebuah
tiang besar di tanah dan mengikat gajah hutan itu pada tiang itu di lehernya untuk
menundukkan kebiasaan-kebiasaan hutannya ... dan untuk menanamkan padanya
kebiasaan-kebiasaan yang disenangi manusia.

Kemudian si penjinak gajah berkata kepada gajah itu dengan kata-kata yang
lembut, menyenangkan di telinga, dan indah, ketika masuk dalam batin, sopan,
disukai banyak orang dan menyenangkan banyak orang. Ketika gajah hutan itu [133]
mendengar kata-kata demikian, ia mendengarkan, menyimak dan mengarahkan
pikirannya untuk memahami. Si penjinak gajah selanjutnya memberinya hadiah
berupa makanan dan air. Ketika gajah hutan itu menerima makanan dan air darinya,
penjinak gajah itu mengetahui: Sekarang gajah raja ini akan hidup!

Kemudian si penjinak gajah melatih gajah itu lebih jauh lagi sebagai berikut:
'Angkat, turunkan! Ketika gajah raja itu mematuhi perintah si penjinaknya untuk
mengangkat dan menurunkan dan melaksanakan instruksinya, si penjinak gajah
melatihnya lebih jauh sebagai berikut: Maju, mundur! Ketika gajah raja itu
mematuhi perintah si penjinaknya untuk berjalan maju dan mundur dan melaksanakan
instruksinya, si penjinak gajah melatihnya lebih jauh sebagai berikut: Berdiri, duduk!
Ketika gajah raja itu mematuhi perintah si penjinaknya untuk berdiri dan duduk dan
melaksanakan instruksinya, si penjinak gajah melatihnya lebih jauh dalam tugas yang
disebut ketanpa-gangguan. Ia mengikatkan sebilah papan besar pada belalainya;
seorang laki-laki dengan tombak di tangan duduk di lehernya; orang-orang dengan
tombak di tangan mengelilinginya di segala sisi; dan si penjinak gajah berdiri di
depannya dengan memegang tombak panjang. Ketika gajah itu sedang dilatih dalam
tugas ketanpa-gangguan, ia tidak menggerakkan kaki depan atau kaki belakangnya; ia
tidak menggerakkan bagian tubuh depan atau belakangnya; ia tidak menggerakkan
kepalanya, telinganya, gadingnya, ekornya, atau belalainya. Gajah raja itu mampu
menahankan serangan tombak, serangan pedang, serangan anak panah, serangan dari
makhluk lain, dan gelegar suara tambur, genderang dan terumpet. Karena bebas dari
segala cacat dan kekurangan, bersih dari kerusakan, ia layak menjadi gajah raja, layak
melayani raja, dianggap sebagai salah satu faktor seorang raja. [134]

13-14. Demikian pula Aggivessana, seorang Tathgata muncul di dunia ini,
sempurna, tercerahkan sempurna ... (seperti Sutta 51, 12-13) ... ia mencukur rambut
dan janggutnya, mengenakan jubah kuning, dan meninggalkan keduniawian dari
kehidupan rumah tangga menuju kehidupan tanpa rumah. Adalah dengan cara ini
seorang siswa mulia keluar ke ruang terbuka; karena para dewa dan manusia melekat
pada kelima utas kenikmatan indria.

15. Kemudian Sang Tathgata mendisiplinkannya lebih jauh: Marilah, Bhikkhu,
jadilah bermoral, terkendali dengan pengendalian Pimokkha, sempurna dalam
perbuatan dan tempat-tempat yang dikunjungi, dan melihat dengan takut pada
pelanggaran sekecil apapun, terlatih oleh peraturan-peraturan latihan.

16. Ketika, Aggivessana, siswa mulia itu telah menjadi bermoral ... dan melihat
dengan takut pada pelanggaran sekecil apapun, terlatih dengan menjalankan
peraturan-peraturan latihan, kemudian Sang Tathgata mendisiplinkannya lebih jauh:
Marilah, Bhikkhu, jagalah pintu-pintu indriamu. Ketika melihat bentuk dengan mata,
jangan menggenggam gambaran dan ciri-cirinya. Karena jika engkau membiarkan
indria mata tanpa terjaga, kondisi-kondisi jahat yang tidak bermanfaat berupa
ketamakan dan kesedihan dapat menyerangmu, latihlah jalan pengendaliannya,
jagalah indria mata, jalankanlah pengendalian indria mata. Ketika mendengar suara
dengan telinga ... Ketika mencium bau-bauan dengan hidung ... Ketika mengecap rasa
dengan lidah ... Ketika menyentuh objek-sentuhan dengan badan ... Ketika mengenali
objek-pikiran dengan pikiran, jangan menggenggam gambaran dan ciri-cirinya.
Karena jika engkau membiarkan indria pikiran tanpa terjaga, kondisi-kondisi jahat
yang tidak bermanfaat berupa ketamakan dan kesedihan dapat menyerangmu, latihlah
jalan pengendalian, jagalah indria pikiran, jalankanlah pengendalian indria pikiran.

17. Ketika, Aggivessana, siswa mulia itu telah menjaga pintu-pintu indrianya,
kemudian Sang Tathgata mendisiplinkannya lebih jauh: Marilah, Bhikkhu,
makanlah secukupnya. Dengan merenungkan dengan bijaksana, seorang siswa mulia
memakan makanan bukan untuk kenikmatan juga bukan untuk mabuk juga bukan
demi kecantikan dan kemenarikan fisik, tetapi hanya untuk ketahanan dan
kelangsungan tubuh ini, untuk mengakhiri ketidak-nyamanan, untuk menunjang
kehidupan suci, dengan mempertimbangkan: Dengan demikian aku akan mengakhiri
perasaan lama tanpa membangkitkan perasaan baru dan aku akan menjadi sehat dan
tanpa cela dan dapat hidup dalam kenyamanan.

18. Ketika, [135] Aggivessana, siswa mulia itu telah menjalani praktik makan
secukupnya, kemudian Sang Tathgata mendisiplinkannya lebih jauh: Marilah,
Bhikkhu, tekunilah keawasan. Selama siang hari, sambil berjalan mondar-mandir dan
duduk, murnikanlah pikiranmu dari kondisi-kondisi yang merintangi. Pada jaga
pertama malam hari, sambil berjalan mondar-mandir dan duduk, murnikanlah
pikiranmu dari kondisi-kondisi yang merintangi. Pada jaga pertengahan malam hari
engkau harus berbaring di sisi kanan dalam postur singa, dengan satu kaki di atas kaki
lainnya, penuh perhatian dan penuh kewaspadaan, setelah mencatat dalam pikirannya
waktu untuk terjaga. Setelah terjaga, pada jaga ke tiga malam hari, sambil berjalan
mondar-mandir dan duduk, murnikanlah pikiranmu dari kondisi-kondisi yang
merintangi.

19. Ketika, Aggivessana, siswa mulia itu telah menekuni keawasan, kemudian Sang
Tathgata mendisiplinkannya lebih jauh: Marilah, Bhikkhu, milikilah perhatian dan
kewaspadaan penuh. Bertindaklah dengan penuh kewaspadaan ketika berjalan maju
dan mundur ... ketika melihat ke depan dan ke belakang ... ketika menekuk dan
merentangkan bagian-bagian tubuh ... ketika mengenakan jubah dan membawa jubah
luar dan mangkukmu ... ketika makan, minum, mengunyah makanan, dan mengecap
... ketika buang air besar dan buang air kecil ... ketika berjalan, berdiri, duduk, jatuh
terlelap, terjaga, berbicara, dan berdiam diri.

20. Ketika, Aggivessana, siswa mulia itu telah memiliki perhatian dan kewaspadaan
penuh, kemudian Sang Tathgata mendisiplinkannya lebih jauh: Marilah, Bhikkhu,
datangilah tempat tinggal terasing: hutan, bawah pohon, gunung, jurang, gua di lereng
gunung, tanah pekuburan, belantara, ruang terbuka, tumpukan jerami.

21. Ia mendatangi tempat tinggal terasing: hutan ... tumpukan jerami. Ketika kembali
dari perjalanan menerima dana makanan, setelah makan ia duduk bersila, menegakkan
tubuhnya, dan menegakkan perhatian di depannya. Dengan meninggalkan ketamakan
terhadap dunia, ia berdiam dengan pikiran bebas dari ketamakan; ia memurnikan
pikirannya dari ketamakan. Dengan meninggalkan permusuhan dan kebencian, ia
berdiam dengan pikiran yang bebas dari permusuhan, berbelas kasihan demi
kesejahteraan makhluk-makhluk hidup; ia memurnikan pikirannya dari permusuhan
dan kebencian. Dengan meninggalkan kelambanan dan ketumpulan, ia berdiam
dengan bebas dari kelambanan dan ketumpulan, mempersepsikan cahaya, penuh
perhatian, dan penuh kewaspadaan; ia memurnikan pikirannya dari kelambanan dan
ketumpulan. Dengan meninggalkan kegelisahan dan penyesalan, ia berdiam dengan
tanpa terganggu dengan pikiran yang damai; ia memurnikan pikirannya dari
kegelisahan dan penyesalan. [136] Dengan meninggalkan keragu-raguan, ia berdiam
setelah melampaui keragu-raguan, kebingungan sehubungan dengan kondisi-kondisi
yang bermanfaat; ia memurnikan pikirannya dari keragu-raguan.

22. Setelah meninggalkan kelima rintangan, ketidak-sempurnaan pikiran ini yang
melemahkan kebijaksanaan, ia berdiam dengan merenungkan jasmani sebagai
jasmani, tekun, penuh kewaspadaan, dan penuh perhatian, setelah menyingkirkan
ketamakan dan kesedihan sehubungan dengan dunia. Ia berdiam dengan merenungkan
perasaan sebagai perasaan ... pikiran sebagai pikiran ... objek-objek pikiran sebagai
objek-objek pikiran, tekun, penuh kewaspadaan, dan penuh perhatian, setelah
menyingkirkan ketamakan dan kesedihan sehubungan dengan dunia.
1176


23. Seperti halnya, Aggivessana, penjinak gajah yang menanam sebuah tiang besar
di tanah dan mengikatkan leher gajah hutan pada tiang itu untuk menundukkan
kebiasaan-kebiasaan hutannya ... dan untuk menanamkan padanya kebiasaan-
kebiasaan yang disenangi manusia, demikian pula empat landasan perhatian ini adalah
pengikat pikiran siswa mulia itu untuk menundukkan kebiasaan-kebiasaannya yang
berdasarkan pada kehidupan rumah tangga, untuk menaklukkan ingatan-ingatan dan
kehendak-kehendak yang berdasarkan pada kehidupan rumah tangga, untuk
menghilangkan kesedihan, keletihan, dan demam yang berdasarkan pada kehidupan
rumah tangga, dan agar ia dapat mencapai jalan sejati dan mencapai Nibbna.

24. Kemudian Sang Tathgata mendisiplinkannya lebih jauh: Marilah, Bhikkhu,
berdiamlah dengan merenungkan jasmani sebagai jasmani, tetapi jangan memikirkan
pikiran-pikiran keinginan indria. Berdiamlah dengan merenungkan perasaan sebagai
perasaan ... pikiran sebagai pikiran ... objek-objek pikiran sebagai objek-objek
pikiran, tetapi jangan memikirkan pikiran-pikiran keinginan indria.
1177


25. Dengan menenangkan awal pikiran dan kelangsungan pikiran, ia masuk dan
berdiam dalam jhna ke dua ... jhna ke tiga ... jhna ke empat.

26-29. Ketika pikirannya yang terkonsentrasi sedemikian murni ... (seperti Sutta 51,
24-27) ... Ia memahami: Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah
dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak akan ada lagi penjelmaan
menjadi kondisi makhluk apapun.

30. Bhikkhu itu mampu menahankan dingin dan panas, lapar dan haus, dan kontak
dengan lalat, nyamuk, angin, matahari, dan binatang-binatang melata; ia mampu
menahankan ucapan-kasar, kata-kata yang tidak menyenangkan dan perasaan [137]
jasmani yang telah muncul yang menyakitkan, menyiksa, tajam, menusuk, tidak
menyenangkan, menyusahkan, dan mengancam kehidupan. Karena bebas dari segala
nafsu, kebencian, dan delusi, bersih dari kerusakan, ia menjadi layak menerima
pemberian, layak menerima keramahan, layak menerima persembahan, layak
menerima penghormatan, suatu lahan jasa yang tiada taranya bagi dunia.

31. Jika, Aggivessana, gajah raja itu mati di usia tua dalam keadaan tidak jinak dan
tidak disiplin, maka ia dianggap sebagai seekor gajah tua yang mengalami kematian
yang tidak jinak. Jika gajah raja itu mati di usia pertengahan dalam keadaan tidak
jinak dan tidak disiplin, maka ia dianggap sebagai seekor gajah usia pertengahan yang
mengalami kematian yang tidak jinak. Jika gajah raja itu mati di usia muda dalam
keadaan tidak jinak dan tidak disiplin, maka ia dianggap sebagai seekor gajah muda
yang mengalami kematian yang tidak jinak. Demikian pula, Aggivessana, jika
seorang bhikkhu tua mati dengan noda-nodanya belum dihancurkan, maka ia
dianggap sebagai seorang bhikkhu tua yang mengalami kematian yang tidak jinak.
Jika seorang bhikkhu berstatus menengah mati dengan noda-nodanya belum
dihancurkan, maka ia dianggap sebagai seorang bhikkhu berstatus menengah yang
mengalami kematian yang tidak jinak. Jika seorang bhikkhu yang baru ditahbiskan
mati dengan noda-nodanya belum dihancurkan, maka ia dianggap sebagai seorang
bhikkhu yang baru ditahbiskan yang mengalami kematian yang tidak jinak.

32. Jika, Aggivessana, gajah raja itu mati di usia tua dalam keadaan jinak dan
disiplin, maka ia dianggap sebagai seekor gajah tua yang mengalami kematian yang
jinak. Jika gajah raja itu mati di usia pertengahan dalam keadaan jinak dan disiplin,
maka ia dianggap sebagai seekor gajah usia pertengahan yang mengalami kematian
yang jinak. Jika gajah raja itu mati di usia muda dalam keadaan jinak dan disiplin,
maka ia dianggap sebagai seekor gajah muda yang mengalami kematian yang jinak.
Demikian pula, Aggivessana, jika seorang bhikkhu tua mati dengan noda-nodanya
telah dihancurkan, maka ia dianggap sebagai seorang bhikkhu tua yang mengalami
kematian yang jinak. Jika seorang bhikkhu berstatus menengah mati dengan noda-
nodanya telah dihancurkan, maka ia dianggap sebagai seorang bhikkhu berstatus
menengah yang mengalami kematian yang jinak. Jika seorang bhikkhu yang baru
ditahbiskan mati dengan noda-nodanya telah dihancurkan, maka ia dianggap sebagai
seorang bhikkhu yang baru ditahbiskan yang mengalami kematian yang jinak.

Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagav. Samaera Aciravata merasa puas
dan gembira mendengar kata-kata Sang Bhagav.


126 Bhmija Sutta
Bhmija




[138] 1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagav
sedang menetap di Rjagaha di Hutan Bambu, Taman Suaka Tupai.

2. Kemudian, pada suatu pagi, Yang Mulia Bhmija merapikan jubah, dan dengan
membawa mangkuk dan jubah luarnya, mendatangi rumah Pangeran Jayasena dan
duduk di tempat yang telah dipersiapkan.
1178


3. Kemudian Pangeran Jayasena menghadap Yang Mulia Bhmija dan saling bertukar
sapa dengannya. Ketika ramah tamah ini berakhir, ia duduk di satu sisi dan berkata
kepada Yang Mulia Bhmija: Guru Bhmija, ada beberapa petapa dan brahmana
yang membuat pernyataan dan menganut pandangan-pandangan sebagai berikut: Jika
seseorang beraspirasi
1179
dan ia menjalani kehidupan suci, maka ia tidak akan dapat
memperoleh buah apapun; jika seseorang tidak beraspirasi dan ia menjalani
kehidupan suci, maka ia juga tidak akan dapat memperoleh buah apapun; jika
seseorang beraspirasi dan juga tidak beraspirasi dan ia menjalani kehidupan suci,
maka ia juga tidak akan dapat memperoleh buah apapun; jika seseorang bukan
beraspirasi dan juga bukan tidak beraspirasi dan ia menjalani kehidupan suci, maka ia
juga tidak akan dapat memperoleh buah apapun. Apakah yang akan dikatakan oleh
guru dari Yang Mulia Bhmija di sini, apakah yang Beliau nyatakan?

4. Aku belum pernah mendengar dan mempelajari hal itu dari mulut Sang Bhagav,
Pangeran. Tetapi adalah mungkin bahwa Sang Bhagav akan mengatakan seperti ini:
Jika seseorang beraspirasi dan ia menjalani kehidupan suci secara tidak bijaksana,
maka ia tidak akan dapat memperoleh buah apapun; Jika seseorang tidak beraspirasi
dan ia menjalani kehidupan suci secara tidak bijaksana, maka ia juga tidak akan dapat
memperoleh buah apapun; Jika seseorang beraspirasi dan juga tidak beraspirasi dan ia
menjalani kehidupan suci secara tidak bijaksana, maka ia juga tidak akan dapat
memperoleh buah apapun; Jika seseorang bukan beraspirasi dan juga bukan tidak
beraspirasi dan ia menjalani kehidupan suci secara tidak bijaksana, maka ia juga tidak
akan dapat memperoleh buah apapun. Akan tetapi, Jika seseorang beraspirasi dan ia
menjalani kehidupan suci secara bijaksana, maka ia akan dapat memperoleh buah;
[139] jika seseorang tidak beraspirasi dan ia menjalani kehidupan suci secara
bijaksana, maka ia juga akan dapat memperoleh buah; Jika seseorang beraspirasi dan
juga tidak beraspirasi dan ia menjalani kehidupan suci secara bijaksana, maka ia juga
akan dapat memperoleh buah; Jika seseorang bukan beraspirasi dan juga bukan tidak
beraspirasi dan ia menjalani kehidupan suci secara bijaksana, maka ia juga tidak akan
dapat memperoleh buah.

5. Jika guru dari Guru Bhmija berkata demikian, jika Beliau menyatakan demikian,
maka tentu saja guru dari Yang Mulia Bhmija berdiri di depan dari semua para
petapa dan brahmana biasa itu.

6. Kemudian Pangeran Jayasena melayani Yang Mulia Bhmija dari piring nasi
susunya sendiri.

7. Kemudian, ketika Yang Mulia Bhmija telah kembali dari perjalanan menerima
dana makanan itu setelah makan, ia menghadap Sang Bhagav. Setelah bersujud, ia
duduk di satu sisi dan memberitahu Sang Bhagav tentang apa yang telah terjadi,
dengan menambahkan: Yang Mulia, kuharap bahwa ketika aku ditanya demikian dan
menjawab demikian, aku telah mengatakan apa yang dikatakan oleh Sang Bhagav
dan tidak salah memahami Beliau dengan apa yang berlawanan dengan fakta.
Kuharap aku telah menjelaskan sesuai dengan Dhamma sedemikian sehingga tidak
memberikan landasan bagi celaan yang dapat dengan benar disimpulkan dari
pernyataanku. [140]

8. Tentu saja, Bhmija, ketika engkau ditanya demikian dan menjawab demikian,
engkau telah mengatakan apa yang dikatakan olehKu dan tidak salah memahamiKu
dengan apa yang berlawanan dengan fakta sedemikian sehingga tidak memberikan
landasan bagi celaan yang dapat dengan benar disimpulkan dari pernyataanmu.

9. Petapa dan brahmana manapun yang memiliki pandangan salah, kehendak salah,
ucapan salah, perbuatan salah, penghidupan salah, usaha salah, perhatian salah, dan
konsentrasi salah, jika mereka beraspirasi dan mereka menjalani kehidupan suci;
maka mereka tidak akan dapat memperoleh buah apapun; jika mereka tidak
beraspirasi dan mereka menjalani kehidupan suci, maka mereka juga tidak akan dapat
memperoleh buah apapun; jika mereka beraspirasi dan juga tidak beraspirasi dan
mereka menjalani kehidupan suci, maka mereka juga tidak akan dapat memperoleh
buah apapun; jika mereka bukan beraspirasi dan juga bukan tidak beraspirasi dan
mereka menjalani kehidupan suci, maka mereka juga tidak akan dapat memperoleh
buah apapun. Mengapakah? Karena [jalan salah] bukanlah metode yang benar untuk
memperoleh buah.

10. Misalkan seseorang memerlukan minyak, mencari minyak, berkeliling mencari
minyak, menumpuk kerikil di dalam bak mandi, menyiramnya dengan air, dan
memerasnya. Kemudian, jika ia beraspirasi dan melakukan demikian, ia tidak akan
dapat memperoleh minyak apapun; jika ia tidak beraspirasi dan melakukan demikian,
ia juga tidak akan dapat memperoleh minyak apapun; jika ia beraspirasi dan juga
tidak beraspirasi dan melakukan demikian, ia juga tidak akan dapat memperoleh
minyak apapun; jika ia bukan beraspirasi dan juga bukan tidak beraspirasi dan
melakukan demikian, ia juga tidak akan dapat memperoleh minyak apapun.
Mengapakah? Karena [cara melakukan demikian] bukanlah metode yang benar untuk
memperoleh minyak. Demikian pula petapa dan brahmana manapun yang memiliki
pandangan salah ... mereka juga tidak akan dapat memperoleh buah apapun.
Mengapakah? [141] Karena [jalan salah] bukanlah metode yang benar untuk
memperoleh buah.

11. Misalkan seseorang memerlukan susu, mencari susu, berkeliling mencari susu,
menarik tanduk seekor sapi yang baru melahirkan. Kemudian, jika ia beraspirasi
jika ia tidak beraspirasi jika ia beraspirasi dan juga tidak beraspirasi jika ia
bukan beraspirasi juga bukan tidak beraspirasi dan melakukan demikian, ia juga tidak
akan dapat memperoleh susu apapun. Mengapakah? Karena [cara melakukan
demikian] bukanlah metode yang benar untuk memperoleh susu. Demikian pula
petapa dan brahmana manapun yang memiliki pandangan salah ... mereka juga tidak
akan dapat memperoleh buah apapun. Mengapakah? Karena [jalan salah] bukanlah
metode yang benar untuk memperoleh buah.

12. Misalkan seseorang memerlukan mentega, mencari mentega, berkeliling mencari
mentega, menuangkan air ke dalam gentong susu dan mengaduknya dengan pengaduk
susu. Kemudian, jika ia beraspirasi jika ia tidak beraspirasi jika ia beraspirasi
dan juga tidak beraspirasi jika ia bukan beraspirasi juga bukan tidak beraspirasi
dan melakukan demikian, ia juga tidak akan dapat memperoleh mentega apapun.
Mengapakah? Karena [cara melakukan demikian] bukanlah metode yang benar untuk
memperoleh mentega. Demikian pula petapa dan brahmana manapun yang memiliki
pandangan salah ... mereka juga tidak akan dapat memperoleh buah apapun.
Mengapakah? Karena [jalan salah] bukanlah metode yang benar untuk memperoleh
buah.

13. Misalkan seseorang memerlukan api, mencari api, berkeliling mencari api,
mengambil [142] kayu-api sebelah atas dan menggosok sepotong kayu bergetah yang
basah dengan kayu api itu. Kemudian, jika ia beraspirasi jika ia tidak beraspirasi
jika ia beraspirasi dan juga tidak beraspirasi jika ia bukan beraspirasi juga
bukan tidak beraspirasi dan melakukan demikian, ia juga tidak akan dapat
memperoleh api apapun. Mengapakah? Karena [cara melakukan demikian] bukanlah
metode yang benar untuk memperoleh api. Demikian pula petapa dan brahmana
manapun yang memiliki pandangan salah ... mereka juga tidak akan dapat
memperoleh buah apapun. Mengapakah? Karena [jalan salah] bukanlah metode yang
benar untuk memperoleh buah.

14. Petapa dan brahmana manapun yang memiliki pandangan benar, kehendak benar,
ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar, usaha benar, perhatian benar, dan
konsentrasi benar, jika mereka beraspirasi dan mereka menjalani kehidupan suci;
mereka akan dapat memperoleh buah apapun; Jika mereka tidak beraspirasi dan
mereka menjalani kehidupan suci, maka mereka juga akan dapat memperoleh buah;
Jika mereka beraspirasi dan juga tidak beraspirasi dan mereka menjalani kehidupan
suci, maka mereka juga akan dapat memperoleh buah; Jika mereka bukan beraspirasi
dan juga bukan tidak beraspirasi dan mereka menjalani kehidupan suci, maka mereka
juga akan dapat memperoleh buah. Mengapakah? Karena [jalan benar] adalah metode
yang benar untuk memperoleh buah.

15. Misalkan seseorang memerlukan minyak, mencari minyak, berkeliling mencari
minyak, menumpuk tepung wijen di dalam bak mandi, menyiramnya dengan air, dan
memerasnya. Kemudian, jika ia beraspirasi dan melakukan demikian, ia akan dapat
memperoleh minyak; jika ia tidak beraspirasi dan melakukan demikian, ia juga akan
dapat memperoleh minyak; jika ia beraspirasi dan juga tidak beraspirasi dan
melakukan demikian, ia juga akan dapat memperoleh minyak; jika ia bukan
beraspirasi dan juga bukan tidak beraspirasi dan melakukan demikian, ia juga akan
dapat memperoleh minyak. Mengapakah? Karena [cara melakukan demikian] adalah
metode yang benar untuk memperoleh minyak. Demikian pula petapa dan brahmana
manapun yang memiliki pandangan benar [143] ... mereka juga akan dapat
memperoleh buah Mengapakah? Karena [jalan benar] adalah metode yang benar
untuk memperoleh buah.

16. Misalkan seseorang memerlukan susu, mencari susu, berkeliling mencari susu,
menarik ambing seekor sapi yang baru melahirkan. Kemudian, jika ia beraspirasi
jika ia tidak beraspirasi jika ia beraspirasi dan juga tidak beraspirasi jika ia
bukan beraspirasi juga bukan tidak beraspirasi dan melakukan demikian, ia juga akan
dapat memperoleh susu. Mengapakah? Karena [cara melakukan demikian] adalah
metode yang benar untuk memperoleh susu. Demikian pula petapa dan brahmana
manapun yang memiliki pandangan benar ... mereka juga akan dapat memperoleh
buah. Mengapakah? Karena [jalan benar] adalah metode yang benar untuk
memperoleh buah.

17. Misalkan seseorang memerlukan mentega, mencari mentega, berkeliling mencari
mentega, menuangkan dadih ke dalam gentong susu dan mengaduknya dengan
pengaduk susu. Kemudian, jika ia beraspirasi jika ia tidak beraspirasi jika ia
beraspirasi dan juga tidak beraspirasi jika ia bukan beraspirasi juga bukan tidak
beraspirasi dan melakukan demikian, ia juga akan dapat memperoleh mentega.
Mengapakah? Karena [cara melakukan demikian] adalah metode yang benar untuk
memperoleh mentega. Demikian pula petapa dan brahmana manapun yang memiliki
pandangan benar ... mereka juga akan dapat memperoleh buah. Mengapakah? Karena
[jalan benar] adalah metode yang benar untuk memperoleh buah.

18. Misalkan seseorang memerlukan api, mencari api, berkeliling mencari api,
mengambil [142] kayu-api sebelah atas dan menggosok sepotong kayu kering tanpa
getah dengan kayu api itu. Kemudian, jika ia beraspirasi [144] jika ia tidak
beraspirasi jika ia beraspirasi dan juga tidak beraspirasi jika ia bukan
beraspirasi juga bukan tidak beraspirasi dan melakukan demikian, ia juga akan dapat
memperoleh api. Mengapakah? Karena [cara melakukan demikian] adalah metode
yang benar untuk memperoleh api. Demikian pula petapa dan brahmana manapun
yang memiliki pandangan benar ... mereka juga akan dapat memperoleh buah.
Mengapakah? Karena [jalan benar] adalah metode yang benar untuk memperoleh
buah.

19. Bhmija, jika keempat perumpamaan ini telah terpikirkan olehmu [sehubungan]
dengan Pangeran jayasena, maka ia akan secara spontan berkeyakinan padamu, dan
karena berkeyakinan, maka ia akan memperlihatkan keyakinannya kepadamu.

Yang Mulia, bagaimana mungkin keempat perumpamaan ini terpikirkan olehku
[sehubungan] dengan Pangeran Jayasena seperti terpikirkan oleh Sang Bhagav,
karena perumpamaan-perumpamaan ini muncul secara spontan dan belum pernah
terdengar sebelumnya?

Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagav. Yang Mulia Bhmija merasa puas
dan gembira mendengar kata-kata Sang Bhagav.


127 Anuruddha Sutta
Anuruddha




1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagav sedang
menetap di Svatth di Hutan Jeta, Taman Anthapiika.

2. Kemudian Tukang Kayu Pacakanga berkata kepada seseorang sebagai berikut:
Pergilah, Sahabat, temui Yang Mulia Anuruddha, [145] bersujudlah atas namaku
dengan kepalamu di kakinya, dan katakan: Yang Mulia, Tukang Kayu Pacakanga
bersujud dengan kepalanya di kaki Yang Mulia Anuruddha dan katakan: Yang
Mulia, sudilah Yang Mulia Anuruddha bersama tiga orang lainnya menerima dana
makanan dari Tukang Kayu Pacakanga besok; dan mohon Yang Mulia Anuruddha
datang tepat waktu karena Tukang Kayu Pacakanga sangat sibuk dan banyak
pekerjaan yang harus dilakukan untuk raja.

Baik, Tuan, orang itu menjawab, dan ia mendatangi Yang Mulia Anuruddha.
Setelah bersujud kepada Yang Mulia Anuruddha, ia duduk di satu sisi dan
menyampaikan pesannya. Yang Mulia Anuruddha menerima dengan berdiam diri.

3. Kemudian, ketika malam berlalu, pada pagi harinya, Yang Mulia Anuruddha
merapikan jubah, dan dengan membawa mangkuk dan jubah luarnya, ia pergi menuju
rumah Pacakanga dan duduk di tempat yang telah dipersiapkan. Kemudian, dengan
tangannya sendiri, Tukang Kayu Pacakanga melayani Yang Mulia Anuruddha
dengan berbagai jenis makanan baik. Kemudian, ketika Yang Mulia Anuruddha telah
selesai makan dan telah menggeser mangkuknya ke samping. Tukang Kayu
Pacakanga mengambil bangku rendah dan duduk di satu sisi, dan berkata kepada
Yang Mulia Anuruddha.

4. Di sini, Yang Mulia, para bhikkhu senior telah mendatangiku dan berkata:
Perumah tangga, kembangkanlah kebebasan pikiran yang tanpa batas; dan beberapa
bhikkhu senior mengatakan: Perumah tangga, kembangkanlah kebebasan pikiran
yang luhur. Yang Mulia, kebebasan pikiran yang Tanpa Batas dan kebebasan pikiran
yang luhur
1180
- apakah kedua kondisi ini berbeda dalam makna dan [146] berbeda
dalam kata, atau apakah kedua itu bermakna sama dan hanya berbeda dalam kata?

5. Jelaskanlah sesuai pemahamanmu, perumah tangga. Selanjutnya hal itu akan
dijelaskan kepadamu.

Yang Mulia, aku berpikir sebagai berikut: kebebasan pikiran yang tanpa batas dan
kebebasan pikiran yang luhur kondisi-kondisi ini adalah bermakna sama dan hanya
berbeda dalam kata.

6. Perumah tangga, kebebasan pikiran yang tanpa batas dan kebebasan pikiran yang
luhur kondisi-kondisi ini berbeda dalam makna dan berbeda dalam kata. Dan
bagaimana kondisi-kondisi ini berbeda dalam makna dan berbeda dalam kata harus
dipahami sebagai berikut.

7. Apakah, perumah tangga, kebebasan pikiran yang tanpa batas? Di sini seorang
bhikkhu berdiam dengan meliputi satu arah dengan pikiran penuh cinta kasih,
demikian pula dengan arah ke dua, arah ke tiga, arah ke empat; demikian pula ke atas,
ke bawah, ke sekeliling, dan ke segala penjuru, dan kepada semua makhluk seperti
kepada dirinya sendiri, ia berdiam dengan melingkupi seluruh dunia dengan pikiran
cinta kasih, berlimpah, luhur, tanpa batas, tanpa pertentangan dan tanpa permusuhan.
Ia berdiam dengan meliputi satu arah dengan pikiran penuh belas kasihan ... Ia
berdiam dengan meliputi satu arah dengan pikiran penuh kegembiraan altruistik ... Ia
berdiam dengan meliputi satu arah dengan pikiran penuh keseimbangan ... berlimpah,
luhur, tanpa batas, tanpa pertentangan dan tanpa permusuhan. Ini disebut kebebasan
pikiran yang tanpa batas.

8. Dan apakah, perumah tangga, kebebasan pikiran yang luhur? Di sini seorang
bhikkhu berdiam dengan melingkupi suatu wilayah seluas bawah sebatang pohon,
meliputinya sebagai luhur: ini disebut kebebasan pikiran yang luhur.
1181
Di sini
seorang bhikkhu berdiam dengan melingkupi suatu wilayah seluas dua atau tiga
batang pohon, meliputinya sebagai luhur: ini juga disebut kebebasan pikiran yang
luhur. Di sini seorang bhikkhu berdiam dengan melingkupi suatu wilayah seluas satu
desa, meliputinya sebagai luhur [147] suatu wilayah seluas dua atau tiga desa
suatu wilayah seluas satu kerajaan besar suatu wilayah seluas dua atau tiga
kerajaan besar suatu wilayah seluas seluruh bumi yang dibatasi oleh lautan,
meliputinya sebagai luhur: ini juga disebut kebebasan pikiran yang luhur. Dengan
cara inilah, perumah tangga, bahwa hal ini dapat dipahami bagaimana kondisi-kondisi
ini berbeda dalam makna dan berbeda dalam kata.

9. Ada, perumah tangga, empat jenis kemunculan kembali dari suatu makhluk [di
masa depan.]
1182
Apakah empat ini? Di sini seseorang berdiam dengan melingkupi
dan meliputi cahaya terbatas; ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, ia muncul
kembali di tengah-tengah para dewa dengan Cahaya Terbatas. Di sini seseorang
berdiam dengan melingkupi dan meliputi cahaya tanpa batas; ketika hancurnya
jasmani, setelah kematian, ia muncul kembali di tengah-tengah para dewa dengan
Cahaya Tanpa Batas. Di sini seseorang berdiam dengan melingkupi dan meliputi
cahaya ternoda; ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, ia muncul kembali di
tengah-tengah para dewa dengan Cahaya Ternoda. Di sini seseorang berdiam dengan
melingkupi dan meliputi cahaya murni; ketika hancurnya jasmani, setelah kematian,
ia muncul kembali di tengah-tengah para dewa dengan Cahaya Murni. Ini adalah
empat jenis kemunculan kembali dari suatu makhluk [di masa depan.]
1183


10. Pernah terjadi, perumah tangga, ketika para dewa itu berkumpul di suatu tempat.
Ketika mereka telah berkumpul di suatu tempat, perbedaan pada warna mereka dapat
terlihat tetapi tidak ada perbedaan pada cahaya mereka. Seperti halnya, jika seseorang
membawa beberapa lampu minyak ke dalam sebuah rumah, perbedaan kobaran api
dari lampu itu dapat terlihat tetapi tidak ada perbedaan pada cahayanya; demikian
pula, pernah terjadi ketika para dewa itu berkumpul di suatu tempat [148] tetapi
tidak ada perbedaan pada cahaya mereka.

11. Pernah terjadi, perumah tangga, ketika para dewa itu membubarkan diri dari
sana. ketika mereka telah pergi, perbedaan pada warna mereka dapat terlihat dan juga
perbedaan pada cahaya mereka. Seperti halnya, jika seseorang mengeluarkan
beberapa lampu minyak dari rumah itu, perbedaan pada kobaran api dapat terlihat dan
juga perbedaan pada cahayanya; demikian pula, pernah terjadi ketika para dewa itu
membubarkan diri dari sana dan juga perbedaan pada cahaya mereka.

12. Para dewa itu tidak berpikir: [Kehidupan] kami ini adalah kekal, bertahan
selamanya, dan abadi, namun di manapun para dewa itu berada, mereka menemukan
kesenangan. Seperti halnya, ketika lalat-lalat dibawa dengan sebuah galah pemikul
atau dengan sebuah keranjang, lalat-lalat itu tidak berpikir: [Kehidupan] kami ini
adalah kekal, bertahan selamanya, atau abadi, namun di manapun lalat-lalat itu
berada, mereka menemukan kesenangan; demikian pula, para dewa itu tidak berpikir
namun di manapun para dewa itu berada, mereka menemukan kesenangan.

13. Ketika hal ini dikatakan, Yang Mulia Abhiya Kaccna berkata kepada Yang Mulia
Anuruddha: Bagus, Yang Mulia Anuruddha, namun aku memiliki pertanyaan lebih
lanjut: Apakah semua para dewa bercahaya itu memiliki Cahaya Terbatas, atau
apakah beberapa dari mereka adalah para dewa dengan Cahaya Tanpa Batas?

Dengan alasan faktor [yang bertanggung jawab atas kelahiran kembali], Teman
Kaccna, maka beberapa dewa memiliki Cahaya Terbatas, dan beberapa dewa
memiliki Cahaya Tanpa Batas.

14. Yang Mulia Anuruddha, apakah sebab dan alasan mengapa di antara para dewa
yang muncul kembali dalam satu kelompok yang sama, [149] beberapa dewa
memiliki Cahaya Terbatas, beberapa dewa memiliki Cahaya Tanpa Batas?

Sehubungan dengan hal itu, Teman Kaccna, aku akan mengajukan pertanyaan
kepadamu sebagai jawaban. Jawablah sesuai dengan apa yang menurutmu benar.
Bagaimana menurutmu, Teman Kaccna? Ketika seorang bhikkhu berdiam dengan
melingkupi suatu wilayah seluas bawah sebatang pohon, meliputinya sebagai luhur,
dan seorang bhikkhu lainnya bhikkhu berdiam dengan melingkupi suatu wilayah
seluas bawah dua atau tiga batang pohon, meliputinya sebagai luhur yang manakah
dari kedua pengembangan pikiran ini yang lebih luhur? Yang ke dua, Yang
Mulia.

Bagaimana menurutmu, Teman Kaccna? Ketika seorang bhikkhu berdiam dengan
melingkupi suatu wilayah seluas dua atau tiga pohon, meliputinya sebagai luhur, dan
seorang bhikkhu lainnya berdiam dengan melingkupi suatu wilayah seluas satu desa
dan meliputinya sebagai luhur suatu wilayah seluas satu desa dan suatu wilayah
seluas dua atau tiga desa suatu wilayah seluas dua atau tiga desa [150] dan suatu
wilayah seluas satu kerajaan besar suatu wilayah seluas satu kerajaan besar dan
suatu wilayah seluas dua atau tiga kerajaan besar suatu wilayah seluas dua atau
tiga kerajaan besar dan suatu wilayah seluas seluruh bumi yang dibatasi oleh lautan,
meliputinya sebagai luhur - yang manakah dari kedua pengembangan pikiran ini yang
lebih luhur? Yang ke dua, Yang Mulia.

Ini adalah sebab dan alasan, Teman Kaccna, mengapa di antara para dewa yang
muncul kembali dalam satu kelompok yang sama, beberapa dewa memiliki Cahaya
Terbatas, beberapa dewa memiliki Cahaya Tanpa Batas.

15. Bagus, Yang Mulia Anuruddha, namun aku memiliki pertanyaan lebih lanjut:
Apakah semua para dewa bercahaya itu memiliki Cahaya Ternoda, atau apakah
beberapa dari mereka adalah para dewa dengan Cahaya Murni? [151]

Dengan alasan faktor [yang bertanggung jawab atas kelahiran kembali], Teman
Kaccna, maka beberapa dewa memiliki Cahaya Ternoda, dan beberapa dewa
memiliki Cahaya Murni.

16. Yang Mulia Anuruddha, apakah sebab dan alasan mengapa di antara para dewa
yang muncul kembali dalam satu kelompok yang sama, beberapa dewa memiliki
Cahaya Ternoda, beberapa dewa memiliki Cahaya Murni?

Sehubungan dengan hal itu, Teman Kaccna, aku akan memberikan perumpamaan,
karena seorang bijaksana di sini memahami makna dari suatu pernyataan melalui
perumpamaan. Misalkan sebuah lampu minyak menyala dari minyak yang tidak
murni dan sumbu yang tidak murni; karena ketidak-murnian minyak dan sumbunya
lampu itu menyala dengan suram. Demikian pula, di sini seorang bhikkhu berdiam
dengan melingkupi dan meliputi [suatu wilayah dengan] cahaya ternoda.
Kelembaman jasmaninya tidak sepenuhnya sirna, ketumpulan dan kelambanannya
tidak sepenuhnya dilenyapkan, kegelisahan dan penyesalannya tidak sepenuhnya
tersingkirkan; karena hal-hal ini, maka ia bermeditasi, seperti sewajarnya, dengan
suram.
1184
Ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, ia muncul kembali di tengah-
tengah para dewa dengan Cahaya Ternoda.

Misalkan sebuah lampu minyak menyala dari minyak yang murni dan sumbu yang
murni; karena kemurnian minyak dan sumbunya lampu itu menyala dengan tidak
suram. Demikian pula, di sini seorang bhikkhu berdiam dengan melingkupi dan
meliputi [suatu wilayah dengan] cahaya murni. Kelembaman jasmaninya sepenuhnya
sirna, ketumpulan dan kelambanannya sepenuhnya dilenyapkan, kegelisahan dan
penyesalannya sepenuhnya tersingkirkan; karena hal-hal ini, maka ia bermeditasi,
seperti sewajarnya, dengan terang. Ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, ia
muncul kembali di tengah-tengah para dewa dengan Cahaya Murni. [152]

Ini adalah sebab dan alasan, Teman Kaccna, mengapa di antara para dewa yang
muncul kembali dalam satu kelompok yang sama, beberapa dewa memiliki Cahaya
Ternoda, beberapa dewa memiliki Cahaya Murni.

17. Ketika hal ini dikatakan, Yang Mulia Abhiya Kaccna berkata kepada Yang Mulia
Anuruddha: Bagus, Yang Mulia Anuruddha. Yang Mulia Anuruddha tidak
mengatakan: Demikianlah yang kudengar atau Semestinya demikian. Melainkan,
Yang Mulia Anuruddha mengatakan: Para dewa ini adalah seperti ini dan para dewa
itu adalah seperti itu. aku berpikir, Yang Mulia, bahwa Yang Mulia Anuruddha pasti
sebelumnya telah bergaul dengan para dewa itu dan berbicara dengan mereka dan
berbincang-bincang dengan mereka.

Tentu saja, Teman Kaccna, kata-katamu menyinggung dan tidak sopan, tetapi aku
tetap akan menjawabmu. Sejak lama aku telah bergaul dengan para dewa itu dan
berbicara dengan mereka dan berbincang-bincang dengan mereka.
1185


18. Ketika hal ini dikatakan, Yang Mulia Abhiya Kaccna berkata kepada Tukang
Kayu Pacakanga: Suatu keberuntungan bagimu, Perumah tangga, suatu
keberuntungan besar bagimu bahwa engkau telah meninggalkan keragu-raguanmu
dan telah berkesempatan mendengarkan khotbah Dhamma ini.


128 Upakkilesa Sutta
Ketidak-sempurnaan




1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagav sedang
menetap di Kosambi di Taman Ghosita.

2. Pada saat itu para bhikkhu di Kosamb bertengkar dan bercekcok dan berselisih,
saling menusuk satu sama lain dengan pedang ucapan.
1186


3. Kemudian seorang bhikkhu tertentu mendatangi Sang Bhagav, [153] dan setelah
bersujud kepada Beliau, ia berdiri di satu sisi dan berkata: Yang Mulia, para bhikkhu
di sini di Kosambi sedang bertengkar dan bercekcok dan berselisih, saling menusuk
satu sama lain dengan pedang ucapan. Baik sekali, Yang Mulia, jika Sang Bhagav
sudi mendatangi para bhikkhu itu demi belas kasihan. Sang Bhagav menyetujui
dengan berdiam diri.

4. Kemudian Sang Bhagav mendatangi para bhikkhu itu dan berkata kepada mereka:
Cukup, para bhikkhu, jangan ada lagi pertengkaran, percekcokan, atau perselisihan.
Ketika hal ini dikatakan, seorang bhikkhu berkata kepada Sang Bhagav: Tunggu,
Yang Mulia, mohon Sang Bhagav, Raja Dhamma, hidup dengan tenang menekuni
kediaman yang nyaman di sini dan saat ini. Kamilah yang bertanggung jawab atas
pertengkaran, percekcokan, dan perselisihan ini.

Untuk ke dua kalinya ... untuk ke tiga kalinya Sang Bhagav berkata: Cukup, para
bhikkhu, jangan ada lagi pertengkaran, percekcokan, atau perselisihan. Untuk ke tiga
kalinya bhikkhu itu berkata kepada Sang Bhagav: Tunggu, Yang Mulia ... Kamilah
yang bertanggung jawab atas pertengkaran, percekcokan, dan perselisihan ini.

5. Kemudian, pada pagi harinya, Sang Bhagav merapikan jubah, dan dengan
membawa mangkuk dan jubah luarnya, memasuki Kosambi untuk menerima dana
makanan. Ketika Beliau telah menerima dana makanan di Kosambi dan telah kembali
dari perjalanan itu, setelah makan Beliau merapikan tempat tinggalNya, dengan
membawa mangkuk dan jubah luarnya, dan sambil berdiri mengucapkan syair-syair
ini: [154]

6. Ketika banyak suara berteriak sekaligus
Tidak ada yang menganggap dirinya sendiri sebagai seorang dungu;
Walaupun Sangha sedang terpecah
Tidak ada yang merasa dirinya bersalah.

Mereka telah melupakan ucapan bijaksana,
Mereka berbicara dengan hanya dikuasai oleh kata-kata.
Dengan mulut tidak terkekang, mereka berteriak sesukanya;
Tidak ada yang mengetahui apa yang membuat mereka bertindak demikian.

Ia menghinaku, ia memukulku,
1187

Ia mengalahkanku, ia merampasku
Pada mereka yang memendam pikiran-pikiran seperti ini
Kebencian tidak akan pernah sirna.

Ia menghinaku, ia memukulku,
Ia mengalahkanku, ia merampasku
Pada mereka yang tidak memendam pikiran-pikiran seperti ini
Kebencian telah siap untuk disingkirkan.

Karena di dunia ini kebencian tidak akan pernah
Disingkirkan melalui tindakan kebencian lebih lanjut.
Kebencian disingkirkan oleh ketidak-bencian:
Ini adalah hukum yang pasti dan abadi.

Mereka tidak mengetahui
Bahwa di sini kita harus mengendalikan diri sendiri.
Tetapi mereka yang bijaksana yang menyadari ini
Seketika mengakhiri segala permusuhan mereka.

Para penghancur tulang-belulang dan para pembunuh,
Mereka yang mencuri ternak, kuda, dan harta kekayaan,
Mereka yang menjarah seluruh negeri
Bahkan orang-orang ini dapat bertindak bersama
Mengapa kalian tidak dapat melakukan demikian juga?

Jika seseorang dapat menemukan teman yang layak
Seorang teman yang bermoral dan setia,
Maka dengan mengatasi segala ancaman bahaya
Dan berjalan bersamanya dengan puas dan penuh perhatian.

Tetapi jika seseorang tidak menemukan teman yang layak,
Tidak ada teman yang bermoral dan setia,
Maka bagaikan seorang raja meninggalkan kerajaan yang ditaklukkannya
Berjalanlah sendirian bagaikan gajah di hutan.

Lebih baik berjalan sendirian,
Tidak berteman dengan orang-orang dungu.
Berjalan sendirian dan tidak melakukan kejahatan,
Santai bagaikan gajah di hutan.

7. Kemudian, setelah mengucapkan syair-syair ini sambil berdiri, Sang Bhagav pergi
menuju desa Blakaloakra. Pada saat itu [155] Yang Mulia Bhagu sedang menetap
di desa Blakaloakra. Ketika dari kejauhan Yang Mulia Bhagu melihat kedatangan
Sang Bhagav, ia mempersiapkan tempat duduk dan air untuk mencuci kaki. Sang
Bhagav duduk di tempat yang telah dipersiapkan dan mencuci kakinya. Yang Mulia
Bhgu bersujud kepada Sang Bhagav dan duduk di satu sisi, Sang Bhagav berkata
kepadanya: Kuharap engkau dalam keadaan baik, Bhikkhu, Kuharap engkau cukup
nyaman, Kuharap engkau tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh dana
makanan.

Aku dalam keadaan baik, Sang Bhagav, aku cukup nyaman, aku tidak mengalami
kesulitan dalam memperoleh dana makanan.

Kemudian Sang Bhagav memberikan instruksi, mendorong, membangkitkan
semangat, dan menggembirakan Yang Mulia Bhagu dengan khotbah Dhamma,
setelah itu Beliau bangkit dari dudukNya dan pergi menuju Hutan Bambu Timur.

8. Pada saat itu Yang Mulia Anuruddha, Yang Mulia Nandiya, dan Yang Mulia
Kimbila sedang menetap di Hutan Bambu Timur.
1188
Dari jauh penjaga taman melihat
kedatangan Sang Bhagav dan berkata kepada Beliau: Jangan memasuki taman ini,
Petapa. Ada tiga anggota keluarga di sini mencari kebaikan mereka. Jangan
mengganggu mereka.

9. Yang Mulia Anuruddha mendengar penjaga taman itu berbicara dengan Sang
Bhagav dan memberitahunya: Teman penjaga taman, jangan membiarkan Sang
Bhagav di luar. Beliau adalah Guru kami, Sang Bhagav, yang telah datang.
Kemudian Yang Mulia Anuruddha mendatangi Yang Mulia Nandiya dan Yang Mulia
Kimbila dan berkata: Keluarlah, Yang Mulia, keluarlah! Guru kita, Sang Bhagav,
telah datang.

10. Kemudian ketiganya pergi menjumpai Sang Bhagav. Satu orang mengambil
mangkuk dan jubah luarNya, satu orang mempersiapkan tempat duduk, dan satu
orang mengambil air untuk mencuci kaki. Sang Bhagav duduk di tempat duduk yang
telah disediakan dan mencuci kakiNya. Kemudian ketiga yang mulia itu bersujud
pada Sang Bhagav dan duduk di satu sisi. Ketika mereka telah duduk, Sang Bhagav
berkata kepada mereka: Aku harap kalian semuanya dalam keadaan baik,
Anuruddha, Aku harap kalian semuanya nyaman, Aku harap kalian tidak mengalami
kesulitan dalam mendapatkan dana makanan. [156]

Kami baik-baik, Sang Bhagav, kami nyaman, dan kami tidak mengalami kesulitan
dalam mendapatkan dana makanan.

11. Aku harap, Anuruddha, bahwa kalian hidup dalam kerukunan, saling
menghargai, tanpa perselisihan, bercampur bagaikan susu dengan air, saling menatap
dengan tatapan ramah.

Tentu saja, Yang Mulia, kami hidup dalam kerukunan, saling menghargai, tanpa
perselisihan, bercampur bagaikan susu dengan air, saling menatap dengan tatapan
ramah.

Tetapi, Anuruddha, bagaimanakah kalian hidup demikian?

12. Yang Mulia, sehubungan dengan hal itu, aku berpikir: adalah suatu keuntungan
bagiku, adalah keuntungan besar bagiku, bahwa aku hidup bersama dengan teman-
teman demikian dalam kehidupan suci. Aku mempertahankan perbuatan jasmani
cinta kasih terhadap para mulia itu baik secara terbuka maupun secara pribadi; Aku
mempertahankan ucapan cinta kasih terhadap para mulia itu baik secara terbuka
maupun secara pribadi; Aku mempertahankan pikiran cinta kasih terhadap para mulia
itu baik secara terbuka maupun secara pribadi. Aku mempertimbangkan: Mengapa
Aku tidak mengesampingkan apa yang ingin kulakukan dan melakukan apa yang para
mulia ini ingin lakukan? kemudian aku mengesampingkan apa yang ingin kulakukan
dan melakukan apa yang para mulia ini ingin lakukan. Kami berbeda secara jasmani,
Yang Mulia, tetapi kami satu pikiran.

Yang Mulia Nandiya dan Yang Mulia Kimbila masing-masing mengatakan hal yang
sama, dan menambahkan: Itu adalah bagaimana, Yang Mulia, kami hidup dalam
kerukunan, saling menghargai, tanpa perselisihan, bercampur bagaikan susu dengan
air, saling menatap dengan tatapan ramah.

13. Bagus, bagus, Anuruddha. Aku harap kalian semua berdiam dengan rajin, tekun,
dan bersungguh-sungguh. [157]

Tentu saja, Yang Mulia, kami berdiam dengan rajin, tekun, dan teguh.

Tetapi, Anuruddha, bagaimanakah kalian berdiam demikian?

14. Yang Mulia, sehubungan dengan hal itu, siapapun dari kami yang kembali
pertama kali dari desa dengan membawa dana makanan akan menyiapkan tempat
duduk, menyediakan air minum dan air untuk mencuci, dan meletakkan tempat
sampah di tempatnya. Siapapun dari kami yang kembali terakhir kali akan memakan
makanan apapun yang tersisa, jika ia menginginkan; kalau tidak ia akan
membuangnya di tempat di mana tidak ada tanaman atau membuangnya ke air yang
mana tidak terdapat kehidupan. Ia menyingkirkan tempat duduk dan air minum dan
air untuk mencuci. Ia mencuci tempat sampah setelah mencucinya, dan ia menyapu
ruang makan. Siapapun yang melihat kendi air minum, air untuk mencuci, atau kakus
sudah hampir habis atau sudah habis maka ia akan melakukan apa yang harus ia
lakukan. Jika terlalu berat baginya, maka ia akan memanggil seseorang lain dengan
isyarat tangan dan mereka bersama-sama memindahkannya, tetapi hal ini tidak
membuat terlibat dalam percakapan. Tetapi setiap lima hari kami duduk bersama
sepanjang malam mendiskusikan Dhamma. Itu adalah bagaimana kami berdiam
dengan rajin, tekun, dan bersungguh-sungguh.

10. Bagus, bagus, Anuruddha. Tetapi ketika kalian berdiam dengan rajin, tekun, dan
bersungguh-sungguh demikian, apakah kalian telah mencapai kondisi apapun yang
melampaui manusia, keluhuran dalam pengetahuan dan penglihatan selayaknya para
mulia, suatu kediaman yang menyenangkan?

Yang Mulia, ketika kami berdiam di sini rajin, tekun, dan bersungguh-sungguh, kami
melihat cahaya dan penampakan bentuk-bentuk.
1189
Segera setelah itu cahaya dan
penampakan bentuk-bentuk itu lenyap, tetapi kami belum mengetahui penyebab dari
hal itu.

16. Kalian seharusnya menemukan penyebab dari hal itu,
1190
Anuruddha. Sebelum
pencerahanKu, sewaktu Aku masih menjadi seorang Bodhisatta yang belum
tercerahkan, Aku juga melihat cahaya dan penampakan bentuk-bentuk. Segera setelah
itu cahaya [158] dan penampakan bentuk-bentuk itu lenyap. Aku berpikir: Apakah
sebab dan kondisi mengapa cahaya dan penampakan bentuk-bentuk ini lenyap?
Kemudian Aku mempertimbangkan sebagai berikut: Keragu-raguan muncul dalam
diriKu, dan karena keragu-raguan maka konsentrasiKu jatuh; ketika konsentrasiKu
jatuh, maka cahaya dan penampakan bentuk-bentuk menjadi lenyap. Aku harus
mengusahakan agar keragu-raguan tidak muncul dalam diriKu lagi.

17. Ketika, Anuruddha, aku sedang berdiam dengan rajin, tekun, dan bersungguh-
sungguh, Aku melihat cahaya dan penampakan bentuk-bentuk. Segera setelah itu
cahaya dan penampakan bentuk-bentuk itu lenyap. Aku berpikir: Apakah sebab dan
kondisi mengapa cahaya dan penampakan bentuk-bentuk ini lenyap? Kemudian Aku
mempertimbangkan sebagai berikut: Kelengahan muncul dalam diriKu, dan karena
kelengahan itu maka konsentrasiKu jatuh; ketika konsentrasiKu jatuh, maka cahaya
dan penampakan bentuk-bentuk menjadi lenyap. Aku harus mengusahakan agar
keragu-raguan dan kelengahan tidak muncul dalam diriKu lagi.

18. Ketika, Anuruddha, aku sedang berdiam dengan rajin Aku
mempertimbangkan sebagai berikut: Kelambanan dan ketumpulan muncul dalam
diriKu, dan karena kelambanan dan ketumpulan itu maka konsentrasiKu jatuh; ketika
konsentrasiKu jatuh, maka cahaya dan penampakan bentuk-bentuk menjadi lenyap.
Aku harus mengusahakan agar keragu-raguan dan kelengahan dan kelambanan dan
ketumpulan tidak muncul dalam diriKu lagi.

19. Ketika, Anuruddha, aku sedang berdiam dengan rajin Aku
mempertimbangkan sebagai berikut: Ketakutan muncul dalam diriKu, dan karena
ketakutan itu maka konsentrasiKu jatuh; ketika konsentrasiKu jatuh, maka cahaya dan
penampakan bentuk-bentuk menjadi lenyap. Misalkan seseorang melakukan
perjalanan dan para pembunuh melompat keluar dari kedua sisinya; kemudian
ketakutan akan muncul dalam dirinya. Demikian pula, ketakutan muncul dalam
diriKu cahaya dan penampakan bentuk-bentuk menjadi lenyap. [Aku
mempertimbangkan sebagai berikut:] Aku harus mengusahakan [159] agar keragu-
raguan dan kelengahan dan kelambanan dan ketumpulan dan ketakutan tidak muncul
dalam diriKu lagi.

20. Ketika, Anuruddha, aku sedang berdiam dengan rajin Aku
mempertimbangkan sebagai berikut: Kegirangan muncul dalam diriKu, dan karena
kegirangan itu maka konsentrasiKu jatuh; ketika konsentrasiKu jatuh, maka cahaya
dan penampakan bentuk-bentuk menjadi lenyap. Misalkan seseorang mencari pintu
masuk menuju harta karun dan seketika sampai pada lima pintu masuk menuju harta
karun;
1191
maka kegirangan muncul dalam dirinya karena hal itu. Demikian pula,
kegirangan muncul dalam diriKu cahaya dan penampakan bentuk-bentuk menjadi
lenyap. [Aku mempertimbangkan sebagai berikut:] Aku harus mengusahakan agar
keragu-raguan dan kelengahan ... dan ketakutan dan kegirangan tidak muncul dalam
diriKu lagi.

21. Ketika, Anuruddha, aku sedang berdiam dengan rajin Aku
mempertimbangkan sebagai berikut: Kelembaman muncul dalam diriKu, dan karena
kelembaman itu maka konsentrasiKu jatuh; ketika konsentrasiKu jatuh, maka cahaya
dan penampakan bentuk-bentuk menjadi lenyap. Aku harus mengusahakan agar
keragu-raguan dan kelengahan ... dan kegirangan dan kelembaman tidak muncul
dalam diriKu lagi.

22. Ketika, Anuruddha, aku sedang berdiam dengan rajin Aku
mempertimbangkan sebagai berikut: Kegigihan yang berlebihan muncul dalam
diriKu, dan karena kegigihan yang berlebihan itu maka konsentrasiKu jatuh; ketika
konsentrasiKu jatuh, maka cahaya dan penampakan bentuk-bentuk menjadi lenyap.
Misalkan seseorang mencengkeram seekor burung puyuh erat-erat dengan kedua
tangannya; burung puyuh itu akan mati di tempat itu dan pada saat itu juga. Demikian
pula, kegigihan berlebihan muncul dalam diriKu ... cahaya dan penampakan bentuk-
bentuk menjadi lenyap. [Aku mempertimbangkan sebagai berikut:] Aku harus
mengusahakan agar keragu-raguan dan kelengahan ... dan kelembaman dan kegigihan
yang berlebihan tidak muncul dalam diriKu lagi.

23. Ketika, Anuruddha, aku sedang berdiam dengan rajin Aku
mempertimbangkan sebagai berikut: Kurangnya kegigihan muncul dalam diriKu,
[160] dan karena kurangnya kegigihan itu maka konsentrasiKu jatuh; ketika
konsentrasiKu jatuh, maka cahaya dan penampakan bentuk-bentuk menjadi lenyap.
Misalkan seseorang mencengkeram seekor burung puyuh dengan longgar; burung
puyuh itu akan terbang keluar dari tangan orang itu. Demikian pula, kurangnya
kegigihan muncul dalam diriKu ... cahaya dan penampakan bentuk-bentuk menjadi
lenyap. [Aku mempertimbangkan sebagai berikut:] Aku harus mengusahakan agar
keragu-raguan dan kelengahan ... dan kegigihan yang berlebihan dan kurangnya
kegigihan tidak muncul dalam diriKu lagi.

24. Ketika, Anuruddha, aku sedang berdiam dengan rajin Aku
mempertimbangkan sebagai berikut: Kerinduan muncul dalam diriKu, dan karena
kerinduan itu maka konsentrasiKu jatuh; ketika konsentrasiKu jatuh, maka cahaya
dan penampakan bentuk-bentuk menjadi lenyap. Aku harus mengusahakan agar
keragu-raguan dan kelengahan ... dan kurangnya kegigihan dan kerinduan tidak
muncul dalam diriKu lagi.

25. Ketika, Anuruddha, aku sedang berdiam dengan rajin Aku
mempertimbangkan sebagai berikut: Persepsi keberagaman muncul dalam diriKu,
1192

dan karena persepsi keberagaman itu maka konsentrasiKu jatuh; ketika konsentrasiKu
jatuh, maka cahaya dan penampakan bentuk-bentuk menjadi lenyap. Aku harus
mengusahakan agar keragu-raguan dan kelengahan ... dan kerinduan dan persepsi
keberagaman tidak muncul dalam diriKu lagi.

26. Ketika, Anuruddha, aku sedang berdiam dengan rajin Aku
mempertimbangkan sebagai berikut: Meditasi berlebihan pada bentuk-bentuk muncul
dalam diriKu,
1193
dan karena meditasi berlebihan pada bentuk-bentuk itu maka
konsentrasiKu jatuh; ketika konsentrasiKu jatuh, maka cahaya dan penampakan
bentuk-bentuk menjadi lenyap. Aku harus mengusahakan agar keragu-raguan dan
kelengahan ... dan persepsi keberagaman dan meditasi berlebihan pada bentuk-bentuk
tidak muncul dalam diriKu lagi.

27. Ketika, Anuruddha, aku memahami bahwa keragu-raguan adalah suatu ketidak-
sempurnaan pikiran,
1194
aku meninggalkan keragu-raguan, suatu ketidak-sempurnaan
pikiran. Ketika Aku memahami bahwa kelengahan ... kelambanan dan ketumpulan ...
ketakutan ... kegirangan ... kelembaman ... kegigihan yang berlebihan ... kurangnya
kegigihan ... kerinduan ... persepsi keberagaman ... meditasi berlebihan pada bentuk-
bentuk [161] adalah suatu ketidak-sempurnaan pikiran, aku meninggalkan meditasi
berlebihan pada bentuk-bentuk, suatu ketidak-sempurnaan pikiran.

28. Ketika, Anuruddha, aku sedang berdiam dengan rajin, tekun, dan bersungguh-
sungguh, Aku melihat cahaya tetapi Aku tidak melihat bentuk-bentuk; Aku melihat
bentuk-bentuk tetapi Aku tidak melihat cahaya, bahkan selama sehari penuh atau
semalam penuh atau sehari semalam. Aku berpikir: Apakah sebab dan kondisi untuk
hal ini? Kemudian Aku mempertimbangkan sebagai berikut: Pada saat Aku tidak
memperhatikan gambaran bentuk-bentuk tetapi memperhatikan gambaran cahaya,
maka Aku melihat cahaya tetapi tidak melihat bentuk-bentuk. Pada saat Aku tidak
memperhatikan gambaran cahaya tetapi memperhatikan gambaran bentuk-bentuk,
maka Aku melihat bentuk-bentuk tetapi tidak melihat cahaya, bahkan selama sehari
penuh atau semalam penuh atau sehari semalam.

29. Ketika, Anuruddha, aku sedang berdiam dengan rajin, tekun, dan teguh, Aku
melihat cahaya terbatas dan melihat bentuk-bentuk terbatas; Aku melihat cahaya
tanpa batas dan melihat bentuk-bentuk tanpa batas, bahkan selama sehari penuh atau
semalam penuh atau sehari semalam. Aku berpikir: Apakah sebab dan kondisi untuk
hal ini? Kemudian Aku mempertimbangkan sebagai berikut: Pada saat konsentrasi
terbatas, maka penglihatan juga terbatas, dan dengan penglihatan terbatas Aku melihat
cahaya terbatas dan bentuk-bentuk terbatas. Tetapi pada saat konsentrasi adalah tanpa
batas, maka penglihatan juga tanpa batas, dan dengan penglihatan tanpa batas Aku
melihat cahaya tanpa batas dan bentuk-bentuk tanpa batas, bahkan selama sehari
penuh atau semalam penuh atau sehari semalam.

30. Ketika, [162] Anuruddha, Aku memahami bahwa keragu-raguan adalah suatu
ketidak-sempurnaan pikiran dan telah meninggalkan keragu-raguan, suatu ketidak-
sempurnaan pikiran; ketika Aku memahami bahwa kelengahan adalah suatu ketidak-
sempurnaan pikiran dan telah meninggalkan kelengahan ... meninggalkan kelambanan
dan ketumpulan ... meninggalkan ketakutan ... meninggalkan kegirangan ...
meninggalkan kelembaman ... meninggalkan kegigihan yang berlebihan ...
meninggalkan kurangnya kegigihan ... meninggalkan kerinduan ... meninggalkan
persepsi keberagaman ... meninggalkan meditasi berlebihan pada bentuk-bentuk,
suatu ketidak-sempurnaan pikiran; kemudian aku berpikir: Aku telah meninggalkan
ketidaksempurnaan-ketidaksempurnaan pikiran itu. Sekarang Aku akan
mengembangkan konsentrasi dalam tiga cara.
1195


31. Selanjutnya, Anuruddha, Aku mengembangkan konsentrasi dengan awal pikiran
dan kelangsungan pikiran; Aku mengembangkan konsentrasi tanpa awal pikiran tetapi
hanya dengan kelangsungan pikiran saja; Aku mengembangkan konsentrasi tanpa
awal pikiran dan tanpa kelangsungan pikiran; Aku mengembangkan konsentrasi
dengan sukacita; Aku mengembangkan konsentrasi tanpa sukacita; Aku
mengembangkan konsentrasi yang disertai dengan kenikmatan; Aku mengembangkan
konsentrasi yang disertai dengan keseimbangan.
1196


32. Ketika Anuruddha, Aku telah Aku mengembangkan konsentrasi dengan awal
pikiran dan kelangsungan pikiran ketika Aku telah Aku mengembangkan
konsentrasi yang disertai dengan keseimbangan, pengetahuan dan penglihatan muncul
dalam diriKu: Kebebasan Ku adalah tidak tergoyahkan; ini adalah kelahiranKu yang
terakhir; tidak ada penjelmaan menjadi makhluk yang baru.
1197


Ini adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagav. Yang Mulia Anuruddha merasa
puas dan gembira mendengar kata-kata Sang Bhagav.


129 Blapaita Sutta
Orang Dungu dan Orang Bijaksana




[163] 1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagav
sedang menetap di Svatth di Hutan Jeta, Taman Anthapiika. Di sana Beliau
memanggil para bhikkhu sebagai berikut: Para bhikkhu. Yang Mulia, mereka
menjawab. Sang Bhagav berkata sebagai berikut:

(SI DUNGU)

2. Bhikkhu, ada tiga karakteristik dari seorang dungu ini, tanda-tanda seorang dungu,
sifat-sifat seorang dungu. Apakah tiga ini? Di sini seorang dungu adalah seorang yang
memikirkan pikiran-pikiran buruk, mengucapkan kata-kata buruk, dan melakukan
perbuatan-perbuatan buruk. Jika seorang dungu tidak demikian, bagaimana mungkin
para bijaksana dapat mengenalinya sebagai berikut: Orang ini adalah seorang dungu,
seorang bukan manusia sejati? Tetapi karena seorang dungu adalah seorang yang
memikirkan pikiran-pikiran buruk, mengucapkan kata-kata buruk, dan melakukan
perbuatan-perbuatan buruk, maka para bijaksana mengenalinya sebagai berikut:
Orang ini adalah seorang dungu, seorang bukan manusia sejati.

3. Seorang dungu merasakan kesakitan dan kesedihan di sini dan saat ini dalam tiga
cara. Jika seorang dungu duduk dalam suatu pertemuan atau berada di jalan atau di
suatu lapangan dan orang-orang di sana sedang mendiskusikan persoalan-persoalan
yang berhubungan dan berkaitan, maka, jika si dungu itu adalah seorang yang
membunuh makhluk-makhluk hidup, mengambil apa yang tidak diberikan,
berperilaku salah dalam kenikmatan indria, mengucapkan kebohongan, meminum
anggur, minuman keras, dan minuman memabukkan, yang menjadi dasar bagi
kelengahan, ia berpikir: Orang-orang ini sedang mendiskusikan persoalan-persoalan
yang berhubungan dan berkaitan; hal-hal ini terdapat dalam diriku, dan aku terlihat
sedang melakukan hal-hal tersebut. Ini adalah jenis pertama kesakitan dan kesedihan
yang dirasakan oleh seorang dungu di sini dan saat ini.

4. Kemudian, seorang penjahat perampok tertangkap, seorang dungu menyaksikan
raja-raja menjatuhkan berbagai jenis hukuman padanya:
1198
[164] setelah menderanya
dengan cambukan, memukulnya dengan rotan, memukulnya dengan pemukul; setelah
memotong tangannya, memotong kakinya, memotong tangan dan kakinya; memotong
telinganya, memotong hidungnya, memotong telinga dan hidungnya; dikenai siksaan
panci bubur, cukuran kulit kerang yang digosok, mulut Rhu, lingkaran api,
tangan menyala, helai rumput, pakaian kulit kayu, kijang, kail daging,
kepingan uang, cairan asin, tusukan berporos, gulungan tikar jerami; dan
mereka disiram dengan minyak mendidih, dan mereka dibuang agar dimangsa oleh
anjing-anjing, dan mereka dalam keadaan hidup ditusuk dengan kayu pancang, dan
kepalanya dipenggal dengan pedang. Kemudian si dungu berpikir: Karena
perbuatan-perbuatan jahat demikian, ketika seorang penjahat perampok tertangkap,
raja-raja menjatuhkan berbagai jenis hukuman padanya: mereka menderanya dengan
cambukan ... dan memenggal kepalanya dengan pedang. hal-hal ini terdapat dalam
diriku, dan aku terlihat sedang melakukan hal-hal tersebut. Ini adalah jenis ke dua
kesakitan dan kesedihan yang dirasakan oleh seorang dungu di sini dan saat ini.

5. Kemudian, ketika seorang dungu sedang berada di atas kursinya atau di atas
ranjangnya atau sedang beristirahat di atas lantai, kemudian perbuatan-perbuatan jahat
yang ia lakukan di masa lalu perilaku salah secara jasmani, ucapan dan pikiran
meliputinya, menyelimutinya, dan membungkusnya. Bagaikan bayangan sebuah
puncak gunung besar di malam hari meliputi, menyelimuti, dan membungkus bumi
ini, demikian pula, ketika seorang dungu sedang berada di atas kursinya atau di atas
ranjangnya atau sedang beristirahat di atas lantai, [165] kemudian perbuatan-
perbuatan jahat yang ia lakukan di masa lalu perilaku salah secara jasmani, ucapan
dan pikiran meliputinya, menyelimutinya, dan membungkusnya. Kemudian si
dungu berpikir: Aku tidak pernah melakukan apa yang baik, aku tidak pernah
melakukan apa yang bermanfaat, aku tidak pernah membangun tempat bernaung dari
kesedihan untuk diriku. Aku telah melakukan apa yang buruk, aku telah melakukan
apa yang kejam, aku telah melakukan apa yang jahat. Ketika aku meninggal dunia,
aku akan pergi menuju kelahiran kembali dari mereka yang tidak pernah melakukan
apa yang baik ... yang telah melakukan apa yang jahat. Ia berdukacita, sedih, dan
meratap, ia menangis dengan memukul dadanya dan menjadi kebingungan. Ini adalah
jenis ke tiga kesakitan dan kesedihan yang dirasakan oleh seorang dungu di sini dan
saat ini.

6. Seorang dungu yang telah menyerahkan diri kepada perilaku salah dalam jasmani,
ucapan, dan pikiran, ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, akan muncul
kembali dalam kondisi kesengsaraan, di alam tujuan kelahiran yang tidak bahagia,
bahkan di neraka.

(NERAKA)

7. Jika dengan benar mengatakan tentang sesuatu: Sungguh tidak diharapkan,
sungguh tidak diinginkan, sungguh tidak menyenangkan, adalah tentang neraka hal
itu dikatakan, sedemikian sehingga sulit menemukan perumpamaan bagi penderitaan
di neraka.

Ketika hal ini dikatakan, seorang bhikkhu bertanya kepada Sang Bhagav: Tetapi,
Yang Mulia, dapatkah suatu perumpamaan diberikan?

8. Dapat, Bhikkhu, Sang Bhagav berkata.
1199
Para bhikkhu, misalkan beberapa
orang menangkap seorang penjahat perampok dan membawanya ke hadapan raja,
dengan berkata: Baginda, ini adalah seorang penjahat perampok. Perintahkanlah
hukuman apapun yang engkau inginkan atas dirinya. Kemudian raja berkata:
Pergilah dan tusuk orang ini di pagi hari dengan seratus tombak. Dan mereka
menusuknya di pagi hari dengan seratus tombak. Kemudian di siang hari raja
bertanya: Bagaimana orang itu? Baginda, ia masih hidup. Kemudian ia berkata:
Pergilah dan tusuk orang ini di siang hari dengan seratus tombak. Dan mereka
menusuknya di siang hari dengan seratus tombak. Kemudian di malam hari raja
bertanya: Bagaimana orang itu? Baginda, ia masih hidup. Kemudian ia berkata:
Pergilah dan tusuk orang ini di malam hari dengan seratus tombak. Dan mereka
menusuknya di malam hari dengan seratus tombak. [166] Bagaimana menurut kalian,
para bhikkhu? Apakah orang itu mengalami kesakitan dan kesedihan karena ditusuk
dengan tiga ratus tombak?

Yang Mulia, orang itu akan mengalami kesakitan dan kesedihan karena ditusuk
bahkan hanya dengan satu tombak, apa lagi tiga ratus.

9. Kemudian, dengan mengambil sebutir batu berukuran sekepalan tanganNya, Sang
Bhagav berkata kepada para bhikkhu: Bagaimana menurut kalian, para bhikkhu?
Manakah yang lebih besar, batu kecil yang kuambil ini, yang berukuran sekepalan
tanganKu, atau Himalaya, raja pegunungan?

Yang Mulia, batu kecil yang telah Sang Bhagav ambil itu, yang berukuran
sekepalan tangan Beliau, tidak berarti dibandingkan Himalaya, raja pegunungan;
bahkan tidak ada sebagian kecilnya, tidak dapat dibandingkan.

Demikian pula, para bhikkhu, kesakitan dan kesedihan yang orang itu alami karena
ditusuk dengan tiga ratus tombak adalah tidak berarti dibandingkan penderitaan
neraka; bahkan tidak ada sebagian kecilnya, tidak dapat dibandingkan.

10. Kemudian para penjaga neraka menyiksanya dengan lima tusukan. Mereka
menusukkan sebatang pancang besi membara menembus satu tangan, mereka
menusukkan sebatang pancang besi membara menembus tangan lainnya, mereka
menusukkan sebatang pancang besi membara menembus satu kakinya, mereka
menusukkan sebatang pancang besi membara menembus kaki lainnya, mereka
menusukkan sebatang pancang besi membara menembus perutnya. Di sana ia
merasakan perasaan menyakitkan, menyiksa, menusuk. Namun ia tidak mati selama
akibat dari perbuatan jahatnya belum habis.

11. Kemudian para penjaga neraka melemparnya ke bawah dan mengulitinya dengan
kapak. Di sana ia merasakan perasaan menyakitkan, menyiksa, menusuk. Namun ia
tidak mati selama akibat dari perbuatan jahatnya belum habis.

12. Kemudian para penjaga neraka menggantungnya dengan kaki di atas dan kepala
di bawah dan mengulitinya dengan alat pengukir kayu. Di sana ia merasakan perasaan
menyakitkan, menyiksa, menusuk. Namun ia tidak mati selama akibat dari perbuatan
jahatnya belum habis.

13. Kemudian para penjaga neraka mengikatnya pada sebuah kereta dan menariknya
kesana-kemari di atas tanah yang terbakar, menyala, dan berpijar. [167] Di sana ia
merasakan perasaan menyakitkan, menyiksa, menusuk. Namun ia tidak mati selama
akibat dari perbuatan jahatnya belum habis.

14. Kemudian para penjaga neraka menyuruhnya memanjat naik dan turun di atas
gundukan bara api yang terbakar, menyala, dan berpijar. Di sana ia merasakan
perasaan menyakitkan, menyiksa, menusuk. Namun ia tidak mati selama akibat dari
perbuatan jahatnya belum habis.

15. Kemudian para penjaga neraka menggantungnya dengan kaki di atas dan kepala
di bawah dan mencelupkannya ke dalam panci logam panas yang terbakar, menyala,
dan berpijar. Ia direbus di sana di dalam pusaran buih. Dan ketika ia direbus di sana di
dalam pusaran buih, ia kadang-kadang terhanyut ke atas, kadang-kadang ke bawah,
kadang-kadang ke sekeliling. Di sana ia merasakan perasaan menyakitkan, menyiksa,
menusuk. Namun ia tidak mati selama akibat dari perbuatan jahatnya belum habis.

16. Kemudian para penjaga neraka melemparnya ke dalam Neraka Besar. Sekarang
sehubungan dengan Neraka Besar, para bhikkhu:

Neraka ini memiliki empat sudut dan dibangun
Dengan empat pintu, satu di setiap sisinya,
Berdinding ke atas dan ke sekeliling terbuat dari besi
Dan ditutup dengan atap besi.
Lantainya juga terbuat dari besi
Dan dipanaskan dengan api hingga berpijar
Luasnya seratus liga
Yang mencakup seluruh wilayah itu.

17. Para bhikkhu, Aku dapat menjelaskan dalam banyak cara tentang neraka.
1200

Begitu banyak sehingga sulit menyelesaikan penjelasan terhadap penderitaan di
neraka.

(ALAM BINATANG)

18. Para bhikkhu, ada binatang-binatang yang memakan rumput. Binatang-binatang
itu makan dengan mengunyah rumput-rumput segar atau kering dengan giginya. Dan
binatang-binatang apakah yang memakan rumput? Kuda, sapi, keledai, kambing, dan
rusa, dan binatang-binatang lain semacam itu. Seorang dungu yang sebelumnya
bersenang dalam rasa kecapan di sini dan melakukan perbuatan jahat di sini, ketika
hancurnya jasmani, setelah kematian, akan muncul kembali di tengah-tengah
binatang-binatang pemakan rumput itu.

19. Ada binatang-binatang yang memakan kotoran. Binatang-binatang itu mencium
bau kotoran dari kejauhan dan mendatanginya, dengan berpikir: Kami bisa makan,
kami bisa makan! Seperti halnya para brahmana yang mendatangi aroma suatu
pengorbanan, dengan berpikir: Kami bisa makan di sini, kami bisa makan di sini!
demikian pula binatang-binatang yang memakan kotoran ini [168] mencium kotoran
dari kejauhan dan mendatanginya, dengan berpikir: Kami bisa makan di sini, kami
bisa makan di sini! Dan binatang-binatang apakah yang memakan kotoran? Unggas,
babi, anjing, dan serigala, dan binatang-binatang lain semacam itu. Seorang dungu
yang sebelumnya bersenang dalam rasa kecapan di sini dan melakukan perbuatan
jahat di sini, ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, akan muncul kembali di
tengah-tengah binatang-binatang pemakan kotoran itu.

20. Ada binatang-binatang yang lahir, menjadi tua, dan mati dalam kegelapan. Dan
binatang-binatang apakah yang lahir, menjadi tua, dan mati dalam kegelapan?
Ngengat, belatung, dan cacing tanah, dan binatang-binatang lain semacam itu.
Seorang dungu yang sebelumnya bersenang dalam rasa kecapan di sini dan
melakukan perbuatan jahat di sini, ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, akan
muncul kembali di tengah-tengah binatang-binatang yang lahir, menjadi tua, dan mati
dalam kegelapan.

21. Ada binatang-binatang yang lahir, menjadi tua, dan mati dalam air. Dan
binatang-binatang apakah yang lahir, menjadi tua, dan mati dalam air? Ikan, kura-
kura, dan buaya, dan binatang-binatang lain semacam itu. Seorang dungu yang
sebelumnya bersenang dalam rasa kecapan di sini dan melakukan perbuatan jahat di
sini, ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, akan muncul kembali di tengah-
tengah binatang-binatang yang lahir, menjadi tua, dan mati dalam air.

22. Ada binatang-binatang yang lahir, menjadi tua, dan mati dalam kebusukan. Dan
binatang-binatang apakah yang lahir, menjadi tua, dan mati dalam kebusukan?
Binatang-binatang yang lahir, menjadi tua, dan mati dalam ikan busuk atau dalam
mayat busuk atau dalam bubur basi atau dalam jamban atau dalam saluran air kotor.
[169] Seorang dungu yang sebelumnya bersenang dalam rasa kecapan di sini dan
melakukan perbuatan jahat di sini, ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, akan
muncul kembali di tengah-tengah binatang-binatang yang lahir, menjadi tua, dan mati
dalam kebusukan.

23. Para bhikkhu, Aku dapat menjelaskan dalam banyak cara tentang alam binatang.
Begitu banyak sehingga sulit menyelesaikan penjelasan terhadap penderitaan di alam
binatang.

24. Misalkan seseorang melemparkan sebuah gandar berlubang satu ke laut, dan
angin timur meniupnya ke barat, dan angin barat meniupnya ke timur, dan angin utara
meniupnya ke selatan, dan angin selatan meniupnya ke utara. Misalkan ada seekor
kura-kura buta yang muncul ke permukaan setiap satu abad sekali. Bagaimana
menurutmu, Para bhikkhu? Dapatkah kura-kura buta itu memasukkan lehernya ke
dalam gandar berlubang satu itu?

Dapat, Yang Mulia, pada suatu saat atau diakhir suatu masa yang lama.

Para bhikkhu, kura-kura buta itu dapat memasukkan lehernya ke dalam gandar
berlubang satu itu lebih cepat daripada seorang dungu, yang begitu terlahir di alam
sengsara, dapat memperoleh kondisi manusianya kembali, Aku katakan.
Mengapakah? Karena tidak ada praktik Dhamma di sana, tidak ada praktik kebenaran,
tidak melakukan apa yang bermanfaat, tidak ada pelaksanaan kebajikan. Di sana
hanya ada saling memangsa, dan pembantaian pada yang lemah.

25. Jika pada suatu saat, di akhir suatu masa yang lama. Si dungu itu terlahir kembali
menjadi manusia, adalah di dalam keluarga rendah ia terlahir kembali dalam
keluarga buangan atau pemburu atau pengrajin bambu atau pengrajin kereta atau
pemungut sampah seorang yang miskin dan kekurangan makanan dan minuman,
yang bertahan hidup dengan kesulitan, di mana ia sulit memperoleh makanan dan
pakaian; dan ia buruk rupa, tidak indah dilihat, dan cacat, berpenyakit, buta, dengan
tangan dan kaki yang timpang, atau lumpuh; ia tidak memperoleh makanan,
minuman, dan pakaian, [170] kendaraan, kalung-bunga, wangi-wangian dan salep,
tempat tidur, tempat tinggal, dan cahaya; ia berperilaku salah dalam jasmani, ucapan,
dan pikiran, dan setelah melakukan itu, ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, ia
muncul kembali di alam menderita, di alam tujuan kelahiran yang tidak bahagia,
dalam kesengsaraan, bahkan di neraka.

26. Para bhikkhu, misalkan seorang penjudi pada lemparan pertamanya yang tidak
beruntung kehilangan anak dan istrinya dan seluruh hartanya dan lebih jauh lagi ia
akhirnya diperbudak, namun suatu lemparan tidak beruntung seperti itu adalah tidak
berarti; adalah lemparan yang jauh lebih tidak beruntung ketika seorang dungu
berperilaku salah dalam jasmani, ucapan, dan pikiran, ketika hancurnya jasmani,
setelah kematian, ia muncul kembali di alam menderita, di alam tujuan kelahiran yang
tidak bahagia, dalam kesengsaraan, bahkan di neraka. Ini adalah kesempurnaan penuh
dari tingkatan si dungu.
1201


(ORANG BIJAKSANA)

27. Bhikkhu, ada tiga karakteristik dari seorang bijaksana ini, tanda-tanda seorang
bijaksana, sifat-sifat seorang bijaksana. Apakah tiga ini? Di sini seorang bijaksana
adalah seorang yang memikirkan pikiran-pikiran baik, mengucapkan kata-kata baik,
dan melakukan perbuatan-perbuatan baik. Jika seorang bijaksana tidak demikian,
bagaimana mungkin para bijaksana dapat mengenalinya sebagai berikut: Orang ini
adalah seorang bijaksana, seorang manusia sejati? Tetapi karena seorang bijaksana
adalah seorang yang memikirkan pikiran-pikiran baik, mengucapkan kata-kata baik,
dan melakukan perbuatan-perbuatan baik, maka para bijaksana mengenalinya sebagai
berikut: Orang ini adalah seorang bijaksana, seorang manusia sejati.

28. Seorang bijaksana merasakan kenikmatan dan kegembiraan di sini dan saat ini
dalam tiga cara. Jika seorang bijaksana duduk dalam suatu pertemuan atau berada di
jalan atau di suatu lapangan dan orang-orang di sana sedang mendiskusikan
persoalan-persoalan yang berhubungan dan berkaitan, maka, jika si bijaksana itu
adalah seorang yang menghindari membunuh makhluk-makhluk hidup, menghindari
mengambil apa yang tidak diberikan, menghindari berperilaku salah dalam
kenikmatan indria, [171] menghindari kebohongan, menghindari meminum anggur,
minuman keras, dan minuman memabukkan, yang menjadi dasar bagi kelengahan, ia
berpikir: Orang-orang ini sedang mendiskusikan persoalan-persoalan yang
berhubungan dan berkaitan; hal-hal ini tidak terdapat dalam diriku, dan aku tidak
terlihat sedang melakukan hal-hal tersebut.
1202
Ini adalah jenis pertama kenikmatan
dan kegembiraan yang dirasakan oleh seorang bijaksana di sini dan saat ini.

29. Kemudian, seorang penjahat perampok tertangkap, seorang bijaksana
menyaksikan raja-raja menjatuhkan berbagai jenis hukuman padanya ... (seperti pada
4) ... Kemudian si bijaksana berpikir: Karena perbuatan-perbuatan jahat demikian,
ketika seorang penjahat perampok tertangkap, raja-raja menjatuhkan berbagai jenis
hukuman padanya. Hal-hal ini tidak terdapat dalam diriku, dan aku tidak terlihat
sedang melakukan hal-hal tersebut. Ini adalah jenis ke dua kenikmatan dan
kegembiraan yang dirasakan oleh seorang bijaksana di sini dan saat ini.

30. Kemudian, ketika seorang bijaksana sedang berada di atas kursinya atau di atas
ranjangnya atau sedang beristirahat di atas lantai, kemudian perbuatan-perbuatan baik
yang ia lakukan di masa lalu perilaku baik secara jasmani, ucapan dan pikiran
meliputinya, menyelimutinya, dan membungkusnya. Bagaikan bayangan sebuah
puncak gunung besar di malam hari meliputi, menyelimuti, dan membungkus bumi
ini, demikian pula, ketika seorang bijaksana sedang berada di atas kursinya atau di
atas ranjangnya atau sedang beristirahat di atas lantai, kemudian perbuatan-perbuatan
baik yang ia lakukan di masa lalu perilaku baik secara jasmani, ucapan dan pikiran
meliputinya, menyelimutinya, dan membungkusnya. Kemudian si bijaksana berpikir:
Aku tidak pernah melakukan apa yang buruk, aku tidak pernah melakukan apa yang
kejam, aku tidak pernah melakukan apa yang jahat. Aku telah melakukan apa yang
baik, aku telah melakukan apa yang bermanfaat, aku telah membangun tempat
bernaung dari kesedihan untuk diriku. Ketika aku meninggal dunia, Aku akan pergi
menuju alam tujuan kelahiran dari mereka yang tidak pernah melakukan apa yang
jahat ... yang telah membangun tempat bernaung dari kesedihan untuk diri mereka.
Ia tidak berdukacita, sedih, atau meratap, ia tidak menangis dengan memukul dadanya
dan tidak menjadi kebingungan. Ini adalah jenis ke tiga kenikmatan dan kegembiraan
yang dirasakan oleh seorang dungu di sini dan saat ini.

31. Seorang bijaksana yang telah menyerahkan diri kepada perilaku baik dalam
jasmani, ucapan, dan pikiran, [172] ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, akan
muncul kembali di alam tujuan kelahiran yang bahagia, bahkan di alam surga.

(SURGA)

32. Jika dengan benar mengatakan tentang sesuatu: Sungguh sangat diharapkan,
sungguh sangat diinginkan, sungguh sangat menyenangkan, adalah tentang surga hal
ini dikatakan, sedemikian sehingga sulit untuk menyelesaikan penggambaran
kebahagiaan di alam surga.

Ketika hal ini dikatakan, seorang bhikkhu bertanya kepada Sang Bhagav: Tetapi,
Yang Mulia, dapatkah suatu perumpamaan diberikan?

33. Dapat, Bhikkhu, Sang Bhagav berkata. Para bhikkhu, misalkan bahwa
seorang Raja Pemutar-Roda
1203
memiliki tujuh pusaka dan empat jenis keberhasilan,
dan karena hal itu mengalami kenikmatan dan kegembiraan.

34. Apakah ketujuh pusaka ini? Di sini, ketika seorang raja mulia yang sah telah
mencuci kepalanya di hari Uposatha tanggal lima belas
1204
dan telah naik ke kamar
atas istana untuk melaksanakan Uposatha, di sana muncul padanya pusaka-roda
surgawi berjeruji seribu, dengan lingkaran, dan porosnya, lengkap dalam segala
aspek. Ketika melihatnya, raja mulia yang sah itu berpikir: Aku telah mendengar
bahwa ketika seorang raja mulia yang sah telah mencuci kepalanya di hari Uposatha
tanggal lima belas dan telah naik ke kamar atas istana untuk melaksanakan Uposatha,
dan di sana muncul padanya pusaka-roda surgawi berjeruji seribu, dengan lingkaran,
dan porosnya, lengkap dalam segala aspek, maka raja itu menjadi seorang Raja
Pemutar-Roda. Apakah aku adalah seorang Raja Pemutar-Roda?

35. Kemudian raja mulia yang sah itu bangkit dari duduknya, dan dengan membawa
sekendi air di tangan kirinya, ia memercikkan pusaka-roda itu dengan kanannya,
dengan berkata: Berputarlah maju, pusaka-roda yang baik; menanglah, pusaka-roda
yang baik! Kemudian pusaka-roda itu berputar maju ke arah timur dan Sang Raja
Pemutar Roda mengikutinya bersama dengan empat barisan bala tentaranya. Sekarang
di wilayah mana pun pusaka-roda itu berhenti, di sana Sang Raja Pemutar-Roda
berdiam bersama keempat barisan bala tentaranya. Dan [173] para raja lawan di arah
timur mendatangi Raja Pemutar-Roda dan berkata: Datanglah, Raja Agung; selamat
datang, Raja Agung; perintahlah, Raja Agung; nasihatilah, Raja Agung. Sang Raja
Pemutar-Roda berkata sebagai berikut: Kalian tidak boleh membunuh makhluk-
makhluk hidup; kalian tidak boleh mengambil apa yang tidak diberikan; kalian tidak
boleh berperilaku salah dalam kenikmatan indria; kalian tidak boleh mengucapkan
kebohongan; kalian tidak boleh meminum minuman memabukkan; kalian seharusnya
memakan apa yang biasanya kalian makan. Dan para raja lawan di arah timur
mematuhi Raja Pemutar-Roda.

Kemudian pusaka-roda masuk ke dalam samudera timur dan keluar kembali. Dan
kemudian berputar maju ke arah selatan ... Dan para raja lawan di arah selatan
mematuhi Raja Pemutar-Roda. Kemudian pusaka-roda masuk ke dalam samudera
selatan dan keluar kembali. Dan kemudian berputar maju ke arah barat ... Dan para
raja lawan di arah barat mematuhi Raja Pemutar-Roda. Kemudian pusaka-roda masuk
ke dalam samudera barat dan keluar kembali. Dan kemudian berputar maju ke arah
utara ... Dan para raja lawan di arah utara mematuhi Raja Pemutar-Roda.

Sekarang ketika pusaka-roda telah memenangkan seluruh bumi hingga ke batas
samudera, pusaka-roda itu kembali ke ibukota dan berdiam seolah-olah terpasang
pada porosnya di gerbang istana di istana dalam Sang Raja Pemutar-Roda, sebagai
penghias gerbang menuju istana dalamnya. Demikianlah pusaka-roda yang muncul
bagi seorang Raja Pemutar-Roda.

36. Kemudian, pusaka-gajah muncul untuk si Raja Pemutar-Roda, berwarna putih,
dengan tujuh sikap berdiri, dengan kekuatan gaib, terbang melalui angkasa, raja gajah
bernama Uposatha. Ketika melihatnya, pikiran Sang Raja Pemutar-Roda
berkeyakinan sebagai berikut: Akan menakjubkan sekali menunggang gajah ini, jika
ia dapat dijinakkan! Kemudian pusaka-gajah itu [174] dijinakkan seperti seekor gajah
dari keturunan murni yang baik yang telah dijinakkan dengan baik untuk waktu yang
lama. Dan demikianlah yang terjadi pada Raja Pemutar-Roda, ketika mencoba
pusaka-gajahnya, menungganginya di pagi hari, dan setelah melewati seluruh
permukaan bumi hingga ke batas samudera, ia kembali ke ibukota kerajaan untuk
sarapan pagi. Demikianlah pusaka-gajah yang muncul bagi seorang Raja Pemutar-
Roda.

37. Kemudian, pusaka-kuda muncul untuk si Raja Pemutar-Roda, berwarna putih,
dengan kepala sehitam burung gagak, dengan bulu tengkuk seperti rumput muja,
dengan kekuatan gaib, terbang melalui angkasa, raja kuda bernama Valhaka
[Awan petir]. Ketika melihatnya, pikiran Sang Raja Pemutar-Roda berkeyakinan
sebagai berikut: Akan menakjubkan sekali menunggang kuda ini, jika ia dapat
dijinakkan! Kemudian pusaka-kuda itu dijinakkan seperti seekor kuda dari keturunan
murni yang baik yang telah dijinakkan dengan baik untuk waktu yang lama. Dan
demikianlah yang terjadi pada Raja Pemutar-Roda, ketika mencoba pusaka-kudanya,
menungganginya di pagi hari, dan setelah melewati seluruh permukaan bumi hingga
ke batas samudera, ia kembali ke ibukota kerajaan untuk sarapan pagi. Demikianlah
pusaka-kuda yang muncul bagi seorang Raja Pemutar-Roda.

38. Kemudian, pusaka-permata muncul untuk si Raja Pemutar-Roda. Permata itu
adalah sebutir permata beryl sebening air yang paling murni, bersisi delapan, dipotong
dengan baik. Sekarang cahaya dari pusaka-permata itu bersinar sejauh satu liga. Dan
demikianlah yang terjadi ketika Sang Raja Pemutar-Roda mencoba pusaka-
permatanya, ia membariskan keempat barisan bala tentaranya, dan menaikkan
permata itu di atas benderanya, ia berjalan di dalam kegelapan dan kekelaman malam.
Kemudian semua [penduduk] desa di dekatnya mulai bekerja dengan penerangan dari
permata itu, menganggap bahwa hari telah siang. Demikianlah pusaka-permata yang
muncul bagi seorang Raja Pemutar-Roda.

39. Kemudian, pusaka-perempuan muncul untuk si Raja Pemutar-Roda, cantik,
menarik dan anggun, memiliki kulit yang sangat indah, tidak terlalu tinggi juga tidak
terlalu pendek, [175] tidak terlalu kurus juga tidak terlalu gemuk, tidak terlalu gelap
juga tidak terlalu cerah, melampaui kecantikan manusia tanpa menyaingi kecantikan
surgawi. Sentuhan pusaka-perempuan adalah seperti sentuhan segumpal kapok atau
segumpal kapas. Ketika cuaca dingin, tubuhnya hangat; ketika cuaca hangat,
tubuhnya dingin. Dari tubuhnya menguar aroma cendana, dan dari mulutnya menguar
aroma teratai. Ia bangun sebelum Sang Raja dan tidur setelah Sang Raja. Ia suka
melayani, berperilaku menyenangkan, dan bertutur-kata manis. Karena ia tidak pernah
berkhianat pada Sang Raja Pemutar-Roda bahkan dalam pikiran, bagaimana mungkin
ia melakukannya secara jasmani? Demikianlah pusaka-perempuan yang muncul bagi
seorang Raja Pemutar-Roda.

40. Kemudian, pusaka-pelayan muncul untuk si Raja Pemutar-Roda. Mata dewa
yang muncul karena perbuatan masa lampau muncul dalam dirinya sehingga ia
mampu melihat harta-harta karun tersembunyi baik yang ada pemiliknya maupun
yang tidak ada pemiliknya. Ia mendatangi Raja Pemutar-Roda dan berkata: Baginda,
silakan engkau bersantai. Aku akan mengatur urusan keuanganmu. Dan demikianlah
yang terjadi ketika Sang Raja Pemutar-Roda mencoba pusaka-pelayannya, ia menaiki
perahu, dan melayarkannya ke sungai Gangga, di tengah sungai ia berkata kepada
pusaka-pelayan: Aku memerlukan emas dan perak, pelayan. Kalau begitu,
Baginda, silahkan perahu ini menepi ke satu sisi. Pelayan, sebenarnya aku
memerlukan emas dan perak itu di sini. Maka pusaka-pelayan itu mencelupkan
tangannya ke air dan menarik sekendi penuh emas dan perak, dan ia berkata kepada
Raja Pemutar-Roda: Apakah ini cukup, Baginda? Cukupkah yang telah dilakukan,
cukupkah yang telah dipersembahkan? Ini cukup, Pelayan, apa yang dilakukan
telah mencukupi, apa yang dipersembahkan telah mencukupi. Demikianlah pusaka-
pelayan yang muncul bagi seorang Raja Pemutar-Roda.

41. Kemudian, pusaka-penasihat muncul [176] untuk si Raja Pemutar-Roda,
bijaksana, cerdas, dan cerdik, mampu menyarankan Sang Raja Pemutar-Roda untuk
memajukan apa yang seharusnya dimajukan, untuk menolak apa yang seharusnya
ditolak, dan untuk menegakkan apa yang seharusnya ditegakkan. Ia mendatangi Raja
Pemutar-Roda dan berkata: Baginda, silakan engkau bersantai. Aku akan
memerintah. Demikianlah pusaka-penasihat yang muncul bagi seorang Raja
Pemutar-Roda.

Ini adalah ketujuh pusaka yang dimiliki oleh seorang Raja Pemutar-Roda.

42. Apakah keempat jenis keberhasilan? Di sini seorang Raja Pemutar-Roda tampan,
menarik dan anggun, memiliki kulit yang sangat indah, dan ia melampaui manusia
lainnya dalam hal ini. Ini adalah keberhasilan pertama yang dimiliki oleh seorang
Raja Pemutar-Roda.

43. Kemudian seorang Raja Pemutar-Roda berumur panjang dan bertahan lama, dan
ia melampaui manusia lainnya dalam hal ini. Ini adalah keberhasilan ke dua yang
dimiliki oleh seorang Raja Pemutar-Roda.

44. Kemudian seorang Raja Pemutar-Roda bebas dari penyakit dan penderitaan,
memiliki pencernaan yang baik yang tidak terlalu dingin dan tidak terlalu panas, dan
ia melampaui manusia lainnya dalam hal ini. Ini adalah keberhasilan ke tiga yang
dimiliki oleh seorang Raja Pemutar-Roda.

45. Kemudian seorang Raja Pemutar-Roda disayangi dan menyenangkan bagi para
brahmana dan para perumah tangga. Seperti halnya seorang ayah disayangi dan
menyenangkan bagi anak-anaknya, demikian pula seorang Raja Pemutar-Roda
disayangi dan menyenangkan bagi para brahmana dan para perumah tangga. Para
brahmana dan para perumah tangga, juga, disayangi dan menyenangkan bagi Sang
Raja Pemutar-Roda. Seperti halnya anak-anak disayang dan menyenangkan bagi
seorang ayah, demikian pula para brahmana dan para perumah tangga, juga, disayangi
dan menyenangkan bagi Sang Raja Pemutar-Roda. Suatu ketika seorang Raja
Pemutar-Roda sedang berkendara di Taman Rekreasi bersama dengan keempat
barisan bala-tentaranya. Kemudian para brahmana dan para perumah tangga
mendatanginya dan berkata: Baginda, berjalanlah lebih lambat agar kami dapat
melihatmu lebih lama. Dan demikianlah ia memerintahkan kusirnya: [177] Kusir,
berjalanlah lebih lambat agar aku dapat melihat para brahmana dan para perumah
tangga ini lebih lama. Ini adalah keberhasilan ke empat yang dimiliki oleh seorang
Raja Pemutar-Roda.

Ini adalah keempat jenis keberhasilan yang dimiliki oleh seorang Raja Pemutar-
Roda.

46. Bagaimana menurut kalian, Para Bhikkhu? Apakah seorang Raja Pemutar-Roda
mengalami kenikmatan dan kegembiraan karena memiliki ketujuh pusaka dan
keempat keberhasilan ini?

Yang Mulia, seorang Raja Pemutar-Roda akan mengalami kenikmatan dan
kegembiraan karena memiliki bahkan hanya satu pusaka, apalagi ketujuh pusaka dan
keempat keberhasilan ini.

47. Kemudian, dengan mengambil sebutir batu berukuran sekepalan tanganNya, Sang
Bhagav berkata kepada para bhikkhu: Bagaimana menurut kalian, para bhikkhu?
Manakah yang lebih besar, batu kecil yang kuambil ini, yang berukuran sekepalan
tanganKu, atau Himalaya, raja pegunungan?

Yang Mulia, batu kecil yang telah Sang Bhagav ambil itu, yang berukuran
sekepalan tangan Beliau, tidak berarti dibandingkan Himalaya, raja pegunungan;
bahkan tidak ada sebagian kecilnya, tidak dapat dibandingkan.

Demikian pula, para bhikkhu, kenikmatan dan kegembiraan yang dialami oleh
seorang Raja Pemutar-Roda karena memiliki ketujuh pusaka dan keempat
keberhasilan adalah tidak berarti dibandingkan kebahagiaan surgawi; bahkan tidak
ada sebagian kecilnya, tidak dapat dibandingkan.

48. Jika pada suatu saat, di akhir suatu masa yang lama. Si bijaksana itu terlahir
kembali menjadi manusia, adalah di dalam keluarga yang tinggi ia terlahir kembali
dalam keluarga mulia makmur, atau keluarga brahmana makmur, atau keluarga
perumah tangga makmur yang kaya, memiliki banyak harta kekayaan, memiliki
banyak kepemilikan, dengan emas dan perak berlimpah, dan aset dan harta berlimpah,
dan dengan uang dan hasil panen berlimpah. Ia tampan, menarik, dan anggun,
memiliki kulit yang sangat indah. Ia mendapatkan makanan dan minuman, pakaian,
kendaraan, kalung-bunga, wangi-wangian dan salep, tempat tidur, tempat tinggal, dan
cahaya. Ia berperilaku baik dalam jasmani, ucapan, dan pikiran, [178] dan setelah
melakukan itu, ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, ia muncul kembali di
alam tujuan kelahiran yang bahagia, bahkan di alam surga.

49. Para bhikkhu, misalkan seorang penjudi pada lemparan pertamanya yang
beruntung memenangkan harta besar, namun suatu lemparan beruntung seperti itu
adalah tidak berarti; adalah lemparan yang jauh lebih beruntung ketika seorang
bijaksana yang berperilaku baik dalam jasmani, ucapan, dan pikiran, ketika hancurnya
jasmani, setelah kematian, ia muncul kembali di alam tujuan kelahiran yang bahagia,
bahkan di alam surga.
1205
Ini adalah kesempurnaan penuh dari tingkatan si bijaksana.

Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagav. Para bhikkhu merasa puas dan
gembira mendengar kata-kata Sang Bhagav.


130 Devadta Sutta
Utusan Surgawi




1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagav sedang
menetap di Svatth di Hutan Jeta, Taman Anthapiika. Di sana Beliau memanggil
para bhikkhu sebagai berikut: Para bhikkhu. Yang Mulia, mereka menjawab.
Sang Bhagav berkata sebagai berikut:

2. Para bhikkhu, misalkan terdapat dua rumah berpintu dan seseorang yang
berpenglihatan baik berdiri di antara kedua rumah itu melihat orang-orang masuk dan
keluar dan berlalu-lalang. Demikian pula, dengan mata dewa, yang murni dan
melampaui manusia, Aku melihat makhluk-makhluk meninggal dunia dan muncul
kembali, hina dan mulia, cantik dan buruk rupa, kaya dan miskin. Aku memahami
bagaimana makhluk-makhluk berlanjut sesuai dengan perbuatan mereka: Makhluk-
makhluk ini, yang berperilaku baik dalam jasmani, ucapan, dan pikiran, bukan
pencela para mulia, berpandangan benar, memberikan dampak pandangan benar
dalam perbuatan mereka, ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, telah muncul
kembali di alam yang bahagia, bahkan di alam surga. Atau Makhluk-makhluk mulia
ini, yang berperilaku baik dalam jasmani, ucapan, dan pikiran, bukan [179] pencela
para mulia, berpandangan benar, memberikan dampak pandangan benar dalam
perbuatan mereka, ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, telah muncul kembali
di alam manusia. Tetapi makhluk-makhluk ini yang berperilaku buruk dalam jasmani,
ucapan, dan pikiran, pencela para mulia, keliru dalam pandangan, memberikan
dampak pandangan salah dalam perbuatan mereka, ketika hancurnya jasmani, setelah
kematian, telah muncul kembali di alam hantu. Atau makhluk-makhluk ini yang
berperilaku buruk ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, telah muncul
kembali di alam binatang. Atau makhluk-makhluk ini yang berperilaku buruk
ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, telah muncul kembali dalam kondisi
buruk, di alam rendah, dalam kehancuran, bahkan di dalam neraka.

3. Sekarang para penjaga neraka menangkap makhluk itu pada kedua lengannya dan
membawanya ke hadapan Raja Yama,
1206
dengan berkata: Baginda, orang ini telah
memperlakukan ibunya dengan buruk, memperlakukan ayahnya dengan buruk,
memperlakukan para petapa dengan buruk, memperlakukan para brahmana dengan
buruk; ia tidak menghormati para sesepuh sukunya. Silahkan Raja menjatuhkan
hukuman.

4. Kemudian Raja Yama mendesak dan mempertanyakan dan mendebatnya tentang
utusan surgawi pertama: Tidak pernahkah engkau melihat utusan surgawi pertama
muncul di dunia?
1207
ia berkata: Tidak, Tuan. Kemudian Raja Yama berkata:
Tidak pernahkah engkau melihat di dunia seorang bayi lembut yang berbaring
telungkup, kotor dengan kotoran dan air kencingnya sendiri? Ia berkata: Pernah,
Tuan.

Kemudian Raja Yama berkata: Tidak pernahkah terpikir olehmu seorang manusia
yang cerdas dan dewasa Aku juga tunduk pada kelahiran, aku tidak terbebas dari
kelahiran: tentu saja aku lebih baik melakukan perbuatan baik dalam jasmani, ucapan,
dan pikiran? Ia berkata: Aku tidak mampu, Tuan, aku lalai. Kemudian Raja Yama
berkata: Karena kelalaian maka engkau telah gagal melakukan perbuatan baik dalam
jasmani, ucapan, dan pikiran. Tentu saja mereka akan memperlakukanmu sesuai
kelalaianmu. Tetapi perbuatan jahatmu ini bukan dilakukan oleh ibumu atau ayahmu,
[180] atau oleh saudara laki-laki atau saudara perempuanmu, atau oleh teman-teman
dan sahabatmu, atau oleh sanak saudara dan kerabatmu, atau oleh para petapa dan
brahmana, atau oleh para dewa; perbuatan jahat ini dilakukan oleh dirimu sendiri, dan
engkau sendiri yang akan mengalami akibatnya.

5. Kemudian, setelah mendesak dan mempertanyakan dan mendebatnya tentang
utusan surgawi pertama, Raja Yama mendesak dan mempertanyakan dan
mendebatnya tentang utusan surgawi ke dua: Tidak pernahkah engkau melihat utusan
surgawi ke dua muncul di dunia? ia berkata: Tidak, Tuan. Kemudian Raja Yama
berkata: Tidak pernahkah engkau melihat di dunia seorang laki-laki atau seorang
perempuan berumur delapan puluh, Sembilan puluh, atau seratus tahun, tua,
bungkuk seperti rusuk atap, merunduk, berjalan dengan ditopang oleh tongkat,
terhuyung-huyung, lemah, kehilangan kemudaan, gigi tanggal, rambut memutih,
rambut berguguran, botak, keriput, dengan bercak pada bagian-bagian tubuh? Ia
berkata: Pernah, Tuan.

Kemudian Raja Yama berkata: Tidak pernahkah terpikir olehmu seorang manusia
yang cerdas dan dewasa Aku juga tunduk pada penuaan, aku tidak terbebas dari
penuaan: tentu saja aku lebih baik melakukan perbuatan baik dalam jasmani, ucapan,
dan pikiran? Ia berkata: Aku tidak mampu, Tuan, aku lalai. Kemudian Raja Yama
berkata: Karena kelalaian maka engkau telah gagal melakukan perbuatan baik dalam
jasmani, ucapan, dan pikiran. Tentu saja mereka akan memperlakukanmu sesuai
kelalaianmu. Tetapi perbuatan jahatmu ini bukan dilakukan oleh ibumu atau oleh
para dewa; perbuatan jahat ini dilakukan oleh dirimu sendiri, dan engkau sendiri yang
akan mengalami akibatnya.

6. Kemudian, setelah mendesak dan mempertanyakan dan mendebatnya tentang
utusan surgawi ke dua, Raja Yama mendesak dan mempertanyakan dan mendebatnya
tentang utusan surgawi ke tiga: [181] Tidak pernahkah engkau melihat utusan
surgawi ke tiga muncul di dunia? ia berkata: Tidak, Tuan. Kemudian Raja Yama
berkata: Tidak pernahkah engkau melihat di dunia seorang laki-laki atau seorang
perempuan yang sakit, menderita, dan sakit parah, berbaring dengan dikotori oleh
kotoran dan air kencingnya sendiri, diangkat oleh beberapa orang dan dibaringkan
oleh beberapa orang lainnya? Ia berkata: Pernah, Tuan.

Kemudian Raja Yama berkata: Tidak pernahkah terpikir olehmu seorang manusia
yang cerdas dan dewasa Aku juga tunduk pada penyakit, aku tidak terbebas dari
penyakit: tentu saja aku lebih baik melakukan perbuatan baik dalam jasmani, ucapan,
dan pikiran? Ia berkata: Aku tidak mampu, Tuan, aku lalai. Kemudian Raja Yama
berkata: Karena kelalaian maka engkau telah gagal melakukan perbuatan baik dalam
jasmani, ucapan, dan pikiran. Tentu saja mereka akan memperlakukanmu sesuai
kelalaianmu. Tetapi perbuatan jahatmu ini bukan dilakukan oleh ibumu atau oleh
para dewa; perbuatan jahat ini dilakukan oleh dirimu sendiri, dan engkau sendiri yang
akan mengalami akibatnya.

7. Kemudian, setelah mendesak dan mempertanyakan dan mendebatnya tentang
utusan surgawi ke tiga, Raja Yama mendesak dan mempertanyakan dan mendebatnya
tentang utusan surgawi ke empat: Tidak pernahkah engkau melihat utusan surgawi ke
empat muncul di dunia? ia berkata: Tidak, Tuan. Kemudian Raja Yama berkata:
Tidak pernahkah engkau melihat di dunia, ketika seorang penjahat perampok
tertangkap, raja-raja menjatuhkan berbagai jenis hukuman padanya: setelah
menderanya dengan cambukan ... (seperti Sutta 129, 4) ... dan kepala mereka
dipenggal dengan pedang? Ia berkata: Pernah, Tuan.

Kemudian Raja Yama berkata: Tidak pernahkah terpikir olehmu seorang manusia
yang cerdas dan dewasa Mereka yang melakukan perbuatan jahat akan mengalami
berbagai jenis siksaan di sini dan saat ini; [182] apa lagi setelah kematian? tentu saja
aku lebih baik melakukan perbuatan baik dalam jasmani, ucapan, dan pikiran? Ia
berkata: Aku tidak mampu, Tuan, aku lalai. Kemudian Raja Yama berkata: Karena
kelalaian maka engkau telah gagal melakukan perbuatan baik dalam jasmani, ucapan,
dan pikiran. Tentu saja mereka akan memperlakukanmu sesuai kelalaianmu. Tetapi
perbuatan jahatmu ini bukan dilakukan oleh ibumu atau oleh para dewa; perbuatan
jahat ini dilakukan oleh dirimu sendiri, dan engkau sendiri yang akan mengalami
akibatnya.

8. Kemudian, setelah mendesak dan mempertanyakan dan mendebatnya tentang
utusan surgawi ke empat, Raja Yama mendesak dan mempertanyakan dan
mendebatnya tentang utusan surgawi ke lima: Tidak pernahkah engkau melihat
utusan surgawi ke lima muncul di dunia? ia berkata: Tidak, Tuan. Kemudian Raja
Yama berkata: Tidak pernahkah engkau melihat di dunia seorang laki-laki atau
seorang perempuan satu hari setelah mati, dua hari setelah mati, tiga hari setelah
mati, membengkak, memucat, dan meneteskan cairan? Ia berkata: Pernah, Tuan.

Kemudian Raja Yama berkata: Tidak pernahkah terpikir olehmu seorang manusia
yang cerdas dan dewasa Aku juga tunduk pada kematian, aku tidak terbebas dari
kematian: tentu saja aku lebih baik melakukan perbuatan baik dalam jasmani, ucapan,
dan pikiran? Ia berkata: Aku tidak mampu, Tuan, aku lalai. Kemudian Raja Yama
berkata: Karena kelalaian maka engkau telah gagal melakukan perbuatan baik dalam
jasmani, ucapan, dan pikiran. Tentu saja mereka akan memperlakukanmu sesuai
kelalaianmu. Tetapi perbuatan jahatmu ini bukan dilakukan oleh ibumu atau oleh
para dewa; perbuatan jahat ini dilakukan oleh dirimu sendiri, dan engkau sendiri yang
akan mengalami akibatnya.

9. Kemudian, setelah mendesak dan mempertanyakan dan mendebatnya tentang
utusan surgawi ke lima, Raja Yama berdiam diri.

10. Kemudian para penjaga neraka [183] menyiksanya dengan lima tusukan.
1208

Mereka menusukkan sebatang pancang besi membara menembus satu tangan, mereka
menusukkan sebatang pancang besi membara menembus tangan lainnya, mereka
menusukkan sebatang pancang besi membara menembus satu kakinya, mereka
menusukkan sebatang pancang besi membara menembus kaki lainnya, mereka
menusukkan sebatang pancang besi membara menembus perutnya. Di sana ia
merasakan perasaan menyakitkan, menyiksa, menusuk. Namun ia tidak mati selama
akibat dari perbuatan jahatnya belum habis.

11. Kemudian para penjaga neraka melemparnya ke bawah dan mengulitinya dengan
kapak. Di sana ia merasakan perasaan menyakitkan, menyiksa, menusuk. Namun ia
tidak mati selama akibat dari perbuatan jahatnya belum habis.

12. Kemudian para penjaga neraka menggantungnya dengan kaki di atas dan kepala
di bawah dan mengulitinya dengan alat pengukir kayu. Di sana ia merasakan perasaan
menyakitkan, menyiksa, menusuk. Namun ia tidak mati selama akibat dari perbuatan
jahatnya belum habis.

13. Kemudian para penjaga neraka mengikatnya pada sebuah kereta dan menariknya
kesana-kemari di atas tanah yang terbakar, menyala, dan berpijar. Di sana ia
merasakan perasaan menyakitkan, menyiksa, menusuk. Namun ia tidak mati selama
akibat dari perbuatan jahatnya belum habis.

14. Kemudian para penjaga neraka menyuruhnya memanjat naik dan turun di atas
gundukan bara api yang terbakar, menyala, dan berpijar. Di sana ia merasakan
perasaan menyakitkan, menyiksa, menusuk. Namun ia tidak mati selama akibat dari
perbuatan jahatnya belum habis.

15. Kemudian para penjaga neraka menggantungnya dengan kaki di atas dan kepala
di bawah dan mencelupkannya ke dalam panci logam panas yang terbakar, menyala,
dan berpijar. Ia direbus di sana di dalam pusaran buih. Dan ketika ia direbus di sana di
dalam pusaran buih, ia kadang-kadang terhanyut ke atas, kadang-kadang ke bawah,
kadang-kadang ke sekeliling. Di sana ia merasakan perasaan menyakitkan, menyiksa,
menusuk. Namun ia tidak mati selama akibat dari perbuatan jahatnya belum habis.

16. Kemudian para penjaga neraka melemparnya ke dalam Neraka Besar. Sekarang
sehubungan dengan Neraka Besar, para bhikkhu:

Neraka ini memiliki empat sudut dan dibangun
Dengan empat pintu, satu di setiap sisinya,
Berdinding ke atas dan ke sekeliling terbuat dari besi
Dan ditutup dengan atap besi.
Lantainya juga terbuat dari besi
Dan dipanaskan dengan api hingga berpijar
Luasnya seratus liga
Yang mencakup seluruh wilayah itu.

17. Sekarang lidah api yang menyambar dari tembok timur mengenai tembok barat.
Lidah api yang menyambar dari tembok barat mengenai [184] tembok timur. Lidah
api yang menyambar dari tembok utara mengenai tembok selatan. Lidah api yang
menyambar dari tembok selatan mengenai tembok utara. Lidah api yang menyambar
dari lantai mengenai atap. Lidah api yang menyambar dari atap mengenai lantai. Di
sana ia merasakan perasaan menyakitkan, menyiksa, menusuk. Namun ia tidak mati
selama akibat dari perbuatan jahatnya belum habis.

18. Pada suatu saat, para bhikkhu, di akhir suatu masa yang lama, pintu timur Neraka
Besar itu terbuka. Ia berlari menuju pintu itu, melangkah dengan cepat. Ketika berlari
itu, kulit luarnya terbakar, kulit dalamnya terbakar, dagingnya terbakar, uratnya
terbakar, tulangnya berasap; dan hal yang sama terjadi ketika kakinya diangkat.
Ketika akhirnya ia mencapai pintu itu, pintu itu tertutup. Di sana ia merasakan
perasaan menyakitkan, menyiksa, menusuk. Namun ia tidak mati selama akibat dari
perbuatan jahatnya belum habis.

Pada suatu saat, di akhir suatu masa yang lama, pintu barat Neraka Besar itu terbuka
... pintu utara Neraka Besar itu terbuka ... pintu selatan Neraka Besar itu terbuka. Ia
berlari menuju pintu itu, melangkah dengan cepat ... Ketika akhirnya ia mencapai
pintu itu, pintu itu tertutup. Di sana ia merasakan perasaan menyakitkan, menyiksa,
menusuk. Namun ia tidak mati selama akibat dari perbuatan jahatnya belum habis.

19. Pada suatu saat, para bhikkhu, di akhir suatu masa yang lama, pintu timur Neraka
Besar itu terbuka. Ia berlari menuju pintu itu, melangkah dengan cepat. Ketika berlari
itu, kulit luarnya terbakar, kulit dalamnya terbakar, dagingnya terbakar, uratnya
terbakar, tulangnya berasap; dan hal yang sama terjadi ketika kakinya diangkat. Ia
keluar melalui pintu itu.

20. Persis di sebelah Neraka Besar [185] adalah Neraka Kotoran yang luas. Ia
terjatuh ke dalam neraka itu. Di dalam Neraka Kotoran itu makhluk-makhluk
bermulut jarum mengebor kulit luarnya dan mengebor kulit dalamnya dan mengebor
dagingnya dan mengebor uratnya dan mengebor tulangnya dan melahap sumsumnya.
Di sana ia merasakan perasaan menyakitkan, menyiksa, menusuk. Namun ia tidak
mati selama akibat dari perbuatan jahatnya belum habis.

21. Persis di sebelah Neraka Kotoran adalah Neraka Bara Api Panas yang luas. Ia
terjatuh di sana. Di sana ia merasakan perasaan menyakitkan, menyiksa, menusuk.
Namun ia tidak mati selama akibat dari perbuatan jahatnya belum habis.

22. Persis di sebelah Neraka Bara Api Panas adalah Hutan Pepohonan Simbali yang
luas, tingginya satu liga, berduri dengan duri-duri sepanjang enam belas lebar jari,
yang terbakar, menyala, dan berpijar. Mereka menyuruhnya memanjat pepohonan itu
naik dan turun. Di sana ia merasakan perasaan menyakitkan, menyiksa, menusuk.
Namun ia tidak mati selama akibat dari perbuatan jahatnya belum habis.

23. Persis di sebelah Hutan Pepohonan Simbali adalah Hutan Daun-pedang yang
luas. Ia masuk ke sana. Dedaunannya, digerakkan oleh angin, memotong tangannya
dan memotong kakinya dan memotong tangan dan kakinya; memotong telinganya dan
memotong hidungnya dan memotong telinga dan hidungnya. Di sana ia merasakan
perasaan menyakitkan, menyiksa, menusuk. Namun ia tidak mati selama akibat dari
perbuatan jahatnya belum habis.

24. Persis di sebelah Hutan Daun-pedang adalah sungai besar berair tajam
membakar. Ia terjatuh di sana. di sana ia tersapu mengikuti arus dan melawan arus
dan mengikuti-sekaligus-melawan arus. Di sana ia merasakan perasaan menyakitkan,
menyiksa, menusuk. Namun ia tidak mati selama akibat dari perbuatan jahatnya
belum habis.

25. Kemudian para penjaga neraka menariknya dengan kail, [186] dan
menaikkannya ke atas tanah, mereka bertanya kepadanya: Apa yang engkau
inginkan? Ia berkata: Aku lapar, Tuan-tuan. Kemudian para penjaga neraka
membuka paksa mulutnya dengan penjepit besi yang panas membara, yang terbakar,
menyala, dan berpijar, dan mereka memasukkan bola besi yang panas membara, yang
terbakar, menyala, dan berpijar ke dalam mulutnya, bola besi itu membakar
tenggorokannya, membakar perutnya, dan menerobos keluar melalui bawah
membawa usus dan selaput pegikat organ dalam tubuhnya. Di sana ia merasakan
perasaan menyakitkan, menyiksa, menusuk. Namun ia tidak mati selama akibat dari
perbuatan jahatnya belum habis.

26. Kemudian para penjaga bertanya kepadanya: Apa yang engkau inginkan? ia
berkata: Aku haus, Tuan-tuan. Kemudian para penjaga neraka membuka paksa
mulutnya dengan penjepit besi yang panas membara, yang terbakar, menyala, dan
berpijar, dan mereka menuangkan tembaga cair yang terbakar, menyala, dan berpijar
ke dalam mulutnya. Tembaga itu membakar bibirnya, membakar mulutnya,
membakar tenggorokannya, membakar perutnya, dan menerobos keluar melalui
bawah membawa usus dan selaput pegikat organ dalam tubuhnya. Di sana ia
merasakan perasaan menyakitkan, menyiksa, menusuk. Namun ia tidak mati selama
akibat dari perbuatan jahatnya belum habis.

27. Kemudian para penjaga neraka melemparnya kembali ke dalam Neraka Besar.

28. Pernah Raja Yama berpikir: Mereka yang di dunia melakukan perbuatan-
perbuatan tidak bermanfaat sungguh akan mengalami berbagai jenis siksaan yang
dijatuhkan pada mereka. Oh, Semoga aku terlahir kembali menjadi manusia, semoga
seorang Tathgata, yang sempurna dan tercerahkan sempurna, muncul di dunia,
semoga aku dapat melayani Sang Bhagav itu, semoga Sang Bhagav mengajarkan
Dhamma kepadaku, dan semoga aku memahami Dhamma Sang Bhagav itu!

29. Para bhikkhu, Aku mengatakan hal ini kepada kalian bukan sebagai sesuatu yang
Kudengar dari petapa atau brahmana lain. Aku mengatakan hal ini kepada kalian
sebagai sesuatu yang sebenarnya diketahui, dilihat, dan ditemukan olehKu sendiri.
[187]

30. Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagav. Setelah Yang Sempurna
mengatakan itu, Sang Guru berkata lebih lanjut:

Walaupun diperingatkan oleh para utusan surgawi,
Banyak yang lalai,
Dan orang-orang sungguh akan berdukacita dalam waktu yang lama
Begitu pergi ke alam rendah.
Tetapi ketika oleh para utusan surgawi
Orang-orang baik di sini dalam kehidupan ini teringat,
Mereka tidak berdiam dalam kelalaian
Namun mempraktikkan Dhamma mulia dengan baik.
Dengan takut mereka melihat kemelekatan
Karena dapat mengakibatkan kelahiran dan kematian;
Dan melalui ketidak-melekatan mereka terbebas
Dalam hancurnya kelahiran dan kematian.
Mereka berdiam dalam kebahagiaan karena mereka aman
Dan mencapai Nibbna di sini dan saat ini.
Mereka melampaui segala ketakutan dan kebencian;
Mereka telah membebaskan diri dari segala penderitaan.


131 Bhaddekaratta Sutta
Satu Malam Yang Baik




1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR.
1209
Pada suatu ketika Sang Bhagav
sedang menetap di Svatth di Hutan Jeta, Taman Anthapiika. Di sana Sang
Bhagav memanggil para bhikkhu sebagai berikut: Para bhikkhu. Yang Mulia,
mereka menjawab. Sang Bhagav berkata sebagai berikut:

2. Para bhikkhu, Aku akan mengajarkan kepada kalian tentang ringkasan dan
penjelasan dari Seorang Yang Telah Melewati Satu Malam Yang Baik.
1210

Dengarkan dan perhatikanlah pada apa yang akan Kukatakan. Baik, Yang Mulia,
para bhikkhu menjawab. Sang Bhagav berkata sebagai berikut:

3. Janganlah seseorang menghidupkan kembali masa lalu
Atau membangun harapan di masa depan;
1211

Karena masa lalu telah ditinggalkan
Dan masa depan belum dicapai.
Melainkan lihatlah dengan pandangan terang
Tiap-tiap kondisi yang muncul saat ini;
1212

Ketahuilah hal itu dan yakinlah pada hal itu,
Dengan tak terkalahkan, tak tergoyahkan.
1213

Hari ini usaha harus dilakukan;
Besok mungkin kematian datang, siapa yang tahu?
Tidak ada tawar-menawar dengan Kematian
Yang dapat menjauhkannya dan gerombolannya,
Tetapi seseorang yang berdiam demikian dengan tekun,
Tanpa mengendur, siang dan malam
Adalah ia, yang dikatakan oleh Sang bijaksana damai,
1214

Yang telah melewati satu malam yang baik. [188]

4. Bagaimanakah, Para bhikkhu, seseorang menghidupkan kembali masa lalu?
Seseorang memelihara kesenangan di sana dengan berpikir: Aku memiliki bentuk
materi demikian di masa lalu.
1215
Ia memelihara kesenangan di sana dengan berpikir:
Aku memiliki perasaan demikian di masa lalu. ... Aku memiliki persepsi demikian
di masa lalu. ... Aku memiliki bentukan-bentukan demikian di masa lalu. ... Aku
memiliki kesadaran demikian di masa lalu. Itu adalah bagaimana seseorang
menghidupkan kembali masa lalu.

5. Dan bagaimanakah, Para bhikkhu, seseorang tidak menghidupkan kembali masa
lalu? Seseorang tidak memelihara kesenangan di sana dengan berpikir: Aku memiliki
bentuk materi demikian di masa lalu.
1216
Ia tidak memelihara kesenangan di sana
dengan berpikir: Aku memiliki perasaan demikian di masa lalu. ... Aku memiliki
persepsi demikian di masa lalu. ... Aku memiliki bentukan-bentukan demikian di
masa lalu. ... Aku memiliki kesadaran demikian di masa lalu. Itu adalah bagaimana
seseorang tidak menghidupkan kembali masa lalu.

6. Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seseorang membangun harapan di masa depan?
Seseorang memelihara kesenangan di sana dengan berpikir: Semoga aku memiliki
bentuk materi demikian di masa depan!.
1217
Ia memelihara kesenangan di sana
dengan berpikir: Semoga aku memiliki perasaan demikian di masa depan. ...
Semoga aku memiliki persepsi demikian di masa depan. ... Semoga aku memiliki
bentukan-bentukan demikian di masa depan. ... Semoga aku memiliki kesadaran
demikian di masa depan. Itu adalah bagaimana seseorang membangun harapan di
masa depan.

7. Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seseorang tidak membangun harapan di masa
depan? Seseorang tidak memelihara kesenangan di sana dengan berpikir: Semoga
aku memiliki bentuk materi demikian di masa depan!. Ia tidak memelihara
kesenangan di sana dengan berpikir: Semoga aku memiliki perasaan demikian di
masa depan. ... Semoga aku memiliki persepsi demikian di masa depan. ... Semoga
aku memiliki bentukan-bentukan demikian di masa depan. ... Semoga aku memiliki
kesadaran demikian di masa depan. Itu adalah bagaimana seseorang tidak
membangun harapan di masa depan.

8. Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seseorang terkalahkan sehubungan dengan
kondisi-kondisi yang muncul saat ini?
1218
Di sini, para bhikkhu, seorang biasa yang
tidak terpelajar, yang tidak menghargai para mulia dan tidak terampil dan tidak
disiplin dalam Dhamma mereka, yang tidak menghargai manusia sejati dan tidak
terampil dan tidak disiplin dalam Dhamma mereka, menganggap bentuk materi
sebagai diri, atau diri sebagai memiliki bentuk materi, atau bentuk materi sebagai di
dalam diri, atau diri sebagai di dalam bentuk materi. Ia menganggap perasaan sebagai
diri persepsi sebagai diri bentukan-bentukan sebagai diri [189] kesadaran
sebagai diri, atau diri sebagai memiliki kesadaran, atau kesadaran sebagai di dalam
diri, atau diri sebagai di dalam kesadaran. Itu adalah bagaimana seseorang terkalahkan
sehubungan dengan kondisi-kondisi yang muncul saat ini.

9. Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seseorang tidak terkalahkan sehubungan
dengan kondisi-kondisi yang muncul saat ini? Di sini, para bhikkhu, seorang siswa
mulia yang terpalajar, yang menghargai para mulia dan terampil dan disiplin dalam
Dhamma mereka, yang menghargai manusia sejati dan terampil dan disiplin dalam
Dhamma mereka, tidak menganggap bentuk materi sebagai diri, atau diri sebagai
memiliki bentuk materi, atau bentuk materi sebagai di dalam diri, atau diri sebagai di
dalam bentuk materi. Ia tidak menganggap perasaan sebagai diri persepsi sebagai
diri bentukan-bentukan sebagai diri kesadaran sebagai diri, atau diri sebagai
memiliki kesadaran, atau kesadaran sebagai di dalam diri, atau diri sebagai di dalam
kesadaran. Itu adalah bagaimana seseorang tidak terkalahkan sehubungan dengan
kondisi-kondisi yang muncul saat ini.

10. Janganlah seseorang menghidupkan kembali masa lalu ...
Yang telah melewati satu malam yang baik.

11. Demikianlah sehubungan dengan hal ini maka dikatakan: Para bhikkhu, Aku
akan mengajarkan kepada kalian tentang ringkasan dan penjelasan dari Seorang
Yang Telah Melewati Satu Malam Yang Baik.

Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagav. Para bhikkhu merasa puas dan
gembira mendengar kata-kata Sang Bhagav.


132 nandabhaddekaratta Sutta
nanda dan
Satu Malam Yang Baik



1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagav sedang
menetap di Svatth di Hutan Jeta, Taman Anthapiika.

2. Pada saat itu Yang Mulia nanda sedang memberikan instruksi, mendorong,
membangkitkan semangat, dan menggembirakan [190] para bhikkhu dengan khotbah
Dhamma di dalam aula pertemuan. Ia sedang mengulangi ringkasan dan penjelasan
dari Seorang Yang Telah Melewati Satu Malam Yang Baik.

Kemudian, pada malam harinya, Sang Bhagav bangkit dari meditasinya dan
mendatangi aula pertemuan. Beliau duduk di tempat yang telah dipersiapkan dan
bertanya kepada para bhikkhu: Para bhikkhu, siapakah yang telah memberikan
instruksi, mendorong, membangkitkan semangat, dan menggembirakan para bhikkhu
dengan khotbah Dhamma di dalam aula pertemuan? Siapakah yang telah mengulangi
ringkasan dan penjelasan dari Seorang Yang Telah Melewati Satu Malam Yang
Baik?

Ia adalah Yang Mulia nanda, Yang Mulia.

Kemudian Sang Bhagav bertanya kepada Yang Mulia nanda: nanda,
bagaimanakah engkau memberikan instruksi, mendorong, membangkitkan semangat,
dan menggembirakan para bhikkhu dengan khotbah Dhamma, dan mengulangi
ringkasan dan penjelasan dari Seorang Yang Telah Melewati Satu Malam Yang
Baik.

3-10. Aku melakukannya sebagai berikut, Yang Mulia: [191]

Janganlah seseorang menghidupkan kembali masa lalu ...
(Ulangi keseluruhan sutta sebelunya, 3-10 hingga: )
Yang telah melewati satu malam yang baik.

11. Aku memberikan instruksi, mendorong, membangkitkan semangat, dan
menggembirakan para bhikkhu dengan khotbah Dhamma, dan mengulangi ringkasan
dan penjelasan dari Seorang Yang Telah Melewati Satu Malam Yang Baik Seperti
itu.

Bagus, bagus, nanda! Bagus sekali bahwa engkau memberikan instruksi,
mendorong, membangkitkan semangat, dan menggembirakan para bhikkhu dengan
khotbah Dhamma, dan mengulangi ringkasan dan penjelasan dari Seorang Yang
Telah Melewati Satu Malam Yang Baik Sebagai berikut:

Janganlah seseorang menghidupkan kembali masa lalu ...
(Ulangi keseluruhan sutta sebelunya, 3-10 hingga: )
Yang telah melewati satu malam yang baik.

Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagav. Yang Mulia nanda merasa puas
dan gembira mendengar kata-kata Sang Bhagav.



133 Mahkaccnabhaddekaratta Sutta
Mah Kaccna dan
Satu Malam Yang Baik



[192] 1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagav
sedang menetap di Rjagaha di Taman Mata Air Panas. Kemudian, menjelang fajar,
Yang Mulia Samiddhi pergi ke mata air panas untuk mandi. Setelah mandi ia keluar
dari air dan berdiri dengan mengenakan satu jubah, mengeringkan tubuhnya.
Kemudian, ketika malam hampir berlalu, sesosok dewa berpenampilan indah yang
menerangi seluruh Mata Air Panas itu, mendekati Yang Mulia Samiddhi. Sambil
berdiri di satu sisi, dewa itu berkata:

2. Bhikkhu, apakah engkau ingat ringkasan dan penjelasan dari Seorang yang telah
melewatkan satu malam yang baik?

Teman, aku tidak ingat ringkasan dan penjelasan dari Seorang yang telah
melewatkan satu malam yang baik. Tetapi, Teman, apakah engkau ingat ringkasan
dan penjelasan dari Seorang yang telah melewatkan satu malam yang baik?

Bhikkhu, aku juga tidak ingat ringkasan dan penjelasan dari Seorang yang telah
melewatkan satu malam yang baik. Tetapi, Bhikkhu, apakah engkau ingat syair dari
Seorang yang telah melewatkan satu malam yang baik?

Teman, aku tidak ingat syair dari Seorang yang telah melewatkan satu malam yang
baik. Tetapi, Teman, apakah engkau ingat syair dari Seorang yang telah melewatkan
satu malam yang baik?

Bhikkhu, aku juga tidak ingat syair dari Seorang yang telah melewatkan satu malam
yang baik. Tetapi, Bhikkhu, pelajarilah ringkasan dan penjelasan dari Seorang yang
telah melewatkan satu malam yang baik. Bhikkhu, kuasailah ringkasan dan
penjelasan dari Seorang yang telah melewatkan satu malam yang baik. Bhikkhu,
hafalkanlah ringkasan dan penjelasan dari Seorang yang telah melewatkan satu
malam yang baik. Bhikkhu, ringkasan dan penjelasan dari Seorang yang telah
melewatkan satu malam yang baik adalah bermanfaat, dan merupakan dasar-dasar
kehidupan suci.

Itu adalah apa yang dikatakan oleh dewa itu, yang setelah itu lenyap seketika.

3. Kemudian, ketika malam telah berlalu, Yang Mulia Samiddhi mendatangi Sang
Bhagav. Setelah bersujud kepada Beliau, ia duduk di satu sisi, [193] menceritakan
kepada Sang Bhagav segalanya yang telah terjadi, dan berkata: Baik sekali, Yang
Mulia, jika Sang Bhagav sudi mengajarkan kepadaku ringkasan dan penjelasan dari
Seorang yang telah melewatkan satu malam yang baik.

4. Kalau begitu, Bhikkhu, dengarkan dan perhatikanlah pada apa yang akan
Kukatakan. Baik, Yang Mulia, Yang Mulia Samiddhi menjawab. Sang Bhagav
berkata:

5. Janganlah seseorang menghidupkan kembali masa lalu
Atau membangun harapan di masa depan;
Karena masa lalu telah ditinggalkan
Dan masa depan belum dicapai.
Melainkan lihatlah dengan pandangan terang
Tiap-tiap kondisi yang muncul saat ini;
Ketahuilah hal itu dan yakinlah pada hal itu,
Dengan tak terkalahkan, tak tergoyahkan.
Hari ini usaha harus dilakukan;
Besok mungkin kematian datang, siapa yang tahu?
Tidak ada tawar-menawar dengan Kematian
Yang dapat menjauhkannya dan gerombolannya,
Tetapi seseorang yang berdiam demikian dengan tekun,
Tanpa mengendur, siang dan malam
Adalah ia, yang dikatakan oleh Sang bijaksana damai,
Yang telah melewati satu malam yang baik.

6. Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagav. Setelah mengatakan itu, Yang
Sempurna bangkit dari duduknya dan masuk ke dalam kediamanNya.

7. Kemudian, segera setelah Sang Bhagav pergi, para bhikkhu berpikir:
1219

Sekarang, teman-teman, Sang Bhagav telah bangkit dari dudukNya dan masuk ke
dalam kediamanNya setelah memberikan ringkasan singkat tanpa menjelaskan makna
terperinci. Sekarang siapakah yang akan menjelaskan secara terperinci? [194]
Kemudian mereka berpikir: Yang Mulia Mah Kaccna dipuji oleh Sang Guru dan
dihargai oleh teman-temannya yang bijaksana dalam kehidupan suci. Ia mampu
menjelaskan maknanya secara terperinci. Bagaimana jika kita mendatanginya dan
menanyakan makna dari hal ini.

8. Kemudian para bhikkhu mendatangi Yang Mulia Mah Kaccna dan saling
bertukar sapa dengannya. Ketika ramah-tamah ini berakhir, mereka duduk di satu sisi
dan memberitahunya tentang apa yang telah terjadi, dan menambahkan: Sudilah
Yang Mulia Mah Kaccna menjelaskannya kepada kami.

9. [Yang Mulia Mah Kaccna menjawab:] Teman-teman, ini seperti seseorang yang
memerlukan inti kayu, mencari inti kayu, berkeliling mencari inti kayu, [195] berpikir
bahwa inti kayu harus dicari di antara dahan dan dedaunan dari sebatang pohon besar
yang memiliki inti kayu, setelah ia melewatkan akar dan batang. Dan demikian pula
dengan kalian, para mulia, bahwa kalian berpikir bahwa aku dapat ditanya tentang
makna dari hal ini, setelah kalian melewati Sang Bhagav ketika kalian berhadapan
dengan Sang Guru. Dalam hal mengetahui, Sang Bhagav tahu; dalam hal melihat,
Beliau melihat; Beliau adalah penglihatan, Beliau adalah pengetahuan, Beliau adalah
Dhamma, Beliau adalah yang suci; Beliau adalah yang mengucapkan, yang
menyatakan, pembabar makna, pemberi Keabadian, Raja Dhamma, Sang Tathgata.
Itu adalah waktunya ketika kalian seharusnya menanyakan maknanya kepada Sang
Bhagav. Sebagaimana Beliau menjelaskan, demikianlah kalian harus mengingatnya.

10. Tentu saja, teman Kaccna, Dalam hal mengetahui, Sang Bhagav mengetahui;
dalam hal melihat, Beliau melihat; Beliau adalah penglihatan Sang Tathgata. Itu
adalah waktunya ketika kami seharusnya menanyakan maknanya kepada Sang
Bhagav. Sebagaimana Beliau menjelaskan, demikianlah kami harus mengingatnya.
Namun Yang Mulia Mah Kaccna dipuji oleh Sang Guru dan dihargai oleh teman-
temannya yang bijaksana dalam kehidupan suci. Yang Mulia Mah Kaccna mampu
menjelaskan makna secara terperinci dari ringkasan singkat yang diberikan oleh Sang
Bhagav tanpa menjelaskan maknanya secara terperinci. Sudilah Yang Mulia Mah
Kaccna menjelaskannya tanpa menganggapnya merepotkan.

11. Maka dengarkanlah, teman-teman, dan perhatikanlah pada apa yang akan
kusampaikan. Baiklah, Teman, para bhikkhu menjawab. Yang Mulia Mah
Kaccna berkata sebagai berikut:

12. Teman-teman, ketika Sang Bhagav bangkit dari duduknya dan memasuki
kediamanNya setelah memberikan ringkasan singkat tanpa menjelaskan maknanya
secara terperinci, yaitu:

Janganlah seseorang menghidupkan kembali masa lalu ...
Yang telah melewati satu malam yang baik.

aku memahami maknanya secara terperinci sebagai berikut:

13. Bagaimanakah, Teman-teman, seseorang menghidupkan kembali masa lalu?
[196] Kesadarannya menjadi terikat dengan keinginan dan nafsu di sana dengan
berpikir, Mataku adalah seperti demikian di masa lalu dan bentuk-bentuk adalah
seperti demikian.
1220
Karena kesadarannya terikat dengan keinginan dan nafsu, maka
ia bersenang di dalamnya. Ketika ia bersenang di dalam itu, maka ia menghidupkan
kembali masa lalu.

Kesadarannya menjadi terikat dengan keinginan dan nafsu di sana dengan berpikir,
Telingaku adalah seperti demikian di masa lalu dan suara-suara adalah seperti
demikian Hidungku dan bau-bauan Lidahku dan rasa kecapan Badanku dan
objek-objek sentuhan Pikiranku adalah seperti demikian di masa lalu dan objek-
objek pikiran adalah seperti demikian. Karena kesadarannya terikat dengan keinginan
dan nafsu, maka ia bersenang di dalamnya. Ketika ia bersenang di dalam itu, maka ia
menghidupkan kembali masa lalu. Itu adalah bagaimana seseorang menghidupkan
kembali masa lalu.

14. Bagaimanakah seseorang tidak menghidupkan kembali masa lalu? Kesadarannya
tidak menjadi terikat dengan keinginan dan nafsu di sana dengan berpikir, Mataku
adalah seperti demikian di masa lalu dan bentuk-bentuk adalah seperti demikian.
Karena kesadarannya tidak terikat dengan keinginan dan nafsu, maka ia tidak
bersenang di dalamnya. Ketika ia tidak bersenang di dalam itu, maka ia tidak
menghidupkan kembali masa lalu.

Kesadarannya tidak menjadi terikat dengan keinginan dan nafsu di sana dengan
berpikir, Telingaku adalah seperti demikian di masa lalu dan suara-suara adalah
seperti demikian Hidungku dan bau-bauan Lidahku dan rasa kecapan
Badanku dan objek-objek sentuhan Pikiranku adalah seperti demikian di masa lalu
dan objek-objek pikiran adalah seperti demikian. Karena kesadarannya tidak terikat
dengan keinginan dan nafsu, maka ia tidak bersenang di dalamnya. Ketika ia tidak
bersenang di dalam itu, maka ia tidak menghidupkan kembali masa lalu.

15. Bagaimanakah, Teman-teman, seseorang membangun harapan di masa depan?
Seseorang berkeinginan untuk memperoleh apa yang belum diperoleh, dengan
berpikir, Semoga mataku seperti demikian di masa depan dan bentuk-bentuk seperti
demikian! Karena ia berkeinginan demikian, maka ia bersenang di dalamnya. Ketika
ia bersenang di dalam itu, maka ia membangun harapan di masa depan.

Seseorang berkeinginan untuk memperoleh apa yang belum diperoleh, dengan
berpikir, Semoga telingaku seperti demikian di masa depan dan suara-suara seperti
demikian ... Semoga hidungku dan bau-bauan ... Semoga lidahku dan rasa kecapan ...
Semoga badanku dan objek-objek sentuhan ... Semoga pikiranku seperti demikian di
masa depan dan [197] objek-objek pikiran seperti demikian! Karena ia berkeinginan
demikian, maka ia bersenang di dalamnya. Ketika ia bersenang di dalam itu, maka ia
membangun harapan di masa depan.

16. Bagaimanakah, Teman-teman, seseorang tidak membangun harapan di masa
depan? Seseorang tidak berkeinginan untuk memperoleh apa yang belum diperoleh,
dengan berpikir, Semoga mataku seperti demikian di masa depan dan bentuk-bentuk
seperti demikian! Karena ia tidak berkeinginan demikian, maka ia tidak bersenang di
dalamnya. Ketika ia tidak bersenang di dalam itu, maka ia tidak membangun harapan
di masa depan.

Seseorang tidak berkeinginan untuk memperoleh apa yang belum diperoleh, dengan
berpikir, Semoga telingaku seperti demikian di masa depan dan suara-suara seperti
demikian ... Semoga hidungku dan bau-bauan ... Semoga lidahku dan rasa kecapan ...
Semoga badanku dan objek-objek sentuhan ... Semoga pikiranku seperti demikian di
masa depan dan objek-objek pikiran seperti demikian! Karena ia tidak berkeinginan
demikian, maka ia tidak bersenang di dalamnya. Ketika ia tidak bersenang di dalam
itu, maka ia tidak membangun harapan di masa depan.

17. Bagaimanakah, para bhikkhu, seseorang terkalahkan sehubungan dengan
kondisi-kondisi yang muncul saat ini? Sehubungan dengan mata dan bentuk-bentuk
yang muncul saat ini, kesadaran seseorang terikat dengan keinginan dan nafsu pada
apa yang muncul saat ini. Karena kesadarannya terikat dengan keinginan dan nafsu,
maka ia bersenang di dalamnya. Ketika ia bersenang di dalam itu, maka ia
terkalahkan sehubungan dengan kondisi-kondisi yang muncul saat ini.

Sehubungan dengan telinga dan suara-suara yang muncul saat ini ... hidung dan bau-
bauan ... lidah dan rasa kecapan ... badan dan objek-objek sentuhan ... pikiran dan
objek-objek pikiran yang muncul saat ini, kesadarannya terikat dengan keinginan dan
nafsu pada apa yang muncul saat ini. Karena kesadarannya terikat dengan keinginan
dan nafsu, maka ia bersenang di dalamnya. Ketika ia bersenang di dalam itu, maka ia
terkalahkan sehubungan dengan kondisi-kondisi yang muncul saat ini. Itu adalah
bagaimana seseorang terkalahkan sehubungan dengan kondisi-kondisi yang muncul
saat ini.

18. Bagaimanakah, seseorang tak terkalahkan sehubungan dengan kondisi-kondisi
yang muncul saat ini? Sehubungan dengan mata dan bentuk-bentuk yang muncul saat
ini, kesadaran seseorang tidak terikat dengan keinginan dan nafsu pada apa yang
muncul saat ini. Karena kesadarannya tidak terikat dengan keinginan dan nafsu, maka
ia tidak bersenang di dalamnya. Ketika ia tidak bersenang di dalam itu, maka ia tak
terkalahkan sehubungan dengan kondisi-kondisi yang muncul saat ini.

Sehubungan dengan telinga dan suara-suara yang muncul saat ini ... hidung dan bau-
bauan ... lidah dan rasa kecapan ... badan dan objek-objek sentuhan ... pikiran dan
objek-objek pikiran yang muncul saat ini, kesadarannya tidak terikat dengan
keinginan dan nafsu pada apa yang muncul saat ini. Karena kesadarannya tidak terikat
dengan keinginan dan nafsu, maka ia tidak bersenang di dalamnya. Ketika ia tidak
bersenang di dalam itu, maka ia tak terkalahkan sehubungan dengan kondisi-kondisi
yang muncul saat ini. Itu adalah bagaimana seseorang tak terkalahkan sehubungan
dengan kondisi-kondisi yang muncul saat ini.

19. Teman-teman, ketika Sang Bhagav bangkit dari duduknya dan memasuki
kediamanNya setelah memberikan ringkasan singkat tanpa menjelaskan maknanya
secara terperinci, yaitu:

Janganlah seseorang menghidupkan kembali masa lalu ...
Yang telah melewati satu malam yang baik.

aku memahami maknanya secara terperinci seperti demikian. Sekarang, Teman-
teman, jika kalian menghendaki, temuilah Sang Bhagav dan tanyakan kepada Beliau
tentang makna ini. Sebagaimana Beliau menjelaskan, demikianlah kalian harus
mengingatnya.

20. Kemudian para bhikkhu, dengan merasa senang dan gembira mendengar kata-kata
Yang Mulia Mah Kaccna, bangkit dari duduk dan mendatangi Sang Bhagav.
Setelah bersujud kepada Beliau, mereka duduk di satu sisi dan memberitahu Sang
Bhagav segalanya yang telah terjadi setelah Beliau pergi, dengan menambahkan:
[199] Kemudian, Yang Mulia, kami mendatangi Yang Mulia Mah Kaccna dan
bertanya kepadanya tentang makna ini. Yang Mulia Mah Kaccna menjelaskan
makna ini kepada kami dengan kata-kata, kalimat-kalimat, dan frasa-frasa ini.

21. Mah Kaccna adalah seorang bijaksana, Para Bhikkhu, Mah Kaccna memiliki
kebijaksanaan tinggi. Jika kalian bertanya kepadaKu tentang makna ini, maka Aku
akan menjelaskannya kepada kalian dengan cara yang sama seperti yang telah
dijelaskan oleh Mah Kaccna. Demikianlah maknanya, dan demikianlah kalian harus
mengingatnya.

Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagav. Para bhikkhu merasa puas dan
gembira mendengar kata-kata Sang Bhagav.

134 Lomasakangiyabhaddekaratta Sutta
Lomasakangiya dan
Satu Malam Yang Baik



1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagav sedang
menetap di Svatth di Hutan Jeta, Taman Anthapiika. Pada saat itu Yang Mulia
Lomasakangiya sedang menetap di negeri Sakya di Kapilavatthu di Taman
Nigrodha.
1221


2. Kemudian, pada larut malam, Candana, dewa muda berpenampilan indah yang
menerangi seluruh Taman Nigrodha, mendekati Yang Mulia Lomasakangiya. Sambil
berdiri di satu sisi, Candana si dewa muda berkata kepadanya:

Bhikkhu, apakah engkau ingat ringkasan dan penjelasan dari Seorang yang telah
melewatkan satu malam yang baik? [200]

Teman, aku tidak ingat ringkasan dan penjelasan dari Seorang yang telah
melewatkan satu malam yang baik. Tetapi, Teman, apakah engkau ingat ringkasan
dan penjelasan dari Seorang yang telah melewatkan satu malam yang baik?

Bhikkhu, aku juga tidak ingat ringkasan dan penjelasan dari Seorang yang telah
melewatkan satu malam yang baik. Tetapi, Bhikkhu, apakah engkau ingat syair dari
Seorang yang telah melewatkan satu malam yang baik?

Teman, aku tidak ingat syair dari Seorang yang telah melewatkan satu malam yang
baik. Tetapi, Teman, apakah engkau ingat syair dari Seorang yang telah melewatkan
satu malam yang baik?

Bhikkhu, aku ingat syair dari Seorang yang telah melewatkan satu malam yang
baik.

Tetapi, Teman, bagaimanakah syair dari Seorang yang telah melewatkan satu
malam yang baik yang engkau ingat?

Bhikkhu, suatu ketika Sang Bhagav sedang berdiam di antara para dewa di alam
surga Tiga Puluh Tiga, di atas batu pualam merah di bawah pohon Pricchattaka.
1222

Di sana Sang Bhagav membabarkan ringkasan dan penjelasan dari Seorang yang
telah melewatkan satu malam yang baik kepada para dewa di alam surga Tiga Puluh
Tiga:

3. Janganlah seseorang menghidupkan kembali masa lalu
Atau membangun harapan di masa depan;
Karena masa lalu telah ditinggalkan
Dan masa depan belum dicapai.
Melainkan lihatlah dengan pandangan terang
Tiap-tiap kondisi yang muncul saat ini;
Ketahuilah hal itu dan yakinlah pada hal itu,
Dengan tak terkalahkan, tak tergoyahkan.
Hari ini usaha harus dilakukan;
Besok mungkin kematian datang, siapa yang tahu?
Tidak ada tawar-menawar dengan Kematian
Yang dapat menjauhkannya dan gerombolannya,
Tetapi seseorang yang berdiam demikian dengan tekun,
Tanpa mengendur, siang dan malam
Adalah ia, yang dikatakan oleh Sang bijaksana damai,
Yang telah melewati satu malam yang baik.

4. Bhikkhu, aku ingat syair Seorang yang telah melewatkan satu malam yang baik
seperti demikian. Bhikkhu, pelajarilah ringkasan dan penjelasan dari Seorang yang
telah melewatkan satu malam yang baik. Bhikkhu, kuasailah ringkasan dan
penjelasan dari Seorang yang telah melewatkan satu malam yang baik. Bhikkhu,
hafalkanlah ringkasan dan penjelasan dari Seorang yang telah melewatkan satu
malam yang baik. Bhikkhu, ringkasan dan penjelasan dari Seorang yang telah
melewatkan satu malam yang baik adalah bermanfaat, dan merupakan dasar-dasar
kehidupan suci.

Itu adalah apa yang dikatakan oleh Candima si dewa muda, yang setelah itu lenyap
seketika.

5. Kemudian, ketika malam telah berlalu, Yang Mulia Lomasakangiya merapikan
tempat tinggalnya, dan dengan membawa mangkuk dan jubah luarnya, melakukan
perjalanan menuju Svatth. Ia [201] akhirnya sampai di Svatth, dan menghadap
Sang Bhagav di Hutan Jeta, Taman Anthapiika. Setelah bersujud kepada Beliau,
ia duduk di satu sisi, memberitahukan kepada Sang Bhagav segalanya yang telah
terjadi, dan berkata: Baik sekali, Yang Mulia, jika Sang Bhagav sudi mengajarkan
kepadaku ringkasan dan penjelasan dari Seorang yang telah melewatkan satu malam
yang baik.

6. Bhikkhu, apakah engkau mengenal dewa muda itu?

Tidak, Yang Mulia.

Bhikkhu, dewa muda itu bernama Candana. Ia menekuni Dhamma, memperhatikan,
meyimaknya dengan seluruh pikirannya, mendengarkannya dengan sungguh-sungguh.
Maka, Bhikkhu, dengarkan dan perhatikanlah pada apa yang akan Kukatakan.

Baik, Yang Mulia, Yang Mulia Lomasakangiya menjawab Sang Bhagav. Sang
Bhagav berkata sebagai berikut:

7-14. Janganlah seseorang menghidupkan kembali masa lalu ...
(Ulangi keseluruhan sutta sebelunya, 3-10 hingga: ) [202]
Yang telah melewati satu malam yang baik.

Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagav. Yang Mulia Lomasakangiya
merasa puas dan gembira mendengar kata-kata Sang Bhagav.
135 Cakammavibhanga Sutta
Pembabaran Singkat tentang Perbuatan




1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagav sedang
menetap di Svatth di Hutan Jeta, Taman Anthapiika.

2. Kemudian murid brahmana Subha, putera Todeyya, mendatangi Sang Bhagav dan
saling bertukar sapa dengan Beliau.
1223
Ketika ramah-tamah ini berakhir, ia duduk di
satu sisi dan bertanya kepada Sang Bhagav:

3. Guru Gotama, apakah sebab dan kondisi mengapa manusia terlihat hina dan
mulia? Orang-orang terlihat berumur pendek dan berumur panjang, berpenyakit dan
sehat, cantik dan buruk rupa, berpengaruh dan tidak berpengaruh, miskin dan kaya,
berkelahiran rendah dan berkelahiran tinggi, bodoh dan [203] bijaksana. Apakah
sebab dan kondisi, Guru Gotama, mengapa manusia terlihat hina dan mulia?

4. Murid, makhluk-makhluk adalah pemilik perbuatan mereka, pewaris perbuatan
mereka, mereka berasal-mula dari perbuatan mereka, terikat dengan perbuatan
mereka, memiliki perbuatan mereka sebagai perlindungan mereka. Adalah perbuatan
yang membedakan makhluk-makhluk sebagai hina dan mulia.

Aku tidak memahami secara terperinci makna dari penyataan Guru Gotama, yang
diucapkan secara ringkas tanpa menjelaskan maknanya secara terperinci. Baik sekali
jika Guru Gotama sudi mengajarkan Dhamma kepadaku agar aku dapat memahami
secara terperinci makna dari pernyataan Guru Gotama.

Maka, Murid, dengarkan dan perhatikanlah pada apa yang akan Aku katakan.

Baik, Tuan, murid brahmana Subha menjawab. Sang Bhagav berkata sebagai
berikut:

5. Di sini, murid, Di sini seorang laki-laki atau perempuan membunuh makhluk-
makhluk hidup dan ia adalah pembunuh, bertangan darah, terbiasa memukul dan
bertindak dengan kekerasan, tanpa belas kasihan pada makhluk-makhluk hidup.
Karena melakukan dan menjalankan perbuatan-perbuatan demikian, ketika hancurnya
jasmani, setelah kematian, ia muncul kembali dalam kondisi menderita, di alam tujuan
kelahiran yang tidak bahagia, dalam kesengsaraan, bahkan di neraka. Tetapi jika
ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, ia tidak muncul kembali dalam kondisi
menderita, bukan di alam tujuan kelahiran yang tidak bahagia, tidak dalam
kesengsaraan, tidak di neraka, melainkan kembali ke alam manusia, maka di manapun
ia terlahir kembali ia akan berumur pendek.
1224
Demikianlah, murid, hal itu mengarah
pada umur yang pendek, yaitu, seseorang membunuh makhluk-makhluk hidup dan ia
adalah pembunuh, bertangan darah, terbiasa memukul dan bertindak dengan
kekerasan, tanpa belas kasihan pada makhluk-makhluk hidup.

6. Tetapi di sini, murid, seorang laki-laki atau perempuan meninggalkan
pembunuhan makhluk-makhluk hidup, menghindari membunuh makhluk-makhluk
hidup; dengan tongkat pemukul dan senjata disingkirkan, lembut dan baik hati, ia
berdiam dengan berbelas kasihan pada semua makhluk hidup. Karena melakukan dan
menjalankan perbuatan-perbuatan demikian, ketika hancurnya jasmani, setelah
kematian, ia muncul kembali di alam bahagia, bahkan di alam surga. Tetapi jika
ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, ia tidak muncul kembali di alam bahagia,
tidak di alam surga, melainkan kembali ke alam manusia, maka di manapun ia terlahir
kembali ia akan berumur panjang.
1225
Demikianlah, murid, hal itu mengarah pada
umur yang panjang, yaitu, dengan meninggalkan pembunuhan makhluk-makhluk
hidup, [204] ia menghindari membunuh makhluk-makhluk hidup; dengan tongkat
pemukul dan senjata disingkirkan, lembut dan baik hati, ia berdiam dengan berbelas
kasihan pada semua makhluk hidup.

7. Di sini, murid, seorang laki-laki atau perempuan terbiasa melukai makhluk-
makhluk dengan tangan, dengan bongkahan tanah, dengan tongkat, atau dengan pisau.
Karena melakukan dan menjalankan perbuatan-perbuatan demikian, ketika hancurnya
jasmani, setelah kematian, ia muncul kembali dalam kondisi menderita Tetapi jika
sebaliknya ia kembali ke alam manusia, maka di manapun ia terlahir kembali ia akan
berpenyakit. Demikianlah, murid, hal itu mengarah pada penyakit, yaitu, seseorang
yang terbiasa melukai makhluk-makhluk dengan tangan, dengan bongkahan tanah,
dengan tongkat, atau dengan pisau.

8. Tetapi di sini, murid, seorang laki-laki atau perempuan tidak terbiasa melukai
makhluk-makhluk dengan tangan, dengan bongkahan tanah, dengan tongkat, atau
dengan pisau. Karena melakukan dan menjalankan perbuatan-perbuatan demikian,
ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, ia muncul kembali di alam bahagia
Tetapi jika sebaliknya ia kembali ke alam manusia, maka di manapun ia terlahir
kembali ia akan sehat. Demikianlah, murid, hal itu mengarah pada kesehatan, yaitu,
seseorang yang tidak terbiasa melukai makhluk-makhluk dengan tangan, dengan
bongkahan tanah, dengan tongkat, atau dengan pisau.

9. Di sini, murid, seorang laki-laki atau perempuan memiliki karakter pemarah dan
mudah tersinggung; bahkan jika dikritik sedikit, ia menjadi tersinggung, menjadi
marah, bermusuhan, dan kesal, dan menunjukkan kemarahan, kebencian, dan
kekesalan. Karena melakukan dan menjalankan perbuatan-perbuatan demikian, ketika
hancurnya jasmani, setelah kematian, ia muncul kembali dalam kondisi menderita
Tetapi jika sebaliknya ia kembali ke alam manusia, maka di manapun ia terlahir
kembali ia akan memiliki rupa yang buruk. Demikianlah, murid, hal itu mengarah
pada rupa yang buruk, yaitu, seseorang yang memiliki karakter pemarah dan
menunjukkan kemarahan, kebencian, dan kekesalan.

10. Tetapi di sini, murid, seorang laki-laki atau perempuan tidak memiliki karakter
pemarah dan tidak mudah tersinggung; bahkan jika banyak dikritik, ia tidak menjadi
tersinggung, tidak menjadi marah, tidak bermusuhan, dan tidak kesal, dan tidak
menunjukkan kemarahan, kebencian, dan ketidak-senangan. Karena melakukan dan
menjalankan perbuatan-perbuatan demikian, ia muncul kembali di alam bahagia
Tetapi jika sebaliknya ia kembali ke alam manusia, maka di manapun ia terlahir
kembali ia akan memiliki rupa yang cantik. Demikianlah, murid, hal itu mengarah
pada rupa yang cantik, yaitu, seseorang yang tidak memiliki karakter pemarah dan
tidak menunjukkan kemarahan, kebencian, dan ketidak-senangan.

11. Di sini, murid, seorang laki-laki atau perempuan bersifat iri, seorang yang
cemburu, kesal, dan iri akan perolehan, pujian, penghargaan, penghormatan, salam,
dan pemujaan yang diterima oleh orang lain. Karena melakukan dan menjalankan
perbuatan-perbuatan demikian ia muncul kembali dalam kondisi menderita
Tetapi jika sebaliknya ia kembali ke alam manusia, maka di manapun ia terlahir
kembali ia tidak akan memiliki pengaruh. Demikianlah, murid, hal itu mengarah pada
ketiadaan pengaruh, yaitu, seseorang yang bersifat iri terhadap perolehan, pujian,
penghargaan, penghormatan, salam, dan pemujaan yang diterima oleh orang lain.
[205]

12. Tetapi di sini, murid, seorang laki-laki atau perempuan tidak bersifat iri, seorang
yang tidak cemburu, tidak kesal, dan tidak iri akan perolehan, pujian, penghargaan,
penghormatan, salam, dan pemujaan yang diterima oleh orang lain. Karena
melakukan dan menjalankan perbuatan-perbuatan demikian ia muncul kembali di
alam bahagia Tetapi jika sebaliknya ia kembali ke alam manusia, maka di
manapun ia terlahir kembali ia akan memiliki pengaruh. Demikianlah, murid, hal itu
mengarah pada kepemilikan pengaruh, yaitu, seseorang yang tidak bersifat iri
terhadap perolehan, pujian, penghargaan, penghormatan, salam, dan pemujaan yang
diterima oleh orang lain.

13. Di sini, murid, seorang laki-laki atau perempuan tidak memberikan makanan,
minuman, pakaian, kereta, kalung bunga, wangi-wangian, salep, tempat tidur, tempat
tinggal, dan pelita kepada para petapa atau para brahmana. Karena melakukan dan
menjalankan perbuatan-perbuatan demikian ia muncul kembali dalam kondisi
menderita Tetapi jika sebaliknya ia kembali ke alam manusia, maka di manapun ia
terlahir kembali ia akan menjadi miskin. Demikianlah, murid, hal itu mengarah pada
kemiskinan, yaitu, seseorang tidak memberikan makanan dan pelita kepada para
petapa atau para brahmana.

14. Tetapi di sini, murid, seorang laki-laki atau perempuan memberikan makanan
dan pelita kepada para petapa atau para brahmana. Karena melakukan dan
menjalankan perbuatan-perbuatan demikian ia muncul kembali di alam bahagia
Tetapi jika sebaliknya ia kembali ke alam manusia, maka di manapun ia terlahir
kembali ia akan menjadi kaya. Demikianlah, murid, hal itu mengarah pada kekayaan,
yaitu, seseorang memberikan makanan dan pelita kepada para petapa atau para
brahmana.

15. Di sini, murid, seorang laki-laki atau perempuan keras kepala dan sombong; ia
tidak memberi hormat kepada seorang yang selayaknya menerima penghormatan,
tidak bangkit berdiri untuk seseorang yang karena kehadirannya seharusnya ia bangkit
berdiri, tidak menawarkan tempat duduk kepada ia yang layak menerima tempat
duduk, tidak memberi jalan untuk seseorang yang seharusnya ia beri jalan, dan tidak
memghormati, menghargai, memuja, dan memuliakan seseorang yang seharusnya
dihormati, dihargai, dipuja, dan dimuliakan. Karena melakukan dan menjalankan
perbuatan-perbuatan demikian ia muncul kembali dalam kondisi menderita
Tetapi jika sebaliknya ia kembali ke alam manusia, maka di manapun ia terlahir
kembali ia akan berkelahiran rendah. Demikianlah, murid, hal itu mengarah pada
kelahiran rendah, yaitu, sifat keras kepala dan sombong dan tidak memghormati,
menghargai, memuja, dan memuliakan seseorang yang seharusnya dihormati,
dihargai, dipuja, dan dimuliakan.

16. Tetapi di sini, murid, seorang laki-laki atau perempuan tidak keras kepala dan
tidak sombong; ia memberi hormat kepada seorang yang selayaknya menerima
penghormatan, bangkit berdiri untuk seseorang yang karena kehadirannya seharusnya
ia bangkit berdiri, memberikan tempat duduk kepada ia yang layak menerima tempat
duduk, memberi jalan untuk seseorang yang seharusnya ia beri jalan, dan
memghormati, menghargai, memuja, dan memuliakan seseorang yang seharusnya
dihormati, dihargai, dipuja, dan dimuliakan. Karena melakukan dan menjalankan
perbuatan-perbuatan demikian ia muncul kembali di alam bahagia Tetapi jika
sebaliknya ia kembali ke alam manusia, maka di manapun ia terlahir kembali ia akan
berkelahiran tinggi. Demikianlah, murid, hal itu mengarah pada kelahiran tinggi,
yaitu, sifat tidak keras kepala dan tidak sombong dan memghormati, menghargai,
memuja, dan memuliakan seseorang yang seharusnya dihormati, dihargai, dipuja, dan
dimuliakan.

17. Di sini, murid, seorang laki-laki atau perempuan tidak mengunjungi seorang
petapa atau seorang brahmana dan bertanya: Yang Mulia, apakah yang bermanfaat?
Apakah yang tidak bermanfaat? Apakah yang tercela? Apakah yang tidak tercela?
Apakah yang harus dilatih? Apakah yang tidak boleh dilatih? Perbuatan apakah yang
mengarah pada bahaya dan penderitaanku untuk waktu yang lama? Perbuatan apakah
yang mengarah pada kesejahteraan dan kebahagiaanku untuk waktu yang lama?
Karena melakukan dan menjalankan perbuatan-perbuatan demikian ia muncul
kembali dalam kondisi menderita Tetapi jika sebaliknya ia kembali ke alam
manusia, maka di manapun ia terlahir kembali ia akan menjadi bodoh. Demikianlah,
murid, hal itu mengarah pada kebodohan, yaitu, seseorang tidak mengunjungi seorang
petapa atau seorang brahmana dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan demikian.
[206]

18. Tetapi di sini, murid, seorang laki-laki atau perempuan mengunjungi seorang
petapa atau seorang brahmana dan bertanya: Yang Mulia, apakah yang bermanfaat?
Perbuatan apakah yang mengarah pada kesejahteraan dan kebahagiaanku untuk
waktu yang lama? Karena melakukan dan menjalankan perbuatan-perbuatan
demikian ia muncul kembali di alam bahagia Tetapi jika sebaliknya ia kembali
ke alam manusia, maka di manapun ia terlahir kembali ia akan menjadi bijaksana.
Demikianlah, murid, hal itu mengarah pada kebijaksanaan, yaitu, seseorang
mengunjungi seorang petapa atau seorang brahmana dan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan demikian.

19. Demikianlah, murid, jalan yang mengarah pada umur yang pendek menyebabkan
orang-orang menjadi berumur pendek, jalan yang mengarah pada umur yang panjang
menyebabkan orang-orang menjadi berumur panjang; jalan yang mengarah pada
penyakit menyebabkan orang-orang menjadi berpenyakit, jalan yang mengarah pada
kesehatan menyebabkan orang-orang menjadi sehat; jalan yang mengarah pada rupa
yang buruk menyebabkan orang-orang menjadi buruk rupa, jalan yang mengarah pada
rupa yang cantik menyebabkan orang-orang menjadi cantik; jalan yang mengarah
pada ketiadaan pengaruh menyebabkan orang-orang menjadi tidak berpengaruh, jalan
yang mengarah pada kepemilikan pengaruh menyebabkan orang-orang menjadi
berpengaruh; jalan yang mengarah pada kemiskinan menyebabkan orang-orang
menjadi miskin, jalan yang mengarah pada kekayaan menyebabkan orang-orang
menjadi menjadi kaya; jalan yang mengarah pada kelahiran rendah menyebabkan
orang-orang menjadi berkelahiran rendah, jalan yang mengarah pada kelahiran tinggi
menyebabkan orang-orang menjadi menjadi berkelahiran tinggi; jalan yang mengarah
pada kebodohan menyebabkan orang-orang menjadi bodoh, jalan yang mengarah
pada kebijaksanaan menyebabkan orang-orang menjadi menjadi bijaksana.

20. Makhluk-makhluk adalah pemilik perbuatan mereka, pewaris perbuatan mereka,
mereka berasal-mula dari perbuatan mereka, terikat dengan perbuatan mereka,
memiliki perbuatan mereka sebagai perlindungan mereka. Adalah perbuatan yang
membedakan makhluk-makhluk sebagai hina dan mulia.

21. Ketika hal ini dikatakan, murid brahmana Subha, putera Todeyya, berkata kepada
Sang Bhagav: Mengagumkan, Guru Gotama! Mengagumkan, Guru Gotama! Guru
Gotama telah membabarkan Dhamma dalam berbagai cara, seolah-olah Beliau
menegakkan apa yang terbalik, mengungkapkan apa yang tersembunyi, menunjukkan
jalan bagi yang tersesat, atau menyalakan pelita dalam kegelapan agar mereka yang
memiliki penglihatan dapat melihat bentuk-bentuk. Aku berlindung pada Guru
Gotama dan pada Dhamma dan pada Sangha para bhikkhu. Sejak hari ini sudilah
Guru Gotama mengingatku sebagai seorang umat awam yang telah menerima
perlindungan seumur hidup.



136 Mahkammavibhanga Sutta
Pembabaran Panjang tentang Perbuatan




[207] 1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagav
sedang menetap di Rjagaha, di Hutan Bambu, Taman Suaka Tupai.

2. Pada saat itu Yang Mulia Samiddhi sedang menetap di sebuah gubuk hutan.
Kemudian Pengembara Potaliputta, sewaktu berjalan-jalan untuk berolah-raga,
mendatangi Yang Mulia Samiddhi dan saling bertukar sapa dengannya. Ketika ramah-
tamah ini berakhir, ia duduk di satu sisi dan berkata kepada Yang Mulia Samiddhi.

Teman Samiddhi, aku mendengar dan mempelajari ini dari mulut Petapa Gotama
sendiri: Perbuatan jasmani adalah tidak berarti, perbuatan ucapan adalah tidak
berarti, hanya perbuatan pikiran yang nyata. Dan: Ada pencapaian yang dengan
memasukinya maka seseorang tidak merasakan apapun sama sekali.
1226


Jangan berkata begitu, Teman Potaliputta, jangan berkata begitu. Jangan salah
memahami Sang Bhagav, tidaklah baik salah memahami Sang Bhagav. Sang
Bhagav tidak berkata seperti ini: Perbuatan jasmani adalah tidak berarti, perbuatan
ucapan adalah tidak berarti, hanya perbuatan pikiran yang nyata. Tetapi, Teman,
memang ada pencapaian itu yang dengan memasukinya maka seseorang tidak
merasakan apapun sama sekali.

Berapa lamakah sejak engkau meninggalkan keduniawian, Teman Samiddhi?

Belum lama, Teman: tiga tahun.

Demikianlah, apa yang akan kami katakan kepada para bhikkhu senior ketika
seorang bhikkhu muda berpikir bahwa Sang Guru harus dibela seperti demikian?
Teman Samiddhi, setelah melakukan perbuatan yang disengaja melalui jasmani,
ucapan, atau pikiran, apakah yang dirasakan seseorang?

Setelah melakukan perbuatan yang disengaja melalui jasmani, ucapan, atau pikiran,
seseorang merasakan penderitaan, Teman Potaliputta.

Kemudian, dengan tidak menerima juga tidak menolak kata-kata Yang Mulia
Samiddhi, Pengembara Potaliputta bangkit dari duduknya dan pergi.

3. Segera setelah Pengembara Potaliputta pergi, Yang Mulia Samiddhi mendatangi
Yang Mulia nanda [208] dan saling bertukar sapa dengannya. Ketika ramah-tamah
ini berakhir, ia duduk di satu sisi dan menceritakan keseluruhan percakapannya
dengan Pengembara Potaliputta kepada Yang Mulia nanda. Setelah ia selesai
berbicara, Yang Mulia nanda berkata kepadanya: Sahabat Samiddhi, percakapan
ini harus diberitahukan kepada Sang Bhagav. Marilah, kita menghadap Sang
Bhagav dan memberitahu Beliau mengenai hal ini. Sebagaimana yang dijelaskan
oleh Sang Bhagav kepada kita, demikianlah kita harus mengingatnya. Baik,
Sahabat, Yang Mulia Samiddhi menjawab.

4. Kemudian Yang Mulia nanda dan Yang Mulia Samiddhi bersama-sama
mendatangi Sang Bhagav, dan setelah bersujud kepada Beliau, mereka duduk di satu
sisi. Yang Mulia nanda menceritakan keseluruhan percakapan antara Yang Mulia
Samiddhi dengan Pengembara Potaliputta kepada Sang Bhagav.

5. Ketika ia selesai, Sang Bhagav berkata kepada Yang Mulia nanda: nanda,
Aku bahkan tidak ingat pernah bertemu dengan Pengembara Potaliputta, jadi
bagaimana mungkin pernah terjadi percakapan ini? Walaupun pertanyaan
Pengembara Potaliputta seharusnya dianalisis terlebih dulu sebelum dijawab, namun
orang sesat Samiddhi ini menjawabnya secara sepihak.

6. Ketika hal ini dikatakan, Yang Mulia Udyin berkata kepada Sang Bhagav: Yang
Mulia, mungkin Yang Mulia Samiddhi berkata demikian dengan merujuk pada
[prinsip]: Apapun yang dirasakan adalah termasuk dalam penderitaan.
1227


Kemudian Sang Bhagav berkata kepada Yang Mulia nanda: Lihatlah, nanda,
bagaimana orang sesat Udyin ini menyimpulkan. Aku tahu, nanda, bahwa saat ini
orang sesat Udyin ini akan menyimpulkan dengan cara keliru. Sejak awal
Pengembara Potaliputta menanyakan tentang ketiga jenis perasaan. Orang sesat
Samiddhi ini [209] seharusnya menjawab Pengembara Potaliputta dengan benar jika,
ketika ditanya demikian, ia menjelaskan: Teman Potaliputta, setelah melakukan
perbuatan yang disengaja melalui jasmani, ucapan, atau pikiran, [yang akibatnya]
dirasakan sebagai menyenangkan, maka seseorang merasa senang. Setelah melakukan
perbuatan yang disengaja melalui jasmani, ucapan, atau pikiran, [yang akibatnya]
dirasakan sebagai menyakitkan, maka seseorang merasa kesakitan. Setelah melakukan
perbuatan yang disengaja melalui jasmani, ucapan, atau pikiran, [yang akibatnya]
dirasakan sebagai bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan, maka seseorang
merasakan bukan-kesakitan-juga-bukan-kesenangan. Tetapi siapakah orang-orang
dungu ini, para pengembara bodoh dari sekte lain, yang dapat memahami penjelasan
panjang dari Sang Tathgata tentang perbuatan? Engkau harus mendengarkan Sang
Tathgata, nanda, sewaktu Beliau menjelaskan penjelasan panjang tentang
perbuatan.

7. Sekarang adalah waktunya, Sang Bhagav, sekarang adalah waktunya, Yang
Sempurna, bagi Sang Bhagav untuk membabarkan penjelasan panjang tentang
perbuatan. Setelah mendengarnya dari Sang Bhagav, para bhikkhu akan
mengingatnya.

Maka dengarkanlah, nanda, dan perhatikanlah pada apa yang akan Kukatakan.

Baik, Yang Mulia, Yang Mulia nanda menjawab. Sang Bhagav berkata sebagai
berikut:

8. nanda,
1228
ada empat jenis orang terdapat di dunia ini. Apakah empat ini? Di sini
seseorang membunuh makhluk-makhluk hidup, mengambil apa yang tidak diberikan,
berperilaku salah dalam kenikmatan indria, mengucapkan kebohongan, mengucapkan
kata-kata fitnah, mengucapkan kata-kata kasar, bergosip; ia tamak, memiliki pikiran
permusuhan, dan menganut pandangan salah. Ketika hancurnya jasmani, setelah
kematian, ia muncul kembali dalam kondisi menderita, di alam tujuan kelahiran yang
tidak bahagia, dalam kesengsaraan, bahkan di neraka.

Tetapi di sini seseorang membunuh makhluk-makhluk hidup dan menganut
pandangan salah. Ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, ia muncul kembali di
alam bahagia, bahkan di alam surga.

Di sini seseorang menghindari membunuh makhluk-makhluk hidup, menghindari
mengambil apa yang tidak diberikan, menghindari perilaku salah dalam kenikmatan
indria, menghindari mengucapkan kebohongan, menghindari mengucapkan kata-kata
fitnah, [210] menghindari mengucapkan kata-kata kasar, menghindari gosip; ia tidak
tamak, tidak memiliki pikiran permusuhan, dan ia menganut pandangan benar. Ketika
hancurnya jasmani, setelah kematian, ia muncul kembali di alam bahagia, bahkan di
alam surga.

Tetapi di sini seseorang menghindari membunuh makhluk-makhluk hidup dan ia
menganut pandangan benar. Ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, ia muncul
kembali dalam kondisi menderita, di alam tujuan kelahiran yang tidak bahagia, dalam
kesengsaraan, bahkan di neraka.

9. Di sini, nanda, melalui semangat, usaha, kegigihan, ketekunan, dan perhatian
benar, seorang petapa atau brahmana mencapai konsentrasi pikiran sedemikian
sehingga, ketika pikirannya terkonsentrasi, dengan mata dewa, yang murni dan
melampaui manusia, ia melihat orang itu di sini yang membunuh makhluk-makhluk
hidup ... dan menganut pandangan salah, dan ia melihat bahwa ketika hancurnya
jasmani, setelah kematian, ia muncul kembali dalam kondisi menderita, di alam tujuan
kelahiran yang tidak bahagia, dalam kesengsaraan, bahkan di neraka. Ia berkata
sebagai berikut: Sesungguhnya, ada perbuatan-perbuatan jahat, ada akibat dari
perilaku salah; karena aku melihat seseorang di sini yang membunuh makhluk-
makhluk hidup dan menganut pandangan salah, dan aku melihat bahwa ketika
hancurnya jasmani, setelah kematian, ia muncul kembali dalam kondisi menderita
bahkan di neraka. Ia berkata sebagai berikut: Ketika hancurnya jasmani, setelah
kematian, semua orang yang membunuh makhluk-makhluk hidup dan menganut
pandangan salah muncul kembali dalam kondisi menderita bahkan di neraka.
Mereka yang mengetahui demikian mengetahui yang benar; mereka yang berpikir
sebaliknya adalah keliru. Demikianlah ia dengan keras kepala melekat pada apa yang
telah ia ketahui, ia lihat, dan ia temukan, dengan memaksakan: Hanya ini yang benar,
yang lainnya adalah salah.

10. Tetapi di sini, nanda, [211] melalui semangat seorang petapa atau brahmana
mencapai konsentrasi pikiran sedemikian sehingga, ketika pikirannya terkonsentrasi,
dengan mata dewa, yang murni dan melampaui manusia, ia melihat orang itu di sini
yang membunuh makhluk-makhluk hidup ... dan menganut pandangan salah, dan ia
melihat bahwa ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, ia muncul kembali di
alam bahagia, bahkan di alam surga. Ia berkata sebagai berikut: Sesungguhnya, tidak
ada perbuatan-perbuatan jahat, tidak ada akibat dari perilaku salah; karena aku
melihat seseorang di sini yang membunuh makhluk-makhluk hidup dan menganut
pandangan salah, dan aku melihat bahwa ketika hancurnya jasmani, setelah kematian,
ia muncul kembali di alam bahagia, bahkan di alam surga. Ia berkata sebagai berikut:
Ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, semua orang yang membunuh makhluk-
makhluk hidup dan menganut pandangan salah muncul kembali di alam bahagia,
bahkan di alam surga. Mereka yang mengetahui demikian mengetahui yang benar;
mereka yang berpikir sebaliknya adalah keliru. Demikianlah ia dengan keras kepala
melekat pada apa yang telah ia ketahui, ia lihat, dan ia temukan, dengan memaksakan:
Hanya ini yang benar, yang lainnya adalah salah.

11. Di sini, nanda, melalui semangat seorang petapa atau brahmana mencapai
konsentrasi pikiran sedemikian sehingga, ketika pikirannya terkonsentrasi, dengan
mata dewa, yang murni dan melampaui manusia, ia melihat orang itu di sini yang
menghindari membunuh makhluk-makhluk hidup ... dan menganut pandangan benar,
dan ia melihat bahwa ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, ia muncul kembali
di alam bahagia, bahkan di alam surga. Ia berkata sebagai berikut: Sesungguhnya,
ada perbuatan-perbuatan baik, ada akibat dari perilaku baik; karena aku melihat
seseorang di sini yang menghindari membunuh makhluk-makhluk hidup dan
menganut pandangan benar, dan aku melihat bahwa ketika hancurnya jasmani, setelah
kematian, ia muncul kembali di alam bahagia, bahkan di alam surga. Ia berkata
sebagai berikut: Ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, semua orang yang
menghindari membunuh makhluk-makhluk hidup dan menganut pandangan benar
muncul kembali di alam bahagia, bahkan di alam surga. Mereka yang mengetahui
demikian mengetahui yang benar; mereka yang berpikir sebaliknya adalah keliru.
Demikianlah ia dengan keras kepala melekat pada apa yang telah ia ketahui, ia lihat,
dan ia temukan, dengan memaksakan: Hanya ini yang benar, yang lainnya adalah
salah.

12. Tetapi di sini, nanda, [212] melalui semangat seorang petapa atau brahmana
mencapai konsentrasi pikiran sedemikian sehingga, ketika pikirannya terkonsentrasi,
dengan mata dewa, yang murni dan melampaui manusia, ia melihat orang itu di sini
yang menghindari membunuh makhluk-makhluk hidup ... dan menganut pandangan
benar, dan ia melihat bahwa ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, ia muncul
kembali dalam kondisi menderita, di alam tujuan kelahiran yang tidak bahagia, dalam
kesengsaraan, bahkan di neraka. Ia berkata sebagai berikut: Sesungguhnya, tidak ada
perbuatan-perbuatan baik, tidak ada akibat dari perilaku baik; karena aku melihat
seseorang di sini yang menghindari membunuh makhluk-makhluk hidup dan
menganut pandangan benar, dan aku melihat bahwa ketika hancurnya jasmani, setelah
kematian, ia muncul kembali dalam kondisi menderita bahkan di neraka. Ia
berkata sebagai berikut: Ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, semua orang
yang menghindari membunuh makhluk-makhluk hidup dan menganut pandangan
benar muncul kembali muncul kembali dalam kondisi menderita bahkan di neraka.
Mereka yang mengetahui demikian mengetahui yang benar; mereka yang berpikir
sebaliknya adalah keliru. Demikianlah ia dengan keras kepala melekat pada apa yang
telah ia ketahui, ia lihat, dan ia temukan, dengan memaksakan: Hanya ini yang benar,
yang lainnya adalah salah.

13. Di sana, nanda,
1229
ketika seorang petapa atau brahmana mengatakan:
Sesungguhnya, ada perbuatan-perbuatan jahat, ada akibat dari perilaku salah, Aku
membenarkan ini. Ketika ia mengatakan: Aku melihat seseorang di sini yang
membunuh makhluk-makhluk hidup dan menganut pandangan salah, dan aku
melihat bahwa ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, ia muncul kembali dalam
kondisi menderita bahkan di neraka, Aku juga membenarkan ini. Tetapi ketika ia
mengatakan: Ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, semua orang yang
membunuh makhluk-makhluk hidup dan menganut pandangan salah muncul
kembali dalam kondisi menderita bahkan di neraka, Aku tidak membenarkan ini.
Dan ketika ia dengan keras kepala melekat pada apa yang telah ia ketahui, ia lihat,
dan ia temukan, dengan memaksakan: Hanya ini yang benar, yang lainnya adalah
salah, Aku juga tidak membenarkan ini. Mengapakah? Karena, nanda, pengetahuan
Sang Tathgata akan penjelasan panjang tentang perbuatan adalah tidak seperti itu.

14. Di sana, nanda, ketika seorang petapa atau brahmana mengatakan:
Sesungguhnya, tidak ada perbuatan-perbuatan jahat, tidak ada akibat dari perilaku
salah, Aku tidak membenarkan ini. Ketika ia mengatakan: Aku melihat seseorang di
sini yang membunuh makhluk-makhluk hidup dan menganut pandangan salah, dan
aku melihat bahwa ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, ia muncul kembali di
alam bahagia, bahkan di alam surga, Aku membenarkan ini. Tetapi ketika ia
mengatakan: Ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, semua orang yang
membunuh makhluk-makhluk hidup dan menganut pandangan salah muncul
kembali di alam bahagia, bahkan di alam surga, [213] Aku tidak membenarkan ini.
Dan ketika ia mengatakan: Mereka yang mengetahui demikian mengetahui yang
benar; mereka yang berpikir sebaliknya adalah keliru, Aku juga tidak membenarkan
ini. Dan ketika ia dengan keras kepala melekat pada apa yang telah ia ketahui, ia lihat,
dan ia temukan, dengan memaksakan: Hanya ini yang benar, yang lainnya adalah
salah, Aku juga tidak membenarkan ini. Mengapakah? Karena, nanda, pengetahuan
Sang Tathgata akan penjelasan panjang tentang perbuatan adalah tidak seperti itu.

15. Di sana, nanda, ketika seorang petapa atau brahmana mengatakan:
Sesungguhnya, ada perbuatan-perbuatan baik, ada akibat dari perilaku baik, Aku
membenarkan ini. Ketika ia mengatakan: Aku melihat seseorang di sini yang
menghindari membunuh makhluk-makhluk hidup dan menganut pandangan benar,
dan aku melihat bahwa ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, ia muncul
kembali di alam bahagia, bahkan di alam surga, Aku juga membenarkan ini. Tetapi
ketika ia mengatakan: Ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, semua orang
yang menghindari membunuh makhluk-makhluk hidup dan menganut pandangan
benar muncul kembali di alam bahagia, bahkan di alam surga, Aku tidak
membenarkan ini. Dan ketika ia dengan keras kepala melekat pada apa yang telah ia
ketahui, ia lihat, dan ia temukan, dengan memaksakan: Hanya ini yang benar, yang
lainnya adalah salah, Aku juga tidak membenarkan ini. Mengapakah? Karena,
nanda, pengetahuan Sang Tathgata akan penjelasan panjang tentang perbuatan
adalah tidak seperti itu.

16. Di sana, nanda, ketika seorang petapa atau brahmana mengatakan:
Sesungguhnya, tidak ada perbuatan-perbuatan baik, tidak ada akibat dari perilaku
baik, Aku tidak membenarkan ini. Ketika ia mengatakan: Aku melihat seseorang di
sini yang menghindari membunuh makhluk-makhluk hidup dan menganut
pandangan benar, dan aku melihat bahwa ketika hancurnya jasmani, setelah kematian,
ia muncul kembali dalam kondisi menderita bahkan di neraka, Aku membenarkan
ini. Tetapi ketika ia mengatakan: Ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, semua
orang yang menghindari membunuh makhluk-makhluk hidup dan menganut
pandangan benar muncul kembali dalam kondisi menderita bahkan di neraka, Aku
tidak membenarkan ini. Dan ketika ia mengatakan: [214] Mereka yang mengetahui
demikian mengetahui yang benar; mereka yang berpikir sebaliknya adalah keliru,
Aku juga tidak membenarkan ini. Dan ketika ia dengan keras kepala melekat pada apa
yang telah ia ketahui, ia lihat, dan ia temukan, dengan memaksakan: Hanya ini yang
benar, yang lainnya adalah salah, Aku juga tidak membenarkan ini. Mengapakah?
Karena, nanda, pengetahuan Sang Tathgata akan penjelasan panjang tentang
perbuatan adalah tidak seperti itu.

17. Di sana, nanda,
1230
sehubungan dengan orang yang membunuh makhluk-
makhluk hidup dan menganut pandangan salah, ketika hancurnya jasmani, setelah
kematian, ia muncul kembali dalam kondisi menderita bahkan di neraka: apakah
sebelumnya telah melakukan perbuatan jahat yang dirasakan sebagai menyakitkan,
atau belakangan ia melakukan perbuatan jahat yang dirasakan sebagai menyakitkan,
atau pada saat kematian ia memperoleh dan menganut pandangan salah.
1231
Karena
hal itu, ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, ia muncul kembali dalam kondisi
menderita bahkan di neraka. Dan karena ia di sini telah membunuh makhluk-
makhluk hidup dan menganut pandangan salah, ia akan mengalami akibat dari
perbuatan itu di sini dan saat ini, atau dalam kelahiran kembali berikutnya, atau dalam
beberapa kelahiran setelahnya.
1232


18. Di sana, nanda, sehubungan dengan orang yang membunuh makhluk-makhluk
hidup dan menganut pandangan salah, ketika hancurnya jasmani, setelah kematian,
ia muncul kembali di alam bahagia, bahkan di alam surga: apakah sebelumnya telah
melakukan perbuatan baik yang dirasakan sebagai menyenangkan, atau belakangan ia
melakukan perbuatan baik yang dirasakan sebagai menyenangkan, atau pada saat
kematian ia memperoleh dan menganut pandangan benar.
1233
Karena hal itu, ketika
hancurnya jasmani, setelah kematian, ia muncul kembali di alam bahagia, bahkan di
alam surga. Dan karena ia di sini telah membunuh makhluk-makhluk hidup dan
menganut pandangan salah, ia akan mengalami akibat dari perbuatan itu di sini dan
saat ini, atau dalam kelahiran kembali berikutnya, atau dalam beberapa kelahiran
setelahnya.

19. Di sana, nanda, sehubungan dengan orang yang menghindari membunuh
makhluk-makhluk hidup dan menganut pandangan benar, ketika hancurnya
jasmani, setelah kematian, ia muncul kembali di alam bahagia, bahkan di alam surga:
apakah sebelumnya telah melakukan perbuatan baik yang dirasakan sebagai
menyenangkan, atau belakangan ia melakukan perbuatan baik yang dirasakan sebagai
menyenangkan, atau pada saat kematian ia memperoleh dan menganut pandangan
benar. Karena hal itu, ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, ia muncul kembali
di alam bahagia, bahkan di alam surga. Dan karena ia di sini telah menghindari
membunuh makhluk-makhluk hidup [215] dan menganut pandangan benar, ia akan
mengalami akibat dari perbuatan itu di sini dan saat ini, atau dalam kelahiran kembali
berikutnya, atau dalam beberapa kelahiran setelahnya.

20. Di sana, nanda, sehubungan dengan orang yang menghindari membunuh
makhluk-makhluk hidup dan menganut pandangan benar, ketika hancurnya
jasmani, setelah kematian, ia muncul kembali dalam kondisi menderita bahkan di
neraka: apakah sebelumnya telah melakukan perbuatan jahat yang dirasakan sebagai
menyakitkan, atau belakangan ia melakukan perbuatan jahat yang dirasakan sebagai
menyakitkan, atau pada saat kematian ia memperoleh dan menganut pandangan salah.
Karena hal itu, ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, ia muncul kembali dalam
kondisi menderita bahkan di neraka. Dan karena ia di sini telah menghindari
membunuh makhluk-makhluk hidup dan menganut pandangan benar, ia akan
mengalami akibat dari perbuatan itu di sini dan saat ini, atau dalam kelahiran kembali
berikutnya, atau dalam beberapa kelahiran setelahnya.

21. Demikianlah, nanda, ada perbuatan yang tidak mampu dan tampak tidak
mampu; ada perbuatan yang tidak mampu dan tampak mampu; ada perbuatan yang
mampu dan tampak mampu; dan ada perbuatan yang mampu dan tampak tidak
mampu.
1234


Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagav. Yang Mulia nanda merasa puas
dan gembira mendengar kata-kata Sang Bhagav.


137 Sayatanavibhanga Sutta
Penjelasan tentang Enam Landasan




1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagav sedang
menetap di Svatth di Hutan Jeta, Taman Anthapiika. Di sana Beliau memanggil
para bhikkhu sebagai berikut: Para bhikkhu. Yang Mulia, mereka menjawab.
Sang Bhagav berkata sebagai berikut:

2. Para bhikkhu, Aku akan mengajarkan kepada kalian suatu penjelasan tentang
enam landasan. Dengarkan dan perhatikanlah pada apa yang akan Kukatakan.
Baik, Yang Mulia, para bhikkhu itu menjawab. Sang Bhagav berkata sebagai
berikut: [216]

3. Enam landasan internal harus dipahami. Enam landasan eksternal harus dipahami.
Enam kelompok kesadaran harus dipahami. Enak kelompok kontak harus dipahami.
Delapan belas jenis eksplorasi pikiran harus dipahami. Tiga puluh enam posisi
makhluk-makhluk harus dipahami. Di sana, dengan bergantung pada ini,
tinggalkanlah itu. Ada tiga landasan perhatian yang dilatih oleh Seorang Mulia, yang
dengan melatihnya Seorang Mulia itu menjadi seorang guru yang layak untuk
memberikan instruksi kepada suatu kelompok. Di antara guru-guru yang memberikan
latihan adalah Beliau yang disebut pemimpin yang tiada bandingnya bagi orang-orang
yang harus dijinakkan. Ini adalah ringkasan dari penjelasan tentang enam landasan.

4. Enam landasan internal harus dipahami. Demikianlah dikatakan. Dan
sehubungan dengan apakah hal ini dikatakan? Ada landasan-mata, landasan-telinga,
landasan-hidung, landasan-lidah, landasan-badan, dan landasan-pikiran. Adalah
sehubungan dengan hal ini maka dikatakan: Enam landasan internal harus dipahami.

5. Enam landasan eksternal harus dipahami. Demikianlah dikatakan. Dan
sehubungan dengan apakah hal ini dikatakan? Ada landasan-bentuk, landasan-suara,
landasan-bau, landasan-rasa kecapan, landasan-objek sentuhan, dan landasan-objek
pikiran. Adalah sehubungan dengan hal ini maka dikatakan: Enam landasan eksternal
harus dipahami.

6. Enam kelompok kesadaran harus dipahami. Demikianlah dikatakan. Dan
sehubungan dengan apakah hal ini dikatakan? Ada kesadaran-mata, kesadaran-telinga,
kesadaran-hidung, kesadaran-lidah, kesadaran-badan, dan kesadaran-pikiran. Adalah
sehubungan dengan hal ini maka dikatakan: Enam kelompok kesadaran harus
dipahami.

7. Enam kelompok kontak harus dipahami. Demikianlah dikatakan. Dan
sehubungan dengan apakah hal ini dikatakan? Ada kontak-mata, kontak-telinga,
kontak-hidung, kontak-lidah, kontak-badan, dan kontak-pikiran. Adalah sehubungan
dengan hal ini maka dikatakan: Enam kelompok kontak harus dipahami.

8. Delapan belas jenis eksplorasi pikiran harus dipahami.
1235
Demikianlah
dikatakan. Dan sehubungan dengan apakah hal ini dikatakan?

Ketika melihat suatu bentuk dengan mata, seseorang mengeksplorasi bentuk yang
menghasilkan kegembiraan, ia mengeksplorasi bentuk yang menghasilkan kesedihan,
ia mengeksplorasi bentuk yang menghasilkan keseimbangan.
1236
Ketika mendengar
suatu suara dengan telinga ... Ketika mencium suatu bau dengan hidung ... Ketika
mengecap suatu rasa kecapan dengan lidah ... [217] Ketika menyentuh suatu objek-
sentuhan dengan badan ... Ketika mengenali suatu objek-pikiran dengan pikiran,
seseorang mengeksplorasi objek-pikiran yang menghasilkan kegembiraan, ia
mengeksplorasi objek-pikiran yang menghasilkan kesedihan, ia mengeksplorasi
objek-pikiran yang menghasilkan keseimbangan. Demikianlah ada enam jenis
eksplorasi dengan kegembiraan, enam jenis eksplorasi dengan kesedihan, dan enam
jenis eksplorasi dengan keseimbangan. Adalah sehubungan dengan hal ini maka
dikatakan: Delapan belas jenis eksplorasi pikiran harus dipahami.

9. Tiga puluh enam posisi makhluk-makhluk harus dipahami.
1237
Demikianlah
dikatakan. Dan sehubungan dengan apakah hal ini dikatakan? Ada enam jenis
kegembiraan yang berdasarkan pada kehidupan rumah tangga dan enam jenis
kegembiraan yang berdasarkan pada pelepasan keduniawian.
1238
Ada enam jenis
kesedihan yang berdasarkan pada kehidupan rumah tangga dan enam jenis kesedihan
yang berdasarkan pada pelepasan keduniawian. Ada enam jenis keseimbangan yang
berdasarkan pada kehidupan rumah tangga dan enam jenis keseimbangan yang
berdasarkan pada pelepasan keduniawian.

10. Di sini, apakah enam jenis kegembiraan yang berdasarkan pada kehidupan rumah
tangga? Ketika seseorang menganggap sebagai keuntungan atas suatu perolehan akan
bentuk-bentuk yang dikenali oleh mata yang diharapkan, diinginkan, menyenangkan,
memuaskan, dan berhubungan dengan keduniawian atau ketika ia ingat apa yang
sebelumnya telah diperoleh yang telah berlalu, telah lenyap, dan telah berubah
kegembiraan muncul. Kegembiraan demikian disebut kegembiraan yang berdasarkan
pada kehidupan rumah tangga.

Ketika seseorang menganggap sebagai keuntungan atas suatu perolehan akan suara-
suara yang dikenali oleh telinga perolehan akan bau-bauan yang dikenali oleh
hidung perolehan akan rasa kecapan yang dikenali oleh lidah perolehan akan
objek-objek sentuhan yang dikenali oleh badan perolehan akan objek-objek pikiran
yang dikenali oleh pikiran yang diharapkan, diinginkan, menyenangkan, memuaskan,
dan berhubungan dengan keduniawian atau ketika ia ingat apa yang sebelumnya
telah diperoleh yang telah berlalu, telah lenyap, dan telah berubah maka
kegembiraan muncul. Kegembiraan demikian disebut kegembiraan yang berdasarkan
pada kehidupan rumah tangga. Ini adalah enam jenis kegembiraan yang berdasarkan
pada kehidupan rumah tangga.

11. Di sini, apakah enam jenis kegembiraan yang berdasarkan pada pelepasan
keduniawian? Ketika, dengan mengetahui ketidak-kekalan, perubahan, peluruhan, dan
lenyapnya bentuk-bentuk, seseorang melihat sebagaimana adanya dengan
kebijaksanaan benar bahwa bentuk-bentuk baik yang sebelumnya maupun yang
sekarang adalah tidak kekal, penderitaan, dan tunduk pada perubahan, maka
kegembiraan muncul. Kegembiraan demikian adalah kegembiraan yang berdasarkan
pada pelepasan keduniawian.
1239


Ketika, dengan mengetahui ketidak-kekalan, perubahan, peluruhan, dan lenyapnya
suara-suara bau-bauan rasa kecapan objek-objek sentuhan [218] objek-
objek pikiran, seseorang melihat sebagaimana adanya dengan kebijaksanaan benar
bahwa objek-objek pikiran baik yang sebelumnya maupun yang sekarang adalah tidak
kekal, penderitaan, dan tunduk pada perubahan, maka kegembiraan muncul.
Kegembiraan demikian adalah kegembiraan yang berdasarkan pada pelepasan
keduniawian.

12. Di sini, apakah enam jenis kesedihan yang berdasarkan pada kehidupan rumah
tangga? Ketika seseorang menganggap sebagai bukan keuntungan atas suatu bukan
perolehan akan bentuk-bentuk yang dikenali oleh mata yang diharapkan, diinginkan,
menyenangkan, memuaskan, dan berhubungan dengan keduniawian atau ketika ia
ingat apa yang sebelumnya tidak diperoleh yang telah berlalu, telah lenyap, dan telah
berubah maka kesedihan muncul. Kesedihan demikian disebut kesedihan yang
berdasarkan pada kehidupan rumah tangga.

Ketika seseorang menganggap sebagai bukan keuntungan atas suatu bukan perolehan
akan suara-suara yang dikenali oleh telinga bukan perolehan akan bau-bauan yang
dikenali oleh hidung bukan perolehan akan rasa kecapan yang dikenali oleh lidah
bukan perolehan akan objek-objek sentuhan yang dikenali oleh badan bukan
perolehan akan objek-objek pikiran yang dikenali oleh pikiran yang diharapkan,
diinginkan, menyenangkan, memuaskan, dan berhubungan dengan keduniawian
atau ketika ia ingat apa yang sebelumnya tidak diperoleh yang telah berlalu, telah
lenyap, dan telah berubah maka kesedihan muncul. Kesedihan demikian disebut
kesedihan yang berdasarkan pada kehidupan rumah tangga. Ini adalah enam jenis
kesedihan yang berdasarkan pada kehidupan rumah tangga.

13. Di sini, apakah enam jenis kesedihan yang berdasarkan pada pelepasan
keduniawian? Ketika, dengan mengetahui ketidak-kekalan, perubahan, peluruhan, dan
lenyapnya bentuk-bentuk, seseorang melihat sebagaimana adanya dengan
kebijaksanaan benar bahwa bentuk-bentuk baik yang sebelumnya maupun yang
sekarang adalah tidak kekal, penderitaan, dan tunduk pada perubahan, ia
memunculkan kerinduan akan kebebasan tertinggi sebagai berikut: Kapankah aku
dapat masuk dan berdiam dalam landasan yang saat ini telah dimasuki dan didiami
oleh para mulia?
1240
Pada seseorang yang memunculkan kerinduan akan kebebasan
tertinggi demikian, muncul kesedihan dengan kerinduan itu sebagai kondisi.
Kesedihan demikian disebut kesedihan yang berdasarkan pada pelepasan
keduniawian.

Ketika, dengan mengetahui ketidak-kekalan, perubahan, peluruhan, dan lenyapnya
suara-suara bau-bauan rasa kecapan objek-objek sentuhan objek-objek
pikiran, seseorang melihat sebagaimana adanya dengan kebijaksanaan benar bahwa
objek-objek pikiran baik yang sebelumnya maupun yang sekarang adalah tidak kekal,
penderitaan, dan tunduk pada perubahan, [219] ia memunculkan kerinduan akan
kebebasan tertinggi sebagai berikut: Kapankah aku dapat masuk dan berdiam dalam
landasan yang saat ini telah dimasuki dan didiami oleh para mulia? Pada seseorang
yang memunculkan kerinduan akan kebebasan tertinggi demikian, muncul kesedihan
dengan kerinduan itu sebagai kondisi. Kesedihan demikian disebut kesedihan yang
berdasarkan pada pelepasan keduniawian. Ini adalah enam jenis kesedihan yang
berdasarkan pada pelepasan keduniawian.

14. Di sini, apakah enam jenis keseimbangan yang berdasarkan pada kehidupan
rumah tangga? Ketika melihat suatu bentuk dengan mata, keseimbangan muncul pada
seseorang biasa dungu yang tergila-gila, pada seorang biasa yang tidak terpelajar yang
belum menaklukkan keterbatasannya dan belum menaklukkan akibat [perbuatan] dan
yang buta akan bahaya. Kesimbangan seperti ini tidak melampaui bentuk; itulah
sebabnya mengapa disebut keseimbangan yang berdasarkan pada kehidupan rumah
tangga.
1241


Ketika mendengar suatu suara dengan telinga ... Ketika mencium suatu bau dengan
hidung ... Ketika mengecap suatu rasa kecapan dengan lidah ... Ketika menyentuh
suatu objek-sentuhan dengan badan ... Ketika mengenali suatu objek-pikiran dengan
pikiran, keseimbangan muncul pada seseorang biasa dungu yang tergila-gila, pada
seorang biasa yang tidak terpelajar yang belum menaklukkan keterbatasannya dan
belum menaklukkan akibat [perbuatan] dan yang buta akan bahaya. Kesimbangan
seperti ini tidak melampaui objek-pikiran; itulah sebabnya mengapa disebut
keseimbangan yang berdasarkan pada kehidupan rumah tangga. Ini adalah enam jenis
keseimbangan yang berdasarkan pada kehidupan rumah tangga.

15. Di sini, apakah enam jenis kesedihan yang berdasarkan pada pelepasan
keduniawian? Ketika, dengan mengetahui ketidak-kekalan, perubahan, peluruhan, dan
lenyapnya bentuk-bentuk, seseorang melihat sebagaimana adanya dengan
kebijaksanaan benar bahwa bentuk-bentuk baik yang sebelumnya maupun yang
sekarang adalah tidak kekal, penderitaan, dan tunduk pada perubahan, keseimbangan
muncul. Keseimbangan ini melampaui bentuk; itulah sebabnya mengapa disebut
keseimbangan yang berdasarkan pada pelepasan keduniawian.
1242


Ketika, dengan mengetahui ketidak-kekalan, perubahan, peluruhan, dan lenyapnya
suara-suara bau-bauan rasa kecapan objek-objek sentuhan objek-objek
pikiran, seseorang melihat sebagaimana adanya dengan kebijaksanaan benar bahwa
objek-objek pikiran baik yang sebelumnya maupun yang sekarang adalah tidak kekal,
penderitaan, dan tunduk pada perubahan, keseimbangan muncul. Keseimbangan ini
melampaui objek pikiran; itulah sebabnya mengapa disebut keseimbangan yang
berdasarkan pada pelepasan keduniawian. Ini adalah enam jenis keseimbangan yang
berdasarkan pada pelepasan keduniawian.

Adalah sehubungan dengan hal ini maka dikatakan: Tiga puluh enam posisi
makhluk-makhluk harus dipahami. [220]

16. Di sana, dengan bergantung pada ini, tinggalkanlah itu. Demikianlah dikatakan.
Dan sehubungan dengan apakah hal ini dikatakan?

Di sini, Para bhikkhu, dengan bergantung dan mengandalkan keenam jenis
kegembiraan yang berdasarkan pada pelepasan keduniawian, tinggalkan dan
lampauilah keenam jenis kegembiraan yang berdasarkan pada kehidupan rumah
tangga. Adalah demikian kegembiraan-kegembiraan itu ditinggalkan; Adalah
demikian kegembiraan-kegembiraan itu dilampaui. Dengan bergantung dan
mengandalkan keenam jenis kesedihan yang berdasarkan pada pelepasan
keduniawian, tinggalkan dan lampauilah keenam jenis kesedihan yang berdasarkan
pada kehidupan rumah tangga. Adalah demikian kesedihan-kesedihan itu
ditinggalkan; Adalah demikian kesedihan-kesedihan itu dilampaui. Dengan
bergantung dan mengandalkan keenam jenis keseimbangan yang berdasarkan pada
pelepasan keduniawian, tinggalkan dan lampauilah keenam jenis keseimbangan yang
berdasarkan pada kehidupan rumah tangga. Adalah demikian keseimbangan-
keseimbangan itu ditinggalkan; Adalah demikian keseimbangan-keseimbangan itu
dilampaui.

Dengan bergantung dan mengandalkan keenam jenis kegembiraan yang berdasarkan
pada pelepasan keduniawian, tinggalkan dan lampauilah keenam jenis kesedihan yang
berdasarkan pada pelepasan keduniawian. Adalah demikian kesedihan-kesedihan itu
ditinggalkan; Adalah demikian kesedihan-kesedihan itu dilampaui. Dengan
bergantung dan mengandalkan keenam jenis keseimbangan yang berdasarkan pada
pelepasan keduniawian, tinggalkan dan lampauilah keenam jenis kegembiraan yang
berdasarkan pada pelepasan keduniawian. Adalah demikian kegembiraan-
kegembiraan itu ditinggalkan; Adalah demikian kegembiraan-kegembiraan itu
dilampaui.

17. Ada, Para bhikkhu, keseimbangan yang beraneka-ragam, berdasarkan pada
keberagaman; dan ada keseimbangan yang terpusat, berdasarkan pada kesatuan.
1243


18. Dan apakah, para bhikkhu, keseimbangan yang beraneka-ragam, berdasarkan
pada keberagaman? Ada keseimbangan sehubungan dengan bentuk-bentuk, suara-
suara, bau-bauan, rasa kecapan, dan objek-objek sentuhan. Ini, Para bhikkhu, adalah
keseimbangan yang beraneka-ragam, berdasarkan pada keberagaman.

19. Dan apakah, Para bhikkhu, keseimbangan yang terpusat, berdasarkan pada
kesatuan? Ada keseimbangan sehubungan dengan landasan ruang tanpa batas,
landasan kesadaran tanpa batas, landasan kekosongan, dan landasan bukan-persepsi
juga bukan bukan-persepsi. Ini, para bhikkhu, adalah keseimbangan yang terpusat,
berdasarkan pada kesatuan.

20. Di sini, Para bhikkhu, dengan bergantung dan mengandalkan keseimbangan yang
terpusat, berdasarkan pada kesatuan, tinggalkan dan lampauilah keseimbangan yang
beraneka-ragam, berdasarkan pada keberagaman. Demikianlah ini ditinggalkan;
demikianlah ini dilampaui.
1244


Para bhikkhu, dengan bergantung dan mengandalkan ketiadaan-identifikasi,
1245

tinggalkan dan lampauilah keseimbangan yang terpusat, berdasarkan pada kesatuan.
Demikianlah ini ditinggalkan; demikianlah ini dilampaui. [221]

Adalah sehubungan dengan hal ini maka dikatakan: Di sana, dengan bergantung
pada ini, tinggalkanlah itu.

21. Ada tiga landasan perhatian yang dilatih oleh Seorang Mulia, yang dengan
melatihnya Seorang Mulia itu menjadi seorang guru yang layak untuk memberikan
instruksi kepada suatu kelompok.
1246
Demikianlah dikatakan. Dan sehubungan
dengan apakah hal ini dikatakan?

22. Di sini, Para bhikkhu, dengan berbelas kasihan dan mengusahakan kesejahteraan
mereka, Sang Guru mengajarkan Dhamma kepada para siswa demi belas kasihan: Ini
adalah demi kesejahteraan kalian; ini adalah demi kebahagiaan kalian. Beberapa dari
para siswaNya tidak mau mendengarkan atau mengerahkan pikiran untuk memahami;
mereka tersesat dan berbelok dari Pengajaran Sang Guru. Karena itu Sang Tathgata
tidak puas dan merasakan ketidak-puasan; namun Beliau tidak-tergerak, penuh
perhatian, dan penuh kewaspadaan. Ini, para bhikkhu, disebut landasan perhatian
pertama yang dilatih oleh Seorang Mulia, yang dengan melatihnya Yang Mulia itu
adalah guru yang layak untuk memberikan instruksi kepada suatu kelompok.

23. Lebih lanjut, Para bhikkhu, dengan berbelas kasihan dan mengusahakan
kesejahteraan mereka, Sang Guru mengajarkan Dhamma kepada para siswa demi
belas kasihan: Ini adalah demi kesejahteraan kalian; ini adalah demi kebahagiaan
kalian. Beberapa dari para siswaNya tidak mau mendengarkan atau mengerahkan
pikiran untuk memahami; mereka tersesat dan berbelok dari Pengajaran Sang Guru.
Beberapa dari para siswaNya mau mendengarkan dan mengerahkan pikiran untuk
memahami; mereka tidak tersesat dan tidak berbelok dari Pengajaran Sang Guru.
Karena itu Sang Tathgata tidak puas dan tidak merasakan kepuasan, dan Beliau tidak
kecewa dan tidak merasakan kekecewaan; dengan senantiasa bebas dari kepuasan dan
kekecewaan, Beliau berdiam dalam keseimbangan, penuh perhatian, dan penuh
kewaspadaan. Ini, para bhikkhu, disebut landasan perhatian ke dua yang dilatih oleh
Seorang Mulia, yang dengan melatihnya Yang Mulia itu adalah guru yang layak
untuk memberikan instruksi kepada suatu kelompok.

24. Lebih lanjut, Para bhikkhu, dengan berbelas kasihan dan mengusahakan
kesejahteraan mereka, Sang Guru mengajarkan Dhamma kepada para siswa demi
belas kasihan: Ini adalah demi kesejahteraan kalian; ini adalah demi kebahagiaan
kalian. Para siswaNya mendengarkan dan mengerahkan pikiran untuk memahami;
mereka tidak tersesat dan tidak berbelok dari Pengajaran Sang Guru. Dengan itu Sang
Tathgata puas dan merasakan kepuasan; namun Beliau tidak-tergerak, penuh
perhatian, dan penuh kewaspadaan. Ini, para bhikkhu, disebut landasan perhatian ke
tiga yang dilatih oleh Seorang Mulia, yang dengan melatihnya Yang Mulia itu adalah
guru yang layak untuk memberikan instruksi kepada suatu kelompok. [222]

Adalah sehubungan dengan hal ini maka dikatakan: Ada tiga landasan perhatian
yang dilatih oleh Seorang Mulia, yang dengan melatihnya Seorang Mulia itu menjadi
seorang guru yang layak untuk memberikan instruksi kepada suatu kelompok.

25. Di antara guru-guru yang memberikan latihan adalah Beliau yang disebut
pemimpin yang tiada bandingnya bagi orang-orang yang harus dijinakkan.
1247

Demikianlah dikatakan. Dan sehubungan dengan apakah hal ini dikatakan?

Dengan dituntun oleh penjinak gajah, Para bhikkhu, gajah yang akan dijinakkan
berjalan ke satu arah timur, barat, utara, atau selatan. Dengan dituntun oleh penjinak
kuda, Para bhikkhu, kuda yang akan dijinakkan berjalan ke satu arah timur, barat,
utara, atau selatan. Dengan dituntun oleh penjinak sapi, Para bhikkhu, sapi yang akan
dijinakkan berjalan ke satu arah timur, barat, utara, atau selatan.

26. Para bhikkhu, dengan dituntun oleh Sang Tathgata, yang sempurna dan
tercerahkan sempurna, orang yang akan dijinakkan berjalan ke delapan arah.
1248


Dengan memiliki bentuk materi, ia melihat bentuk-bentuk: ini adalah arah pertama.
Tanpa melihat bentuk-bentuk secara internal, ia melihat bentuk-bentuk secara
eksternal: ini adalah arah ke dua. Ia bertekad hanya pada yang indah: ini adalah arah
ke tiga. Dengan sepenuhnya melampaui persepsi bentuk, dengan lenyapnya persepsi
kontak indria, dengan tanpa-perhatian pada persepsi keberagaman, menyadari bahwa
ruang adalah tanpa batas, ia masuk dan berdiam dalam landasan ruang tanpa batas:
ini adalah arah ke empat. Dengan sepenuhnya melampaui landasan ruang tanpa batas,
menyadari bahwa kesadaran adalah tanpa batas, ia masuk dan berdiam dalam
landasan kesadaran tanpa batas: ini adalah arah ke lima. Dengan sepenuhnya
melampaui landasan kesadaran tanpa batas, menyadari bahwa tidak ada apa-apa, ia
masuk dan berdiam dalam landasan kekosongan: ini adalah arah ke enam. Dengan
sepenuhnya melampaui landasan kekosongan, ia masuk dan berdiam dalam landasan
bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi: ini adalah arah ke tujuh. Dengan
sepenuhnya melampaui landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi, ia masuk
dan berdiam dalam lenyapnya persepsi dan perasaan: ini adalah arah ke delapan.

Para bhikkhu, dengan dituntun oleh Sang Tathgata, yang sempurna dan tercerahkan
sempurna, orang yang akan dijinakkan berjalan ke delapan arah.

28. Adalah sehubungan dengan hal ini maka dikatakan: Di antara guru-guru yang
memberikan latihan adalah Beliau yang disebut pemimpin yang tiada bandingnya bagi
orang-orang yang harus dijinakkan.

Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagav. Para bhikkhu merasa puas dan
gembira mendengar kata-kata Sang Bhagav.


138 Uddesavibhanga Sutta
Penjelasan suatu Ringkasan




[223] 1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagav
sedang menetap di Svatth di Hutan Jeta, Taman Anthapiika. Di sana Beliau
memanggil para bhikkhu sebagai berikut: Para bhikkhu. Yang Mulia, mereka
menjawab. Sang Bhagav berkata sebagai berikut:

2. Para bhikkhu, Aku akan mengajarkan kepada kalian suatu ringkasan dan
penjelasan. Dengarkan dan perhatikanlah pada apa yang akan Kukatakan. Baik,
Yang Mulia, para bhikkhu menjawab. Sang Bhagav berkata sebagai berikut:

3. Para bhikkhu, seorang bhikkhu harus memeriksa segala sesuatu sedemikian
sehingga ketika ia sedang memeriksanya, kesadarannya tidak teralihkan dan tidak
berhamburan secara eksternal juga tidak terpaku secara internal, dan dengan ketidak-
melekatan ia tidak menjadi bergejolak. Jika kesadarannya tidak teralihkan dan tidak
berhamburan secara eksternal juga tidak terpaku secara internal, dan jika dengan
ketidak-melekatan ia tidak menjadi bergejolak, maka baginya tidak ada asal-mula
penderitaan kelahiran, penuaan, dan kematian di masa depan.

4. Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagav. Setelah mengatakan hal ini,
Yang Sempurna bangkit dari duduknya dan memasuki kediamannya.
1249


5. Kemudian, segera setelah Sang Bhagav pergi, para bhikkhu berpikir: Sekarang,
teman-teman, Sang Bhagav telah bangkit dari dudukNya dan masuk ke dalam
kediamanNya setelah memberikan ringkasan singkat tanpa menjelaskan makna
terperinci. Sekarang siapakah yang akan menjelaskan secara terperinci? Kemudian
mereka berpikir: Yang Mulia Mah Kaccna dipuji oleh Sang Guru dan dihargai
oleh teman-temannya yang bijaksana dalam kehidupan suci. Ia mampu menjelaskan
maknanya secara terperinci. Bagaimana jika kita mendatanginya dan menanyakan
makna dari hal ini.

6-8. [224,225] (Seperti Sutta 133, 8-10.)

9. Maka dengarkanlah, Teman-teman, dan perhatikanlah pada apa yang akan aku
katakan.

Baik, Teman, para bhikkhu itu menjawab. Yang Mulia Mah Kaccna berkata
sebagai berikut:

10. Bagaimanakah, Teman-teman, kesadaran disebut teralihkan dan berhamburan
secara eksternal?
1250
Di sini, ketika seorang bhikkhu telah melihat suatu bentuk
dengan mata, jika kesadarannya mengikuti gambaran bentuk, terikat dan terkekang
oleh kepuasan dalam gambaran bentuk,
1251
terbelenggu oleh kepuasan dalam
gambaran bentuk, maka kesadarannya disebut teralihkan dan berhamburan secara
eksternal.

Ketika ia telah mendengar suatu suara dengan telinga mencium suatu bau dengan
hidung mengecap suatu rasa kecapan dengan lidah menyentuh suatu objek
sentuhan dengan badan mengenali suatu objek pikiran dengan pikiran, jika
kesadarannya mengikuti gambaran objek pikiran, terikat dan terkekang oleh kepuasan
dalam gambaran objek pikiran, terbelenggu oleh kepuasan dalam gambaran objek
pikiran, maka kesadarannya disebut teralihkan dan berhamburan secara eksternal.

11. Dan bagaimanakah, Teman-teman, kesadaran disebut tidak teralihkan dan tidak
berhamburan secara eksternal? Di sini, ketika seorang bhikkhu telah melihat suatu
bentuk dengan mata, jika kesadarannya tidak mengikuti gambaran bentuk, tidak
terikat dan tidak terkekang oleh kepuasan dalam gambaran bentuk, tidak terbelenggu
oleh kepuasan dalam gambaran bentuk, maka kesadarannya disebut tidak teralihkan
dan tidak berhamburan secara eksternal. [226]

Ketika ia telah mendengar suatu suara dengan telinga mencium suatu aroma
dengan hidung mengecap suatu rasa kecapan dengan lidah menyentuh suatu
objek sentuhan dengan badan mengenali suatu objek pikiran dengan pikiran, jika
kesadarannya tidak mengikuti gambaran objek pikiran, tidak terikat dan terkekang
oleh kepuasan dalam gambaran objek pikiran, tidak terbelenggu oleh belenggu
kepuasan dalam gambaran objek pikiran, maka kesadarannya disebut tidak teralihkan
dan tidak berhamburan secara eksternal.

12. Dan bagaimanakah, Teman-teman, pikiran disebut terpaku secara internal?
1252

Di sini, dengan cukup terasing dari kenikmatan indria, terasing dari kondisi-kondisi
tidak bermanfaat, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam jhna pertama, yang
disertai dengan awal pikiran dan kelangsungan pikiran, dengan sukacita dan
kenikmatan yang muncul dari keterasingan. Jika kesadarannya mengikuti sukacita dan
kenikmatan yang muncul dari keterasingan, terikat dan terkekang oleh kepuasan
dalam sukacita dan kenikmatan yang muncul dari keterasingan, terbelenggu oleh
kepuasan dalam sukacita dan kenikmatan yang muncul dari keterasingan maka
pikirannya disebut terpaku secara internal.

13. Kemudian, dengan menenangkan awal pikiran dan kelangsungan pikiran,
seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam jhna ke dua, yang memiliki keyakinan-
diri dan keterpusatan pikiran tanpa awal pikiran dan kelangsungan pikiran, dengan
sukacita dan kenikmatan yang muncul dari konsentrasi. Jika kesadarannya mengikuti
sukacita dan kenikmatan yang muncul dari konsentrasi, terikat dan terkekang oleh
kepuasan dalam sukacita dan kenikmatan yang muncul dari konsentrasi, maka
pikirannya disebut terpaku secara internal.

14. Kemudian, dengan meluruhnya sukacita, seorang bhikkhu berdiam dalam
keseimbangan, dan dengan penuh perhatian dan kewaspadaan penuh, masih
merasakan kenikmatan pada jasmani, ia masuk dan berdiam dalam jhna ke tiga, yang
dikatakan oleh para mulia: Ia memiliki kediaman yang menyenangkan yang memiliki
keseimbangan dan penuh perhatian. Jika kesadarannya mengikuti keseimbangan
maka pikirannya disebut terpaku secara internal.

15. Kemudian, dengan meninggalkan kenikmatan dan kesakitan, dan dengan
pelenyapan sebelumnya dari kegembiraan dan kesedihan, seorang bhikkhu masuk dan
berdiam dalam jhna ke empat, yang memiliki bukan-kesakitan-juga-bukan-
kenikmatan dan kemurnian perhatian karena keseimbangan. Jika kesadarannya
mengikuti gambaran bukan-kesakitan-juga-bukan-kenikmatan, terikat dan terkekang
oleh kepuasan dalam gambaran bukan-kesakitan-juga-bukan-kenikmatan, terbelenggu
oleh belenggu kepuasan dalam gambaran bukan-kesakitan-juga-bukan-kenikmatan,
maka kesadarannya disebut terpaku secara internal. Itu adalah bagaimana pikiran
disebut terpaku secara internal. [227]

16. Dan bagaimanakah, Teman-teman, pikiran disebut tidak terpaku secara
internal? Di sini, dengan cukup terasing dari kenikmatan indria, terasing dari kondisi-
kondisi tidak bermanfaat, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam jhna pertama
Jika kesadarannya tidak mengikuti sukacita dan kenikmatan yang muncul dari
keterasingan, tidak terikat dan terkekang oleh kepuasan dalam sukacita dan
kenikmatan yang muncul dari keterasingan, tidak terbelenggu oleh belenggu kepuasan
dalam sukacita dan kenikmatan yang muncul dari keterasingan maka pikirannya
disebut tidak terpaku secara internal.

17. Kemudian, dengan menenangkan awal pikiran dan kelangsungan pikiran,
seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam jhna ke dua Jika kesadarannya tidak
mengikuti sukacita dan kenikmatan yang muncul dari konsentrasi maka pikirannya
disebut tidak terpaku secara internal.

18. Kemudian, dengan meluruhnya sukacita, seorang bhikkhu berdiam masuk dan
berdiam dalam jhna ke tiga Jika kesadarannya tidak mengikuti keseimbangan
maka pikirannya disebut tidak terpaku secara internal.

19. Kemudian, dengan meninggalkan kenikmatan dan kesakitan seorang bhikkhu
masuk dan berdiam dalam jhna ke empat Jika kesadarannya tidak mengikuti
gambaran bukan-kesakitan-juga-bukan-kenikmatan, tidak terikat dan terkekang oleh
kepuasan dalam gambaran bukan-kesakitan-juga-bukan-kenikmatan, tidak
terbelenggu oleh belenggu kepuasan dalam gambaran bukan-kesakitan-juga-bukan-
kenikmatan, maka kesadarannya disebut tidak terpaku secara internal. Itu adalah
bagaimana pikiran disebut tidak terpaku secara internal.

20. Bagaimanakah, Teman-teman, terjadinya gejolak karena kemelekatan?
1253
Di sini
seorang biasa yang tidak terpelajar, yang tidak menghargai para mulia dan tidak
terampil dan tidak disiplin dalam Dhamma mereka, yang tidak menghargai manusia
sejati dan tidak terampil dan tidak disiplin dalam Dhamma mereka, menganggap
bentuk materi sebagai diri, atau diri sebagai memiliki bentuk materi, atau bentuk
materi sebagai di dalam diri, atau diri sebagai di dalam bentuk materi. Bentuk
materinya itu berubah dan menjadi sebaliknya. Dengan perubahan bentuk materi dan
bentuk materi yang menjadi sebaliknya itu, maka kesadarannya terlena dengan
perubahan bentuk materi itu. Kondisi-kondisi pikiran yang bergejolak yang muncul
dari keterlenaan pada perubahan bentuk materi muncul bersama-sama
1254
dan
menetap di sana menguasai pikirannya. Karena pikirannya dikuasai, ia menjadi
gelisah, sedih, dan cemas, dan karena kemelekatan ia menjadi bergejolak.
1255
[228]

Ia menganggap perasaan sebagai diri Ia menganggap persepsi sebagai diri Ia
menganggap bentukan-bentukan sebagai diri Ia menganggap kesadaran sebagai
diri, atau diri sebagai memiliki kesadaran, atau kesadaran sebagai di dalam diri, atau
diri sebagai di dalam kesadaran. Kesadarannya itu berubah dan menjadi sebaliknya.
Dengan perubahan kesadaran dan kesadaran yang menjadi sebaliknya itu, maka
kesadarannya terlena dengan perubahan kesadaran itu. Kondisi-kondisi pikiran yang
bergejolak yang muncul dari keterlenaan pada perubahan kesadaran muncul bersama-
sama dan menetap di sana menguasai pikirannya. Karena pikirannya dikuasai, ia
menjadi gelisah, sedih, dan cemas, dan karena kemelekatan ia menjadi bergejolak. Itu
adalah bagaimana terjadinya gejolak karena kemelekatan.

21. Dan bagaimanakah, Teman-teman, terjadinya ketiadaan-gejolak karena ketidak-
melekatan?
1256
Di sini seorang siswa mulia yang terpelajar, yang menghargai para
mulia dan terampil dan disiplin dalam Dhamma mereka, yang menghargai manusia
sejati dan terampil dan disiplin dalam Dhamma mereka, tidak menganggap bentuk
materi sebagai diri, atau diri sebagai memiliki bentuk materi, atau bentuk materi
sebagai di dalam diri, atau diri sebagai di dalam bentuk materi. Bentuk materinya itu
berubah dan menjadi sebaliknya. Dengan perubahan bentuk materi dan bentuk materi
yang menjadi sebaliknya itu, maka kesadarannya tidak terlena dengan perubahan
bentuk materi itu. Kondisi-kondisi pikiran yang terganggu yang muncul dari
keterlenaan pada perubahan bentuk materi tidak muncul bersama-sama dan tidak
menetap di sana menguasai pikirannya. Karena pikirannya tidak dikuasai, ia tidak
menjadi gelisah, sedih, dan cemas, dan karena ketidak-melekatan ia menjadi tidak
bergejolak.

Ia tidak menganggap perasaan sebagai diri Ia tidak menganggap persepsi sebagai
diri Ia tidak menganggap bentukan-bentukan sebagai diri Ia tidak menganggap
kesadaran sebagai diri, atau diri sebagai memiliki kesadaran, atau kesadaran sebagai
di dalam diri, atau diri sebagai di dalam kesadaran. Kesadarannya itu berubah dan
menjadi sebaliknya. Dengan perubahan kesadaran dan kesadaran yang menjadi
sebaliknya itu, maka kesadarannya tidak terlena dengan perubahan kesadaran itu.
Kondisi-kondisi pikiran yang terganggu yang muncul dari keterlenaan pada
perubahan kesadaran tidak muncul bersama-sama dan menetap di sana menguasai
pikirannya. Karena pikirannya tidak dikuasai, ia tidak menjadi gelisah, sedih, dan
cemas, dan karena ketidak-melekatan ia menjadi tidak bergejolak. Itu adalah
bagaimana terjadinya ketiadaan-gejolak karena ketidak-melekatan.

22. Teman-teman, ketika Sang Bhagav bangkit dari duduknya dan memasuki
kediamanNya setelah memberikan ringkasan singkat tanpa menjelaskan maknanya
secara terperinci, yaitu: Para bhikkhu, seorang bhikkhu harus memeriksa segala
sesuatu sedemikian sehingga ketika ia sedang memeriksanya, kesadarannya tidak
teralihkan dan tidak berhamburan secara eksternal juga tidak terpaku secara internal,
dan dengan ketidak-melekatan ia tidak menjadi bergejolak. Jika kesadarannya tidak
teralihkan dan tidak berhamburan secara eksternal juga tidak terpaku secara internal,
dan jika dengan ketidak-melekatan ia tidak menjadi bergejolak, maka baginya tidak
ada asal-mula penderitaan kelahiran, penuaan, dan kematian di masa depan, aku
memahami maknanya secara terperinci seperti demikian. [229] Sekarang, Teman-
teman, jika kalian menghendaki, temuilah Sang Bhagav dan tanyakan kepada Beliau
tentang makna ini. Sebagaimana Beliau menjelaskan, demikianlah kalian harus
mengingatnya.

23. Kemudian para bhikkhu, dengan merasa senang dan gembira mendengar kata-kata
Yang Mulia Mah Kaccna, bangkit dari duduk dan mendatangi Sang Bhagav.
Setelah bersujud kepada Beliau, mereka duduk di satu sisi dan memberitahu Sang
Bhagav segalanya yang telah terjadi setelah Beliau pergi, dengan menambahkan:
Kemudian, Yang Mulia, kami mendatangi Yang Mulia Mah Kaccna dan bertanya
kepadanya tentang makna ini. Yang Mulia Mah Kaccna menjelaskan makna ini
kepada kami dengan kata-kata, kalimat-kalimat, dan frasa-frasa ini.

24. Mah Kaccna adalah seorang bijaksana, Para Bhikkhu, Mah Kaccna memiliki
kebijaksanaan tinggi. Jika kalian bertanya kepadaKu tentang makna ini, maka Aku
akan menjelaskannya kepada kalian dengan cara yang sama seperti yang telah
dijelaskan oleh Mah Kaccna. Demikianlah maknanya, dan demikianlah kalian harus
mengingatnya.

Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagav. Para bhikkhu merasa puas dan
gembira mendengar kata-kata Sang Bhagav.


139 Araavibhanga Sutta
Penjelasan tentang Tanpa-Konflik




[230] 1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagav
sedang menetap di Svatth di Hutan Jeta, Taman Anthapiika. Di sana Beliau
memanggil para bhikkhu sebagai berikut: Para bhikkhu. Yang Mulia, mereka
menjawab. Sang Bhagav berkata sebagai berikut:

2. Para bhikkhu, Aku akan mengajarkan kepada kalian suatu penjelasan. Dengarkan
dan perhatikanlah pada apa yang akan Kukatakan. Baik, Yang Mulia, para
bhikkhu menjawab. Sang Bhagav berkata sebagai berikut:

3. Seseorang seharusnya tidak mengejar kenikmatan indria, yang rendah, vulgar,
kasar, tidak mulia, dan tidak bermanfaat; dan seseorang seharusnya tidak mengejar
penyiksaan-diri, yang menyakitkan, tidak mulia, dan tidak bermanfaat. Jalan Tengah
yang ditemukan oleh Sang Tathgata menghindari kedua ekstrim ini; memberikan
penglihatan, memberikan pengetahuan, mengarah menuju kedamaian, menuju
pengetahuan langsung, menuju pencerahan, menuju Nibbna.
1257
Seseorang
seharusnya mengetahui apa yang harus dipuji dan apa yang harus dicela, dan dengan
mengetahui keduanya, ia seharusnya tidak memuji dan juga tidak mencela melainkan
seharusnya mengajarkan hanya Dhamma. Seseorang seharusnya mengetahui
bagaimana mendefinisikan kenikmatan, dan dengan mengetahui hal itu, ia seharusnya
mengejar kenikmatan di dalam dirinya sendiri. Seseorang seharusnya tidak
mengucapkan kata-kata yang tersamar, dan ia seharusnya tidak mengucapkan kata-
kata terus-terang yang tajam. Seseorang seharusnya berbicara dengan tidak terburu-
buru, bukan dengan terburu-buru. Seseorang seharusnya tidak memaksakan bahasa
setempat, dan tidak mengabaikan penggunaan umum. Ini adalah ringkasan dari
penjelasan tentang tanpa-konflik.

4. Seseorang seharusnya tidak mengejar kenikmatan indria, yang rendah, vulgar,
kasar, tidak mulia, dan tidak bermanfaat; dan seseorang seharusnya tidak mengejar
penyiksaan-diri, yang menyakitkan, tidak mulia, dan tidak bermanfaat. Demikianlah
dikatakan. Dan sehubungan dengan apakah hal ini dikatakan?

Pengejaran kesenangan dari seseorang yang kenikmatannya terhubung pada
keinginan indria
1258
- yang rendah, vulgar, kasar, tidak mulia, dan tidak bermanfaat
adalah suatu kondisi yang diserang oleh penderitaan, kesulitan, keputus-asaan, dan
demam, dan ini adalah jalan yang salah.
1259
[231] Keterlepasan dari pencarian
kesenangan pada seseorang yang kenikmatannya terhubung pada keinginan indria -
yang rendah, vulgar, kasar, tidak mulia, dan tidak bermanfaat adalah suatu kondisi
tanpa penderitaan, kesulitan, keputus-asaan, dan demam, dan ini adalah jalan yang
benar.

Pengejaran penyiksaan-diri yang menyakitkan, tidak mulia, dan tidak bermanfaat -
adalah suatu kondisi yang diserang oleh penderitaan, kesulitan, keputus-asaan, dan
demam, dan ini adalah jalan yang salah. Keterlepaasn dari pengejaran penyiksaan-diri
- yang menyakitkan, tidak mulia, dan tidak bermanfaat - adalah suatu kondisi tanpa
penderitaan, kesulitan, keputus-asaan, dan demam, dan ini adalah jalan yang benar.

Adalah sehubungan dengan hal ini maka dikatakan: Seseorang seharusnya tidak
mengejar kenikmatan indria, yang rendah, vulgar, kasar, tidak mulia, dan tidak
bermanfaat; dan seseorang seharusnya tidak mengejar penyiksaan-diri, yang
menyakitkan, tidak mulia, dan tidak bermanfaat.

5. Jalan Tengah yang ditemukan oleh Sang Tathgata menghindari kedua ekstrim
ini; memberikan penglihatan, memberikan pengetahuan, mengarah menuju
kedamaian, menuju pengetahuan langsung, menuju pencerahan, menuju Nibbna.
Demikianlah dikatakan. Dan sehubungan dengan apakah hal ini dikatakan? Adalah
Jalan Mulia Berunsur Delapan ini; yaitu, pandangan benar, kehendak benar, ucapan
benar, perbuatan benar, penghidupan benar, usaha benar, perhatian benar, dan
konsentrasi benar. Adalah sehubungan dengan hal ini maka dikatakan: Jalan Tengah
yang ditemukan oleh Sang Tathgata menghindari kedua ekstrim ini menuju
Nibbna.

6. Seseorang seharusnya mengetahui apa yang harus dipuji dan apa yang harus
dicela, dan dengan mengetahui keduanya, ia seharusnya tidak memuji dan juga tidak
mencela melainkan seharusnya mengajarkan hanya Dhamma. Demikianlah
dikatakan. Dan sehubungan dengan apakah hal ini dikatakan?

7. Bagaimanakah Para bhikkhu, terjadinya memuji dan mencela dan kegagalan
dalam mengajarkan hanya Dhamma? Ketika seseorang mengatakan: Mereka semua
yang melibatkan diri dalam pengejaran kesenangan pada seseorang yang
kenikmatannya terhubung pada keinginan indria - yang rendah dan tidak
bermanfaat - diserang oleh penderitaan, kesulitan, keputus-asaan, dan demam, dan
mereka memasuki jalan yang salah, dengan demikian ia mencela beberapa orang.
Ketika seseorang mengatakan: Mereka semua yang terlepas dari pencarian
kesenangan pada seseorang yang kenikmatannya terhubung pada keinginan indria -
yang rendah dan tidak bermanfaat adalah tanpa penderitaan, kesulitan, keputus-
asaan, dan demam, dan mereka memasuki jalan yang benar, dengan demikian ia
memuji beberapa orang.

Ketika seseorang mengatakan: Mereka semua yang melibatkan diri dalam
pengejaran penyiksaan-diri yang menyakitkan, tidak mulia, dan tidak bermanfaat
[232] diserang oleh penderitaan, kesulitan, keputus-asaan, dan demam, dan mereka
memasuki jalan yang salah, dengan demikian ia mencela beberapa orang. Ketika
seseorang mengatakan: Mereka semua yang terlepas dari pengejaran penyiksaan-diri
yang menyakitkan, tidak mulia, dan tidak bermanfaat adalah tanpa penderitaan,
kesulitan, keputus-asaan, dan demam, dan mereka memasuki jalan yang benar,
dengan demikian ia memuji beberapa orang.

Ketika seseorang mengatakan: Mereka semua yang belum meninggalkan belenggu
penjelmaan
1260
diserang oleh penderitaan, kesulitan, keputus-asaan, dan demam, dan
mereka memasuki jalan yang salah, dengan demikian ia mencela beberapa orang.
Ketika seseorang mengatakan: Mereka semua yang telah meninggalkan belenggu
penjelmaan adalah tanpa penderitaan, kesulitan, keputus-asaan, dan demam, dan
mereka memasuki jalan yang benar, dengan demikian ia memuji beberapa orang. Ini
adalah bagaimana terjadinya memuji dan mencela dan kegagalan dalam mengajarkan
hanya Dhamma.

8. Dan bagaimanakah, Para bhikkhu. terjadinya tidak memuji dan tidak mencela dan
mengajarkan hanya Dhamma? Ketika seseorang tidak mengatakan: Mereka semua
yang melibatkan diri dalam pengejaran kesenangan pada seseorang yang
kenikmatannya terhubung pada keinginan indria telah memasuki jalan yang salah,
tetapi sebaliknya mengatakan: Pencarian itu adalah suatu kondisi yang diserang oleh
penderitaan, kesulitan, keputus-asaan, dan demam, dan merupakan jalan yang salah,
maka ia mengajarkan hanya Dhamma.
1261
Ketika seseorang tidak mengatakan:
Mereka semua yang terlepas dari pengejaran kesenangan dari seseorang yang
kenikmatannya terhubung pada keinginan indria telah memasuki jalan yang
benar, tetapi sebaliknya mengatakan: Terlepasnya itu adalah suatu kondisi tanpa
penderitaan, kesulitan, keputus-asaan, dan demam, dan merupakan jalan yang benar,
maka ia mengajarkan hanya Dhamma.

Ketika seseorang tidak mengatakan: Mereka semua yang melibatkan diri dalam
pengejaran penyiksaan-diri telah memasuki jalan yang salah, tetapi sebaliknya
mengatakan: Pencarian itu adalah suatu kondisi yang diserang oleh penderitaan,
kesulitan, keputus-asaan, dan demam, dan merupakan jalan yang salah, maka ia
mengajarkan hanya Dhamma. Ketika seseorang tidak mengatakan: Mereka semua
yang terlepas dari pengejaran penyiksaan-diri telah memasuki jalan yang benar,
tetapi sebaliknya mengatakan: Terlepasnya itu adalah suatu kondisi tanpa
penderitaan, kesulitan, keputus-asaan, dan demam, dan merupakan jalan yang benar,
maka ia mengajarkan hanya Dhamma.

Ketika seseorang tidak mengatakan: Mereka semua yang belum meninggalkan
belenggu penjelmaan telah memasuki jalan yang salah, [233] tetapi sebaliknya
mengatakan: Selama belenggu penjelmaan belum ditinggalkan, maka penjelmaan
juga belum ditinggalkan, maka ia mengajarkan hanya Dhamma. Ketika seseorang
tidak mengatakan: Mereka semua yang telah meninggalkan belenggu penjelmaan
telah memasuki jalan yang benar, tetapi sebaliknya mengatakan: Ketika belenggu
penjelmaan ditinggalkan, maka penjelmaan juga ditinggalkan, maka ia mengajarkan
hanya Dhamma.

Adalah sehubungan dengan hal ini maka dikatakan: Seseorang seharusnya
mengetahui apa yang harus dipuji dan apa yang harus dicela, dan dengan mengetahui
keduanya, ia seharusnya tidak memuji dan juga tidak mencela melainkan seharusnya
mengajarkan hanya Dhamma.

9. Seseorang seharusnya mengetahui bagaimana mendefinisikan kenikmatan, dan
dengan mengetahui hal itu, ia seharusnya mengejar kenikmatan di dalam dirinya
sendiri. Demikianlah dikatakan. Dan sehubungan dengan apakah hal ini dikatakan?

Para bhikkhu, terdapat lima utas kenikmatan indria ini. Apakah lima ini? Bentuk-
bentuk yang dikenali oleh mata yang diharapkan, diinginkan, menyenangkan dan
disukai, terhubung dengan kenikmatan indria, dan merangsang nafsu. Suara-suara
yang dikenali oleh telinga ... bau-bauan yang dikenali oleh hidung ... rasa kecapan
yang dikenali oleh lidah ... objek-objek sentuhan yang dikenali oleh badan yang
diharapkan, diinginkan, menyenangkan dan disukai, terhubung dengan kenikmatan
indria, dan merangsang nafsu. Ini adalah lima utas kenikmatan indria. Sekarang
kenikmatan dan kegembiraan yang muncul dengan bergantung pada kelima utas
kenikmatan indria ini disebut kenikmatan indria suatu kenikmatan kotor, suatu
kenikmatan kasar, suatu kenikmatan tidak mulia. Aku katakan jenis kenikmatan ini
adalah yang seharusnya tidak dikejar, seharusnya tidak dikembangkan, seharusnya
tidak dilatih, dan seharusnya ditakuti.

Di sini, Para bhikkhu, dengan cukup terasing dari kenikmatan indria, terasing dari
kondisi-kondisi tidak bermanfaat, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam jhna
pertama jhna ke dua jhna ke tiga jhna ke empat. Ini disebut kebahagiaan
pelepasan keduniawian, kebahagiaan keterasingan, kebahagiaan kedamaian,
kebahagiaan pencerahan. Aku katakan jenis kenikmatan ini adalah yang seharusnya
dikejar, seharusnya dikembangkan, seharusnya dilatih, dan seharusnya tidak ditakuti.
[234]

Adalah sehubungan dengan hal ini maka dikatakan: Seseorang seharusnya
mengetahui bagaimana mendefinisikan kenikmatan, dan dengan mengetahui hal itu, ia
seharusnya mengejar kenikmatan di dalam dirinya sendiri.

10. Seseorang seharusnya tidak mengucapkan kata-kata yang tersamar, dan ia
seharusnya tidak mengucapkan kata-kata terus terang yang tajam. Demikianlah
dikatakan. Dan sehubungan dengan apakah hal ini dikatakan?

Di sini, Para bhikkhu, ketika seseorang mengetahui kata-kata tersamar adalah tidak
benar, tidak tepat, dan tidak bermanfaat, maka ia seharusnya tidak mengucapkannya
dengan alasan apa pun. Ketika ia mengetahui kata-kata tersamar adalah benar, tepat,
dan tidak bermanfaat, maka ia seharusnya berusaha untuk tidak mengucapkannya.
Tetapi ketika ia mengetahui kata-kata tersamar adalah benar, tepat, dan bermanfaat,
maka ia boleh mengucapkannya, dengan mengetahui waktu yang tepat untuk
mengucapkannya.

Di sini, Para bhikkhu, ketika seseorang mengetahui kata-kata terus terang yang tajam
adalah tidak benar, tidak tepat, dan tidak bermanfaat, maka ia seharusnya tidak
mengucapkannya dengan alasan apa pun. Ketika ia mengetahui kata-kata terus terang
yang tajam adalah benar, tepat, dan tidak bermanfaat, maka ia seharusnya berusaha
untuk tidak mengucapkannya. Tetapi ketika ia mengetahui kata-kata terus terang yang
tajam adalah benar, tepat, dan bermanfaat, maka ia boleh mengucapkannya, dengan
mengetahui waktu yang tepat untuk mengucapkannya.

Adalah sehubungan dengan hal ini maka dikatakan: Seseorang seharusnya tidak
mengucapkan kata-kata yang tersamar, dan ia seharusnya tidak mengucapkan kata-
kata terus terang yang tajam.

11. Seseorang seharusnya berbicara dengan tidak terburu-buru, bukan dengan
terburu-buru. Demikianlah dikatakan. Dan sehubungan dengan apakah hal ini
dikatakan?

Di sini, Para bhikkhu, ketika seseorang berbicara dengan terburu-buru, tubuhnya
menjadi lelah dan pikirannya menjadi bergairah, suaranya menjadi tegang dan
tenggorokannya menjadi serak, dan ucapan dari seorang yang berbicara dengan
terburu-buru adalah tidak jelas dan sulit dimengerti.

Di sini, Para bhikkhu, ketika seseorang berbicara dengan tidak terburu-buru,
tubuhnya tidak menjadi lelah dan pikirannya tidak menjadi bergairah, suaranya tidak
menjadi tegang dan tenggorokannya tidak menjadi serak, dan ucapan dari seorang
yang berbicara dengan tidak terburu-buru adalah jelas dan mudah dimengerti.

Adalah sehubungan dengan hal ini maka dikatakan: Seseorang seharusnya berbicara
dengan tidak terburu-buru, bukan dengan terburu-buru.

12. Seseorang seharusnya tidak memaksakan bahasa setempat, dan tidak
mengabaikan penggunaan umum. Demikianlah dikatakan. Dan sehubungan dengan
apakah hal ini dikatakan?

Dan bagaimanakah, Para bhikkhu, terjadi pemaksaan bahasa setempat dan
mengabaikan penggunaan umum? Di sini, Para bhikkhu, di tempat berbeda mereka
menyebut benda yang sama sebagai sebuah piring [pti], [235] sebuah mangkuk
[patta], sebuah wadah [vittha], sebuah cawan [serva], sebuah panci [dhropa],
sebuah kendi [poa], atau sebuah baskom [pisla]. Jadi bagaimanapun mereka
menyebutnya dalam bahasa setempat, ia mengucapkannya sesuai itu, dengan kokoh
melekati [ungkapan itu] dan memaksakan: Hanya ini yang benar; yang lainnya
adalah salah. Ini adalah bagaimana terjadinya pemaksaan bahasa setempat dan
mengabaikan penggunaan umum.
1262


Dan bagaimanakah, Para bhikkhu, terjadinya tanpa pemaksaan atas bahasa setempat
dan tanpa mengabaikan penggunaan umum? Di sini, Para bhikkhu, di tempat berbeda
mereka menyebut benda yang sama sebuah piring atau sebuah baskom. Jadi
bagaimanapun mereka menyebutnya dalam bahasa setempat, tidak dengan kokoh
melekati [ungkapan itu] ia mengucapkannya sesuai itu, dan berpikir: Para mulia ini,
tampaknya, sedang berbicara sehubungan dengan ini. Ini adalah bagaimana
terjadinya tanpa pemaksaan atas bahasa setempat dan tanpa mengabaikan penggunaan
umum.

Adalah sehubungan dengan hal ini maka dikatakan: Seseorang seharusnya tidak
memaksakan bahasa setempat, dan tidak mengabaikan penggunaan umum.

13. Di sini, Para bhikkhu, pengejaran kesenangan pada seseorang yang
kenikmatannya terhubung pada keinginan indria yang rendah dan tidak
bermanfaat adalah suatu kondisi yang diserang oleh penderitaan, kesulitan, keputus-
asaan, dan demam, dan ini adalah jalan yang salah. Oleh karena itu ini adalah suatu
kondisi dengan konflik.

Di sini, Para bhikkhu, keterlepasan dari pengejaran kesenangan pada seseorang yang
kenikmatannya terhubung pada keinginan indria yang rendah dan tidak
bermanfaat adalah suatu kondisi tanpa penderitaan, kesulitan, keputus-asaan, dan
demam, dan ini adalah jalan yang benar. Oleh karena itu ini adalah suatu kondisi
tanpa konflik.

Di sini, Para bhikkhu, pengejaran penyiksaan-diri yang menyakitkan, tidak mulia,
dan tidak bermanfaat - adalah suatu kondisi yang diserang oleh penderitaan, kesulitan,
keputus-asaan, dan demam, dan ini adalah jalan yang salah. Oleh karena itu ini adalah
suatu kondisi dengan konflik.

Di sini, Para bhikkhu, keterlepasan dari pengejaran penyiksaan-diri - yang
menyakitkan, tidak mulia, dan tidak bermanfaat - adalah suatu kondisi tanpa
penderitaan, kesulitan, keputus-asaan, dan demam, dan ini adalah jalan yang benar.
[236] Oleh karena itu ini adalah suatu kondisi tanpa konflik.

Di sini, Para bhikkhu, Jalan Tengah yang ditemukan oleh Sang Tathgata
menghindari kedua ekstrim ini; memberikan penglihatan, memberikan pengetahuan,
mengarah menuju kedamaian, menuju pengetahuan langsung, menuju pencerahan,
menuju Nibbna. Ini adalah suatu kondisi tanpa penderitaan dan adalah jalan yang
benar. Oleh karena itu ini adalah suatu kondisi tanpa konflik.

Di sini, Para bhikkhu, memuji dan mencela dan kegagalan dalam mengajarkan hanya
Dhamma adalah suatu kondisi yang diserang oleh penderitaan dan adalah jalan
yang salah. Oleh karena itu ini adalah suatu kondisi dengan konflik.

Di sini, Para bhikkhu, tidak memuji dan tidak mencela dan mengajarkan hanya
Dhamma adalah suatu kondisi tanpa penderitaan dan adalah jalan yang benar. Oleh
karena itu ini adalah suatu kondisi tanpa konflik.

Di sini, Para bhikkhu, kenikmatan indria suatu kenikmatan kotor, suatu kenikmatan
kasar, suatu kenikmatan tidak mulia - adalah suatu kondisi yang diserang oleh
penderitaan dan adalah jalan yang salah. Oleh karena itu ini adalah suatu kondisi
dengan konflik.

Di sini, Para bhikkhu, kebahagiaan pelepasan keduniawian, kebahagiaan
keterasingan, kebahagiaan kedamaian, kebahagiaan pencerahan, adalah suatu kondisi
tanpa penderitaan dan adalah jalan yang benar. Oleh karena itu ini adalah suatu
kondisi tanpa konflik.

Di sini, Para bhikkhu, kata-kata tersamar yang tidak benar, tidak tepat, dan tidak
bermanfaat adalah suatu kondisi yang diserang oleh penderitaan Oleh karena itu ini
adalah suatu kondisi dengan konflik.

Di sini, Para bhikkhu, kata-kata tersamar yang benar, tepat, dan tidak bermanfaat
adalah suatu kondisi yang diserang oleh penderitaan Oleh karena itu ini adalah
suatu kondisi dengan konflik.

Di sini, Para bhikkhu, kata-kata tersamar yang benar, tepat, dan bermanfaat adalah
suatu kondisi tanpa penderitaan Oleh karena itu ini adalah suatu kondisi tanpa
konflik.

Di sini, Para bhikkhu, kata-kata terus terang yang tajam yang tidak benar, tidak tepat,
dan tidak bermanfaat adalah suatu kondisi yang diserang oleh penderitaan Oleh
karena itu ini adalah suatu kondisi dengan konflik.

Di sini, Para bhikkhu, kata-kata terus terang yang tajam yang benar, tepat, dan tidak
bermanfaat adalah suatu kondisi yang diserang oleh penderitaan Oleh karena itu ini
adalah suatu kondisi dengan konflik.

Di sini, Para bhikkhu, kata-kata terus terang yang tajam [237] yang benar, tepat, dan
bermanfaat adalah suatu kondisi tanpa penderitaan Oleh karena itu ini adalah suatu
kondisi tanpa konflik.

Di sini, Para bhikkhu, kata-kata seseorang yang berbicara dengan terburu-buru
adalah suatu kondisi yang diserang oleh penderitaan, kesulitan, keputus-asaan, dan
demam. Oleh karena itu ini adalah suatu kondisi dengan konflik.

Di sini, Para bhikkhu, kata-kata seseorang berbicara dengan tidak terburu-buru
adalah suatu kondisi tanpa penderitaan Oleh karena itu ini adalah suatu kondisi
tanpa konflik.

Di sini, Para bhikkhu, pemaksaan bahasa setempat dan mengabaikan penggunaan
umum adalah suatu kondisi yang diserang oleh penderitaan Oleh karena itu ini
adalah suatu kondisi dengan konflik.

Di sini, Para bhikkhu, tanpa-pemaksaan bahasa setempat dan tanpa-mengabaikan
penggunaan umum adalah suatu kondisi tanpa penderitaan, kesulitan, keputus-asaan,
dan demam. Oleh karena itu ini adalah suatu kondisi tanpa konflik.

14. Oleh karena itu, Para bhikkhu, kalian harus berlatih sebagai berikut: Kami harus
mengetahui kondisi dengan konflik dan kami harus mengetahui kondisi tanpa konflik,
dan dengan mengetahui hal-hal ini, kami akan memasuki jalan tanpa konflik.
Sekarang, Para bhikkhu, Subhti adalah seorang anggota keluarga yang telah
memasuki jalan tanpa konflik.
1263


Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagav. Para bhikkhu merasa puas dan
gembira mendengar kata-kata Sang Bhagav.



140 Dhtuvibhanga Sutta
Penjelasan tentang Unsur-Unsur




1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagav sedang
mengembara di negeri Magadha dan akhirnya sampai di Rjagaha. Di sana Beliau
mendatangi pengrajin tembikar Bhaggava dan berkata kepadanya:

2. Jika tidak menyusahkanmu, Bhaggava, Aku akan bermalam satu malam di rumah
kerjamu.

Sama sekali tidak menyusahkan bagiku, Yang Mulia, tetapi ada petapa lain yang
telah berdiam di sini. Jika ia setuju, maka silahkan tinggal selama yang Engkau
kehendaki, Yang Mulia. [238]

3. Pada saat itu seorang anggota keluarga bernama Pukkusti yang telah
meninggalkan keduniawian karena keyakinan pada Sang Bhagav dari kehidupan
rumah tangga menuju kehidupan tanpa rumah, dan pada saat itu ia telah mendiami
rumah kerja si pengrajin tembikar.
1264
Kemudian Sang Bhagav mendatangi Yang
Mulia Pukkusti dan berkata kepadanya: Jika tidak menyusahkanmu, Bhikkhu, Aku
akan bermalam satu malam di rumah kerja ini.

Rumah kerja pengrajin tembikar ini cukup luas, Sahabat.
1265
Silahkan Yang Mulia
tinggal selama yang Beliau kehendaki.

4. Kemudian Sang Bhagav memasuki rumah kerja si pengrajin tembikar,
mempersiapkan hamparan rumput di satu sudut, dan duduk bersila, menegakkan
tubuhNya, dan menegakkan perhatian di depannya. Kemudian Sang Bhagav
melewatkan hampir semalam suntuk dengan duduk [bermeditasi], dan Yang Mulia
Pukkusti juga melewatkan hampir semalam suntuk dengan duduk [bermeditasi].
Kemudian Sang Bhagav berpikir: Orang ini berperilaku sedemikian sehingga
membangkitkan keyakinan. Bagaimana jika Aku menanyainya. Maka Beliau
bertanya kepada Yang Mulia Pukkusti:

5. Di bawah siapakah engkau meninggalkan keduniawian, Bhikkhu? Siapakah
gurumu? Dhamma siapakah yang engkau anut?
1266


Sahabat, ada Petapa Gotama, putera Sakya yang meninggalkan keduniawian dari
suku Sakya. Sekarang berita baik sehubungan dengan Gotama yang Terberkahi itu
telah menyebar sebagai berikut: Bahwa Sang Bhagav sempurna, telah tercerahkan
sempurna, sempurna dalam pengetahuan sejati dan perilaku, mulia, pengenal seluruh
alam, pemimpin yang tanpa bandingnya bagi orang-orang yang harus dijinakkan, guru
para dewa dan manusia, tercerahkan, terberkahi. Aku meninggalkan keduniawian di
bawah Sang Bhagav itu; Sang Bhagav adalah guruku; aku menganut Dhamma dari
Sang Bhagav itu.

Tetapi, Bhikkhu, di manakah Sang Bhagav, yang sempurna dan tercerahkan
sempurna itu menetap sekarang?

Ada, Sahabat, sebuah kota di negeri utara bernama Svatth. Sang Bhagav, yang
sempurna dan tercerahkan sempurna itu menetap di sana sekarang.

Tetapi, Bhikkhu, pernahkah engkau bertemu Sang Bhagav itu sebelumnya? Apakah
engkau mengenalinya jika engkau bertemu dengannya? [239]

Tidak, Sahabat, aku belum pernah bertemu Sang Bhagav itu sebelumnya, juga tidak
akan mengenalinya jika aku bertemu dengannya.

6. Kemudian Sang Bhagav berpikir: Orang ini telah meninggalkan keduniawian
dari kehidupan rumah tangga menuju kehidupan tanpa rumah di bawahKu.
Bagaimana jika aku mengajarkan Dhamma kepadanya. Maka Sang Bhagav berkata
kepada Yang Mulia Pukkusti sebagai berikut: Bhikkhu, Aku akan mengajarkan
Dhamma kepadamu. Dengarkan dan perhatikanlah pada apa yang akan Kukatakan.
Baik, Sahabat, Yang Mulia Pukkusti menjawab. Sang Bhagav berkata sebagai
berikut:

7. Bhikkhu, manusia ini terdiri dari enam unsur, enam landasan kontak, dan delapan
belas jenis eksplorasi pikiran, dan ia memiliki empat landasan.
1267
Arus pasang
penganggapan tidak menyapu seseorang yang berdiri di atas [landasan-landasan] ini,
dan ketika arus pasang penganggapan tidak lagi menyapunya maka ia disebut seorang
bijaksana damai. Seseorang seharusnya tidak melalaikan kebijaksanaan, seharusnya
melestarikan kebenaran, seharusnya melatih pelepasan, dan seharusnya berlatih demi
kedamaian. Ini adalah ringkasan penjelasan enam unsur.

8. Bhikkhu, manusia ini terdiri dari enam unsur.
1268
Demikianlah dikatakan. Dan
sehubungan dengan apakah hal ini dikatakan? Ada unsur tanah, unsur air, unsur api,
unsur udara, unsur ruang, dan unsur kesadaran. Adalah sehubungan dengan hal ini
maka dikatakan: Bhikkhu, manusia ini terdiri dari enam unsur.

9. Bhikkhu, manusia ini terdiri dari enam landasan kontak. Demikianlah dikatakan.
Dan sehubungan dengan apakah hal ini dikatakan? Ada landasan kontak-mata,
landasan kontak-telinga, landasan kontak-hidung, landasan kontak-lidah, landasan
kontak-badan, landasan kontak-pikiran. Adalah sehubungan dengan hal ini maka
dikatakan: Bhikkhu, manusia ini terdiri dari enam landasan kontak.

10. Bhikkhu, manusia ini terdiri dari delapan belas jenis eksplorasi pikiran.
1269

Demikianlah dikatakan. Dan sehubungan dengan apakah hal ini dikatakan? Ketika
melihat bentuk dengan mata, seseorang mengeksplorasi bentuk yang menghasilkan
kegembiraan, ia mengeksplorasi bentuk yang menghasilkan kesedihan, ia
mengeksplorasi bentuk yang menghasilkan keseimbangan. Ketika mendengar suara
dengan telinga [240] Ketika mencium bau-bauan dengan hidung Ketika
mengecap rasa kecapan dengan lidah Ketika menyentuh objek sentuhan dengan
badan Ketika mengenali objek pikiran dengan pikiran, seseorang mengeksplorasi
objek pikiran yang menghasilkan kegembiraan, ia mengeksplorasi objek pikiran yang
menghasilkan kesedihan, ia mengeksplorasi objek pikiran yang menghasilkan
keseimbangan. Adalah sehubungan dengan hal ini maka dikatakan: Bhikkhu,
manusia ini terdiri dari delapan belas jenis eksplorasi pikiran.

11. Bhikkhu, manusia ini memiliki empat landasan. Demikianlah dikatakan. Dan
sehubungan dengan apakah hal ini dikatakan? Ada landasan kebijaksanaan, landasan
kebenaran, landasan pelepasan, dan landasan kedamaian.
1270
Adalah sehubungan
dengan hal ini maka dikatakan: Bhikkhu, manusia ini memiliki empat landasan.

12. Seseorang seharusnya tidak melalaikan kebijaksanaan, seharusnya melestarikan
kebenaran, seharusnya melatih pelepasan, dan seharusnya berlatih demi
kedamaian.
1271
Demikianlah dikatakan. Dan sehubungan dengan apakah hal ini
dikatakan?

13. Bagaimanakah, Bhikkhu, seseorang tidak melalaikan kebijaksanaan?
1272
Ada
enam unsur ini: unsur tanah, unsur air, unsur api, unsur udara, unsur ruang, dan unsur
kesadaran.

14. Apakah, Bhikkhu, unsur tanah? Unsur tanah dapat berupa internal maupun
eksternal. Apakah unsur tanah internal? Apapun yang internal, bagian dari diri sendiri,
padat, keras, dan dilekati; yaitu rambut-kepala, bulu-badan, kuku, gigi, kulit, daging,
urat, tulang, sum-sum, ginjal, jantung, hati, sekat rongga dada, limpa, paru-paru, usus,
selaput pengikat organ dalam tubuh, isi perut, tinja, atau apapun lainnya yang internal,
bagian dari diri sendiri, padat, keras, dan dilekati: ini disebut unsur tanah internal.
Sekarang baik unsur tanah internal maupun unsur tanah eksternal adalah unsur tanah.
Dan itu harus dilihat sebagaimana adanya dengan kebijaksanaan benar sebagai
berikut: Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku. Ketika seseorang
melihatnya sebagaimana adanya dengan kebijaksanaan benar, ia menjadi kecewa
dengan unsur tanah dan menjadikan pikirannya bosan terhadap unsur tanah.

15. Apakah, Bhikkhu, unsur air? Unsur air dapat berupa [241] internal maupun
eksternal. Apakah unsur air internal? Apapun yang internal, bagian dari diri sendiri,
air, basah, dan dilekati; yaitu cairan empedu, dahak, nanah, darah, keringat, lemak, air
mata, minyak, ludah, ingus, cairan sendi, air kencing, atau apapun lainnya yang
internal, bagian dari diri sendiri, air, basah, dan dilekati: ini disebut unsur air internal.
Sekarang baik unsur air internal maupun unsur air eksternal adalah unsur air. Dan itu
harus dilihat sebagaimana adanya dengan kebijaksanaan benar sebagai berikut: Ini
bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku. Ketika seseorang melihatnya
sebagaimana adanya dengan kebijaksanaan benar, ia menjadi kecewa dengan unsur
air dan menjadikan pikirannya bosan terhadap unsur air.

16. Apakah, Bhikkhu, unsur api? Unsur api dapat berupa internal maupun eksternal.
Apakah unsur api internal? Apapun yang internal, bagian dari diri sendiri, api, panas,
dan dilekati; yaitu yang dengannya seseorang menjadi hangat, menua, dan
terhabiskan, dan yang dengannya apa yang dimakan, diminum, dikonsumsi, dan
dikecap sepenuhnya dicerna, atau apapun lainnya yang internal, bagian dari diri
sendiri, api, panas, dan dilekati: ini disebut unsur api internal. Sekarang baik unsur api
internal maupun unsur api eksternal adalah unsur api. Dan itu harus dilihat
sebagaimana adanya dengan kebijaksanaan benar sebagai berikut: Ini bukan milikku,
ini bukan aku, ini bukan diriku. Ketika seseorang melihatnya sebagaimana adanya
dengan kebijaksanaan benar, ia menjadi kecewa dengan unsur api dan menjadikan
pikirannya bosan terhadap unsur api.

17. Apakah, Bhikkhu, unsur udara? Unsur udara dapat berupa internal maupun
eksternal. Apakah unsur udara internal? Apapun yang internal, bagian dari diri
sendiri, udara, berangin, dan dilekati; yaitu udara yang naik ke atas, udara yang turun
ke bawah, udara dalam perut, udara dalam usus, udara yang mengalir melalui bagian-
bagian tubuh, nafas masuk, nafas keluar, atau apapun lainnya yang internal, bagian
dari diri sendiri, udara, berangin, dan dilekati: ini disebut unsur udara internal.
Sekarang baik unsur udara internal maupun unsur udara eksternal adalah unsur udara.
Dan itu harus dilihat sebagaimana adanya dengan kebijaksanaan benar sebagai
berikut: Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku. Ketika seseorang
melihatnya sebagaimana adanya dengan kebijaksanaan benar, ia menjadi kecewa
dengan unsur udara dan menjadikan pikirannya bosan terhadap unsur udara.

18. Apakah, Bhikkhu, unsur ruang? Unsur ruang dapat berupa internal maupun
eksternal. Apakah unsur ruang [242] internal? Apapun yang internal, bagian dari diri
sendiri, ruang, berongga, dan dilekati, yaitu, lubang telinga, lubang hidung, pintu
mulut, dan [lubang] itu di mana apa yang dimakan, diminum, dikonsumsi, dan
dikecap tertelan, dan di mana benda-benda itu terkumpul, dan di mana benda-benda
itu keluar dari bawah, atau apapun lainnya yang internal, bagian dari diri sendiri,
ruang, berongga, dan dilekati: ini disebut unsur ruang internal. Sekarang baik unsur
ruang internal maupun unsur ruang eksternal adalah unsur ruang. Dan itu harus dilihat
sebagaimana adanya dengan kebijaksanaan benar sebagai berikut: Ini bukan milikku,
ini bukan aku, ini bukan diriku. Ketika seseorang melihatnya sebagaimana adanya
dengan kebijaksanaan benar, ia menjadi kecewa dengan unsur ruang dan menjadikan
pikirannya bosan terhadap unsur ruang.

19. Maka di sana hanya tersisa kesadaran, yang murni dan cerah.
1273
Apakah yang
dikenali seseorang pada kesadaran itu? ia mengenali: [Ini adalah] menyenangkan; ia
mengenali: [Ini adalah] menyakitkan; ia mengenali: [Ini] adalah bukan-
menyakitkan-juga-bukan-menyakitkan. Dengan bergantung pada suatu kontak yang
dirasakan sebagai menyenangkan maka muncul perasaan menyenangkan.
1274
Ketika
seseorang merasakan suatu perasaan menyenangkan, ia memahami: Aku merasakan
perasaan menyenangkan. Ia memahami: Dengan lenyapnya kontak yang sama ini
yang dirasakan sebagai menyenangkan, maka perasaan yang bersesuaian itu
perasaan menyenangkan yang muncul dengan bergantung pada kontak yang dirasakan
sebagai menyenangkan juga lenyap dan sirna. Dengan bergantung pada suatu
kontak yang dirasakan sebagai menyakitkan maka muncul perasaan menyakitkan.
Ketika seseorang merasakan suatu perasaan menyakitkan, ia memahami: Aku
merasakan perasaan menyakitkan. Ia memahami: Dengan lenyapnya kontak yang
sama ini yang dirasakan sebagai menyakitkan, maka perasaan yang bersesuaian itu
perasaan menyakitkan yang muncul dengan bergantung pada kontak yang dirasakan
sebagai menyakitkan juga lenyap dan sirna. Dengan bergantung pada suatu kontak
yang dirasakan sebagai bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyakitkan maka muncul
perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyakitkan. Ketika seseorang merasakan
suatu perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyakitkan, ia memahami: Aku
merasakan perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyakitkan. Ia memahami:
Dengan lenyapnya kontak yang sama ini yang dirasakan sebagai bukan-
menyakitkan-juga-bukan-menyakitkan, maka perasaan yang bersesuaian itu
perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyakitkan yang muncul dengan
bergantung pada kontak yang dirasakan sebagai bukan-menyakitkan-juga-bukan-
menyakitkan juga lenyap dan sirna. Bhikkhu, seperti halnya dari kontak dan
gesekan kedua batang kayu-api maka panas dan api dihasilkan, dan dengan
terpisahnya dan terlepasnya kedua kayu-api ini maka panas yang dihasilkan itu juga
lenyap dan sirna; demikian pula, [243] dengan bergantung pada kontak yang
dirasakan sebagai menyenangkan yang dirasakan sebagai menyakitkan yang
dirasakan sebagai bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyakitkan maka muncul
perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyakitkan Ia memahami: Dengan
lenyapnya kontak yang sama ini yang dirasakan sebagai bukan-menyakitkan-juga-
bukan-menyakitkan, maka perasaan yang bersesuaian itu juga lenyap dan sirna.

20. Kemudian di sana hanya tersisa keseimbangan, yang murni dan cerah, lunak,
lentur, dan bersinar.
1275
Misalkan, Bhikkhu, seorang pengrajin emas yang terampil
atau muridnya mempersiapkan sebuah tungku, memanaskan wadah, mengambil
sejumlah emas dengan penjepit, dan memasukkannya ke dalam wadah. Dari waktu ke
waktu ia meniupnya, dari waktu ke waktu ia memercikkan air ke atasnya, dan dari
waktu ke waktu ia hanya melihatnya. Emas itu akan menjadi murni, lebih murni, dan
sangat murni, tanpa cacat, bebas dari kotoran-kotoran logam, lunak, lentur, dan
bersinar. Kemudian jenis perhiasan apapun yang ingin ia buat dari emas itu, apakah
rantai emas atau anting-anting, atau kalung, atau kalung-bunga emas, maka
keinginannya akan terpenuhi. Demikian pula, Bhikkhu, kemudian di sana hanya
tersisa keseimbangan, yang murni dan cerah, lunak, lentur, dan bersinar.

21. Ia memahami sebagai berikut: Jika aku mengarahkan keseimbangan ini, yang
murni dan cerah, pada landasan ruang tanpa batas dan mengembangkan pikiranku
sesuai itu, maka keseimbanganku ini, dengan didukung oleh landasan itu, dengan
melekat pada landasan itu, akan menetap di sana untuk waktu yang lama.
1276
Jika aku
mengarahkan keseimbangan ini, yang murni dan cerah, pada landasan kesadaran
tanpa batas [244] pada landasan kekosongan pada landasan bukan-persepsi
juga bukan bukan-persepsi, maka keseimbanganku ini, dengan didukung oleh
landasan itu, dengan melekat pada landasan itu, akan menetap di sana untuk waktu
yang lama.

22. Ia memahami sebagai berikut: Jika aku mengarahkan keseimbangan ini, yang
murni dan cerah, pada landasan ruang tanpa batas dan mengembangkan pikiranku
sesuai itu, maka ini adalah terkondisi.
1277
Jika aku mengarahkan keseimbangan ini,
yang murni dan cerah, pada landasan kesadaran tanpa batas pada landasan
kekosongan pada landasan bukan-persepsi juga bukan bukan-persepsi dan
mengembangkan pikiranku sesuai itu, maka ini adalah terkondisi. Ia tidak
membentuk kondisi apa pun atau menghasilkan kehendak apa pun yang condong
mengarah baik pada penjelmaan ataupun pada tanpa-penjelmaan.
1278
Karena ia tidak
membentuk kondisi apa pun atau menghasilkan kehendak apa pun yang condong
mengarah baik pada penjelmaan ataupun pada tanpa-penjelmaan, maka ia tidak
melekat pada apa pun di dunia ini. Ketika ia tidak melekat, ia tidak bergejolak. Ketika
ia tidak bergejolak, ia secara pribadi mencapai Nibbna. Ia memahami sebagai
berikut: Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus
dilakukan telah dilakukan, tidak akan ada lagi penjelmaan menjadi kondisi makhluk
apapun.
1279


23. Jika ia merasakan suatu perasaan yang menyenangkan,
1280
ia memahami: Ini
tidak kekal; tidak mencengkeramnya; tidak ada kesenangan di dalamnya. Jika ia
merasakan suatu perasaan yang menyakitkan, ia memahami: Ini tidak kekal; tidak
mencengkeramnya; tidak ada kesenangan di dalamnya. Jika ia merasakan perasaan
yang bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan, ia memahami: Ini tidak kekal;
tidak mencengkeramnya; tidak ada kesenangan di dalamnya.

24. Jika ia merasakan suatu perasaan yang menyenangkan, ia melepaskan; Jika ia
merasakan suatu perasaan yang menyakitkan, ia melepaskan; Jika ia merasakan
perasaan yang bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan, ia melepaskan. Ketika
ia merasakan perasaan yang berujung pada berhentinya jasmani, ia memahami: Aku
merasakan perasaan yang berujung pada berhentinya jasmani. [245] Ketika ia
merasakan perasaan yang berujung pada berhentinya kehidupan, ia memahami: Aku
merasakan perasaan yang berujung pada berhentinya kehidupan.
1281
Ia memahami:
Ketika hancurnya jasmani, dengan berakhirnya kehidupan, semua yang dirasakan,
karena tidak disenangi, akan menjadi dingin di sini.
1282
Bhikkhu, seperti halnya
lampu minyak yang membakar dengan bergantung pada minyak dan sumbu, dan
ketika minyak dan sumbunya habis, jika lampu itu tidak mendapatkan bahan bakar
lagi, maka lampu itu akan padam karena kekurangan bahan bakar; demikian pula,
ketika ia merasakan perasaan yang berujung pada berhentinya jasmani perasaan
yang berujung pada berhentinya kehidupan, ia memahami: Aku merasakan perasaan
yang berujung pada berhentinya kehidupan. Ia memahami: Ketika hancurnya
jasmani, dengan berakhirnya kehidupan, semua yang dirasakan, karena tidak
disenangi, akan menjadi dingin di sini.

25. Oleh karena itu seorang bhikkhu yang memiliki [kebijaksanaan ini] memiliki
landasan kebijaksanaan tertinggi. Karena ini, Bhikkhu, adalah kebijaksanaan mulia
tertinggi, yaitu, pengetahuan hancurnya segala penderitaan.
1283


26. Kebebasannya, karena didirikan di atas kebenaran, adalah tidak tergoyahkan.
Karena itu adalah salah, Bhikkhu, yang memiliki sifat menipu, dan itu adalah benar,
yang memiliki sifat tidak menipu Nibbna. Oleh karena itu seorang bhikkhu yang
memiliki [kebenaran] ini memiliki landasan kebenaran yang tertinggi. Karena ini,
Bhikkhu, adalah kebenaran mulia tertinggi, yaitu, Nibbna, yang memiliki sifat tidak
menipu.

27. Sebelumnya, ketika ia bodoh, ia menjalani dan menerima perolehan;
1284
sekarang
ia telah meninggalkannya, memotongnya di akarnya, membuatnya menjadi seperti
tunggul pohon palem, menyingkirkannya sehingga tidak mungkin muncul kembali di
masa depan. Oleh karena itu seorang bhikkhu yang memiliki [pelepasan ini] memiliki
landasan pelepasan yang tertinggi. Karena ini, Bhikkhu, adalah pelepasan mulia yang
tertinggi, yaitu, pelepasan segala perolehan.

28. Sebelumnya, ketika ia bodoh, ia mengalami ketamakan, keinginan, dan nafsu;
sekarang ia telah meninggalkannya, memotongnya di akarnya, membuatnya menjadi
seperti tunggul pohon palem, menyingkirkannya sehingga tidak mungkin muncul
kembali di masa depan. Sebelumnya, ketika ia bodoh, ia mengalami kemarahan,
permusuhan, dan kebencian; sekarang ia telah meninggalkannya, memotongnya di
akarnya, membuatnya menjadi seperti tunggul pohon palem, menyingkirkannya
sehingga tidak mungkin muncul kembali di masa depan. Sebelumnya, ketika ia
bodoh, ia mengalami ketidak-tahuan dan delusi; sekarang ia telah meninggalkannya,
memotongnya [246] di akarnya, membuatnya menjadi seperti tunggul pohon palem,
menyingkirkannya sehingga tidak mungkin muncul kembali di masa depan. Oleh
karena itu seorang bhikkhu yang memiliki [kedamaian ini] memiliki landasan
kedamaian yang tertinggi. Karena ini, Bhikkhu, adalah kedamaian mulia yang
tertinggi, yaitu, damainya nafsu, kebencian, dan delusi.

29. Adalah sehubungan dengan hal ini maka dikatakan: Seseorang seharusnya tidak
melalaikan kebijaksanaan, seharusnya melestarikan kebenaran, seharusnya melatih
pelepasan, dan seharusnya berlatih demi kedamaian.

30. Arus pasang penganggapan tidak menyapu seseorang yang berdiri di atas
[landasan-landasan] ini, dan ketika arus pasang penganggapan tidak lagi menyapunya
maka ia disebut seorang bijaksana damai.
1285
Demikianlah dikatakan. Dan
sehubungan dengan apakah hal ini dikatakan?

31. Bhikkhu, aku adalah anggapan; aku adalah ini adalah anggapan; aku akan
menjadi adalah anggapan; aku tidak akan menjadi adalah anggapan; aku akan
memiliki bentuk adalah anggapan; aku akan tidak memiliki bentuk adalah
anggapan; aku akan memiliki persepsi adalah anggapan; aku akan tidak memiliki
persepsi adalah anggapan; aku akan bukan memiliki juga bukan tidak memiliki
persepsi adalah anggapan. Anggapan adalah penyakit, anggapan adalah tumor,
anggapan adalah anak panah. Dengan mengatasi segala anggapan, Bhikkhu, maka
seseorang disebut seorang bijaksana damai. Dan sang bijaksana damai itu tidak
dilahirkan, tidak menua, tidak mati; ia tidak tergoyahkan dan tidak merindukan.
Karena tidak ada apa pun padanya yang dengannya ia dapat terlahir.
1286
Karena tidak
terlahir, bagaimana mungkin ia dapat menjadi tua? Karena tidak menjadi tua,
bagaimana mungkin ia mati? Karena tidak mati, bagaimana mungkin ia dapat
tergoyahkan? Karena tidak tergoyahkan, mengapa ia harus merindukan?

32. Maka adalah sehubungan dengan hal ini maka dikatakan: Arus pasang
penganggapan tidak menyapu seseorang yang berdiri di atas [landasan-landasan] ini,
dan ketika arus pasang penganggapan tidak lagi menyapunya maka ia disebut seorang
bijaksana damai. Bhikkhu, ingatlah penjelasan singkat tentang enam unsur ini.

33. Pada saat itu Yang Mulia Pukkusti berpikir: Sungguh, Sang Guru telah
mendatangiku! Yang Sempurna telah mendatangiku! Yang Tercerahkan Sempurna
telah mendatangiku! Kemudian ia bangkit dari duduknya dan merapikan jubahnya di
salah satu bahunya, dan bersujud dengan kepalanya di kaki Sang Bhagav, ia berkata:
Yang Mulia, suatu pelanggaran menguasaiku, karena bagaikan seorang dungu,
bingung [247] dan bodoh, aku menyapa Sang Bhagav sebagai Sahabat. Yang
Mulia, sudilah Sang Bhagav memaafkan pelanggaranku yang terlihat demikian demi
pengendalian di masa depan.

Tentu saja, Bhikkhu, suatu pelanggaran menguasaimu, karena bagaikan seorang
dungu, bingung [247] dan bodoh, engkau menyapaKu sebagai Sahabat. Tetapi
karena engkau melihat pelanggaranmu demikian dan melakukan perbaikan sesuai
Dhamma, maka kami memaafkan engkau. Karena adalah kemajuan dalam Disiplin
Para Mulia ketika seseorang melihat pelanggarannya demikian, melakukan perbaikan
sesuai Dhamma, dan menjalani pengendalian di masa depan.

34. Yang Mulia, aku ingin menerima penahbisan penuh di bawah Sang Bhagav.

Tetapi apakah mangkuk dan jubahmu sudah lengkap, Bhikkhu?

Yang Mulia, mangkuk dan jubahku masih belum lengkap.

Bhikkhu, Para Tathgata tidak memberikan penahbisan penuh kepada siapa pun
yang mangkuk dan jubahnya belum lengkap.

35. kemudian Yang Mulia Pukkusti, dengan merasa senang dan gembira mendengar
kata-kata Sang Bhagav, bangkit dari duduknya, dan setelah bersujud kepada Sang
Bhagav, dengan Beliau tetap berada di sisi kanannya, ia pergi untuk mencari
mangkuk dan jubah. Kemudian, sewaktu Yang Mulia Pukkusti sedang mencari
mangkuk dan jubahnya, seekor sapi yang berkeliaran membunuhnya.

36. Kemudian sejumlah bhikkhu mendatangi Sang Bhagav, dan setelah bersujud
kepada Beliau, mereka duduk di satu sisi dan memberitahu Beliau: Yang Mulia,
anggota keluarga Pukkusti, yang telah menerima instruksi singkat dari Sang
Bhagav, telah meninggal dunia. Di manakah alam tujuan kelahirannya?
Bagaimanakah perjalanannya di masa depan?

Para bhikkhu, anggota keluarga Pukkusti adalah seorang bijaksana. Ia berlatih
sesuai Dhamma dan tidak menyusahkanKu dalam menginterpretasikan Dhamma.
Dengan hancurnya lima belenggu yang lebih rendah, anggota keluarga Pukkusti
telah muncul kembali secara spontan [di Alam Murni] dan akan mencapai Nibbna
akhir di sana tanpa pernah kembali dari alam itu.
1287


Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagav. Para bhikkhu merasa puas dan
gembira mendengar kata-kata Sang Bhagav.


141 Saccavibhanga Sutta
Penjelasan tentang Kebenaran-Kebenaran




[248] 1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagav
sedang menetap di Benares di Taman Rusa di Isipatana. Di sana Beliau memanggil
para bhikkhu sebagai berikut: Para bhikkhu. Yang Mulia, mereka menjawab.
Sang Bhagav berkata sebagai berikut:

2. Di Benares, Para bhikkhu, di Taman Rusa di Isipatana Sang Tathgata, yang
sempurna dan tercerahkan sempurna, memutar Roda Dhamma yang tiada
bandingnya,
1288
yang tidak dapat dihentikan oleh petapa atau brahmana atau dewa
atau Mra atau Brahm atau siapa pun di dunia yaitu, mengumumkan, mengajarkan,
menjelaskan, menegakkan, mengungkapkan, membabarkan, dan memperlihatkan
Empat Kebenaran Mulia. Apakah empat ini?

3. Mengumumkan, mengajarkan, menjelaskan, menegakkan, mengungkapkan,
membabarkan, dan memperlihatkan kebenaran mulia penderitaan. Mengumumkan,
mengajarkan, menjelaskan, menegakkan, mengungkapkan, membabarkan, dan
memperlihatkan kebenaran mulia asal-mula penderitaan kebenaran mulia
lenyapnya penderitaan kebenaran mulia jalan menuju lenyapnya penderitaan.

4. Di Benares, Para bhikkhu, di Taman Rusa di Isipatana Sang Tathgata, yang
sempurna dan tercerahkan sempurna, memutar Roda Dhamma yang tiada bandingnya,
yang tidak dapat dihentikan oleh petapa atau brahmana atau dewa atau Mra atau
Brahm atau siapa pun di dunia yaitu, mengumumkan, mengajarkan, menjelaskan,
menegakkan, mengungkapkan, membabarkan, dan memperlihatkan Empat Kebenaran
Mulia ini.

5. Kembangkanlah persahabatan dengan Sriputta dan Moggallna, Para bhikkhu;
bergaullah dengan Sriputta dan Moggallna. Mereka bijaksana dan sangat membantu
bagi teman-teman mereka dalam kehidupan suci. Sriputta bagaikan seorang ibu;
Moggallna bagaikan seorang perawat. Sriputta melatih orang-orang lain mencapai
buah memasuki-arus, Moggallna melatih untuk mencapai tujuan tertinggi.
1289

Sriputta, Para bhikkhu, mampu mengumumkan, mengajarkan, menjelaskan,
menegakkan, mengungkapkan, membabarkan, dan memperlihatkan Empat Kebenaran
Mulia.

6. Demikianlah Sang Bhagav berkata. Setelah mengatakan ini, Yang Sempurna
bangkit dari duduknya dan memasuki kediamannya. [249]

7. Kemudian, segera setelah Sang Bhagav pergi, Yang Mulia Sriputta berkata
kepada para bhikkhu sebagai berikut: Teman-teman, Para bhikkhu. Teman,para
bhikkhu menjawab Yang Mulia Sriputta. Yang Mulia Sriputta berkata sebagai
berikut:

8. Di Benares, Teman-teman, di Taman Rusa di Isipatana Sang Tathgata, yang
sempurna dan tercerahkan sempurna, memutar Roda Dhamma yang tiada bandingnya
dan memperlihatkan Empat Kebenaran Mulia. Apakah empat ini?

9. Mengumumkan dan memperlihatkan kebenaran mulia penderitaan ...
kebenaran mulia asal-mula penderitaan kebenaran mulia lenyapnya penderitaan
kebenaran mulia jalan menuju lenyapnya penderitaan.

10. Dan apakah, Teman-teman, kebenaran mulia penderitaan? Kelahiran adalah
penderitaan; penuaan adalah penderitaan; kematian adalah penderitaan; dukacita,
ratapan, kesakitan, kesedihan, dan keputus-asaan adalah penderitaan; tidak
memperoleh apa yang diinginkan adalah penderitaan; singkatnya, kelima kelompok
unsur kehidupan yang terpengaruh oleh kemelekatan adalah penderitaan.

11. Dan apakah, Teman-teman, kelahiran itu?
1290
Kelahiran makhluk-makhluk ke
dalam berbagai urutan kehidupan, akan terlahir, berdiam [dalam rahim],
pembentukan, perwujudan kelompok-kelompok unsur kehidupan, memperoleh
landasan-landasan kontak ini disebut kelahiran.

12. Dan apakah, Teman-teman, penuaan itu? Penuaan makhluk-makhluk dalam
berbagai urutan kehidupan, usia tua, gigi tanggal, rambut memutih, kulit keriput,
kemunduran kehidupan, melemahnya indria-indria ini disebut penuaan.

13. Dan apakah, Teman-teman, kematian itu? Berlalunya makhluk-makhluk dalam
berbagai urutan kehidupan, kematiannya, terputusnya, lenyapnya, sekarat, selesainya
waktu, hancurnya kelompok-kelompok unsur kehidupan, terbaringnya tubuh ini
disebut kematian.

14. Dan apakah, Teman-teman, dukacita itu? Dukacita, menyedihkan, kesedihan,
dukacita batin, kesedihan batin, dari seseorang yang mengalami kemalangan atau
diakibatkan oleh kondisi-kondisi menyakitkan ini disebut dukacita.

15. Dan apakah, Teman-teman, ratapan itu? mengeluh dan meratap, mengeluhkan
dan meratapi, [250] keluhan dan ratapan, dari seseorang yang mengalami kemalangan
atau diakibatkan oleh kondisi-kondisi menyakitkan ini disebut ratapan.

16. Dan apakah, Teman-teman, kesakitan itu? Kesakitan jasmani, ketidak-nyamanan
jasmani, sakit, perasaan tidak menyenangkan yang muncul dari kontak jasmani ini
disebut kesakitan.

17. Dan apakah, Teman-teman, kesedihan itu? kesedihan batin, ketidak-nyamanan
batin, perasaan tidak menyenangkan yang muncul dari kontak pikiran ini disebut
kesedihan.

18. Dan apakah, Teman-teman, keputus-asaan itu? Kesulitan dan keputus-asaan,
kesulitan besar dan kehilangan harapan, dari seseorang yang mengalami kemalangan
atau diakibatkan oleh kondisi-kondisi menyakitkan ini disebut keputus-asaan.

19. Dan apakah, Teman-teman, tidak memperoleh apa yang diinginkan adalah
penderitaan? Bagi makhluk-makhluk yang tunduk pada kelahiran muncul keinginan:
Oh, semoga kami tidak tunduk pada kelahiran! Semoga kelahiran tidak terjadi pada
kami! Tetapi hal ini tidak diperoleh dengan cara menginginkan, dan tidak
memperoleh apa yang diinginkan adalah penderitaan. Bagi makhluk-makhluk yang
tunduk pada penuaan tunduk pada penyakit tunduk pada kematian tunduk
pada dukacita, ratapan, kesakitan, kesedihan, dan keputus-asaan, muncul keinginan:
Oh, semoga kami tidak tunduk pada dukacita, ratapan, kesakitan, kesedihan, dan
keputus-asaan! Semoga dukacita, ratapan, kesakitan, kesedihan, dan keputus-asaan
tidak terjadi pada kami! Tetapi hal ini tidak diperoleh dengan cara menginginkan,
dan tidak memperoleh apa yang diinginkan adalah penderitaan.

20. Dan apakah, Teman-teman, kelima kelompok unsur kehidupan yang terpengaruh
oleh kemelekatan, secara singkat, adalah penderitaan? Yaitu: kelompok unsur bentuk
materi yang terpengaruh oleh kemelekatan, kelompok unsur perasaan yang
terpengaruh oleh kemelekatan, kelompok unsur persepsi yang terpengaruh oleh
kemelekatan, kelompok unsur bentukan-bentukan yang terpengaruh oleh
kemelekatan, dan kelompok unsur kesadaran yang terpengaruh oleh kemelekatan. Ini
adalah kelima kelompok unsur kehidupan yang terpengaruh oleh kemelekatan, secara
singkat, adalah penderitaan. Ini disebut kebenaran mulia penderitaan.

21. Dan apakah, Teman-teman, kebenaran mulia asal-mula penderitaan? Adalah
ketagihan, yang membawa penjelmaan baru, yang disertai dengan kesenangan dan
nafsu, dan kesenangan dalam ini dan itu; yaitu, ketagihan pada kenikmatan indria,
ketagihan pada penjelmaan, [251] ketagihan pada tanpa-penjelmaan. Ini disebut
kebenaran mulia asal-mula penderitaan.

22. Dan apakah, Teman-teman, kebenaran mulia lenyapnya penderitaan? Adalah
peluruhan tanpa sisa dan lenyapnya, berhentinya, lepasnya, membiarkan, dan menolak
ketagihan yang sama ini. Ini disebut kebenaran mulia lenyapnya penderitaan.

23. Dan apakah, Teman-teman, kebenaran mulia jalan menuju lenyapnya
penderitaan? Adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan ini; yaitu, pandangan benar,
kehendak benar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar, usaha benar,
perhatian benar, dan konsentrasi benar.

24. Dan apakah, Teman-teman, pandangan benar itu? Pengetahuan tentang
penderitaan, pengetahuan tentang asal-mula penderitaan, pengetahuan tentang
lenyapnya penderitaan, pengetahuan tentang jalan menuju lenyapnya penderitaan ini
disebut pandangan benar.

25. Dan apakah, Teman-teman, kehendak benar itu? Kehendak meninggalkan
keduniawian, kehendak tanpa permusuhan, dan kehendak tanpa kekejaman ini
disebut kehendak benar.

26. Dan apakah, Teman-teman, ucapan benar itu? Menghindari kebohongan,
menghindari ucapan fitnah, menghindari ucapan kasar, dan menghindari obrolan
tanpa tujuan ini disebut ucapan benar.

27. Dan apakah, Teman-teman, perbuatan benar itu? Menghindari membunuh
makhluk-makhluk hidup, menghindari mengambil apa yang tidak diberikan, dan
menghindari perilaku salah dalam kenikmatan indria ini disebut perbuatan benar.

28. Dan apakah, Teman-teman, penghidupan benar itu? Di sini seorang siswa mulia,
setelah meninggalkan penghidupan salah, mencari penghidupannya melalui
penghidupan benar ini disebut penghidupan benar.

29. Dan apakah, Teman-teman, usaha benar itu? Di sini seorang bhikkhu
membangkitkan kemauan untuk tidak memunculkan kondisi-kondisi jahat yang tidak
bermanfaat yang belum muncul, dan ia berusaha, membangkitkan kegigihan,
mengerahkan pikirannya, dan berupaya. Ia membangkitkan kemauan untuk
meninggalkan kondisi-kondisi jahat yang tidak bermanfaat yang telah muncul Ia
membangkitkan kemauan untuk memunculkan kondisi-kondisi yang bermanfaat yang
belum muncul, [252] dan ia berusaha, membangkitkan kegigihan, mengerahkan
pikirannya, dan berupaya. Ia membangkitkan kemauan untuk mempertahankan
kelangsungan, ketidak-lenyapan, memperkuat, meningkatkan, dan memenuhi melalui
pengembangan atas kondisi-kondisi yang bermanfaat yang telah muncul, dan ia
berusaha, membangkitkan kegigihan, mengerahkan pikirannya, dan berupaya.

30. Dan apakah, Teman-teman, perhatian benar? Di sini seorang bhikkhu berdiam
dengan merenungkan jasmani sebagai jasmani, tekun, penuh kewaspadaan, dan penuh
perhatian, setelah menyingkirkan ketamakan dan kesedihan terhadap dunia. Ia
berdiam dengan merenungkan perasaan sebagai perasaan, tekun, penuh kewaspadaan,
dan penuh perhatian, setelah menyingkirkan ketamakan dan kesedihan terhadap
dunia. Ia berdiam dengan merenungkan pikiran sebagai pikiran, tekun, penuh
kewaspadaan, dan penuh perhatian, setelah menyingkirkan ketamakan dan kesedihan
terhadap dunia. Ia berdiam dengan merenungkan objek-objek pikiran sebagai objek-
objek pikiran, tekun, penuh kewaspadaan, dan penuh perhatian, setelah
menyingkirkan ketamakan dan kesedihan terhadap dunia. Ini disebut perhatian benar.

31. Dan apakah, Teman-teman, konsentrasi benar itu? Di sini, dengan cukup terasing
dari kenikmatan indria, terasing dari kondisi-kondisi tidak bermanfaat, seorang
bhikkhu masuk dan berdiam dalam jhna pertama yang disertai dengan awal pikiran
dan kelangsungan pikiran, dengan sukacita dan kenikmatan yang muncul dari
keterasingan. Dengan menenangkan awal pikiran dan kelangsungan pikiran, ia masuk
dan berdiam dalam jhna ke dua, yang memiliki keyakinan-diri dan keterpusatan
pikiran tanpa awal pikiran dan kelangsungan pikiran, dengan sukacita dan kenikmatan
yang muncul dari konsentrasi. Dengan meluruhnya sukacita, ia berdiam dalam
keseimbangan, dan penuh perhatian dan penuh kewaspadaan, masih merasakan
kenikmatan pada jasmani, ia masuk dan berdiam dalam jhna ke tiga, yang dikatakan
oleh para mulia: Ia memiliki kediaman yang menyenangkan yang memiliki
keseimbangan dan penuh perhatian. Dengan meninggalkan kenikmatan dan
kesakitan, dan dengan pelenyapan sebelumnya kegembiraan dan kesedihan, seorang
bhikkhu masuk dan berdiam dalam jhna ke empat, yang memiliki bukan-
menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan dan kemurnian perhatian karena
keseimbangan. Ini disebut konsentrasi benar.

Ini disebut kebenaran mulia jalan menuju lenyapnya penderitaan.

32. Di Benares, Teman-teman, di Taman Rusa di Isipatana Sang Tathgata, yang
sempurna dan tercerahkan sempurna, memutar Roda Dhamma yang tiada bandingnya,
yang tidak dapat dihentikan oleh petapa atau brahmana atau dewa atau Mra atau
Brahm atau siapa pun di dunia yaitu, mengumumkan, mengajarkan, menjelaskan,
menegakkan, mengungkapkan, membabarkan, dan memperlihatkan Empat Kebenaran
Mulia ini.

Itu adalah apa yang dikatakan oleh Yang Mulia Sriputta. Para bhikkhu merasa puas
dan gembira mendengar kata-kata Yang Mulia Sriputta.

142 Dakkhivibhanga Sutta
Penjelasan tentang Persembahan




1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagav sedang
menetap di negeri Sakya di Kapilavatthu di Taman Nigrodha.

2. Kemudian Mahpajpat Gotam membawa sepasang jubah baru dan mendatangi
Sang Bhagav,.
1291
Setelah bersujud kepada Beliau, ia duduk di satu sisi dan berkata
kepada Sang Bhagav: Yang Mulia, sepasang jubah baru ini telah dipintal oleh saya,
ditenun oleh saya, khusus untuk Sang Bhagav. Yang Mulia, sudilah Sang Bhagav
menerima persembahanku ini demi belas kasihan.

Ketika hal ini dikatakan, Sang Bhagav berkata kepadanya: Persembahkanlah
kepada Sangha, Gotam. Jika engkau mempersembahkannya kepada Sangha, maka
baik Aku maupun Sangha telah dihormati.
1292


Untuk ke dua kali dan ke tiga kalinya ia berkata kepada Sang Bhagav: Yang Mulia,
menerima ini demi belas kasihan.

Untuk ke dua kali dan ke tiga kalinya Sang Bhagav berkata kepadanya:
Persembahkanlah kepada Sangha, Gotam. Jika engkau mempersembahkannya
kepada Sangha, maka baik Aku maupun Sangha telah dihormati.

3. Kemudian Yang Mulia nanda berkata kepada Sang Bhagav: Yang Mulia,
sudilah Sang Bhagav menerima sepasang jubah baru ini dari Mahpajpat Gotam.
Mahpajpat Gotam telah sangat berjasa kepada Sang Bhagav, Yang Mulia.
Sebagai adik ibuNya, ia adalah perawatNya, ibu tiriNya, seorang yang memberiNya
susu. Ia menyusui Sang Bhagav ketika ibuNya meninggal dunia. Sang Bhagav juga
telah sangat berjasa bagi Mahpajpat Gotam, Yang Mulia. Adalah berkat Sang
Bhagav maka Mahpajpat Gotam telah berlindung pada Sang Buddha, Dhamma,
dan Sangha. Adalah berkat Sang Bhagav maka Mahpajpat Gotam menghindari
membunuh makhluk-makhluk hidup, menghindari mengambil apa yang tidak
diberikan, menghindari perilaku salah dalam kenikmatan indria, menghindari
kebohongan, dan menghindari arak, minuman keras, dan minuman memabukkan,
yang menjadi landasan bagi kelengahan. Adalah berkat Sang Bhagav maka
Mahpajpat Gotam memiliki keyakinan yang tak tergoyahkan pada Buddha,
Dhamma, dan Sangha, dan ia memiliki [254] moralitas yang disenangi oleh para
mulia.
1293
Adalah berkat Sang Bhagav maka Mahpajpat Gotam terbebas dari
keragu-raguan terhadap penderitaan, terhadap asal-mula penderitaan, terhadap
lenyapnya penderitaan, dan terhadap jalan menuju lenyapnya penderitaan. Sang
Bhagav telah sangat berjasa bagi Mahpajpat Gotam.

4. Demikianlah, nanda, demikianlah! Ketika seseorang, berkat orang lain,
berlindung pada Sang Buddha, Dhamma, dan Sangha, Aku katakan adalah tidak
mudah bagi orang pertama itu membalas orang ke dua dengan cara memberikan
penghormatan, bangkit untuknya, memberikan salam penghormatan dan pelayanan
sopan, dan dengan memberikan jubah, makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan.

Ketika seseorang, berkat orang lain, telah menghindari membunuh makhluk-
makhluk hidup, menghindari mengambil apa yang tidak diberikan, menghindari
perilaku salah dalam kenikmatan indria, menghindari kebohongan, dan menghindari
arak, minuman keras, dan minuman memabukkan, yang menjadi landasan bagi
kelengahan, Aku katakan adalah tidak mudah bagi orang pertama itu membalas orang
ke dua dengan cara memberikan penghormatan dan obat-obatan.

Ketika seseorang, berkat orang lain, memiliki keyakinan yang tak tergoyahkan pada
Buddha, Dhamma, dan Sangha, dan memiliki moralitas yang disenangi oleh para
mulia, Aku katakan adalah tidak mudah bagi orang pertama itu membalas orang ke
dua dengan cara memberikan penghormatan dan obat-obatan.

Ketika seseorang, berkat orang lain, terbebas dari keragu-raguan terhadap
penderitaan, terhadap asal-mula penderitaan, terhadap lenyapnya penderitaan, dan
terhadap jalan menuju lenyapnya penderitaan, Aku katakan adalah tidak mudah bagi
orang pertama itu membalas orang ke dua dengan cara memberikan penghormatan
dan obat-obatan.

5. Terdapat empat belas jenis persembahan pribadi, nanda.
1294
Seseorang yang
memberikan suatu pemberian kepada Sang Tathgata, yang sempurna dan tercerahkan
sempurna; ini adalah persembahan pribadi jenis pertama. Seseorang yang memberikan
suatu pemberian kepada seorang Paccekabuddha; ini adalah persembahan pribadi
jenis ke dua. Seseorang yang memberikan suatu pemberian kepada seorang Arahant
siswa Sang Tathgata; ini adalah persembahan pribadi jenis ke tiga. Seseorang yang
memberikan suatu pemberian kepada seorang yang telah memasuki jalan untuk
mencapai buah Kearahattaan; ini adalah persembahan pribadi jenis ke empat.
Seseorang yang memberikan suatu pemberian kepada seorang yang-tidak-kembali; ini
adalah persembahan pribadi jenis lima. [255] Seseorang yang memberikan suatu
pemberian kepada seorang yang telah memasuki jalan untuk mencapai buah yang-
tidak-kembali; ini adalah persembahan pribadi jenis ke enam. Seseorang yang
memberikan suatu pemberian kepada seorang yang-kembali-sekali; ini adalah
persembahan pribadi jenis tujuh. Seseorang yang memberikan suatu pemberian
kepada seorang yang telah memasuki jalan untuk mencapai buah yang-kembali-
sekali; ini adalah persembahan pribadi jenis ke delapan. Seseorang yang memberikan
suatu pemberian kepada seorang pemasuk-arus; ini adalah persembahan pribadi jenis
sembilan. Seseorang yang memberikan suatu pemberian kepada seorang yang telah
memasuki jalan untuk mencapai buah memasuki-arus;
1295
ini adalah persembahan
pribadi jenis ke sepuluh. Seseorang memberikan suatu pemberian kepada seseorang di
luar [Pengajaran] yang bebas dari nafsu akan kenikmatan indria;
1296
ini adalah
persembahan pribadi jenis ke sebelas. Seseorang memberikan suatu pemberian kepada
seorang biasa yang bermoral; ini adalah persembahan pribadi jenis ke dua belas.
Seseorang memberikan suatu pemberian kepada seorang biasa yang tidak bermoral;
ini adalah persembahan pribadi jenis ke tiga belas. Seseorang memberikan suatu
pemberian kepada binatang: ini adalah persembahan pribadi jenis ke empat belas.

6. Di sini, nanda, dengan memberikan suatu pemberian kepada seekor binatang,
maka persembahan itu diharapkan akan menghasilkan balasan seratus kali lipat.
1297

Dengan memberikan suatu pemberian kepada seorang biasa yang tidak bermoral,
maka persembahan itu diharapkan akan menghasilkan balasan seribu kali lipat.
Dengan memberikan suatu pemberian kepada seorang biasa yang bermoral, maka
persembahan itu diharapkan akan menghasilkan balasan seratus ribu kali lipat.
Dengan memberikan suatu pemberian kepada seseorang di luar [Pengajaran] yang
bebas dari nafsu akan kenikmatan indria, maka persembahan itu diharapkan akan
menghasilkan balasan seratus ribu kali seratus ribu kali lipat.

Dengan memberikan suatu pemberian kepada seorang seorang yang telah memasuki
jalan untuk mencapai buah memasuki-arus, maka persembahan itu diharapkan akan
menghasilkan balasan yang tidak terhitung, tidak terukur. Apa lagi yang harus
dikatakan tentang pemberian kepada seorang pemasuk-arus? Apa lagi yang harus
dikatakan tentang pemberian kepada seorang yang telah memasuki jalan untuk
mencapai buah yang-kembali-sekali kepada yang-kembali-sekali kepada
seorang yang telah memasuki jalan untuk mencapai buah yang-tidak-kembali
kepada seorang yang-tidak-kembali kepada seorang yang telah memasuki jalan
untuk mencapai buah Kearahattaan kepada seorang Arahant kepada seorang
Paccekabuddha? Apa lagi yang harus dikatakan tentang pemberian kepada seorang
Tathgata, yang sempurna dan tercerahkan sempurna?
1298


7. Terdapat tujuh jenis persembahan yang diberikan kepada Sangha, nanda.
Seseorang memberikan suatu pemberian kepada kedua kelompok Sangha [baik
bhikkhu maupun bhikkhun] yang dipimpin oleh Sang Buddha; ini adalah
persembahan kepada Sangha jenis pertama.
1299
Seseorang memberikan suatu
pemberian kepada kedua kelompok Sangha [baik bhikkhu maupun bhikkhun] setelah
Sang Tathgata mencapai Nibbna akhir; ini adalah persembahan kepada Sangha jenis
ke dua. Seseorang memberikan suatu pemberian kepada Sangha para bhikkhu; ini
adalah persembahan kepada Sangha jenis ke tiga. Seseorang memberikan suatu
pemberian kepada Sangha para bhikkhun; ini adalah persembahan kepada Sangha
jenis ke empat. Seseorang memberikan suatu pemberian, dengan mengatakan:
Tunjuklah untukku sejumlah tertentu para bhikkhu dan bhikkhun dari Sangha; [256]
ini adalah persembahan kepada Sangha jenis ke lima. Seseorang memberikan suatu
pemberian, dengan mengatakan: Tunjuklah untukku sejumlah tertentu para bhikkhu
dari Sangha; [256] ini adalah persembahan kepada Sangha jenis ke enam. Seseorang
memberikan suatu pemberian, dengan mengatakan: Tunjuklah untukku sejumlah
tertentu para bhikkhun dari Sangha; [256] ini adalah persembahan kepada Sangha
jenis ke tujuh.

8. Di masa depan, nanda, akan ada anggota-anggota kelompok yang, berleher-
kuning, tidak bermoral, dan berkarakter jahat.
1300
Orang-orang akan memberikan
pemberian kepada orang-orang tidak bermoral itu demi Sangha. Bahkan meskipun
begitu, Aku katakan, suatu persembahan yang diberikan kepada Sangha adalah tidak
terhitung, tidak terukur.
1301
Dan Aku katakan bahwa tidak mungkin suatu
persembahan yang diberikan kepada seorang individu akan lebih berbuah daripada
persembahan yang diberikan kepada Sangha.
1302


9. Terdapat, nanda, empat jenis pemurnian persembahan. Apakah empat ini? Ada
persembahan yang dimurnikan oleh si pemberi, bukan oleh si penerima.
1303
Ada
persembahan yang dimurnikan oleh si penerima, bukan oleh si pemberi. Ada
persembahan yang dimurnikan bukan oleh si pemberi juga bukan oleh si penerima.
Ada persembahan yang dimurnikan baik oleh si pemberi maupun oleh si penerima.

10. Dan bagaimanakah persembahan yang dimurnikan oleh si pemberi, bukan oleh si
penerima? Di sini si pemberi adalah bermoral, berkarakter baik, dan si penerima
adalah tidak bermoral, berkarakter jahat. Demikianlah persembahan yang dimurnikan
oleh si pemberi, bukan oleh si penerima.

11. Dan bagaimanakah persembahan yang dimurnikan oleh si penerima, bukan oleh
si pemberi? Di sini si pemberi adalah tidak bermoral, berkarakter jahat, dan si
penerima adalah bermoral, berkarakter baik. Demikianlah persembahan yang
dimurnikan oleh si penerima, bukan oleh si pemberi.

12. Dan bagaimanakah persembahan yang dimurnikan bukan oleh si pemberi juga
bukan oleh si penerima? Di sini si pemberi adalah tidak bermoral, berkarakter jahat,
dan si penerima adalah tidak bermoral, berkarakter jahat. Demikianlah persembahan
yang dimurnikan bukan oleh si pemberi juga bukan oleh si penerima.

13. Dan bagaimanakah persembahan yang dimurnikan baik oleh si pemberi maupun
oleh si penerima? Di sini si pemberi adalah bermoral, berkarakter baik, dan si
penerima adalah bermoral, berkarakter baik. [257] Demikianlah persembahan yang
dimurnikan baik oleh si pemberi maupun oleh si penerima. Ini adalah empat jenis
pemurnian persembahan.

14. Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagav. Ketika Yang Sempurna telah
mengatakan hal itu, Sang Guru berkata lebih lanjut:

Ketika seorang bermoral memberi kepada seorang yang tidak bermoral
Suatu pemberian yang diperoleh dengan benar dengan penuh keyakinan,
Meyakini bahwa buah perbuatan itu adalah besar,
Moralitas si pemberi memurnikan persembahan itu.

Ketika seorang tidak bermoral memberi kepada seorang yang bermoral
Dengan tidak percaya memberikan suatu pemberian yang diperoleh dengan
tidak benar,
Juga tidak meyakini bahwa buah perbuatan itu adalah besar,
Moralitas si penerima memurnikan persembahan itu.

Ketika seorang tidak bermoral memberi kepada seorang yang tidak bermoral
Dengan tidak percaya memberikan suatu pemberian yang diperoleh dengan
tidak benar,
Juga tidak meyakini bahwa buah perbuatan itu adalah besar,
Moralitas keduanya tidak memurnikan persembahan itu.

Ketika seorang bermoral memberi kepada seorang yang bermoral
Dengan percaya memberikan suatu pemberian yang diperoleh dengan benar,
Meyakini bahwa buah perbuatan itu adalah besar,
Pemberian itu, Aku katakan, akan berbuah sepenuhnya.

Ketika seorang yang tanpa nafsu memberi kepada seorang yang tanpa nafsu
Dengan percaya memberikan suatu pemberian yang diperoleh dengan benar,
Meyakini bahwa buah perbuatan itu adalah besar,
Pemberian itu, Aku katakan, adalah yang terbaik di antara pemberian-
pemberian duniawi.
1304







143 Anthapiikovda Sutta
Nasihat kepada Anthapiika




[258] 1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagav
sedang menetap di Svatth di Hutan Jeta, Taman Anthapiika.

2. Pada saat itu perumah tangga Anthapiika jatuh sakit, menderita, sakit parah.
Kemudian ia menyuruh seseorang: Pergilah, temui Sang Bhagav, bersujudlah atas
namaku dengan kepalamu di kaki Beliau, dan katakan: Yang Mulia, Perumah tangga
Anthapiika jatuh sakit, menderita, dan sakit parah; ia bersujud dengan kepalanya
di kaki Sang Bhagav. Kemudian pergilah menemui Yang Mulia Sriputta,
bersujudlah atas namaku dengan kepalamu di kakinya, dan katakan: Yang Mulia,
Perumah tangga Anthapiika jatuh sakit, menderita, dan sakit parah; ia bersujud
dengan kepalanya di kaki Yang Mulia Sriputta. Kemudian katakan sebagai berikut:
Baik sekali, Yang Mulia, jika Yang Mulia Sriputta sudi datang ke rumah Perumah
tangga Anthapiika, demi belas kasihan.

Baik, Tuan, orang itu menjawab, dan ia mendatangi Sang Bhagav, dan setelah
bersujud kepada Sang Bhagav, ia duduk di satu sisi dan menyampaikan pesannya.
Kemudian ia mendatangi Yang Mulia Sriputta dan setelah bersujud kepada Yang
Mulia Sriputta, ia menyampaikan pesannya, dan berkata: Baik sekali, Yang Mulia,
jika Yang Mulia Sriputta sudi datang ke rumah Perumah tangga Anthapiika, demi
belas kasihan. Yang Mulia Sriputta menyanggupi dengan berdiam diri.

3. Kemudian Yang Mulia Sriputta merapikan jubah, dan dengan membawa mangkuk
dan jubah luarnya, ia mendatangi kediaman Perumah tangga Anthapiika bersama
dengan Yang Mulia nanda sebagai pelayannya. Setelah sampai di sana, [259] ia
duduk di tempat yang telah dipersiapkan, dan berkata kepada Perumah tangga
Anthapiika: Aku harap engkau bertambah baik, Perumah tangga, aku harap
engkau cukup nyaman. Aku harap perasaan sakitmu mereda dan tidak bertambah, dan
bahwa meredanya, bukan bertambahnya, menjadi nyata.

4. Guru Sriputta, aku tidak bertambah baik, aku tidak nyaman. Perasaan sakitku
bertambah, bukan mereda; bertambahnya dan bukan meredanya menjadi nyata.
Seolah-olah seorang kuat membelah kepalaku dengan pedang tajam, demikian pula,
angin kencang menembus kepalaku. Aku tidak bertambah baik Seolah-olah
seorang kuat mengikat kepalaku dengan tali kulit yang kuat, demikian pula, ada
kesakitan hebat di kepalaku. Aku tidak bertambah baik Seolah-olah seorang
penjagal terampil atau muridnya membelah perut sapi dengan pisau daging yang
tajam, demikian pula, angin kencang membelah perutku. Aku tidak bertambah baik
Seolah-olah dua orang kuat mencengkeram seorang yang lemah pada kedua
lengannya dan memanggangnya di atas celah bara api panas menyala, demikian pula,
ada kebakaran hebat dalam tubuhku. Aku tidak bertambah baik, aku tidak nyaman.
Perasaan sakitku bertambah, bukan mereda; bertambahnya dan bukan meredanya
menjadi nyata.

5. Maka, Perumah tangga, engkau harus berlatih sebagai berikut: Aku tidak akan
melekat pada mata, dan kesadaranku tidak akan bergantung pada mata.
1305

Demikianlah engkau harus berlatih. Engkau harus berlatih sebagai berikut: Aku tidak
akan melekat pada telinga Aku tidak akan melekat pada hidung Aku tidak akan
melekat pada lidah Aku tidak akan melekat pada badan Aku tidak akan melekat
pada pikiran, dan kesadaranku tidak akan bergantung pada pikiran. Demikianlah
engkau harus berlatih.

6. Perumah tangga, engkau harus berlatih sebagai berikut: Aku tidak akan melekat
pada bentuk-bentuk, dan kesadaranku tidak akan bergantung pada bentuk-bentuk.
Demikianlah engkau harus berlatih. Engkau harus berlatih sebagai berikut: Aku tidak
akan melekat pada suara-suara Aku tidak akan melekat pada bau-bauan Aku
tidak akan melekat pada rasa kecapan Aku tidak akan melekat pada objek-objek
sentuhan Aku tidak akan melekat pada objek-objek pikiran, dan kesadaranku tidak
akan bergantung pada objek-objek pikiran. Demikianlah engkau harus berlatih.

7. Perumah tangga, engkau harus berlatih sebagai berikut: Aku tidak akan melekat
pada kesadaran-mata Aku tidak akan melekat pada kesadaran-telinga Aku tidak
akan melekat pada kesadaran-hidung Aku tidak akan melekat pada kesadaran-lidah
Aku tidak akan melekat pada kesadaran-badan Aku tidak akan melekat pada
kesadaran-pikiran, dan kesadaranku tidak akan bergantung pada kesadaran-pikiran.
Demikianlah engkau harus berlatih.

8. Perumah tangga, engkau harus berlatih sebagai berikut: Aku tidak akan melekat
pada kontak-mata [260] Aku tidak akan melekat pada kontak-telinga Aku tidak
akan melekat pada kontak-hidung Aku tidak akan melekat pada kontak-lidah
Aku tidak akan melekat pada kontak-badan Aku tidak akan melekat pada kontak-
pikiran, dan kesadaranku tidak akan bergantung pada kontak-pikiran. Demikianlah
engkau harus berlatih.

9. Perumah tangga, engkau harus berlatih sebagai berikut: Aku tidak akan melekat
pada perasaan yang timbul dari kontak-mata Aku tidak akan melekat pada
perasaan yang timbul dari kontak-telinga Aku tidak akan melekat pada perasaan
yang timbul dari kontak-hidung Aku tidak akan melekat pada perasaan yang
timbul dari kontak-lidah Aku tidak akan melekat pada perasaan yang timbul dari
kontak-badan Aku tidak akan melekat pada perasaan yang timbul dari kontak-
pikiran, dan kesadaranku tidak akan bergantung pada perasaan yang timbul dari
kontak-pikiran. Demikianlah engkau harus berlatih.

10. Perumah tangga, engkau harus berlatih sebagai berikut: Aku tidak akan melekat
pada unsur tanah Aku tidak akan melekat pada unsur air Aku tidak akan
melekat pada unsur api Aku tidak akan melekat pada unsur udara Aku tidak
akan melekat pada unsur ruang Aku tidak akan melekat pada unsur kesadaran, dan
kesadaranku tidak akan bergantung pada unsur kesadaran. Demikianlah engkau harus
berlatih.

11. Perumah tangga, engkau harus berlatih sebagai berikut: Aku tidak akan melekat
pada bentuk materi Aku tidak akan melekat pada perasaan Aku tidak akan
melekat pada persepsi Aku tidak akan melekat pada bentukan-bentukan Aku
tidak akan melekat pada kesadaran, dan kesadaranku tidak akan bergantung pada
kesadaran. Demikianlah engkau harus berlatih.

12. Perumah tangga, engkau harus berlatih sebagai berikut: Aku tidak akan melekat
pada landasan ruang tanpa batas Aku tidak akan melekat pada landasan kesadaran
tanpa batas Aku tidak akan melekat pada landasan kekosongan [261] Aku
tidak akan melekat pada landasan bukan-persepsi juga bukan bukan-persepsi, dan
kesadaranku tidak akan bergantung pada landasan bukan-persepsi juga bukan bukan-
persepsi. Demikianlah engkau harus berlatih.

13. Perumah tangga, engkau harus berlatih sebagai berikut: Aku tidak akan melekat
pada dunia ini, dan kesadaranku tidak akan bergantung pada dunia ini. Aku tidak
akan melekat pada dunia lain, dan kesadaranku tidak akan bergantung pada dunia
lain. Demikianlah engkau harus berlatih.

14. Perumah tangga, engkau harus berlatih sebagai berikut: Aku tidak akan melekat
pada apa yang dilihat, didengar, dicerap, dikenali, diperoleh, dicari, dan diperiksa oleh
pikiran, dan kesadaranku tidak akan bergantung pada itu. Demikianlah engkau harus
berlatih.

15. Ketika hal ini dikatakan, Perumah tangga Anthapiika menangis dan
meneteskan air mata. Kemudian Yang Mulia nanda bertanya kepadanya: Apakah
engkau terjatuh, Perumah tangga, apakah engkau merosot?

Aku tidak terjatuh, Yang Mulia nanda, aku tidak merosot. Tetapi walaupun aku
telah lama melayani Sang Guru dan para bhikkhu yang layak dihormati, tidak pernah
sebelumnya aku mendengarkan khotbah Dhamma seperti ini.

Khotbah Dhamma demikian, perumah tangga, tidak dibabarkan kepada umat-umat
awam berpakaian putih. Khotbah Dhamma demikian dibabarkan kepada mereka yang
telah meninggalkan keduniawian.
1306


Baiklah, Yang Mulia Sriputta, mohon agar khotbah Dhamma demikian dibabarkan
kepada umat-umat awam berpakaian putih. Ada anggota-anggota keluarga dengan
sedikit debu di mata mereka yang akan tersia-sia karena tidak mendengarkan
[khotbah] Dhamma ini. Akan ada di antara mereka yang akan memahami Dhamma
ini.

16. Kemudian, setelah memberikan nasihat ini kepada Perumah tangga
Anthapiika, Yang Mulia Sriputta dan Yang Mulia nanda bangkit dari duduk
dan pergi. Segera setelah mereka pergi, [262] Perumah tangga Anthapiika
meninggal dunia dan muncul kembali di alam surga Tusita.

17. Kemudian, ketika malam telah larut, Anthapiika, sekarang adalah dewa muda
berpenampilan indah, mendatangi Sang Bhagav, dengan menerangi seluruh Hutan
Jeta. Setelah memberi hormat kepada Sang Bhagav, ia berdiri di satu sisi dan berkata
kepada Sang Bhagav dalam syair:

Oh Hutan Jeta ini sungguh terberkahi,
Didiami oleh Sangha yang bijaksana
Di mana berdiam Sang Raja Dhamma,
Sumber seluruh kebahagiaanku.

Dengan perbuatan, pengetahuan dan Dhamma,
Dengan moralitas dan gaya hidup mulia
Dengan hal-hal ini makhluk-makhluk dimurnikan,
Bukan dengan silsilah atau kekayaan.

Oleh karena itu seorang bijaksana yang melihat
Apa yang sesungguhnya menuntunnya menuju kebaikannya,
Seharusnya menyelidiki Dhamma
Dan memurnikan dirinya sendiri di dalamnya.

Sriputta telah mencapai puncak
Dalam hal moralitas, kedamaian, dan cara-cara bijaksana;
Bhikkhu manapun yang telah menyeberang
Paling jauh hanya dapat menyamainya.

18. Itu adalah apa yang dikatakan oleh dewa muda Anthapiika, dan Sang Guru
menyetujuinya. Kemudian dewa muda Anthapiika, dengan berpikir: Sang Guru
telah menyertujuiku, memberi hormat kepada Sang Bhagav, dan dengan Beliau di
sisi kanannya, ia lenyap seketika.

19. Ketika malam telah berlalu, Sang Bhagav berkata kepada para bhikkhu sebagai
berikut: Para bhikkhu, tadi malam ketika malam telah larut, muncul satu dewa muda
berpenampilan indah yang menerangi seluruh Hutan Jeta. Setelah memberi hormat
kepadaKu, ia berdiri di satu sisi dan berkata kepadaKu dalam syair sebagai berikut:

Oh Hutan Jeta ini sungguh terberkahi
Paling jauh hanya dapat menyamainya. [263]

Itu adalah apa yang dikatakan oleh dewa muda itu. Kemudian dewa muda itu, dengan
berpikir: Sang Guru telah menyertujuiku, memberi hormat kepadaKu, dan dengan
Aku di sisi kanannya, ia lenyap seketika.

20. Ketika hal ini dikatakan, Yang Mulia nanda berkata kepada Sang Bhagav:
Tentu saja, Yang Mulia, dewa muda itu pasti adalah Anthapiika. Karena Perumah
tangga Anthapiika memiliki keyakinan sempurna pada Yang Mulia Sriputta.

Bagus, bagus, nanda! Sejauh menarik kesimpulan engkau telah menarik
kesimpulan dengan benar. Dewa muda itu memang adalah Anthapiika, bukan
yang lain.

Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagav. Yang Mulia nanda merasa puas
dan gembira mendengar kata-kata Sang Bhagav.


144 Channovda Sutta
Nasihat kepada Channa




1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagav sedang
menetap di Rjagaha di Hutan Bambu, Taman Suaka Tupai.

2. Pada saat itu Yang Mulia Sriputta, Yang Mulia Mah Cunda, Yang Mulia Channa
sedang menetap di Gunung Puncak Nasar.

3. Pada saat itu Yang Mulia Channa jatuh sakit, menderita, dan sakit parah.
Kemudian, pada malam harinya, Yang Mulia Sriputta bangkit dari duduknya,
mendatangi Yang Mulia Mah Cunda, dan berkata kepadanya: Teman Cunda,
marilah kita mendatangi Yang Mulia Channa dan menanyakan tentang penyakitnya.
Baik, Teman, Yang Mulia Mah Cunda menjawab.

4. Kemudian Yang Mulia Sriputta dan Yang Mulia Mah Cunda mendatangi Yang
Mulia Channa dan saling bertukar sapa dengannya. Ketika [264] ramah tamah ini
berakhir, mereka duduk di satu sisi dan Yang Mulia Sriputta berkata kepada Yang
Mulia Channa: Aku harap engkau bertambah baik, Teman Channa, aku harap engkau
cukup nyaman. Aku harap perasaan sakitmu mereda dan tidak bertambah, dan bahwa
meredanya, bukan bertambahnya, menjadi nyata.

5. Teman Sriputta, aku tidak bertambah baik, aku tidak nyaman. Perasaan sakitku
bertambah, bukan mereda; (seperti Sutta 143, 4) bertambahnya dan bukan
meredanya menjadi nyata. Aku akan menggunakan pisau,
1307
Teman Sriputta; aku
tidak memiliki keinginan untuk hidup.

6. Mohon Yang Mulia Channa tidak menggunakan pisau. Mohon Yang Mulia
Channa tetap hidup. Kami ingin Yang Mulia Channa tetap hidup. Jika ia tidak
memiliki makanan yang sesuai, maka aku akan pergi mencarikan makanan yang
sesuai untuknya. Jika ia tidak memiliki obat yang sesuai, aku akan pergi mencarikan
obat yang sesuai untuknya. Jika ia tidak memiliki pelayan yang baik, aku akan
melayaninya. Mohon Yang Mulia Channa tidak menggunakan pisau. Mohon Yang
Mulia Channa tetap hidup.

7. Teman Sriputta, bukan karena aku tidak memiliki makanan yang sesuai; aku
memiliki makanan yang sesuai. Bukan karena aku tidak memiliki obat-obatan yang
sesuai; aku memiliki obat-obatan yang sesuai. Bukan karena aku tidak memiliki
pelayan yang baik; aku memiliki pelayan yang baik. Terlebih lagi, Teman, sejak lama
Sang Guru telah dilayani olehku dengan cara yang baik, bukan dengan cara yang tidak
baik; karena adalah selayaknya seorang siswa melayani Sang Guru dengan cara yang
baik, bukan dengan cara yang tidak baik. Ingatlah ini, Teman Sriputta: Bhikkhu
Channa akan menggunakan pisau dengan tanpa noda.
1308


8. Kami akan bertanya kepada Yang Mulia Channa mengenai hal tertentu, jika ia
sudi menjawab pertanyaan kami.

Tanyalah, Teman Sriputta. Ketika mendengarnya aku akan mengetahui.

9. Teman Channa, apakah engkau menganggap mata, kesadaran-mata, dan bentuk-
bentuk yang dikenali [oleh pikiran] melalui kesadaran-mata sebagai: Ini milikku, ini
aku, [265] ini diriku? Apakah engkau menganggap telinga hidung lidah
badan pikiran, kesadaran-pikiran, dan hal-hal yang dikenali [oleh pikiran] melalui
kesadaran-pikiran sebagai: Ini milikku, ini aku, ini diriku?

Teman Sriputta, aku menganggap mata, kesadaran-mata, bentuk-bentuk yang
dikenali [oleh pikiran] melalui kesadaran-mata sebagai: Ini bukan milikku, ini bukan
aku, ini bukan diriku. Aku menganggap telinga hidung lidah badan
pikiran, kesadaran-pikiran, dan hal-hal yang dikenali [oleh pikiran] melalui
kesadaran-pikiran sebagai: Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku

10. Teman Channa, apakah yang telah engkau lihat dan ketahui secara langsung
dalam mata, dalam kesadaran-mata, dan dalam bentuk-bentuk yang dikenali [oleh
pikiran] melalui kesadaran-mata, yang engkau anggap sebagai: Ini bukan milikku, ini
bukan aku, ini bukan diriku.? apakah yang telah engkau lihat dan ketahui secara
langsung dalam telinga dalam hidung dalam lidah dalam badan dalam
pikiran, dalam kesadaran-pikiran, dan dalam hal-hal yang dikenali [oleh pikiran]
melalui kesadaran-pikiran, yang engkau anggap sebagai: Ini bukan milikku, ini bukan
aku, ini bukan diriku.?

Teman Sriputta, adalah dengan melihat dan secara langsung mengetahui pelenyapan
di dalam mata, di dalam kesadaran-mata, dan di dalam bentuk-bentuk yang dikenali
[oleh pikiran] melalui kesadaran-mata, maka aku menganggapnya sebagai: Ini bukan
milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku.? karena aku telah melihat dan secara
langsung mengetahui pelenyapan di dalam telinga di dalam hidung di dalam
lidah di dalam badan di dalam pikiran, di dalam kesadaran-pikiran, dan di
dalam hal-hal yang dikenali [oleh pikiran] melalui kesadaran-pikiran, [266] maka aku
menganggapnya sebagai: Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku.

11. Ketika hal ini dikatakan, Yang Mulia Mah Cunda berkata kepada Yang Mulia
Channa:
1309
Oleh karena itu, Teman Channa, ajaran Sang Bhagav ini harus terus-
menerus diperhatikan: Ada keraguan bagi seseorang yang tergantung, tidak ada
keraguan bagi seseorang yang tidak tergantung. Ketika tidak ada keraguan, maka ada
ketenangan; ketika ada ketenangan, maka tidak ada prasangka; ketika tidak ada
prasangka, maka tidak ada datang dan pergi; ketika tidak ada datang dan pergi, maka
tidak ada meninggal dunia dan terlahir kembali; ketika tidak ada meninggal dunia dan
terlahir kembali, maka tidak ada di sini juga tidak ada di sana juga tidak ada di antara
keduanya. Inilah akhir penderitaan.
1310


12. Kemudian, setelah Yang Mulia Sriputta dan Yang Mulia Mah Cunda
memberikan nasihat kepada Yang Mulia Channa, mereka bangkit dari duduk dan
pergi. Kemudian, tidak lama setelah mereka pergi, Yang Mulia Channa menggunakan
pisau.
1311


13. Kemudian Yang Mulia Sriputta mendekati Sang Bhagav, bersujud kepada
Beliau, duduk di satu sisi, dan berkata kepada Beliau: Yang Mulia, Yang Mulia
Channa telah menggunakan pisau. Ke manakah alam tujuannya, di manakah ia
dilahirkan kembali?

Sriputta, bukankah Bhikkhu Channa menyatakan ketanpa-nodaannya
kepadamu?
1312


Yang Mulia, ada desa Vajji bernama Pubbavijjhana. Di sana Yang Mulia Channa
memiliki keluarga yang bersahabat, keluarga yang akrab, keluarga yang dapat
didekati [sebagai penyokongnya].
1313


Sesungguhnya Bhikkhu Channa memang memiliki keluarga yang bersahabat,
keluarga yang akrab, keluarga yang dapat didekati [sebagai penyokongnya]; tetapi
Aku tidak mengatakan sehubungan dengan hal ini bahwa ia menjadi tercela. Sriputta,
ketika seseorang melepaskan tubuh ini dan mengambil tubuh lainnya, maka Aku
katakan bahwa ia tercela. Ini tidak terjadi dalam kasus Bhikkhu Channa. Bhikkhu
Channa menggunakan pisau dengan tanpa noda. Demikianlah, Sriputta, engkau harus
mengingatnya.
1314


Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagav. Yang Mulia Sriputta merasa puas
dan gembira mendengar kata-kata Sang Bhagav.


145 Puovda Sutta
Nasihat kepada Pua




[267] 1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagav
sedang menetap di Svatth di Hutan Jeta, Taman Anthapiika. Kemudian, pada
malam harinya, Yang Mulia Pua bangkit dari meditasinya dan mendatangi Sang
Bhagav.
1315
Setelah bersujud kepada Sang Bhagav, ia duduk di satu sisi dan berkata
kepada Beliau:

2. Yang Mulia, baik sekali jika Sang Bhagav sudi memberikan nasihat singkat
kepadaku. Setelah mendengarkan Dhamma dari Sang Bhagav, aku akan berdiam
sendirian, terasing, rajin, tekun, dan bersungguh-sungguh.

Baiklah, Pua, dengarkan dan perhatikanlah pada apa yang akan Kukatakan.

Baik, Yang Mulia, Yang Mulia Pua menjawab. Sang Bhagav berkata sebagai
berikut:

3. Pua, ada Bentuk-bentuk yang dikenali oleh mata yang diharapkan, diinginkan,
menyenangkan dan disukai, terhubung dengan kenikmatan indria, dan merangsang
nafsu. Jika seorang bhikkhu bersenang di dalamnya, menyambutnya, dan terus-
menerus menggenggamnya, maka kesenangan muncul dalam dirinya. Dengan
munculnya kesenangan, Pua, maka muncul pula penderitaan, Aku katakan.
1316
Ada,
Pua, suara-suara yang dikenali oleh telinga bau-bauan yang dikenali oleh hidung
rasa kecapan yang dikenali oleh lidah objek-objek sentuhan yang dikenali oleh
badan objek-objek pikiran yang dikenali oleh pikiran yang diharapkan, diinginkan,
menyenangkan dan disukai, terhubung dengan kenikmatan indria, [268] dan
merangsang nafsu. Jika seorang bhikkhu bersenang di dalamnya, menyambutnya, dan
terus-menerus menggenggamnya, maka kesenangan muncul dalam dirinya. Dengan
munculnya kesenangan, Pua, maka muncul pula penderitaan, Aku katakan.

4. Puna, ada bentuk-bentuk yang dikenali oleh mata suara-suara yang dikenali
oleh telinga bau-bauan yang dikenali oleh hidung rasa kecapan yang dikenali
oleh lidah objek-objek sentuhan yang dikenali oleh badan objek-objek pikiran
yang dikenali oleh pikiran yang diharapkan, diinginkan, menyenangkan dan disukai,
terhubung dengan kenikmatan indria, dan merangsang nafsu. Jika seorang bhikkhu
tidak bersenang di dalamnya, tidak menyambutnya, dan tidak terus-menerus
menggenggamnya, maka kesenangan lenyap dalam dirinya. Dengan lenyapnya
kesenangan, Pua, maka lenyap pula penderitaan, Aku katakan.

5. Sekarang Aku telah memberikan nasihat singkat kepadamu, Pua, di negeri
manakah engkau akan menetap?

Yang Mulia, karena sekarang Sang Bhagav telah memberikan nasihat singkat
kepadaku, aku akan menetap di negeri Sunparanta.

Pua, orang-orang Sunparanta ganas dan kasar. Jika mereka mencaci dan
mengancam engkau, bagaimanakah engkau akan berpikir?

Yang Mulia, jika orang-orang Sunparanta mencaci dan mengancam aku, maka aku
akan berpikir: Orang-orang Sunparanta ini sungguh baik, sungguh sangat baik,
sehingga mereka tidak memukulku dengan tinju. Aku akan berpikir demikian, Sang
Bhagav; aku akan berpikir demikian, Yang Sempurna.

Tetapi, Pua, jika orang-orang Sunparanta memukulmu dengan tinju,
bagaimanakah engkau akan berpikir?

Yang Mulia, jika orang-orang Sunparanta memukulku dengan tinju, maka aku akan
berpikir: Orang-orang Sunparanta ini sungguh baik, sungguh sangat baik, sehingga
mereka tidak memukulku dengan bongkahan tanah. Aku akan berpikir demikian,
Sang Bhagav; aku akan berpikir demikian, Yang Sempurna.

Tetapi, Pua, jika orang-orang Sunparanta memukulmu dengan bongkahan tanah,
bagaimanakah engkau akan berpikir?

Yang Mulia, jika orang-orang Sunparanta memukulku dengan bongkahan tanah,
maka aku akan berpikir: Orang-orang Sunparanta ini sungguh baik, sungguh sangat
baik, sehingga mereka tidak memukulku dengan tongkat kayu. Aku akan berpikir
demikian, Sang Bhagav; aku akan berpikir demikian, Yang Sempurna.

Tetapi, Pua, jika orang-orang Sunparanta memukulmu dengan tongkat kayu,
bagaimanakah engkau akan berpikir?

Yang Mulia, jika orang-orang Sunparanta memukulku dengan tongkat kayu, maka
aku akan berpikir: Orang-orang Sunparanta ini sungguh baik, sungguh sangat baik,
sehingga mereka tidak menusukku dengan pisau. Aku akan berpikir demikian, Sang
Bhagav; aku akan berpikir demikian, Yang Sempurna.

Tetapi, Pua, jika orang-orang Sunparanta menusukmu dengan pisau,
bagaimanakah engkau akan berpikir?

Yang Mulia, jika orang-orang Sunparanta menusukku dengan pisau, maka aku akan
berpikir: Orang-orang Sunparanta ini sungguh baik, sungguh sangat baik, sehingga
mereka tidak membunuhku dengan pisau tajam. Aku akan berpikir demikian, Sang
Bhagav; aku akan berpikir demikian, Yang Sempurna.

Tetapi, Pua, jika orang-orang Sunparanta membunuhmu dengan pisau tajam,
bagaimanakah engkau akan berpikir?

Yang Mulia, jika orang-orang Sunparanta membunuhku dengan pisau tajam, maka
aku akan berpikir: Ada para siswa Sang Bhagav yang, karena merasa muak, dan
malu, dan jijik dengan jasmani ini dan dengan kehidupan, telah mencari penyerang.
Tetapi aku telah memperoleh penyerang ini bahkan tanpa mencari. Aku akan berpikir
demikian, Sang Bhagav; aku akan berpikir demikian, Yang Sempurna.

6. Bagus, bagus, Pua! Dengan memiliki pengendalian diri dan kedamaian
demikian, engkau akan mampu bertahan di negeri Sunparanta. Sekarang, Pua,
sekarang adalah waktunya engkau melakukan apa yang perlu engkau lakukan.

7. Kemudian, setelah dengan senang dan gembira mendengar kata-kata Sang
Bhagav, Yang Mulia Pua bangkit dari duduknya, dan setelah bersujud kepada
Sang Bhagav, pergi dengan Beliau tetap di sisi kanannya. Kemudian ia merapikan
tempat tinggalnya, dengan membawa mangkuk dan jubah luarnya, ia melakukan
perjalanan menuju negeri Sunparanta. Dengan berjalan secara bertahap, ia akhirnya
tiba di negeri Sunparanta dan menetap di sana. kemudian, selama masa vassa, Yang
Mulia Pua menegakkan lima ratus umat awam laki-laki dan lima ratus umat awam
perempuan dalam praktik, dan ia sendiri mencapai tiga pengetahuan sejati. Beberapa
waktu kemudian, Yang Mulia Pua mencapai Nibbna akhir.
1317


8. Kemudian sejumlah bhikkhu mendatangi Sang Bhagav, dan setelah bersujud
kepada Beliau, mereka duduk di satu sisi dan memberitahu Beliau: Yang Mulia,
Anggota keluarga Puna, yang telah menerima instruksi singkat dari Sang Bhagav,
telah meninggal dunia. Di manakah alam tujuan kelahirannya? Bagaimanakah
perjalanannya berikutnya?

Para bhikkhu, Anggota keluarga Puna adalah seorang bijaksana. Ia berlatih sesuai
Dhamma dan tidak menyusahkanKu dalam menginterpretasikan Dhamma. Anggota
keluarga Puna telah mencapai Nibbna akhir.

Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagav. Para bhikkhu merasa puas dan
gembira mendengar kata-kata Sang Bhagav.


146 Nandakovda Sutta
Nasihat dari Nandaka




1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagav sedang
menetap di Svatth di Hutan Jeta, Taman Anthapiika.

2. Kemudian Mahpajpat Gotam bersama dengan lima ratus bhikkhun mendatangi
Sang bhagav. Setelah bersujud kepada Sang Bhagav, ia berdiri di satu sisi dan
berkata kepada Beliau: Yang Mulia, sudilah Sang Bhagav menasihati para
bhikkhun, sudilah Sang Bhagav memberikan instruksi kepada para bhikkhun,
sudilah Sang Bhagav memberikan khotbah Dhamma kepada para bhikkhun.

3. Pada saat itu para bhikkhu senior bergiliran dalam memberikan nasihat kepada para
bhikkhun, tetapi Yang mulia Nandaka tidak mau menasihati mereka ketika gilirannya
tiba.
1318
Kemudian Sang Bhagav berkata kepada Yang Mulia nanda: nanda,
giliran siapakah menasihati para bhikkhun hari ini?

Yang Mulia, adalah giliran Yang Mulia Nandaka untuk menasihati para bhikkhun,
tetapi ia tidak mau menasihati mereka walaupun hari ini adalah gilirannya.

4. Kemudian Sang Bhagav berkata kepada Yang Mulia Nandaka: Nasihatilah para
bhikkhun, Nandaka. Berikanlah instruksi kepada para bhikkhun, Nandaka.
Babarkanlah khotbah Dhamma kepada para bhikkhun, Brahmana.

Baik, Yang Mulia, [271] Yang Mulia Nandaka menjawab. Kemudian, pada pagi
harinya, Yang Mulia Nandaka merapikan jubah, dan dengan membawa mangkuk dan
jubah luarnya, memasuki Svatth untuk menerima dana makanan. Ketika ia telah
menerima dana makanan di Svatth dan telah kembali dari perjalanan itu, setelah
makan ia bersama seorang teman pergi ke Taman Rjaka. Dari kejauhan para
bhikkhun melihat kedatangan Yang Mulia Nandaka dan mempersiapkan tempat
duduk dan menyediakan air untuk mencuci kaki. Yang Mulia Nandaka duduk di
tempat yang telah dipersiapkan dan mencuci kakinya. Para bhikkhun bersujud
kepadanya dan duduk di satu sisi. Ketika mereka telah duduk, Yang Mulia Nandaka
berkata kepada para bhikkhun:

6. Saudari-saudari, khotbah ini akan disampaikan dalam bentuk pertanyaan. Jika
kalian mengerti maka katakanlah: Kami mengerti; jika kalian tidak mengerti maka
katakanlah: Kami tidak mengerti; jika kalian ragu-ragu atau bingung maka kalian
harus bertanya: Bagaimanakah ini, Yang Mulia? Apakah makna dari hal ini?

Yang Mulia, kami cukup puas dan senang dengan Guru Nandaka dalam hal bahwa ia
mengundang kami bahkan hingga sejauh ini.

6. Saudari-saudari, bagaimana menurut kalian? Apakah mata adalah kekal atau tidak
kekal? Tidak kekal, Yang Mulia. Apakah yang tidak kekal itu adalah
penderitaan atau kebahagiaan? Penderitaan, Yang Mulia. Apakah yang tidak
kekal, penderitaan, dan tunduk pada perubahan itu layak dianggap sebagai: Ini
milikku, ini aku, ini diriku? Tidak, Yang Mulia.

Saudari-saudari, bagaimana menurut kalian? Apakah telinga hidung lidah
badan pikiran adalah kekal atau tidak kekal? Tidak kekal, Yang Mulia.
Apakah yang tidak kekal itu adalah penderitaan atau kebahagiaan? Penderitaan,
Yang Mulia. Apakah yang tidak kekal, penderitaan, [272] dan tunduk pada
perubahan itu layak dianggap sebagai: Ini milikku, ini aku, ini diriku? Tidak,
Yang Mulia. Mengapakah? Karena, Yang Mulia, kami telah melihatnya sebagaimana
adanya dengan kebijaksanaan benar sebagai berikut: Enam landasan internal ini
adalah tidak kekal.
1319


Bagus, bagus, Saudari-saudari! Demikianlah seorang siswa mulia yang melihatnya
sebagaimana adanya dengan kebijaksanaan benar.

7. Saudari-saudari, bagaimana menurut kalian? Apakah bentuk-bentuk suara-
suara bau-bauan rasa kecapan objek-objek sentuhan objek-objek pikiran
adalah kekal atau tidak kekal? Tidak kekal, Yang Mulia. Apakah yang tidak
kekal itu adalah penderitaan atau kebahagiaan? Penderitaan, Yang Mulia.
Apakah yang tidak kekal, penderitaan, dan tunduk pada perubahan itu layak
dianggap sebagai: Ini milikku, ini aku, ini diriku? Tidak, Yang Mulia.
Mengapakah? Karena, Yang Mulia, kami telah melihatnya sebagaimana adanya
dengan kebijaksanaan benar sebagai berikut: Enam landasan eksternal ini adalah
tidak kekal.

Bagus, bagus, Saudari-saudari! Demikianlah seorang siswa mulia yang melihatnya
sebagaimana adanya dengan kebijaksanaan benar.

8. Saudari-saudari, bagaimana menurut kalian? Apakah kesadaran-mata [273]
kesadaran-telinga kesadaran-hidung kesadaran-lidah kesadaran-badan
kesadaran-pikiran adalah kekal atau tidak kekal? Tidak kekal, Yang Mulia.
Apakah yang tidak kekal itu adalah penderitaan atau kebahagiaan? Penderitaan,
Yang Mulia. Apakah yang tidak kekal, penderitaan, [272] dan tunduk pada
perubahan itu layak dianggap sebagai: Ini milikku, ini aku, ini diriku? Tidak,
Yang Mulia. Mengapakah? Karena, Yang Mulia, kami telah melihatnya sebagaimana
adanya dengan kebijaksanaan benar sebagai berikut: Enam kelompok kesadaran ini
adalah tidak kekal.

Bagus, bagus, Saudari-saudari! Demikianlah seorang siswa mulia yang melihatnya
sebagaimana adanya dengan kebijaksanaan benar.

9. Saudari-saudari, misalkan sebuah lampu minyak menyala: minyaknya tidak kekal
dan tunduk pada perubahan; sumbunya tidak kekal dan tunduk pada perubahan,
apinya tidak kekal dan tunduk pada perubahan. Sekarang apakah seseorang
mengatakan dengan benar jika ia berkata: Selama lampu minyak ini menyala, maka
minyaknya, sumbunya, dan apinya adalah tidak kekal dan tunduk pada perubahan,
tetapi cahayanya adalah kekal, bertahan selamanya, abadi, tidak tunduk pada
perubahan?

Tidak, Yang Mulia, mengapakah? Karena, Yang Mulia, Selama lampu minyak ini
menyala, maka minyaknya, sumbunya, dan apinya adalah tidak kekal dan tunduk pada
perubahan, jadi cahayanya juga pasti tidak kekal dan tunduk pada perubahan.

Demikian pula, Saudari-saudari, apakah seseorang mengatakan dengan benar jika ia
berkata: Enam landasan internal ini adalah tidak kekal dan tunduk pada perubahan,
tetapi perasaan yang menyenangkan, menyakitkan, atau bukan-menyakitkan-juga-
bukan-menyenangkan yang dialami seseorang dengan bergantung pada enam
landasan internal ini adalah kekal, bertahan selamanya, abadi, tidak tunduk pada
perubahan?

Tidak, Yang Mulia, mengapakah? Karena masing-masing perasaan muncul dengan
bergantung pada kondisinya yang bersesuaian,
1320
[274] dan dengan lenyapnya
kondisi yang bersesuaian itu, maka lenyap pula perasaan.

Bagus, bagus, Saudari-saudari! Demikianlah seorang siswa mulia yang melihatnya
sebagaimana adanya dengan kebijaksanaan benar.

10. Saudari-saudari, misalkan sebatang pohon besar memiliki inti kayu: akarnya
tidak kekal dan tunduk pada perubahan, batangnya tidak kekal dan tunduk pada
perubahan, dahan-dahannya dan dedaunannya tidak kekal dan tunduk pada
perubahan, dan bayangannya tidak kekal dan tunduk pada perubahan. Sekarang
apakah seseorang mengatakan dengan benar jika ia berkata: Akar, batang, dahan-
dahan dan dedaunan dari pohon besar yang memiliki inti kayu ini adalah tidak kekal
dan tunduk pada perubahan, tetapi bayangannya adalah kekal, bertahan selamanya,
abadi, tidak tunduk pada perubahan?

Tidak, Yang Mulia, mengapakah? Karena, Yang Mulia, Akar, batang, dahan-dahan
dan dedaunan dari pohon besar yang memiliki inti kayu ini adalah tidak kekal dan
tunduk pada perubahan, jadi bayangannya juga pasti tidak kekal dan tunduk pada
perubahan.

Demikian pula, Saudari-saudari, apakah seseorang mengatakan dengan benar jika ia
berkata: Enam landasan eksternal ini adalah tidak kekal dan tunduk pada perubahan,
tetapi perasaan yang menyenangkan, menyakitkan, atau bukan-menyakitkan-juga-
bukan-menyenangkan yang dialami seseorang dengan bergantung pada enam
landasan eksternal ini adalah kekal, bertahan selamanya, abadi, tidak tunduk pada
perubahan?

Tidak, Yang Mulia, mengapakah? Karena masing-masing perasaan muncul dengan
bergantung pada kondisinya yang bersesuaian, dan dengan lenyapnya kondisi yang
bersesuaian itu, maka lenyap pula perasaan.

Bagus, bagus, Saudari-saudari! Demikianlah seorang siswa mulia yang melihatnya
sebagaimana adanya dengan kebijaksanaan benar.

11. Saudari-saudari, misalkan seorang tukang daging yang terampil atau muridnya
menyembelih seekor sapi dan memotongnya dengan pisau daging yang tajam. Tanpa
merusak daging bagian dalamnya dan tanpa merusak kulit luarnya, ia membelah,
memotong, dan mencincang urat daging bagian dalam, otot, dan sendi-sendi dengan
pisau daging yang tajam. [275] Kemudian setelah membelah, memotong, dan
mencincang semua itu, ia menguliti kulit luarnya dan menutupnya lagi dengan kulit
yang sama. apakah ia mengatakan dengan benar jika ia berkata: Sapi ini dibungkus
oleh kulit ini persis seperti sebelumnya?

Tidak, Yang Mulia. Mengapakah? Karena seorang tukang daging yang terampil atau
muridnya menyembelih seekor sapi dan membelah, memotong, dan mencincang
semua itu, bahkan jika ia menutupnya lagi dengan kulit yang sama dan berkata: Sapi
ini dibungkus oleh kulit ini persis seperti sebelumnya, namun sapi itu tetap terlepas
dari kulit itu.

12. Saudari-saudari, Aku memberikan perumpamaan ini untuk menyampaikan
maknanya. Berikut ini adalah maknanya: daging bagian dalam adalah sebutan untuk
enam landasan internal. kulit luar adalah sebutan untuk enam landasan eksternal.
urat daging bagian dalam, otot, dan sendi-sendi adalah sebutan untuk kesenangan
dan nafsu. Pisau daging yang tajam adalah sebutan untuk kebijaksanaan mulia
kebijaksanaan mulia yang membelah, memotong, dan mencincang kekotoran-
kekotoran bagian dalam, belenggu-belenggu, dan ikatan-ikatan.

13. Saudari-saudari, ada tujuh faktor pencerahan ini
1321
yang melalui pengembangan
dan pelatihannya seorang bhikkhu, dengan menembusnya untuk dirinya sendiri
dengan pengetahuan langsung, di sini dan saat ini masuk dan berdiam dalam
kebebasan pikiran dan kebebasan melalui kebijaksanaan yang tanpa noda dengan
hancurnya noda-noda. Apakah tujuh ini? Di sini, Saudari-saudari, seorang bhikkhu
mengembangkan faktor pencerahan perhatian, yang didukung oleh keterasingan,
kebosanan, dan lenyapnya, dan matang dalam pelepasan. Ia mengembangkan faktor
pencerahan penyelidikan kondisi-kondisi faktor pencerahan kegigihan faktor
pencerahan sukacita faktor pencerahan ketenangan faktor pencerahan
konsentrasi faktor pencerahan keseimbangan, yang didukung oleh keterasingan,
kebosanan, dan lenyapnya, dan matang dalam pelepasan. Ini adalah tujuh faktor
pencerahan yang melalui pengembangan dan pelatihannya seorang bhikkhu, dengan
menembusnya untuk dirinya sendiri dengan pengetahuan langsung, di sini dan saat ini
masuk dan berdiam dalam kebebasan pikiran dan kebebasan melalui kebijaksanaan
yang tanpa noda dengan hancurnya noda-noda. [276]

14. Ketika Yang Mulia Nandaka telah memberikan nasihat kepada para bhikkhun
seperti itu, ia membubarkan mereka, dengan berkata: Pergilah, saudari-saudari,
sudah waktunya. Kemudian para bhikkhun, dengan senang dan gembira mendengar
kata-kata Yang Mulia Nandaka, pergi dengan Yang Mulia Nandaka tetap di sisi kanan
mereka. Mereka menghadap Sang Bhagav, dan setelah bersujud kepada Beliau,
berdiri di satu sisi. Sang Bhagav memberitahu mereka: Pergilah, saudari-saudari,
sudah waktunya. Kemudian para bhikkhun itu bersujud kepada Sang Bhagav dan
pergi dengan Beliau tetap di sisi kanan mereka.

15. Segera setelah mereka pergi, Sang Bhagav berkata kepada para bhikkhu: Para
bhikkhu, seperti halnya pada hari Uposatha tanggal empat belas orang-orang tidak
ragu atau bingung sehubungan dengan apakah bulan penuh atau tidak, karena bulan
jelas tidak penuh, demikian pula, para bhikkhun itu puas dengan ajaran Dhamma dari
Nandaka, tetapi kehendak mereka masih belum terpenuhi.

16-26. Kemudian Sang Bhagav berkata kepada Yang Mulia Nandaka: Baiklah,
Nandaka, besok engkau juga harus memberikan nasihat kepada para bhikkhun itu
dengan cara yang persis sama.

Baik, Yang Mulia, Yang Mulia Nandaka menjawab. Kemudian, pada pagi harinya,
Yang Mulia Nandaka merapikan jubah (ulangi kata demi kata 4-14 di atas,
hingga) [277] Kemudian para bhikkhun itu bersujud kepada Sang Bhagav dan
pergi dengan Beliau tetap di sisi kanan mereka.

27. Segera setelah mereka pergi, Sang Bhagav berkata kepada para bhikkhu: Para
bhikkhu, seperti halnya pada hari Uposatha tanggal lima belas orang-orang tidak ragu
atau bingung sehubungan dengan apakah bulan penuh atau tidak, karena bulan jelas
penuh, demikian pula, para bhikkhun itu puas dengan ajaran Dhamma dari Nandaka,
dan kehendak mereka telah terpenuhi. Para bhikkhu, bahkan yang paling tidak maju di
antara kelima ratus bhikkhun itu adalah seorang pemasuk-arus, tidak mungkin lagi
terlahir di alam sengsara, pasti [mencapai kebebasan ], menuju pencerahan.
1322


Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagav. Para bhikkhu merasa puas dan
gembira mendengar kata-kata Sang Bhagav.


147 Carhulovda Sutta
Khotbah Pendek
Nasihat kepada Rhula




1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagav sedang
menetap di Svatth di Hutan Jeta, Taman Anthapiika.
1323


2. Kemudian, sewaktu Sang Bhagav sedang sendirian dalam meditasi, sebuah
pemikiran muncul pada Beliau sebagai berikut: Kondisi-kondisi yang matang dalam
kebebasan telah muncul dalam diri Rhula.
1324
Bagaimana jika Aku menuntunnya
lebih jauh menuju hancurnya noda-noda.

Kemudian, pada pagi harinya, Sang Bhagav merapikan jubah, dan dengan membawa
mangkuk dan jubah luarnya, memasuki Svatth untuk menerima dana makanan.
Ketika Beliau telah menerima dana makanan dan telah kembali dari perjalanan itu,
setelah makan Beliau berkata kepada Yang Mulia Rhula sebagai berikut:

Bawalah alas dudukmu, Rhula; mari kita pergi ke Hutan Orang Buta [278] untuk
melewatkan hari.

Baik, Yang Mulia, Yang Mulia Rhula menjawab, dan dengan membawa alas
duduknya, ia mengikuti persis di belakang Sang Bhagav.

Pada saat itu ribuan para dewa mengikuti Sang Bhagav, dengan berpikir: Hari ini
Sang Bhagav akan menuntun Yang Mulia Rhula lebih jauh menuju hancurnya
noda-noda.
1325


Kemudian Sang Bhagav memasuki Hutan Orang Buta dan duduk di bawah sebatang
pohon di atas tempat duduk yang telah dipersiapkan. Dan Yang Mulia Rhula
bersujud kepada Sang Bhagav dan duduk di satu sisi. Kemudian Sang Bhagav
berkata kepada Yang Mulia Rhula:

3. Rhula, bagaimana menurutmu? Apakah mata adalah kekal atau tidak kekal?
Tidak kekal, Yang Mulia. Apakah yang tidak kekal itu adalah penderitaan atau
kebahagiaan? Penderitaan, Yang Mulia. Apakah yang tidak kekal,
penderitaan, dan tunduk pada perubahan itu layak dianggap sebagai: Ini milikku, ini
aku, ini diriku? Tidak, Yang Mulia.

Rhula, bagaimana menurutmu? Apakah bentuk-bentuk Apakah kesadaran-mata
[279] Apakah kontak-mata Apakah segala sesuatu yang terdapat dalam
perasaan, persepsi, bentukan-bentukan, dan kesadaran yang muncul dengan kontak-
mata sebagai kondisinya adalah kekal atau tidak kekal?
1326
- Tidak kekal, Yang
Mulia. Apakah yang tidak kekal itu adalah penderitaan atau kebahagiaan?
Penderitaan, Yang Mulia. Apakah yang tidak kekal, penderitaan, dan tunduk
pada perubahan itu layak dianggap sebagai: Ini milikku, ini aku, ini diriku?
Tidak, Yang Mulia.

4-8. Rhula, bagaimana menurutmu? Apakah telinga adalah kekal atau tidak
kekal? Apakah hidung adalah kekal atau tidak kekal Apakah lidah adalah kekal
atau tidak kekal? Apakah badan adalah kekal atau tidak kekal? Apakah pikiran
adalah kekal atau tidak kekal? Apakah objek-objek pikiran adalah kekal atau tidak
kekal? Apakah kesadaran-pikiran adalah kekal atau tidak kekal? Apakah
kontak-pikiran adalah kekal atau tidak kekal Apakah segala sesuatu yang terdapat
dalam perasaan, persepsi, bentukan-bentukan, dan kesadaran yang muncul dengan
kontak pikiran sebagai kondisinya adalah kekal atau tidak kekal? Tidak kekal,
Yang Mulia. Apakah yang tidak kekal itu adalah penderitaan atau kebahagiaan?
Penderitaan, Yang Mulia. Apakah yang tidak kekal, penderitaan, dan tunduk
pada perubahan itu layak dianggap sebagai: Ini milikku, ini aku, ini diriku?
Tidak, Yang Mulia.

9. Dengan melihat demikian, Rhula, seorang siswa mulia yang terpelajar menjadi
kecewa dengan mata, kecewa dengan bentuk-bentuk, kecewa dengan kesadaran-mata,
kecewa dengan kontak-mata, dan kecewa dengan segala sesuatu yang terdapat dalam
perasaan, persepsi, bentukan-bentukan, dan kesadaran yang muncul dengan kontak-
mata sebagai kondisinya.

Ia menjadi kecewa dengan telinga ... Ia menjadi kecewa dengan hidung Ia
menjadi kecewa dengan lidah Ia menjadi kecewa dengan badan Ia menjadi
kecewa dengan pikiran, kecewa dengan objek-objek pikiran, kecewa dengan
kesadaran-pikiran, kecewa dengan kontak-pikiran, [280] dan kecewa dengan segala
sesuatu yang terdapat dalam perasaan, persepsi, bentukan-bentukan, dan kesadaran
yang muncul dengan kontak-pikiran sebagai kondisinya.

Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagav. Yang Mulia Rhula merasa puas
dan gembira mendengar kata-kata Sang Bhagav. Sewaktu khotbah ini sedang
dibabarkan Batin Rhula terbebas dari noda-noda. Dan pada ribuan para dewa itu
muncul penglihatan Dhamma yang bersih tanpa noda: Segala sesuatu yang tunduk
pada kemunculan juga tunduk pada kelenyapan.
1327



148 Chachakka Sutta
Enam Kelompok Enam




1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagav sedang
menetap di Svatth di Hutan Jeta, Taman Anthapiika. Di sana Beliau memanggil
para bhikkhu sebagai berikut: Para bhikkhu. Yang Mulia, mereka menjawab.
Sang Bhagav berkata sebagai berikut:

2. Para bhikkhu, Aku akan mengajarkan Dhamma kepada kalian yang indah di awal,
indah di pertengahan, dan indah di akhir, dengan makna dan kata-kata yang benar;
Aku akan mengungkapkan kehidupan suci yang sama sekali murni dan sempurna,
1328

yaitu, enam kelompok enam. Dengarkan dan perhatikanlah pada apa yang
Kukatakan. Baik, Yang Mulia, para bhikkhu menjawab. Sang Bhagav berkata
sebagai berikut:

(RINGKASAN)

3. Enam landasan internal harus dipahami. Enam landasan eksternal harus dipahami.
Enam kelompok kesadaran harus dipahami. Enam kelompok kontak harus dipahami.
Enam kelompok perasaan harus dipahami. Enam kelompok ketagihan harus dipahami.

(PENGURAIAN)

4. (i) Enam landasan internal harus dipahami. Demikianlah dikatakan. Dan
sehubungan dengan apakah hal ini dikatakan? Ada landasan-mata, landasan-telinga,
landasan-hidung, landasan-lidah, landasan-badan, landasan-pikiran. Adalah
sehubungan dengan hal ini maka dikatakan: Eam landasan internal harus dipahami.
Ini adalah kelompok enam pertama. [281]

5. (ii) Enam landasan eskternal harus dipahami. Demikianlah dikatakan. Dan
sehubungan dengan apakah hal ini dikatakan? Ada landasan-bentuk, landasan-suara,
landasan-bau, landasan-rasa kecapan, landasan-objek sentuhan, landasan-objek
pikiran. Adalah sehubungan dengan hal ini maka dikatakan: Enam landasan eksternal
harus dipahami. Ini adalah kelompok enam ke dua.

6. (iii) Enam kelompok kesadaran harus dipahami. Demikianlah dikatakan. Dan
sehubungan dengan apakah hal ini dikatakan? Dengan bergantung pada mata dan
bentuk-bentuk, muncul kesadaran-mata; Dengan bergantung pada telinga dan suara-
suara, muncul kesadaran-telinga; Dengan bergantung pada hidung dan bau-bauan,
muncul kesadaran-hidung; Dengan bergantung pada lidah dan rasa kecapan, muncul
kesadaran-lidah; Dengan bergantung pada badan dan objek-objek sentuhan, muncul
kesadaran-badan; Dengan bergantung pada pikiran dan objek-objek pikiran, muncul
kesadaran-pikiran. Adalah sehubungan dengan hal ini maka dikatakan: Enam
kelompok kesadaran harus dipahami. Ini adalah kelompok enam ke tiga.

7 (iv) Enam kelompok kontak harus dipahami. Demikianlah dikatakan. Dan
sehubungan dengan apakah hal ini dikatakan? Dengan bergantung pada mata dan
bentuk-bentuk, muncul kesadaran-mata; pertemuan ketiga ini adalah kontak. Dengan
bergantung pada telinga dan suara-suara, muncul kesadaran-telinga; pertemuan ketiga
ini adalah kontak. Dengan bergantung pada hidung dan bau-bauan, muncul kesadaran-
hidung; pertemuan ketiga ini adalah kontak. Dengan bergantung pada lidah dan rasa
kecapan, muncul kesadaran-lidah; pertemuan ketiga ini adalah kontak. Dengan
bergantung pada badan dan objek-objek sentuhan, muncul kesadaran-badan;
pertemuan ketiga ini adalah kontak. Dengan bergantung pada pikiran dan objek-objek
pikiran, muncul kesadaran-pikiran; pertemuan ketiga ini adalah kontak. Adalah
sehubungan dengan hal ini maka dikatakan: Enam kelompok kontak harus
dipahami. Ini adalah kelompok enam ke empat.

8. (v) Enam kelompok perasaan harus dipahami. Demikianlah dikatakan. Dan
sehubungan dengan apakah hal ini dikatakan? Dengan bergantung pada mata dan
bentuk-bentuk, muncul kesadaran-mata; pertemuan ketiga ini adalah kontak; dengan
kontak sebagai kondisi maka muncul perasaan. Dengan bergantung pada telinga dan
suara-suara, muncul kesadaran-telinga; pertemuan ketiga ini adalah kontak; dengan
kontak sebagai kondisi maka muncul perasaan. Dengan bergantung pada hidung dan
bau-bauan, muncul kesadaran-hidung; pertemuan ketiga ini adalah kontak; dengan
kontak sebagai kondisi maka muncul perasaan. Dengan bergantung pada lidah dan
rasa kecapan, muncul kesadaran-lidah; pertemuan ketiga ini adalah kontak; dengan
kontak sebagai kondisi maka muncul perasaan. Dengan bergantung pada badan dan
objek-objek sentuhan, muncul kesadaran-badan; pertemuan ketiga ini adalah kontak;
dengan kontak sebagai kondisi maka muncul perasaan. Dengan bergantung pada
pikiran dan objek-objek pikiran, muncul kesadaran-pikiran; pertemuan ketiga ini
adalah kontak; dengan kontak sebagai kondisi maka muncul perasaan. Adalah
sehubungan dengan hal ini maka dikatakan: Enam kelompok perasaan harus
dipahami. [282] Ini adalah kelompok enam ke lima.

9. Enam kelompok ketagihzn harus dipahami. Demikianlah dikatakan. Dan
sehubungan dengan apakah hal ini dikatakan? Dengan bergantung pada mata dan
bentuk-bentuk, muncul kesadaran-mata; pertemuan ketiga ini adalah kontak; dengan
kontak sebagai kondisi maka muncul perasaan; dengan perasaan sebagai kondisi maka
muncul ketagihan.
1329
Dengan bergantung pada telinga dan suara-suara, muncul
kesadaran-telinga dengan perasaan sebagai kondisi maka muncul ketagihan.
Dengan bergantung pada hidung dan bau-bauan, muncul kesadaran-hidung dengan
perasaan sebagai kondisi maka muncul ketagihan. Dengan bergantung pada lidah dan
rasa kecapan, muncul kesadaran-lidah dengan perasaan sebagai kondisi maka
muncul ketagihan. Dengan bergantung pada badan dan objek-objek sentuhan, muncul
kesadaran-badan dengan perasaan sebagai kondisi maka muncul ketagihan.
Dengan bergantung pada pikiran dan objek-objek pikiran, muncul kesadaran-pikiran;
pertemuan ketiga ini adalah kontak; dengan kontak sebagai kondisi maka muncul
perasaan; dengan perasaan sebagai kondisi maka muncul ketagihan. Adalah
sehubungan dengan hal ini maka dikatakan: Enam kelompok ketagihanharus
dipahami. Ini adalah kelompok enam ke enam.

(DEMONSTRASI BUKAN DIRI)

10. (i) Jika seseorang mengatakan, Mata adalah diri, itu tidak dapat
dipertahankan.
1330
Timbul dan tenggelamnya mata adalah nyata, dan karena timbul
dan tenggelamnya mata adalah nyata, maka berarti: Diriku adalah timbul dan
tenggelam. Itulah sebabnya maka adalah tidak dapat dipertahankan jika seseorang
mengatakan, Mata adalah diri. Dengan demikian maka mata adalah bukan diri.
1331


Jika seseorang mengatakan Bentuk-bentuk adalah diri
1332
Itulah sebabnya maka
adalah tidak dapat dipertahankan jika seseorang mengatakan, Bentuk-bentuk adalah
diri. Dengan demikian maka bentuk-bentuk adalah bukan diri.

Jika seseorang mengatakan Kesadaran-mata adalah diri Itulah sebabnya maka
adalah tidak dapat dipertahankan jika seseorang mengatakan, Kesadaran-mata adalah
diri. Dengan demikian maka kesadaran-mata adalah bukan diri.

Jika seseorang mengatakan Kontak-mata adalah diri Itulah sebabnya maka
adalah tidak dapat dipertahankan jika seseorang mengatakan, Kontak-mata adalah
diri. Dengan demikian maka mata adalah bukan diri, bentuk-bentuk adalah bukan
diri, kesadaran-mata adalah bukan diri, kontak-mata adalah bukan diri.

Jika seseorang mengatakan Perasaan adalah diri [283] Itulah sebabnya maka
adalah tidak dapat dipertahankan jika seseorang mengatakan, Perasaan adalah diri.
Dengan demikian maka mata adalah bukan diri, bentuk-bentuk adalah bukan diri,
kesadaran-mata adalah bukan diri, kontak-mata adalah bukan diri, perasaan adalah
bukan diri.

Jika seseorang mengatakan Ketagihan adalah diri Itulah sebabnya maka adalah
tidak dapat dipertahankan jika seseorang mengatakan, Ketagihan adalah diri.
Dengan demikian maka mata adalah bukan diri, bentuk-bentuk adalah bukan diri,
kesadaran-mata adalah bukan diri, kontak-mata adalah bukan diri, perasaan adalah
bukan diri, ketagihan adalah bukan diri.

11. (ii) Jika seseorang mengatakan, Telinga adalah diri, itu tidak dapat
dipertahankan. Timbul dan tenggelamnya telinga adalah nyata, dan karena timbul dan
tenggelamnya telinga adalah nyata, maka berarti: Diriku adalah timbul dan
tenggelam. Itulah sebabnya maka adalah tidak dapat dipertahankan jika seseorang
mengatakan, Telinga adalah diri. Dengan demikian maka telinga adalah bukan diri.

Jika seseorang mengatakan Suara-suara adalah diri Kesadaran-telinga adalah
diri Kontak-telinga adalah diri Perasaan adalah diri Ketagihan adalah
diri Itulah sebabnya maka adalah tidak dapat dipertahankan jika seseorang
mengatakan, Ketagihan adalah diri. Dengan demikian maka telinga adalah bukan
diri, suara-suara adalah bukan diri, kesadaran-telinga adalah bukan diri, kontak-
telinga adalah bukan diri, perasaan adalah bukan diri, ketagihanadalah bukan diri.

12. (iii) Jika seseorang mengatakan, Hidung adalah diri, itu tidak dapat
dipertahankan. Timbul dan tenggelamnya hidung adalah nyata, dan karena timbul dan
tenggelamnya hidung adalah nyata, maka berarti: Diriku adalah timbul dan
tenggelam. Itulah sebabnya maka adalah tidak dapat dipertahankan jika seseorang
mengatakan, Hidung adalah diri. Dengan demikian maka hidung adalah bukan diri.

Jika seseorang mengatakan Bau-bauan adalah diri Kesadaran-hidung adalah
diri Kontak-hidung adalah diri Perasaan adalah diri Ketagihan adalah
diri Itulah sebabnya maka adalah tidak dapat dipertahankan jika seseorang
mengatakan, Ketagihan adalah diri. Dengan demikian maka hidung adalah bukan
diri, bau-bauan adalah bukan diri, kesadaran-hidung adalah bukan diri, kontak-hidung
adalah bukan diri, perasaan adalah bukan diri, ketagihan adalah bukan diri.

13. (iv) Jika seseorang mengatakan, Lidah adalah diri, itu tidak dapat
dipertahankan. Timbul dan tenggelamnya lidah adalah nyata, dan karena timbul dan
tenggelamnya lidah adalah nyata, maka berarti: Diriku adalah timbul dan tenggelam.
Itulah sebabnya maka adalah tidak dapat dipertahankan jika seseorang mengatakan,
Lidah adalah diri. Dengan demikian maka lidah adalah bukan diri.

Jika seseorang mengatakan Rasa kecapan adalah diri Kesadaran-lidah adalah
diri Kontak-lidah adalah diri Perasaan adalah diri Ketagihan adalah
diri Itulah sebabnya maka adalah tidak dapat dipertahankan jika seseorang
mengatakan, Ketagihan adalah diri. Dengan demikian maka lidah adalah bukan diri,
rasa-kecapan adalah bukan diri, kesadaran-lidah adalah bukan diri, kontak-lidah
adalah bukan diri, perasaan adalah bukan diri, ketagihan adalah bukan diri.

14. (v) Jika seseorang mengatakan, Badan adalah diri, itu tidak dapat
dipertahankan. Timbul dan tenggelamnya badan adalah nyata, dan karena timbul dan
tenggelamnya badan adalah nyata, maka berarti: Diriku adalah timbul dan
tenggelam. Itulah sebabnya maka adalah tidak dapat dipertahankan jika seseorang
mengatakan, Badan adalah diri. Dengan demikian maka badan adalah bukan diri.

Jika seseorang mengatakan Objek-objek sentuhan adalah diri Kesadaran-badan
adalah diri Kontak-badan adalah diri Perasaan adalah diri Ketagihan
adalah diri Itulah sebabnya maka adalah tidak dapat dipertahankan jika seseorang
mengatakan, Ketagihan adalah diri. Dengan demikian maka badan adalah bukan
diri, objek-objek sentuhan adalah bukan diri, kesadaran-badan adalah bukan diri,
kontak-badan adalah bukan diri, perasaan adalah bukan diri, keinginan adalah bukan
diri.

15. (vi) Jika seseorang mengatakan, Pikiran adalah diri, itu tidak dapat
dipertahankan. Timbul dan tenggelamnya pikiran adalah nyata, dan karena timbul dan
tenggelamnya pikiran adalah nyata, maka berarti: Diriku adalah timbul dan
tenggelam. Itulah sebabnya maka adalah tidak dapat dipertahankan jika seseorang
mengatakan, Pikiran adalah diri. Dengan demikian maka pikiran adalah bukan diri.

Jika seseorang mengatakan Objek-objek pikiran adalah diri Kesadaran-pikiran
adalah diri Kontak-pikiran adalah diri Perasaan adalah diri [284]
Ketagihan adalah diri Itulah sebabnya maka adalah tidak dapat dipertahankan
jika seseorang mengatakan, Ketagihan adalah diri. Dengan demikian maka pikiran
adalah bukan diri, objek-objek pikiran adalah bukan diri, kesadaran-pikiran adalah
bukan diri, kontak-pikiran adalah bukan diri, perasaan adalah bukan diri, keinginan
adalah bukan diri.

(ASAL-MULA IDENTITAS)

16. Sekarang, Para bhikkhu, ini adalah jalan menuju asal-mula identitas.
1333
(i)
Seseorang menganggap mata sebagai berikut: Ini milikku, ini aku, ini diriku. Ia
menganggap bentuk-bentuk sebagai berikut Ia menganggap kesadaran-mata
sebagai berikut Ia menganggap kontak-mata sebagai berikut Ia menganggap
perasaan sebagai berikut Ia menganggap ketagihan sebagai berikut: Ini milikku,
ini aku, ini diriku.

17-21. (ii-vi) Seseorang menganggap telinga sebagai berikut: Ini milikku, ini aku,
ini diriku. Seseorang menganggap hidung sebagai berikut: Ini milikku, ini aku,
ini diriku. Seseorang menganggap lidah sebagai berikut: Ini milikku, ini aku, ini
diriku. Seseorang menganggap badan sebagai berikut: Ini milikku, ini aku, ini
diriku. Seseorang menganggap pikiran sebagai berikut: Ini milikku, ini aku, ini
diriku. Seseorang menganggap objek-objek pikiran sebagai berikut Seseorang
menganggap kesadaran-pikiran Seseorang menganggap kontak-pikiran sebagai
berikut Seseorang menganggap perasaan sebagai berikut Seseorang
menganggap ketagihan sebagai berikut: Ini milikku, ini aku, ini diriku.

(LENYAPNYA IDENTITAS)

16. Sekarang, Para bhikkhu, ini adalah jalan menuju lenyapnya identitas.
1334
(i)
Seseorang menganggap mata sebagai berikut: Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini
bukan diriku. Ia menganggap bentuk-bentuk sebagai berikut Ia menganggap
kesadaran-mata sebagai berikut Ia menganggap kontak-mata sebagai berikut Ia
menganggap perasaan sebagai berikut Ia menganggap ketagihan sebagai berikut:
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku.

17-21. (ii-vi) Seseorang menganggap telinga sebagai berikut: Ini bukan milikku, ini
bukan aku, ini bukan diriku. Seseorang menganggap hidung sebagai berikut: Ini
bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku. Seseorang menganggap lidah
sebagai berikut: Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku. Seseorang
menganggap badan sebagai berikut: Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan
diriku. Seseorang menganggap pikiran sebagai berikut: Ini bukan milikku, ini bukan
aku, ini bukan diriku. Seseorang menganggap objek-objek pikiran sebagai berikut
Seseorang menganggap kesadaran-pikiran Seseorang menganggap kontak-pikiran
sebagai berikut Seseorang menganggap perasaan [285] sebagai berikut
Seseorang menganggap ketagihan sebagai berikut: Ini bukan milikku, ini bukan aku,
ini bukan diriku.

(KECENDERUNGAN TERSEMBUNYI)

28. (i) Para bhikkhu, dengan bergantung pada mata dan bentuk-bentuk,
1335
maka
kesadaran-mata muncul; pertemuan dari ketiga ini adalah kontak; dengan kontak
sebagai kondisi maka muncullah [perasaan] yang dirasakan sebagai menyenangkan
atau menyakitkan atau bukan-menyenangkan-juga-bukan-menyakitkan. Ketika
seseorang tersentuh oleh suatu perasaan yang menyenangkan, jika ia menyenanginya,
menyambutnya, dan terus-menerus menggenggamnya, maka kecenderungan
tersembunyi pada nafsu berdiam di dalam dirinya. Ketika ia tersentuh oleh perasaan
menyakitkan, jika ia berdukacita, bersedih dan meratap, menangis dengan memukul
dada dan menjadi putus asa, maka kecenderungan tersembunyi pada penolakan
berdiam di dalam dirinya. Ketika ia tersentuh oleh perasaan bukan-menyakitkan-juga-
bukan-menyenangkan, jika ia tidak memahami sebagaimana adanya asal-mulanya,
lenyapnya, kepuasan, bahaya, dan jalan membebaskan diri sehubungan dengan
perasaan itu, maka kecenderungan tersembunyi pada ketidak-tahuan berdiam di dalam
dirinya. Para bhikkhu, bahwa seseorang di sini dan saat ini dapat mengakhiri
penderitaan tanpa meninggalkan kecenderungan tersembunyi pada nafsu akan
perasaan menyenangkan, tanpa menghapuskan kecenderungan tersembunyi pada
penolakan terhadap perasaan menyakitkan, tanpa membasmi kecenderungan
tersembunyi pada ketidak-tahuan atas perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-
menyenangkan, tanpa meninggalkan ketidak-tahuan dan membangkitkan pengetahuan
sejati
1336
- ini adalah tidak mungkin.

29-33. (ii-vi) Para bhikkhu, dengan bergantung pada telinga dan suara-suara,
kesadaran-telinga muncul Dengan bergantung pada pikiran dan objek-objek
pikiran, kesadaran-pikiran muncul; pertemuan dari ketiga ini adalah kontak; dengan
kontak sebagai kondisi maka muncullah [perasaan] yang dirasakan sebagai
menyenangkan atau menyakitkan atau bukan-menyenangkan-juga-bukan-
menyakitkan ... Para bhikkhu, bahwa seseorang di sini dan saat ini dapat mengakhiri
penderitaan tanpa meninggalkan kecenderungan tersembunyi pada nafsu akan
perasaan menyenangkan tanpa meninggalkan ketidak-tahuan dan membangkitkan
pengetahuan sejati - ini adalah tidak mungkin. [286]

(DITINGGALKANNYA KECENDERUNGAN TERSEMBUNYI)

34. (i) Para bhikkhu, dengan bergantung pada mata dan bentuk-bentuk, kesadaran-
mata muncul; pertemuan dari ketiga ini adalah kontak; dengan kontak sebagai kondisi
maka muncullah [perasaan] yang dirasakan sebagai menyenangkan atau menyakitkan
atau bukan-menyenangkan-juga-bukan-menyakitkan. Ketika seseorang tersentuh oleh
suatu perasaan yang menyenangkan, jika ia tidak menyenanginya, tidak
menyambutnya, dan tidak terus-menerus menggenggamnya, maka kecenderungan
tersembunyi pada nafsu tidak berdiam di dalam dirinya. Ketika ia tersentuh oleh
perasaan menyakitkan, jika ia tidak berdukacita, tidak bersedih dan tidak meratap,
tidak menangis dengan memukul dada dan tidak menjadi putus asa, maka
kecenderungan tersembunyi pada penolakan tidak berdiam di dalam dirinya. Ketika ia
tersentuh oleh perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan, jika ia
memahami sebagaimana adanya asal-mulanya, lenyapnya, kepuasan, bahaya, dan
jalan membebaskan diri sehubungan dengan perasaan itu, maka kecenderungan
tersembunyi pada ketidak-tahuan tidak berdiam di dalam dirinya. Para bhikkhu,
bahwa seseorang di sini dan saat ini dapat mengakhiri penderitaan dengan
meninggalkan kecenderungan tersembunyi pada nafsu akan perasaan menyenangkan,
dengan menghapuskan kecenderungan tersembunyi pada penolakan terhadap perasaan
menyakitkan, dengan membasmi kecenderungan tersembunyi pada ketidak-tahuan
atas perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan, dengan meninggalkan
ketidak-tahuan dan membangkitkan pengetahuan sejati - ini adalah mungkin.

29-33. (ii-vi) Para bhikkhu, dengan bergantung pada telinga dan suara-suara,
kesadaran-telinga muncul Dengan bergantung pada pikiran dan objek-objek
pikiran, kesadaran-pikiran muncul; pertemuan dari ketiga ini adalah kontak; dengan
kontak sebagai kondisi maka muncullah [perasaan] yang dirasakan sebagai
menyenangkan atau menyakitkan atau bukan-menyenangkan-juga-bukan-
menyakitkan ... Para bhikkhu, bahwa seseorang di sini dan saat ini dapat mengakhiri
penderitaan dengan meninggalkan kecenderungan tersembunyi pada nafsu akan
perasaan menyenangkan dengan meninggalkan ketidak-tahuan dan
membangkitkan pengetahuan sejati - ini adalah mungkin.

(PEMBEBASAN)

40. Dengan melihat demikian, Para bhikkhu, seorang siswa mulia yang terlatih
menjadi kecewa dengan mata, kecewa dengan bentuk-bentuk, kecewa dengan
kesadaran-mata, kecewa dengan kontak-mata, kecewa dengan perasaan, kecewa
dengan keinginan.

Ia menjadi kecewa dengan telinga Ia menjadi kecewa dengan hidung Ia
menjadi kecewa dengan lidah Ia menjadi kecewa dengan badan Ia menjadi
kecewa dengan pikiran, kecewa dengan objek-objek pikiran, kecewa dengan
kesadaran-pikiran, kecewa dengan kontak-pikiran, kecewa dengan perasaan, kecewa
dengan keinginan.

41. Karena kecewa, [287] ia menjadi bosan, melalui kebosanan [pikirannya]
terbebaskan. Ketika terbebaskan, muncullah pengetahuan: Terbebaskan. Ia
memahami: Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang
harus dilakukan telah dilakukan, tidak akan ada lagi penjelmaan menjadi kondisi
makhluk apapun.

Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagav. Para bhikkhu merasa puas dan
gembira mendengar kata-kata Sang Bhagav. Ketika khotbah ini sedang dibabarkan,
melalui ketidak-melekatan batin enam puluh bhikkhu itu terbebaskan dari noda-
noda.
1337



149 Mahsayatanika Sutta
Enam Landasan Besar




1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagav sedang
menetap di Svatth di Hutan Jeta, Taman Anthapiika. Di sana Beliau memanggil
para bhikkhu sebagai berikut: Para bhikkhu. Yang Mulia, mereka menjawab.
Sang Bhagav berkata sebagai berikut:

2. Para bhikkhu, Aku akan membabarkan khotbah kepada kalian tentang enam
landasan besar. Dengarkan dan perhatikanlah pada apa yang Kukatakan. Baik,
Yang Mulia, para bhikkhu menjawab. Sang Bhagav berkata sebagai berikut:

3. Para bhikkhu, ketika seseorang tidak mengetahui dan tidak melihat mata
sebagaimana adanya,
1338
ketika ia tidak mengetahui dan tidak melihat bentuk-bentuk
sebagaimana adanya, ketika ia tidak mengetahui dan tidak melihat kesadaran-mata
sebagaimana adanya, ketika ia tidak mengetahui dan tidak melihat kontak-mata,
ketika ia tidak mengetahui dan tidak melihat [perasaan] yang dirasakan sebagai
menyenangkan atau menyakitkan atau bukan-menyakitkan-juga-bukan-
menyenangkan yang muncul dengan kontak-mata sebagai kondisinya sebagaimana
adanya, maka ia terbakar oleh nafsu pada mata, pada bentuk-bentuk, pada kesadaran-
mata, pada kontak-mata, pada [perasaan] yang dirasakan sebagai menyenangkan atau
menyakitkan atau bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan yang muncul
dengan kontak-mata sebagai kondisinya.

Ketika ia berdiam dengan terbakar oleh nafsu, terbelenggu, tergila-gila, dengan
merenungkan kepuasan, maka kelima kelompok unsur kehidupan yang terpengaruh
oleh kemelekatan dibangun untuknya di masa depan;
1339
dan ketagihannya yang
membawa penjelmaan baru, yang disertai dengan kesenangan dan nafsu, dan
kesenangan pada ini dan itu meningkat. Gangguan pada jasmani dan batinnya
meningkat, siksaan pada jasmani dan batinnya meningkat, demam pada jasmani dan
batinnya meningkat, dan ia mengalami penderitaan jasmani dan batin.

4-8. Ketika seseorang tidak mengetahui dan tidak melihat telinga sebagaimana
adanya Ketika seseorang tidak mengetahui dan tidak melihat hidung sebagaimana
adanya Ketika seseorang tidak mengetahui dan tidak melihat lidah sebagaimana
adanya Ketika seseorang tidak mengetahui dan tidak melihat badan sebagaimana
adanya Ketika seseorang tidak mengetahui dan tidak melihat pikiran sebagaimana
adanya ia mengalami penderitaan jasmani dan batin.

9. Para bhikkhu, ketika seseorang mengetahui dan melihat mata sebagaimana
adanya,
1340
ketika seseorang mengetahui dan melihat bentuk-bentuk sebagaimana
adanya, ketika seseorang mengetahui dan melihat kesadaran-mata sebagaimana
adanya, ketika seseorang mengetahui dan melihat kontak-mata sebagaimana adanya,
ketika seseorang mengetahui dan melihat [perasaan] yang dirasakan sebagai
menyenangkan atau menyakitkan atau bukan-menyakitkan-juga-bukan-
menyenangkan yang muncul dengan kontak-mata sebagai kondisinya sebagaimana
adanya, maka ia tidak terbakar oleh nafsu pada mata, pada bentuk-bentuk, pada
kesadaran-mata, pada kontak-mata, pada [perasaan] yang dirasakan sebagai
menyenangkan atau menyakitkan atau bukan-menyakitkan-juga-bukan-
menyenangkan yang muncul dengan kontak-mata sebagai kondisinya.

Ketika ia berdiam dengan tidak terbakar oleh nafsu, tidak terbelenggu, tidak tergila-
gila, dengan merenungkan bahaya, maka kelima kelompok unsur kehidupan yang
terpengaruh oleh kemelekatan berkurang baginya di masa depan; dan keinginannya
yang membawa penjelmaan baru, yang disertai dengan kesenangan dan nafsu, dan
kesenangan pada ini dan itu ditinggalkan. Gangguan pada jasmani dan batinnya
ditinggalkan, siksaan pada jasmani dan batinnya ditinggalkan, demam pada jasmani
dan batinnya ditinggalkan, [289] dan ia mengalami kenikmatan jasmani dan batin.

10. Pandangan seseorang yang seperti ini adalah pandangan benar. Kehendaknya
adalah kehendak benar, usahanya adalah usaha benar, perhatiannya adalah perhatian
benar, konsentrasinya adalah konsentrasi benar. Perbuatan jasmaninya, ucapannya,
dan penghidupannya telah dimurnikan sebelumnya.
1341
Dengan demikian Jalan Mulia
Berunsur Delapan menjadi terpenuhi dalam dirinya melalui pengembangan. Ketika ia
mengembangkan Jalan Mulia Berunsur Delapan ini, maka empat landasan perhatian
juga menjadi terpenuhi dalam dirinya melalui pengembangan; empat jenis usaha
benar juga menjadi terpenuhi dalam dirinya melalui pengembangan; empat landasan
kekuatan batin juga menjadi terpenuhi dalam dirinya melalui pengembangan; lima
indria juga menjadi terpenuhi dalam dirinya melalui pengembangan; lima kekuatan
juga menjadi terpenuhi dalam dirinya melalui pengembangan; tujuh faktor pencerahan
juga menjadi terpenuhi dalam dirinya melalui pengembangan. Kedua hal ini
ketenangan dan pandangan terang muncul dalam dirinya berpasangan dengan
seimbang.
1342
Ia sepenuhnya memahami melalui pengetahuan langsung hal-hal yang
harus dipahami sepenuhnya melalui pengetahuan langsung. Ia meninggalkan melalui
pengetahuan langsung hal-hal yang harus ditinggalkan melalui pengetahuan langsung.
Ia mengembangkan melalui pengetahuan langsung hal-hal yang harus dikembangkan
melalui pengetahuan langsung. Ia menembus melalui pengetahuan langsung hal-hal
yang harus ditembus melalui pengetahuan langsung.
1343


11. Dan apakah hal-hal yang harus dipahami sepenuhnya melalui pengetahuan
langsung? Jawabannya adalah: kelima kelompok unsur kehidupan yang terpengaruh
oleh kemelekatan, yaitu, kelompok unsur bentuk materi yang terpengaruh oleh
kemelekatan, kelompok unsur perasaan yang terpengaruh oleh kemelekatan,
kelompok unsur persepsi yang terpengaruh oleh kemelekatan, kelompok unsur
bentukan-bentukan yang terpengaruh oleh kemelekatan. kelompok unsur kesadaran
yang terpengaruh oleh kemelekatan. Ini adalah hal-hal yang harus dipahami
sepenuhnya melalui pengetahuan langsung.

Dan apakah hal-hal yang harus ditinggalkan melalui pengetahuan langsung?
Ketidak-tahuan dan ketagihan pada penjelmaan. Ini adalah hal-hal yang harus
ditinggalkan melalui pengetahuan langsung.

Dan apakah hal-hal yang harus dikembangkan melalui pengetahuan langsung?
Ketenangan dan pandangan terang.
1344
Ini adalah hal-hal yang harus dikembangkan
melalui pengetahuan langsung. [290]

Dan apakah hal-hal yang harus ditembus melalui pengetahuan langsung?
Pengetahuan sejati dan kebebasan.
1345
Ini adalah hal-hal yang harus ditembus melalui
pengetahuan langsung.

12-14. Ketika seseorang mengetahui dan melihat telinga sebagaimana adanya Ini
adalah hal-hal yang harus ditembus melalui pengetahuan langsung.
1346


15-17. Ketika seseorang mengetahui dan melihat hidung sebagaimana adanya Ini
adalah hal-hal yang harus ditembus melalui pengetahuan langsung.

18-20. Ketika seseorang mengetahui dan melihat lidah sebagaimana adanya Ini
adalah hal-hal yang harus ditembus melalui pengetahuan langsung.

21-23. Ketika seseorang mengetahui dan melihat badan sebagaimana adanya Ini
adalah hal-hal yang harus ditembus melalui pengetahuan langsung.

24-26. Ketika seseorang mengetahui dan melihat pikiran sebagaimana adanya Ini
adalah hal-hal yang harus ditembus melalui pengetahuan langsung.

Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagav. Para bhikkhu merasa puas dan
gembira mendengar kata-kata Sang Bhagav.


150 Nagaravindeyya Sutta
Kepada penduduk Nagaravinda




1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagav sedang
mengembara di negeri Kosala bersama dengan sejumlah besar Sangha para bhikkhu,
dan akhirnya sampai di sebuah desa Kosala bernama Nagaravinda.

2. Para brahmana perumah tangga dari Nagaravinda mendengar: Petapa Gotama,
putera Sakya yang meninggalkan keduniawian dari suku Sakya, telah mengembara di
Negeri Kosala bersama dengan sejumlah besar Sangha para bhikkhu [291] dan telah
sampai di Nagaravinda. Sekarang berita baik sehubungan dengan Guru Gotama telah
menyebar sebagai berikut: Bahwa Sang Bhagav sempurna, telah tercerahkan
sempurna (seperti Sutta 41, 2) Beliau mengungkapkan kehidupan suci yang
murni dan sempurna sepenuhnya. Sekarang adalah baik sekali jika dapat menemui
para Arahant demikian.

3. Kemudian para brahmana perumah tangga dari Nagaravinda pergi menemui Sang
Bhagav. Beberapa bersujud kepada Sang Bhagav dan duduk di satu sisi; beberapa
lainnya saling bertukar sapa dengan Beliau, dan ketika ramah-tamah ini berakhir,
duduk di satu sisi; beberapa lainnya merangkapkan tangan sebagai penghormatan
kepada Sang Bhagav dan duduk di satu sisi; beberapa lainnya menyebutkan nama
dan suku mereka di hadapan Sang Bhagav dan duduk di satu sisi; beberapa lainnya
hanya berdiam diri dan duduk di satu sisi.

4. Para perumah tangga, jika para mengembara sekte lain menanyakan kepada kalian
sebagai berikut: Para perumah tangga, petapa dan brahmana seperti apakah yang
seharusnya tidak dihormati, dihargai, dipuja, dan dimuliakan? maka kalian harus
menjawab: Para petapa dan brahmana yang belum terbebas dari nafsu, kebencian,
dan delusi sehubungan dengan bentuk-bentuk yang dikenali oleh mata, yang tidak
damai dalam batin, dan yang perilakunya dalam jasmani, ucapan, dan pikiran kadang-
kadang baik dan kadang-kadang buruk petapa dan brahmana demikian seharusnya
tidak dihormati, dihargai, dipuja, dan dimuliakan. Mengapakah? Karena kami sendiri
belum terbebas dari nafsu, kebencian, dan delusi sehubungan dengan bentuk-bentuk
yang dikenali oleh mata, kami tidak damai dalam batin, dan perilaku kami dalam
jasmani, ucapan, dan pikiran kadang-kadang baik dan kadang-kadang buruk. Karena
kami tidak melihat adanya perilaku baik yang lebih tinggi di pihak para petapa dan
brahmana baik itu, maka mereka seharusnya tidak dihormati, dihargai, dipuja, dan
dimuliakan.

Para petapa dan brahmana yang belum terbebas dari nafsu, kebencian, dan delusi
sehubungan dengan suara-suara yang dikenali oleh telinga sehubungan dengan
bau-bauan yang dikenali oleh hidung sehubungan dengan rasa kecapan yang
dikenali oleh lidah sehubungan dengan objek-objek sentuhan yang dikenali oleh
badan sehubungan dengan objek-objek pikiran yang dikenali oleh pikiran, yang
tidak damai dalam batin, dan yang perilakunya dalam jasmani, ucapan, dan pikiran
kadang-kadang baik dan kadang-kadang buruk seharusnya tidak dihormati
[292] Karena kami tidak melihat adanya perilaku baik yang lebih tinggi di pihak
para petapa dan brahmana baik itu, maka mereka seharusnya tidak dihormati,
dihargai, dipuja, dan dimuliakan. Jika ditanya demikian, para perumah tangga, maka
kalian harus menjawab para pengembara sekte lain itu dengan cara seperti ini.

5. Tetapi, Para perumah tangga, jika para mengembara sekte lain menanyakan
kepada kalian sebagai berikut: Para perumah tangga, petapa dan brahmana seperti
apakah yang seharusnya dihormati, dihargai, dipuja, dan dimuliakan? maka kalian
harus menjawab: Para petapa dan brahmana yang terbebas dari nafsu, kebencian, dan
delusi sehubungan dengan bentuk-bentuk yang dikenali oleh mata, yang damai dalam
batin, dan yang berperilaku baik dalam jasmani, ucapan, dan pikiran petapa dan
brahmana demikian seharusnya dihormati, dihargai, dipuja, dan dimuliakan.
Mengapakah? Karena kami sendiri belum terbebas dari nafsu, kebencian, dan delusi
sehubungan dengan bentuk-bentuk yang dikenali oleh mata, kami tidak damai dalam
batin, dan perilaku kami dalam jasmani, ucapan, dan pikiran kadang-kadang baik dan
kadang-kadang buruk. Karena kami melihat adanya perilaku baik yang lebih tinggi di
pihak para petapa dan brahmana baik itu, maka mereka seharusnya dihormati,
dihargai, dipuja, dan dimuliakan.

Para petapa dan brahmana yang terbebas dari nafsu, kebencian, dan delusi
sehubungan dengan suara-suara yang dikenali oleh telinga sehubungan dengan
bau-bauan yang dikenali oleh hidung sehubungan dengan rasa kecapan yang
dikenali oleh lidah sehubungan dengan objek-objek sentuhan yang dikenali oleh
badan sehubungan dengan objek-objek pikiran yang dikenali oleh pikiran, yang
damai dalam batin, dan yang berperilaku baik dalam jasmani, ucapan, dan pikiran
seharusnya dihormati Karena kami melihat adanya perilaku baik yang lebih tinggi
di pihak para petapa dan brahmana baik itu, maka mereka seharusnya dihormati,
dihargai, dipuja, dan dimuliakan. Jika ditanya demikian, para perumah tangga, maka
kalian harus menjawab para pengembara sekte lain itu dengan cara seperti ini.

6. Para perumah tangga, jika para pengembara sekte lain menanyakan kepada kalian
sebagai berikut: Tetapi apakah alasan kalian dan apakah bukti kalian sehubungan
dengan para mulia itu yang karenanya kalian mengatakan tentang mereka: Pasti para
mulia ini [293] telah terbebas dari nafsu atau sedang berlatih untuk melenyapkan
nafsu; mereka telah terbebas dari kebencian atau sedang berlatih untuk melenyapkan
kebencian; mereka telah terbebas dari delusi atau sedang berlatih untuk melenyapkan
delusi? jika ditanya demikian, kalian harus menjawab para pengembara itu
sebagai berikut: Adalah karena para mulia itu bertempat tinggal di hutan-hutan
belantara yang terpencil. Karena tidak ada bentuk-bentuk yang dapat dikenali oleh
mata dari jenis yang dapat mereka senangi yang dapat mereka lihat. Karena tidak ada
suara-suara yang dapat dikenali oleh telinga dari jenis yang dapat mereka senangi
yang dapat mereka dengar. Karena tidak ada bau-bauan yang dapat dikenali oleh
hidung dari jenis yang dapat mereka senangi yang dapat mereka cium. Karena tidak
ada rasa kecapan yang dapat dikenali oleh lidah dari jenis yang dapat mereka senangi
yang dapat mereka kecap. Karena tidak ada objek-objek sentuhan yang dapat dikenali
oleh badan dari jenis yang dapat mereka senangi yang dapat mereka sentuh. Ini adalah
alasan kami, Sahabat-sahabat, ini adalah bukti kami yang karenanya kami mengatakan
tentang para mulia itu: Pasti para mulia ini telah terbebas dari nafsu, kebencian, dan
delusi atau sedang berlatih untuk melenyapkannya. Jika ditanya demikian, Para
perumah tangga, maka kalian harus menjawab para pengembara sekte lain itu dengan
cara seperti ini.

7. Ketika hal ini dikatakan, para brahmana perumah tangga dari Nagaravinda berkata
kepada Sang Bhagav: Mengagumkan, Guru Gotama! Mengagumkan, Guru
Gotama! Guru Gotama telah membabarkan Dhamma dalam berbagai cara, seolah-
olah Beliau menegakkan apa yang terbalik, mengungkapkan apa yang tersembunyi,
menunjukkan jalan bagi yang tersesat, atau menyalakan pelita dalam kegelapan agar
mereka yang memiliki penglihatan dapat melihat bentuk-bentuk. Kami berlindung
pada Guru Gotama dan pada Dhamma dan pada Sangha para bhikkhu. Sejak hari ini
sudilah Guru Gotama menerima kami sebagai umat awam yang telah menerima
perlindungan seumur hidup.


151 Piaptaprisuddhi Sutta
Pemurnian Dana Makanan




1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagav sedang
menetap di Rjagaha di Hutan Bambu, Taman Suaka Tupai. Kemudian, pada suatu
malam, Yang Mulia Sriputta bangkit dari meditasinya dan menghadap Sang
Bhagav. Setelah bersujud kepada Beliau, ia duduk di satu sisi. Kemudian Sang
Bhagav berkata kepadanya: [294]

2. Sriputta, indria-indriamu jernih. Warna kulitmu bersih dan cerah. Kediaman
apakah yang sering engkau diami sekarang, Sriputta?

Sekarang, Yang Mulia, aku sering berdiam dalam kekosongan.
1347


Bagus, bagus, Sriputta! Sekarang, sesungguhnya, engkau sering berdiam dalam
kediaman seorang manusia besar. Karena ini adalah kediaman seorang manusia besar,
yaitu, kekosongan.
1348


3. Maka, Sriputta, jika seorang bhikkhu berkehendak: Semoga sekarang aku sering
berdiam dalam kekosongan, ia harus mempertimbangkan sebagai berikut: Di jalan
di mana aku mendatangi suatu desa untuk menerima dana makanan, atau di tempat-
tempat di mana aku berkeliling menerima dana makanan, atau di jalan di mana aku
kembali dari perjalanan menerima dana makanan, adakah keinginan, nafsu,
kebencian, delusi, atau penolakan dalam pikiranku sehubungan dengan bentuk-bentuk
yang dikenali oleh mata?
1349
Jika, dengan melakukan peninjauan demikian, ia
mengetahui sebagai berikut: Di jalan di mana aku mendatangi suatu desa untuk
menerima dana makanan, atau di tempat-tempat di mana aku berkeliling menerima
dana makanan, atau di jalan di mana aku kembali dari perjalanan menerima dana
makanan, ada keinginan, nafsu, kebencian, delusi, atau penolakan dalam pikiranku
sehubungan dengan bentuk-bentuk yang dikenali oleh mata, maka ia harus berusaha
untuk meninggalkan kondisi-kondisi buruk yang tidak bermanfaat itu. Tetapi jika,
dengan melakukan peninjauan demikian, ia mengetahui sebagai berikut: Di jalan di
mana aku mendatangi suatu desa untuk menerima dana makanan, atau di tempat-
tempat di mana aku berkeliling menerima dana makanan, atau di jalan di mana aku
kembali dari perjalanan menerima dana makanan, tidak ada keinginan, nafsu,
kebencian, delusi, atau penolakan dalam pikiranku sehubungan dengan bentuk-bentuk
yang dikenali oleh mata, maka ia dapat berdiam dengan gembira dan bahagia,
berlatih siang dan malam dalam kondisi-kondisi bermanfaat.

4-8. Kemudian, Sriputta, seorang bhikkhu harus mempertimbangkan sebagai
berikut: Di jalan di mana aku mendatangi suatu desa untuk menerima dana makanan,
atau di tempat-tempat di mana aku berkeliling menerima dana makanan, atau di jalan
di mana aku kembali dari perjalanan menerima dana makanan, adakah keinginan,
nafsu, kebencian, delusi, atau penolakan dalam pikiranku sehubungan dengan suara-
suara yang dikenali oleh telinga? sehubungan dengan bau-bauan yang dikenali
oleh hidung? sehubungan dengan rasa kecapan yang dikenali oleh lidah?
sehubungan dengan objek-objek sentuhan yang dikenali oleh badan? sehubungan
dengan objek-objek pikiran yang dikenali oleh pikiran? [295] Jika, dengan melakukan
peninjauan demikian, ia mengetahui sebagai berikut: Di jalan di mana aku
mendatangi suatu desa untuk menerima dana makanan ada keinginan, nafsu,
kebencian, delusi, atau penolakan dalam pikiranku sehubungan dengan objek-objek
pikiran yang dikenali oleh pikiran, maka ia harus berusaha untuk meninggalkan
kondisi-kondisi buruk yang tidak bermanfaat itu. Tetapi jika, dengan melakukan
peninjauan demikian, ia mengetahui sebagai berikut: Di jalan di mana aku
mendatangi suatu desa untuk menerima dana makanan tidak ada keinginan, nafsu,
kebencian, delusi, atau penolakan dalam pikiranku sehubungan dengan objek-objek
pikiran yang dikenali oleh pikiran, maka ia dapat berdiam dengan gembira dan
bahagia, berlatih siang dan malam dalam kondisi-kondisi bermanfaat.

9. Kemudian, Sriputta, seorang bhikkhu harus mempertimbangkan sebagai berikut:
Apakah kelima utas kenikmatan indria telah ditinggalkan dari dalam diriku?
1350
Jika,
dengan melakukan peninjauan demikian, ia mengetahui sebagai berikut: Kelima utas
kenikmatan indria belum ditinggalkan dari dalam diriku, maka ia harus berusaha
untuk meninggalkan kelima utas kenikmatan indria itu. Tetapi jika, dengan
melakukan peninjauan demikian, ia mengetahui sebagai berikut: Kelima utas
kenikmatan indria telah ditinggalkan dari dalam diriku, maka ia dapat berdiam
dengan gembira dan bahagia, berlatih siang dan malam dalam kondisi-kondisi
bermanfaat.

10. Kemudian, Sriputta, seorang bhikkhu harus mempertimbangkan sebagai
berikut: Apakah kelima rintangan telah ditinggalkan dari dalam diriku? Jika, dengan
melakukan peninjauan demikian, ia mengetahui sebagai berikut: Kelima rintangan
belum ditinggalkan dari dalam diriku, maka ia harus berusaha untuk meninggalkan
kelima rintangan itu. Tetapi jika, dengan melakukan peninjauan demikian, ia
mengetahui sebagai berikut: Kelima rintangan telah ditinggalkan dari dalam diriku,
maka ia dapat berdiam dengan gembira dan bahagia, berlatih siang dan malam dalam
kondisi-kondisi bermanfaat.

11. Kemudian, Sriputta, seorang bhikkhu harus mempertimbangkan sebagai
berikut: Apakah kelima kelompok unsur kehidupan yang terpengaruh oleh
kemelekatan telah sepenuhnya dipahami olehku? Jika, dengan melakukan peninjauan
demikian, ia mengetahui sebagai berikut: Kelima kelompok unsur kehidupan yang
terpengaruh oleh kemelekatan belum sepenuhnya dipahami olehku, maka ia harus
berusaha untuk sepenuhnya memahami kelima kelompok unsur kehidupan yang
terpengaruh oleh kemelekatan. Tetapi jika, dengan melakukan peninjauan demikian,
[296] ia mengetahui sebagai berikut: Kelima kelompok unsur kehidupan yang
terpengaruh oleh kemelekatan telah sepenuhnya dipahami olehku, maka ia dapat
berdiam dengan gembira dan bahagia, berlatih siang dan malam dalam kondisi-
kondisi bermanfaat.

12. Kemudian, Sriputta, seorang bhikkhu harus mempertimbangkan sebagai
berikut: Apakah keempat landasan perhatian telah terkembang dalam diriku? Jika,
dengan melakukan peninjauan demikian, ia mengetahui sebagai berikut: Keempat
landasan perhatian belum terkembang dalam diriku, maka ia harus berusaha untuk
mengembangkan keempat landasan perhatian itu. Tetapi jika, dengan melakukan
peninjauan demikian, ia mengetahui sebagai berikut: Keempat landasan perhatian
telah terkembang dalam diriku, maka ia dapat berdiam dengan gembira dan bahagia,
berlatih siang dan malam dalam kondisi-kondisi bermanfaat.

13-19. Kemudian, Sriputta, seorang bhikkhu harus mempertimbangkan sebagai
berikut: Apakah keempat jenis usaha benar telah terkembang dalam diriku?
Apakah keempat landasan kekuatan batin telah terkembang dalam diriku? Apakah
kelima indria telah terkembang dalam diriku? Apakah kelima kekuatan telah
terkembang dalam diriku? Apakah ketujuh faktor pencerahan telah terkembang
dalam diriku? Apakah Jalan Mulia Berunsur Delapan telah terkembang dalam
diriku? [297] Apakah ketenangan dan pandangan terang telah terkembang dalam
diriku? Jika, dengan melakukan peninjauan demikian, ia mengetahui sebagai berikut:
Ketenangan dan pandangan terang belum terkembang dalam diriku, maka ia harus
berusaha untuk mengembangkannya. Tetapi jika, dengan melakukan peninjauan
demikian, ia mengetahui sebagai berikut: Ketenangan dan pandangan terang telah
terkembang dalam diriku, maka ia dapat berdiam dengan gembira dan bahagia,
berlatih siang dan malam dalam kondisi-kondisi bermanfaat.

20. Kemudian, Sriputta, seorang bhikkhu harus mempertimbangkan sebagai
berikut: Apakah pengetahuan sejati dan kebebasan telah ditembus olehku? Jika,
dengan melakukan peninjauan demikian, ia mengetahui sebagai berikut: pengetahuan
sejati dan kebebasan belum ditembus olehku, maka ia harus berusaha untuk
menembus pengetahuan sejati dan kebebasan. Tetapi jika, dengan melakukan
peninjauan demikian, ia mengetahui sebagai berikut: pengetahuan sejati dan
kebebasan telah ditembus olehku, maka ia dapat berdiam dengan gembira dan
bahagia, berlatih siang dan malam dalam kondisi-kondisi bermanfaat.
1351


21. Sriputta, petapa dan brahmana mana pun di masa lampau yang telah
memurnikan dana makanan mereka semuanya telah melakukan hal itu dengan
berulang-ulang merenungkan demikian. Petapa dan brahmana mana pun di masa
depan yang akan memurnikan dana makanan mereka semuanya akan melakukan hal
itu dengan berulang-ulang merenungkan demikian. Petapa dan brahmana mana pun di
masa sekarang yang memurnikan dana makanan mereka semuanya melakukan hal itu
dengan berulang-ulang merenungkan demikian.

Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagav. Yang Mulia Sriputta merasa puas
dan gembira mendengar kata-kata Sang Bhagav.


152 Indriyabhvan Sutta
Pengembangan Indria-Indria




[298] 1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagav
sedang menetap di Kajangal di hutan pepohonan mukhelu.

2. Kemudian murid brahmana Uttara, siswa dari Brahmana Prsariya, mendatangi
Sang Bhagav dan saling bertukar sapa dengan Beliau. Ketika ramah-tamah ini
berakhir, ia duduk di satu sisi. Kemudian Sang Bhagav bertanya kepadanya: Uttara,
apakah Brahmana Prsariya mengajarkan pengembangan indria-indria kepada para
siswanya?

Benar, Guru Gotama.

Tetapi, Utara, bagaimanakah ia mengajarkan pengembangan indria-indria kepada
para siswanya?

Di sini, Guru Gotama, seseorang tidak melihat bentuk-bentuk dengan mata, ia tidak
mendengar suara-suara dengan telinga. Demikianlah Brahmana Prsariya
mengajarkan pengembangan indria-indria kepada para siswanya.

Kalau begitu, Uttara, maka orang buta dan orang tuli memiliki indria-indria
terkembang, menurut apa yang dikatakan oleh Brahmana Prsariya. Karena orang
buta tidak melihat bentuk-bentuk dengan mata, dan orang tuli tidak mendengar suara-
suara dengan telinga.

Ketika hal ini dikatakan, murid brahmana Uttara, siswa Prsariya, duduk diam,
cemas, dengan bahu terkulai dan kepala menunduk, muram, dan tidak menjawab.

4. Kemudian, mengetahui hal ini, Sang Bhagav berkata kepada Yang Mulia nanda:
nanda, Brahmana Prsariya mengajarkan pengembangan indria-indria kepada para
siswanya dalam satu cara, tetapi dalam Disiplin Yang Mulia pengembangan indria-
indria yang tertinggi adalah bukan seperti itu.
1352


Sekarang adalah waktunya, Sang Bhagav, sekarang adalah waktunya, Yang
Sempurna, bagi Sang Bhagav [299] untuk mengajarkan Dhamma. Setelah
mendengarnya dari Sang Bhagav, para bhikkhu akan mengingatnya.

Maka dengarkanlah, nanda, dan perhatikanlah pada apa yang akan Kukatakan.

Baik, Yang Mulia, ia menjawab. Sang Bhagav berkata sebagai berikut:

4. Sekarang, nanda, bagaimanakah pengembangan indria-indria yang tertinggi
dalam Disiplin Yang Mulia? Di sini, nanda, ketika seorang bhikkhu melihat suatu
bentuk dengan mata, di sana muncul dalam dirinya apa yang menyenangkan, di sana
muncul apa yang tidak menyenangkan, di sana muncul apa yang menyenangkan dan
tidak menyenangkan.
1353
Ia memahami sebagai berikut: Di sana telah muncul padaku
apa yang menyenangkan, di sana muncul apa yang tidak menyenangkan, di sana
muncul apa yang menyenangkan dan tidak menyenangkan. Tetapi hal itu adalah
terkondisi, kasar, muncul bergantungan; ini adalah damai, ini adalah luhur, yaitu,
keseimbangan. Apa yang menyenangkan, apa yang tidak menyenangkan, dan apa
yang menyenangkan dan tidak menyenangkan yang muncul menjadi lenyap dalam
dirinya dan keseimbangan ditegakkan.
1354
Seperti halnya seseorang yang
berpenglihatan baik, setelah membuka matanya seketika menutupnya kembali atau
setelah menutup matanya seketika membukanya kembali, demikian pula sehubungan
dengan segala sesuatu, apa yang menyenangkan, apa yang tidak menyenangkan, dan
apa yang menyenangkan dan tidak menyenangkan yang muncul menjadi lenyap
dengan cepat dan mudah, dan keseimbangan ditegakkan. Ini disebut pengembangan
indria-indria yang tertinggi dalam Disiplin Yang Mulia sehubungan dengan bentuk-
bentuk yang dikenali oleh mata.
1355


5. Kemudian, nanda, ketika seorang bhikkhu mendengar suatu suara dengan
telinga, di sana muncul dalam dirinya apa yang menyenangkan, di sana muncul apa
yang tidak menyenangkan, di sana muncul apa yang menyenangkan dan tidak
menyenangkan. Ia memahami sebagai berikut dan keseimbangan ditegakkan.
Seperti halnya seorang kuat dapat dengan mudah menjentikkan jarinya, demikian pula
sehubungan dengan segala sesuatu, apa yang menyenangkan, apa yang tidak
menyenangkan, dan apa yang menyenangkan dan tidak menyenangkan yang muncul
menjadi lenyap dengan cepat dan mudah, dan keseimbangan ditegakkan. Ini disebut
pengembangan indria-indria yang tertinggi dalam Disiplin Yang Mulia sehubungan
dengan suara-suara yang dikenali oleh telinga.

6. Kemudian, nanda, ketika seorang bhikkhu mencium suatu bau dengan hidung, di
sana muncul dalam dirinya apa yang menyenangkan, di sana muncul apa yang tidak
menyenangkan, di sana muncul apa yang menyenangkan dan tidak menyenangkan. Ia
memahami sebagai berikut dan keseimbangan ditegakkan. Seperti halnya [300]
tetesan air hujan di atas daun teratai yang miring akan bergulir turun dan tidak
berdiam di sana, demikian pula sehubungan dengan segala sesuatu, apa yang
menyenangkan, apa yang tidak menyenangkan, dan apa yang menyenangkan dan
tidak menyenangkan yang muncul menjadi lenyap dengan cepat dan mudah, dan
keseimbangan ditegakkan. Ini disebut pengembangan indria-indria yang tertinggi
dalam Disiplin Yang Mulia sehubungan dengan bau-bauan yang dikenali oleh hidung.

7. Kemudian, nanda, ketika seorang bhikkhu mengecap suatu rasa kecapan dengan
lidah, di sana muncul dalam dirinya apa yang menyenangkan, di sana muncul apa
yang tidak menyenangkan, di sana muncul apa yang menyenangkan dan tidak
menyenangkan. Ia memahami sebagai berikut dan keseimbangan ditegakkan.
Seperti halnya seorang kuat dapat dengan mudah meludahkan gumpalan ludah yang
terkumpul di ujung lidahnya, demikian pula sehubungan dengan segala sesuatu, apa
yang menyenangkan, apa yang tidak menyenangkan, dan apa yang menyenangkan
dan tidak menyenangkan yang muncul menjadi lenyap dengan cepat dan mudah, dan
keseimbangan ditegakkan. Ini disebut pengembangan indria-indria yang tertinggi
dalam Disiplin Yang Mulia sehubungan dengan rasa kecapan yang dikenali oleh
lidah.

8. Kemudian, nanda, ketika seorang bhikkhu menyentuh suatu objek sentuhan
dengan badan, di sana muncul dalam dirinya apa yang menyenangkan, di sana muncul
apa yang tidak menyenangkan, di sana muncul apa yang menyenangkan dan tidak
menyenangkan. Ia memahami sebagai berikut dan keseimbangan ditegakkan.
Seperti halnya seorang kuat dapat dengan mudah merentangkan lengannya yang
tertekuk atau menekuk lengannya yang terentang, demikian pula sehubungan dengan
segala sesuatu, apa yang menyenangkan, apa yang tidak menyenangkan, dan apa yang
menyenangkan dan tidak menyenangkan yang muncul menjadi lenyap dengan cepat
dan mudah, dan keseimbangan ditegakkan. Ini disebut pengembangan indria-indria
yang tertinggi dalam Disiplin Yang Mulia sehubungan dengan objek-objek sentuhan
yang dikenali oleh badan.

9. Kemudian, nanda, ketika seorang bhikkhu mengenali suatu objek pikiran dengan
pikiran, di sana muncul dalam dirinya apa yang menyenangkan, di sana muncul apa
yang tidak menyenangkan, di sana muncul apa yang menyenangkan dan tidak
menyenangkan. Ia memahami sebagai berikut dan keseimbangan ditegakkan.
Seperti halnya seseorang menjatuhkan setetes atau dua tetes air ke atas sebuah
piringan besi yang telah dipanaskan sepanjang hari, jatuhnya tetesan air mungkin
lambat tetapi air itu akan dengan cepat menguap dan lenyap,
1356
demikian pula
sehubungan dengan segala sesuatu, apa yang menyenangkan, apa yang tidak
menyenangkan, dan apa yang menyenangkan dan tidak menyenangkan yang muncul
menjadi lenyap dengan cepat dan mudah, dan keseimbangan ditegakkan. Ini disebut
pengembangan indria-indria yang tertinggi dalam Disiplin Yang Mulia sehubungan
dengan objek-objek pikiran yang dikenali oleh pikiran.

Itu adalah bagaimana pengembangan indria-indria yang tertinggi dalam Disiplin
Yang Mulia.

10. Dan bagaimanakah, nanda, seseorang adalah seorang siswa dalam latihan yang
lebih tinggi, seorang yang telah memasuki sang jalan? Di sini, nanda, ketika seorang
bhikkhu melihat suatu bentuk dengan mata [301] mendengar suatu suara dengan
telinga mencium suatu bau dengan hidung mengecap suatu rasa kecapan dengan
lidah menyentuh suatu objek sentuhan dengan badan mengenali suatu objek
pikiran dengan pikiran, di sana muncul dalam dirinya apa yang menyenangkan, di
sana muncul apa yang tidak menyenangkan, di sana muncul apa yang menyenangkan
dan tidak menyenangkan; ia muak, malu, dan jijik dengan apa yang menyenangkan
yang muncul, dengan apa yang tidak menyenangkan yang muncul, dan dengan apa
yang menyenangkan dan tidak menyenangkan yang muncul.
1357
Itu adalah bagaimana
seseorang adalah seorang siswa dalam latihan yang lebih tinggi, seorang yang telah
memasuki sang jalan

11-16. Dan bagaimanakah, nanda, seseorang adalah seorang mulia dengan indria-
indria terkembang?
1358
Di sini, nanda, ketika seorang bhikkhu melihat suatu bentuk
dengan mata mendengar suatu suara dengan telinga mencium suatu bau dengan
hidung mengecap suatu rasa kecapan dengan lidah menyentuh suatu objek
sentuhan dengan badan mengenali suatu objek pikiran dengan pikiran, di sana
muncul dalam dirinya apa yang menyenangkan, di sana muncul apa yang tidak
menyenangkan, di sana muncul apa yang menyenangkan dan tidak menyenangkan.
1359

Jika ia berkehendak: Semoga aku berdiam dengan mempersepsikan ketidak-jijikan
dalam kejijikan, maka ia berdiam dengan mempersepsikan ketidak-jijikan dalam
kejijikan. Jika ia berkehendak: Semoga aku berdiam dengan mempersepsikan
kejijikan dalam ketidak-jijikan, maka ia berdiam dengan mempersepsikan kejijikan
dalam ketidak-jijikan. Jika ia berkehendak: Semoga aku berdiam dengan
mempersepsikan ketidak-jijikan dalam kejijikan dan ketidak-jijikan, maka ia berdiam
dengan mempersepsikan ketidak-jijikan dalam hal itu. Jika ia berkehendak: Semoga
aku berdiam dengan mempersepsikan kejijikan dalam ketidak-jijikan dan kejijikan,
maka ia berdiam dengan mempersepsikan kejijikan dalam hal itu. Jika ia
berkehendak: Semoga aku, dengan menghindari kejijikan dan ketidak-jijikan, [302]
berdiam dalam keseimbangan, penuh perhatian dan penuh kewaspadaan, maka ia
berdiam dalam keseimbangan, penuh perhatian dan penuh kewaspadaan.
1360
Itu
adalah bagaimana seseorang adalah seorang mulia dengan indria-indria terkembang.

17. Demikianlah, nanda, pengembangan indria-indria yang tertinggi dalam Disiplin
Yang Mulia telah diajarkan olehKu, siswa dalam latihan yang lebih tinggi yang telah
memasuki sang jalan telah diajarkan olehKu, dan seorang mulia dengan indria-indria
terkembang telah diajarkan olehKu.

18. Apa yang harus dilakukan untuk para siswaNya demi belas kasih seorang guru
yang mengusahakan kesejahteraan mereka dan memiliki belas kasihan pada mereka,
telah Aku lakukan untukmu, nanda. Ada bawah pohon ini, gubuk kosong ini.
Bermeditasilah, nanda, jangan menunda atau engkau akan menyesalinya kelak. Ini
adalah instruksi kami kepadamu.

Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagav. Yang Mulia nanda merasa puas
dan gembira mendengar kata-kata Sang Bhagav.


SUTTA 101

922
Doktrin ini, yang di sini dianggap berasal dari para Jain, juga digunakan sebagai kritik oleh Sang
Buddha pada SN 36:21/iv.230-31 dan AN 3:61/i.173-74. Ajaran Sang Buddha mengakui keberadaan
perasaan yang bukan merupakan akibat dari perbuatan lampau melainkan suatu hal yang muncul
bersamaan dengan perbuatan sekarang, dan juga mengakui perasaan yang bukan aktif melalui kamma
juga bukan akibat kamma.

923
Dari sini hingga 5, Kalau begitu ..., juga terdapat pada MN 14.17-19, pernyataan dari Nigaha
Ntaputta, yang pada MN 14.17 memperkenalkan posisi Nigaha, di sini adalah lanjutannya, pada
10, sebagai pembenaran para Nigaha atas pernyataan mereka.

924
Seperti pada MN 95.14.

925
Tidaklah selayaknya bagi mereka untuk membuat pernyataan itu karena pengerahan keras
mereka, yaitu, praktik pertapaan mereka, adalah penyebab perasaan menyakitkan mereka itu, seperti
yang disebutkan oleh Sang Buddha pada 15.

926
Ini adalah ungkapan teknis bagi perbuatan yang masak dalam kehidupan ini.

927
MA: Suatu perbuatan [yang akibatnya] harus dialami dalam [pribadi] yang matang adalah
sinonim untuk suatu pernuatan [yang akibatnya] harus dialami di sini dan saat ini. Suatu perbuatan
[yang akibatnya] harus dialami dalam [pribadi] yang belum matang adalah sinonim untuk suatu
pernuatan [yang akibatnya] harus dialami dalam kehidupan berikutnya. Tetapi sebuah ketentuan
diberikan sebagai berikut: Perbuatan apapun yang menghasilkan akibat dalam kehidupan yang sama
adalah perbuatan yang akibatnya harus dialami di sini dan saat ini, tetapi hanya suatu perbuatan yang
menghasilkan akibatnya dalam tujuh hari yang disebut sebagai perbuatan yang akibatnya harus dialami
dalam pribadi yang matang.


928
Ini adalah perbuatan yang tidak memperoleh kesempatan untuk menghasilkan akibatnya dan dengan
demikian menjadi padam.

929
Issaranimmnahetu. Doktrin Theis yang dikritik oleh Sang Buddha dalam AN 3:61/i.174.

930
Sangatibhbahetu. Ini menyinggung doktrin dari Makkhali Gosla, yang dikritik secara panjang-
lebar dalam MN 60.21 dan AN 3:61/i.175.

931
Abhijtihetu. Ini juga merujuk pada prinsip Makkhali Gosla.

932
Ini adalah formulasi Jalan Tengah dari Sang Buddha, yang menghindari ekstrim penyiksaan diri
tanpa terjatuh pada ekstrim lainnya yaitu ketergila-gilaan pada kenikmatan indria.

933
MA menjelaskan sumber penderitaan sebagai ketagihan, disebut demikian karena merupakan akar
penderitaan yang terdapat dalam kelima kelompok unsur kehidupan. Paragraf ini menunjukkan dua
pendekatan alternatif untuk mengatasi ketagihan yang satu menggunakan usaha yang gigih, yang
lainnya adalah keseimbangan yang terlepas. Peluruhan dari sumbernya diidentifikasikan oleh MA
sebagai jalan lokuttara. Paragraf ini dikatakan mengilustrasikan praktik dari seseorang yang berjalan
pada jalan yang menyenangkan dengan pengetahuan langsung yang cepat (sukhapaipad
khippbhi).

934
Paragraf ini bertujuan untuk menunjukkan alasan Sang Buddha memperbolehkan para bhikkhu
menjalani praktik pertapaann (dhutanga): penggunaan pertapaan keras yang secukupnya adalah
membantu untuk mengatasi kekotoran; tetapi itu dijalani bukan untuk menghapuskan kamma lampau
dan untuk memurnikan jiwa, seperti yang dipercaya oleh para petapa Jain dan petapa lainnya. MS
mengatakan bahwa paragraf ini mengilustrasikan praktik dari seorang yang berjalan pada jalan yang
sulit dengan pengetahuan langsung yang lambat (dukkhapaipad dandhbhi).

SUTTA 102

935
Sutta ini adalah padanan dengan panjang menengah dari Brahmajla Sutta yang lebih panjang, yang
terdapat dalam Digha Nikya dan diterbitkan dalam terjemahannya dengan komentarnya dalam Bodhi,
Discourse on the All-Embracing Net of Views. Penjelasan terperinci pada hampir seluruh pandangan
yang disebutkan dalam sutta ini dapat dibaca dalam Pendahuluan dan Bagian ke dua buku tersebut.
Ada terjemahan Tibet atas Pacatraya Stra, padanan dari teks ini yang berasal dari aliran
Mlasarvstivda, yang bukunya dituliskan dalam Skt. Teks ini dibahas oleh Peter Skilling dalam
Mahstras II, pp. 469-511. Skilling menggaris-bawahi perbedaan menarik antara versi teks ini dan
versi Pali.

936
Skilling menunjukkan bahwa Pacatraya versi Tibet, menyatakan Nirva di sini dan saat ini tidak
termasuk dalam pandangan akan masa depan melainkan merupakan kelompok terpisah. Brahmajla
Sutta menempatkan pernyataan Nibbna tertinggi di sini dan saat ini di antara pandangan-pandangan
akan masa depan, tetapi penataan dalam versi Tibet tampaknya lebih logis.

937
Dalam Brahmajla Sutta keenam belas variasi pandangan ini disebutkan, delapan yang terdapat di
sini dan dua tetrad lainnya: diri sebagai terbatas, tidak terbatas, keduanya, dan bukan keduanya; dan
diri sebagai mengalami kenikmatan luar biasa, kesakitan luar biasa, gabungan keduanya, dan bukan
keduanya. Dalam sutta sekarang ini kedua tetrad ini dimasukkan ke dalam spekulasi tentang masa
lampau pada 14, tetapi pada SN 24:37-44/iii.219-20 dijelaskan sebagai diri setelah kematian.

938
Jelas, bahwa dalam daftar di atas pandangan-pandangan diri sebagai tanpa materi, memiliki persepsi
kesatuan, dan memiliki persepsi tanpa batas adalah berdasarkan pada pencapaian landasan ruang tanpa
batas. M menjelaskan kasia-kesadaran sebagai landasan kesadaran tanpa batas, menyebutkan bahwa
para penganut teori ini menyatakan landasan itu sebagai diri.

939
Persepsi di dalam meditasi tanpa materi ke tiga landasan kekosongan adalah yang paling halus
dari semua persepsi duniawi. Walaupun masih ada jenis persepsi dalam pencapaian tanpa materi ke
empat, ini begitu halusnya sehingga tidak lagi layak disebut sebagai persepsi.


940
MA menuliskan sebagai berikut: Semua jenis persepsi itu bersama dengan pandangan-pandangan
adalah terkondisi, dan karena terkondisi, maka kasar. Tetapi karena ada Nibbna, yang disebut
lenyapnya bentukan-bentukan, yaitu, bentukan-bentukan yang terkondisi. Setelah mengetahui, Ada hal
ini, yaitu ada Nibbna, dengan melihat jalan membebaskan diri dari yang terkondisi, maka Sang
Tathgata telah melampaui yang terkondisi itu.

941
Tetrad ke dua dari 3 dihilangkan di sini, karena diri dianggap sebagai tidak memiliki persepsi.
Dalam Brahmajla Sutta kedelapan variasi pandangan ini disebutkan, empat ini ditambah tetrad
terbatas-tidak terbatas.

942
MA menunjukkan bahwa pernyataan ini dibuat dengan merujuk pada alam-alam kehidupan di mana
terdapat seluruh kelima kelompok unsur kehidupan. Dalam alam tanpa-materi kesadaran ada tanpa
kelompok unsur bentuk-materi, dan dalam alam tanpa-persepsi ada bentuk-materi tetapi tanpa
kesadaran. Tetapi kesadaran tidak pernah ada tanpa ketiga kelompok unsur batin lainnya.

943
Brahmajla Sutta menyebutkan delapan variasi pandangan ini, empat ini ditambah tetrad terbatas-
tidak terbatas.

944
Sammoha, di sini jelas memiliki makna berbeda dari kebingungan atau delusi seperti biasanya.

945
MA menjelaskan kata majemuk dihasutamutavitabha sebagai bermakna apa yang dikenali
sebagai terlihat, terdengar, dan tercerap dan menganggapnya merujuk pada pengenalan pintu indria.
Akan tetapi, hal ini juga dapat merupakan seluruh pengenalan pintu pikiran yang lebih kasar. Untuk
memasuki pencapaian tanpa materi ke empat, semua bentukan batin yang biasa yang terlibat dalam
proses pengenalan lainnya harus diatasi, karena keberadaannya adalah rintangan untuk memasuki
pencapaian ini. Karena itu ini disebut tidak memiliki persepsi (neva sai).

946
Sasankhrvasesasampatti. Di dalam pencapaian tanpa materi ke empat masih ada sisa-sisa
bentukan batin yang sangat halus, karena itu disebut bukan tidak memiliki persepsi (nsai).

947
Brahmajla menjelaskan tujuh jenis nihilisme, di sini seluruhnya dikelompokkan menjadi satu.

948
Ketakutan dan kejijikan pada identitas adalah suatu aspek vibhavatah, ketagihan pada
ketiadaan. Pandangan nihilis yang karenanya ketakutan dan kejijikan pada identitas ini muncul masih
melibatkan suatu identifkasi sebagai diri diri yang nusnah pada saat kematian dan dengan demikian,
terlepas dari penyangkalan ini, hal ini mengikat si penganutnya pada lingkaran kehidupan.

949
Sejauh ini hanya empat dari lima kelompok spekulasi tentang masa depan yang telah dianalisa,
namun Sang Buddha berkata seolah-olah semuanya telah dijelaskan. MA berusaha untuk memecahkan
persoalan ini dengan menjelaskan bahwa pernyataan Nibbna di sini dan saat ini tercakup dalam
memiliki persepsi kesatuan dan memiliki persepsi keberagaman dalam 3. akan tetapi, penjelasan
ini tidak meyakinkan. m, dalam Ms, menambahkan judul Nibbna di sini dan saat ini sebelum 17-
21 yang tampaknya bersesuaian dengan empat terakhir dari lima doktrin Nibbna di sini dan saat ini
dalam Brahmajla. Akan tetapi, interpretasi ini sepertinya dilawan oleh 13 dan oleh frasa yang
digunakan dalam 17, 19, dan 21, dengan melepaskan pandangan-pandangan tentang masa lampau
dan masa depan, yang mengeluarkan doktrin Nibbna di sini dan saat ini dari pandangan-pandangan
tentang masa depan (walaupun ditempatkan di antara pandangan-pandangan demikian dalam
pembukaan). Persoalan ini tampaknya tidak dapat dipecahkan, dan memunculkan kecurigaan bahwa
teks telah mengalami perubahan hingga tingkat tertentu dalam penyampaian lisan. Penambahan
pandangan-pandangan temtang masa lampau persis di bawah juga menimbulkan persoalan. Bukan
hanya karena pandangan-pandangan itu tidak disebutkan dalam pembukaan, tetapi penempatan yang
masa lampau setelah yang masa depan membalikkan urutan waktu yang normal. Skilling beranggapan
bahwa paragraf ini adalah bagian dari komentar lisan dari sutta ini yang, pada titik tertentu, terserap ke
dalam teks.

950
Pandangan ini memasukkan seluruh empat pandangan eternalis yang berspekulasi tentang masa
lampau yang disebutkan dalam Brahmajla.


951
Karena ini adalah pandangan yang nerujuk pada masa lampau, dapat dianggap menyiratkan bahwa
pada titik tertentu di masa lampau diri dan dunia muncul secara spontan dari ketiadaan. Demikianlah
ini terdiri dari dua doktrin asal-mula yang terjadi secara kebetulan dari Brahmajla, seperti pendapat
MA.

952
Ini memasukkan keempat jenis eternalisme sebagian.

953
Ini dapat memasukkan keempat jenis pengelakan tanpa akhir atau geliat-belut pada Brahmajla.

954
Pandangan-pandangan 5-8 bersesuaian persis dengan empat pandangan perpanjangan dari
Brahmajla.

955
Kedelapan pandangan (9-16) adalah, dalam Brahmajla, termasuk di dalam doktrin-doktrin yang
memiliki persepsi keabadian yang terdapat dalam kelompok spekulasi tentang masa depan.

956
Yaitu, mereka harus menerima doktrin mereka di atas suatu dasar selain pengetahuan, yang
melibatkan kepercayaan atau penalaran. Pada MN 95.14, dikatakan bahwa kelima dasar pendirian ini
menghasilkan kesimpulan yang dapat terbukti benar atau salah.

957
MA: ini sebenarnya bukanlah pengetahuan melainkan pemahaman keliru; demikianlah ini
dinyatakan sebagai kemelekatan pada pandangan-pandangan.

958
MA mengatakan bahwa pada titik ini keseluruh enam puluh dua pandangan yang dijelaskan dalam
Brahmajla Sutta telah dicantumkan, namun sutta ini bahkan memiliki jangkauan yang lebih luas
karena memasukkan penjelasan atas pandangan identitas (paling jelas pada 24).

959
Bagian judul ini, dan huruf Romawi berikutnya V, ditambahkan oleh m dengan anggapan bahwa
paragraf ini menyajikan doktrin Nibbna di sini dan saat ini, yang disebutkan tetapi tidak dijelaskan
sebelumnya.

960
MA: Bagian ini dimaksudkan untuk menunjukkan bagaimana keseluruhan enam puluh dua
pandangan spekulatif muncul di atas pandangan identitas.

961
Paviveka pti. Ini merujuk pada dua jhna pertama, di mana pti termasuk.

962
MA menjelaskan bahwa ini adalah kesedihan yang disebabkan oleh kehilangan jhna. Kesedihan ini
tidak muncul segera saat lenyapnya jhna, melainkan setelah perenungan atas lenyapnya.

963
Nirmisa sukha. Ini adalah kenikmatan jhna ke tiga.

964
Jhna ke empat.

965
Santoham asmi, nibbutoham asmi, anupdnoham asmi. Dalam Pali ungkapan aham asmi, aku,
mengungkapkan bahwa ia masih terlibat dengan kemelekatan, seperti yang akan ditunjukkan oleh Sang
Buddha.

966
MA menganggap ini sebagai kiasan dari pandangan identitas. Demikianlah ia masih melekati suatu
pandangan.

967
MA di tempat lain menyebutkan ungkapan kebebasan melalui ketidak-melekatan (anupda
vimokkha) menyiratkan Nibbna, tetapi di sini ini berarti pencapaian buah Kearahattaan.

968
Brahmajla Sutta juga menunjuk pada pemahamanan asal-mula, dan seterusnya atas keenam
landasan kontak sebagai jalan untuk melampaui segala pandangan.

SUTTA 103


969
Bhavbhavahetu. MA: Apakah engkau berpendapat bahwa Beliau mengajarkan Dhamma sebagai
cara untuk memperoleh jasa sehingga Beliau dapat mengalami kebahagiaan dalam kondisi makhluk ini
atau [yang lebih tinggi]?

970
Abhidhamma. MA mengatakan bahwa ini merujuk pada tiga puluh tujuh bantuan pada pencerahan
yang disebutkan dalam paragraf sebelumnya. Baca n.362.

971
Makna (attha) dan kata-kata (byajana) adalah dua aspek Dhamma yang diajarkan oleh Sang
Buddha. Paragraf berikut ini, 5-8, harus dibandingkan dengan DN 29.18-21/iii.128-29, yang juga
mengungkapkan kepedulian pada pelestarian makna dan kata-kata yang benar dari Dhamma.

972
Pernyataan ini dibuat karena sedikit penyimpangan dari kata-kata yang sebenarnya tidak harus
merupakan rintangan bagi pemahaman benar akan makna. Tetapi di tempat lain (misalnya, AN
2:20/i.59) Sang Buddha menunjukkan bahwa ungkapan salah dari kata-kata dan interpretasi salah dari
makna adalah dua faktor yang bertanggung jawab atas distorsi dan lenyapnya Dhamma sejati.

973
Prinsip umum yang mendasari 10-14 adalah sebagai berikut: jika bhikkhu yang melanggar dapat
direhabilitasi, maka terlepas dari apakah hal itu akan melukainya atau seseorang akan mengalami
kerepotan, maka ia harus berusaha untuk memperbaikinya. Tetapi jika ia tidak dapat direhabilitasi,
maka seseorang seharusnya hanya mempertahankan keseimbangannya sendiri.

974
Sang Petapa (samaa) dikemas oleh MA dengan satth, Sang Guru, yang merujuk pada Sang
Buddha. Penggunaan kata yang serupa terdapat pada MN 105/18,21.

975
Hal itu (dhamma) yang dimaksudkan, menurut MA, adalah pertengkaran.

SUTTA 104

976
Pembukaan sutta ini sama dengan pembukaan sutta DN 29, yang juga menekankan pada pelestarian
kerukunan dalam Sangha setelah Sang Buddha meninggal dunia.

977
MA: Altar dan perlindungan adalah Nigaha Ntaputta, yang saat itu telah mati.

978
Samaera Cunda adalah adik dari YM. Sriputta.

979
Bahkan selagi Sang Buddha masih hidup perselisihan telah terjadi di antara para bhikkhu di
Kosambi, merujuk pada MN 48.2.

980
Ini adalah perselisihan tentang Jalan Mulia Berunsur Delapan atau bantuan menuju pencerahan
lainnya.

981
Empat pasang pertama ini termasuk dalam ketidak-sempurnaan yang mengotori pikiran pada MN
7.3

982
Adhikaraa. Horner menerjemahkan pertanyaan-pertanyaan resmi. Dibahas secara panjang lebar
pada Vin Cv Kh 4/Vin ii.88-93; baca Horner, Book of the Discipline, 5:117-25. secara singkat, perkara
karena perselisihan (vivddhikaraa) muncul ketika para bhikkhu berselisih tentang Dhamma dan
Disiplin; perkara karena tuduhan (anuvddhikaraa) ketika para bhikkhu menuduh seorang bhikkhu
melakukan pelanggaran atas peraturan-peraturan monastik; perkara karena pelanggaran
(pattdhikaraa) ketika seorang bhikkhu yang telah melakukan pelanggaran mencari cara untuk
membebaskan diri dari pelanggaran itu; dan perkara sehubungan dengan prosedur (kiccdhikaraa)
sehubungan dengan pelaksanaan fungsi formal Sangha.

983
Adhikaraasamatha. Dibahas secara terperinci dalam Vin Cv Kh 4. bagaimana ketujuh cara
penyelesaian ini diberlakukan bagi pemecahan keempat jenis perkara ini dibahas dalam Vin ii.93-104;
baca Horner, Book of the Discipline, 5:125-40.

984
Sammukhvinaya. Horner menerjemahkan keputusan yang dihadiri oleh. Pada Vin ii.93, ini
dijelaskan sebagai konfrontasi dengan (atau di hadapan) Sangha, Dhamma, Disiplin, dan individu-

individu yang berselisih. Jenis penyelesaian ini berlaku pada seluruh empat jenis perkara ini, dengan
perbedaan minor dalam formulasi.

985
Dhammanetti samanumajjitabb. MA memberikan sebagai contoh dhammanetti adalah sepuluh
perbuatan bermanfaat dan tidak bermanfaat, tetapi mengatakan bahwa di sini Dhamma dan Disiplin itu
sendiri yang dimaksudkan.

986
Sativinaya. Horner menerjemahkan keputusan tidak bersalah. Pada Vin ii.80, dikatakan bahwa ini
diberikan ketika seorang bhikkhu adalah bersih dan tanpa pelanggaran dan ia dituduh melakukan
pelanggaran; ia harus memohon agar Sangha memberikan kepadanya keputusan demikian dengan cara
memohon dengan mengingat perilakunya secara lengkap dan benar.

987
Suatu pelanggaran yang melibatkan kekalahan, pelanggaran prjika, mengharuskan pengusiran
dari Sangha. Suatu pelanggaran yang berbatasan dengan kekalahan adalah pelanggaran sanghdisesa,
yang memerlukan sidang resmi Sangha dan suatu periode hukuman sementara, atau tahap awal yang
mengarah pada pelanggaran prjika. Saya mengikuti BBS dan SBJ, dengan seorang bhikkhu sebagai
yang menuduh, bukan seperti PTS, yang menggunakan bentuk jamak. Demikian pula yang di bawah.

988
Amhavinaya. Suatu keputusan ketidak-warasan masa lalu diberikan jika seorang bhikkhu
melakukan pelanggaran selama masa kegilaan. Kriteria yang menentukan ketidak-warasan adalah
bahwa ia tidak dapat mengingat perilakunya selama masa yang karenanya keputusan itu dimohon.

989
Prosedur yang dijelaskan adalah metode yang ditetapkan yang mana seorang bhikkhu memperoleh
kebebasan atas pelanggarannya ketika ia jatuh ke dalam pelanggaran apapun yang dapat dimurnikan
melalui pengakuan.

990
Ppiyysika. Horner menerjemahkan keputusan atas keburukan tertentu, keputusan ini dijatuhkan
pada seorang bhikkhu yang merupakan seorang penyebab perselisihan dan pertengkaran dalam Sangha,
yang bodoh dan banyak melakukan pelanggaran, atau yang hidup dengan pergaulan yang tidak
sepantasnya dengan para perumah tangga.

991
Tiavatthraka. Ini berarti penyelesaian tercapai ketika Sangha telah terlibat dalam perselisihan
yang dalam perjalanannya para bhikkhu melakukan banyak pelanggaran minor. Karena untuk
memproses pelanggaran-pelanggaran ini dapat memperpanjang konflik, maka pelanggaran-pelanggaran
itu dibersihkan dengan cara-cara yang dijelaskan dalam sutta ini. MA menjelaskan bahwa metode ini
bagaikan menaburkan rumput di atas kotoran sapi untuk menghilangkan baunya. Demikianlah asal
namanya menutup dengan rumput.

992
Pelanggaran-pelanggaran yang memerlukan teguran serius adalah pelanggaran-pelanggaran dalam
kelompok prjika dan sanghdisesa. Pelanggaran yang berhubungan dengan umat awam adalah
kasus-kasus di mana seorang bhikkhu mencela dan merendahkan para perumah tangga.

993
Seperti pada MN 48.6.

994
Pada MN 21.21, ini dikatakan sehubungan dengan perumpamaan gergaji.

SUTTA 105

995
Baca MN 12 dan n.177.

996
Adhimnena. MA: mereka menyatakan ini karena keangkuhan, menganggap mereka telah mencapai
apa yang belum mereka capai.

997
MA: Untuk menyatakan tingkat pencapaian mereka.

998
MA: Karena mereka termotivasi oleh keinginan, pikiran Sang Tathgata untuk mengajarkan
Dhamma, yang muncul terhadap para praktisi sejati, menjadi berubah (yaitu, memudar).

999
Lokmisa. Ini adalah lima utas kenikmatan indria.


1000
neja (BBS); naja (PTS). Ini adalah istilah teknis untuk pencapaian-pencapaian meditatif dari
jhna ke empat melalui empat pencapaian tanpa materi. Tetapi karena dua pencapaian tanpa materi
yang tertinggi dibahas secara terpisah, sepertinya bahwa dalam sutta ini hanya jhna ke empat dan dua
pencapaian tanpa materi yang lebih rendah yang dimaksudkan sebagai ketanpa-gangguan.

1001
Sang Buddha.

1002
Membaca sama seperti BBS, evamni assa atatha samna. CPD menyarankan atatha
samna mungkin berbentuk akusatif absolut. Paragraf ini merujuk kembali kepada persoalan terlalu
tinggi menilai diri sendiri yang dengannya khotbah dimulai.

1003
Saya mengikuti PTS di sini, yang tulisannya sepertinya didukung oleh semua versi sebelum BBS.
Karena ahli bedah melambangkan Sang Tathgata, dan teks tidak dapat menganggap bahwa Sang
Buddha melakukan kesalahan penilaian, BBS mempertahankan penerapan keras atas perumpamaan ini
dan telah mengkoreksi teks dengan tulisan sa-updiseso ti jnamno. Saya mengikuti tulisan ini
dalam edisi pertama, tetapi sekarang yakin bahwa itu adalah kesalahan pada BBS dalam mengubah teks
yang diterima; penulisan secara paralel keras dalam penerapan perumpamaan adalah tidak seharusnya.
Seluruh edisi menuliskan janamno sebagai kata kerja dalam versi berlawanan dari perumpamaan di
bawah. Di mana PTS menuliskan ala di bawah, kita harus membaca anala sama seperti BBS dan
SBJ, yang juga didukung oleh kemasan dalam MA.

1004
Pelanggaran apapun dalam dua kelompok, prjika dan sanghdisesa; baca n.987. Analogi ini sulit
diterapkan dengan tepat, karena jika ketagihan dan ketidak-tahuan telah benar-benar dilenyapkan
dalam dirinya dengan hanya sisa-sisa yang tertinggal, maka bhikkhu itu adalah seorang sekha; namun
tidak mungkin bahwa seorang sekha dapat meninggalkan latihan atau melakukan pelanggaran yang
mengotori. Sepertinya dalam kasus ini analogi ini harus diterapkan secara longgar, dan bhikkhu itu
harus dipahami sebagai seorang yang secara keliru membayangkan bahwa ketagihan dan ketidak-
tahuan telah dilenyapkan dalam dirinya.

1005
Baca MN 66.17. MA: Arahant, terbebaskan dalam Nibbna, hencurnya ketagihan [dengan
menggunakannya] sebagai objek, tidak akan pernah mengarahkan tubuhnya atau membangkitkan
pikirannya untuk melibatkan diri dalam kelima utas kenikmatan indria.

1006
Seperti pada MN 46.19. Saya mengikuti BBS dan SBJ, yang memasukkan
rasampannorasampanno, yang tidak terdapat dalam PTS.

SUTTA 106

1007
Baca n.1000. Di sini juga, kata ketanpa-gangguan tampaknya hanya merujuk pada jhna ke
empat dan dua pencapaian tanpa materi yang lebih rendah.

1008
MA mengatakan yang dimaksudkan adalah objek kenikmatan indria dan objek kekotoran indria.

1009
MA mengemas: setelah melampaui alam-indria dan setelah bertekad dalam pikiran dengan jhna
sebagai objeknya.

1010
MA menjelaskan frasa pikirannya memperoleh keyakinan dalam landasan ini berarti bahwa ia
mencapai pandangan terang yang ditujukan pada pencapaian Kearahattaan atau akses pada jhna ke
empat. Jika ia mencapai akses pada jhna ke empat, ini menjadi landasannya untuk mencapai ketanpa-
gangguan, yaitu, jhna ke empat itu sendiri. Tetapi jika ia memperoleh pandangan terang, maka ia
bertekad [untuk mencapainya] dengan kebijaksanaan dengan memperdalam pandangan terang untuk
mencapai Kearahattaan. Ungkapan tekad dengan kebijaksanaan dapat menjelaskan mengapa ada
begitu banyak bagian-bagian berikutnya dari sutta ini, walaupun yang memuncak pada pencapaian
sepanjang skala konsentrasi, diungkapkan dalam frasa yang sesuai bagi pengembangan pandangan
terang.

1011
MA menjelaskan bahwa paragraf ini menjelaskan proses kelahiran kembali dari seseorang yang
tidak mampu mencapai Kearahattaan setelah mencapai jhna ke empat. Kesadaran yang berkembang

(savattanika via) adalah kesadaran hasil yang dengannya seseorang terlahir kembali, dan ini
memiliki sifat ketanpa-gangguan yang sama dengan kesadaran formatif secara kamma yang dicapai
pada jhna ke empat. Karena itu adalah kesadaran jhna ke empat yang menentukan kelahiran kembali,
orang ini akan terlahir kembali dalam satu alam luhur yang bersesuaian dengan jhna ke empat.

1012
MA mengatakan bahwa ini adalah perenungan dari seseorang yang telah mencapai jhna ke empat.
Karena ia memasukkan bentuk materi di antara hal-hal yang harus dilampaui, jika ia mencapai ketanpa-
gangguan maka ia mencapai landasan ruang tanpa batas, dan jika ia tidak mencapai Kearahattaan maka
ia terlahir kembali di alam ruang tanpa batas.

1013
MA mengatakan bahwa ini adalah perenungan dari seseorang yang telah mencapai landasan ruang
tanpa batas. Jika ia mencapai ketanpa-gangguan, maka ia mencapai landasan kesadaran tanpa batas dan
ia terlahir kembali di alam itu jika ia tidak mencapai Kearahattaan.

1014
Ini adalah perenungan dari seseorang yang telah mencapai landasan kesadaran tanpa batas dan
bertujuan untuk mencapai landasan kekosongan.

1015
MA menyebutkan ini sebagai kekosongan dua sisi ketiadaan aku dan milikku dan
mengatakan bahwa ajaran landasan kekosongan ini dijelaskan lebih melalui pendangan terang daripada
konsentrasi, pendekatan ini digunakan pada bagian sebelumnya. Pada MN 43.33, perenungan ini
dikatakan mengarah menuju kebebasan pikiran melalui kehampaan.

1016
MA menyebut ini sebagai kehampaan empat sisi dan menjelaskan sebagai berikut: (i) ia tidak
melihat dirinya di manapun; (ii) ia tidak melihat dirinya sendiri yang dapat diperlakukan sebagai
sesuatu yang dapat dimiliki oleh orang lain, misalnya, saudara, teman, pelayan, dan sebagainya; (iii) ia
tidak melihat diri orang lain; (iv) ia tidak melihat diri orang lain yang dapat diperlakukan sebagai
sesuatu yang dimilikinya. Terdapat catatan dalam Ms oleh m: Ungkapan-ungkapan ini [dalam
paragraf ini dan paragraf berikutnya] sepertinya adalah slogan atau penggambaran stereotip dari
pencapaian kekosongan dan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi, terutama bagi non-Buddhis,
dan kadang-kadang digunakan sebagai landasan bagi pandangan jasmani-yang-ada [=identitas]. Baca
catatan 19 pada Vsm XXI,53 oleh m untuk pembahasan lebih lanjut dan referensi lainnya.

1017
MA mengemas: Jika lingkaran kamma belum terakumulasi olehku, maka sekarang tidak ada
bagiku lingkaran akibat; jika lingkaran kanma tidak terakumulasi olehku sekarang, maka di masa depan
tidak akan ada lingkaran akibat. Apa yang ada, apa yang telah terjadi adalah kelima kelompok unsur
kehidupan. Bagian pertama dari formula ini sekali lagi tampaknya adalah formulasi singkat dari
pandangan yang dianut oleh non-Buddhis. Beberapa sutta mengidentifikasikann ini sebagai suatu
ungkapan bagi pandangan Nihilis, yang diadaptasi oleh Sang Buddha dengan memberikan makna baru.
Untuk kemunculan formula ini di tempat lainnya, baca SN iii.55-56, 99, 183, 206; AN iv.69-72, v.63.

MA mengatakan bahwa ia memperoleh keseimbangan pandangan terang, tetapi dari 11 sepertinya
bahwa yang dimaksudkan adalah juga keseimbangan dari landasan bukan persepsi juga bukan bukan-
persepsi.

1018
Terdapat permainan kata di sini yang tidak dapat dengan sempurna dipadankan dalam terjemahan.
Kata kerja parnibbyati, diterjemahkan mencapai Nibbna, juga berlaku pada padamnya api. Dengan
demikian pencapaian Nibbna adalah padamnya api nafsu, kebencian, dan delusi. Updna,
kemelekatan, juga disebut sebagai bahan bakar yang dibutuhkan oleh api itu. Demikianlah kesadaran
berlanjut dalam lingkaran kelahiran kembali selama disokong oleh bahan bakar kemelekatan. Ketika
kekotoran-kekotoran padam, maka tidak ada lagi bahan bakar bagi kesadaran yang dapat dibakar, dan
dengan demikian bhikkhu yang tanpa kemelekatan padam oleh pencapaian Nibbna. Demikianlah
bahan bakar paling halus, yaitu objek kemelekatan yang paling halus (seperti yang diperlihatkan dalam
percakapan berikutnya), adalah landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi.

1019
MA: Ini dikatakan dengan merujuk pada kelahiran kembali dari seseorang yang mencapai landasan
bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi. Artinya adalah bahwa ia terlahir kembali dalam alam
kehidupan yang terbaik, tertinggi.


1020
Nissya nissya oghassa nitthara. MA: Sang Buddha telah menjelaskan menyeberangi banjir
bagi seorang bhikkhu yang menggunakan segala pencapaian dari jhna ke tiga hingga pencapaian tanpa
materi ke empat sebagai landasan (untuk mencapai Kearahattaan).

1021
MA: Pertanyaan nanda dimaksudkan untuk mendapatkan penjelasan dari Sang Buddha tentang
praktik dari meditator pandangan terang tanpa jhna (sukkhavipassaka), yang mencapai Kearahattaan
tanpa bergantung pada pencapaian jhna.

1022
Esa sakkyo yvat sakkyo. MA: ini adalah identitas pribadi secara keseluruhan lingkaran tiga
alam kehidupan; tidak ada identitas pribadi di luar ini.

1023
MA mengatakan bahwa yang dimaksudkan adalah Kearahattaan dari meditator pendangan terang
tanpa jhna. M menambahkan bahwa Kearahattaan disebut Keabadian karena memiliki rasa
Keabadian, karena dicapai dengan berlandaskan Nibbna Keabadian.

SUTTA 107

1024
MA: Adalah tidak mungkin membangun istana bertingkat tujuh dalam satu hari. Begitu lahan
dibersihkan, sejak saat fondasi dibangun hingga pekerjaan mengecat diselesaikan terdapat kemajuan
bertahap.

1025
Gaaka. Namanya berarti Moggallna si Akuntan.

1026
Baca MN 65.33

1027
Walaupun langkah-langkah praktik sebelumnya adalah suatu hal yang diperlukan bagi para
bhikkhu yang berlatih untuk mencapai Kearahattaan, namun hal-hal itu juga bermanfaat bagi para
Arahant dalam hal peranannya dalam kediaman yang nyaman di sini dan saat ini. MA
mengidentifikasi kediaman ini sebagai pencapaian buah Kearahattaan, dan menjelaskan bahwa
beberapa Arahant dapat memasuki buah dengan mudah pada setiap saat sementara yang lainnya harus
mengerahkan diri mereka dengan tekun untuk menjalani tahapan praktik untuk memasuki buah.

1028
Maggakkhy Tathgato. Bandingkan dengan Dhp 276: Engkau sendiri yang harus berusaha; Sang
Tathgata hanya menunjukkan jalan.

1029
Yang berikut ini sama seperti pada MN 5.32

1030
Paramajjadhammesu. MA: doktrin dari Gotama adalah yang terbaik, tertinggi, di antara ajaran-
ajaran masa itu ajaran-ajaran enam guru lainnya.

SUTTA 108

1031
MA mengatakan bahwa setelah relik-relik Sang Buddha dibagikan, Yang Mulia nanda datang ke
Rjagaha untuk membacakan Dhamma (pada Sidang Sangha pertama).

1032
Raja Pajjota adalah sahabat Raja Bimbisra dari Magadha, yang telah dibunuh oleh puteranya,
Ajtasattu. Menurut MA, Ajtasattu berpikir bahwa Raja Pajjota mungkin akan menuntut balas atas
pembunuhan sahabatnya.

1033
Baca DN 16.1.2-5/iii.72-76.

1034
Inti dari pernyataan ini adalah bahwa Sangha tidak diatur oleh penilaian pribadi anggota-
anggotanya melainkan oleh Dhamma dan aturan Disiplin yang ditetapkan oleh Sang Buddha. Dalam
hal ini para bhikkhu mengikuti instruksi terakhir Sang Buddha: Apa yang telah kuajarkan dan
Kujelaskan kepada kalian sebagai Dhamma dan Disiplin akan menjadi guru kalian setelah Aku
meninggal dunia. (DN. 16.6.1/ii.154).

1035
Baca n.525


SUTTA 109

1036
Hari ke lima belas dari setengah bulan. Baca n.59 dan n.809.

1037
MA menjelaskan bahwa bhikkhu ini adalah seorang Arahant dan guru dari enam puluh bhikkhu
lainnya yang menetap bersamanya di dalam hutan, berjuang dalam meditasi. Dengan tuntunan sang
guru, mereka telah mengembangkan berbagai pengetahuan pandangan terang namun tidak dapat
mencapai sang jalan dan buah. Oleh karena itu guru mereka membawa mereka pergi menghadap Sang
Buddha dengan harapan bahwa Beliau dapat menuntun mereka menuju pencapaian lokuttara. Sang
guru mengajukan pertanyaan, bukan karena ia memiliki keragu-raguan, melainkan untuk
menyingkirkan keragu-raguan murid-muridnya.

1038
Chandamlak. MA mengemas chanda menjadi tah, ketagihan, yang merupakan asal-mula
penderitaan yang terdapat dalam kelima kelompok unsur kehidupan.

1039
Seperti pada MN 44.6.

1040
Dalam kelompok unsur bentuk materi masing-masing dari empat unsur utama adalah kondisi bagi
ketiga lainnya dan bagi bentuk materi yang diturunkan. Kontak adalah kondisi bagi masing-masing dari
ketiga kelompok unsur yang pertengahan, seperti dikatakan: Dengan kontak seseorang merasakan;
dengan kontak seseorang mempersepsikan; dengan kontak seseorang berkehendak (SN 35:93/iv.68).
MA menjelaskan bahwa pada saat kehamilan, fenomena materi dan ketiga kelompok unsur batin
lainnya yang muncul adalah batin-jasmani yang menjadi kondisi bagi kesadaran kelahiran kembali.
Selama perjalanan kehidupan organ-organ indria fisik dan objek-objek indria bersama-sama dengan
ketiga kelompok unsur batin lainnya adalah batin-jasmani yang menjadi kondisi bagi kesadaran indria.

1041
Seperti pada MN 44.7-8.

1042
Tampaknya bahwa bhikkhu ini memiliki kesulitan dalam memahami bagaimana kamma dapat
menghasilkan akibat tanpa diri yang menerimanya.

1043
Tulisan dalam kalimat ini saling berbeda dalam edisi-edisi yang berbeda. Sutta yang sama muncul
pada SN 22:82/iii.104, dan tulisan di sana (paipucch vint) tampaknya lebih sesuai pada tulisan di
sini (dalam PTS, paicca vint; dalam BBS, paivint). Terjemahan di sini mengikuti teks Sayutta.
Terjemahan m, yang berdasarkan pada teks Majjhima dari PTS, menuliskan: Sekarang, para
bhikkhu, kalian telah dilatih olehKu dalam hal ketergantungan [kondisionalitas] dalam berbagai
contoh. Tidak ada versi yang merupakan idiom Pali, dan komentar pada kedua Nikya tidak
menjelaskan apapun.

1044
MA: keenam puluh bhikkhu meninggalkan subjek meditasi awal mereka dan menyelidiki subjek
baru (berdasarkan pada khotbah Sang Buddha, M). Tanpa mengubah postur mereka, masih di tempat
duduk masing-masing mereka mencapai Kearahattaan.

SUTTA 110

1045
Asappurisa. MA mengemasnya dengan ppapurisa, seorang jahat.

SUTTA 111

1046
Anupadadhammavipassan. MA menjelaskan bahwa ia mengembangkan pandangan terang ke
dalam kondisi-kondisi secara berurutan melalui pencapaian-pencapaian meditatif dan faktor-faktor
jhna, seperti akan dijelaskan. Masa dua minggu merujuk pada hari penahbisan YM. Sriputta di
bawah Sang Buddha hingga pada pencapaian Kearahattaan ketika mendengarkan penjelasan Sang
Buddha tentang pemahaman perasaan kepada Dghanaka (baca MN 74.14).

1047
Kelima kondisi pertama adalah urutan faktor-faktor jhna dari jhna pertama; kondisi-kondisi
berikutnya adalah komponen tambahan yang masing-masing melakukan fungsinya masing-masing di
dalam jhna. Analisis kondisi-kondisi batin secara terperinci ke dalam komponen-komponennya

mengantisipasi metodologi Abhidhamma, dan oleh karena itu bukan kebetulan bahwa nama Sriputta
berhubungan erat dengan munculnya literatur Abhidhamma.

1048
Semua kata ini menyiratkan ditekannya kekotoran secara sementara oleh kekuatan jhna, bukan
kebebasan sepenuhnya dari kekotoran melalui pelenyapan oleh jalan tertinggi, yang belum dicapai oleh
YM. Sriputta.

1049
Jalan membebaskan diri melampaui ini (uttari nissaraa) di sini adalah pencapaian yang
lebih tinggi berikutnya, jhna ke dua.

1050
Membaca sama seperti edisi BBS passaddhatt cetaso anbhogo. MA menjelaskan bahwa
ketertarikan pikiran pada kenikmatan, yang ada dalam jhna ke tiga, sekarang dianggap kasar, dan
ketika lenyap di sana ada ketidak-tertarikan pikiran karena ketenangan. Edisi PTS menuliskan passi
vedan, tidak dapat dimengerti dan jelas suatu kesalahan.

1051
Metode introspeksi tidak langsung ini digunakan untuk merenungkan pencapaian tanpa materi ke
empat karena pencapaian ini, karena sangat halus, maka tidak termasuk dalam wilayah penyelidikan
langsung bagi para siswa. Hanya para Buddha yang tercerahkan sempurna yang mampu
merenungkannya secara langsung.

1052
MA memberikan penjelasan atas paragraf ini, yang disampaikan oleh para sesepuh dari India:
Bhikkhu Sriputta melatih ketenangan dan pandangan terang secara berpasangan dan mencapai buah
yang-tidak-kembali. Kemudian ia memasuki pencapaian lenyapnya, dan setelah keluar dari sana ia
mencapai Kearahattaan.

1053
Karena tidak ada faktor-faktor batin dalam pencapaian lenyapnya, MA mengatakan kondisi-
kondisi ini di sini pasti merujuk pada kondisi-kondisi bentuk materi yang terjadi selama ia mencapai
lenyapnya, atau merujuk pada faktor-faktor batin dari pencapaian tanpa materi ke empat yang dicapai
sebelumnya.

1054
Perhatikan pencapaian bahwa tidak ada jalan membebaskan diri melampaui pencapaian
Kearahattaan.

1055
Vasippatto pramipatto. Baca n.763.

SUTTA 112

1056
Baca n.17.

1057
Seperti pada MN 111.4, tetapi di sini kata-kata ini dimaksudkan untuk mengungkapkan lenyapnya
kekotoran sepenuhnya melalui jalan Kearahattaan.

1058
MA: Semua kata-kata ini menyiratkan ketagihan dan pandangan-pandangan.

1059
MA: frasa pertama menegasikan pertimbangan unsur tanah sebagai diri, yang ke dua menegasikan
pertimbangan faktor-faktor jasmani dan batin selain unsur tanah sebagai diri. Metode yang sama
berlaku untuk unsur-unsur lainnya.

1060
Teks tampaknya berlebihan dalam menyebutkan bentuk-bentuk (rpa) dan hal-hal yang dikenali
(oleh pikiran) melalui kesadaran-mata (cakkhuvia-vitabb dhamm). MA menyebutkan dua
pendapat yang diusulkan untuk memecahkan persoalan ini: yang pertama menganggap bahwa bentuk-
bentuk merujuk pada benda-benda terlihat yang memasuki jangkauan pengenalan, hal-hal yang
dikenali ... merujuk pada benda-benda terlihat yang lenyap tanpa dikenali. Pendapat ke dua
menganggap bahwa kata pertama menyiratkan semua bentuk tanpa perbedaan, kata berikutnya
menyiratkan ketiga kelompok unsur batin yang berfungsi bersama-sama dengan kesadaran-mata.

1061
MA menjelaskan pembentukan-aku (ahankra) sebagai keangkuhan dan pembentukan-milikku
(mamankra) sebagai ketagihan. Semua gambaran eksternal (nimitta) adalah objek-objek eksternal.


1062
MA: Mengingat kehidupan lampau dan pengetahuan kematian dan kemunculan kembali makhluk-
makhluk (yang biasanya ada dalam jenis pembabaran seperti ini) di sini tidak termasuk karena
pertanyaan pada 11 hanya berhubungan dengan pencapaian Kearahattaan, bukan pencapaian lokiya.

1063
MA mengatakan bahwa sutta ini juga disebut Ekavissajjita Sutta (Khotbah Jawaban Tunggal). MA
kesulitan menjelaskan mengenai enam yang disebutkan dalam judul aslinya, karena hanya lima
pertanyaan dan jawaban yang terdapat dalam khotbah ini. MA mengusulkan untuk membagi
pertanyaan terakhir menjadi dua jasmani diri sendiri dengan kesadarannya dan tubuh kesadaran orang
lain dan juga menyebutkan pendapat lain bahwa empat makanan seharusnya ditanyakan sebagai
pertanyaan ke enam. Akan tetapi, tidak satu pun dari usul-usul ini yang meyakinkan, dan tampaknya
bahwa bagian teks itu telah hilang.

SUTTA 113

1064
Sappurisadhamma; asappurisadhamma.

1065
Ini adalah sembilan dari tiga belas praktik pertapaan yang dibahas dalam Vsm II. Yang duduk
terus-menerus (nesajjika) melaksanakan praktik tidak pernah berbaring melainkan tidur dalam postur
duduk.

1066
MA menjelaskan ketiadaan-identifikasi (atammayat, lit. bukan terdiri dari itu) sebagai
ketiadaan ketagihan. Akan tetapi, konteksnya menyiratkan bahwa maknanya adalah ketiadaan
keangkuhan. pernyataan karena dalam cara bagaimana pun mereka beranggapan, faktanya adalah
bukan itu (yena yena hi maanti tato ta hoti aath) adalah suatu teka-teki filosofis yang juga
muncul pada Sn 588, Sn 757, dan Ud 3:10. walaupun MA tidak menjelaskan apa pun, Komentar Udna
(atas Ud 3:10) menjelaskan ini sebagai bermakna bahwa dalam cara bagaimana pun juga kaum duniawi
menganggap kelima kelompok unsur kehidupan sebagai diri atau sebagai milik diri, dan seterusnya
hal yang dianggap tersebut terbukti adalah bukan aspek dari hal tersebut; bukan diri atau milik diri,
bukan aku atau milikku.

1067
Harus dipahami bahwa tidak ada paragraf tentang seorang bukan manusia sejati memasuki
lenyapnya persepsi dan perasaan. Tidak seperti jhna-jhna dan pencapaian tanpa materi, yang dapat
dicapai oleh kaum duniawi, pencapaian lenyapnya adalah bidang eksklusif yang hanya dicapai oleh
para yang-tidak-kembali dan para Arahant.

1068
Na kici maati, na kuhici maati, na kenaci maati. Ini adalah pernyataan singkat atas situasi
yang sama dengan yang dijelaskan secara lengkap pada MN 1.51.146. mengenai penganggapan baca
n.6.

SUTTA 114

1069
Paragraf pertama ini sekadar memberikan daftar isi yang akan dijelaskan dalam batang tubuh
sutta ini.

1070
Aamaa. MA: kedua ini bersifat saling eksklusif, dan tidak ada cara untuk menganggapnya
sebagai yang lain.

1071
Walaupun pandangan salah dan pandangan benar biasanya termasuk dalam perilaku pikiran, dalam
sutta ini diperlihatkan secara terpisah dalam 10 sebagai perolehan pandangan.

1072
Sementara ketamakan dan permusuhan pada 7 memiliki kekuatan dari keseluruhan perbuatan
(kammapatha), dalam bagian ini tentang kecenderungan pikiran (cittuppda) diperlihatkan dalam tahap
awal sebagai sekadar watak yang masih belum berkembang menjadi kehendak yang berkuasa.

1073
Perolehan kepribadian (attabhvapailbha) di sini merujuk pada cara kelahiran kembali.

1074
Aparinihitabhvya. Ungkapan ini mungkin khas pada sutta ini. MA mengemasnya menjadi
bhavna aparinihitabhvya dan menjelaskan: ada empat cara keberadaan individu yang tunduk
pada penderitaan (sabybajjhattabhv). Yang pertama adalah kaum duniawi yang tidak mampu

mencapai kesempurnaan kehidupan dalam kehidupan itu; baginya, sejak saat terlahir kembali, kondisi-
kondisi yang tidak bermanfaat bertambah dan kondisi-kondisi yang bermanfaat berkurang, dan ia
menghasilkan suatu kepribadian yang disertai oleh penderitaan. Demikian pula pemasuk-arus, yang-
kembali-sekali, dan yang-tidak-kembali. Bahkan para yang-tidak-kembali masih belum meninggalkan
ketagihan pada penjelmaan, dan dengan demikian masih belum mencapai kesempurnaan. Individu-
individu [yang disebutkan di bawah dalam teks ini] yang memperoleh kehidupan pribadi yang bebas
dari penderitaan (abybajjhattabhv) adalah empat yang sama ketika mereka memasuki kehidupan
terakhir di mana mereka mencapai Kearahattaan. Bahkan kaum duniawi dalam kehidupan terakhinya
mampu menyempurnakan kehidupannya, seperti halnya pembunuh berantai Angulimla. Kehidupan
mereka dikatakan bebas dari penderitaan, dan mereka dikatakan mencapai kesempurnaan.

1075
MA menunjukkan bahwa klausa Bentuk-bentuk adalah salah satu atau yang lainnya tidak
digunakan di sini karena perbedaannya bukan terletak dalam objeknya melainkan dalam pendekatannya
pada objek itu. bagi seseorang nafsu dan kekotoran muncul terhadap suatu bentuk tertentu, tetapi orang
lain mengembangkan kebosanan dan ketidak-terikatan sehubungan dengan bentuk yang sama.

1076
MA mengatakan bahwa mereka yang mempelajari teks dan komentar atas sutta ini tanpa berlatih
sesuai sutta ini tidak dapat dikatakan memahami makna terperinci. Hanya mereka yang melatihnya
yang dapat dikatakan demikian.

SUTTA 115

1077
Delapan belas unsur ini didefinisikan dalam Vbh 183-84/87-90 dan dijelaskan secara terperinci
dalam Vsm XV, 17-43. secara ringkas, unsur pikiran (manodhtu), menurut Abhidhamma, termasuk
kesadaran yang beralih pada kelima objek indria yang mengalami kontak dengan kelima organ indria
(pacadvrvajjana-citta) dan kesadaran yang menerima objek setelah dikenali melalui indria-indria
(sampaicchana-citta). Unsur kesadaran-pikiran (manoviadhtu) termasuk semua jenis kesadaran
kecuali kesadaran lima indria dan unsur pikiran. Unsur objek-pikiran (dhammadhtu) termasuk jenis-
jenis fenomena materi yang halus yang tidak terlibat dalam pengenalan indria, yaitu ketiga kelompok
unsur batin perasaan, persepsi, dan bentukan-bentukan, dan Nibbna. Tidak termasuk konsep-konsep,
gagasan-gagasan abstrak, penilaian-penilaian, dan sebagainya. Walaupun yang terakhir ini termasuk
dalam gagasan objek-pikiran (dhammrammaa), unsur objek-pikiran hanya termasuk hal-hal yang
ada karena sifat alaminya, bukan hal-hal yang dibentuk oleh pikiran.

1078
Ini didefisnikan dalam Vbh 180/85-86. Unsur kenikmatan dan kesakitan adalah perasaan
menyenangkan dan menyakitkan dalam jasmani; unsur kegembiraan dan kesedihan adalah perasaan
menyenangkan dan menyakitkan dalam batin; unsur keseimbangan adalah perasaan bukan-
menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan. MA mengatakan bahwa ketidak-tahuan disebutkan karena
jelas serupa dengan unsur keseimbangan.

1079
Vbh 183/86-87 mendefinisikan ini sebagai enam yang bersesuaian dengan jenis-jenis awal
pikiran (vitakka); baca MN 19.2

1080
MA menjelaskan unsur bidang-indria sebagai kelima kelompok unsur kehidupan yang
berhubungan dengan alam-indria (kmvacara), unsur materi-halus sebagai kelima kelompok unsur
kehidupan yang berhubungan dengan alam-materi halus (rpvacara), dan unsur tanpa materi sebagai
empat kelompok unsur kehidupan yang berhubungan dengan alam tanpa materi (arpvacara).

1081
MA: unsur terkondisi termasuk segala sesuatu yang dihasilkan oleh kondisi dan merupakan sebutan
bagi kelima kelompok unsur kehidupan. Unsur tidak terkondisi adalah Nibbna.

1082
Kedua belas landasan didefinisikan dalam Vbh 155-167/70-73 dan dijelaskan dalam Vsm XV, 1-
6. landasan pikiran termasuk semua jenis kesadaran, dan dengan demikian terdiri dari seluruh tujuh
unsur yang memfungsikan kesadaran. Landasan objek-pikiran adalah identik dengan unsur objek-
pikiran.

1083
Mengenai kata-kata dalam formula kemunculan bergantungan ini, baca pendahuluan pp.30-31.


1084
MA: Seseorang yang memiliki pandangan benar (dihisampanno) adalah seorang yang memiliki
pandangan sang jalan, seorang siswa mulia dengan tingkat minimal pemasuk-arus. Bentukan di sini
harus dipahami sebagai bentukan terkondisi (sankhata-sankhra) yaitu, segala sesuatu yang terkondisi.

1085
MA menunjukkan bahwa seorang siswa mulia di bawah tingkat Kearahattaan masih dapat
memahami bentukan-bentukan sebagai menyenangkan dengan pikiran yang terlepas dari pandangan
salah, tetapi ia tidak dapat mengadopsi pandangan bahwa segala bentukan adalah menyenangkan.
Walaupun persepsi dan pikiran atas bentukan-bentukan sebagai menyenangkan muncul dalam dirinya,
ia mengetahui melalui perenungan bahwa gagasan demikian adalah keliru.

1086
Dalam paragraf tentang diri, sankhra, bentukan, digantikan oleh dhamma, sesuatu. MA
menjelaskan bahwa penggantian ini dilakukan untuk memasukkan konsep-konsep, seperti gambaran
kasia, dan sebagainya, yang oleh orang biasa cenderung diidentifikasikan sebagai diri. Akan tetapi,
dengan memandang fakta bahwa Nibbna digambarkan sebagai tidak dapat hancur (accuta) dan
sebagai kebahagiaan (sukha), dan juga dapat disalah-pahami sebagai diri (baca MN 1.26), kata
sankhra dapat dianggap hanya termasuk yang terkondisi, sedangkan dhamma termasuk baik yang
terkondisi maupun yang tidak terkondisi. Akan tetapi, interpretasi ini tidak disetujui oleh komentar-
komentar dari cariya Buddhaghosa.

1087
Bagian ini membedakan orang biasa dan siswa mulia dalam hal lima kejahatan berat. MA
menunjukkan bahwa seorang siswa mulia tidak mampu secara sengaja membunuh makhluk hidup,
tetapi perbedaan yang diberikan di sini melalui pembunuhan ibu dan pembunuhan ayah menekankan
pada sisi bahaya dari kondisi orang biasa dan kekuatan seorang siswa mulia.

1088
Yaitu, dapat mengakui seorang lain selain Sang Buddha sebagai guru spiritual tertinggi.

1089
MA: kemunculan seorang Buddha lain adalah tidak mungkin terjadi sejak pada saat seorang
Bodhisatta memasuki rahim ibunya dalam kehidupan terakhirNya hingga Pengajarannya lenyap sama
sekali. Persoalan ini dibahas dalam Miln 236-39.

1090
Pernyataan ini hanya menegaskan bahwa seorang Buddha yang Tercerahkan Sempurna adalah
selalu berjenis kelamin laki-laki, tetapi tidak menyangkal bahwa seorang yang sekarang adalah
perempuan dapat menjadi seorang Yang Tercerahkan Sempurna di masa depan. Akan tetapi, untuk
menjadi demikian, pada tahap awalnya, ia harus terlahir kembali sebagai seorang laki-laki.

1091
Dalam pragraf ini frasa karena hal itu, karena alasan itu (tannidna tappaccay) adalah sangat
penting. Seperti yang akan diperlihatkan oleh Sang Buddha dalam MN 136, seorang yang menekuni
perbuatan jahat mungkin terlahir kembali di alam surga dan seorang yang menekuni perbuatan baik
mungkin terlahir kembali di alam rendah. Tetapi dalam kasus-kasus itu kelahiran kembali itu
disebabkan oleh beberapa kamma yang berbeda dengan kamma dari kebiasaan yang ia tekuni. Hukum
yang ketat hanya berlaku pada hubungan antara kamma dan akibatnya.

1092
Empat putaran adalah unsur-unsur, landasan-landasan, kemunculan bergantungan, dan yang
mungkin dan yang tidak mungkin.

SUTTA 116

1093
Di Srilanka, sutta ini secara teratur dibacakan sebagai khotbah perlindungan dan termasuk dalam
kompilasi era pertangahan, Mah Pirit Pota, Buku besar Perlindungan.

1094
Ini dan yang berikutnya adalah gunung-gunung yang mengelilingi Rjagaha.

1095
Seorang paccekabuddha adalah seorang yang mencapai pencerahan dan kebebasan oleh dirinya
sendiri, tanpa bersandar pada Dhamma yang diajarkan oleh Sang Buddha, tetapi tidak mampu
mengajarkan Dhamma kepada orang lain dan menegakkan Pengajaran. Para paccekabuddha hanya
muncul pada masa ketika tidak ada Pengajaran dari seorang Buddha di dunia ini. Untuk pembahasan
yang lebih lengkap tentang topik ini baca Ria Kloppenborg, Tha Paccekabuddha: A Buddhist Ascetic.


1096
Aya pabbato ime is gilati: terdapat suatu permainan kata di sini. Gili dalam Isigili tentu saja
adalah variasi dialek dari giri, gunung, tetapi teks menghubungkannya dengan kata kerja gilati,
menelan, dan dengan gala, tenggorokan, kerongkongan.

1097
Tagarasikhin dirujuk pada Ud 5:4/50 dan SN 3:20/.i.92.

1098
m berkomentar dalam Ms bahwa tanpa bantuan komentar adalah sangat sulit untuk membedakan
nama-nama yang benar dari para paccekabuddha dari gelar-gelar yang menggambarkan mereka.

SUTTA 117

1099
Ariya samm samdhi sa-upanisa saparikkhra. MA menjelaskan mulia di sini sebagai
lokuttara, dan mengatakan bahwa ini adalah konsentrasi yang berhubungan dengan jalan lokuttara.
pendukung dan prasyaratnya, seperti akan dijelaskan, adalah ketujuh faktor jalan lainnya.

1100
Pubbangam, lit. pelopor. MA mengatakan bahwa kedua jenis pandangan benar adalah pelopor:
pandangan benar dari pandangan terang, yang menyelidiki bentukan-bentukan sebagai tidak kekal,
penderitaan, dan bukan-diri; dan pandangan benar dari sang jalan, yang muncul sebagai akibat dari
pandangan terang dan berdampak pada hancurnya kekotoran secara radikal. Pandangan benar dari
pandangan terang sebagai pelopor dijelaskan dalam 4,10,16,22 dan 28; pandangan benar dari sang
jalan sebagai pelopor dijelaskan dalam 34 dan 35.

1101
Pernyataan ini menyarankan bahwa untuk memperoleh pandangan benar tentang sifat dari realitas,
maka seseorang pertama-tama harus mampu membedakan antara ajaran salah dan benar tentang sifat
realitas. MA mengatakan bahwa ini adalah pandangan benar dari pandangan terang yang memahami
pandangan salah sebagai objek dengan menembus karakteristik ketidak-kekalan, dan seterusnya dan
yang memahami pandangan benar dengan mengerahkan fungsi pemahaman dan dengan membersihkan
kebingungan.

1102
Ini adalah pandangan benar lokiya, faktor baik yang berperan pada kelahiran kembali yang bahagia
tetapi tidak dapat melampaui kehidupan yang terkondisi. Ungkapan upadhi-vepakka dikemas oleh MA
berarti bahwa pandangan benar ini memberikan hasil yang terdapat dalam perolehan [M =
kelangsungan kelima kelompok unsur kehidupan].

1103
Definisi ini mengartikan pandangan benar lokuttara sebagai kebijaksanaan (pa) yang terdapat di
antara bantuan-bantuan menuju pencerahan sebagai satu indria, kekuatan, faktor pencerahan, dan faktor
sang jalan. Definisi yang diformulasikan lebih melalui fungsi kognisi daripada isi objektif dari
pandangan benar. Di tempat lain (MN 141.24) pandangan benar sang jalan didefinisikan sebagai
pengetahuan Empat Kebenaran Mulia. Kita dapat memahamni bahwa pemahaman konseptual pada
empat kebenaran mulia termasuk dalam pandangan benar lokiya, sedangkan penembusan langsung
pada kebenaran-kebenaran dengan mencapai Nibbna melalui sang jalan adalah pandangan benar
lokuttara.

1104
MA: Faktor-faktor itu menyertai pandangan benar sebagai pendamping dan pembuka-jalan.
Usaha benar dan perhatian benar adalah berdampingan dengan pandangan benar lokuttara; pandangan
benar dari pandangan terang adalah pembuka-jalan dari pandangan benar lokuttara.

1105
MA menjelaskan ini sebagai pandangan benar dari pandangan terang yang memahami kehendak
benar melalui fungsinya dan dengan membersihkan kebingungan. Walaupun tampaknya perbedaan
yang lebih mendasar dari kedua jenis kehendak inilah yang menjadi topiknya.

1106
Ini adalah definisi baku dari kehendak benar sebagai salah satu faktor dari Jalan Mulia Berunsur
Delapan; baca MN 141.25.

1107
Dalam definisi ini, faktor kehendak (sankappa) diidentifikasikan sebagai awal pikiran (vitakka),
yang lebih jauh lagi ditetapkan sebagai faktor yang bertanggung jawab pada absorpsi dengan
memusatkan dan mengarahkan pikiran pada objek. Untuk penjelasan awal pikiran sebagai bentukan
ucapan, baca MN 44.15.


1108
MA: Pernyataan ini secara khusus merujuk pada faktor pendamping yang menyertai kehendak
benar lokuttara. Pada tahap awal praktik, ketiga kehendak benar lokiya muncul secara terpisah, tetapi
pada saat jalan lokuttara, satu kehendak benar tunggal muncul memotong ketiga kehendak salah.
Demikianlah kehendak benar lokuttara juga dapat dijelaskan sebagai kehendak meninggalkan
keduniawian, tanpa permusuhan, dan tanpa kekejaman. Metode yang sama berlaku pada ucapan benar,
dan seterusnya.

1109
Sementara ucapan benar lokiya dilakukan dalam empat cara berbeda menurut jenis ucapan salah
yang dihindari, pada saat jalan lokuttara, faktor tunggal ucapan benar mengerahkan empat fungsi
memotong kecenderungan terhadap empat jenis ucapan salah. Prinsip serupa berlaku pada perbuatan
benar.

1110
Ini adalah cara-cara salah bagi para bhikkhu untuk memperoleh benda-benda kebutuhannya; ini
dijelaskan pada Vsm I, 61-65. MA mengatakan bahwa yang disebutkan dalam sutta bukanlah
keseluruhan jenis penghidupan salah, yang termasuk cara mencari penghidupan yang melibatkan
pelanggaran aturan. Dalam AN 5:177/iii.208, Sang Buddha menyebutkan lima jenis penghidupan salah
bagi umat awam: yang berhubungan dengan senjata, makhluk-makhluk hidup, daging, minuman keras,
dan racun.

1111
MA menjelaskan bahwa bagi seseorang yang memiliki pendangan benar sang jalan, maka muncul
kehendak benar sang jalan; demikian pula, bagi seseorang yang memiliki pandangan benar buah, maka
muncul kehendak benar buah. Demikian pula, faktor-faktor berikutnya kecuali dua terakhir yang juga
merujuk pada jalan lokuttara.

1112
Kedua faktor tambahan yang dimiliki oleh Arahant adalah pengetahuan benar, yang
diidentifikasikan sebagai pengetahuan peninjauannya bahwa ia telah menghancurkan segala kekotoran,
dan kebebasan benar, yang dapat diidentifikasikan sebagai pengalamannya atas kebebasan dari segala
kekotoran.

1113
Dua puluh faktor pada sisi bermanfaat adalah sepuluh faktor benar dan kondisi-kondisi bermanfaat
yang berasal-mula dari masing-masing faktor; Dua puluh faktor pada sisi tidak bermanfaat adalah
sepuluh faktor salah dan kondisi-kondisi tidak bermanfaat yang berasal-mula dari masing-masing
faktor. Demikianlah asal nama Empat Puluh Besar.

1114
MA hanya mengatakan bahwa kedua orang ini menetap di negeri Okkala. Identitas lainya tidak
diketahui.

SUTTA 118

1115
Pavra adalah upacara yang menutup masa vassa, yang mana masing-masing bhikkhu
mengundang semua bhikkhu lainnya untuk menegurnya atas pelanggaran-pelanggarannya.

1116
Komud adalah hari purnama di bulan Kattika, bulan ke empat musim hujan; disebut dengan nama
ini karena bunga lily (kumuda) dikatakan mekar pada masa itu.

1117
Catatan penjelasan untuk tetrad pertama terdapat pada nn.140-142. MN 10.4 berbeda dengan
paragraf ini hanya dalam hal penambahan perumpamaan. Karena cariya Buddhaghosa telah
memberikan komentar atas empat tetrad tentang perhatian pada pernafasan ini dalam Visuddhimagga,
dalam MA ia hanya sekadar merujuk para pembaca kepada Visuddhimagga untuk penjelasan itu.
Catatan-catatan 1118-21 ditarik dari Vsm VIII, 226-37, juga dimasukkan oleh m dalam Mindfulness
of Breathing.

1118
Seseorang mengalami sukacita dalam dua cara: dengan mencapai salah satu dari dua jhna yang
lebih rendah yang mana terdapat sukacita, ia mengalami sukacitadalam modus ketenangan; dengan
keluar dari jhna itu dan merenungkan bahwa sukacita itu tunduk pada kehancuran, ia mengalami
sukacita dalam modus pandangan terang.

1119
Metode penjelasan yang sama seperti dalam n.1118 berlaku pada klausa ke dua dan ke tiga, kecuali
bahwa pada yang ke dua terdiri dari ketiga jhna yang lebih rendah, dan yang ke tiga terdiri dari

seluruh empat jhna. Bentukan batin adalah persepsi dan perasaan (baca MN 44.14), yang ditenangkan
melalui pengembangan tingkat-tingkat ketenangan dan pandangan terang yang lebih tinggi secara
berturut-turut.

1120
Mengalami pikiran harus dipahami melalui empat jhna. Menggembirakan pikiran dijelaskan
sebagai pencapaian dua jhna yang mana terdapat sukacita atau sebagai penembusan jhna-jhna itu
dengan pandangan terang sebagai tunduk pada kehancuran, dan seterusnya. Mengkonsentrasikan
pikiran merujuk pada konsentrasi yang berhubungan dengan jhna atau pada konsentrasi saat-ke-saat
yang muncul bersama dengan pandangan terang. Membebaskan pikiran berarti membebaskannya
dari rintangan-rintangan dan faktor-faktor jhna yang lebih kasar melalui tingkat-tingkat konsentrasi
yang lebih tinggi secara berturut-turut, dan dari distorsi kognitif melalui pengetahuan pandangan
terang.

1121
Tetrad ini seluruhnya membicarakan tentang pandangan terang, tidak seperti tiga sebelumnya, yang
membicarakan baik tentang ketenangan maupun pandangan terang. Merenungkan peluruhan dan
merenungkan lenyapnya dapat dipahami baik sebagai pandangan terang ke dalam ketidak-kekalan
bentukan-bentukan maupun sebagai jalan lokuttara yang mencapai Nibbna, yang disebut meluruhnya
nafsu (yaitu, kebosanan, virga) dan lenyapnya penderitaan. Merenungkan lepasnya adalah
melepaskan kekotoran melalui pandangan terang dan memasuki Nibbna melalui pencapaian sang
jalan.

1122
MA: Nafas masuk-dan-keluar termasuk dalam unsur udara di antara empat unsur yang membentuk
jasmani. Juga termasuk dalam landasan sentuhan di antara fenomena jasmani (karena objek perhatian
adalah sensasi sentuhan nafas masuk dan keluar dari lubang hidung).

1123
MA menjelaskan bahwa pengamatan seksama (sdhuka manasikra) bukanlah perasaan, tetapi
dikatakan demikian hanya sebagai kiasan. Dalam tetrad ke dua perasaan yang sebenarnya adalah
kenikmatan yang disebutkan pada klausa ke dua dan juga perasaan yang terdapat dalam ungkapan
bentukan batin dalam klausa ke tiga dan ke empat.

1124
MA: Walaupun bhikkhu yang bermeditasi mengambil gambaran nafas masuk-dan-keluar sebagai
objeknya, ia dikatakan sebagai merenungkan pikiran sebagai pikiran karena ia mempertahankan
pikirannya pada objek dengan membangkitkan perhatian dan kewaspadaan penuh, dua faktor pikiran.

1125
MA: Ketamakan dan kesedihan menyiratkan kedua rintangan pertama, keinginan indria dan
permusuhan, dan dengan demikian mewakili perenungan objek-objek pikiran, yang dimulai dengan
lima rintangan. Bhikkhu itu melihat ditinggalkannya rintangan-rintangan yang dipengaruhi oleh
perenungan ketidak-kekalan, peluruhan, lenyapnya, dan lepasnya, dan demikianlah kemudian
mengamati objek dengan keseimbangan.

1126
MA mengatakan bahwa paragraf di atas menunjukkan faktor-faktor pencerahan yang muncul
bersamaan dalam tiap-tiap momen-pikiran dalam praktik meditasi pandangan terang.

1127
Baca n.48.

1128
MA: Perhatian yang memahami nafas adalah lokiya; perhatian lokiya pada pernafasan
menyempurnakan landasan perhatian lokiya; landasan perhatian lokiya menyempurnakan faktor-faktor
pencerahan lokuttara; dan faktor-faktor pencerahan lokuttara menyempurnakan (atau memenuhi)
pengetahuan sejati dan kebebasan, yaitu, buah dan Nibbna.

SUTTA 119

1129
4-17 dari sutta ini identik dengan MN 10.4-30, kecuali bahwa di sini pengulangan pada
pandangan terang digantikan dengan pengulangan yang dimulai dengan Ketika ia berdiam demikian
dengan rajin. Perubahan ini menunjukkan pergeseran dalam penekanan dari pandangan terang dalam
MN 10 menjadi konsentrasi dalam sutta yang sekarang ini. Pergeseran ini muncul kembali dalam
paragraf 37-41, yang keduanya membedakan sutta ini dengan MN 10.

1130
Perumpamaan untuk jhna-jhna ini juga terdapat pada MN 39.15-18 dan MN 77.25-28.


1131
Vijjbhgiya dhamm. MA menjelaskan kondisi-kondisi ini sebagai delapan jenis pengetahuan
yang dibabarkan pada MN 77.29-36.

SUTTA 120

1132
Walaupun saya telah mencoba untuk menerjemahkan sankhr secara konsisten sebagai
bentukan-bentukan, di sini tampaknya bahwa isinya memerlukan terjemahan berbeda untuk
membawakan makna yang dimaksudkan. m menggunakan tekad, pilihannya yang konsisten untuk
sankhr. MA awalnya menjelaskan sankhrupapatti sebagai bermakna kemunculan kembali (yaitu,
kelahiran kembali) dari hanya bentukan-bentukan, bukan makhluk atau orang, atau sebagai bermakna
kemunculan kembali kelompok-kelompok unsur kehidupan dalam kehidupan baru di sepanjang
bentukan-kamma baik. Akan tetapi, dalam paragraf berikutnya, MA mengemas sankhr menjadi
patthan, kata yang tidak diragukan bermakna aspirasi.

1133
MA: Cara adalah lima kualitas yang dimulai dari keyakinan, bersama dengan aspirasi. Seseorang
yang memiliki kelima kualitas ini tanpa aspirasi, atau aspirasi tanpa kualitas-kualitas, tidak memiliki
alam tujuan kelahiran yang pasti. Alam tujuan kelahiran hanya dapat dipastikan ketika kedua faktor ini
hadir.

1134
MA menjelaskan bahwa ada lima jenis peliputan: peliputan pikiran, yaitu, mengetahui pikiran
makhluk-makhluk di seluruh seribu alam; peliputan kasia, yaitu, memperluas gambaran kasia hingga
menjangkau seribu alam; peliputan mata dewa, yaitu, melihat seribu alam dengan mata dewa; peliputan
cahaya, yang sama dengan peliputan sebelumnya; dan peliputan jasmani, yaitu, memperluas aura
jasmani seseorang menjangkau seribu alam.

1135
Baca n.426.

1136
MA: kelima kualitas yang disebutkan adalah cukup untuk memperoleh kelahiran kembali di alam
indria, tetapi untuk kelahiran kembali di alam-alam yang lebih tinggi dan hancurnya noda-noda,
diperlukan lebih lagi. Dengan melandaskan dirinya pada kelima kualitas, jika ia mencapai jhna-jhna,
maka ia terlahir kembali di alam-Brahma; jika ia mencapai pencapaian tanpa materi, maka ia terlahir
kembali di alam tanpa materi; jika ia mengembangkan pandangan terang dan mencapai buah yang-
tidak-kembali, maka ia terlahir kembali di Alam Murni; dan jika ia mencapai jalan Kearahattaan, maka
ia mencapai hancurnya noda-noda.

SUTTA 121

1137
Suatvihra. Khotbah ini secara bertahap menjelaskan bahwa ini merujuk pada buah pencapaian
kekosongan (suataphala-sampatti), buah pencapaian Kearahattaan yang dimasuki dengan
memusatkan pada aspek kekosongan dari Nibbna. Baca n.458.

1138
MA: Ia menuruti persepsi hutan yang bergantung pada satu hutan itu sendiri, dengan berpikir: Ini
adalah hutan, ini adalah pohon, ini adalah gunung, ini adalah belukar. Dalam kalimat berikutnya saya
membaca sama seperti BBS dan SBJ adhimuccati, bukan seperti PTS vimuccati.

1139
MA dan M menjelaskan makna dari paragraf ini sebagai berikut: gangguan kekotoran-kekotoran
ketertarikan dan kejijikan yang muncul melalui persepsi orang-orang tidak ada di sini. Tetapi masih
ada gangguan yang disebabkan oleh munculnya kondisi-kondisi kasar karena kurangnya ketenangan
yang diperlukan.

1140
MA: Ia meninggalkan persepsi hutan dan memperhatikan persepsi tanah karena seseorang tidak
dapat mencapai keluhuran dalam meditasi melalui persepsi hutan, tidak dapat mencapai konsentrasi
akses juga tidak dapat mencapai absorpsi penuh. Tetapi tanah dapat digunakan sebagai objek awal bagi
kasia, yang dengan berdasarkan pada objek itu seseorang memperoleh jhna, mengembangkan
pandangan terang, dan mencapai Kearahattaan.


1141
Setelah menggunakan persepsi tanah untuk mencapai empat jhna, ia memperluas kasia-tanah dan
kemudian menghilangkan gambaran kasia untuk mencapai landasan ruang tanpa batas. Baca Vsm X,
6-7.

1142
Animitta cetosamdhi. MA: ini adalah konsentrasi pikiran dalam pandangan terang; ini disebut
tanpa gambaran karena hampa dari gambaran-gambaran kekekalan, dan sebagainya.

1143
Baca MN 52.4. MA menyebut ini pandangan terang-lawan (paivipassan), yaitu, penerapan
prinsip-prinsip pandangan terang pada tindakan kesadaran yang melakukan fungsi pandangan terang.
Dengan berdasarkan pada ini ia mencapai Kearahattaan.

1144
Di sini kata yang tertinggi dan tidak terlampaui (paramnuttar) telah ditambahkan. MA
mengatakan bahwa ini adalah buah pencapaian kekosongan seorang Arahant.

SUTTA 122

1145
Sutta ini bersama dengan komentar lengkapnya telah diterbitkan dalam terjemahannya oleh m
dalam The Greater Discourse on Voidness.

1146
MA: ini adalah sebuah bangunan yang dibangun di Taman Nigrodha oleh Kakhemaka orang
Sakya. Tempat-tempat tidur, tempat-tempat duduk, alas-alas tidur, dan alas kaki telah dipersiapkan, dan
semuanya itu saling berdekatan sehingga bangunan itu menyerupai kediaman dari sekelompok
bhikkhu.

1147
MA menjelaskan bahwa ini hanyalah pertanyaan retoris, karena Para Buddha mampu mengetahui
apapun yang ingin Mereka ketahui melalui pengetahuan langsung. Sang Buddha menanyakan ini
dengan pikiran: Segera setelah para bhikkhu ini membentuk komunitas dan bergembira dalam
perkumpulan, maka mereka akan bertindak tidak selayaknya. Aku akan membabarkan Praktik Agung
Kekosongan yang akan menjadi aturan latihan [larangan bersenang dalam perkumpulan].

1148
MA: YM. nanda bermaksud mengatakan: Para bhikkhu menjalani kehidupann seperti ini bukan
karena mereka bergembira dalam kesibukan, tetapi karena sedang membuat jubah.

1149
Baca MN 66.20 dan n.678.

1150
Yang pertama adalah kebebasan melalui jhna-jhna dan pencapaian-pencapaian tanpa materi, dan
yang ke dua adalah kebebasan melalui jalan dan buah lokuttara. Baca juga MN 29.6 dan n.348.

1151
MA: Sang Buddha memulai paragraf ini untuk mencegah kritik bahwa sementara Beliau
menginstruksikan agar para siswaNya hidup dalam keterasingan, Beliau sendiri sering dikelilingi oleh
banyak pengikut. Kekosongan di sini adalah buah pencapaian kekosongan bava n.1137.

1152
MA menjelaskan kekosongan secara internal sebagai yang berhubungan dengan kelima kelompok
unsur kehidupan seseorang, kekosongan secara eksternal sebagai yang berhubungan dengan kelima
kelompok unsur kehidupan orang lain. Dengan demikian kekosongan yang dibicarakan di sini pasti
adalah kebebasan pikiran sementara yang dicapai melalui perenungan pandangan terang tanpa-diri,
seperti yang dijelaskan dalam MN 43.33. Ketika pandangan terang ke dalam tanpa-diri dibawa hingga
tingkat sang jalan, dan keluar dalam buah mengalami Nibbna melalui aspek kekosongannya.

1153
MA: Ia memperhatikan suatu pencapaian meditatif tanpa materi yang tanpa gangguan.

1154
MA: ini merujuk pada jhna yang digunakan sebagai landasan bagi pandangan terang. Jika setelah
keluar dari jhna dasar itu, pikirannya tidak masuk ke dalam kekosongan melalui perenungan
pandangan terang pada kelompok-kelompok unsur kehidupannya sendiri atau kelompok-kelompok
unsur kehidupan orang lain, dan ia juga tidak mencapai pencapaian tanpa materi yang tanpa-gangguan,
maka ia harus kembali ke jhna dasar yang sama yang ia kembangkan sebelumnya dan
memperhatikannya lagi dan lagi.


1155
Menurut MA, hingga pada titik ini Sang Buddha telah menunjukkan latihan untuk mencapai kedua
jalan pertama, yaitu jalan memasuki-arus dan yang-kembali-sekali. Sekarang Beliau membicarakan
paragraf yang sekarang ini (14-15) untuk menunjukkan pandangan terang yang diperlukan untuk
mencapai jalan yang-tidak-kembali, yang memuncak dalam ditinggalkannya keinginan indria.

1156
Paragraf ini (16-17) menunjukkan pandangan terang yang diperlukan untuk mencapai jalan
Kearahattaan, yang memuncak pada ditinggalkannya keangkuhan aku.

1157
cariypaddava, antevspaddava, brahmacariypaddava. paddava juga dapat diterjemahkan
sebagai bencana, malapetaka. MA menjelaskan bahwa Sang Buddha membicarakan paragraf ini untuk
menunjukkan bahwa dalam kesendirian ketika seseorang tidak memenuhi tujuan selayaknya dari
kehidupan menyendiri. Guru adalah seorang guru di luar pengajaran Sang Buddha.

1158
MA: Meninggalkan keduniawian menuju kehidupan tanpa rumah di luar Pengajaran Sang Buddha
memberikan perolehan yang kecil, sehingga seseorang yang jatuh dari sana hanya jatuh dari
pencapaian duniawi; ia tidak mengalami penderitaan besar, seperti seseorang yang jatuh dari punggung
seekor keledai hanya akan menjadi kotor oleh debu. Tetapi meninggalkan keduniawian dalam
Pengajaran Sang Buddha menghasilkan perolehan besar jalan, buah, dan Nibbna. Dengan demikian
seseorang yang jatuh dari sana akan mengalami penderitaan besar, bagaikan seseorang yang jatuh dari
punggung seekor gajah.

1159
Perbedaan perumpamaan ini antara cara pengrajin tembikar memperlakukan tanah liat yang basah
dan cara ia memperlakukan adonan kendi yang dihasilkan dari tanah liat itu. MA menuliskan: Setelah
menasihati sekali Aku tidak akan berdiam diri; aku akan menasihati dan memberikan instruksi dengan
cara berulang-ulang menegur engkau. Bagaikan pengrajin tembikar menguji kendi-kendi,
menyingkirkan kendi-kendi yang retak, pecah, atau cacat, dan menyimpan hanya yang lolos ujian,
demikianlah Aku akan menasihati dan memberikan instruksi dengan cara berulang-ulang menguji
engkau. Mereka yang di antara kalian yang selamat, telah mencapai jalan dan buah, akan bertahan
menghadapi pengujian. MA menambahkan bahwa kualitas-kualitas mulia duniawi juga termasuk
dalam kriteria keselamatan.

SUTTA 123

1160
Kemampuan ini ditunjukkan dalam DN 14, yang memberikan informasi terperinci mengenai enam
Buddha sebelum Gotama.

1161
Ini merujuk pada kelahiran kembali Sang Bodhisatta di alam surga Tusita, setelah kehidupannya di
alam manusia sebagai Vessantara dan sebelum kelahirannya di alam manusia sebagai Siddhattha
Gotama.

1162
MA: Di antara setiap tiga sistem dunia terdapat sebuah ruang antara berukuran 8,000 yojana; ini
seperti ruang antara ketiga roda kereta atau mangkuk yang saling bersentuhan. Makhluk-makhluk
terlahir kembali di sana karena melakukan pelanggaran berat terhadap orang tua mereka atau para
petapa dan brahmana baik, atau karena kebiasaan-kebiasaan jahat seperti membunuh binatang, dan
lain-lain.

1163
MA: empat dewa adalah Empat Raja Dewa (para dewa yang menetap di alam surga Empat Raja
Dewa).

1164
MA: Hal ini terjadi, bukan karena kegagalan dalam persalinan, melainkan karena habisnya umur
kehidupannya; karena tempat (di dalam rahim) yang ditempati oleh Sang Bodhisatta, yang menyerupai
kamar bagian dalam dari sebuah cetiya, tidak dapat digunakan oleh orang lain.

1165
MA menjelaskan masing-masing aspek dari peristiwa ini sebagai simbol dari pencapaian Sang
Buddha kelak. Demikianlah, berdiri pada kedua kakinya (pda) dengan tegak di atas tanah adalah
simbol dari pencapaian empat landasan kekuatan batin (iddhipda); Beliau menghadap ke utara,
melambangkan Beliau mengarah ke atas dan melampaui banyak makhluk; tujuh langkahNya,
melambangkan Beliau memperoleh tujuh faktor pencerahan sempurna; payung putih, melambangkan
Beliau memperoleh payung kebebasan; mengamati segala penjuru, melambangkan Beliau memperoleh

pengetahuan kemahatahuan yang tanpa halangan; mengucapkan kata-kata seorang Pemimpin
Kelompok, melambangkan Beliau memutar Roda Dhamma yang tidak bisa dihalangi; pernyataan
Inilah kelahiranKu yang terakhir, melambangkan Beliau meninggal dunia dan memasuki unsur
Nibbna tanpa sisa (dari faktor-faktor kehidupan).

1166
Pernyataan ini tampaknya adalah cara Sang Buddha dalam menilai kualitas yang Beliau anggap
sebagai yang sungguh-sungguh mengagumkan dan menakjubkan.

SUTTA 124

1167
Menurut MA, YM. Bakkula menjadi bhikkhu pada saat usianya delapan puluh, yang berarti ia
berumur 160 pada saat sutta ini terjadi. Ia dinyatakan oleh Sang Buddha sebagai siswa terunggul
sehubungan dengan kesehatan.

1168
MA mengatakan bahwa paragraf di sini yang diapit oleh tanda kurung ditambahkan oleh para
sesepuh yang menyusun Dhamma.

1169
Paragraf ini dan paragraf berikutnya menunjukkan YM. Bakkula sebagai pelaku praktik pertapaan.
Waktu kahina adalah periode setelah tiga bulan masa vassa ketika para bhikkhu membuat jubah baru
dari kain yang mereka terima.

1170
MA mengatakan bahwa setelah ia meninggalkan keduniawian, ia masih menjadi orang biasa
selama tujuh hari, tetapi pada hari ke delapan ia mencapai Kearahattaan bersama dengan pengetahuan
analitis (paisambhid).

1171
MA: YM. Bakkula sendiri tidak memberikan penahbisan (yang merupakan pelanggaran bagi
praktik ini) tetapi membuat pengaturan bagi para bhikkhu lain untuk memberikan penahbisan.

1172
MA: YM. Bakkula telah mempertimbangkan bahwa seumur hidupanya ia tidak pernah menjadi
beban bagi para bhikkhu lain, dan ia tidak ingin jenazahnya menjadi beban setelah kematiannya.
Demikianlah ia memasuki meditasi pada unsur panas dan mencapai Nibbna akhir dengan membakar
tubuhnya. Hanya reliknya yang tersisa.

1173
MA mengatakan bahwa sutta ini dibacakan pada penyusunan Dhamma ke dua, yang diadakan
sekitar seratus tahun setelah Sang Buddha Parinibbna.

SUTTA 125

1174
MA mengidentifikasikan Pangeran Jayasena sebagai seorang putera Raja Bimbisra.

1175
Perumpamaan seperti pada MN 90.11.

1176
Perhatikan bahwa di sini empat landasan perhatian dijelaskan di tempat yang biasanya ditempati
oleh empat jhna.

1177
Saya menerjemahkan dengan lebih berdasarkan pada BBS dan SBJ (yang didukung oleh edisi
Sinhala tahun 1937) daripada PTS. Baik BBS maupun SBJ menyingkat paragraf ini; di mana PTS
membaca kypasahita dan dhammpasahita, kedua edisi ini membaca kmpasahita
dalam kedua tempat, suatu perbedaan besar. Saya diberitahu bahwa terjemahan China dari Madhyama
gama (padanan MN dalam Skt) memiliki tulisan yang bersesuaian dengan yang terdapat pada BBS
dan SBJ. Versi China menyebutkan seluruh empat jhna.

SUTTA 126

1178
MA mengatakan bahwa YM. Bhmija adalah paman dari Pangeran Jayasena.

1179
sa karitv: jika seseorang berkehendak, jika ia memunculkan harapan atau ekspektasi. Petapa
atau brahmana yang menganut pandangan ini pasti adalah para skeptis atau nihilis.


SUTTA 127

1180
Appam cetovimutti, mahaggat cetovimutti. Pada MN 43.31, seperti juga di sini, kebebasan
pikiran yang tanpa batas dijelaskan sebagai empat brahmavihra. Karena formula dalam tiap-tiap
brahmavihra mencantumkan kata luhur, Pacakanga menjadi bingung dan menganggap kedua
kebebasan ini bermakna sama.

1181
MA: Ia mencakup suatu wilayah seluas sebatang pohon dengan gambaran kasia, dan ia berdiam
dengan melingkupi gambaran kasia itu, meliputinya dengan jhna yang luhur. Metode penjelasan
yang sama berlaku untuk kasus-kasus berikutnya.

1182
MA: Ajaran ini dibabarkan untuk menunjukkan jenis-jenis kelahiran kembali yang dihasilkan dari
pencapaian kebebasan yang luhur.

1183
MA menjelaskan bahwa tidak ada alam dewa terpisah yang disebut Cahaya Ternoda dan
Cahaya Murni. Keduanya adalah sub-kelompok dari kedua alam para dewa dengan Cahaya
Terbatas dan para Dewa dengan Cahaya Tanpa Batas. Kelahiran kembali di antara para dewa dengan
Cahaya Terbatas ditentukan oleh pencapaian jhna (ke dua) dengan gambaran kasia terbatas,
kelahiran kembali di antara para dewa dengan Cahaya Tanpa Batas ditentukan oleh pencapaian jhna
yang sama dengan gambaran kasia yang diperluas. Kelahiran kembali dengan cahaya ternoda adalah
untuk mereka yang belum menguasai jhna dan memurnikannya dari kondisi-kondisi yang merintangi;
kelahiran kembali dengan cahaya murni adalah untuk mereka yang telah memperoleh kemahiran dan
pemurnian.

1184
Terdapat suatu permainan kata di sini. Dalam Pli kata kerja jhyati bermakna ganda yaitu
membakar dan juga bermakna bermeditasi, walaupun kedua makna ini diturunkan dari kata kerja
Sanskrit yang berbeda: kshyati adalah membakar, dhyyati adalah bermeditasi.

1185
Kata-kata Abhiya, tampaknya, adalah tidak sopan karena secara langsung menyinggung
pengalaman pribadi Yang Mulia Anuruddha. MA mengatakan bahwa selama masa pemenuhan
kesempurnaannya (prami) dalam kehidupan-kehidupan lampau, Anuruddha telah meninggalkan
keduniawian, dan melalui tiga ratus kehidupan tanpa terputus di alam Brahm. Karena itulah ia
menjawab demikian.

SUTTA 128

1186
Bagian pembukaan dari sutta ini sama dengan pembukaan dari MN 48.

1187
Bait ini dan tiga berikutnya juga terdapat pada Dhp 3-6. Tiga bait terakhir terdapat pada Dhp 328-
30.

1188
Paragraf pada 8-15 nyaris identik dengan MN 31.3-10. Akan tetapi, dari kelanjutannya, jelas
bahwa sutta sekarang ini terjadi pada waktu yang lebih dulu, karena dalam MN 31 seluruh tiga bhikkhu
itu telah mencapai Kearahattaan sedangkan di sini mereka masih berusaha untuk mencapai tujuan.

1189
Di sinilah sutta yang sekarang ini berlanjut secara berbeda dengan MN 31. MA menjelaskan cahaya
(obhsa) sebagai cahaya awal, yang dikemas oleh M sebagai cahaya yang dihasilkan oleh akses pada
jhna. M menambahkan bahwa seseorang yang mencapai jhna ke empat mengembangkan kasia-
cahaya sebagai persiapan untuk membangkitkan mata-dewa. Penampakan bentuk-bentuk (dassana
rpna) adalah penglihatan pada bentuk-bentuk dengan mata dewa. YM. Anuruddha kelak
dinyatakan oleh Sang Buddha sebagai yang paling unggul dalam pengerahan mata-dewa.

1190
Nimitta paivijjhitabba. Lit. Engkau harus menembus gambaran itu.

1191
Baca MN 52.15.

1192
MA menuliskan: Sewaktu Aku sedang memperhatikan sejenis bentuk tunggal, kerinduan muncul.
Dengan berpikir Aku akan memperhatikan jenis-jenis bentuk berbeda, kadang-kadang Aku

mengarahkan perhatianku pada alam surga, kadang-kadang pada alam manusia. Sewaktu aku
memperhatikan jenis-jenis bentuk berbeda, persepsi keberagaman muncul dalam diriKu.

1193
Atinijjhyitta rpna. MA: Ketika persepsi keberagaman muncul, Aku pikir Aku dapat
memperhatikan satu jenis bentuk, apakah menyenangkan atau tidak memyenangkan. Sewaktu Aku
melakukan demikian, meditasi berlebihan pada bentuk-bentuk muncul dalam diriKu.

1194
Cittassa upakkileso. Kata yang sama digunakan pada MN 7.3, walaupun di sini berarti ketidak-
sempurnaan dalam pengembangan konsentrasi. Oleh karenanya ungkapan ini telah diterjemahkan
dengan sedikit berbeda dalam kedua kasus ini.

1195
Tiga cara tampaknya adalah ketiga jenis pertama dari konsentrasi yang disebutkan dalam
paragraf berikutnya, juga disampaikan sebagai sebuah triad pada DN 33.1.10/iii.219. Dari ketiga ini,
yang pertama adalah jhna pertama dan yang ke tiga mencakup ketiga jhna yang lebih tinggi dari
skema empat jhna umumnya. Konsentrasi jenis ke dua tidak mendapat tempat pada skema empat,
tetapi muncul sebagai jhna ke dua dalam pengelompokan lima jhna yang dijelaskan dalam
Abhidhamma Piaka. Jhna ke dua dari skema lima ini dicapai oleh mereka yang tidak dapat mengatasi
awal pikiran dan kelangsungan pikiran secara bersamaan melainkan harus menyingkirkannya secara
berturut-tururt.

1196
MA: Konsentrasi dengan sukacita adalah dua jhna yang lebih rendah; konsentrasi tanpa sukacita
adalah dua jhna yang lebih tinggi; konsentrasi yang disertai dengan kenikmatan (sta), adalah tiga
jhna yang lebih rendah; konsentrasi yang disertai dengan keseimbangan adalah jhna ke empat. PTS
menghilangkan stasahagato pi samdhi bhvito ahosi, yang terdapat dalam edisi-edisi lain.

1197
MA mengatakan bahwa Sang Buddha mengembangkan konsentrasi-konsentrasi ini pada jaga
terakhir malam hari pada malam pencerahanNya sambil duduk di bawah pohon Bodhi.

SUTTA 129

1198
Seperti pada MN 13.14

1199
Perumpamaan berikut ini juga digunakan pada SN 12:63/ii.100 untuk mengilustrasikan makanan
bagi kesadaran (vihra).

1200
Dan Beliau akan menjelaskan pada MN 130.17-27.

1201
MA: Yaitu, si dungu melakukan ketiga jenis perilaku salah, yang karenanya ia terlahir kembali di
neraka. Karena sisa-sisa kamma itu, ketika ia terlahir kembali di alam manusia, ia terlahir kembali di
keluarga rendah. Sekali lagi melakukan ketiga jenis perilaku salah, dan sekali lagi terlahir kembali di
neraka.

1202
Walaupun Pali tidak mencantunmkan partikel negatif na, namun tampaknya di sini diperlukan
untuk menghasilkan makna yang dimaksudkan, dan ini muncul pada klausa sejenis dalam paragraf
berikutnya.

1203
Baca MN 91.5. legenda Raja Pemutar-Roda dibahas secara lengkap dalam DN 17 dan DN 26.

1204
Baca n.809.

1205
MA: Yaitu, si bijaksana melakukan ketiga jenis perbuatan baik, yang karenanya ia terlahir kembali
di alam surga. Kembali ke alam manusia, ia terlahir kembali dalam keluarga yang baik dengan
kerupawanan dan kekayaan. Sekali lagi ia melakukan ketiga jenis perbuatan baik dan sekali lagi
terlahir kembali di alam surga. Harus dipahami bahwa kesempurnaan sepenuhnya dari tingkatan si
bijaksana adalah sepenuhnya duniawi dan tidak berhubungan dengan tingkat-tingkat kesucian pada
jalan kebebasan.

SUTTA 130


1206
Yama adalah dewa kematian. MA mengatakan bahwa ia adalah raja makhluk halus yang memiliki
istana surgawi. Kadang-kadang ia menetap di istana surgawi menikmati kenikmatan surgawi, kadang-
kadang ia mengalami akibat kamma; ia adalah raja yang baik. MA menambahkan bahwa sebenarnya
ada empat Yama, satu di setiap empat gerbang (neraka?)

1207
Menurut legenda Buddhis, tiga dari para utusan surgawi orang tua, orang sakit, dan orang mati
menampakkan diri di hadapan Sang Bodhisatta ketika ia sedang menetap di istana, menghancurkan
pesona kehidupan duniawi dan menyadarkannya pada keinginan untuk mencari jalan kebebasan. baca
AN 3:38/i.145-46 untuk penjelasan atas asal-usul secara psikologis dari mana legenda ini berkembang.

1208
Penjelasan mengenai neraka berikut ini, hingga ke 16, juga terdapat pada MN 129.10-16.

SUTTA 131

1209
Khotbah ini dengan pendahuluan dan catatan yang panjang tersedia secara terpisah dalam
terjemahan oleh Bhikkhu ananda dengan judul Ideal Solitude.

1210
Dalam edisi pertama saya mengikuti m dalam menerjemahkan bhaddekaratta sebagai satu
kemelekatan yang menguntungkan. Akan tetapi, atas saran dari YM. Thnissaro Bhikkhu, saya
mengubahnya menjadi satu malam yang baik, yang tampaknya lebih tepat. Ratta dan ratti dapat
dianggap mewakili Skt rtra dan rtri (= malam) atau Skt rakta dan rakti (= kemelekatan). m
mengartikan kata-kata ini dalam makna ke dua, tetapi fakta bahwa baik MA maupun M tidak
mengemas ratta dengan menyiratkan bahwa yang dimaksudkan adalah malam; karena jika kata itu
digunakan dalam makna kemelekatan, suatu kondisi tidak bermanfaat yang khas dalam khotbah
Buddhis, maka beberapa klarifikasi komentar pasti telah diberikan. Versi Skt dari Asia Tengah, judul
Skt pada versi Tibet, dan terjemahan Tibet sendiri semuanya menggunakan bhadrakartri. Ini
menegaskan identifikasi ratta sebagai malam; perubahan dari e- menjadi -a- dapat dipahami
sebagai suatu usaha untuk mempermudah tulisan menjadi suatu bacaan yang lebih akrab. (Saya
berhutang pada Peter Skilling atas informasi ini.) Madhyama gama dari China hanya menyalin
kembali judul itu dari versi Skt dan dengan demikian tidak memberikan bantuan.

Selain dari rangkaian sutta-sutta ini, kata bhaddekaratta tidak terdapat di manapun dalam Kanon Pali.
MA hanya mengatakan: Seorang yang melewatkan satu malam yang baik adalah seseorang yang
melewatkan satu malam yang baik karena memiliki penerapan pandangan terang (bhaddekarattass ti
vipassanyogasamanngatatt bhaddekassa ekarattassa). M hanya memberikan pemecahan kata (ek
ratti ekaeratto; bhaddo ekaratto etass ti bhaddekaratta) dan mengatakan bahwa ini merujuk pada
seseorang yang melatih pandangan terang. Seperti yang ditekankan pada syair yang mendorong
perlunya menaklukkan kematian dengan mengembangkan pandangan terang, judul ini mungkin
menggambarkan seorang meditator yang telah melewati satu malam (dan satu hari) yang baik dengan
mempraktikan pandangan terang yang tak terkalahkan, tak tergoyahkan. m mengatakan dalam Ms:
Mungkin dapat dianggap bahwa kata bhaddekaratta adalah frasa terkenal yang digunakan oleh Sang
Buddha dan diberikan makna khusus oleh Beliau, hal ini bukan tidak sering dilakukan, tetapi
tampaknya tidak ada alasan untuk melakukan hal itu dan tidak ada bukti untuk kasus ini. Lebih
mungkin bahwa kata ini diciptakan oleh Sang Buddha sendiri untuk menggambarkan aspek
pengembangan tertentu.

1211
Secara lebih literal kedua baris pertama dapat diterjemahkan: Janganlah seseorang kembali ke
masa lampau atau hidup dalam pengharapan di masa depan. Makna ini akan lebih jelas dalam paragraf
penjelasan di dalam sutta ini.

1212
MA: Ia harus merenungkan tiap-tiap kondisi yang muncul saat ini, tepat di mana munculnya,
melalui tujuh perenungan pandangan terang (pandangan terang ke dalam ketidak-kekalan, penderitaan,
tanpa-diri, kekecewaan, kebosanan, lenyapnya, lepasnya.)

1213
Asahra asankuppa. MA menjelaskan bahwa sutta ini dikatakan bertujuan untuk menunjukkan
pandangan terang dan lawan pandangan terang (baca n.1143); karena pandangan terang adalah tak
terkalahkan, tak tergoyahkan Karena tidak terkalahkan atau tergoyahkan oleh nafsu dan kekotoran
lainnya. Di tempat lain ungkapan tak terkalahkan, tak tergoyahkan digunakan untuk menggambarkan
Nibbna (yaitu, Sb v.1149) atau menggambarkan pikiran yang terbebaskan (misalnya, Thag v.649),

tetapi di sini tempaknya merujuk pada tingkatan dalam pengembangan pandangan terang. Kemunculan
kembali bentuk kata kerja sahirati pada 8 dan 9 menyiratkan bahwa makna yang dimaksudkan
adalah perenungan saat ini tanpa tersesat ke dalam pandangan diri.

1214
Sang Bijaksana damai (santo muni) adalah Sang Buddha.

1215
MA: Seseorang menemukan kesenangan dengan membawa ketagihan atau pandangan yang
berhubungan dengan ketagihan di masa lalu. Harus dipahami bahwa ini bukanlah sekadar perenungan
masa lalu melalui ingatan yang menyebabkan belenggu, tetapi menghidupkan kembali pengalaman
masa lalu dengan pikiran-pikiran ketagihan. Sehubungan dengan hal ini ajaran Sang Buddha sangat
jauh berbeda dengan ajaran Krishnamurti, yang tampaknya menganggap bahwa ingatan itu sendiri
sebagai penjahat di belakang layar.

1216
Sintaksis dari Pali memperbolehkan kalimat ini diinterpretasikan dalam dua cara, sebagai
menyebutkan bahwa seseorang berpikir, Aku memiliki bentuk demikian di masa lalu, namun tidak
menemukan kesenangan dalam pikiran itu; atau bahwa seseorang tidak menemukan kesenangan di
masa lalu dengan memikirkan pikiran demikian. Horner, ananda (dalam Ideal Solitude), dan m
(dalam Ms) menafsirkan kalimat ini dalam cara pertama; saya mempertahankan terjemahan m dalam
edisi pertama. Setelah mempertimbangkan, sekarang saya percaya bahwa interpretasi ke dua adalah
lebih tepat menyampaikan makna teks tersebut. Ini juga berkaitan, secara lebih baik, dengan syair itu
sendiri, yang menginstruksikan agar siswa tidak berdiam di masa lalu dan di masa depan melainkan
merenungkan tiap-tiap kondisi yang muncul saat ini seperti yang disampaikan oleh syair itu sendiri.

1217
Dalam edisi pertama, kalimat ini diterjemahkan: Dengan berpikir, Aku akan memiliki bentuk
materi demikian di masa depan, seseorang menemukan kesenangan di dalam itu. setelah
merenungkan kembali, sekarang bagi saya tampaknya bahwa kalimat itu mengungkapkan seruan
harapan di masa depan.

1218
Kata kerja di sini dan dalam paragraf berikutnya, sahirati, merujuk kembali pada baris dalam
syair, tak terkalahkan, tak tergoyahkan. MA mengemas: Seseorang diseret oleh ketagihan dan
pandangan karena ketiadaan pandangan terang.

SUTTA 133

1219
Hingga 12, seperti pada MN 18.10-15

1220
MA: Pada dua sutta sebelumnya dan satu sutta berikutnya Sang Buddha membabarkan garis besar
dan analisis melalui kelima kelompok unsur kehidupan, tetapi di sini ia membabarkannya sedemikian
sehingga dapat dianalisis melalui kedua belas landasan indria. Memahami maksud Sang Buddha, YM.
Mah Kaccna menjelaskan seperti yang ia lakukan, dan karena kemahirannya dalam menangkap
metode bahkan ketika tidak ditunjukkan secara eksplisit, Sang Buddha menunjuknya sebagai siswa
yang terunggul dalam menjelaskan secara terperinci suatu ajaran yang dinyatakan secara ringkas.

SUTTA 134

1221
Menurut Komentar Thag, Yang Mulia Lomasakangiya telah menjadi bhikkhu pada masa Buddha
Kassapa. Setelah Buddha Kassapa membabarkan Bhaddekaratta Sutta, seorang bhikkhu tertentu
menyampaikannya kepada Lomasakangiya. Karena tidak mampu memahaminya, ia berseru: Di masa
depan, semoga aku mampu mengajarkan sutta ini kepadamu! yang lain menjawab: Semoga aku dapat
menanyakannya kepadamu! Pada masa sekarang Lomasakangiya terlahir di sebuah keluarga Sakya di
Kapilavatthu, sedangkan bhikkhu lainnya itu menjadi Dewa Candana.

1222
MA menjelaskan bahwa ini terjadi pada tahun ke tujuh setelah Pencerahan Sang Buddha, pada saat
Beliau melewatkan tiga bulan masa vassa di alam surga Tiga Puluh Tiga mengajarkan Abhidhamma
kepada para dewa dari sepuluh ribu sistem dunia yang berkumpul di sana.

SUTTA 135


1223
Baca MN 99. menurut MA, ayahnya, Brahmana Todeyya, terlahir kembali sebagai anjing di
rumahnya sendiri karena kekikirannya yang sangat luar biasa. Sang Buddha mengidentifikasikannya
dengan menyuruh anjing itu menggali beberapa harta tersembunyi milik ayah Subha yang dikuburkan
sebelum kematiannya. Hal ini menginspirasi keyakinan Subha pada Sang Buddha dan mendorongnya
untuk mendatangi dan bertanya tentang cara kerja kamma.

1224
Jika kamma pembunuhan secara langsung menentukan modus kelahiran kembali, maka hal itu akan
menghasilkan kelahiran kembali dalam salah satu alam sengsara. Tetapi jika kamma baik
mengantarkan menuju kelahiran kembali di alam manusia dan kelahiran kembali sebagai manusia
selalu diakibatkan oleh kamma baik kamma pembunuhan akan bekerja dengan cara yang berlawanan
dengan kamma penghasil kelahiran kembali dengan menyebabkan berbagai kemalangan yang bahkan
berujung pada kematian prematur. Prinsip yang sama berlaku pada kasus berikutnya yang mana kamma
buruk menjadi matang dalam kehidupan sebagai manusia: dalam tiap-tiap kasus kamma buruk
melawan kamma baik yang bertanggung jawab atas kelahiran kembali sebagai manusia dengan
menimbulkan jenis kemalangan tertentu sesuai kualitas yang menonjol.

1225
Dalam kasus ini kamma baik menghindari pembunuhan secara langsung bertanggung jawab atas
kelahiran kembali di alam surga atau umur panjang di alam manusia. Prinsip yang sama berlaku dalam
seluruh paragraf tentang matangnya kamma baik.

SUTTA 136

1226
MA mengatakan bahwa Potaliputta sesungguhnya tidak secara langsung mendengar dari Sang
Buddha, tetapi pernah mendengarkan berita bahwa pernyataan-pernyataan ini dinyatakan oleh Sang
Buddha. Pernyataan pertama adalah versi menyimpang dari pernyataan Sang Buddha dalam MN 56.4
bahwa perbuatan pikiran adalah paling tercela di antara ketiga jenis perbuatan bagi pelaksanaan
perbuatan jahat. Pernyataan ke dua diturunkan dari pembahasan lenyapnya persepsi oleh Sang Buddha
dalam Pohapda Sutta (DN 9). MA mengemas kata tidak berarti menjadi tidak berbuah.

1227
Pernyataan ini dinyatakan oleh Sang Buddha pada SN 36:11/iv.216, sehubungan dengan
penderitaan yang terkandung dalam segala bentukan karena alasan ketidak-kekalannya. Walaupun
pernyataan itu benar, Samiddhi tampaknya telah salah menginterpretasikannya menjadi bermakna
bahwa semua perasaan dirasakan sebagai penderitaan, yang jelas salah.

1228
MA: bagian ini tidak menjelaskan pengetahuan Sang Tathgata mengenai penjelasan panjang
tentang perbuatan, tetapi membentuk kerangka yang bertujuan untuk menyajikan penjelasan.

1229
MA: Ini juga tidak membabarkan pengetahuan mengenai penjelasan panjang tentang perbuatan,
tetapi masih membentuk kerangka. Tujuannya di sini adalah untuk menunjukkan apa yang dapat
diterima dan apa yang harus ditolak dari pernyataan para petapa dan brahmana luar. Singkatnya, dalil
yang melaporkan pengamatan langsung mereka dapat diterima, tetapi generalisasi yang mereka
turunkan dari pengamatan itu harus ditolak.

1230
Di sini dimulai penjelasan atas pengetahuan mengenai penjelasan panjang tentang perbuatan.

1231
MA: Orang yang dengan mata dewa telah terlihat melakukan pembunuhan makhluk-makhluk
hidup, dan seterusnya, terlahir kembali di neraka karena perbuatan jahat lain yang telah ia lakukan
sebelum ia melakukan pembunuhan, dan seterusnya, atau karena perbuatan jahat yang ia lakukan
setelahnya, atau karena pandangan salah yang ia terima pada saat kematian. Walaupun Pali sepertinya
mengatakan bahwa ia seharusnya terlahir kembali di neraka karena perbuatan-perbuatan selain
daripada yang terlihat sedang ia lakukan, ini jangan dipahami sebagai suatu pernyataan pasti melainkan
hanya sebagai suatu pernyataan kemungkinan. Yaitu, walaupun mungkin saja bahwa ia terlahir kembali
di neraka karena perbuatan jahat yang ia terlihat lakukan, tetapi mungkin juga bahwa ia terlahir
kembali di neraka karena perbuatan-perbuatan jahat lain yang ia lakukan sebelumnya atau sesudahnya
atau karena pandangan salah.

1232
Pernyataan ini menunjukkan bahwa bahkan jika kamma buruknya tidak menghasilkan modus
kelahiran kembali, namun kamma itu akan tetap matang baginya dalam suatu cara apakah dalam
kehidupan ini, dalam kehidupan berikut, atau dalam beberapa kehidupan setelah itu.


1233
Dalam kasus ini kelahiran kembali di alam surga pasti disebabkan karena perbuatan-perbuatan
lainnya selain daripada perbuatan yang terlihat sedang ia lakukan, karena suatu perbuatan jahat tidak
dapat menghasilkan modus kelahiran kembali yang beruntung.

1234
MA menjelaskan abhabba, tidak mampu, sebagai tidak bermanfaat (akusala), disebut tidak
mampu karena kosong dari kapasitas untuk tumbuh; dan bhabba, mampu, sebagai bermanfaat, disebut
mampu karena memiliki kapasitas untuk tumbuh. Penjelasan ini tampaknya meragukan; bhabba
(Skt bhavya) hanya bermakna berpotensi, mampu menghasilkan akibat, tanpa menyiratkan penilaian
moral tertentu. MA memberikan dua penjelasan atas tetrad ini. Yang pertama berangkat dengan
menganggap akhiran bhsa sebagai bermakna mengungguli atau mengatasi, dan dengan
demikian keempat kata itu menunjukkan cara suatu kamma dari satu kualitas dapat mengungguli
kamma lainnya dalam menghasilkan akibatnya. Penjelasan ke dua yang tampaknya lebih meyakinkan,
menganggap bhsa sebagai bermakna tampak, yang saya ikuti dalam terjemahan ini. Pada
penjelasan ini, jenis pertama diilustrasikan oleh orang yang membunuh makhluk-makhluk hidup dan
terlahir kembali di neraka: perbuatannya tidak mampu menghasilkan (akibat baik) karena perbuatan itu
adalah tidak bermanfaat, dan tampak tidak mampu karena ia terlahir kembali di neraka, yang sepertinya
menjadi sebab bagi kelahiran kembalinya di sana. Yang ke dua diilustrasikan oleh orang yang
membunuh makhluk-makhluk hidup dan terlahir kembali di alam surga: perbuatannya tidak mampu
menghasilkan (akibat baik) karena perbuatan itu adalah tidak bermanfaat, namun tampak mampu
karena ia terlahir kembali di alam surga; demikianlah bagi para petapa dan brahmana luar, hal ini
tampak seperti sebab bagi kelahirannya di alam surga. Kedua kata berikutnya harus dipahami dengan
cara yang sama, dengan perubahan seperlunya.

SUTTA 137

1235
MA: Eksplorasi pikiran (manopavicra) adalah awal pikiran dan kelangsungan pikiran. Seseorang
mengeksplorasi (arau memeriksa, upavicarati) objek melalui munculnya kelangsungan pikiran
(vicra), dan awal pikiran berhubungan dengan kelangsungan pikiran.

1236
MA: Setelah melihat suatu bentuk dengan kesadaran-mata, seseorang mengeksplorasi suatu bentuk
yang, sebagai suatu objek, adalah penyebab bagi kegembiraan (kesedihan, keseimbangan).

1237
MA: Ini adalah posisi-posisi (pada) bagi makhluk-makhluk yang bertekad pada lingkaran
kehidupan dan bagi mereka yang bertekad pada lenyapnya lingkaran.

1238
MA: Berdasarkan pada kehidupan rumah tangga berarti berhubungan dengan utas-utas
kenikmatan indria; berdasarkan pada pelepasan keduniawian berarti berhubungan dengan pandangan
terang.

1239
MA: Ini adalah kegembiraan yang muncul ketika seseorang telah menegakkan pandangan terang
dan sedang duduk mengamati hancurnya bentukan-bentukan dengan arus pengetahuan pandangan
terang yang tajam dan cerah yang terpusat pada bentukan-bentukan.

1240
MA menjelaskan kebebasan tertinggi dan landasan itu sebagai Kearahattaan. Baca 44.28.

1241
MA: Ini adalah keseimbangan karena tidak mengetahui yang muncul dalam diri seseorang yang
belum menaklukkan keterbatasan yang diakibatkan oleh kekotoran atau akibat (perbuatan) masa depan.
Ini tidak melampaui bentuk karena terjerat, terpaku pada objek bagaikan lalat pada segumpal gula.

1242
MA: Ini adalah keseimbangan yang berhubungan dengan pengetahuan pandangan terang.
Keseimbangan ini tidak menjadi bernafsu pada objek-objek menyenangkan yang masuk dalam
jangkauan indria-indria, juga tidak menjadi marah karena objek-objek tidak menyenangkan.

1243
MA mengatakan bahwa sebelumnya yang dibahas adalah keseimbangan duniawi, tetapi di sini
perbedaannya adalah antara keseimbangan dalam membeda-bedakan pengalaman indria dan
keseimbangan pencapaian meditatif.


1244
MA menuliskan: Melalui keseimbangan pencapaian tanpa materi, tinggalkanlah keseimbangan
pencapaian materi halus; melalui pandangan terang ke dalam alam tanpa materi, tinggalkanlah
pandangan terang ke dalam alam materi-halus.

1245
MA mengatakan bahwa ketiadaan-identifikasi (atammayat baca n.1066) di sini merujuk pada
pandangan terang yang menuntun menuju kemunculan, yaitu, pandangan terang persis sebelum
munculnya jalan lokuttara; karena ini berdampak pada ditinggalkannya keseimbangan pencapaian
tanpa materi dan keseimbangan pandangan terang.

1246
Satipahna di sini jelas memiliki makna berbeda dari biasanya, seperti akan jelas pada bagian
selanjutnya. Seorang Mulia adalah Sang Buddha.

1247
Ini adalah salah satu dari Sembilan gelar Sang Buddha dalam penggambaran umum kualitas-
kualitas Sang Buddha.

1248
Delapan arah ini adalah delapan kebebasan, tentang ini baca n.764.

SUTTA 138

1249
Agak janggal bahwa Sang Buddha, setelah mengatakan bahwa Beliau akan mengajarkan ringkasan
dan penjelasan, hanya membabarkan ringkasan dan pergi tanpa membabarkan penjelasan. Walaupun di
tempat lain Sang Buddha pergi mendadak setelah memberikan pernyataan yang membingungkan
(seperti, pada MN 18), pada peristiwa-peristiwa itu Beliau sebelumnya memang tidak menyatakan
niatnya untuk memberikan penjelasan. MA tidak memberikan penjelasan.

1250
MA: Kesadaran adalah teralihkan dan berhamburan secara eksternal, yaitu, di antara objek-objek
eksternal, ketika muncul melalui keterikatan pada objek eksternal.

1251
M: Bentuk itu sendiri disebut gambaran bentuk (rpanimitta) dalam hal bahwa bentuk itu menjadi
penyebab bagi munculnya kekotoran. Seseorang yang mengikutinya melalui nafsu.

1252
MA: pikiran terpaku secara internal melalui kemelekatan pada objek internal. Teks sutta itu
sendiri bergeser dari via dalam ringkasan oleh Sang Buddha menjadi citta dalam penjelasan oleh
Mah Kaccna.

1253
Seluruh edisi MN 38 Pali di sini menuliskan anupd paritassan, secara literal gejolak karena
ketidak-melekatan, yang jelas berlawanan dengan apa yang secara konsisten diajarkan oleh Sang
Buddha: gejolak muncul dari kemelekatan, dan lenyap dengan lenyapnya kemelekatan. Akan tetapi,
tulisan ini jelas lebih dulu daripada komentar, karena MA menerima anupd sebagai benar dan
memberikan penjelasan berikut: Dalam makna apakah terjadinya gejolak karena ketidak-melekatan?
Melalui ketiadaan segala sesuatu yang dilekati. Karena jika ada bentukan apapun yang kekal, stabil,
suatu diri, atau milik diri, maka adalah mungkin untuk dilekati. Maka gejolak ini adalah gejolak karena
kemelekatan (seuatu yang dilekati). Tetapi karena tidak ada bentukan yang dapat dilekati demikian,
maka walaupun bentuk materi, dan seterusnya, dilekati dengan gagasan bentuk materi adalah diri, dan
seterusnya, sesungguhnya hal-hal itu tidak dilekati (dengan cara bagaimana hal itu dianggap).
Demikianlah, apa yang di sini disebut gejolak karena ketidak-melekatan adalah dalam makna gejolak
karena kemelekatan melalui pandangan-pandangan. m mengikuti tulisan ini, dan berdasarkan pada
penjelasan MA, menerjemahkan frasa kesedihan [gejolak] karena tidak menemukan apa pun yang
dapat dilekati. Ia tidak membahas persoalan ini dalam catatannya.

Sebuah sutta dalam Sayutta Nikya (SN 22:7/iii,16) sebenarnya identik dengan paragraf ini dari MN
138, kecuali bahwa di sini tertulis, upd paritassan, seperti seharusnya, gejolak karena
kemelekatan. Dari teks Sayutta kita dapat dengan aman menyimpulkan bahwa tulisan dalam
Majjhima adalah kesalahan yang seharusnya dihilangkan. Terjemahan saya di sini adalah berdasarkan
pada tulisan dari MN 22:7. Horner juga mengikuti bagian belakangan dari teks dalam MLS.

1254
MA menjelaskan frasa tidak umum paritassan dhammasamppd sebagai gejolak keinginan dan
munculnya kondisi-kondisi tidak bermanfaat (lainnya).


1255
Gejolak demikian berakibat dari ketiadaan inti yang kekal dalam segala sesuatu yang dapat
memberikan perlindungan dari penderitaan yang diendapkan oleh perubahan dan ketidak-stabilannya.

1256
Frasa ini adalah identik baik dalam versi Majjhima maupun Sayutta.

SUTTA 139

1257
Ini secara intinya identik dengan pernyataan yang dengannya Sang Buddha yang baru tercerahkan
memulai khotbah pertamanya kepada Lima Bhikkhu, sebelum mengajarkan Empat Kebenaran Mulia
kepada mereka.

1258
Ini adalah sebuah ungkapan yang rumit untuk pengejaran kenikmatan indria.

1259
MA: diserang oleh penderitaan, kesulitan, dan seterusnya, melalui penderitaan, kesulitan, dan
seterusnya dari akibat yang ditimbulkan dan penderitaan dan kesulitan, dan seterusnya, dari kekotoran-
kekotoran yang menyertainya.

1260
Ini adalah ketagihan pada penjelmaan. Persis di bawah kita harus membaca sekali lagi sebagai
bhavasayojana (seperti pada BBS dan SBJ) bukan seperti PTS vibhavasayojana.

1261
Yaitu, memuji dan mencela terjadi ketika seseorang membingkai pernyataan seseorang dalam hal
orang-orangnya, beberapa dipuji dan yang lainnya dicela. Seseorang mengajarkan hanya Dhamma
ketika ia membingkai pernyataan seseorang dalam hal kondisi (dhamma) modus praktik tanpa
secara eksplisit menghubungkannya dengan orang-orang.

1262
Persoalan pemaksaan bahasa setempat ini pasti sangat akut dalam Sangha, ketika para bhikkhu
menjalani kehidupan yang terus-menerus mengembara dan melewati banyak daerah dengan bahasa
atau dialek yang berbeda-beda.

1263
YM. Subhti adalah adik dari Anthapiika dan menjadi bhikkhu pada hari Hutan Jeta
dipersembahkan kepada Sangha. Sang Buddha menunjuknya sebagai siswa terunggul dalam dua
kategori yang hidup tanpa konflik dan yang layak menerima pemberian.

SUTTA 140

1264
Menurut MA, Pukkusti adalah raja Takkasil dan bersahabat dengan Raja Bimbisra dari
Magadha melalui para pedagang yang melakukan perjalanan di antara kedua negeri untuk berdagang.
Dalam suatu pertukaran hadiah Bimbisra mengirimkan sebuah panel emas kepada Pukkusti di mana
ia menuliskan penjelasan Tiga Permata dan berbagai aspek Dhamma. Ketika Pukkusti membaca
tulisan itu, ia menjadi gembira dan memutuskan untuk meninggalkan keduniawian. Tanpa melalui
penahbisan resmi, ia mencukur rambutnya, mengenakan jubah kuning, and meninggalkan istana. Ia
pergi ke Rjagaha dengan maksud untuk menemui Sang Buddha, yang saat itu berada di Svatth, kira-
kira 300 mil jauhnya. Sang Buddha melihat Pukkusti melalui mata batinnya, dan mengetahui
kemampuannya untuk mencapai jalan dan buah, Beliau melakukan perjalanan sendirian dengan
berjalan kaki menuju Rjagaha untuk menemuinya. Agar tidak dikenali, melalui kekuatan kehendaknya
Sang Buddha menyembunyikan ciri-ciri fisiknya seperti tanda-tanda Manusia Luar Biasa, dan ia tampil
seperti umumnya seorang bhikkhu pengembara. Beliau tiba di gubuk pengrajin tembikar tidak lama
setelah Pukkusti, yang telah tiba terlebih dulu, bermaksud untuk pergi ke Svatth pada keesokan
harinya untuk menemui Sang Buddha.

1265
Pukkusti yang tidak menyadari bahwa pendatang baru itu adalah Sang Buddha, menyapa Beliau
dengan panggilan akrab vuso.

1266
MA: Sang Buddha mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini sekedar untuk memulai suatu
percakapan, karena Beliau telah mengetahui bahwa Pukkusti telah meninggalkan keduniawian karena
Beliau.

1267
MA: Karena Pukkusti telah memurnikan praktik awal sang jalan dan mampu mencapai jhna ke
empat melalui perhatian pada pernafasan, Sang Buddha langsung memulai dengan suatu khotbah

tentang meditasi pandangan terang, membabarkan kekosongan tertinggi yaitu landasan bagi
Kearahattaan.

1268
MA: Di sini Sang Buddha membabarkan keberadaan yang bukan sesungguhnya melalui
keberadaan yang sesungguhnya; karena unsur-unsur adalah keberadaan yang sesungguhnya tetapi
manusia adalah keberadaan yang bukan sesungguhnya. Maksudnya adalah : Bahwa apa yang engkau
lihat sebagai seorang manusia adalah terdiri dari enam unsur. Sesungguhnya tidak ada manusia di sini.
Manusia hanyalah sekadar konsep.

1269
Seperti pada MN 137.8.

1270
Paadhihna, saccdhihna, cgadhihna, upasamdhihna. m, dalam Ms, awalnya
menerjemahkan adhihna sebagai tekad, dan kemudian menggantinya menjadi modus
pengungkapan, yang keduanya tampaknya tidak sesuai untuk konteks ini. MA mengemas kata ini
dengan patih, yang jelas berarti landasan, dan menjelaskan makna dari pernyataan itu sebagai
berikut: Manusia ini yang terdiri dari enam unsur, enam landasan kontak, dan delapan belas jenis
pendekatan pikiran ketika ia berpaling dari ini dan mencapai Kearahattaan, pencapaian tertinggi, ia
melakukannya dengan berlandaskan pada keempat landasan ini. Keempat landasan ini akan dijelaskan
secara terpisah pada bagian selanjutnya, 12-29.

1271
MA: Sejak awal seseorang seharusnya tidak melalaikan kebijaksanaan yang muncul dari
konsentrasi dan pandangan terang untuk menembus kebijaksanaan buah Kearahattaan. Ia harus
mempertahankan ucapan jujur untuk mencapai Nibbna, kebenaran tertinggi. Ia harus melatih
pelepasan kekotoran untuk melepaskan segala kekotoran melalui jalan Kearahattaan. Sejak awal ia
harus berlatih dalam penenangan kekotoran untuk menenangkan segala kekotoran melalui jalan
Kearahattaan. Demikianlah kebijaksanaan, dan seterusnya yang muncul dari ketenangan dan
pandangan terang dijelaskan sebagai landasan awal untuk mencapai landasan kebijaksanaan, dan
seterusnya (ciri khas Kearahattaan).

1272
MA: Tidak-melalaikan kebijaksanaan dijelaskan melalui meditasi pada unsur-unsur. Analisis
unsur-unsur di sini identik dengan yang terdapat pada MN 28.6, 11, 16,21, dan MN 62.8-12.

1273
MA: Ini adalah unsur ke enam, yang tersisadalam itu masih harus dijelaskan oleh Sang Buddha
dan harus ditembus oleh Pukkusti. Di sini dijelaskan sebagai kesadaran yang menyempurnakan
pekerjaan perenungan pandangan terang pada unsur-unsur. Di dalam topik kesadaran, perenungan
perasaan juga diperkenalkan.

1274
Paragraf ini menunjukkan kondisionalitas perasaan dan ketidak-kekalannya melalui lanyapnya
kondisinya.

1275
MA mengidentifikasi ini sebagai keseimbangan jhna ke empat. Menurut MA, Pukkusti telah
mencapai jhna ke empat dan memiliki kemelekatan kuat pada jhna itu. Sang Buddha pertama-tama
memuji keseimbangan ini untuk menginspirasi keyakinan Pukkusti, kemudian setahap demi setahap
Beliau menuntunnya menuju jhna-jhna tanpa materi dan pencapaian jalan dan buah.

1276
Maknanya adalah: Jika ia mencapai landasan ruang tanpa batas dan meninggal dunia selagi masih
melekatinya, maka ia akan terlahir kembali di alam ruang tanpa batas dan akan hidup di sana selama
umur kehidupan maksisum 20,000 kappa yang ditentukan di alam itu. Di tiga alam tanpa materi yang
lebih tinggi, umur kehidupannya berturut-turut adalah 40,000 kappa, 60,000 kappa, dan 84,000 kappa.

1277
MA: ini disebutkan untuk menunjukkan bahaya dalam jha-jhna tanpa materi. Dengan satu frasa,
ini adalah terkondisi, Beliau menunjukkan: Bahkan walaupun umur kehidupan di sana adalah
20,000 kappa, namun itu adalah terkondisi, dirancang, dibangun. Dengan demikian maka tidak kekal,
tidak stabil, tidak bertahan lama, sementara. Tunduk pada kemusnahan, kehancuran, dan kelenyapan;
ini melibatkan kelahiran, penuaan, dan kematian, yang berlandaskan penderitaan. Ini bukanlah suatu
naungan, suatu tempat aman, suatu perlindungan. Setelah meninggal dunia dari sana sebagai seorang
duniawi, ia masih dapat terlahir kembali di empat alam sengsara.


1278
So neva abhisankharoti nbhisacetayati bhavya v vibhavya. Kedua kata kerja ini menyiratkan
gagasan kehendak sebagai kekuatan pembangun yang membangun kelangsungan kehidupan terkondisi.
Lenyapnya kehendak akan penjelmaan atau tanpa-penjelmaan menunjukkan padamnya ketagihan pada
kehidupan abadi dan pemusnahan, yang memuncak pada pencapaian Kearahattaan.

1279
MA mengatakan bahwa pada titik ini Pukkusti menembus tiga jalan dan buah, menjadi yang-
tidak-kembali. Ia menyadari bahwa gurunya adalah Sang Buddha sendiri, tetapi ia tidak dapat
mengungkapkan hal ini karena Sang Buddha masih melanjutkan khotbahNya.

1280
Paragraf ini menunjukkan kediaman Arahant dalam unsur Nibbna dengan sisa (dari faktor-faktor
kehidupan yang terkondisi, sa-updisesa nibbnadhtu). Walaupun ia tetap mengalami perasaan-
perasaan, namun ia bebas dari nafsu terhadap perasaan menyenangkan, dari penolakan terhadap
perasaan menyakitkan, dan dari ketidak-tahuan terhadap perasaan netral.

1281
Yaitu, ia terus mengalami perasaan hanya selama jasmaninya dengan indria kehidupannya
berlangsung, tetapi tidak melampaui itu.

1282
Ini merujuk pada pencapaian unsur-Nibbna tanpa sisa (anupdisesa nibbnadhtu) lenyapnya
segala kehidupan terkondisi melalui kematiannya.

1283
Ini menutup penjelasan atas landasan pertama, yang dimulai pada 13. MA mengatakan bahwa
pengetahuan hancurnya segala penderitaan adalah kebijaksanaan yang berhubungan dengan buah
Kearahattaan.

1284
MA menyebutkan empat jenis perolehan (upadhi) di sini: baca n.674.

1285
Arus pasang penganggapan (maussav), seperti yang ditunjukkan dalam paragraf berikut ini,
adalah pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan yang berasal-mula dari ketiga akar penganggapan
ketagihan, keangkuhan, dan pandangan. Untuk penjelasan yang lebih lengkap, baca n.6. Sang
bijaksana damai (muni santo) adalah Arahant.

1286
Apa yang tidak ada padanya adalah ketagihan pada penjelmaan, yang menuntun mereka yang
belum melenyapkannya kembali kepada kelahiran baru setelah kematian.

1287
MA mengatakan bahwa ia terlahir kembali di Alam Murni yang disebut Avih dan mencapai
Kearahattaan segera setelah ia terlahir kembali di sana. MA mengutip sebuah syair dari Sayutta
Nikya (SN 1:50/i.35) menyebutkan Pukkusti sebagai satu dari ketujuh bhikkhu yang terlahir kembali
di Avih dan mencapai kebebasan dengan melampaui belenggu-belenggu surgawi.

SUTTA 141

1288
Ini merujuk pada khotbah pertama Sang Buddha, yang dibabarkan kepada lima bhikkhu di Taman
Rusa di Isipatana.

1289
MA: YM. Sriputta melatih mereka hingga ia mengetahui bahwa mereka telah mencapai buah
memasuki-arus, kemudian ia membiarkan mereka mengembangkan jalan-jalan yang lebih tinggi
dengan usaha mereka sendiri dan ia melatih kelompok murid yang baru. Tetapi YM. Moggallna
melanjutkan melatih murid-muridnya hingga mereka mencapai Kearahattaan.

1290
Definisi kelahiran, penuaan, dan kematian juga terdapat pada MN 9.22, 26. keseluruhan analisis
terperinci dari Empat Kebenaran Mulia ini juga termasuk dalam Mahsatipahna Sutta, dengan
penjelasan yang bahkan lebih lengkap pada bagian kebenaran ke dua dan ke tiga. Baca DN 22.18-
21/ii.305-13.

SUTTA 142

1291
Mahpajpat Gotam adalah adik perempuan Ratu Mahmy, ibu Sang Buddha, dan juga istri
Raja Suddhodana. Setelah kematian Mahmy, ia menjadi ibu tiri Sang Buddha. Sutta ini terjadi pada
masa awal pengajaran Sang Buddha, pada salah satu perjalananNya mengunjungi kota asalNya. Setelah

kematian Raja Suddhodana, Mahpjapati memohon kepada Sang Buddha agar memperbolehkan
perempuan bergabung dalam Sangha, dan penerimaannya menandai awal dari Sangha bhikkhun, kisah
ini terdapat pada Vin Cv Kh 10/ii.253-56 (baca amoli, The Life of the Buddha, pp.104-7).

Suatu penempatan kejadian pada waktu yang salah ini dicetuskan oleh YM. Ajahn Sucitto dari Vihara
Cittaviveka kepada saya. Sutta ini menggambarkan Mahpajpat Gotam sebagai seorang umat
Buddhis yang berbakti dan merujuk pada Sangha Bhikkhun seolah-olah Sangha Bhikkhun sudah ada
pada masa itu, namun kisah kanonis tentang berdirinya Sangha Bhikkhun menunjukkan bahwa
Mahpajpat adalah bhikkhun pertama dalam sejarah. Dengan demikian Sangha Bhikkhun pasti
belum ada pada saat sutta ini dibabarkan jika Mahpajpati masih menjadi seorang umat awam
perempuan. Kita dapat memecahkan persoalan perbedaan ini (yang terabaikan oleh komentator)
dengan menganggap bahwa khotbah asli telah belakangan dimodifikasi setelah berdirinya Sangha
Bhikkhun agar sesuai dengan skema persembahan kepada Sangha.

1292
MA: Sang Buddha menyuruhnya agar memberikan pemberian itu kepada Sangha karena Beliau
menghendaki agar kehendak kedermawanan itu diarahkan baik kepada Sangha maupun kepada Beliau
sendiri, karena kehendak gabungan itu akan menghasilkan jasa yang mendukung kesejahteraan dan
kebahagiaannya untuk waktu yang lama di masa depan. Beliau juga mengatakan hal ini agar generasi
mendatang akan terinspirasi untuk memberikan penghormatan kepada Sangha, dan dengan menyokong
Sangha dengan empat benda kebutuhan fisik akan berperan pada lamanya umur Ajaran.

1293
Ini adalah empat faktor memasuki-arus. Dengan demikian jelas bahwa pada saat sutta ini
dibabarkan, Mahpjapat adalah seorang Pemasuk-arus.

1294
MA: Sang Buddha membabarkan ajaran ini karena sutta ini dimulai dengan pemberian pribadi yang
dipersembahkan untukNya, dan Beliau ingin menjelaskan perbandingan nilai dari persembahan kepada
pribadi dan persembahan kepada Sangha.

1295
MA dan M menjelaskan bahwa kata ini dapat mencakup pada umat awam yang telah berlindung
kepada Tiga Permata, serta umat awam dan para bhikkhu yang berusaha memenuhi latihan moral dan
praktik konsentrasi dan pandangan terang. Dalam makna teknis yang tepat hal ini merujuk hanya pada
mereka yang memiliki jalan lokuttara memasuki-arus.

1296
Ini adalah para praktisi Non-buddhis yang mencapai jhna-jhna dan jenis pengetahuan langsung
lokiya.

1297
MA: dalam seratus kehidupan hal ini menghasilkan umur panjang, kecantikan, kebahagiaan,
kekuatan, dan kecerdasan, dan menjadikan seseorang bebas dari gejolak. Pencapaian-pencapaian
selanjutnya dapat dipahami dengan cara yang sama.

1298
MA mengatakan bahwa walaupun akibat dari memberi dalam tiap-tiap kasus ini adalah tidak
terhitung, namun ada tingkatan meningkat dalam ketidak-terhitungannya, serupa dengan ketidak-
terhitungan air yang terdapat di dalam sungai meningkat hingga ke air di samudera. Mungkin nilai
tidak terhitung, tidak terukur dari pemberian-pemberian ini terletak dalam fungsinya sebagai kondisi
pendukung bagi pencapaian jalan, buah, dan Nibbna.

1299
MA: Tidak ada pemberian yang dapat menyamai nilai pemberian ini. Ini adalah jenis pemberian
yang dilakukan oleh Mahpajpat dengan mempersembahkan sepasang jubah baru kepada Sangha.

1300
MA: Anggota-anggota kelompok (gotrabhuno) adalah mereka yang menjadi bhikkhu hanya
secara nama. Mereka bepergian dengan sehelai kain kuning yang diikatkan di leher atau di lengan
mereka, dan masih menyokong anak dan istri mereka dengan melibatkan diri dalam perdagangan dan
pertanian, dan sebagainya.

1301
Pemberian ini tidak terhitung dan tidak terukur dalam hal nilai karena dipersembahkan, melalui
kehendak si pemberi, bukan kepada si leher kuning sebagai individu melainkan kepada Sangha
sebagai keseluruhan kelompok. Dengan demikian si penerima termasuk semua bhikkhu bermoral di
masa lampau, bahkan termasuk mereka yang telah lama meninggal dunia.


1302
MA menyebutkan bahwa suatu pemberian yang dipersembahkan kepada seorang bhikkhu yang
tidak bermoral yang mewakili keseluruhan Sangha adalah lebih berbuah dibandingkan suatu pemberian
yang dipersembahkan kepada seorang Arahant secara pribadi. Tetapi agar pemberian itu dapat
dipersembahkan dengan benar kepada Sangha, si pemberi tidak boleh mempertimbangkan kualitas-
kualitas pribadi si penerima melainkan harus melihatnya hanya sebagai wakil dari keseluruhan Sangha.

1303
MA: Di sini kata dimurnikan memiliki makna berbuah.

1304
MA: bait terakhir ini merujuk pada pemberian dari seorang Arahant kepada seorang Arahant
lainnya. Walaupun Arahant meyakini buah kamma, namun karena ia tidak memiliki keinginan dan
nafsu terhadap kehidupan, maka perbuatan memberi itu tidak akan menghasilkan buah. Hal itu hanya
sekadar perbuatan fungsional (kiriya) yang tidak meninggalkan jejak di belakang.

SUTTA 143

1305
MA mengatakan bahwa kemelekatan pada mata terjadi melalui keinginan dan nafsu; kesadaran
bergantung pada mata melalui ketagihan dan pandangan. Akan tetapi, karena Anthapiika adalah
seorang pemasuk-arus, ketergantungan baginya hanya melibatkan ketagihan, karena pandangan telah
dilenyapkan melalui jalan memasuki-arus.

1306
Pernyataan ini tidak menyiratkan bahwa ada ke-eksklusif-an atau pembeda-bedaan dalam cara Sang
Buddha membabarkan ajaranNya. Tetapi karena mereka yang masih menjalani kehidupan awam harus
memelihara keluarga, harta, dan pekerjaannya, khotbah demikian yang mengarah pada ketidak-
melekatan sepenuhnya adalah tidak sesuai bagi mereka.

SUTTA 144

1307
Ini adalah suatu ungkapan untuk melakukan bunuh diri

1308
Dengan mengucapkan pernyataan ini ia secara tidak langsung mengaku bahwa ia adalah seorang
Arahant, seperti akan dijelaskan pada 13. Apakah pengakuannya pada titik ini benar atau tidak, hal ini
tidak dapat dipastikan, komentar menganggapnya sebagai suatu kasus menilai diri sendiri terlalu tinggi.

1309
MA mengatakan bahwa YM. Mah Cunda memberikan instruksi ini kepadanya dengan berpikir
bahwa ia masih seorang biasa, karena ia tidak mampu menahankan kesakitan yang mematikan itu dan
ingin melakukan bunuh diri

1310
Makna dari instruksi dapat dijelaskan dengan bantuan MA sebagai berikut: Seseorang menjadi
bergantung karena ketagihan dan pandangan dan menjadi tidak bergantung dengan meninggalkannya
melalui tercapainya Kearahattaan. Anggapan (nati, lit. kecenderungan) terjadi melalui ketagihan, dan
ketiadaannya berarti tidak ada kecenderungan atau keinginan pada kehidupan. Tidak ada datang dan
pergi dicapai melalui berakhirnya kelahiran kembali dan kematian, tidak ada di sini juga tidak ada di
sana juga tidak ada di antara keduanya dicapai melalui dilampauinya dunia ini, dunia berikutnya, dan
jalan antara dunia ini dan dunia berikutnya. Ini adalah akhir penderitaan kekotoran dan penderitaan
lingkaran.

1311
MA: Ia memotong lehernya, dan persis pada saat itu ketakutan akan kematian mendatanginya dan
gambaran kelahiran kembali di masa depan muncul. Menyadari bahwa ia masih seorang awam, ia
tergerak dan mengembangkan pandangan terang. Dengan memahami bentukan-bentukan, ia mencapai
Kearahattaan persis sebelum meninggal dunia.

1312
MA: Walaupun pernyataan (ketanpa-nodaan) ini diungkapkan sewaktu Channa masih menjadi
seorang kaum duniawi, karena pencapaian Nibbna akhir terjadi segera setelah itu, maka Sang Buddha
menjawab dengan merujuk pernyataan itu.

Harus dipahami bahwa interpretasi komentar diberikan pada teks dari luar, seperti biasanya. Jika
seseorang berpegang pada kata-kata dari teks tampaknya Channa telah menjadi Arahant ketika ia
memberikan pernyataan itu, suatu pukulan dramatis yang disampaikan melalui kegagalan kedua
bhikkhu bersaudara itu dalam mengenali hal ini. Implikasinya, tentu saja, adalah bahwa kesakitan luar

biasa dapat mendorong bahkan seorang Arahant untuk bunuh diri bukan karena penolakan melainkan
hanya sekadar agar terbebas dari kesakitan yang tidak tertahankan.

1313
Kata-kata yang digunakan untuk menggambarkan keluarga-keluarga awam yang menyokong Yang
Mulia Channa - mittakulni suhajjakulni upavajjakulni jelas saling bersinonim. Istilah ke tiga
memberikan kesempatan bagi suatu permainan kata. MA mengemasnya sebagai
upasankamitabbakulni, keluarga-keluarga yang harus didekati (yaitu, untuk memperoeh kebutuhan-
kebutuhannya). Menurut CPD, upavaja di sini mewakili Skt upavrajya; kata dalam makna ini tidak
terdapat dalam PED, walaupun ini mungkin satu-satunya kemunculan kata ini yang bermakna
demikian. Kata ini ber-homonim dengan kata lain yang bermakna tercela, mewakili Skt upavadya,
dengan demikian berhubungan dengan pengakuan Channa sebelumnya bahwa ia akan bunuh diri
dengan tanpa noda (anupavajja). Baca catatan berikut.

1314
Pernyataan ini tampaknya menyiratkan bahwa Channa adalah seorang Arahant pada saat ia
melakukan tindakan bunuh diri, walaupun komentar menjelaskan sebaliknya.

Ketika Sang Buddha mengatakan tentang kondisi-kondisi di mana seseorang adalah tercela (sa-
upavajja), upavajja mewakili upavadya. Walaupun sebelumnya MA menjelaskan makna yang benar
atas upavajjakulni, di sini komentator tampaknya melupakan permainan kata dan berkomentar seolah-
olah Channa memang memiliki cacat karena bergaul terlalu dekat dengan umat-umat awam: Bhikkhu
Sriputta, menunjukkan cacat keakraban dengan keluarga-keluarga (kulasasaggadosa) dalam tahap
awal praktik, dengan menanyakan: Ketika bhikkhu itu memiliki para penyokong demikian, dapatkah
ia telah mencapai Nibbna akhir? Sang Bhagav menjawab dengan menunjukkan bahwa ia tidak akrab
dengan keluarga-keluarga.

SUTTA 145

1315
Puna ini adalah orang yang berbeda dengan Puna Mantiputta dalam MN 24. Ia berasal dari
keluarga pedagang yang menetap di kota pelabuhan Suppraka di negeri Sunparanta (sekarang
Maharashtra). Dalam suatu perjalanan dagang menuju Svatth ia mendengar Sang Buddha
membabarkan khotbah dan meninggalkan kehidupan rumah tangga untuk menjadi seorang bhikkhu.

1316
MA menjelaskan instruksi ini sebagai ajaran singkat tentang Empat Kebenaran Mulia. Kesenangan
(nandi) adalah suatu aspek ketagihan. Melalui munculnya kesenangan sehubungan dengan mata dan
bentuk-bentuk maka muncullah penderitaan pada kelima kelompok unsur kehidupan. Demikianlah
pada bagian pertama dari instruksi Sang Buddha mengajarkan lingkaran kehidupan melalui dua
kebenaran pertama penderitaan dan asal-mulanya pada saat kemunculannya melalui keenam indria.
Pada bagian ke dua (4) Beliau mengajarkan akhir dari lingkaran melalui dua kebenaran berikutnya
lenyapnya dan sang jalan yang diungkapkan sebagai ditinggalkannya kesenangan dalam keenam
indria dan objek-objeknya.

1317
Yaitu, ia meninggal dunia. Karena Sang Buddha masih menyebut Pua sebagai anggota keluarga
(kulaputta), maka ia pasti meninggal dunia tidak lama setelah kembali ke negeri Sunparanta. Teks
tidak memberikan catatan tentang bagaimana ia meninggal dunia. Versi sutta ini pada SN 35:88 (iv.60-
63) mengatakan bahwa ia meninggal dunia selama masa vassa pertamanya di sana.

SUTTA 146

1318
Salah satu dari delapan peraturan penting yang ditetapkan oleh Sang Buddha ketika Beliau
membentuk Sangha Bhikkhun menetapkan bahwa setiap setengah bulan bhikkhun harus memohon
para bhikkhu untuk mengutus seorang bhikkhu dengan tujuan untuk memberikan nasihat. Menurut
MA, dalam kehidupan lampaunya YM. Nandaka adalah seorang raja dan para bhikkhun itu adalah
selir-selirnya. Ia ingin menghindar dari gilirannya memberikan nasihat kepada para bhikkhun karena ia
berpikir bahwa bhikkhu lain yang memiliki pengetahuan kehidupan lampau, yang melihatnya
memberikan nasihat dikelilingi oleh para bhikkhun, akan berpikir bahwa ia masih tidak dapat
memisahkan diri dari selir-selir lampaunya itu. Tetapi Sang Buddha melihat bahwa khotbah dari
Nandaka kepada para bhikkhun itu aka bermanfaat bagi mereka dan dengan demikian Beliau
menyuruhnya memberikan instruksi kepada mereka.


1319
MA: Mereka telah melihat hal ini dengan kebijaksanaan pandangan terang.

1320
Tajja tajja paccaya paicca tajj tajj vedan uppajjanti. Pertemuan antara mata, bentuk-
bentuk, dan kesadaran-mata adalah kontak-mata, dan ini adalah kondisi utama bagi munculnya
perasaan yang muncul dari kontak-mata. Dengan lenyapnya mata, maka salah satu dari faktor-faktor
yang bertanggung jawab atas kontak-mata dilenyapkan. Demikianlah kontak-mata lenyap, dan dengan
lenyapnya kontak-mata maka perasaan yang muncul dari kontak-mata juga lenyap.

1321
MA: Ia membabarkan ajaran tentang faktor-faktor pencerahan ini karena kebijaksanaan sendiri
tidak mampu memotong kekotoran-kekotoran, tetapi hanya jika disertai dengan enam faktor
pencerahan lainnya (kebijaksanaan adalah sama dengan faktor pencerahan penyelidikan kondisi-
kondisi).

1322
MA: Ia yang menjadi yang terakhir sehubungan dengan kualitas-kualitas baik telah menjadi
seorang pemasuk-arus, tetapi mereka yang memiliki kehendak untuk menjadi yang-kembali-sekali,
yang-tidak-kembali, dan Arahant masing-masing mencapai pemenuhan kehendak mereka. Karena hasil
ini, Sang Buddha menyatakan YM. Nandaka sebagai bhikkhu terunggul dalam hal memberikan
instruksi kepada para bhikkhun.

SUTTA 147

1323
MA mengatakan bahwa khotbah ini dibabarkan kepada Rhula tidak lama setelah penahbisan
penuhnya, mungkin pada usia dua puluh tahun. Sutta ini juga muncul pada SN 35:121/iv.105-7.

1324
Vimuttiparipcaniy dhamm. MA menginterpretasikan ini sebagai lima belas kualitas yang
memurnikan lima indria (keyakinan, kegigihan, perhatian, konsentrasi, dan kebijaksanaan), yaitu,
untuk masing-masing indria: menghindari orang-orang yang tidak memiliki indria itu, bergaul dengan
orang-orang yang memiliki indria itu, dan merenungkan sutta-sutta yang menginspirasi
kematangannya. MA membawakan kelompok lima belas kualitas yang lain: kelima indria itu sendiri,
lima persepsi yang berhubungan dengan penembusan, yaitu, persepsi ketidak-kekalan, penderitaan,
tanpa-diri, meninggallkan, dan kebosanan; dan lima kualitas yang diajarkan kepada Meghiya, yaitu,
persahabatan mulia, moralitas peraturan-peraturan monastik, percakapan yang sesuai, kegigihan, dan
kebijaksanaan (baca AN 9:3/iv.356; Ud 4:1/36).

1325
MA mengatakan bahwa para dewa ini, yang datang dari berbagai alam surga. Adalah teman-teman
Rhula pada kehidupan lampau di mana ia pertama kali bercita-cita untuk mencapai Kearahattaan
sebagai putera seorang Buddha.

1326
Harus dipahami bahwa empat hal yang disebutkan terakhir adalah empat kelompok unsur batin.
Dengan demikian khotbah ini tidak hanya mencakup landsan-landasan indria tetapi juga kelima
kelompok unsur kehidupan, kelompok unsur bentuk materi dijelaskan melalui organ indria fisik dan
objek-objeknya.

1327
Menurut MA, pemasuk-arus adalah pencapaian terendah dari para dewa itu, tetapi beberapa di
antara mereka mencapai jalan-jalan dan buah yang lebih tinggi hingga tingkat Kearahattaan.

SUTTA 148

1328
Rangkaian sebutan ini, biasanya menggambarkan Dhamma secara keseluruhan, tetapi di sini
bertujuan untuk menekankan pentingnya khotbah yang akan dibabarkan oleh Sang Buddha ini.

1329
Dua klausa terakhir dalam rangkaian ini juga terdapat dalam formula baku kemunculan
bergantungan, yang secara implisit tersirat dalam khotbah tentang enam kelompok enam ini.

1330
Kata kerja upapajjati (edisi PTS menuliskan uppajjati, adalah suatu kesalahan), biasanya berarti
muncul kembali atau terlahir kembali, tetapi juga memiliki penggunaan khusus yang secara logika
berarti dipertahankan, diterima, seperti makna di sini.


1331
Argumentasi ini menurunkan prinsip tanpa-diri dari premis ketidak-kekalan yang tahan-uji.
Struktur argumentasi ini secara singkat dapat digambarkan sebagai berikut: apa pun yang menjadi diri
pasti adalah kekal; X secara langsung terlihat sebagai tidak kekal, yaitu, ditandai dengan timbul dan
tenggelamnya; oleh karena itu X adalah bukan-diri

1332
Argumentasi lengkap pada paragraf sebelumnya diulangi untuk masing-masing dari kelima hal
lainnya dalam tiap-tiap kelompok enam.

1333
MA menjelaskan bahwa paragraf ini disebutkan untuk menunjukkan dua kebenaran mulia
penderitaan dan asal-mulanya melalui tiga obsesi (gha). Kebenaran penderitaan ditunjukkan dengan
kata identitas, di tempat lain dijelaskan sebagai lima kelompok unsur kehidupan yang terpengaruh
oleh kemelekatan (MN 44.2). ketiga obsesi adalah ketagihan, keangkuhan, dan pandangan, yang
berturut-turut memunculkan gagasan milikku. aku dan diriku. Kedua kebenaran ini bersama-
sama merupakan lingkaran kehidupan.

1334
MA: Paragraf ini disebutkan untuk menunjukkan kedua kebenaran mulia lainnya lenyapnya dan
sang jalan dengan penolakan pada ketiga obsesi. Kedua kebenaran ini merupakan akhir dari
lingkaran.

1335
MA: Paragraf ini menunjukkan lingkaran kehidupan sekali lagi, kali ini melalui kecenderungan
tersembunyi. Tentang kecenderungan tersembunyi dan hubungannya dengan tiga jenis perasaan, baca
MN 44.25-28.

1336
MA: Ketidak-tahuan yang disebutkan pertama adalah tidak adanya pemahaman atas asal-mula, dan
seterusnya terhadap perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan. Penyebutan ke dua
adalah ketidak-tahuan yang menjadi akar dari lingkaran.

1337
MA: Tidak ada yang luar biasa pada fakta bahwa enam puluh bhikkhu itu mencapai Kearahattaan
ketika Sang Buddha mengajarkan sutta ini untuk pertama kali. Tetapi setiap kali Sariputta, Moggallna,
dan delapan puluh siswa besar lainnya mengajarkan sutta ini, enam puluh bhikkhu mencapai
Kearahattaan. Di Sri Lanka Bhikkhu Maliyadeva mengajarkan sutta ini di enam puluh tempat, dan di
setiap tempat enam puluh bhikkhu mencapai Kearahattaan. Tetapi ketika Bhikkhu Tipiaka Canga
mengajarkan sutta ini kepada sekelompok besar para dewa dan manusia, di akhir khotbah ini seribu
bhikkhu mencapai Kearahattaan, dan di antara para dewa hanya satu yang masih tetap menjadi kaum
duniawi.

SUTTA 149

1338
MA: Ketika seseorang tidak mengetahui dan tidak melihat mata melalui pengetahuan pandangan
terang dan pengetahuan sang jalan.

1339
Yaitu, ketagihan yang muncul dan berdiam pada mata dan bentuk-bentuk, dan seterusnya,
menggenggamnya dengan kemelekatan, dan ini menghasilkan kamma yang dapat menghasilkan lima
kelompok unsur kehidupan yang baru dalam kehidupan berikutnya.

1340
Ketika seseorang mengetahui dan melihat melalui pandangan terang dan sang jalan.

1341
Delapan faktor sang jalan yang disebutkan di sini tampaknya berhubungan dengan porsi awal atau
lokiya dari sang jalan. M mengidentifikasikannya dengan faktor-faktor yang dimiliki oleh seseorang
pada pengembangan pandangan terang tingkat tertinggi, persis sebelum munculnya jalan lokuttara.
Pada tingkat ini hanya lima faktor jalan yang sebelumnya yang bekerja secara aktif, ketiga faktor dalam
kelompok moralitas telah dimurnikan sebelumnya melalui meditasi pandangan terang. Tetapi ketika
jalan lokuttara muncul, seluruh delapan faktor muncul bersamaan, ketiga faktor dalam kelompok
moralitas menjalankan fungsi untuk melenyapkan kekotoran yang bertanggung jawab atas pelanggaran
moral dalam ucapan, perbuatan, dan penghidupan.

1342
MA mengatakan bahwa ini merujuk pada kemunculan ketenangan dan pandangan terang secara
bersamaan dalam jalan lokuttara. Ketenangan hadir di bawah kelompok konsentrasi benar, pandangan
terang hadir di bawah kelompok pandangan benar.


1343
Ini adalah empat fungsi yang dijalankan oleh jalan lokuttara: memahami sepenuhnya kebenaran
penderitaan, meninggalkan penyebab penderitaan, menembus lenyapnya penderitaan, dan
mengembangkan jalan menuju lenyapnya penderitaan.

1344
Di sini ketenangan dan pandangan terang mewakili keseluruhan Jalan Mulia Berunsur Delapan.

1345
MA mengidentifikasikan pengetahuan sejati sebagai pengetahuan jalan Kearahattaan,
kebebasan sebagai buah Kearahattaan. Di sini hal-hal ini mengambil tempat yang biasanya
disediakan untuk Nibbna, lenyapnya penderitaan yang sebenarnya.

1346
Paragraf ini dan tiap-tiap paragraf berikutnya mengulangi keseluruhan teks pada 9-11, dengan
perubahan hanya pada organ indria dan objeknya.

SUTTA 151

1347
MA: Pencapaian kekosongan dari buah Kearahattaan. Baca n.458 dan n.1144.

1348
MA. Ini adalah kediaman dari manusia-manusia besar (mahpurisa) seperti para Buddha, para
paccekabuddha, dan para siswa besar Sang Tathgata.

1349
Di antara kelima sebutan ini, keinginan dan nafsu adalah bersinonim seperti halnya kebencian dan
penolakan.

1350
Dimulai dari bagian ini dapat terlihat urutan pengembangan. Ditinggalkannya kelima utas
kenikmatan indria adalah langkah awal untuk mengembangkan jhna-jhna, dan ditinggalkannya
kelima rintangan (10) adalah langkah persis sebelum tercapainya jhna pertama. Pemahaman
sepenuhnya pada kelima kelompok unsur kehidupan (11) menunjukkan kebijaksanaan pandangan
terang yang diperlukan untuk mencapai jalan memasuki-arus, dan bagian tentang tiga puluh tujuh
bantuan menuju pencerahan (12-18) adalah pelatihan faktor-faktor yang diperlukan untuk sampai
pada tingkatan-tingkatan kesucian menengah. Bagian tentang ketenangan dan pandangan terang (19),
walaupun berlaku pada semua tingkatan, namun dapat dilihat sebagai sepenuhnya dilaksanakan oleh
yang-tidak-kembali yang berusaha untuk mencapai Kearahattaan. Akhirnya, bagian pengetahuan sejati
dan kebebasan menyiratkan pencapaian jalan dan buah Kearahattaan.

1351
Walaupun Arahant, yang sepenuhnya telah menembus pengetahuan sejati dan kebebasan, tidak lagi
memerlukan latihan lebih lanjut, namun ia terus-menerus melatih ketenangan dan pandangan terang
untuk memasuki kebahagiaan jhna-jhna, buah pencapaian Kearahattaan, dan lenyapnya persepsi dan
perasaan.

SUTTA 152

1352
Ungkapan pengembangan indria-indria (indriyabhvan) dengan tepat menyiratkan
pengembangan pikiran dalam menanggapi objek-objek yang dialami melalui organ-organ indria. Aspek
yang lebih rendah dari praktik ini, pengendalian organ-organ indria (indriyasavara), melibatkan
pengendalian pikiran sedemikian sehingga seseorang tidak menggenggam gambaran dan ciri-ciri dari
segala sesuatu, sifat-sifat kemenarikan dan kejijikannya.

Pengembangan indria-indria membawa proses pengendalian ini hingga ke titik di mana, dengan
berkehendak, seseorang dapat seketika menegakkan pandangan terang bahkan dalam tahap persepsi
indria. Pada tingkat tertinggi seseorang memperoleh kemampuan untuk secara drastis mengubah makna
subjektif dari objek yang dipersepsikan itu sendiri, membuatnya tampak berlawanan dengan apa yang
biasanya dipahami.

1353
MA menjelaskan bahwa ketika suatu bentuk yang menyenangkan memasuki jangkauan mata, maka
suatu kondisi yang menyenangkan (manpa) muncul; ketika suatu bentuk yang tidak menyenangkan
memasuki jangkauan mata, maka suatu kondisi yang tidak menyenangkan (amanpa) muncul; dan
ketika suatu bentuk yang netral memasuki jangkauan mata, maka suatu kondisi yang baik
menyenangkan maupun tidak menyenangkan muncul. Harus dipahami bahwa walupun istilah-istilah ini

biasanya digunakan untuk menilai objek indria, namun di sini tampaknya juga menyiratkan kondisi-
kondisi halus suka, tidak suka, dan kebodohan yang tidak membeda-bedakan yang muncul karena
pengaruh kecenderungan tersembunyi. M mengartikan menyenangkan sebagai kondisi pikiran yang
bermanfaat dan tidak bermanfaat yang berhubungan dengan kegembiraan, tidak menyenangkan
sebagai kondisi-kondisi pikiran tidak bermanfaat yang berhubungan dengan kesedihan (ketidak-
senangan), dan menyenangkan dan tidak menyenangkan sebagai kondisi pikiran yang berhubungan
dengan perasaan netral.

1354
MA: Keseimbangan ini adalah keseimbangan pandangan terang (vipassanupekkh). Bhikkhu itu
tidak membiarkan pikirannya dikuasai oleh nafsu, kebencian, atau delusi, melainkan memahami objek
dan menegakkan pandangan terang dalam kondisi netral. M menjelaskan hal ini sebagai bermakna
bahwa ia memasuki keseimbangan sehubungan dengan bentukan-bentukan (sankhrupekkh), suatu
tingkatan tertentu dalam pengetahuan pandangan terang (baca Vsm XII, 61-66).

1355
M: Pengembangan indria-indria yang mulia adalah menekan nafsu, dan seterusnya yang muncul
melalui mata, dan menegakkan keseimbangan pandangan terang.

1356
Perumpamaan yang sama terdapat pada MN 66.16.

1357
Walaupun sekha telah memasuki jalan menuju kebebasan akhir, namun ia masih rentan terhadap
kondisi-kondisi suka, tidak suka, dan kebodohan yang tidak membeda-bedakan sehubungan dengan
objek-objek indria. Akan tetapi ia mengalami hal-hal ini sebagai rintangan bagi kemajuannya, dan
dengan demikian menjadi muak, malu, dan jijik karenanya

1358
Ariya bhvitindriya: maksudnya adalah Arahant.

1359
Karena Arahant telah melenyapkan seluruh kekotoran bersama dengan kecenderungan
tersembunyinya, dalam paragraf ini ketiga istilah menyenangkan, dan seterusnya harus dipahami
hanya sebagai perasaan yang muncul melalui kontak dengan objek-objek indria, dan bukan sebagai
jejak halus suka, tidak suka, dan netral yang berhubungan dengan paragraf sebelumnya.

1360
Paisambhidmagga menyebut praktik ini sebagai kekuatan batin mulia (ariya iddhi) dan
menjelaskannya sebagai berikut (ii.212): Untuk berdiam dengan mempersepsikan ketidak-jijikan dalam
kejijikan, seseorang meliputi suatu objek menjijikkan dengan cinta kasih, atau ia memperhatikan suatu
objek menjijikkan (apakah makhluk hidup atau benda mati) sebagai hanya sekadar kumpulan unsur-
unsur tanpa pribadi. Untuk berdiam dengan mempersepsikan kejijikan dalam ketidak-jijikan, seseorang
meliputi seseorang yang menarik (secara indria) dengan gagasan kebusukan jasmani, atau ia
memperhatikan suatu objek yang menarik (apakah makhluk hidup atau benda mati) sebagai tidak
kekal. Metode ke tiga dan ke empat melibatkan penerapan perenungan pertama dan ke dua pada objek-
objek yang menjijikkan dan tidak-menjijikkan, tanpa membeda-bedakan. Metode ke lima adalah
menghindari kegembiraan dan kesedihan sebagai reaksi atas keenam objek indria, dengan demikian
memungkinkan seseorang berdiam dalam keseimbangan, penuh perhatian dan penuh kewaspadaan.

Walaupun lima perenungan ini hanya dimiliki oleh Arahant sebagai suatu kekuatan yang sepenuhnya
dikendalikan olehnya, namun di tempat lain Sang Buddha mengajarkannya kepada para bhikkhu yang
masih berlatih sebagai cara untuk mengatasi tiga akar tidak bermanfaat. Baca AN 5:144/iii.169-70; dan
untuk komentar mendalam tentang sutta ini, baca Nyanaponika Thera, The Roots of Good and Evil,
pp.73-78.

Anda mungkin juga menyukai