Anda di halaman 1dari 2

Meningkatkan kasiõa

T. Bagaimanakah ia meningkatkan kasiõa?


J. Yaitu, kasiõa yang pada awalnya berukuran empat jari, perlahan-lahan ditingkatkan.
Demikianlah ia merenungkan; dan dengan keterampilan ia akan mampu meningkatkannya
perlahan-lahan. Secara bertahap ia meningkatkannya menjadi berukuran sebuah roda,
kanopi, bayangan sebatang pohon, sepetak sawah, sekelompok perumahan, sebuah desa,
sebuah desa bertembok dan sebuah kota. Demikianlah ia mengembangkannya secara
bertahap hingga ia memenuhi seluruh bumi ini. Ia tidak boleh merenungkan hal-hal seperti
sungai, gunung, ketinggian, kedalaman, pohon-pohon dan gundukan, semua yang tidak rata.
Meningkatkan dengan cara ini, ia akan mencapai keterampilan dalam meditasi.
Keterampilan dalam meditasi-kokoh, jhàna.
Jika si yogi mencapai meditasi-pendahuluan tetapi tidak mampu mencapai meditasi-kokoh,
jhàna, ia harus membangkitkan keterampilan dalam meditasi-kokoh, jhàna, dalam dua cara:
pertama, melalui penyebab; kedua, melalui “kemantapan”.
Sepuluh cara
Dengan sepuluh cara ia membangkitkan keterampilan dalam meditasi-kokoh, jhàna, melalui
penyebab: (1) Dengan merenungkan kebersihan landasan fisik. (2) Dengan merenungkan
kesetaraan (usaha dari) kualitas-kualitas. (3) Dengan keterampilan dalam menangkap
gambaran. (4) Dengan mengendalikan dan mengatur pikiran. (5) Dengan menekan
kelengahan. (6) Dengan (mengatasi) kemalasan pikiran. (7) Dengan menggirangkan pikiran.
(8) Dengan memantapkan pikiran dan memenuhi keseimbangan. (9) Dengan keberpisahan
dengan mereka yang tidak melatih konsentrasi dan bergaul dengan para praktisi konsentrasi.
(10) Dengan kesungguhan pada konsentrasi meditasi-kokoh1.
(1) T. Apakah merenungkan kebersihan landasan fisik?
J. Melalui tiga jenis tindakan seseorang memenuhi kebersihan landasan fisik. Yaitu, dengan
memakan makanan yang sesuai, menikmati kenyamanan cuaca yang menyenangkan dan
mempraktikkan postur yang nyaman.
Perumpamaan kereta-kuda
(2) Dengan merenungkan kesetaraan (usaha) dari kualitas-kualitas, yaitu, keyakinan atau
satu dari empat kualitas lainnya agar tidak jatuh, karena kelengahan. Ini diumpamakan
sebagai laju kereta-kuda2 yang cepat.
Perumpamaan benang-tinta
(3) Keterampilan dalam menangkap gambaran: indria-pikiran menangkap (gambaran)
dengan baik, yaitu, tidak terlalu tergesa-gesa juga tidak terlalu lamban. Ini bagaikan seorang
tukang kayu yang ahli, yang, setelah mengukur dengan baik, menarik seutas benang-tinta,
melepaskannya pada saat yang tepat dan dengan demikian meninggalkan bekas berupa garis
yang lurus, tidak melengkung.
(4) Dengan mengendalikan dan mengatur pikiran: ada dua cara. Melalui dua ini, pikiran
diatur: pertama, melalui usaha keras; kedua, melalui penyelidikan yang seksama terhadap
lingkungan atau pikiran-pikiran yang beraneka ragam muncul, mengembara jauh ke alam
yang tidak sesuai dan karena itu menjadi terganggu.
Melalui dua cara seseorang mengendalikan pikiran: ia membangkitkan usaha. Ia memakan
(makanan) secukupnya setiap hari. Jika pikiran mengembara ke tempat-tempat dan obyek
yang tidak sesuai, ia mengendalikan pikiran dengan cara merenungkan akibat buruk (dari
perbuatan tersebut). Demikianlah ia mengatasinya dalam dua cara: melalui penyelidikan atas
berbagai penderitaan dan melalui akibat dari perbuatan jahat.
(5) (6) dan (7). Dengan menekan kelengahan: Melalui dua cara kelengahan pikiran dipenuhi.
Melalui ketidak-mahiran dalam konsentrasi dan melalui kemalasan pikiran. Jika terdapat
banyak kelengahan, pikiran menjadi lamban dan tumpul. Ini berarti bahwa, jika si yogi tidak
memperoleh kemahiran dalam konsentrasi, pikirannya terjerumus dalam kelengahan karena
kemalasan pikiran. Melalui dua cara seseorang harus menekannya. Yaitu, melalui
perenungan kebaikan dan melalui peningkatan usaha. Ia harus menekan kelengahan
ketumpulan dan kemalasan pikiran dalam empat cara:- jika ia adalah orang yang rakus, ia
merenungkan (cacat dari) kelengahan dan melatih empat pengendalian. Memusatkan
pikirannya pada gambaran kecerahan, ia menetap di tempat yang basah atau lembab,
membuat pikirannya gembira dan melepaskan kemelekatan. Melalui tiga cara kemalasan
pikiran terjadi: melalui kurangnya kemahiran, melalui ketumpulan kecerdasan, tidak
mendapatkan kenyamanan dalam kesunyian. Jika pikiran seorang yogi malas, ia
membuatnya aktif dalam dua cara berikut: melalui ketakutan dan melalui kegembiraan.
Jika ia merenungkan kelahiran, usia tua, kematian dan empat alam sengsara, karena takut,
cemas dan penderitaan bathin muncul dalam pikirannya1. Jika ia melatih perenungan
terhadap Sang Buddha, Dhamma dan Sangha, moralitas, kedermawanan dan Dewata, ia
melihat kebaikan dari obyek-obyek ini dan menjadi gembira.
(8) dengan pikiran yang menjadi kokoh dan memenuhi keseimbangan: melalui dua tindakan
(pikiran) memenuhi meditasi-pendahuluan: dengan menghancurkan rintangan-rintangan,
pikiran memenuhi keterpusatan. Atau, membangkitkan faktor-faktor meditasi (jhàna) pada
(kasiõa) tanah yang telah dipersiapkan, pikiran mencapai keterpusatan.
Setelah si yogi mencapai ketenangan, ada dua kondisi yang harus ditinggalkan: yang
menyebabkan kelengahan dan yang menyebabkan mundurnya kemahiran.
(9) Keberpisahan dengan mereka yang tidak melatih konsentrasi artinya adalah orang yang
belum mencapai meditasi-kokoh, meditasi-pendahuluan atau meditasi pengendalian, dan ia
yang tidak melatih diri dalam hal-hal ini sebaiknya tidak dilayani. Pergaulan dengan para
praktisi meditasi artinya bahwa jika seseorang telah mencapai meditasi-kokoh, jhàna, ia
harus diikuti, darinya seseorang harus belajar. Ia adalah orang yang harus dilayani.
(10) Dengan kesungguhan pada meditasi-kokoh, jhàna, artinya bahwa si yogi selalu
menghormati, menikmati (meditasi) dan banyak berlatih (menghormatinya) sebagai
kedalaman yang terdalam, sebagai mata air dan sebagai tunas tumbuhan.
Dengan mempraktikkan sepuluh ini, meditasi-kokoh, jhàna, dicapai.

Anda mungkin juga menyukai