Anda di halaman 1dari 11

HUKUM "PACARAN"

Fatawa Syaikh Ibnu 'Utsaimin dinukil dari kitab Fatawa An Nazhar wal Khalwah Wal Ikhtilath Tanya : Bagaimana hukum tentang hubungan sebelum pernikahan? Jawab: Jika yang dimaksud penanya dengan "sebelum pernikahan" adalah sebelum resepsi pernikahan, tetapi setelah akad nikah (ijab), maka ini tidaklah berdosa. Sebab, dengan berlangsungnya akad nikah, maka seorang wanita telah sah menjadi istrinya sekalipun belum diadakan resepsi pernikahan. Adapun jika hubungan tersebut dilakukan seelum akad nikah, yaitu selama masa pinangan atau sebelumnya, maka diharamkan. Seorang pria tidak boleh bersenang-senang dengan wanita bukan mahram, baik dengan berbincang-bincang, memandang atau berduaan. Telah diriwayatkan secara shahih dari Nabi shallallahu 'alayhi wa alihi wasallam yang bersabda : "Laa yakhluwanna rojulun-bimroatin illaa ma'a-dzii mahromin, wa laa tusaafirul-mar-atu illaa ma'a-dzii mahromin." "Jangan sekali-kali seorang pria berduaan dengan seorang wanita kecuali jika wanita itu bersama mahramnya dan janganlah seorang wanita bepergian jauh (safar) kecuali bersama mahramnya." Jadi, jika hubungan ini dilakukan setelah akad, maka tidak berdosa, tetapi jika dilakukan sebelum akad, walaupun setelah diterimanya pinangan, maka tidak dibolehkan. Pria tadi diharamkan untuk menjalin hubungan dengan wanita calon istrinya, karena ia tetap berstatus sebagai wanita ajnabiyah sampai akad nikah keduanya dilangsungkan. -oOo-

BERDUAAN DENGAN WANITA AJNABIYAH ADALAH HARAM


Fatawa Syaikh Ibnu Jibrin dinukil dari kitab Fatawa An Nazhar wal Khalwah Wal Ikhtilath Tanya : Sebagian orang ada yang menganggap remeh masalah berbincangbincangnya seorang laki-laki dengan wanita ajnabiyah. Misalnya, jika seseorang datang ke rumah sahabatnya, tetapi ternyata sahabatnya itu tidak ada, maka istrinya akan menemuinya dan berbincang-bincang dengan teman laki-laki sahabat suaminya tersebut. Ia membuka majelis serta menghidangkan kopi atau teh kepadanya. Apakah tindakan ini dibolehkan, mengingat bahwa ketika itu tidak ada seorangpun yang berada di rumah selain istri orang tersebut ? Jawab: Seorang wanita tidak dibolehkan mengizinkan pria ajnabi memasuki rumah suaminya, ketika suaminya bepergian, meskipun orang tersebut adalah

kawan akrab suaminya dan sekalipun ia seorang yang bisa dipercaya, sebab tindakan itu merupakan khalwat antara seorang pria dengan wanita ajnabiyah. Padahal disebutkan di dalam hadits : "Laa yakhluwanna rojulun-bimroatin illaa kaanasy-syaythoo-nu tsaa-litsaHumaa" "Tidaklah seorang laki-laki berkhalwat dengan seorang wanita ajnabiyah, kecuali setan menjadi teman ketiga mereka." Sebaliknya, seseorang diharamkan meminta kepada istri sahabanya agar mengizinkan masuk rumahnya dan melayaninya sebagai tamu, meski ia yakin akan sifat amanat dan ketaatannya kepada agama di dalam dirinya; karena dikhawatirkan setan akan menggodanya dan mempengaruhi keduanya. Suami juga berkewajiban untuk mengingatkan istrinya agar tidak memasukkan laki-laki ajnabi ke rumahnya, sekalipun ia adalah kerabatnya. Karena Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam telah bersabda : "iyyaa kum wad-dukhuulu 'alaan-nisaa-i. aroaytal-hamwu? Qoola : al-hamwul-mautu." Qooluu yaa rosuulullaaHi,

"Janganlah kamu sekalian masuk ke rumah kaum wanita !" para sahabat bertanya : "Ya Rasulullah, bagaimana dengan al-hamwu?" Beliau menjawab, "Al-Hamwu itu maut." "Al-Hamwu" adalah saudara atau kerabat suami. Jika "Al-Hamwu" dilarang masuk ke rumah wanita, maka apalagi selainnya. -oOo-

BERJABAT TANGAN, DUDUK-DUDUK DAN MENCIUM WANITAWANITA BUKAN MAHRAM


Fatawa Syaikh Bin Baaz dinukil dari kitab Fatawa An Nazhar wal Khalwah Wal Ikhtilath Tanya : Saat ini saya tinggal di kota Riyadh. Di sana saya mempunyai famili. Hubungan kekerabatan saya dengan mereka sangat dekat. Di antara mereka ada istri paman saya dan putri-putrinya. Ketika mengunjungi mereka, saya mengucapkan salam kepada mereka dan mencium mereka. Mereka duduk-duduk bersama saya sementara sebagian aurat mereka dalam keadaan terbuka. Saya terpaksa melakukan hal ini, karena saya mengetahui bahwa ini merupakan tradisi yang cukup membudaya di sebagian besar wilayah selatan. Bagaimana menurut pendapat anda mengenai tradisi ini dan apa yang musti saya lakukan? Mohon penjelasan dan semoaga Allah membalas anda dengan kebaikan.

Jawab: Tradisi ini buruk dan mungkar, serta bertentangan dengan syari'at Islam yang suci. Anda tidak boleh mencium dan berjabat tangan dengan mereka, karena istri dan anak-anak paman anda, dan wanita-wanita yang lain, bukanlah mahram bagi anda. Mereka wajib mengenakan hijab dihadapan anda dan tidak boleh menampakkan perhiasan mereka kepada anda. Sesuai dengan firman Allah subhanahu wa ta'ala : "Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka." (Q.S. Al-Ahzab ayat 53) Ayat ini umum, berkenaan dengan istri-istri Nabi Shallallahu 'alayhi wa alihi wasallam dan wanita-wanita selain mereka menurut pendapat yang paling shahih diantara dua pendapat ulama. Barangsiapa mengatakan bahwa ayat ini khusus berkenaan dengan para istri Nabi Shallallahu 'alayhi wa alihi wasallam , maka pendapatnya ini salah dan tidak berdasarkan dalil. Allah subhanahu wa ta'ala juga berfirman berkenaan dengan kaum wanita secara umum : "Dan janganlah mencampakkan perhiasan mereka, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka atau ayah suami mereka." (Q.S. An-Nuur ayat 31) Anda tidak termasuk golongan yang dikecualikan dalam ayat diatas. Anda adalah laki-laki ajnabi bagi anak-ana perempuan pamanmu dan istri-istri mereka. Artinya, anda bukanlah mahram bagi mereka. Anda berkewajiban menjelaskan kepada mereka apa yang telah kami sebutkan ini dan membacakan fatwa ini kepada mereka sehingga mereka bisa memaklumimu dan mengetahui hukum syari'at mengenai hal itu. Cukuplah Anda mengucapkan salam kepada mereka, tanpa mencium atau berjabat tangan, berdasarkan kepada ayat-ayat yang telah kami sebutkan. Juga berdasar sabda Nabi shallallahu 'alayhi wa alihi wasallam, ketika ada seorang wanita yang ingin berjabat tangan dengan beliau : "Innii laa u-shoofihunnisaa-a" "Sesungguhnya, aku tidak berjabat tangan dengan wanita". Aisyah Radhiyallahu 'anha berkata : "WallaaHi, maa massatyadu rosuulillaHi shallallahu 'alayhi wa sallam yadamro-atin-qoththu maa kaa na yubaa yi'un-nisaa-a illaa bil-kalaami"

"Demi Allah, tangan Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa sallam tidak pernah menyentuh tangan wanita. Beliau tidak membai'at kaum wanita, kecuali dengan ucapan." Juga berdasarkan hadits yang diriwayatkan dalam Shahih Muslim dari Aisyah radhiyallahu 'anha, tentang qishshatul ifk (berita bohong yang menimpa Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu 'anha pent.), beliau berkata : "Ketika aku mendengar suara Shofwan bin Al Mu'aththal, maka kututup wajahku. Ia adalah seorang laki-laki yang pernah melihatku sebelum turunnya ayat hijab." Perkataan Aisyah ini menunjukkan bahwa kaum wanita muslimah telah memakai cadar yang menutup wajah mereka semenjak turunnya ayat hijab. Semoga Allah memperbaiki keadaan kaum muslimin dan memberi mereka pemahaman mengenai agama Islam. Wallahu waliyyut taufiq. -oOo-

HUKUM BERJABAT TANGAN DAN MENCIUM WANITA-WANITA BUKAN MAHRAM, DARI KALANGAN KERABAT DAN LAINNYA
Fatawa Syaikh Bin Baaz dinukil dari kitab Fatawa An Nazhar wal Khalwah Wal Ikhtilath Tanya : Saya sering mengunjungi keluarga dan sanak famili, setelah berpisah dalam waktu lama. Kadang-kadang dalam waktu enam bulan dan kadang-kadang sampai setahun penuh. Sampai di rumah banyak wanita yang menyambut kedatangan saya, dari yang masih kanak-kanak hingga yang sudah tua. Mereka mencium saya yang menjadikan saya tersipu dan malu.!! Sebenarnya, ini merupakan tradisi yang biasa dilakukan oleh keluarga kami, tanpa ada maksud apapun, karena menurut mereka kebiasaan ini bukanlah merupakan perbuatan haram. Tetapi saya yang memiliki wawasan keislaman yang mendalam dan alhamdulillah- segala puji hanya milik Allah, saya masih bingung dan serba salah menyikapi masalah ini. Pertanyaan saya : bagaimana caranya supaya saya bisa menghindari ciuman wanita-wanita tersebut, padahal saya tahu bahwa andaikata saya hanya menjabat tangan mereka, niscaya mereka akan marah besar kepada saya dan akan mengatakan, " Ia tidak menghormati kita, ia membenci kita dan tidak mencintai kita maksudnya cinta yang terjalin antara seseorang dengan sesamanya, bukan cinta antara seorang pemuda dengan seorang gadis-." Apakah saya telah bermaksiat, jika mencium mereka, karena perlu diketahui bahwa saya tidak mempunyai niat buruk dalam tindakan saya itu? Jawab: Seorang muslim tidak diperbolehkan menjabat tangan atau mencium selain istrinya dan wanita-wanita mahramnya. Itu merupakan salah satu hal yang

diharamkan dan sebab timbulnya fitnah serta perbuatan fakhisyah. Padahal, ada hadits shahih dari beliau Shallallahu 'alayhi wa alihi wasallam bahwa beliau bersabda : "Innii laa u-shoofihunnisaa-a" "Sesungguhnya, aku tidak berjabat tangan dengan wanita". Aisyah Radhiyallahu 'anha berkata : "WallaaHi, maa massatyadu rosuulillaHi shallallahu 'alayhi wa sallam yadamro-atin-qoththu maa kaa na yubaa yi'un-nisaa-a illaa bil-kalaami" "Demi Allah, tangan Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa sallam tidak pernah menyentuh tangan wanita. Beliau tidak membai'at kaum wanita, kecuali dengan ucapan." Yang lebih buruk daripada berjabat tangan dengan wanita adalah mencium mereka, entah mereka itu anak paman, anak tetangga, atau anak siapa saja. Semua itu diharamkan berdasarkan ijma' kaum muslimin dan merupakan sarana paling besar bagi terjadinya berbagai perbuatan fakhisyah yang diharamkan. Setiap muslim berkewajiban untuk menghindarkan diri dari perbuatan itu dan menjelaskan kepada wanita-wanita yang biasa melakukannya, baik yang memiliki hubungan famili maupun yang tidak, bahwa perbuatan tersebut diharamkan meskipun sudah membudaya di kalangan orang banyak. Seorang muslim dan muslimah tidak boleh melakukannya, meskipun kerabat dan masyarakat di negerinya biasa melakukan hal itu. Sebaliknya ia berkewajiban mengingkari hal itu dan mengingatkan masyarakat agar tidak melakukannya. Sebagai gantinya, cukuplah ia mengucapkan salam, tanpa berjabat tangan atau mencium. -oOo-

AYAH "BOLEH" MENCIUM PUTRINYA


Fatawa Syaikh Bin Baaz dinukil dari kitab Fatawa An Nazhar wal Khalwah Wal Ikhtilath Tanya : Bolehkah seorang ayah mencium putrinya, jika putrinya itu telah mencapai usia baligh, baik sudah menikah atau belum; baik ciuman itu di pipi atau di bibirnya, atau pada anggota lainnya? Dan bagaimana hukumnya jika seorang putri mencium ayahnya di bagian anggota-anggota tubuh tersebut? Jawab: Seorang bapak tidak berdosa bila mencium putrinya yang sudah dewasa maupun yang masih kanak-kanak tanpa syahwat, dengan catatan!!! Hendaklah ciuman itu di pipinya jika ia sudah berusia dewasa. Sebab, ada riwayat yang kuat

yang menyebutkan bahwa Abu bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu 'anhu mencium putrinya, Aisyah Radhiyallahu 'anha di pipinya. Selain itu, mencium di bagian bibir kadang-kadang bisa membangkitkan syahwat seksual, maka lebih baik ditinggalkan. Sebaliknya seorang putri dibolehkan mencium ayahnya pada bagian hidung atau kepalanya tanpa syahwat. Jika ciuman itu dilakukan dengan syahwat, maka diharamkan bagi semuanya, demi menghindari timbunya fitnah dan terjadinya perbuatan fakhisyah (keji). SEBAGIAN PENYELEWENGAN YANG TERJADI DALAM PERKAWINAN YANG WAJIB DIHINDARKAN/DIHILANGKAN 1. Pacaran Kebanyakan orang sebelum melangsungkan perkawinan biasanya "Berpacaran" terlebih dahulu, hal ini biasanya dianggap sebagai masa perkenalan individu, atau masa penjajakan atau dianggap sebagai perwujudan rasa cinta kasih terhadap lawan jenisnya. Adanya anggapan seperti ini, kemudian melahirkan konsesus bersama antar berbagai pihak untuk menganggap masa berpacaran sebagai sesuatu yang lumrah dan wajar-wajar saja. Anggapan seperti ini adalah anggapan yang salah dan keliru. Dalam berpacaran sudah pasti tidak bisa dihindarkan dari berintim-intim dua insan yang berlainan jenis, terjadi pandang memandang dan terjadi sentuh menyentuh, yang sudah jelas semuanya haram hukumnya menurut syari'at Islam. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Artinya : Jangan sekali-kali seorang laki-laki bersendirian dengan seorang perempuan, melainkan si perempuan itu bersama mahramnya". (Hadits Shahih Riwayat Ahmad, Bukhari dan Muslim). Jadi dalam Islam tidak ada kesempatan untuk berpacaran dan berpacaran hukumnya haram. Nasihat Perkawinan (Artikel Assunnah.or.id) Judul Asli: Konsep Perkawinan Dalam Islam oleh : Ustadz Yazid Bin Abdul Qadir jawas

Insya Allah ayat ini bagus untuk kita simak : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Annur ayat 21) Pada ayat lian Allah berfirman : Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (Annur ayat 31) Kemudian mari kita simak beberapa hadits : "Sesungguhnya ditusukan kepada salah seorang dari kalian dengan jarum dari besi lebih baik baginya daripada ia menyentuh wanita yang tidak halal baginya" Hadist Riwayat Ath Thabrani dalam shahihul jami hadist no.4921 Pada zaman sekarang, jabat tangan antara laki-laki

dengan perempuan hampir menjadi tradisi. Tradisi bejat itu mengalahkan akhlak Islami yang mestinya ditegakkan. Bahkan mereka menganggap kebiasaan itu jauh lebih baik dan lebih tinggi nilainya daripada syariat Allah yang mengharamkanya. Sehingga jika salah seorang dari mereka anda ajak dialog tentang hukum syariat, dengan dalil-dalil yang kuat dan jelas, tentu serta merta ia akan menuduh anda sebagai orang kolot, ketinggalan zaman, kaku, sulit beradaptasi, ekstrim, hendak memutuskan tali silaturrahim menggoyahkan niat baik.....dan sebagainya. "Kedua mata berzina, kedua tangan berzina, kedua kaki berzina dan kemaluanpun berzina." hadist riwayat Ahmad 1/412 Shahihul jami 4126 " Sesungguhnya aku tidak berjabat tangan dengan wanita" Hadist riwayat Ahmad6/357, dalam shahihul jami hadist no2509 " Tidaklah seorang laki-laki berkhalwat dengan wanita kecuali pihak ketiganya adalah setan" Hadist riwayat tumudzi, 3/474 misyakatul mashabih , 3188 " Sesungguhnya hendaknya tidak masuk seseorang laki-laki dari kamu, setelah hari ini kepada wanita yang tidak ada bersamanya (suami atau mahramnya), kecuali bersamanya seorang atau dua orang laki-laki." Hadist riwayat Muslim, 4/1711 [diambil dari tulisan Al-Akh Ruslan pada-MyQuran. Dalam diskusi dengan Tema: Patokan Pacaran Islami Bahan Tulisan: Abdul Halim Abu Syuqqah, Kebebasan Wanita, Jilid 5, hlm. 71-80. Muhammad Shodiq, Wahai Penghujat Pacaran Islami, hlm. 48-73. Yusuf al-Qaradhawi, Fiqih Praktis bagi Kehidupan Modern, hlm. 19-26] Rujukan :Buku Dosa-Dosa Yang Dianggap Bisa karangan

Hadist riwayat Muslim, 4/1711 "Perempuan mana pun yang menggunakan parfum kemudian melewati suatu kaum agar mereka mencium wanginya maka dia seorang penzina" Hadist riwayat Ahmad , 4/418, Shahihul Ja'mii 105 " Tidak (dibenarkan seorang) wanita bepergian kecuali dengan Mahramnya"[/B] Hadist riwayat Muslim, 2/977 Dari Ibu Umar Ra, ia berkata, bersabda Rasulallah SAW : "Tiga (jenis manusia) Allah mengharamkan atas mereka Surga: Peminum khamar (minuman keras), pendurhaka (kepada orangtuanya) dan dayyuts (yaitu) yang merelakan kekejian didalam keluarganya" Hadist riwayat Bukhari, fathul bari 8/45 Penjelmaan diatas di zaman kita sekarang diantaranya adalah menutup mata terhadap anak perempuan atau istri yang berhubungan dengan laki-laki lain di dalam rumah atau sekedar mengadakan pembicaraan dengan dalih beraramah-tamah, merelakan salah seorang wanita dari anggota keluarganya berduan dengan laki-laki bukan mahram.* [diambil dari tulisan Al-Akh Ruslan dari-MyQuran. Dalam diskusi dengan Tema: Patokan Pacaran Islami ] Selanjutnya mari kita simak tanya jawab berikut ini. diambil dari Albayan (http://www.forsitek.brawijaya.ac.id/index.php? do=detail&cat=arsipkon&id=kon-pacaran) Kenapa pacaran tidak boleh? Pertanyaan Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, kenapa pacaran tidak boleh? apakah karena aktivitasnya seperti pegangan tangan dsb? kalo aktivitasnya diganti menjadi ngaji bersama dan masih menjaga kontak antara pria dan wanita ... semisal tidak jabat tangan atau

bersentuhan bagaimana? saya punya sahabat laki2... tapi kami berkomitmen untuk menikah nanti... kontak kulit insya Allah saya jaga... kami hanya sebatas cerita untuk mengenal satu sama lain, dan menunggu dia kerja dulu... apakah hal ini diperbolehkan?? terima kasih Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Nb : saya tidak setuju dengan perjodohan, atau ta'aruf yang hanya mengenal beberapa hari saja... soalnya nikahkan untuk selama2lamanya.. Penjawab: Ustadz Abdullah Sholeh Hadrami Jawaban: Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh, Dalam Islam tidak dikenal pacaran, yang benar dalam Islam itu nikah dulu baru cinta, bukan cinta dulu baru nikah. Kemudian kalau mereka mengatakan bahwasanya pacaran itu supaya tahu pacarnya, maka perlu diketahui bahwa pacaran itu bukan ukuran. Karena ketika masih pacaran semuanya serba indah bahkan mereka mengatakan "dunia milik mereka berdua semuanya", ini adalah palsu dan kebanyakan diantara mereka setelah menikah baru masing-masing tahu aslinya sehingga tidak jarang diantara mereka setelah lama berpacaran, 4 tahun pacaran, baru menikah satu tahun sudah bubar gara-gara mereka telah bercinta dulu sebelum menikah sehingga ketika menikahpun cinta mereka telah habis Jadi yang benar adalah menikah dulu, kemudian setelah menikah baru bercinta. Namun ketika sebelum menikah ada proses-prosenya dulu, yaitu saling tukar menuka biodata, kemudian banyak tanya bagaimana akhlaknya, din(agama)-nya, setelah semuanya cocok, sholat istikharah terlebih dahulu, lalu bermusyawarah, kemudian juga nadhor, baru nikah. Nah, setelah nikah itulah kita mebangun rumah tangga, yang difirmankan oleh Allah di surat Ar Rum ayat 21: "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu

sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir." Jadi Allah berfirman setelah menikah kemudian nanti baru timbul sakinah, kedamaian ketentraman dan didalamnya ada mawadah warahmah (cinta dan kasih sayang)

Anda mungkin juga menyukai