2. a. Etika secara epistimologi ialah ilmu yang mempelajari kualitas diri seseorang dan menjadi
penilaian moral atau sikap seseorang dalam menanggapi sesuatu hal. Dalam etika mencakup
penerapan konsep baik dan buruk, benar dan salah, apa yang harus dilakukan manusia, dan
tanggung jawab dari diri seseorang dalam menanggapi suatu hal yang terjadi.
b. moral secara epistimologi adalah suatu tindakan umum atau tata cara yang berasal dari
kesadaran diri sendiri dalam berkomunikasi kepada masyarakat yang sesuai dan dapat diterima
oleh lingkungan atau kesatuan sosial tertentu.
c. Pengertian Susila secara epistimologi ialah seseorang yang menerapkan aturan hidup dengan
berkelakuan baik seperti sopan, beradap, baik budi bahasanya dan kelakuannya. Susila
mendeskripsikan keadaan dimana seseorang selalu menerapkan nilai-nilai yang dilihat baik
dalam hidupnya.
d. Budi Pekerti secara epistimologi ialah semua sikap positif tingkah laku manusia yang ada
didalamnya seperti sopan santun dan jujur yang berasal dari dalam diri seseorang. Budi Pekerti
merupakan suatu nilai luhur yang seseorang miliki karena kebiasaan yang diterapkan sejak dari
dulu dan melekat menjadi suatu hal yang dilakukan dalam keseharian.
Sifat sabar akan membantu seseorang untuk lebih tahan banting, mampu menahan
amarah, tidak merugikan orang lain, bersikap lemah lembut, santun, dan tidak tergesa-
gesa dalam mengambil keputusan.
Menjaga kesucian diri dapat mendorong seseorang untuk tidak tergelincir ke dalam
tindakan dan perkataan yang merendahkan atau menjatuhkan martabatnya. Selain itu
sikap ini mendorong seseorang untuk selalu dekat pada perasaan malu yang merupakan
kunci segala kebaikan dan menghindarkannya dalam perbuatan keji, kikir, dusta, hingga
sifat suka mengadu domba
Berani merupakan sikap yang menjadikan seseorang lebih kuat dalam menjaga harga
diri, mudah membumikan norma, serta ringan tangan sehingga ia tidak ragu dalam
berpisah dengan harta yang dicintainya ataupun menolong orang yang membutuhkan.
Sifat ini juga menjadikan seorang memiliki prinsip yang kokoh dalam menjaga dalam
kebenaran walau pahit atau sulit sekalipun.
Sifat adil dapat mengasah sikap seseorang untuk terus berupa meluruskan perangainya,
membantunya memilah antara bersikap berlebihan atau terlalu kurang, dapat mendorong
untuk terus bersikap dermawan, murah hati, adil, hingga menjauhkan seseorang dari
perlikau dzalik, baik untuk dirinya maupun orang lain.
Kesimpulan:
Sebagai umat beragama tentu kita selalu diajarkan untuk menjadi manusia yang berakhlak dan
beretika. Dalam kehidupan sehari-hari tentu ada norma-norma dan aturan yang harus kita patuhi
dan kita jaga. Sebagai manusia yang baik dan peduli terhadap moral dan susila generasi bangsa
dan umat beragama, kita harus selalu berbuat sesuai dengan etika dan berdasarkan ajaran-ajaran
agama. Selalu menjunjung tinggi perbuatan-perbuatan baik agar bisa terciptanya kehidupan yang
harmonis, nyaman, aman dan tentram.