Anda di halaman 1dari 3

Kelompok Empat kelima dalam moralitas

Ada lagi kelompok empat yang lain dalam moralitas: moralitas aturan-
pengendaliankebhikkhuan4,
moralitas penghidupan murni5, moralitas pengendalian indria6, moralitas yang
berhubungan dengan barang-barang kebutuhan7.
Apakah ‘moralitas aturan pengendalian kebhikkhuan’? Di sini, seorang bhikkhu berdiam,
dengan mengendalikan moralitas aturan-pengendalian-kebhikkhuan, memiliki sikap yang
baik dan lingkungan benar, takut bahkan terhadap kesalahan yang kecil, dan melatih diri
dengan baik dalam sãla yang harus ia latih8. ‘Di sini’ artinya dalam Ajaran Sang Guru ini.
‘Bhikkhu’ artinya umat awam yang baik. Juga berarti para siswa, lulusan, yang-
tidaktergoyahkan9.
‘Aturan pengendalian kebhikkhuan’ artinya moralitas, manifestasi, awal,
aktivitas, perlindungan, pengendalian, menghancurkan dan melepaskan. Ini adalah jalan
masuk menuju ajaran. Melalui ini hukum-hukum kebaikan10 diterima. Ini adalah arti dari
‘aturan pengendalian kebhikkhuan’. Tidak melanggar melalui perbuatan fisik dan ucapan
adalah ‘pengendalian’. ‘pengendalian’ artinya sempurna dalam aturan pengendalian
kebhikkhuan. ‘Berdiam’ artinya menjaga empat postur. ‘Memiliki perilaku baik dan
lingkungan benar’: - (Dalam hal ini) terdapat perilaku baik11 dan perilaku tidak baik12. Apakah
‘perilaku tidak baik’? “Di sini, seorang bhikkhu memberikan kepada seseorang tongkat
bambu, atau bunga, atau daun dan buah-buahan, atau sikat gigi dan bubuk-mandi; atau ia
merayu untuk mendapatkan sesuatu, membicarakan kebaikan dan kejahatan orang lain; atau
ia terlalu merendahkan diri; atau bepergian kesana kemari ke tempat-tempat yang tidak
sesuai dengan peraturan, untuk mengundang orang-orang dalam suatu pertemuan; atau
melakukan perbuatan-perbuatan lain yang dicela oleh Sang Buddha dan dengan demikian
menghidupi diri dengan penghidupan salah – ini disebut ‘perilaku yang tidak baik’1.
Ada dua jenis ‘perilaku tidak baik’: perilaku tidak baik jasmani dan ucapan. Apakah ‘perilaku
tidak baik jasmani’? Seorang bhikkhu berjalan melewati sekelompok bhikkhu dengan penuh
keangkuhan dalam hatinya, melewati para bhikkhu senior dengan cepat; ia dengan kasar
mendorong mereka, atau maju, atau berdiri dengan angkuh, atau duduk di tempat duduk
yang tinggi sebelum para bhikkhu senior (duduk), atau membelakangi para bhikkhu senior,
atau duduk dengan angkuh, atau tidak menghargai para bhikkhu senior, ia menjatuhkan diri
ke tempat duduk; atau menepuk-nepuk bahu mereka (para bhikkhu senior), ia meremehkan
mereka. Sewaktu para bhikkhu senior bertelanjang kaki, ia mengenakan sandal. Saat para
bhikkhu tua dan senior berjalan di jalan yang kecil dan rendah, ia berjalan di jalan yang lebar
dan lebih tinggi. Dalam berbagai cara ia merendahkan dan menyusahkan (orang lain). Ia
menyembunyikan apa yang baik dari para bhikkhu junior. Ia memberikan apa yang
ditujukan kepada para bhikkhu senior. Tanpa permisi, ia membakar kayu di kamar mandi
dan membuka dan menutup pintu. Atau ketika ia pergi ke air, ia masuk (ke dalam air)
sebelum mereka (para bhikkhu senior) atau memutar tubuhnya, atau menepuk, dengan cara
yang kasar. Ketika ia mengunjungi suatu rumah, ia masuk dengan kasar, melalui pintu depan
atau pintu belakang; duduk dan bangun dengan cara yang tidak semestinya; atau ia masuk ke
tempat tertutup dan bersenda-gurau dengan perempuan dan gadis-gadis muda dan menepuk
leher mereka. Perbuatan tidak baik demikian disebut ‘perilaku tidak baik jasmani2’.
Apakah ‘perilaku tidak baik ucapan’? Seorang bhikkhu tidak memiliki rasa hormat dalam
bathinnya. Tanpa menanyakan keinginan para bhikkhu senior ia membabarkan Ajaran atau
membabarkan Pàtimokkha; atau ia berbicara dengan orang lain sambil menepuk-nepuk bahu
mereka; atau ia masuk ke suatu rumah dan bertanya kepada seorang perempuan secara
kasar: “Nyonya, adakah sesuatu untuk dimakan? Jika ada, berikanlah kepadaku. Aku ingin
makan”. Ucapan demikian adalah ‘perilaku tidak baik ucapan3’.
Apakah ‘perilaku yang baik’? Yaitu lawan dari ‘perilaku tidak baik’. Seorang bhikkhu memiliki
rasa hormat dalam bathinnya, patuh, memiliki kerendahan hati dan bersikap pantas dan
terampil dalam berbagai postur tubuh. Ia selalu merasa cukup, menjaga indria-nya dan tidak
berlebihan dalam hal makanan dan minuman. Ia tidak pernah tidur di waktu jaga pertama
dan terakhir malam hari. Ia memiliki kebijaksanaan dan menyadari kekurangan
darikeinginannya. Ia tidak terganggu dengan perhatian duniawi, ia bersemangat dan sangat
menghormati rekan-rekannya. Ini disebut ‘perilaku yang baik’.
‘Lingkungan benar’ artinya lingkungan benar dan lingkungan tidak benar. Apakah
‘lingkungan tidak benar’? “Seorang bhikkhu pergi ke rumah pelacuran, rumah seorang janda,
rumah seorang perawan, rumah seorang kasim, tempat tinggal seorang bhikkhunã, kedai
minuman keras; ia bergaul dengan raja, para menteri, para pertapa berpandangan salah, para
pertapa jahat, dan dengan orang-orang yang tidak berkeyakinan, tidak menguntungkan
empat kelompok dan yang tidak disukai oleh mereka (empat kelompok). Ini disebut
‘Lingkungan tidak benar1’. Sang Buddha menyatakan: “Seorang bhikkhu melanggar (sãla)
lingkungan yang tidak benar dan tidak murni. Apakah ‘lingkungan yang tidak benar dan
tidak murni’? Yaitu pergi ke rumah pelacuran”. “Lingkungan yang baik” sudah jelas.
Ada tiga jenis ‘lingkungan yang benar’: lingkungan benar sebagai tempat bergantung yang
dekat2, lingkungan benar sebagai perlindungan3, lingkungan benar sebagai ikatan4.
[403] Apakah ‘lingkungan benar sebagai tempat bergantung yang dekat’? Yaitu seorang teman
baik yang memiliki sepuluh kualitas kebajikan5. Berkat kualitas-kualitas ini, seseorang
mendengar apa yang belum pernah ia dengar sebelumnya dan apa yang pernah didengar
menjadi lebih jelas baginya, ia menghancurkan keragu-raguan, mencapai pandangan benar
dan kejernihan (bathin); dan melatih diri dengan baik di dalam Ajaran, berkeyakinan kuat
dan dalam, dan meningkat dalam moralitas, pembelajaran, kedermawanan dan
kebijaksanaan6. Ini disebut ‘Lingkungan benar sebagai tempat bergantung yang dekat’.
Apakah ‘lingkungan benar sebagai perlindungan’? Ketika seorang bhikkhu pergi ke suatu
rumah atau desa, ia berjalan dengan menatap ke bawah tidak lebih jauh dari 2 meter;
sikapnya berwibawa, tenang dan rapi; ia dihormati oleh para penduduk; ia tidak melihat
kereta gajah atau kereta kuda, atau melihat orang lain laki-laki atau perempuan yang sedang
bersenang-senang, atau melihat ke teras atas suatu istana, atau kedai-kedai di tepi jalan.
Demikianlah ia tidak melihat ke atas dan ke bawah di empat penjuru. Ini disebut ‘lingkungan
benar sebagai perlindungan’.
Apakah ‘lingkungan benar sebagai ikatan’? Seperti yang dikatakan oleh Sang Buddha:
“Seorang bhikkhu yang menetap di dalam wilayah rumah dan tanahnya7”. Ini disebut
‘lingkungan benar sebagai ikatan’. Semua ini disebut ‘lingkungan benar’. Demikianlah
‘lingkungan benar’ menjadi lengkap. Oleh karena itu, dikatakan, ‘memiliki lingkungan benar’.
‘Takut bahkan terhadap kesalahan yang kecil’ artinya takut terhadap kesalahan kecil yang
dilakukan dalam latihannya – ini disebut ‘takut bahkan terhadap kesalahan yang kecil’.
Juga, ada ajaran lain: Seseorang memunculkan kondisi kesadaran tidak terampil – ini disebut
kesalahan kecil. Seseorang ingin berdiam jauh dari ‘kesalahan kecil’ ini, melihat dan takut
akan akibatnya. Ini disebut melihat bahaya dalam ‘kesalahan kecil’.
‘Melatih diri dengan baik dalam sãla yang harus dilatih’ – Apakah arti ‘harus dilatih’? Yaitu
tujuh kelompok pengendalian1. ‘Melatih diri’ artinya mengikuti semua (seperti yang dijelaskan
di atas). Ini disebut ‘melatih diri (dalam sãla) yang harus ia latih’. Ini disebut ‘moralitas
aturan pengendalian kebhikkhuan’.

Anda mungkin juga menyukai