Anda di halaman 1dari 8

Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik

Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya


Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Tidak Pasti

1. Aturan Latihan Tidak Pasti Pertama


Para Mulia, kedua aturan tidak pasti ini akan dibacakan.

Kisah Asal-mula
Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika.
Pada saat itu Yang Mulia Udāyī bergaul dan mengunjungi sejumlah keluarga di Sāvatthī. Ketika
itu salah satu keluarga yang menyokongnya menyerahkan putri mereka untuk menikah dengan
putra keluarga lain. Segera setelah itu Yang Mulia Udāyī mengenakan jubah di pagi hari,
membawa mangkuk dan jubahnya, dan mendatangi keluarga pertama. Ketika ia tiba, ia bertanya
di mana si putri, dan ia diberitahu bahwa si putri telah diserahkan kepada keluarga lain. Keluarga
itu juga menyokong Udāyī. Kemudian ia pergi ke sana dan sekali lagi menanyakan di mana si
gadis. Mereka berkata, “Ia sedang duduk di kamarnya.” Ia mendatangi si gadis, dan keduanya
duduk sendiri di tempat duduk tertutup dan tersembunyi yang cocok untuk suatu tindakan.
Ketika mereka dapat, maka mereka berbincang; kalau tidak, maka ia membabarkan ajaran
kepadanya.
Pada saat itu Visākhā Migāramātā memiliki banyak anak dan cucu yang sehat. Sebagai akibatnya,
ia dianggap sebagai keberuntungan. Pada pengorbanan-pengorbanan, upacara-upacara, dan
perayaan-perayaan, orang-orang akan memberi makan Visākhā terlebih dulu. Pada saat itu ia
diundang oleh keluarga yang menyokong Udāyī itu. Ketika ia tiba, ia melihatnya duduk bersama
dengan si gadis, dan ia berkata kepadanya, “Yang Mulia, tidaklah selayaknya bagimu untuk
duduk sendirian dengan seorang perempuan di tempat tertutup dan tersembunyi yang cocok
untuk suatu tindakan. Engkau mungkin tidak bermaksud pada tindakan itu, tetapi sulit untuk
meyakinkan orang-orang yang memiliki keyakinan lemah.” Tetapi Udāyī tidak mendengar.
Setelah pergi, Visākhā memberitahu para bhikkhu tentang apa yang telah terjadi. Para bhikkhu
yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, “Bagaimana mungkin Yang
Mulia Udāyī duduk sendirian bersama dengan seorang perempuan di tempat tertutup dan
tersembunyi yang cocok untuk suatu tindakan?”
Setelah menegur Udāyī dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah
itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai Udāyī: “Benarkah, Udāyī, bahwa engkau
melakukan hal ini?”
“Benar, Yang Mulia.”
Sang Buddha menegurnya … “Orang dungu, bagaimana engkau dapat melakukan hal ini? Hal ini
akan mempengaruhi keyakinan orang-orang …” … “Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus
dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir
‘Jika seorang bhikkhu duduk sendirian dengan seorang perempuan di tempat duduk
tertutup dan tersembunyi yang cocok untuk suatu tindakan, dan seorang umat awam
perempuan yang dapat dipercaya melihatnya dan menuduhnya atas pelanggaran yang
mengharuskan pengusiran, pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, atau
pelanggaran yang mengharuskan penebusan, maka, jika ia mengakui bahwa ia duduk,
maka ia harus dihukum menurut satu di antara tiga atau menurut apa yang dikatakan oleh
umat awam perempuan yang dapat dipercaya itu. Aturan ini tidak dapat dipastikan.’”

Definisi
Seorang:
siapa pun …
Bhikkhu:
… Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui
prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan
lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.
Seorang perempuan:
seorang perempuan manusia, bukan makhluk halus perempuan, bukan hantu perempuan, bukan
binatang betina; bahkan seorang bayi perempuan yang terlahir pada hari itu, apalagi yang lebih
tua.
Dengan:
bersama dengan.
Sendirian:
hanya bhikkhu itu dan perempuan itu.
Tertutup:
tertutup bagi mata dan tertutup bagi telinga.
Tertutup bagi mata:
seseorang tidak dapat melihat mereka berkedip, mengangkat alis, atau mengangguk.
Tertutup bagi telinga:
seseorang tidak dapat mendengar suara percakapan biasa.
Tempat duduk tersembunyi:
tersembunyi oleh dinding, tirai, pintu, gorden, pohon, tiang, karung gandum, atau yang lainnya.
Cocok untuk suatu tindakan:
seseorang mampu melakukan hubungan seksual.
Duduk:
si bhikkhu duduk atau berbaring di sebelah perempuan yang duduk. Perempuan duduk atau
berbaring di sebelah bhikkhu yang duduk. Keduanya duduk atau keduanya berbaring.
Dapat dipercaya:
ia telah mencapai buah, ia telah menembus, ia telah memahami Ajaran.
Umat awam perempuan:
ia telah berlindung pada Sang Buddha, Ajaran, dan Sangha.
Melihat:
setelah melihat.
Jika ia menuduhnya melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, pelanggaran
yang mengharuskan penskorsan, atau pelanggaran yang mengharuskan penebusan, maka,
jika ia mengakui duduk, maka ia harus dihukum menurut satu dari tiga atau menurut apa
yang dikatakan oleh umat awam perempuan yang dapat dipercaya itu:
Jika ia menuduhnya seperti ini: “Aku telah melihat engkau duduk, melakukan hubungan seksual
dengan seorang perempuan,” dan ia mengakui itu, maka ia harus dihukum untuk pelanggaran
itu. Jika ia menuduhnya seperti ini: “Aku telah melihat engkau duduk, melakukan hubungan
seksual dengan seorang perempuan,” tetapi ia mengatakan, “Benar bahwa aku duduk, tetapi aku
tidak melakukan hubungan seksual,” maka ia harus dihukum untuk duduknya. Jika ia
menuduhnya seperti ini: “Aku telah melihat engkau duduk, melakukan hubungan seksual dengan
seorang perempuan,” tetapi ia mengatakan, “Aku tidak duduk, melainkan berbaring,” maka ia
harus dihukum untuk berbaringnya. Jika ia menuduhnya seperti ini: “Aku telah melihat engkau
duduk, melakukan hubungan seksual dengan seorang perempuan,” tetapi ia mengatakan, “Aku
tidak duduk, melainkan berdiri,” maka ia tidak boleh dihukum.
Jika ia menuduhnya seperti ini: “Aku telah melihat engkau berbaring, melakukan hubungan
seksual dengan seorang perempuan,” dan ia mengakui itu, maka ia harus dihukum untuk
pelanggaran itu. Jika ia menuduhnya seperti ini: “Aku telah melihat engkau berbaring,
melakukan hubungan seksual dengan seorang perempuan,” tetapi ia mengatakan, “Benar bahwa
aku berbaring, tetapi aku tidak melakukan hubungan seksual,” maka ia harus dihukum untuk
berbaringnya. Jika ia menuduhnya seperti ini: “Aku telah melihat engkau berbaring, melakukan
hubungan seksual dengan seorang perempuan,” tetapi ia mengatakan, “Aku tidak berbaring,
melainkan duduk,” maka ia harus dihukum untuk duduknya. Jika ia menuduhnya seperti ini:
“Aku telah melihat engkau berbaring, melakukan hubungan seksual dengan seorang
perempuan,” tetapi ia mengatakan, “Aku tidak berbaring, melainkan berdiri,” maka ia tidak
boleh dihukum.
Jika ia menuduhnya seperti ini: “Aku telah melihat engkau duduk, melakukan kontak fisik
dengan seorang perempuan,” dan ia mengakui itu, maka ia harus dihukum untuk pelanggaran
itu. … “Benar bahwa aku duduk, tetapi aku tidak melakukan kontak fisik,” maka ia harus
dihukum untuk duduknya. … “Aku tidak duduk, melainkan berbaring,” maka ia harus dihukum
untuk berbaringnya. … “Aku tidak duduk, melainkan berdiri,” maka ia tidak boleh dihukum.
Jika ia menuduhnya seperti ini: “Aku telah melihat engkau berbaring, melakukan kontak fisik
dengan seorang perempuan,” dan ia mengakui itu, maka ia harus dihukum untuk pelanggaran
itu. … “Benar bahwa aku berbaring, tetapi aku tidak melakukan kontak fisik,” maka ia harus
dihukum untuk berbaringnya. … “Aku tidak berbaring, melainkan duduk,” maka ia harus
dihukum untuk duduknya. … “Aku tidak berbaring, melainkan berdiri,” maka ia tidak boleh
dihukum.
Jika ia menuduhnya seperti ini: “Aku telah melihat engkau duduk sendirian dengan seorang
perempuan di tempat tertutup dan tersembunyi yang cocok untuk suatu tindakan,” dan ia
mengakui itu, maka ia harus dihukum untuk duduknya. … “Aku tidak duduk, melainkan
berbaring,’ maka ia harus dihukum untuk berbaringnya. … “Aku tidak duduk, melainkan berdiri,”
maka ia tidak boleh dihukum.
Jika ia menuduhnya seperti ini: “Aku telah melihat engkau berbaring sendirian dengan seorang
perempuan di tempat tertutup dan tersembunyi yang cocok untuk suatu tindakan,” dan ia
mengakui itu, maka ia harus dihukum untuk berbaringnya. … “Aku tidak berbaring, melainkan
duduk,” maka ia harus dihukum untuk duduknya. … “Aku tidak berbaring, melainkan berdiri,”
maka ia tidak boleh dihukum.
Tidak dapat dipastikan:
tidak ditentukan. Ini dapat menjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, pelanggaran
yang mengharuskan penskorsan, atau pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi
Jika ia mengaku pergi, dan ia mengaku duduk, dan ia mengakui pelanggaran, maka ia harus
dihukum untuk pelanggaran itu. Jika ia mengaku pergi, tetapi ia tidak mengaku duduk, namun ia
mengakui pelanggaran, maka ia harus dihukum untuk pelanggaran itu. Jika ia mengaku pergi,
dan ia mengaku duduk, tetapi tidak mengakui pelanggaran, maka ia harus dihukum untuk
duduknya. Jika ia mengaku pergi, tetapi ia tidak mengaku duduk, juga ia tidak mengakui
pelanggaran, maka ia tidak boleh dihukum.
Jika ia tidak mengaku pergi, tetapi ia mengaku duduk, dan ia mengakui pelanggaran, maka ia
harus dihukum untuk pelanggaran itu. Jika ia tidak mengaku pergi, juga ia tidak mengaku duduk,
namun ia mengakui pelanggaran, maka ia harus dihukum untuk pelanggaran itu. Jika ia tidak
mengaku pergi, tetapi ia mengaku duduk, namun tidak mengakui pelanggaran, maka ia harus
dihukum untuk duduknya. Jika ia tidak mengaku pergi, juga tidak mengaku duduk, juga tidak
mengakui pelanggaran, maka ia tidak boleh dihukum.
Pelanggaran pertama yang tidak pasti selesai.
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Tidak Pasti

2. Aturan Latihan Tidak Pasti Kedua

Kisah Asal-mula
Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika.
Pada saat itu Yang Mulia Udāyī mendengar bahwa Sang Buddha telah melarang duduk sendirian
dengan seorang perempuan di tempat duduk tertutup dan tersembunyi yang cocok untuk suatu
tindakan, dan karena itu maka ia duduk sendirian di tempat tertutup dengan gadis yang sama.
Jika mereka dapat, maka mereka hanya berbincang; jika tidak maka ia membabarkan suatu
ajaran.
Untuk kedua kalinya Visākhā diundang oleh keluarga itu. Ketika ia tiba, ia melihat Udāyī duduk
sendirian di tempat tertutup dengan gadis yang sama, dan ia berkata kepada Udāyī, “Yang Mulia,
tidaklah selayaknya bagimu untuk duduk sendirian dengan seorang perempuan di tempat
tertutup. Engkau mungkin tidak bermaksud pada tindakan itu, tetapi sulit untuk meyakinkan
orang-orang yang memiliki keyakinan lemah.” Tetapi Udāyī tidak mendengar. Setelah pergi,
Visākhā memberitahu para bhikkhu tentang apa yang telah terjadi. Para bhikkhu yang memiliki
sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, “Bagaimana mungkin Yang Mulia Udāyī
duduk sendirian bersama dengan seorang perempuan di tempat tertutup?”
Setelah menegur Udāyī dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah
itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai Udāyī: “Benarkah, Udāyī, bahwa engkau
melakukan hal ini?”
“Benar, Yang Mulia.”
Sang Buddha menegurnya … “Orang dungu, bagaimana engkau dapat melakukan hal ini? Hal ini
akan mempengaruhi keyakinan orang-orang …” … “Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus
dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir
‘Walaupun suatu tempat duduk tidak tersembunyi, juga tidak cocok untuk suatu tindakan,
namun mungkin cocok untuk berbicara tidak senonoh kepada seorang perempuan. Jika
seorang bhikkhu duduk sendirian dengan seorang perempuan di tempat duduk demikian,
dan seorang umat awam perempuan yang dapat dipercaya melihatnya dan menuduhnya
melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan atau pelanggaran yang
mengharuskan penebusan, maka, jika ia mengakui duduk, maka ia harus dihukum
menurut satu dari dua atau menurut apa yang dikatakan oleh umat awam perempuan yang
dapat dipercaya itu. Aturan ini juga tidak dapat dipastikan.’”

Definisi
Walaupun suatu tempat duduk tidak tersembunyi:
tidak tersembunyi oleh dinding, tirai, pintu, kain gorden, pohon, tiang, karung gandum, atau apa
pun yang lainnya.
Tidak cocok untuk suatu tindakan:
ia tidak dapat melakukan hubungan seksual.
Mungkin cocok untuk berbicara tidak senonoh kepada seorang perempuan:
ia dapat berbicara tidak senonoh kepada seorang perempuan.
Seorang:
siapa pun …
Bhikkhu:
… Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui
prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan
lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.
Di tempat duduk demikian:
di jenis tempat duduk seperti itu.
Seorang perempuan:
seorang perempuan manusia, bukan makhluk halus perempuan, bukan hantu perempuan, bukan
binatang betina. Ia memahami dan mampu membedakan ucapan buruk dan ucapan yang baik,
apa yang sopan dan apa yang tidak sopan.
Dengan:
bersama dengan.
Sendirian:
hanya bhikkhu itu dan perempuan itu.
Tertutup:
tertutup bagi mata dan tertutup bagi telinga.
Tertutup bagi mata:
seseorang tidak dapat melihat mereka berkedip, mengangkat alis, atau mengangguk.
Tertutup bagi telinga:
seseorang tidak dapat mendengar suara percakapan biasa.
Duduk:
si bhikkhu duduk atau berbaring di sebelah perempuan yang duduk. Perempuan duduk atau
berbaring di sebelah bhikkhu yang duduk. Keduanya duduk atau keduanya berbaring.
Dapat dipercaya:
ia telah mencapai buah, ia telah menembus, ia telah memahami Ajaran.
Umat awam perempuan:
ia telah berlindung pada Sang Buddha, Ajaran, dan Sangha.
Melihat:
setelah melihat.
Jika ia menuduhnya melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan atau
pelanggaran yang mengharuskan penebusan, maka, jika ia mengakui duduk, maka ia
harus dihukum menurut satu dari dua atau menurut apa yang dikatakan oleh umat awam
perempuan yang dapat dipercaya itu:
Jika ia menuduhnya seperti ini: “Aku telah melihat engkau duduk, melakukan kontak fisik
dengan seorang perempuan,” dan ia mengakui itu, maka ia harus dihukum untuk pelanggaran
itu. Jika ia menuduhnya seperti ini: “Aku telah melihat engkau duduk, melakukan kontak fisik
dengan seorang perempuan,” tetapi ia mengatakan, “Benar bahwa aku duduk, tetapi aku tidak
melakukan kontak fisik,” maka ia harus dihukum untuk duduknya. … “Aku tidak duduk,
melainkan berbaring,” maka ia harus dihukum untuk berbaringnya. … “Aku tidak duduk,
melainkan berdiri,” maka ia tidak boleh dihukum.
Jika ia menuduhnya seperti ini: “Aku telah melihat engkau berbaring, melakukan kontak fisik
dengan seorang perempuan,” dan ia mengakui itu, maka ia harus dihukum untuk pelanggaran
itu. … “Benar bahwa aku berbaring, tetapi aku tidak melakukan kontak fisik,” maka ia harus
dihukum untuk berbaringnya. … “Aku tidak berbaring, melainkan duduk,” maka ia harus
dihukum untuk duduknya. … “Aku tidak berbaring, melainkan berdiri,” maka ia tidak boleh
dihukum.
Jika ia menuduhnya seperti ini: “Aku telah mendengar engkau berbicara tidak senonoh kepada
seorang perempuan sewaktu duduk,” dan ia mengakui itu, maka ia harus dihukum untuk
pelanggaran itu. Jika ia menuduhnya seperti ini: “Aku telah mendengar engkau berbicara tidak
senonoh kepada seorang perempuan sewaktu duduk,” tetapi ia mengatakan, “Benar bahwa aku
duduk, tetapi aku tidak berbicara tidak senonoh,” maka ia harus dihukum untuk duduknya. …
“Aku tidak duduk, melainkan berbaring,” maka ia harus dihukum untuk berbaringnya. … “Aku
tidak duduk, melainkan berdiri,” maka ia tidak boleh dihukum.
Jika ia menuduhnya seperti ini: “Aku telah mendengar engkau berbicara tidak senonoh kepada
seorang perempuan sewaktu berbaring,” dan ia mengakui itu, maka ia harus dihukum untuk
pelanggaran itu. … “Benar bahwa aku berbaring, tetapi aku tidak berbicara tidak senonoh,” maka
ia harus dihukum untuk berbaringnya. … “Aku tidak berbaring, melainkan duduk,” maka ia harus
dihukum untuk duduknya. … “Aku tidak berbaring, melainkan berdiri,” maka ia tidak boleh
dihukum.
Jika ia menuduhnya seperti ini: “Aku telah melihat engkau duduk sendirian dengan seorang
perempuan di tempat tertutup,” dan ia mengakuinya, maka ia harus dihukum untuk duduknya. …
“Aku tidak duduk, melainkan berbaring,” maka ia harus dihukum untuk berbaringnya. … “Aku
tidak duduk, melainkan berdiri,” maka ia tidak boleh dihukum.
Jika ia menuduhnya seperti ini: “Aku telah melihat engkau berbaring sendirian dengan seorang
perempuan di tempat tertutup,” dan ia mengakuinya, maka ia harus dihukum untuk
berbaringnya. … “Aku tidak berbaring, melainkan duduk,” maka ia harus dihukum untuk
duduknya. … “Aku tidak berbaring, melainkan berdiri,” maka ia tidak boleh dihukum.
Aturan ini juga:
ini dikatakan dengan merujuk pada aturan yang tidak dapat dipastikan yang sebelumnya.
Tidak dapat dipastikan:
tidak ditentukan. Ini dapat menjadi pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, atau
pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi
Jika ia mengaku pergi, dan ia mengaku duduk, dan ia mengakui pelanggaran, maka ia harus
dihukum untuk pelanggaran itu. Jika ia mengaku pergi, tetapi ia tidak mengaku duduk, namun ia
mengakui pelanggaran, maka ia harus dihukum untuk pelanggaran itu. Jika ia mengaku pergi,
dan ia mengaku duduk, tetapi tidak mengakui pelanggaran, maka ia harus dihukum untuk
duduknya. Jika ia mengaku pergi, tetapi ia tidak mengaku duduk, juga tidak mengakui
pelanggaran, maka ia tidak boleh dihukum.
Jika ia tidak mengaku pergi, tetapi ia mengaku duduk, dan ia mengakui pelanggaran, maka ia
harus dihukum untuk pelanggaran itu. Jika ia tidak mengaku pergi, juga ia tidak mengaku duduk,
namun ia mengakui pelanggaran, maka ia harus dihukum untuk pelanggaran itu. Jika ia tidak
mengaku pergi, tetapi ia mengaku duduk, namun tidak mengakui pelanggaran, maka ia harus
dihukum untuk duduknya. Jika ia tidak mengaku pergi, juga tidak mengaku duduk, juga tidak
mengakui pelanggaran, maka ia tidak boleh dihukum.
Pelanggaran kedua yang tidak pasti selesai.
“Para Mulia, kedua aturan tidak ipasti telah dibacakan. Sehubungan dengan hal ini, Aku bertanya
kepada kalian, ‘Apakah kalian murni dalam hal ini?’ Untuk kedua kalinya Aku bertanya, ‘Apakah
kalian murni dalam hal ini?’ Untuk ketiga kalinya Aku bertanya, ‘Apakah kalian murni dalam hal
ini?’ Kalian murni dalam hal ini dan oleh karena itu berdiam diri. Aku akan mengingatnya
demikian.”
Berikut ini adalah rangkumannya:

“Cocok untuk suatu tindakan,


Dan kemudian tidak cocok.
Pelanggaran-pelanggaran yang tidak dapat dipastikan telah ditetapkan
Oleh Yang Stabil, Sang Buddha yang terbaik.”

BAB TENTANG PELANGGARAN-PELANGGARAN TIDAK PASTI SELESAI.

Anda mungkin juga menyukai