Anda di halaman 1dari 13

Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik

Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya


Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Pengakuan

1. Aturan Latihan Pertama tentang


Pengakuan

Kisah Asal-mula
Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika,
seorang bhikkhunī tertentu kembali dari perjalanan mengumpulkan dana makanan di Sāvatthī.
Ia melihat seorang bhikkhu dan berkata kepadanya, “Ini, Yang Mulia, silakan ambil dana
makanan.”
Dengan berkata, “Baiklah, Saudari,” ia mengambil semuanya. Tetapi karena waktu untuk makan
sudah hampir berakhir, bhikkhunī itu tidak dapat pergi lagi untuk mengumpulkan dana
makanan, dan ia melewatkan waktu makannya.
Keesokan harinya dan lusa harinya hal yang sama terjadi kembali. Pada hari keempat bhikkhunī
itu sedang berjalan di sepanjang jalan, gemetar. Seorang pedagang kaya yang datang dengan
mengendarai kereta dari arah berlawanan melihatnya dan berseru, “Awas, Yang mulia!” dan
sewaktu ia menepi, ia terjatuh di sana.
Pedagang itu meminta maaf kepadanya: “Maafkan saya, Yang Mulia, karena engkau jatuh karena
aku.”
“Aku tidak jatuh karena engkau, tetapi karena aku lemah.”
“Tetapi, mengapakah engkau begitu lemah?”
Bhikkhunī itu memberitahukan apa yang telah terjadi. Kemudian ia membawa bhikkhunī itu ke
rumahnya dan memberinya makan. setelah itu ia mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu,
“Bagaimana mungkin para mulia itu menerima makanan secara langsung dari seorang
bhikkhunī? Adalah sulit bagi para perempuan untuk mendapatkan sokongan materi.”
Para bhikkhu mendengar keluhan pedagang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit
keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, “Bagaimana mungkin seorang bhikkhu
menerima makanan secara langsung dari seorang bhikkhunī?” … “Benarkah, bhikkhu, bahwa
engkau melakukan hal ini?”
“Benar, Yang Mulia.”
“Apakah ia adalah kerabatmu?”
“Bukan, Yang Mulia.”
“Orang dungu, seorang laki-laki dan seorang perempuan yang bukan kerabat tidak mengetahui
apa yang selayaknya dan tidak selayaknya, apa yang baik dan buruk, dalam berurusan satu sama
lain. Jadi bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan
orang-orang …” … “Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:
Aturan akhir
‘Jika seorang bhikkhu menerima makanan segar atau matang secara langsung dari seorang
bhikkhunī yang bukan kerabat yang telah memasuki area berpenghuni, dan kemudian
memakannya, maka ia harus mengakuinya: “Aku telah melakukan hal tercela dan tidak
selayaknya yang harus diakui. Aku mengakuinya.’””

Definisi
Seorang:
Siapa pun
Bhikkhu:
… Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui
prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan
lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.
Bukan kerabat:
Siapa pun yang bukan keturunan dari leluhur laki-laki hingga delapan generasi sebelumnya,
apakah dari pihak ibu atau dari pihak ayah.
Bhikkhunī:
Ia telah diberikan penahbisan penuh oleh kedua Sangha.
Makanan segar:
Selain daripada lima makanan matang, tonikum lewat tengah-hari, tonikum tujuh-hari, dan
tonikum seumur hidup, selain ini disebut “makanan segar”.
Makanan matang:
Ada lima jenis makanan matang: gandum matang, bubur, produk tepung, ikan, dan daging.

Jika ia menerima makanan dengan niat untuk memakannya, maka ia melakukan pelanggaran
perbuatan salah. Untuk setiap suapannya, ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan
pengakuan.

Permutasi
Jika bhikkhunī itu bukan kerabat, dan ia menyadarinya sebagai bukan kerabat, dan ia menerima
makanan segar atau matang secara langsung dari bhikkunī tersebut ketika ia telah memasuki
area berpenghunni, dan kemudian memakannya, maka ia melakukan pelanggaran yang
mengharuskan pengakuan. jika bhikkhunī itu bukan kerabat, tetapi ia tidak dapat
memastikannya, dan ia menerima makanan segar atau matang secara langsung dari bhikkunī
tersebut ketika ia telah memasuki area berpenghunni, dan kemudian memakannya, maka ia
melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengakuan. Jika bhikkhunī itu bukan kerabat, tetapi
ia menyadarinya sebagai kerabat, dan ia menerima makanan segar atau matang secara langsung
dari bhikkunī tersebut ketika ia telah memasuki area berpenghuni, dan kemudian memakannya,
maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengakuan.
Jika ia menerima tonikum lewat-tengah-hari, tonikum tujuh-hari, atau tonikum seumur-hidup
untuk digunakan sebagai makanan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Untuk
setiap suapannya, ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menerima makanan
segar atau matang, dengan niat untuk memakannya, secara langsung dari seorang bhikkhunī
yang sepenuhnya ditahbiskan hanya pada satu sisi, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan
salah. Untuk setiap suapannya, ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah.
Jika bhikkhunī itu adalah kerabat, tetapi ia menyadarinya sebagai bukan kerabat, maka ia
melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhunī itu adalah kerabat, tetapi ia tidak dapat
memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhunī itu adalah
kerabat, dan ia menyadarinya sebagai kerabat, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran


Tidak ada pelanggaran: Jika bhikkhunī itu adalah kerabat; Jika bhikkhunī itu menyuruh orang
lain untuk memberikan dan tidak memberikanya sendiri; jika bhikkhunī itu memberikan dengan
meletakkannya di dekatnya; jika itu dilakukan di dalam sebuah vihara; jika itu dilakukan di
dalam tempat kediaman bhikkhunī; jika itu dilakukan di tempat kediaman para monastik agama
lain; jika itu dilakukan saat kembali ke vihara; jika bhikkhunī itu memberikan setelah
membawanya keluar dari desa; jika bhikkhunī itu memberikan tonikum lewat-tengah-hari,
tonikum tujuh-hari, tonikum seumur-hidup, dengan mengatakan, “Gunakan ini ketika ada
alasan;” jika ia adalah seorang bhikkhunī percobaan; jika ia adalah seorang sāmaṇerī; jika ia gila;
jika ia adalah pelaku pertama.
Aturan latihan pertama tentang pengakuan selesai
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Pengakuan

2. Aturan Latihan Kedua tentang


Pengakuan

Kisah Asal-mula
Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Rājagaha di Hutan Bambu, taman suaka tupai.
Pada saat itu, ketika keluarga-keluarga mengundang para bhikkhu untuk makan, para bhikkhunī
dari kelompok enam mengarahkan orang-orang kepada para bhikkhu dari kelompok enam,
dengan mengatakan, “Berikan kari di sini; berikan nasi di sana.” Para bhikkhu dari kelompok
enam memakan sebanyak yang mereka kehendaki, tetapi para bhikkhu lainnya tidak.
Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu,
“Bagaimana mungkin seorang bhikkhu dari kelompok enam tidak mencegah para bhikkhunī
memberikan arahan?” … “Benarkah, para bhikkhu, bahwa engkau melakukan hal ini?”
“Benar, Yang Mulia.”
“Apakah ia adalah kerabatmu?”
“Bukan, Yang Mulia.”
Sang Buddha menegur mereka … “Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal
ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang …” … “Dan, para bhikkhu, aturan latihan
ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir
‘Ketika para bhikkhu makan melalui undangan dari keluarga-keluarga, jika seorang
bhikkhunī ada di sana memberikan arahan, dengan mengatakan, “Berikan kari di sini;
berikan nasi di sana,” maka para bhikkhu itu harus menghentikannya: “Hentikan,
Saudari, sewaktu para bhikkhu sedang makan.” jika tidak ada seorang pun bhikkhu yang
berkata demikian kepada bhikkhunī tersebut untuk menghentikannya, maka mereka
harus mengakuinya: “Kami telah melakukan hal tercela dan tidak selayaknya yang harus
diakui. Kami mengakuinya.’””

Definisi
Ketika para bhikkhu makan melalui undangan dari keluarga-keluarga:
Sebuah keluarga: ada empat jenis keluarga: keluarga bangsawan, keluarga brahmana, keluarga
pedagang, keluarga pekerja
Makan melalui undangan:
Memakan dari lima jenis makanan matang melalui undangan.
Bhikkhunī:
Ia telah diberikan penahbisan penuh oleh kedua Sangha.
Memberikan arahan:
Dengan mengatakan, “Berikan kari di sini; berikan nasi di sana,” berdasarkan persahabatan,
berdasarkan pertemanan, berdasarkan kepada siapa ia berbakti, karena menjadi sesama siswa,
karena menjadi sesama murid—ini disebut “memberikan arahan”.
Para bhikkhu itu:
Para bhikkhu yang sedang makan.
Nya:
Bhikkhunī yang sedang memberikan arahan.
Para bhikkhu itu harus menghentikannya: ‘Hentikan, Saudari, sewaktu para bhikkhu
sedang makan’:
Jika ia tidak dihentikan bahkan oleh seorang bhikkhu, dan kemudian seorang bhikkhu menerima
makanan dengan niat untuk memakannya, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran perbuatan
salah. Untuk setiap suapannya, ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan pengakuan.

Permutasi
Jika bhikkhunī itu sepenuhnya ditahbiskan, dan si bhikkhu menyadarinya sebagai sepenuhnya
ditahbiskan, dan ia tidak mencegahnya memberikan arahan, maka ia melakukan pelanggaran
yang mengharuskan pengakuan. Jika bhikkhunī itu sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak dapat
memastikannya, dan ia tidak mencegahnya memberikan arahan, maka ia melakukan pelanggaran
yang mengharuskan pengakuan. Jika bhikkhunī itu sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak
menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, dan ia tidak mencegahnya memberikan arahan,
maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengakuan.
Jika bhikkhu itu tidak mencegah seorang bhikkhunī yang sepenuhnya ditahbiskan hanya pada
satu sisi memberikan arahan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Untuk setiap
suapannya, ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. Jika orang itu tidak sepenuhnya
ditahbiskan, tetapi ia menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan
pelanggaran perbuatan salah. Jika orang itu tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak dapat
memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang itu tidak
sepenuhnya ditahbiskan, dan ia tidak menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka tidak
ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran


Tidak ada pelanggaran: Jika bhikkhunī itu tidak memberikannya sendiri, tetapi menyuruh orang
lain memberikan makanan darinya; Jika bhikkhunī itu tidak menyuruh orang lain untuk
memberikan, tetapi ia memberikan sendiri makanan dari orang lain; jika seorang bhikkhunī
menyuruh orang lain untuk memberikan apa yang belum diberikan; jika seorang bhikkhunī
menyuruh orang lain untuk memberikan kepada seseorang yang belum menerima apa pun; jika
seorang bhikkhunī menyuruh orang lain untuk memberikan kepada semuanya secara merata;
jika seorang bhikkhunī percobaan memberikan arahan; jika seorang sāmaṇerī memberikan
arahan; jika makanan itu adalah selain kelima jenis makanan matang; jika ia gila; jika ia adalah
pelaku pertama.
Aturan latihan kedua tentang pengakuan selesai
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Pengakuan

3. Aturan Latihan ketiga tentang


Pengakuan

Kisah Asal-mula
Sub-kisah pertama
Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika.
Pada saat itu di Sāvatthī terdapat sebuah keluarga di mana baik suami maupun istri memiliki
keyakinan. Mereka maju dalam keyakinan, tetapi mundur dalam kekayaan. Makanan apa pun
yang mereka peroleh di pagi hari, mereka berikan kepada para bhikkhu. Kadang-kadang mereka
tidak makan.
Orang-orang mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu, “Bagaimana mungkin para monastik
Sakya tidak mengenal kecukupan dalam menerima persembahan? Setelah memberi mereka,
orang-orang ini kadang-kadang tidak makan.”
Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu dan mereka memberitahu Sang Buddha.
Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu: “Para
bhikkhu, jika keyakinan suatu keluarga maju, tetapi kekayaannya menurun, Aku
memperbolehkan kalian untuk menetapkannya sebagai ‘dalam latihan’, melalui suatu prosedur
hukum yang terdiri dari satu usul dan satu pengumuman.
Dan penetapan itu harus diberikan sebagai berikut. Seorang bhikkhu yang kompeten dan mampu
harus memberitahu Sangha:
‘Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Keluarga ini tumbuh
dalam keyakinan, tetapi mundur dalam kekayaan. Jika baik menurut Sangha, maka Sangha
harus menetapkan keluarga ini sebagai “dalam latihan”, ini adalah usul.
Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Keluarga ini tumbuh
dalam keyakinan, tetapi mundur dalam kekayaan. Sangha menetapkan keluarga ini
sebagai “dalam latihan”. Bhikkhu mana pun yang menyetujui penetapan keluarga ini
sebagai “dalam latihan” harus berdiam diri. Bhikkhu mana pun yang tidak menyetujui
silakan berbicara.
Sangha telah menetapkan keluarga ini sebagai “dalam latihan”. Sangha menyetujuinya
dan oleh karena itu berdiam diri. Aku akan mengingatnya demikian.’
“Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:
Aturan awal pertama
‘Ada keluarga-keluarga yang ditetapkan sebagai “dalam latihan”. Jika seorang bhikkhu
memakan makanan segar atau matang setelah secara pribadi menerimanya dari keluarga
demikian, maka ia harus mengakuinya: “Aku telah melakukan hal tercela dan tidak
selayaknya yang harus diakui. Aku mengakuinya.’””
Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua
Tidak lama kemudian ada suatu perayaan di Sāvatthī dan orang-orang mengundang para
bhikkhu untuk makan. dan demikian pula keluarga yang telah ditetapkan sebagai dalam latihan.
Tetapi mengetahui bahwa Sang Buddha telah melarang memakan makanan segar atau matang
setelah secara pribadi menerimanya dari keluarga demikian, dan karena takut melakukan
kesalahan, maka para bhikkhu tidak menerimanya. Keluarga itu mengeluhkan dan mengkritik
mereka, “Ada apakah dengan kami sehingga mereka tidak menerima dari kami?”
Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu dan mereka memberitahu Sang Buddha.
Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan suatu ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:
“Para bhikkhu, jika kalian diundang, Aku memperbolehkan kalian untuk memakan makanan
segar atau matang setelah secara pribadi menerimanya dari keluarga yang telah ditetapkan
sebagai dalam latihan.
Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal kedua


‘Ada keluarga-keluarga yang ditetapkan sebagai “dalam latihan”. Jika seorang bhikkhu,
tanpa terlebih dulu diundang, memakan makanan segar atau matang setelah secara
pribadi menerimanya dari keluarga demikian, maka ia harus mengakuinya: “Aku telah
melakukan hal tercela dan tidak selayaknya yang harus diakui. Aku mengakuinya.’””
Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah ketiga
Tidak lama kemudian seorang bhikkhu tertentu sedang bergaul dengan keluarga itu. Suatu pagi
ia mengenakan jubah, mengambil mangkuk dan jubahnya, mendatangi mereka, dan duduk di
tempat yang telah dipersiapkan. Saat itu bhikkhu itu sedang sakit, oleh karena itu mereka
mengundangnya untuk makan. Tetapi mengetahui bahwa Sang Buddha telah melarang seorang
bhikkhu yang tidak diundang untuk memakan makanan segar atau matang setelah secara pribadi
menerimanya dari keluarga demikian, dan karena takut melakukan kesalahan, ia tidak
menerimanya. Dan karena tidak mampu berjalan untuk mengumpulkan dana makanan, ia
melewatkan waktu makannya.
Kemudian ia kembali ke vihara dan memberitahu para bhikkhu apa yang terjadi, yang kemudian
memberitahu Sang Buddhaa. Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata
kepada para bhikkhu: “Para bhikkhu, Aku memperbolehkan seorang bhikkhu yang sakit untuk
memakan makanan segar atau matang setelah secara pribadi menerimanya dari sebuah keluarga
yang ditetapkan sebagai dalam latihan.
Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan seperti ini:
Aturan akhir:
‘Ada keluarga-keluarga yang ditetapkan sebagai “dalam latihan”. Jika seorang bhikkhu,
tanpa jatuh sakit dan tanpa terlebih dulu diundang, memakan makanan segar atau matang
setelah secara pribadi menerimanya dari keluarga demikian, maka ia harus mengakuinya:
“Aku telah melakukan hal tercela dan tidak selayaknya yang harus diakui. Aku
mengakuinya.’””

Definisi
Ada keluarga-keluarga yang ditetapkan sebagai “dalam latihan”:
Sebuah keluarga yang ditetapkan sebagai dalam latihan: sebuah keluarga yang keyakinannya
tumnbuh meningkat tetapi kekayaannya menurun. Keluarga demikian ditetapkan sebagai “dalam
latihan” melalui suatu prosedur hukum yang terdiri dari satu usul dan satu pengumuman.
Seorang:
Siapa pun
Bhikkhu:
… Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui
prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan
lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.
keluarga demikian:
keluarga jenis itu.
Tanpa diundang:
Tanpa diundang untuk hari itu atau hari berikutnya. Jika undangan disampaikan ketika ia telah
memasuki halaman rumah, maka ini disebut “tanpa diundang”.
Diundang:
diundang untuk hari itu atau hari berikutnya. Jika undangan disampaikan ketika ia belum
memasuki halaman rumah, maka ini disebut “diundang”.
Tanpa jatuh sakit:
Ia yang mampu berjalan mengumpulkan dana makanan.
Sakit:
Ia yang tidak mampu berjalan mengumpulkan dana makanan.
Makanan segar:
Selain daripada lima jenis makanan matang, tonikum lewat tengah-hari, tonikum tujuh-hari,
tonikum seumur-hidup—selain ini disebut “makanan segar”.
Makanan matang:
Ada lima jenis makanan matang: gandum matang, bubur, produk tepung, ikan, dan daging.
Jika, tanpa jatuh sakit dan tanpa diundang, ia menerima makanan segar atau matang dengan niat
untuk memakannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Untuk setiap suapannya,
ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan pengakuan.

Permutasi
Jika suatu keluarga ditetapkan sebagai dalam latihan, dan ia menyadarinya sebagai ditetapkan
dalam latihan, dan ia, tanpa jatuh sakit dan tanpa diundang, memakan makanan segar atau
matang setelah secara pribadi menerimanya dari keluarga itu, maka ia melakukan pelanggaran
yang mengharuskan pengakuan. Jika suatu keluarga ditetapkan sebagai dalam latihan, tetapi ia
tidak dapat memastikannya, dan ia, tanpa jatuh sakit dan tanpa diundang, memakan makanan
segar atau matang setelah secara pribadi menerimanya dari keluarga itu, maka ia melakukan
pelanggaran yang mengharuskan pengakuan. Jika suatu keluarga ditetapkan sebagai dalam
latihan, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai ditetapkan dalam latihan, dan ia, tanpa jatuh sakit
dan tanpa diundang, memakan makanan segar atau matang setelah secara pribadi menerimanya
dari keluarga itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengakuan.
Jika ia menerima tonikum lewat tengah-hari, tonikum tujuh-hari, tonikum seumur-hidup dengan
tujuan sebagai makanan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Untuk setiap
suapannya, ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. Jika suatu keluarga tidak ditetapkan
sebagai dalam latihan, tetapi ia menyadarinya sebagai ditetapkan dalam latihan, maka ia
melakukan pealnggaran yang mengharuskan pengakuan. Jika suatu keluarga tidak ditetapkan
sebagai dalam latihan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran
perbuatan salah. Jika suatu keluarga tidak ditetapkan sebagai dalam latihan, dan ia tidak
menyadarinya sebagai ditetapkan dalam latihan, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran


Tidak ada pelanggaran: Jika ia telah diundang; jika ia sakit; jika ia memakan sisa-sisa dari seorang
yang telah diundang atau yang sakit; jika dana makanan dari orang lain dipersiapkan di sana; jika
mereka memberikan setelah keluar dari rumah; jika itu adalah undangan makan rutin; jika itu
adalah makanan yang diundi; jika itu adalah makanan setengah-bulanan; jika itu adalah hari
uposatha; jika itu adalah sehari setelah hari uposatha; jika keluarga itu memberikan tonikum
lewat tengah-hari, tonikum tujuh-hari, tonikum seumur-hidup, dengan mengatakan,
“Gunakanlah ini ketika ada alasan;” jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.
Aturan latihan ketiga tentang pengakuan selesai
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Pengakuan

4. Aturan Latihan keempat tentang


Pengakuan

Kisah Asal-mula
Sub-kisah pertama
Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di negeri Sakya di Vihara Pohon Banyan di
Kapilavatthu, para budak Sakya sedang memberontak. Para perempuan Sakya ingin
mempersiapkan makanan di tempat-tempat kediaman di hutan belantara, tetapi budak-budak
mendengar hal ini dan memblokir jalanan. Ketika para perempuan Sakya membawa berbagai
jenis makanan baik dan pergi menuju tempat-tempat kediaman di hutan belantara, para budak
keluar, dan mereka merampok dan memperkosa para perempuan Sakya. Segera setelah itu para
laki-laki Sakya keluar, dan mereka menangkap para penjahat itu berserta rampasan mereka.
Kemudian mereka mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu, “Bagaimana mungkin mereka
tidak mengumumkan bahwa ada penjahat menetap di dekat vihara?”
Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang sakya itu dan mereka memberitahu Sang Buddha.
Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu: :
“Baiklah, para bhikkhu, Aku akan menetapkan aturan latihan untuk sepuluh alasan berikut ini:
demi kesejahteraan Sangha, demi kenyamanan Sangha, demi pengekangan orang-orang jahat,
demi kemudahan para bhikkhu berperilaku baik, untuk mengekang kekotoran sehubungan
dengan kehidupan saat ini, untuk mengekang kekotoran sehubungan dengan kehidupan
mendatang, untuk memunculkan keyakinan pada mereka yang tidak berkeyakinan, untuk
meningkatkan keyakinan pada mereka yang telah berkeyakinan, demi panjangnya umur Ajaran
sejati, dan demi mendukung latihan. Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan
seperti berikut:

Aturan awal
‘Ada Tempat-tempat kediaman di hutan belantara yang dianggap riskan dan berbahaya.
Jika seorang bhikkhu, tanpa terlebih dulu membuat pengumuman sehubungan dengan
tempat tinggal itu, memakan makanan segar dan matang setelah secara pribadi
menerimanya di dalam vihara itu, maka ia harus mengakuinya: “Aku telah melakukan hal
tercela dan tidak selayaknya yang harus diakui. Aku mengakuinya.’””
Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua
Tidak lama kemudian seorang bhikkhu di suatu tempat kediaman di dalam hutan belantara jatuh
sakit. Orang-orang membawa makanan segar dan matang menuju tempat kediaman di hutan
belantara itu, dan mereka mengundang bhikkhu itu untuk makan. tetapi mengetahui bahwa Sang
Buddha telah melarang memakan makanan segar atau matang setelah secara pribadi
menerimanya di sebuah tempat kediaman di dalam hutan, dan karena takut melakukan
kesalahan, ia tidak menerimanya. Dan karena tidak mampu berjalan mengumpulkan dana
makanan, ia melewatkan waktu makannya.
Kemudian ia memberitahu para bhikkhu apa yang terjadi, dan mereka kemudian memberitahu
Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan suatu ajaran dan berkata kepada
para bhikkhu: “Para bhikkhu, Aku memperbolehkan seorang bhikkhu yang sakit, tanpa terlebih
dulu membuat pengumuman, untuk memakan makanan segar atau matang setelah secara pribadi
menerimanya di sebuah tempat kediaman di dalam hutan.
Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir
‘Ada Tempat-tempat kediaman di hutan belantara yang dianggap riskan dan berbahaya.
Jika seorang bhikkhu, yang tidak sakit, tanpa terlebih dulu membuat pengumuman
sehubungan dengan tempat-tempat tinggal itu, memakan makanan segar dan matang
setelah secara pribadi menerimanya di dalam vihara itu, maka ia harus mengakuinya:
“Aku telah melakukan hal tercela dan tidak selayaknya yang harus diakui. Aku
mengakuinya.’””

Definisi
Ada Tempat-tempat kediaman di hutan belantara:
Tempat kediaman di hutan belantara: jika paling sedikit 800 meter jauhnya dari area
berpenghuni.
Riskan:
Di dalam vihara, atau di area sekitar vihara, para penjahat terlihat berkemah, makan, berdiri,
duduk, atau berbaring.
Berbahaya:
Di dalam vihara, atau di area sekitar vihara, para penjahat terlihat melukai, merampas, atau
memukul orang-orang.
Seorang:
Siapa pun.
Bhikkhu:
… Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui
prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan
lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.
sehubungan dengan tempat-tempat tinggal itu:
Tentang tempat-tempat tinggal seperti itu.
Tanpa membuat pengumuman:
Jika pengumuman disampaikan kepada salah satu dari lima rekan-monastik, ini disebut “tanpa
membuat pengumuman. Jika pengumuman disampaikan sehubungan dengan apa pun selain
daripada vihara atau area sekitarnya, ini disebut “tanpa membuat pengumuman”.
Membuat pengumuman:
Jika seorang perempuan atau laki-laki datang ke vihara atau ke area sekitar vihara dan berkata,
“Yang Mulia, mereka akan membawakan makanan segar atau matang ini-dan-itu,” kemudian,
jika itu riskan, itu harus dinyatakan, dan jika itu berbahaya, itu harus dinyatakan. Jika orang itu
berkata, “Tidak apa-apa, makanan itu akan dibawa,” maka para penjahat harus diberitahu,
“Orang-orang akan datang ke sini; pergilah.” Ketika pengumuman disampaikan sehubungan
dengan bubur, dan makanan pendamping yang dibawakan, ini disebut “diumumkan”. Ketika
pengumuman disampaikan sehubungan dengan nasi, dan makanan pendamping yang dibawakan,
ini disebut “diumumkan”. Ketika pengumuman disampaikan sehubungan dengan makanan segar,
dan makanan pendamping yang dibawakan, ini disebut “diumumkan”. Ketika pengumuman
disampaikan sehubungan dengan keluarga tertentu, maka ketika siapa pun dari keluarga itu
datang membawa makanan segar atau matang, ini disebut “diumumkan”. Ketika pengumuman
disampaikan sehubungan dengan desa tertentu, maka ketika siapa pun dari desa itu datang
membawa makanan segar atau matang, ini disebut “diumumkan”. Ketika pengumuman
disampaikan sehubungan dengan perkumpulan tertentu, maka ketika siapa pun dari
perkumpulan itu datang membawa makanan segar atau matang, ini disebut “diumumkan”.
Makanan segar:
Selain daripada lima jenis makanan matang, tonikum lewat tengah-hari, tonikum tujuh-hari,
tonikum seumur-hidup—selain ini disebut “makanan segar”.
Makanan matang:
Ada lima jenis makanan matang: gandum matang, bubur, produk tepung, ikan, dan daging.
Di dalam sebuah vihara:
Jika vihara tersebut berpagar, maka di sebelah dalam pagar. Jika vihara tersebut tidak berpagar,
maka di area sekitar vihara.
Yang tidak sakit:
Ia yang mampu berjalan mengumpulkan dana makanan.
Yang sakit:
Ia yang tidak mampu berjalan mengumpulkan dana makanan.

Jika, tanpa membuat pengumuman, seorang yang tidak sakit menerima makanan segar atau
matang dengan niat untuk memakannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.
Untuk setiap suapannya, ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan pengakuan.

Permutasi
Jika tidak ada pengumuman, dan ia tidak menyadarinya sebagai ada pengumuman, dan ia, tanpa
jatuh sakit, memakan makanan segar atau matang setelah secara pribadi menerimanya di dalam
vihara itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengakuan. Jika tidak ada
pengumuman, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia, tanpa jatuh sakit, memakan makanan
segar atau matang setelah secara pribadi menerimanya di dalam vihara itu, maka ia melakukan
pelanggaran yang mengharuskan pengakuan. Jika tidak ada pengumuman, tetapi ia
menyadarinya sebagai ada pengumuman, dan ia, tanpa jatuh sakit, memakan makanan segar atau
matang setelah secara pribadi menerimanya di dalam vihara itu, maka ia melakukan pelanggaran
yang mengharuskan pengakuan.
Jika ia menerima tonikum lewat tengah-hari, tonikum tujuh-hari, tonikum seumur-hidup dengan
tujuan sebagai makanan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Untuk setiap
suapannya, ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. Jika ada pengumuman, tetapi ia
tidak menyadarinya sebagai ada pengumuman, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.
Jika ada pengumuman, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran
perbuatan salah. Jika ada pengumuman, dan ia menyadarinya sebagai ada pengumuman, maka
tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran


Tidak ada pelanggaran: Jika ada pengumuman; jika ia sakit; jika ia memakan sisa-sisa dari di
mana ada pengumuman atau dari seorang yang sakit; jika ia menerimanya di luar vihara dan
kemudian memakannya di dalam vihara; jika ia memakan akar, kulit kayu, daun, bunga, atau
buah yang berasal dari dalam vihara itu; jika, ketika ada alasan, ia menggunakan tonikum lewat
tengah-hari, tonikum tujuh-hari, tonikum seumur-hidup; jika ia gila; jika ia adalah pelaku
pertama.
Aturan latihan keempat tentang pengakuan selesai
“Para Mulia, empat aturan tentang pengakuan telah dibacakan. Sehubungan dengan hal ini aku
bertanya kepada kalian, “Apakah kalian murni dalam hal ini?’ Untuk kedua kalinya aku bertanya,
‘Apakah kalian murni dalam hal ini?’ Untuk ketiga kalinya aku bertanya, ‘Apakah kalian murni
dalam hal ini?’ Kalian murni dalam hal ini dan oleh karena itu kalian berdiam diri. Aku akan
mengingatnya demikian.”
BAB TENTANG PELANGGARAN-PELANGGARAN YANG MENGHARUSKAN PENGAKUAN
SELESAI

Anda mungkin juga menyukai