Anda di halaman 1dari 4

Umat Buddha Sejati

Syarat menjadi umat Buddha yaitu Tisarana yang artinya menyatakan berlindung kepada Buddha,
Dhamma dan Sangha.

Buddha adalah gelar yang diberikan bagi orang yang telah mencapai kecerahan sempurna. Buddha artinya
“yang sadar”. Sifat Buddha antara lain mahasuci, mahatahu, maha bijaksana dan maha welas asih. Buddha
yang menjadi guru kita saat ini adalah Buddha Gotama atau Buddha Sakyamuni.

Dhamma adalah ajaran Buddha, meliputi kebenaran tertinggi dan kebenaran duniawi. Termasuk hukum-
hukum kebenaran, ajaran moral dan etika, dan cara-cara hidup yang membawa pada kebahagiaan sejati.
Dhamma bukan ciptaan Buddha. Apakah Buddha muncul atau tidak, Dhamma tetap ada. Buddha hanya
melihat dan memahami Dhamma dengan sempurna sebagaimana adanya dan mengajarkannya kepada
semua mahkluk.

Sangha artinya perkumpulan para Bhikkhu/Bhikkhuni. Sangha yang di dalam Tiratana adalah Sangha
orang-orang suci yang telah mencapat tingkat kesucian (Ariya Sangha).

Ada 2 cara hidup yang dijalani oleh umat buddha

1. Rohaniawan (Pabbajita)
Umat Buddha yang meninggalkan kehidupan Rumah tangga yang terdiri dari:
a. Samanera / Samaneri
b. Bhikkhu / Bhikkhuni
2. Perumah tangga (Garavasa)
Umat Buddha yang menjalani kehidupan rumah tangga yang terdiri dari:
a. Upasaka / Upasika
b. Pandita
I. Rohaniawan (Pabbajita)
Kelompok ini menjalani kehidupan tanpa berumah tangga, membaktikan diri untuk melatih
diri lebih fokus dalam Dhamma Buddha. Bagi umat Buddha yang ingin menjadi anggota
Sangha (Bhikkhu / Bhikkhuni), mereka harus mengikuti latihan menjadi Samanera / samaneri
(pabhaja samanera/samaneri). Menjadi Samanera / samaneri artinya menjadi murid dari
anggota sangha yang sudah mempunyai wewenang (masa kebhikkhu-annya sudah memenuhi
syarat). Setelah sekian lama dan atas rekomendasi dari guru dari samanera / samaneri
tersebut, maka seorang samanera / samaneri dapat ditahbiskan sebagai bhikkhu melalui
upacara yang disebut upasampada.

Syarat – syarat menjadi samanera / samaneri :


- Mencukur rambut, alis, kumis dan jenggot
- Memiliki jubah, mangkok, wali / sponsor
- Duduk bertumpu lutut dan beranjali mengucapkan tisarana
- Tidak memiliki hutang atau dalam penyelesaian masalah
- Memiliki ijin dari orang tua / wali
- Tidak cacat mental

Sila yang dijalankan oleh samanera / samaneri yaitu 10 sila (dasasila), 75 sekkhiyya Dhamma,
15 peraturan tambahan. Jadi terdapat 100 peraturan yang dijalankan oleh samanera/
samaneri.

Syarat –syarat menjadi bhikkhu / bhikkhuni beserta persyaratan penahbisannya:

- Calon bhikkhu / bhikkhuni berumur diatas 20 tahun, tidak cacat fisik dan mental, serta
tidak dalam proses pengadilan atau hutang piutang
- Sangha yang menahbiskan minimal 4 orang bhikkhu Thera (Cattuvagga) ataupun dapat
lebih dari 4 orang, antara lain: 10 bhikkhu Thera (Dasa Vagga), 5 Thera (Panca Vagga) dan
20 Thera (Visati Vagga)
- Ditahbiskan dalam garis sima (batas-batas yang telah ditentukan)
- Seorang guru mengusulkan agar calan bhikkhu / bhikkhuni untuk ditahbiskan kemudian
menyusul 3x pertanyaan yang menerangkan dan mempertahankan usul pertama,
diajukan kepada sangha untuk disetujui
- Setelah disetujui, penahbisan baru dapat dilaksanakan

Empat syarat yang harus dipenuhi untuk pelaksanaan upasampada yang dilakukan oleh
sangha:

1. Kesempurnaan materi (Vatthu Sampatti)


2. Kesempurnaan persamuan (Parissa Sampatti)
3. Kesempurnaan batas (Sima Sampatti)
4. Kesempurnaan pernyataan (Karmavaca Sampatti)

Anggota Sangha wajib mengikuti peraturan bhikkhu yang disebut Vinaya, jumlah vinaya
seorang bhikkhu berjumlah 227, sementara bagi seorang bhikkhuni berjumlah 311.
Bhikkhu muda akan menjalani kebhikkhuan masih dalam pengawasan seorang guru. Kalau
bhikkhu ini menjalankan vinaya ini dengan baik selama 10 vassa, maka bhikkhu ini akan
mendapat sebutan Thera. Seorang Thera sudah boleh mengambil murid. Kalau seorang Thera
mampu menjalani vinaya dengan baik 10 tahun lagi maka akan mendapat sebutan Maha
Thera.

II. Perumah Tangga (Garavasa)


Umat Buddha kelompok ini menjalani kehidupan sehari-hari berlandaskan sila, baik itu panca
sila, athangga sila maupun pandita sila (bagi yang sudah menjadi pandita yang ditetapkan oleh
sangha).
Ada 3 hal yang perlu diperhatikan oleh umat Buddha sebagai perumah tangga yaitu:
1. Kedermawanan (Dana)
Yang aritnya kemurahan hati, amal, pemberian, derma, sumbangan, hadiah atau uang
yang disediakan untuk suatu keperluan.
Kedermawanan disebut juga sebagai caga, yang artinya melepas, suka membantu, tidak
mementingkan diri sendiri. Umat Buddha bederma bukan hanya sebatas memberi
santunan kepada orang miskin, tetapi juga untuk mengikis keserakhan dan keakuan.
Ada 3 macam Dana, yaitu:
1. Derma Materi (amisa dana)
Contoh: menyumbang uang, makanan, pakaian, dsb
2. Derma Kehidupan (abhaya dana)
Memberikan kesempatan kepada mahkluk lain untuk hidup bebas dari bahaya atau
ancaman.
Contoh: melepaskan satwa ke alam bebas, donor darah
3. Derma kebenaran (Dhamma dana)
Kita memberikan kesempatan kepada orang untuk mengenal kebenaran ajaran
Buddha. Dana ini merupakan dana yang paling tinggi nilainya.
2. Sila
Artinya aturan moral. Kita sebagai umat Buddha, melatih diri untuk melaksanakan lima
sila (panca sila) yaitu:
1. Aku bertekad melatih diri untuk menghindari membunuuh mahkluk hidup
2. Aku bertekad melatih diri untuk menghindari mengambil barang yang tidak diberikan
3. Aku bertekad melatih diri untuk menghindari berbuat asusila
4. Aku bertekad melatih diri untuk menghindari berkata bohong
5. Aku bertekad melatih diri untuk menghindari segala minuman yang dapat
menyebabkan lemahnya kewaspadaan

Jika panca sila ini dilakukan dengan baik, kita akan bahagia, bebas dari ketakutan,
kecemasan dan penderitaan.

3. Meditasi (bhavana)
Artinya pengembangan batin. Batin harus kita latih agar menjadi semakin cerah, dengan
cara: belajar, merenung dengan bijaksana, dan bermeditasi. Meditasi bukan berarti harus
selalu duduk merenung sepanjang hari tanpa melakukan kegiatan lain. Jika kita fokus
pada tiap hal yang kita lakukan dan menghasilkan kebaikan sekaligus ketenangan dan
kebahagiaan, itu artinya kita juga sedang bermeditasi. Jika kita melakukan meditasi
dengan baik dan benar, batin kita akan menjadi lebih tenang dan bahagia.

Syarat menjadi seoarang upasaka / upasika:

- Datang ke Vihara mempelajari agama Buddha


- Mendaftarkan diri untuk di Visudhi oleh Bhikkhu
- Pada hari yang sudah disepakati datang ke vihara untuk menerima tisarana (tiga
perlindungan)
- Bhikkhu akan memberikan ikrar panca sila
- Bhikkhu memberikan Visudhi dan nama visudhi

Sejak saat itu upasaka/upasika mulai memprakterkan 5-8 sila setiap harinya.

Atthanga sila merupakan praktik latihan disiplin diri. Ada upasaka/upasika yang praktek atthanga
sila seumur hidupnya, ada yang mempraktekannya pada hari tertentu di tanggal 1,8, 15 dan 22;
atau 2 kali sebulan di hari uposattha.

Atthanga Sila yaitu:

1. Aku bertekad melatih diri untuk menghindari membunuuh mahkluk hidup


2. Aku bertekad melatih diri untuk menghindari mengambil barang yang tidak diberikan
3. Aku bertekad melatih diri untuk menghindari berbuat asusila
4. Aku bertekad melatih diri untuk menghindari berkata bohong
5. Aku bertekad melatih diri untuk menghindari segala minuman yang dapat
menyebabkan lemahnya kewaspadaan
6. Aku bertekad melatih diri untuk menghindari makan makanan pada waktu yang salah
biasanya setelah jam 12 siang
7. Aku bertekad melatih diri untuk menghindari menari, menyanyi, bermain musik, dan
melihat pertunjukan, memakai kalungan bunga, perhiasan, wangi-wangian, kosmetik
untuk menghiasi dan mempercantik diri.
8. Aku bertekad melatih diri untuk menghindari penggunaan tempat tidur dan tempat
duduk yang tinggi dan mewah

Di indoneisa, karena para Bhikkhu tidak dapat bergerak dalam urusan duniawi misalnya
menikahkan atau mengambil sumpah, maka ada sekelompok upasaka-upasika yang mengabdi
menyatuni umat dalam kegiatan beragama yang dikenal sebagai Pandita (Romo untuk laki,
Ramani untuk Perempuan)

Ada 2 jenis pandita:

1. Pandita yang bertugas memimpin upacara dalam agama Buddha (pandita Lokapalasraya)
2. Pandita yang memberikan ceramah Dhamma (pandita Dhammaduta).

Pandita wajib menjalankan pandita sila dalam kehidupan sehari-hari. Mereka wajib menjaga
pikiran, ucapan dan tingkah lakunya agar dapat menjadi panutan umat.

Anda mungkin juga menyukai