Disusun Oleh
Suparno (2020111804)
JAKARTA
2022
Abstrak
Abstract
Buddhists are generally grouped into two classes, namely the class of ascetics
(Bhikkhu’s, Bhikkhuni’s, Novices, and Novices), and those of householders
(Upasaka’s and Upasika’s). Good householders make policies by supporting the
lives of ascetics, and vice versa for ascetics who live a noble life and depend on
the fulfillment of their basic needs for the support of lay people. The basic need of
ascetics in daily life is food, so the lay people will do good by giving food
offerings to the ascetics. Food offerings made by lay people give great blessings,
but if lay people make unworthy food offerings to ascetics it will lead to
unwholesome actions and also not getting blessings. Realizing the importance of
understanding about proper food offerings, the author tries to provide
i
understanding through the analysis of the Jivaka Sutta. Keywords: Jivaka Sutta,
Food Offering, Eating Meat
KATA PENGANTAR
Namo Buddhaya
Puji sukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, sang Tri
Ratna Buddha, Dhamma dan Sangha atas segala karunia dan perlindungan-nya
sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berwujud pembahasan tentang.
Makalah ini di tulis dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Sutta IV di
Sekolah Tinggi Agama Buddha Maha Prajna. Kami menyadari bahwa makalah
ini dapat di selesaikan berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu kami berterima kasih kepada semua pihak yang secara langsung dan
tidak langsung memberikan masukan dan bantuan dalam penyelesaian makalah
ini. Sebagai dosen yang mengampu mata kuliah Sutta IV yang selalu membimbing
dan mengarahkan kami dalam menyelesaikan makalah ini. Dan tidak lupa kami
mengucapkan Sarva Satta Bhavantu Sukhitata, semoga semua mahkluk hidup
berbahagia .Svaha
Penulis
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ......................................................................................... 8
B. Saran ................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
1. Siapa itu Jivaka Komarabhacca?
2. Bagaimana memahami nilai-nilai jivaka sutta sebagai pedoman dalam
melaksanakan dana?
C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Samadhi
2. Dapat mengetahui jivaka komarabhacca
3. Dapat mengetahui nilai nilai jivaka sutta dalam pelaksanaan dana
D. Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini untuk menambah wawasan tentang siapa
jivaka komarabhacca dan bagaimana nilai jivaka dalam pelaksanaan dana
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. JIVAKA KOMARABHACCA
3
Naskah-naskah tradisional menceritakan bahwa Jivaka mampu melakukan
prosedur pengobatan yang rumit, termasuk tindakan medis yang dapat
ditafsirkan sebagai bedah otak -- meski interpretasi ini menjadi perdebatan
para sejarawan. Jivaka dihormati sebagai tabib teladan dan orang suci dalam
ajaran Buddha di Asia sepanjang zaman oleh buddhis dan sebagian tabib yang
tidak beragama Buddha. Jivaka dihormati oleh masyarakat India dan Thailand
sebagai pelopor pengobatan tradisional hingga saat ini, ia berperan penting
dalam semua upacara pengobatan tradisional Thailand.
Di luar itu, sosok Jivaka dalam legenda memiliki peran penting dalam
penyebaran agama Buddha meskipun beberapa legenda mengalami
penyesuaian dengan tradisi lokal di mana cerita tentang Jivaka
disampaikan. Sangha Jivakarama, yang didirikan oleh Jivaka, ditemukan pada
abad ke-7 oleh seorang peziarah Tionghoa bernama Xuan Zang. Situs tersebut
baru selanjutnya diekskavasi pada abad ke-19 . Saat ini, Sangha Jivakarama
menjadi salah satu wihara tertua dengan reruntuhan arkeologinya.
“Bhante, ada hal yang telah saya dengar, yaitu bahwa mereka membunuh
makhluk hidup untuk petapa Gotama dan petapa Gotama dengan sadar
makan daging (binatang) yang dibunuh dengan maksud dan khususnya
menyediakan untuk Beliau. Bhante, mereka yang mengatakan mereka
membunuh makhluk hidup untuk petapa Gotama dan petapa Gotama dengan
sadar makan daging (binatang) yang dibunuh dengan maksud dan khusus
4
menyediakannya untuk Beliau — pernyataan ini merupakan kutipan dari
kata-kata bhante sendiri, tanpa salah mewakilkan Beliau dengan fakta yang
salah, apakah mereka tidak menerangkan sesuai dengan dhamma dan tidak
berdasarkan pada hal yang masuk akal sehingga dapat dicela?”
“Jivaka, mereka yang mengatakan mereka membunuh makhluk hidup untuk
petapa Gotama dan petapa Gotama dengan sadar makan daging (binatang)
yang dibunuh dengan maksud dan khusus menyediakannya untuk Beliau —
pernyataan ini tidak mengutip kata-kata-Ku, namun salah mewakilkan-Ku
dengan hal yang tak benar, dengan fakta yang salah. Jivaka, saya
mengatakan bahwa dalam tiga kondisi daging tak dimakan, yaitu: jika
(pembunuhan) itu dilihat, didengar dan diduga (pembunuhan dilakukan demi
seorang bhikkhu). Jivaka, berdasarkan pada tiga kondisi ini saya katakan
daging tidak boleh dimakan. Jivaka, tetapi saya mengatakan bahwa dalam
tiga kondisi daging dapat dimakan, yaitu jika (pembunuhan) itu tidak dilihat,
tidak didengar dan tidak diduga (pembunuhan dilakukan demi seorang
bhikkhu). Jivaka, berdasarkan pada tiga kondisi ini, saya nyatakan daging
dapat dimakan.
Sebagai pelatih diri maka hal mulia adalah menerima persembahan dengan
batin yang seimbang, tidak terpengaruh oleh baik dan buruknya persembahan
yang diberikan oleh umat. Sikap seimbang dalam menerima persembahan
berarti menerima dengan rela setiap persembahan yang diberikan oleh umat
tanpa memilih-milih dan tidak menentukan atau mematok jenis
persembahannya. Makanan apapun yang diberikan oleh umat haruslah
diterima dengan senang hati; makanan lunak, keras, sedang, enak, tidak enak,
semua merupakan pemberian yang harus diterima dengan rela.
Umat yang memiliki tingkat kehidupan yang tinggi dimana pola makan
mereka tercukupi sehingga mengkonsumsi daging adalah hal yang mudah
membuat mereka mampu memberi persembahan daging kepada bhikkhu yang
sedang berpindapata. Hal itulah yang mernjadi permasalahan sehingga Hyang
Buddha menjelaskan kriteria untuk menerima persembahan daging yang
benar, yaitu
1. Tidak meilhat ketika pembunuhan terjadi
2. Tidak mendengar jeritan makhluk yang dibunuh
3. Tidak menduga bahwa makhluk itu dibunuh untuk dipersembahkan
5
Selain itu terdapat sikap yang bijaksana terhadap makanan yang dijelaskan
oleh Hyang Buddha seperti berikut,
“Jivaka, dari nafsu (raga), kebencian (dosa) dan kebodohan (moha) dapat
muncul iri hati, namun hal-hal ini telah dilenyapkan, akar-akarnya telah
dicabut, bagaikan batang pohon palem, oleh Tathagata; sehingga hal-hal itu
tidak akan muncul lagi pada kehidupan yang akan datang. Jivaka, jika hal
ini yang kau maksudkan, maka saya setuju dengan katamu.”
“Jivaka, demikianlah seorang bhikkhu hidup tergantung pada umat di desa
maupun di kota. Ia hidup dengan pikiran yang diliputi kasih sayang (karuna)
pada satu arah, dua arah, …. pikiran yang diliputi simpati (mudita) pada
satu arah, dua arah, …. pikiran yang diliputi keseimbangan batin (upekha)
…. seorang perumah tangga atau anaknya menemui beliau, ia mengundang
beliau untuk makan pada besok hari … Apakah bhikkhu itu berusaha melukai
dirinya sendiri, atau ia berusaha melukai orang lain, atau ia berusaha
melukai dirinya sendiri dan orang lain?”
“Jivaka, ia yang membunuh makhluk hidup untuk Tathagata atau murid
Tathagata adalah menimbun banyak kamma buruk (apunna) dalam lima cara
6
yaitu dalam hal ini, ketika ia berkata: ‘Pergi dan tangkap seekor binatang’,
inilah cara pertama ia menimbun banyak kamma buruk. Selanjutnya,
sementara binatang itu ditangkap, binatang ini menderita kesakitan dan
tekanan batin sebab kerongkongannya terasa sakit, inilah cara kedua
menimbun kamma buruk. Begitu pula ketika ia berkata: ‘Pergi dan bunuh
binatang itu’, inilah cara ketika ia menimbun banyak kamma buruk.
Sementara binatang itu dibunuh, binatang itu mengalami kesakitan dan
penderitaan, inilah cara keempat ia menimbun banyak kamma buruk.
Demikian pula, bilamana ia memberi kepada Tathagata atau muridnya
sesuatu yang tidak pantas diberikan, inilah cara kelima ia menimbun kamma
buruk. Jivaka, ia yang membunuh makhluk hidup (binatang) untuk Tathagata
atau muridnya adalah menimbun kamma buruk dalam lima cara ini.”
Mempersembahkan daging dengan sengaja, kepada Buddha dan para Bhikkhu
menimbulkan karam buruk karena beberapa hal seperti berikut,
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
8
DAFTAR PUSTAKA
STABNsriwijaya__1423640957.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Jivaka
https://samaggi-phala.or.id/tipitaka/jivaka-sutta/