Anda di halaman 1dari 3

APPACAYANA (MEMBERI HORMAT)

Appacayana berarti memberi hormat kepada mereka yang melebihi anda dalam usia, sila,
integritas, kebijaksanaan, kebajikan, dan lain-lain. Memberi hormat kepada orang yang lebih
tua seperti ayah, ibu, paman, bibi anda; memberikan tempat duduk anda dan memberi jalan
bagi mereka yang patut dihormati; menundukkan kepala anda dan menunjukkan kerendahan
hati, menangkupkan kedua telapak tangan anda dalam sikap hormat kepada para bhikkhu;
membuka topi anda, memberi hormat sesuai dengan kebiasaan, dan lain-lain, semuanya
merupakan tanda penghormatan. Namun jika anda menunjukkan karena takut atau dengan
tujuan yang egois, ini tidak dapat disebut appacayana, karena bersifat ambisi. Ia hanya
termasuk maya (tipu daya).

Bahan Pemikiran
Membungkuk secara umum diterima sebagai tanda penghormatan. Di Negara Buddhis
beberapa orang meletakkan barang apa pun yang mereka bawa dan bersujud di jalan ketika
mereka bertemu bhikkhu. Ada yang berlutut di jalanan berdebu mesipun mereka
mengenakan pakaian baru. Ada yang berlutut di trotoar atau di peron stasiun kereta api
untuk menghormati bhikkhu dan orang yang lebih tua. Perbuatan ini jika dilakukan dengan
ketulusan sejati, tidak dapat dicela. Namun zaman sekarang Ketika orang harus terburu-buru
di tempat yang sibuk, hanya membungkuk atau sedikit ucapan rendah hati sudah mencukupi
kebutuhan appacayana. Berlutut dan bersujud sebagai penghormatan Ketika bertemu
seorang bhikkhu di jalan atau di tempat ramai yang sibuk di depan orang asing tidak perlu
dilakukan.

Menghormati Sang Buddha


Ketika Buddha menyatakan bahwa Ia akan Parinibbana dalam empat bulan, maka banyak
Bhikkhu puthujjana yang kuatir dan tidak tahu apa harus berbuat apa; maka mereka
berusaha terus berada di dekat Buddha. Namun, Bhikkhu Attadattha, malahan memilih
latihan keras dan berusaha mencapai Arahatta sewaktu Buddha masih hidup.
Beberapa bhikkhu tidak mengerti maksudnya dan membawanya kepada Buddha, lalu
berkata, "Yang Mulia, bhikkhu ini sepertinya tidak mengasihi dan menghormatimu
sebagaimana kami; ia hanya peduli dengan dirinya sendiri."
Kemudian Attadattha menjelaskan bahwa ia berusaha dengan tekun agar mencapai
Arahatta sebelum Buddha Parinibbana dan itulah sebabnya ia mengasingkan diri dan belum
datang menemui Buddha.
Kemudian Buddha berkata kepada para bhikkhu tersebut, "Para Bhikkhu, mereka yang
mengasihi dan menghormatiku, harus bersikap seperti Attadattha. Kalian tidak
menghormatiku dengan hanya mempersembahkan bunga, wangi-wangian dan dupa, juga
dengan mengunjungiku; kalian menghormatiku hanya dengan mempraktekkan dhamma
yang telah kuajarkan pada kalian."
Kemudian Buddha mengucapkan syair:
"Demi kepentingan orang lain, betapapun besarnya itu, jangan sampai orang
mengabaikan kepentingan moralnya sendiri. Mengetahui dengan jelas kebaikan
sendiri, seseorang harus mengerahkan segala usaha untuk mencapainya"
(Dhammapada Atthakatha (166), XII Atta-Vagga, 10. )
ORANG YANG PANTAS KITA HORMATI

1. SANG BUDDHA
Kita perlu menghormati Sang Buddha karena Beliau adalah orang yang telah mewariskan
Dhamma kepada kita semua sehingga sampai hari ini kita masih bisa belajar dan
mempraktikkan ajaran Sang Buddha. Di samping itu, Beliau juga seorang guru spiritual yang
mampu membimbing siswa-siswanya mencapai apa yang Beliau capai, Beliau ibarat
seorang dokter yang mampu mengobati pasien sampai sembuh.
2. ORANG TUA
Karena orangtua merupakan guru awal sebelum kita mengenal guru di sekolah, ia yang
menuntun kita supaya mengenal dunia, mengajarkan tentang sopan santun dan etika moral.
Orangtua diibaratkan seperti brahma, dewa-dewa kuno yang patut kita hormati. (Anguttara
Nikaya).
3. ORANG BIJAKSANA
Orang bijaksana adalah orang yang pantas kita hormati, karena mereka merupakan kawan-
kawan sejati yang siap membantu kita apabila kita menghadapi masalah dalam kehidupan
kita. Saling menghormati adalah sikap yang menunjukkan kerendahan hati yang akan
mengkondisikan keharmonisan dimanapun kita berada. Ada beberapa sikap penghormatan
yang hendaknya dikembangkan di dalam diri kita antara lain:
1. Namakara, artinya bersujud dengan lima titik yaitu lutut, jari kaki, siku, telapak
tangan, dan dahi menyentuh lantai. Bentuk penghormatan ini masih sering dilakukan
oleh para bhikkhu apabila bertemu dengan upajjhaya (guru penahbis), achariya (guru
pembimbing). Hal ini juga dapat dipraktikkan dalam rumah tangga, misalnya; ketika
anak akan berangkat sekolah, terlebih dahulu diajak untuk ber-namaskara lebih dulu
kepada orangtua. Perilaku semacam ini akan menjadi kebiasaan yang baik, sehingga
anak dapat menghormati orangtuanya.
2. Anjali (merangkapkan kedua tangan di depan dada). Sikap ini sering dilakukan oleh
bhikkhu apabila bertemu dengan bhikkhu lain, dan dilakukan umat apabila bertemu
dengan bhikkhu. Akan lebih indah apabila hal ini juga dipraktikkan umat ketika
bertemu umat.

Laku hormat adalah bentuk perbuatan yang sangat mulia, oleh karena itu hendaknya kita
mampu mengembangkannya dalam diri kita masing-masing. Laku hormat bisa kita lakukan
dengan cara Amisa puja dan Patipatti puja.
1. Amisa puja, melakukan penghormatan dengan cara mempersembahkan materi,
misalnya berupa lilin, dupa, bunga, dan lain-lain. Hal ini bisa kita persembahkan
kepada orang yang kita hormati, misalnya sa?gha, bhikkhu, orang bijaksana,
orangtua, dan lain-lain. Seperti cerita Sumana penjual bunga yang
mempersembahkan bunga kepada Sang Buddha dan akhirnya ia mendapatkan
berbagai macam hadiah dari raja.
2. Patipatti puja, melakukan penghormatan dengan cara mempraktikkan Dhamma.
Patipatti puja merupakan bentuk penghormatan yang dipuji oleh Sang Buddha.
Mengapa? Karena dengan mempraktikkan Dhamma, kita bisa hidup bahagia, baik
dalam kehidupan ini maupun yang akan datang. Ajaran Sang Buddha yang perlu kita
praktikkan, antara lain Dana, Sila, dan Samadhi.
a. Dana: memberi. Memberi merupakan ajaran awal sebelum kita mempraktikkan
yang lainnya seperti sila dan samadhi. Berdana adalah seperti orang yang
menabung, semakin banyak melakukan kebajikan, maka simpanan harta sejati
kita akan semakin bertambah seperti sabda Sang Buddha dalam Nidhikanda
Sutta.
b. Sila: kemoralan. Ada dua macam sila, yaitu sila yang pelaksanaannya dengan
cara menghindari dan dengan cara mempraktikkan. Dengan cara menghindari
adalah Pañcasila Buddhis yang terdiri dari lima sila, yaitu; menghindari
membunuh, mencuri, berzina, berbohong, dan mengkonsumsi zat-zat yang dapat
menyebabkan lemahnya kesadaran, sedangkan sila yang seharusnya
dipraktikkan adalah berupa kewajiban-kewajiban seperti kewajiban orangtua
kepada anak atau sebaliknya, kewajiban suami kepada istri atau sebaliknya,
kewajiban guru kepada murid atau sebaliknya, kewajiban petapa kepada umat
atau sebaliknya.
c. Samadhi (meditasi) adalah ajaran yang seharusnya dipraktikkan secara
bertahap dan berkesinambungan. Kalau kita tekun melaksanakan meditasi, kita
akan memperoleh manfaat yang sangat besar bagi kehidupan kita, karena
dengan melaksanakan meditasi, batin kita akan memiliki ketenangan, dengan
batin yang tenang maka kita akan siap menghadapi masalah-masalah kehidupan
yang sering kita alami baik masalah pribadi, keluarga, pekerjaan, dan lingkungan.
Kalau kita mampu mengembangkan laku hormat kepada Tiratana (Buddha, Dhamma, dan
Sangha) dan kepada orang yang pantas kita hormati, maka kita akan mendapat manfaat.
Apa manfaat yang kita peroleh?
Dalam Dhammapada 109, Sang Buddha menjelaskan;
Ia yang selalu menghormati dan menghargai orang yang lebih tua,
kelak akan memperoleh empat hal, yaitu :
umur panjang, kecantikan/ketampanan,
kebahagiaan, dan kekuatan.

Anda mungkin juga menyukai