Sutta Pitaka
Sutta Pitaka
Nama Kelompok:
Chyntia Tirta Dewi/X IPA 2
Defrita Metasari/X IPA 2
Dita Kurniawan/X IPA 2
Indrawan Gotama/X IPA 2
Kelvin Sukacita/X IPA 2
Kevin/X IPA 2
Malvin Haryanto/X IPA 2
Maxi Yehuda/X IPA 2
Raditya Karuna L/X IPA 2
Majjhima Nikaya
VANAPATTHA SUTTA
1.Demikian
telah
saya
dengar:
Pada suatu ketika Sang Bhagava berdiam di Savathi, di hutan Jeta, di Taman
Anathapindika. Di sana Beliau berbicara kepada para bhikkhu demikian: Para bhikkhu.
Yang Mulia, jawab para bhikkhu. Sang Bhagava berkata:
2. Para bhikkhu, Aku akan menguraikan secara rinci kepadamu, satu khotbah hutan
belukar. Dengarkan dan perhatikanlah dengan baik apa yang akan Aku katakan.
Baiklah Yang Mulia, jawab para bhikkhu. Sang Bhagava berkata demikian:
3. Demikian para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal dalam hutan belukar. Ketika tinggal
di sana kesadarannya yang belum teguh tidak menjadi teguh, batinnya yang belum
terkonsentrasi tidak terkonsentrasi, noda batinnya yang belum disingkirkan tidak
disingkirkan, kebebasan tertinggi yang belum dicapai tidak dicapai, dan juga kebutuhan
untuk hidup seperti jubah, dana makanan, tempat istirahat, kebutuhan obat guna
menyembuhkan penyakit juga sulit diperoleh. Bhikkhu tersebut harus memperhatikan
hal ini. Ia selayaknya meninggalkan hutan itu malam itu juga atau hari itu juga; ia tak
selayaknya terus berdiam di sana.
4. Demikian para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal dalam hutan belukar. Ketika tinggal
di sana, kesadarannya yang belum teguh tidak menjadi teguh, batinnya yang belum
terkonsentrasi tidak terkonsentrasi, noda batinnya yang belum disingkirkan tidak
disingkirkan, kebebasan tertinggi yang belum dicapai tidak dicapai, namun kebutuhan
untuk hidup seperti jubah, dana makanan, tempat istirahat, kebutuhan obat guna
menyembuhkan penyakit mudah diperoleh. Bhikkhu tersebut harus memperhatikan hal
ini, tetapi ia patut merenung Aku pergi dari kehidupan berumah-tangga ke kehidupan
kebhikkhuan tidak untuk mendapatkan jubah, dana makanan, tempat istirahat dan
kebutuhan obat guna menyembuhkan penyakit, namun aku tak memperoleh kemajuan
(dalam
dhamma)
di
sini.
Ia
selayaknya
meninggalkan
hutan
itu
setelah
seperti
jubah,
dana
makanan,
tempat
istirahat,
kebutuhan
obat
guna
menyembuhkan penyakit sulit diperoleh. Bhikkhu tersebut harus memperhatikan hal ini,
tetapi ia patut merenung: Aku pergi dari kehidupan rumah-tangga ke kehidupan
kebhikkhuan tidak untuk mendapatkan jubah, dana makanan, tempat istirahat dan
kebutuhan obat guna menyembuhkan penyakit, namun aku memperoleh kemajuan di
sini. Ia selayaknya terus tinggal di hutan belukar itu setelah mempertimbangkannya
dengan cermat; ia tak selayaknya meninggalkan tempat itu.
6. Demikian para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal dalam hutan belukar. Ketika tinggal
di sana, kesadarannya yang belum teguh menjadi teguh, batinnya yang belum
terkonsentrasi menjadi terkonsentrasi, noda batinnya yang semula belum disingkirkan
telah dikikis, kebebasan tertinggi yang belum dicapai telah dicapai, dan juga kebutuhan
untuk hidup seperti jubah, dana makanan, tempat istirahat, kebutuhan obat guna
menyembuhkan penyakit mudah diperoleh. Bhikkhu tersebut harus memperhatikan hal
ini. Ia selayaknya terus tinggal di hutan itu; ia tak selayaknya meninggalkan tempat
tersebut.
7. Demikian para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal di sebuah desa tertentu. Ketika
tinggal di sana kesadarannya yang belum teguh tidak menjadi teguh, batinnya yang
belum terkonsentrasi tidak terkonsentrasi, noda batinnya yang belum disingkirkan tidak
disingkirkan, kebebasan tertinggi yang belum dicapai tidak dicapai, dan juga kebutuhan
untuk hidup seperti jubah, dana makanan, tempat istirahat, kebutuhan obat guna
menyembuhkan penyakit juga sulit diperoleh. Bhikkhu tersebut harus memperhatikan
hal ini. Ia selayaknya meninggalkan desa itu malam itu juga, atau hari itu juga; ia tak
selayaknya terus berdiam di sana.
8. Demikian para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal di desa tertentu. Ketika tinggal di
sana, kesadarannya yang belum teguh tidak menjadi teguh, batinnya yang belum
terkonsentrasi tidak terkonsentrasi, noda batinnya yang belum disingkirkan tidak
disingkirkan, kebebasan tertinggi yang belum dicapai tidak dicapai, namun kebutuhan
untuk hidup seperti jubah, dana makanan, tempat istirahat, kebutuhan obat guna
menyembuhkan penyakit mudah diperoleh. Bhikkhu tersebut harus memperhatikan hal
ini, tetapi ia patut merenung : Aku pergi dari kehidupan berumah-tangga ke kehidupan
kebhikkhuan tidak untuk mendapatkan jubah, dana makanan, tempat istirahat dan
kebutuhan obat guna menyembuhkan penyakit, namun aku tak memperoleh kemajuan
(dalam
dhamma)
di
sini.
Ia
selayaknya
meninggalkan
desa
itu
setelah
kesadarannya
yang
belum
teguh
menjadi
teguh,
batinnya
yang
belum
seperti
jubah,
dana
makanan,
tempat
istirahat,
kebutuhan
obat
guna
menyembuhkan penyakit sulit diperoleh. Bhikkhu tersebut harus memperhatikan hal ini,
tetapi ia patut merenung: Aku pergi dari kehidupan berumah-tangga ke kehidupan
kebhikkhuan tidak untuk mendapatkan jubah, dana makanan, tempat istirahat dan
kebutuhan obat guna menyembuhkan penyakit, namun aku memperoleh kemajuan di
sini. Ia selayaknya terus tinggal di desa itu. Setelah mempertimbangkannya dengan
cermat; ia tak selayaknya meninggalkan tempat itu.
10. Demikian para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal di desa tertentu. Ketika tinggal di
sana,
kesadarannya,
yang
belum
teguh
menjadi
teguh,
batinnya
yang
belum
dhamma)
di
sini.
Ia
selayaknya
meninggalkan
kota
kecil
itu
setelah
13. Demikian para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal di kota kecil tertentu. Ketika tinggal
di sana kesadarannya yang belum teguh menjadi teguh, batinnya yang belum
terkonsentrasi menjadi terkonsentrasi, noda batinnya yang belum disingkirkan telah
dikikis, kebebasan tertinggi yang belum dicapai telah dicapai, namun kebutuhan untuk
hidup
seperti
jubah,
dana
makanan,
tempat
istirahat,
kebutuhan
obat
guna
menyembuhkan penyakit sulit diperoleh. Bhikkhu tersebut harus memperhatikan hal ini,
tetapi ia patut merenung: Aku pergi dari kehidupan berumah-tangga ke kehidupan
kebhikkhuan tidak untuk mendapatkan jubah, dana makanan, tempat istirahat dan
kebutuhan obat guna menyembuhkan penyakit, namun aku memperoleh kemajuan di
sini. Ia selayaknya terus tinggal di kota kecil itu setelah mempertimbangkannya dengan
cermat, ia tak selayaknya meninggalkan tempat itu.
14. Demikian para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal di kota kecil tertentu. Ketika tinggal
di sana, kesadarannya yang belum teguh menjadi teguh, batinnya yang belum
terkonsentrasi menjadi terkonsentrasi, noda batinnya yang semula belum disingkirkan
telah dikikis, kebebasan tertinggi yang belum dicapai telah dicapai, dan juga kebutuhan
untuk hidup seperti jubah, dana makanan, tempat istirahat, kebutuhan obat guna
menyembuhkan penyakit mudah diperoleh. Bhikkhu tersebut harus memperhatikan hal
ini. Ia selayaknya terus tinggal di kota kecil itu; ia tak selayaknya meninggalkan tempat
tersebut.
15. Demikian para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal di kota besar tertentu. Ketika
tinggal di sana, kesadarannya yang belum teguh tidak menjadi teguh, batinnya yang
belum terkonsentrasi tidak terkonsentrasi, noda batinnya yang belum disingkirkan tidak
disingkirkan, kebebasan tertinggi yang belum dicapai tidak dicapai, dan juga kebutuhan
untuk hidup seperti jubah, dana makanan, tempat istirahat, kebutuhan obat guna
menyembuhkan penyakit juga sulit diperoleh. Bhikkhu tersebut harus memperhatikan
hal ini. Ia selayaknya meninggalkan kota besar itu malam itu juga, atau hari itu juga; ia
tak selayaknya terus berdiam di sana.
16. Demikian para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal di kota besar tertentu. Ketika
tinggal di sana, kesadarannya yang belum teguh tidak menjadi teguh, batinnya yang
belum disingkirkan tidak disingkirkan, kebebasan tertinggi yang belum dicapai tidak
dicapai, namun kebutuhan untuk hidup seperti jubah, dana makanan, tempat istirahat,
kebutuhan obat guna menyembuhkan penyakit mudah diperoleh. Bhikkhu tersebut harus
memperhatikan hal ini, tetapi ia patut merenung: Aku pergi dari kehidupan berumahtangga ke kehidupan kebhikkhuan, tidak untuk mendapatkan jubah, dana makanan,
tempat istirahat dan kebutuhan obat guna menyembuhkan penyakit, namun aku tak
memperoleh kemajuan (dalam dhamma) di sini. Ia selayaknya meninggalkan kota besar
seperti
jubah,
dana
makanan,
tempat
istirahat,
kebutuhan
obat
guna
menyembuhkan penyakit sulit diperoleh. Bhikkhu tersebut harus memperhatikan hal ini,
ia
patut
merenung:
Aku
pergi
dari
kehidupan
berumah-tangga
ke
kehidupan
kebhikkhuan tidak untuk mendapatkan jubah, dana makanan, tempat istirahat dan
kebutuhan obat guna menyembuhkan penyakit, namun aku memperoleh kemajuan di
sini. Ia selayaknya terus tinggal di kota besar itu setelah mempertimbangkannya dengan
cermat; ia tak selayaknya meninggalkan tempat itu.
18. Demikian para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal di kota besar tertentu. Ketika
tinggal di sana, kesadarannya yang belum teguh menjadi teguh, batinnya yang belum
terkonsentrasi menjadi terkonsentrasi, noda batinnya yang belum disingkirkan telah
dikikis, kebebasan tertinggi yang belum dicapai telah dicapai, dan juga kebutuhan untuk
hidup
seperti
jubah,
dana
makanan,
tempat
istirahat,
kebutuhan
obat
guna
hidup
seperti
jubah,
dana
makanan,
tempat
istirahat,
kebutuhan
obat
ini, tetapi ia patut merenung: Aku pergi dari kehidupan berumah-tangga ke kehidupan
kebhikkhuan tidak untuk mendapatkan jubah, dana makanan, tempat istirahat dan
kebutuhan obat guna menyembuhkan penyakit, namun aku tak memperoleh kemajuan
(dalam
dhamma)
di
sini.
Ia
selayaknya
meninggalkan
negeri
itu
setelah
kesadarannya
yang
belum
teguh
menjadi
teguh,
batinnya
yang
belum
seperti
jubah,
dana
makanan,
tempat
istirahat,
kebutuhan
obat
guna
menyembuhkan penyakit sulit diperoleh, bhikkhu tersebut harus memperhatikan hal ini,
tetapi ia patut merenung: Aku pergi dari kehidupan berumah-tangga ke kehidupan
kebhikkhuan tidak untuk mendapatkan jubah, dana makanan, tempat istirahat dan
kebutuhan obat guna menyembuhkan penyakit, namun aku memperoleh kemajuan di
sini. Ia selayaknya terus tinggal di negeri itu setelah mempertimbangkannya dengan
cermat; ia tak selayaknya meninggalkan tempat itu.
22. Demikian para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal di negeri tertentu. Ketika tinggal di
sana,
kesadarannya
yang
belum
teguh
menjadi
teguh,
batinnya
yang
belum
seperti
jubah,
dana
makanan,
tempat
istirahat,
kebutuhan
obat
guna
disingkirkan, kebebasan tertinggi yang belum dicapai tidak dicapai, namun kebutuhan
untuk hidup seperti jubah, dana makanan, tempat istirahat, kebutuhan obat guna
menyembuhkan penyakit mudah diperoleh. Bhikkhu tersebut harus memperhatikan hal
ini, tetapi ia patut merenung: Aku pergi dari kehidupan berumah-tangga ke kehidupan
kebhikkhuan tidak untuk mendapatkan jubah, dana makanan, tempat istirahat dan
kebutuhan obat guna menyembuhkan penyakit, namun aku tak memperoleh kemajuan
(dalam
dhamma)
di
sini.
Ia
selayaknya
meninggalkan
orang
itu,
setelah
seperti
jubah,
dana
makanan,
tempat
istirahat,
kebutuhan
obat
guna
menyembuhkan penyakit sulit diperoleh. Bhikkhu harus memperhatikan hal ini, tetapi ia
patut merenung: Aku pergi dari kehidupan berumah-tangga ke kehidupan kebhikkhuan
tidak untuk mendapatkan jubah, dana makanan, tempat istirahat dan kebutuhan obat
guna menyembuhkan penyakit, namun aku memperoleh kemajuan di sini. Ia selayaknya
terus tinggal bersama orang itu setelah mempertimbangkannya dengan cermat; ia tak
selayaknya meninggalkan orang itu.
26. Demikian para bhikkhu, seorang bhikkhu tinggal dengan orang tertentu. Ketika
tinggal di sana, kesadarannya yang belum teguh menjadi teguh, batinnya yang belum
terkonsentrasi menjadi terkonsentrasi, noda batinnya yang semula belum disingkirkan
telah dikikis, kebebasan tertinggi yang belum dicapai telah dicapai, dan juga kebutuhan
untuk hidup seperti jubah, dana makanan, tempat istirahat, kebutuhan obat guna
menyembuhkan penyakit mudah diperoleh. Bhikkhu tersebut harus memperhatikan hal
ini. Ia selayaknya terus tinggal bersama orang itu sepanjang hidup; ia tak selayaknya
meninggalkan orang tersebut.
Demikianlah yang dikatakan oleh Sang Bhagava. Para bhikkhu merasa puas dan mereka
bersuka cita dengan perkataan Sang Bhagava
NIVAPA SUTTA
Umpan
1. Demikianlah yang saya dengar. Pada suatu ketika Yang Terberkahi sedang berdiam di
Savatthi di Hutan Jeta, Taman Anathapindika. Di sana, Beliau berbicara kepada para
bhikkhu demikian: Para bhikkhu.-Yang Mulia Bhante, jawab mereka. Yang Terberkahi
berkata demikian:
2. Para bhikkhu, seorang penjerat rusa tidak memasang umpan untuk kelompok rusa
dengan maksud seperti ini: Semoga kelompok rusa itu menikmati umpan yang ku
pasang, dan demikian mereka berumur panjang dan elok dan bertahan hidup untuk
waktu yang lama. Sebaliknya, seorang penjerat rusa memasang umpan untuk kelompok
rusa dengan maksud seperti ini: Kelompok rusa ini akan makan makanan tanpa
kewaspadaan dengan cara langsung masuk di antara umpan yang ku pasang; dengan
bertindak demikian, mereka akan keracunan; ketika keracunan, mereka akan jatuh ke
dalam kelalaian; ketika mereka lalai, aku dapat melakukan kepada mereka sesukaku
karena umpan ini.
3. Kelompok rusa pertama makan makanan itu tanpa kewaspadaan dengan cara
langsung masuk di antara umpan yang telah dipasang oleh penjerat rusa itu; dengan
bertindak demikian, mereka pun keracunan; ketika keracunan, mereka pun jatuh ke
dalam kelalaian; ketika mereka lalai,penjerat rusa itu pun melakukan kepada mereka
sesukanya karena umpan itu. Demikianlah kelompok rusa pertama gagal terbebas dari
kekuasaan dan kendali penjerat rusa itu.
4. kelompok rusa kedua mempertimbangkan demikian: Kelompok rusa yang pertama,
karena bertindak sebagaimana yang telah mereka lakukan tanpa kewaspadaan, [152]
gagal terbebas dari kekuasaan dan kendali penjerat rusa itu. Sebaliknya kita semua
menghindari makan umpan itu; dengan menjauhi kenikmatan yang mengerikan itu,
biarlah kita pergi ke hutan liar dan tinggal di sana. Dan mereka melakukannya. Tetapi di
bulan terakhir musim panas, ketika rumput dan air sudah habis, tubuh mereka menjadi
kurus sampai tinggal kulit pembalut tulang; dengan demikian mereka kehilangan
kekuatan dan energi; ketika mereka telah kehilangan kekuatan dan energi, mereka
kembali ke umpan yang sama, yang telah dipasang oleh penjerat rusa itu. Mereka
makan makanan tanpa kewaspadaan dengan cara langsung masuk di antara umpan itu.
Dengan bertindak demikian, mereka pun keracunan; ketika keracunan, mereka pun
jatuh ke dalam kelalaian; ketika mereka lalai, penjerat rusa itu pun melakukan kepada
mereka sesukanya karena umpan itu. Demikianlah kepada mereka sesukanya karena
umpan itu. Demikianlah kelompok rusa kedua juga gagal terbebas dari kekuasaan dan
kendali rusa itu.
5. Kelompok rusa ketiga mempertimbangkan demikian: Kelompok rusa pertama,
karena bertindak sebagaimana yang telah mereka lakukan tanpa kewaspadaan, gagal
terbebas dari kekuasaan dan kendali penjerat rusa itu. Kelompok rusa kedua
mempertimbangkan bagaimana kelompok rusa yang pertama telah gagal. Kelompok
rusa kedua merencanakan dan bertindak sebagaimana yang telah mereka lakukan
dengan kewaspadaan, yaitu pergi untuk tinggal di hutan liar, namun juga gagal terbebas
dari kekuasaan dan kendali penjerat rusa itu. Sebaliknya kita membuat tempat tinggal
sendiri dalam jangkauan umpan penjerat itu. [153] Kemudian setelah itu, kita akan
makan makanan bukan tanpa kewaspadaan dan tidak akan langsung masuk di antara
umpan yang telah dipasang oleh penjerat ruasa itu; dengan bertindak demikian, kita
tidak akan keracunan; dan ketika tidak keracunan, kita tidak akan jatuh ke dalam
kelalaian; ketika kita tidak lalai, penjerat rusa itu tidak dapat melakukan kepada kita
sesukanya karena umpan itu. Dan mereka melakukannya.
Tetapi pada waktu itu penjerat rusa dan pengikutnya mempertimbangkan demikian:
Kelompok rusa ketiga ini licik dan pintar bagaimana tukang sihir dan ahli nujum. Mereka
makan umpan yang telah dipasang tanpa kita tahu bagaimana mereka datang dan pergi.
Sebaliknya kita memasang umpan di suatu area yang luas, yang seluruhnya dikelilingi
penghalang dari ranting; maka mungkin kita bisa melihat tempat tinggal kelompok rusa
ketiga, di mana mereka pergi bersembunyi. Mereka pun melakukannya, dan mereka
melihat tempat tinggal kelompok ketoga, dimana mereka bersembungi. Dan demikianlah
kelompok rusa ketiga juga gagal terbebas dari kekuasaan dan kenali penjerat rusa.
6. Kelompok rusa keempat mempertimbangkan demikian: Kelompok rusa pertama,
karena bertindak sebagaimana yang telah mereka lakukan tanpa kewaspadaan, gagal
terbebas dari kekuasaan dan kendali penjerat rusa itu. Kelompok rusa kedua
mempertimbangkan bagaimana kelompok rusa yang pertama telah gagal. Mereka
merencanakan
dan
bertindak
sebagaimana
yang
telah
mereka
lakukan
dengan
kewaspadaan, yaitu pergi untuk tinggal di hutan liar, namun juga gagal terbebas dari
kekuasaan dan kendali penjerat rusa itu. Dan kelompok rusa ketiga mempertimbangkan
bagaimana kelompok rusa pertama [154] dan kelompok rusa kedua telah gagal. Mereka
merencanakan
dan
bertindak
sebagaimana
yang
telah
mereka
lakukan
dengan
kewaspadaan, yaitu membuat tempat tinggal di dalam jangkauan umpan penjerat rusa
itu, namun juga gagal berbebas dari kekuasaan dan kendali penjerat rusa. Sebaiknya
kita membuat tempat tinggal di mana penjerat rusa dan pengikutnya tidak bisa pergi
kesana. Kemudian, setelah melakukan demikian, kita akan makan tanpa was-was dan
tanpa pergi langsung ke umpan yang telah dipasang oleh penjerat rusa itu; dengan
bertindak demikian kita tidak akan keracunan; karena tidak keracunan, kita tidak akan
jatuh ke dalam kelalaian; karena kita tidak lalai, [155] penjerat rusa itu tidak akan
melakukan kepada kita sesukanya karena umpan itu. Dan mereka melakukannya.
Tetapi
pada
waktu
itu
penjerat
rusa
dan
pengikutnya
mempertimbangkan
demikian:Kelompok rusa kempat ini licik dan pintar bagaikan tukang sihir dan ahli
nujum. Mereka makan umpan yang telah dipasang tanpa kita tahu bagaimana mereka
datang dan pergi. Sebaiknya kita memasang umpan di suatu area yang luas, yang
seluruhnya dikelilingi penghalang dari ranting; maka mungkin kita bisa melihat tempat
tinggal kelompok rusa keempat, di mana mereka pergi bersembunyi. Mereka pun
melakukannya, tetapi mereka tidak melihat tempat tinggal kelompok rusa keempat, di
mana
mereka
pergi
bersembunyi.
Kemudian
pemburu
rusa
dan
pengikutnya
tidak
usah
mengacuhkan
kelompok
rusa
keempat. Mereka
melakukannya.
Demikianlah kelompok rusa keempat terbebas dari kekuasaan dan kendali penjerat rusa
itu.
7. Para bhikkhu, aku teln perumpamaan ini untuk menyampaikan suatu arti. Beginilah
artinya: Umpan adalah istilah untuk lima tali kesenangan indera. Penjerat rusa adalah
istilah untuk Mara si Jahat. Pengikut penjerat rusa adalah istilah untuk pengikut Mara.
Kelompok rusa adalah istilah untuk para petapa dan brahmana.
8. para petapa dan brahmana dari jenis pertama makan makanan tanpa kewaspadaan
dengan cara langsung masuk di antara umpan dan benda-benda materi dunia yang telah
dipasang oleh Mara; [156] dengan bertindak demikian, mereka menjadi keracunan;
ketika mereka keracunan, mereka jatuh ke dalam kelalaian; ketika mereka lalai, Mara
melakukan kepada mereka sesukanya karena umpan dan benda-benda materi dunia itu.
Demikianlah para petapa dan brahmana dari jenis pertama itu gagal terbebas dan
kekuasaan dan kendali Mara. Petapa-petapa dan brahmana-brahmana itu, kukatakan,
persis seperti kelompok rusa pertama.
9. Para petapa dan brahmana dari jenis kedua mempertimbangkan demikian: Para
petapa dan brahmana dari jenis pertama itu, dengan bertindak sebagaimana yang telah
mereka lakukan tanpa kewaspadaan, gagal terbebas dari kekuasaan dan kendali Mara.
Sebaiknya kita semua menjauhi makanan umpan dari benda-benda materi dunia itu;
dengan menjauhi kenikmatan yang mengerikan itu, biarlah kita keluar menuju ke hutan
liar dan tinggal di sana. Dan mereka melakukannya. Di sana mereka makan tanamantanaman hijau atau padi-padian atau beras liar atau kupasan kulit atau lumut atau kulit
padi atau buih nasi yang dibuang atau tepung wijen atau rumput atau kotoran sapi;
mereka hidup dari akar-akar dan buah-buahan di hutan, mereka hidup dari buah-buahan
yang jatuh.
Tetapi pada bulan terakhair musim panas, ketika rumput dan air sudah, tubuh mereka
menjadi kurus sampai tinggal kulit pembalut tulang; bersama itu mereka kehilangan
kekuatan dan energi mereka. Ketika mereka telah kehilangan kekuatan dan energi,
mereka kehilangan kebebasan pikiran mereka; 293 dengan hilangnya kebebasan pikiran
mereka, mereka kembali ke umpan yang sama telah dipasang oleh Mara, dan ke bendabenda materi dunia itu; mereka makan makanan tanpa kewaspadaan dengan cara
langsung masuk di antaranya; dengan bertindak demikian, mereka menjadi keracunan;
katika keracunan, mereka jatuh ke dalam kelalaian; ketika mereka lalai, Mara
melakukan kepada mereka sesukanya karena umpan dan benda-benda materi dunia itu.
Demikianlah para petapa dan brahmana dari jenis kedua itu gagal terbebas dari
kekuasaan dan kendali Mara. [157] Para petapa dan brahmana itu, kukatakan, persis
seperti kelompok rusa kedua.
10. Para petapa dan brahmana dari jenis ketiga mempertimbangkan demikian: Para
petapa dan brahmana dari jenis pertama, dengan bertindak sebagaimana yang telah
mereka lakukan tanpa kewaspadaan, gagal terbebas dari kekuasaan dan kendali Mara.
Para petapa dan brahmana dari kelompok kedua mempertimbangkan bagaimana para
petapa dan brahmana dari jenis pertama telah gagal. Mereka kemudian merencanakan
dan bertindak sebagaimana yang telah mereka lakukan dengan kewaspadaan, yaitu
pergi ke hutan liar, namun juga gagal terbebas dari kekuasan dan kendali Mara.
Sebaliknya kita membuat tempat tinggal kita di dalam jangkauan umpan yang telah
dipasang oleh Mara dan benda-benda materi dunia itu kemudian, setelah melakukan
demikian, kita akan makan makanan dengan kewaspadaan dan tanpa langsung masuk di
antara umpan yang telah dipasang oleh Mara dan benda-benda materi dunia itu. Dengan
bertindak demikian, kita tidak akan menjadi keracunan; ketika tidak keracunan, kita
tidak akan jatuh ke dalam kelalaian; ketika kita tidak lalai, Mara tidak akan melakukan
kepada kita sesukanya karena umpan itu serta benda-benda materi dunia itu. Dan
mereka melakukannya.
Tetapi ketika mereka kemudian memegang pandangan-pandangan seperti misalnya
dunia adalah kekal dan dunia tidak kekal dan dunia adalah terhingga dan dunia tidak
terhingga dan jiwa dan tubuh adalah satu dan jiwa adalah satu dan tubuh adalah yang
lain dan setelah kematian, seorang Tathagata ada dan setelah kematian, seorang
Tathagata tidak ada dan setelah kematian, seorang Tathagata ada dan tidak ada dan
setelah kematian, seorang Tathagata bukannya ada, tetapi juga bukannya tidak
ada.294 [158] Demikianlah para petapa dan brahmana dari jenis ketiga itu gagal terbebas
dari kekuasaan dan kembali Mara. Para petapa dan brahmana itu, kukatakan, persis
seperti kelompok rusa ketiga.
11. Para petapa dan brahmana dari jenis keempat mempertimbangkan demikian: Para
petapa dan brahmana dari jenis pertama itu, dengan bertindak sebagaimana yang telah
mereka lakukan tanpa kewaspadaan, gagal terbebas dari kekuasaan dan kendali Mara.
Para petapa dan brahmana dari jenis kedua mempertimbangkan bagaimana para petapa
dan brahmana dari jenis pertama telah gagal. Mereka merencanakan dan bertindak
sebagaimana yang telah mereka lakukan dengan kewaspadaan dengan cara tinggal di
hutan liar, namun juga gagal terbebas dari kekuasaan dan jerat mara. Para petapa dan
brahmana dari jenis ketiga mempertimbangkan bagaimana para petapa dan brahmana
dari jenis pertama dan juga para petapa dan brahmana dari jenis kedua telah gagal.
Meraka merencanakan dan bertindak sebagaimana yang telah mereka lakukan dengan
kewaspadaan. Mereka membuat tempat tinggal mereka di dalam jangkauan umpan yang
telah dipasang oleh Mara dan benda-benda materi dunia itu, namun juga gagal terbebas
dari kekuasaan dan kendali Mara. Sebaiknya kita membuat tempat tinggal kita di mana
Mara dan pengikutnya tidak bisa pergi ke sana. Kemudian, setelah melakukannya, kita
akan makan makanan bukannya tanpa kewaspadaan dan tidak langsung masuk di
antara umpan yang dipasang Mara dan benda-benda materi dunia itu. Dengan bertindak
demikian, kita tidak akan menjadi keracunan; ketika tidak keracunan, kita tidak akan
jatuh ke dalam kelalaian; ketika kita tidak lalai, Mara tidak akan melakukan kepada kita
sesukanya
karena
umpan
serta
benda-benda
materi
dunia
itu.
Dan
mereka
melakukannya. [159] Demikianlah bagaimana para brahmana dan petapa dari jenis
keempat itu terbebas dari kekuasaan dan kendali Mara. Para petapa dan brahmana itu,
kukatakan, persis seperti kelompok rusa keempat.
12. Dan di mana Mara dan pengikutnya tidak bisa pergi ke sana? Di sini, benar-benar
terpisah dari kesenangan-kesenangan indera, terpisah dari keadaan-keadaan yang takbajik, seorang bhikkhu masuk dan berdiam di dalam jhana pertama, yang dibarengi oleh
pemikiran pemicu dan pemikiran yang bertahan, dengan kegiuran dan kesenangan yang
terlahir dari kesendirian. Bhikkhu ini di katakan telah menutup mata Mara, telah menjadi
tidak tampak oleh Si Jahat, dengan merampas mata Mara dari kesempatannya.295
13. Sekali lagi, dengan berhentinya pemikiran pemicu dan pemikiran yang bertahan,
seorang bhikkhu masuk serta berdiam di dalam jhana kedua, yang memiliki keyakinan
dan kemanunggalan pikiran tanpa pemikiran pemicu dan pemikiran yang bertahan,
dengan kegiuran dan kesenangan yang terlahir dari konsentrasi. Bhikkhu ini dikatakan
telah menutup mata Mara
14. Sekali lagi, dengan melemahnya kegiuran, seorang bhikkhu berdiam di dalam
ketenang-seimbangan. Dan dengan waspada serta sepenuhnya sadar, masih merasakan
kesenangan dengan tubuh, dia masuk dan berdiam di dalam jhana ketiga, yang oleh
para agung dinyatakan: Dia memiliki kediaman yang menyenangkan bila memiliki
ketenang-seimbangan dan tetap waspada. Bhikkhu ini dikatakan telah menutup mata
Mara
15. Sekalio lagi, dengan ditinggalkannya kesenangan dan penderitaan, dan dengan
telah lenyapnya kegembiraan serta kesedihan, seorang bhikkhu masuk dan berdiam di
dalam jhana keempat, yang memiliki bukan-penderitaan-pun-bukan-kesenangan dan
kemurnian kewaspadaan yang disebabkan oleh ketenang-seimbangan. Bhikkhu ini
dikatakan telah menutup mata Mara
16. Sekali lagi, dengan sepenuhnya meninggalkan persepsi mengenai bentuk, dan
dengan lenyapnya persepsi mengenai dampak indera, dengan tiadanya perhatian
terhadap persepsi mengenai keragaman, menyadari bahwa ruang adalah tak terhingga,
seorang bhikkhu masuk dan berdiam di dalam landasan ruang tak-terhingga. Bhikkhu ini
dikatakan telah menutup mata Mara
17. Sekali lagi, dengan sepenuhnya meninggalkan landasan ruang tak-terhingga,
menyadari bahwa kesadaran adalah tak-terhingga. Seorang bhikkhu masuk dan
berdiam di dalam landasan kesadaran tak-terhingga. Bhikkhu ini dikatakan telah
menutup mata Mara
18. Sekali lagi, dengan sepenuhnya meninggalkan landasan kesadaran tak-terhingga,
[160] dengan menyadari bahwa tidak ada apa pun, seorang bhikkhu masuk dan
berdiam di dalam landasan kekosongan. Bhikkhu ini dikatakan telah menutup mata
Mara
19. Sekali lagi, dengan sepenuhnya meninggalkan landasan kekosongan, seorang
bhikkhu masuk dan berdiam di dalam landasan bukan-persepsi-pun-bukan-tanpapersepsi. Bhikkhu ini dikatakan telah menutup mata Mara, telah menjadi tidak tampak
oleh Si Jahat dengan merampas mata Mara dari kesempatannya.
20. Sekali lagi, dengan sepenuhnya meninggalkan landasan bukan-persepsi-pun-bukannon-persepsi, seorang bhikkhu masuk dan berdiam di dalam berhentinya persepsi dan
perasaan.
Dan
noda-nodanya
telah
dihancurkan
dengan
cara
melihat
dengan
kebijaksanaan. Bhikkhu ini dikatakan telah menutup mata Mara, telah menjadi tidak
tampak oleh Si Jahat dengan merampas mata Mara dari kesempatannya, dan telah
menyeberang melampaui kemelekatan terhadap dunia.296
Demikianlah yang dikatakan oleh Yang Terberkahi. Para bhikkhu merasa puas dan
bergembira di dalam kata-kata Yang Terberkahi.
Digha Nikaya
Mahshanda Sutta Khotbah Panjang Auman Singa178
[161] 1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Suatu ketika, Sang Bhagav sedang menetap
di Ujaya, di taman rusa Kaakatthale.179 Di sana petapa telanjang Kassapa
mendatangi- Nya, saling bertukar sapa dengan Beliau, dan berdiri di satu sisi. Kemudian
ia berkata:
2. Teman Gotama, aku telah mendengar bahwa: Petapa Gotama tidak menyetujui
segala bentuk pertapaan keras, dan mencela dan menyalahkan mereka yang menjalani
kehidupan keras penyiksaan diri.180 Sekarang, apakah mereka yang mengatakan hal ini
mengatakan sebenarnya, dan apakah mereka tidak memfitnah Yang Mulia Gotama
dengan kebohongan? Apakah mereka menjelaskan sebenarnya tentang Dhamma-Nya
dan apa yang berhubungan dengan Dhamma-Nya, atau apakah beberapa guru dari sekte
lain pantas disalahkan atas pernyataan ini? Kami ingin melihat Yang Mulia Gotama
membantah tuduhan ini.
3. Kassapa, mereka yang mengatakan hal ini tidak mengatakan yang sebenarnya,
mereka memfitnah-Ku dengan kebohongan. Yang sebenarnya terjadi adalah, Kassapa,
bahwa Aku melihat seorang praktisi penyiksaan diri, dan dengan mata-batin181 [162]
yang murni melebihi pandangan mata manusia, Aku melihatnya muncul setelah
kematiannya, saat hancurnya jasmani, di alam
Khotbah Panjang Auman
pandangan-pandangan.
Kadang-kadang
pandangan
mereka
selaras
dengan
tidak kami setujui, dan apa yang kadang-kadang tidak mereka setujui, kadang- kadang
kami setujui. Apa yang kadang-kadang kami setujui, kadang-kadang mereka setujui,
apa yang kadang-kadang tidak kami setujui, kadang-kadang tidak mereka setujui. [163]
Apa yang kadang-kadang kami setujui, kadang-kadang tidak mereka setujui, dan apa
yang kadang-kadang tidak kami setujui, kadang-kadang mereka setujui.
5. Saat mendekati mereka, Aku berkata: Dalam hal-hal ini, tidak ada kesepakatan.
Mari kita mengesampingkannya. Dalam hal- hal ini, ada kesepakatan: silakan yang
bijaksana menerimanya, mendebatnya, dan mengkritik persoalan ini dengan guru-guru
atau pengikut-pengikut mereka, dengan mengatakan: Di antara hal-hal tersebut yang
tidak terampil182 dan diakui demikian, dapat dicela, harus dihindari, tidak pantas bagi
seorang Mulia, hitam dan diakui sebagai demikiansiapakah yang benar-benar telah
meninggalkan
108Dgha
Nikya8:
paragraph 5-8 tetapi: para siswa Petapa Gotama, atau para siswa dari
yang mana seseorang akan mengetahui dan melihat sendiri: Petapa Gotama berbicara
pada waktu yang tepat, apa yang benar, langsung ke pokok permasalahan Dhamma
dan disiplin.
Pohapda Sutta
Kondisi Kesadaran
[178] 1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Suatu ketika, Sang Bhagav sedang menetap
di Svatthi, di Hutan Jeta, di Taman Anthapiika. Dan pada saat itu, pengembara
Pohapda sedang berada di aula-perdebatan di dekat pohon Tinduka, di taman
dengan aula tunggal milik Ratu Mallika,193 di tengah-tengah tiga ratus pengembara.
2. Kemudian, Sang Bhagav, setelah bangun pagi, membawa jubah dan mangkuk-Nya
dan pergi ke Svatthi untuk menerima makanan. Tetepi Beliau berpikir: Masih terlalu
pagi untuk pergi ke Svatthi untuk menerima makanan. Bagaimana jika Aku pergi ke
aula perdebatan untuk menjumpai si pengembara Pohapda? Dan Beliau melakukan
hal itu.
3. Di sana Pohapda sedang duduk bersama kelompok para pengembara, semuanya
berteriak dan membuat kegaduhan, terlibat dalam berbagai pembicaraan yang tidak
bertujuan,
seperti
tentang
raja-raja,
perampok-perampok,
menteri-menteri,
bala
Nikya
Pohapda
Sutta
Tetapi
Pohapda
melihat
Sang
Bhagav
datang
dari
kejauhan,
dan
ia
Sang Bhagav duduk di tempat yang telah disediakan, dan Pohapda mengambil
bangku kecil dan duduk di satu sisi. Sang Bhagav berkata: Pohapda, apakah yang
sedang kalian bicarakan? Percakapan apakah yang terhenti karena Aku?
6. Pohapda menjawab: Bhagav, jangan pedulikan pembicaraan yang kami lakukan
tadi, tidaklah sulit bagi Sang Bhagav untuk mendengarnya nanti. Dalam beberapa hari
ini, Bhagav, diskusi antara para petapa dan para Brahmana dari berbagai aliran, duduk
bersama dan mengadakan rapat di dalam aula-perdebatan, berhubungan dengan [180]
pemadaman kesadaran yang lebih tinggi, 194 dan bagaimana hal ini terjadi. Beberapa
berkata: Persepsi seseorang muncul dan lenyap tanpa sebab atau kondisi. Ketika
muncul, maka seseorang sadar, ketika lenyap, maka seseorang menjadi tidak sadar.
Demikianlah mereka menjelaskannya. Tetapi yang lain berkata: Tidak, itu bukan begitu.
Persepsi195 adalah diri dari seseorang, yang datang dan pergi, ketika ia datang, maka
seseorang sadar, ketika ia pergi, maka seseorang menjadi tidak sadar. Yang lain lagi
berkata: Itu bukan begitu. Ada petapa dan Brahmana yang memiliki kesaktian, memiliki
pengaruh besar. Mereka memasukkan kesadaran ke dalam diri seseorang dan Tentang
Pohapda
117 mencabutnya. Ketika mereka memasukkannya ke dalam dirinya, ia sadar, ketika
mereka mencabutnya, ia menjadi tidak sadar.196 Dan yang lain lagi berkata: Tidak,
bukan begitu. Ada para dewa yang memiliki kesaktian, memiliki pengaruh besar. Mereka
memasukkan kesadaran ke dalam diri seseorang dan mencabutnya. Ketika mereka
memasukkannya ke dalam dirinya, ia sadar, ketika mereka mencabutnya, ia menjadi
tidak sadar.197 Sehubungan dengan hal ini, aku teringat pada Sang Bhagav, yang
telah sempurna menempuh Sang Jalan, Beliau sangat ahli198 dalam hal-hal seperti ini!
Sang Bhagav memahami dengan baik pemadaman kesadaran yang lebih tinggi. Apakah
itu, Bhagav, pemadaman kesadaran yang lebih tinggi?
7. Dalam masalah ini, Pohapda, para petapa dan Brahmana yang mengatakan
persepsi seseorang muncul dan lenyap tanpa sebab dan kondisi adalah salah besar.
Mengapakah? Persepsi seseorang muncul dan lenyap [181] karena suatu sebab dan
kondisi. Beberapa persepsi muncul melalui latihan, dan beberapa lenyap melalui latihan.
Apakah latihan? Sang Bhagav berkata. Pohapda, seorang Tathgata telah muncul
di dunia ini, seorang Arahat, Buddha yang telah mencapai Penerangan Sempurna,
memiliki kebijaksanaan dan perilaku yang Sempurna, telah sempurna menempuh Sang
Jalan, Pengenal seluruh alam, penjinak manusia yang harus dijinakkan yang tiada
bandingnya, Guru para dewa dan manusia, Tercerahkan dan Terberkahi. Beliau, setelah
mencapainya dengan pengetahuan- Nya sendiri, menyatakan kepada dunia bersama
para dewa, mra dan Brahma, para raja dan umat manusia. Beliau membabarkan
Dhamma, yang indah di awal, indah di pertengahan, indah di akhir, dalam makna dan
kata, dan menunjukkan kehidupan suci yang sempurna dan murni sepenuhnya. Seorang
siswa pergi
meninggalkan keduniawiandanmempraktikkanmoralitas
(Sutta2,
tidak
ada
bahaya
dari
sisi
mana
pun
juga
(seperti
Nikya
Kemudian
lagi,
seorang
bhikkhu,
dengan
melenyapkan
awal-
pikiran
dan
SAMYUTTA NIKAYA
Sagthvagga
Devatsamyutta
Devat adalah kata benda abstrak dari deva, tetapi dalam Nikya kata ini digunakan
dalam arti yang bervariasi untuk menunjukkan khususnya makhluk-makhluk surgawi,
seperti halnya kata deity dalam Bahasa Inggris, adalah kata benda abstrak yang
berarti bersifat ketuhanan, biasanya digunakan untuk menunjukkan Dewa tertinggi dari
ajaran Theistik atau dewa individu atau para dewa dalam keyakinan politheis. Walaupun
kata ini bersifat perempuan, jenis kelamin berasal dari akhiran abstrak ta dan tidak
harus berarti perempuan. Naskah-naskah yang ada jarang menunjukkan jenis kelamin
mereka, walaupun sepertinya dapat berarti jenis kelamin apa pun dan mungkin kadangkadang tidak membedakan jenis kelamin.
Bagi Buddhisme para deva bukanlah tuhan abadi yang memainkan peranan sebagai
pencipta dalam proses kosmis. Mereka hanyalah makhluk yang lebih tinggi, bahagia dan
bercahaya, yang sebelumnya hidup di alam manusia dan terlahir kembali di alam surga
karena buah perbuatan baik mereka. Dengan sedikit perbedaan, mereka sama
terbelenggunya oleh kebodohan dan keinginan seperti halnya manusia, dan mereka
sama memerlukan tuntunan dari Yang Tercerahkan. Sang Buddha adalah guru para
deva dan manusia (satth devamanussna ), dan walaupun terlahir di alam manusia,
namun Beliau menjulang melampaui para deva tertinggi dengan kebijaksanaan-Nya yang
tertinggi dan kesucian-Nya yang sempurna.
Para deva biasanya mengunjungi Sang Buddha di keheningan tengah malam, ketika seisi
dunia sedang terbaring tenggelam dalam lelap. Devatsa yutta memberikan catatan
percakapan mereka. Kadang-kadang para deva datang mengucapkan syair pujian pada
Sang
Guru,
kadang-kadang
mengajukan
pertanyaan,
kadang-kadang
memohon
dilakukan
beberapa
deva
(baca
1:35),
adalah
provokatif,
dan
menunjukkan
menyebutkan
seperti
pada
syair
memuji
kebaikan
sekelompok
deva
(satullapakyik dev; 1:31-34, dan seterusnya) dan tentang para deva di Alam Murni
(suddhvsakyik
dev
1:37).
Komentar,
tercantum
dalam
catatan,
pertanyaan
melainkan
menyuarakan
sering
devat
tidak
mengajukan
pendapat,
biasanya terbentuk perlawanan antara sudut pandang si dewa, yang umumnya benar
menurutnya, dan sudut pandang Sang Buddha, yang melihat segala sesuatu melampaui
pengetahuan para deva (baca, misalnya, vv.3-6). Kadang-kadang sekelompok deva
mengungkapkan pendapat mereka, yang dilampaui oleh Sang Buddha dengan pendapat
Beliau yang lebih mendalam (vv.78-84, 95-101). Dalam beberapa sutta syair-syair tidak
diucapkan dalam konteks percakapan melainkan mengungkapkan pandangan pribadi
dari si deva, yang disetujui oleh Sang Buddha (vv.136-40), dan dua syair hanya sekedar
puji-pujian pada Sang Bhagav (vv.147, 148). Dimulai dengan v.183, sutta-sutta
menggunakan format standar, dengan para deva mengajukan teka-teki yang dijawab
Sang Buddha dengan jawaban yang memuaskan mereka. Contoh yang mudah diingat
dari teka-teki ini adalah tentang jenis membunuh yang disetujui oleh Sang Buddha, yang
jawabannya
adalah
membunuh
kemarahan
(vv.223-24).
Dalam
satu
sutta
kita
Mahvagga
Bojjhagasamyutta
Kata Bojjhaga adalah kata majemuk dari bodhi, pencerahan, dan aga, anggota tubuh
atau faktor. Komentar cenderung menerjemahkan kata ini berdasarkan pada analogi
jhnaga, faktor-faktor jhna, menganggapnya berarti faktor-faktor yang mendukung
pencerahan. Dalam Abhidhamma Pi aka, interpretasi ini menjadi begitu menonjol
sehingga dalam naskah-naskah yang menerapkan metode Abhidhamma keras (kebalikan
dari yang menerapkan metode Suttanta) bojjhaga digunakan hanya pada kondisi
kesadaran lokuttara, yang berhubungan dengan jalan-jalan kebebasan, bukan pada
kondisi bermanfaat dari kesadaran lokiya. Akan tetapi, dalam Bojjhagasa yutta, faktor-
faktor pencerahan memperoleh sebutan ini terutama karena faktor-faktor ini menuntun
menuju pencerahan (46:5, 21). Demikianlah faktor-faktor ini merupakan konstelasi
faktor-faktor batin yang berfungsi sebagai penyebab dan kondisi untuk sampai pada
pencerahan, pengetahuan kebebasan dan penglihatan (46:56).
Tujuh faktor pencerahan adalah, bagi seorang Buddha, bagaikan tujuh permata berharga
dari seorang Raja Pemutar-Roda (46:42). Faktor-faktor ini awalnya muncul berurutan,
dengan tiap-tiap faktor bertindak sebagai kondisi bagi faktor berikutnya (46:3). Faktorfaktor ini muncul dalam praktik ke tiga faktor terakhir dari Jalan Mulia Berunsur Delapan,
yang dituntun oleh pandangan benar; tetapi faktor-faktor ini mewakili segmen sang jalan
ini dalam rincian yang lebih halus, dengan pengenalan atas kualitas-kualitas yang
berlawanan yang harus diseimbangkan agar sang jalan menghasilkan buahnya. Pertamatama seseorang memperhatikan dengan saksama pada objek meditasi, yang secara
umum dipilih antara empat landasan objek perhatian (jasmani, perasaan, pikiran,
fenomena):
ini
adalah
faktor
pencerahan
perhatian
(sati-sambojjhaga).
Ketika
perhatian menjadi kokoh, seseorang belajar untuk melihat ciri-ciri objek dengan lebih
jelas, dan juga dapat membedakan kondisi-kondisi batin yang bermanfaat dan yang
tidak
bermanfaat
yang
muncul
dalanm
proses
perenungan:
faktor
pencerahan
Seseorang
melihat
secara
tanpa
membedakan
dengan
pikiran
terkonsentrasi: faktor pencerahan keseimbangan (upekkh-sambojjhaga). Ketika tiaptiap faktor muncul, faktor-faktor yang telah muncul tidak lenyap melainkan tetap di sana
sebagai tambahan (walaupun kegembiraan mereda ketika konsentrasi menjadi lebih
dalam). Demikianlah, pada tahap pengembangan yang matang, seluruh tujuh faktor
hadir bersamaan, masing-masing melakukan kontribusinya masing-masing.
Sutta-sutta dari Bojhagasa yutta biasanya menggambarkan faktor-faktor pencerahan
dengan formula umum berdasarkan pada keterasingan, kebosanan, dan lenyapnya,
yang matang dalam pembebasan. Karena dalam Nikya, di luar Mahvagga, frasa ini
muncul hanya sebagai keterangan tambahan bagi faktor-faktor pencerahan, adalah
mungkin bahwa ini adalah sumber asli dan penerapannya pada kelompok-kelompok
lainnya di antara bantuan-bantuan menuju pencerahan adalah turunan. Seperti yang
disarankan oleh penjelasan komentar, penjelasan ini paling sesuai untuk bojjhaga
hanya pada tahap lanjut dari pandangan terang dan pada tingkat jalan lokuttara, ketika
bojjhaga
pencapaian
secara aktif
Nibbna.
melenyapkan
Hanya
pada
kekotoran-kekotoran
saat
itu
faktor-faktor
dan
itu
condong
dapat
ke
arah
benar-benar
keinginan
(46:26)
dan
menembus
serta
membuyarkan
kumpulan
dapat diumpamakan sebagai cacatnya emas, parasit pada pepohonan di hutan, keruhnya
air yang menghalangi pantulan wajah seseorang (46:33, 39, 55). Rintangan-rintangan
ini adalah pembuat kebutaan, penghancur kebijaksanaan, pengalih dari jalan menuju
Nibbna; faktor-faktor pencerahan adalah pembuat penglihatan dan pengetahuan,
pengembang kebijaksanaan, dan bantuan di sepanjang jalan menuju Nibbna (46:40,
56).
Dalam Bojjhagasa yutta, Sang Buddha menggambarkan secara terperinci kondisikondisi yang bertanggung jawab bagi muncul dan bertumbuhnya rintangan maupun
faktor-faktor pencerahan. Di sana Beliau menunjukkan bagaimana prinsip umum
kondisional juga dapat diterapkan pada penyebab psikologis tertentu dari belenggu dan
kebebasan. Kondisi-kondisi dari kedua jenis dijelaskan sebagai nutrisi (hra), sebuah
kata yang menggarisbawahi aspek kondisional yang bersifat asimilatif dan perlahanlahan sehubungan dengan kemunduran dan pengembangan batin. Pada 46:2 peran
nutrisi sehubungan dengan rintangan dan faktor-faktor pencerahan diumpamakan
dengan pemeliharaan jasmani. Di sini hanya sisi aktif dari nutrisi yang tampak. Sutta
berikutnya (46:51) melanjutkan dan menunjukkan penelantaran rintangan dan faktorfaktor pencerahan, yaitu, ukuran yang mencegahnya muncul dan berkembang. Yang
paling menonjol di antara semua makanan bagi seluruh lima rintangan adalah perhatian
yang lengah (ayoniso manasikra), dan yang paling menonjol di antara semua makanan
bagi seluruh tujuh faktor pencerahan adalah perhatian waspada (yoniso manasikra).
Peran perhatian sehubungan dengan rintangan dan faktor-faktor pencerahan juga
ditekankan pada 46:23, 24, dan 35.
Karena Bojjhagasa yutta tidak memasukkan paralel dari vagga dalam Maggasa yutta
yang mengidentifikasikan kondisi-kondisi bagi sang jalan, kita dapat menggabungkan
suatu gambaran dari kondisi-kondisi bagi faktor-faktor pencerahan dengan menyusun
sutta-sutta yang berserakan dalam koleksi ini. Perhatian waspada adalah pelopor bagi
faktor-faktor pencerahan dan juga kondisi internal terutama bagi kemunculannya
(46:13, 49). Tetapi persahabatan yang baik sama ampuhnya sebagai pelopor dan adalah
kondisi eksternal utama bagi kemunculannya (46:48, 50). Kondisi-kondisi lain yang
disebutkan adalah moralitas (46:11) dan ketekunan (46:31). Dalam suatu diskusi
dengan seorang pengembara, Sang Buddha mengatakan bahwa pengetahuan dan
kebebasan sejati adalah tujuan dari kehidupan suci. Ini dicapai dengan mengembangkan
tujuh faktor pencerahan, yang pada gilirannya memenuhi empat penegakan perhatian,
yang bergantung pada tiga jenis perbuatan baik (jasmani, ucapan, dan pikiran), yang
pada gilirannya bergantung pada pengendalian indria (46:6). Demikianlah kita di sini
melihat jejak versi lain dari kemunculan bergantungan transenden yang paralel dengan
rangkaian yang digambarkan pada 12:23.
Dua sutta memperlihatkan beberapa bhikkhu terkemuka yang sembuh dari penyakit
mereka ketika Sang Buddha membacakan faktor-faktor pencerahan di hadapan mereka,
dan yang ke tiga menunjukan Sang Buddha sendiri sembuh ketika seorang bhikkhu
membacakannya untuk Beliau (46:14-16). Demikianlah sutta-sutta ini sepertinya
mengandung
kekuatan
penyembuhan
mistis
dengan
pembacaan
faktor-faktor
pencerahan. Tentu saja, kekuatan penyembuhan tidak terletak dalam kata-kata dari teks
itu saja, tetapi memerlukan perhatian yang terkonsentrasi dari si pendengar. Di Sri
Lanka, ketiga sutta ini termasuk dalam Maha Pirit Pota, Buku Agung Perlindungan,
suatu
koleksi
paritta
atau
khotbah
perlindungan,
dan
para
bhikkhu
biasanya
Teks
lebih
menggabungkan
meditator
lanjut
alam
menyebutkan
surgawi
mengerahkan
lima
dan
bahwa
faktor-faktor
kekuatan
batin
kesempurnaan
dalam
pencerahan
memungkinkan
atas
persepsi,
ini
kemampuan
praktik
untuk
dalam
Vagga
VIII,
kita
menemukan
sepuluh
jenis
persepsi
yang
Vagga
IX-XVIII
menjelaskan
rangkaian
pengulangan
dari
faktor-faktor
pencerahan, tetapi kali ini faktor-faktor itu disederhanakan menjadi sedikit lebih banyak
dari syair hafalan. Dua versi tercatat lengkap, walaupun bentuknya diringkas: versi
berdasarkan pada keterasingan dan versi lenyapnya nafsu. Tetapi sutta terakhir
(46:184) menambahkan frasa kunci dari versi ke tiga dan ke empat (yang dengan frasa
dengan
Keabadian
sebagai
landasan
dan
miring
ke
arah
Nibbna
sebagai
Anguttara Nikaya
Etaka Nipata
1. Tidak Ada Bentuk Lain
Demikian telah saya dengar. Pada suatu ketika Sang Bhagava berdiam di Savatthi, di
Hutan Jeta, vihara Anathapindika.1 Di sana Sang Bhagava berkata kepada para bhikkhu
demikian: Para bhikkhu!
Bhante! jawab para bhikkhu itu. Sang Buddha berkata demikian:
Tak ada bentuk lain yang kuketahui, O para bhikkhu, yang sedemikian terus menerus
mengobsesi pikiran seorang pria seperti bentuk seorang wanita. Bentuk seorang wanita
terus menerus mengobsesi pikiran seorang pria.
Tak ada suara yang kuketahui, yang sedemikian terus menerus mengobsesi pikiran
seorang pria seperti suara seorang wanita Tidak ada bau lain yang kuketahui Tidak
ada cita rasa lain yang kuketahui2 Tidak ada sentuhan lain yang kuketahui, yang
sedemikian terus menerus mengobsesi pikiran seorang pria seperti sentuhan seorang
wanita. Sentuhan seorang wanita terus menerus mengobsesi pikiran seorang pria.
Tak ada bentuk lain yang kuketahui, O para bhikkhu, yang sedemikian terus menerus
mengobsesi pikiran wanita seperti bentuk seorang pria. Bentuk seorang pria terus
menerus mengobsesi pikiran seorang wanita.
Tak ada suara lain yang kuketahui, yang sedemikian terus menerus mengobsesi pikiran
seorang wanita seperti suara seorang pria Tidak ada bau lain yang kuketahui Tidak
ada cita rasa lain yang kuketahui Tidak ada sentuhan lain yang kuketahui, yang
sedemikian terus menerus mengobsesi pikiran seorang wanita seperti sentuhan seorang
pria. Sentuhan seorang pria terus menerus mengobsesi pikiran seorang wanita.
(I, i, 1-10)
2. Meninggalkan Penghalang-penghalang
Tak ada hal lain yang kuketahui, O para bhikkhu, yang oleh karena hal itu maka nafsunafsu indera yang tadinya belum muncul kemudian muncul dan nafsu-nafsu yang telah
muncul kemudian meningkat dan menjadi kuat sedemikian besar seperti yang
disebabkan oleh hal ini: suatu objek yang indah.3 Bagi orang yang secara tidak benar
memperhatikan suatu objek yang indah, nafsu indera yang tadinya belum muncul akan
muncul dan nafsu indera yang telah muncul akan meningkat dan menjadi kuat.4
Tak ada hal lain yang kuketahui, O para bhikkhu, yang oleh karena hal itu maka niat
jahat yang tadinya belum muncul kemudian muncul dan niat jahat yang telah muncul
kemudian meningkat dan menjadi kuat sedemikian besar seperti yang disebabkan oleh
hal
ini: suatu
objek
yang
menjijikkan.
Bagi
orang
yang
secara
tidak
benar
memperhatikan suatu objek yang menjijikkan, niat jahat yang tadinya belum muncul
akan muncul dan niat jahat yang telah muncul akan meningkat dan menjadi kuat.
Tak ada hal lain yang kuketahui, O para bhikkhu, yang oleh karena hal itu maka
kemalasan serta kelambanan yang tadinya belum muncul kemudian muncul dan
kemalasan serta kelambanan yang telah muncul kemudian meningkat dan bertambah
kuat sedemikian besar seperti yang disebabkan oleh hal ini: lesu, lamban, peregangan
tubuh yang malas-malasan, mengantuk setelah makan, kemalasan mental. Bagi orang
yang pikirannya malas, kemalasan serta kelambanan yang tadinya belum muncul akan
muncul dan kemalasan serta kelambanan yang telah muncul akan meningkat dan
menjadi kuat.
Tidak ada hal lain yang kuketahui, O para bhikkhu, yang oleh karena hal itu maka
kegelisahan serta kekhawatiran yang tadinya belum muncul kemudian muncul dan
kegelisahan serta kekhawatiran yang telah muncul kemudian meningkat dan menjadi
kuat sedemikian besar seperti yang disebabkan oleh hal ini: pikiran yang tidak tenang.
Bagi orang yang pikirannya tidak tenang, kegelisahan serta kekhawatiran yang tadinya
belum muncul akan muncul dan kegelisahan serta kekhawatiran yang telah muncul akan
meningkat dan menjadi kuat.
Tak ada hal lain yang kuketahui, O para bhikkhu, yang oleh karena hal itu maka
keraguan yang tadinya belum muncul kemudian muncul dan keraguan yang telah muncul
kemudian meningkat dan bertambah kuat sedemikian besar seperti yang disebabkan
oleh
hal
ini: perhatian
yang
tidak
benar.5Bagi
orang
yang
secara tidak
benar
memperhatikan segala sesuatu, keraguan yang tadinya belum muncul akan muncul dan
keraguan yang telah muncul akan meningkat dan menjadi kuat.
Tak ada hal lain yang kuketahui, O para bhikkhu, yang oleh karena hal itu maka nafsu
indera yang tadinya belum muncul tidak akan muncul dan nafsu indera yang telah
muncul kemudian ditinggalkan sedemikian besar seperti yang disebabkan oleh hal
ini: suatu objek yang menjijikkan.6 Bagi orang yang dengan benar memperhatikan objek
yang menjijikkan, maka nafsu indera yang tadinya belum muncul tidak akan muncul dan
nafsu indera yang telah muncul akan ditinggalkan.
Tak ada hal lain yang kuketahui, O para bhikkhu, yang oleh karena hal itu maka niat
jahat yang tadinya belum muncul tidak akan muncul dan niat jahat yang telah muncul
kemudian
ditinggalkan
sedemikian
besar
seperti
yang
disebabkan
oleh
hal
ini: pembebasan hati karena cinta kasih. Bagi orang yang dengan benar memperhatikan
7
pembebasan hati lewat cinta kasih, niat jahat yang tadinya belum muncul tidak akan
muncul dan niat jahat yang telah muncul akan ditinggalkan.
Tak ada hal lain yang kuketahui, O para bhikkhu, yang oleh karena hal itu maka
kemalasan serta kelambanan yang tadinya belum muncul tidak akan muncul dan
kemalasan serta kelambanan yang telah muncul kemudian ditinggalkan sedemikian
besar seperti yang disebabkan oleh hal ini: elemen kebangkitan, elemen ketekunan,
elemen usaha yang kuat.8 Bagi orang yang telah membangkitkan energi, kemalasan
serta kelambanan yang tadinya belum muncul tidak akan muncul dan kelambanan serta
kemalasan yang telah muncul akan ditinggalkan.
Tak ada hal lain yang kuketahui, O para bhikkhu, yang oleh karena hal itu maka
kegelisahan serta kekhawatiran yang tadinya belum muncul tidak akan muncul dan
kegelisahan serta kekhawatiran yang telah muncul kemudian ditinggalkan sedemikian
besar seperti yang disebabkan oleh hal ini:pikiran yang sudah tenang.9 Bagi orang yang
pikirannya sudah tenang, kegelisahan serta kekhawatiran yang tadinya belum muncul
tidak akan muncul dan kegelisahan serta kekhawatiran yang telah muncul akan
ditinggalkan.
Tak ada hal lain yang kuketahui, O para bhikkhu, yang oleh karena hal itu maka
keraguan yang tadinya belum muncul tidak akan muncul dan keraguan yang telah
muncul kemudian ditinggalkan sedemikian besar seperti yang disebabkan oleh hal
ini: perhatian yang benar.10 Bagi orang yang dengan benar memperhatikan segala
sesuatu, keraguan yang belum muncul tidak akan muncul dan keraguan yang telah
muncul akan ditinggalkan.
(I, ii, 1-10; pilihan)
3. Pikiran I
Tak ada hal lain yang kuketahui, O para bhikkhu, yang sangat sulit dikendalikan
seperti pikiran yang tidak berkembang.11 Pikiran yang belum berkembang sungguh
sangat sulit dikendalikan.
Tak ada hal lain yang kuketahui, O para bhikkhu, yang sangat mudah dikendalikan
seperti pikiran yang telah berkembang. Pikiran yang telah berkembang sungguh mudah
dikendalikan.
Tak ada hal lain yang kuketahui, O para bhikkhu, yang membawa sangat banyak
penderitaan sepertipikiran yang tidak berkembang dan tidak dilatih. Pikiran yang tidak
berkembang dan tidak dilatih sungguh membawa penderitaan.
Tidak ada hal lain yang kuketahui, O para bhikkhu, yang membawa sangat banyak
kebahagiaan seperti pikiran yang telah berkembang dan dilatih. Pikiran yang telah
berkembang dan dilatih sungguh membawa kebahagiaan.
(I, iii, 1-10; pilihan)
Tak ada hal lain yang kuketahui, O para bhikkhu, yang membawa sangat banyak
kerugian sepertipikiran yang tidak dijinakkan, tidak terjaga, tidak terlindungi dan tidak
terkendali. Pikiran semacam itu sungguh membawa banyak kerugian.
Tidak ada hal lain yang kuketahui, O para bhikkhu yang membawa sangat banyak
manfaat sepertipikiran yang telah dijinakkan, terjaga, terlindungi dan terkendalii. Pikiran
semacam itu sungguh membawa manfaat besar.
(I, iv, 1-10, pilihan)
4. Pikiran II
Tak ada hal lain yang kuketahui, O para bhikkhu, yang berubah sangat cepat
seperti pikiran. Tidaklah mudah memberikan perumpamaan betapa cepatnya pikiran
berubah.12
Pikiran ini, O para bhikkhu, sebenamya bersinar, tetapi ia dikotori oleh kekotorankekotoran batin yang datang secara tak terduga.13 Manusia duniawi yang belum belajar
tidak
memahami
hal
ini
sebagaimana
adanya;
sehingga
baginya
tidak
ada
perkembangan mental.
Pikiran ini, O para bhikkhu, bersinar, dan ia terbebas dari kekotoran-kekotoran batin
yang datang secara tak terduga. Para siswa agung yang telah belajar memahami hal ini
sebagaimana adanya; sehingga baginya ada perkembangan mental.
(I, vi, 1-2)
5. Cinta Kasih
Para
bhikkhu,
seandainya
saja
hanya
selama
sejentikan
jari
seorang
bhikkhu
Tak ada hal lain yang kuketahui, O para bhikkhu, yang sangat bertanggung jawab
menyebabkan keadaan-keadaan baik yang tadinya belum muncul kemudian muncul dan
keadaan tidak baik yang telah muncul kemudian memudar seperti halnya ketekunan. Di
dalam diri orang yang tekun, keadaan-keadaan baik yang tadinya belum muncul akan
muncul dan keadaan tidak baik yang telah muncul akan memudar.
(I, vi, 6-9)
7. Pencapaian Tertinggi
Tak banyak artinya, O para bhikkhu, hilangnya sanak keluarga, kekayaan, dan
kemasyhuran; hilangnya kebijaksanaan adalah kehilangan terbesar.
Tak banyak artinya, O para bhikkhu, bertambahnya sanak keluarga, kekayaan, dan
kemasyhuran; meningkatnya kebijaksanaan adalah pencapaian tertinggi:
Oleh karena itu, O para bhikkhu, kalian harus melatih diri demikian: Kami akan
berkembang dalam peningkatan kebijaksanaan. Demikianlah, O para bhikkhu, kalian
harus melatih diri.
(I, viii, 6-10)
8. Satu Orang
Para bhikkhu, ada satu orang yang kemunculannya di dunia ini adalah demi
kesejahteraan semua makhluk, demi kebahagiaan amat banyak makhluk, yang datang
karena kasih sayang kepada dunia, untuk kebaikan, kesejahteraan serta kebahagiaan
pada dewa dan manusia. Siapakah satu orang itu? Beliau adalah Sang Tathagata, Sang
Arahat, Yang Telah Sepenuhnya Tercerahkan. Inilah satu orang itu.17
Para bhikkhu, ada satu orang yang unik, yang muncul di dunia ini, tanpa teman, tanpa
pasangan, tidak dapat dibandingkan, tidak dapat disamakan, tidak dapat disetarakan,
tidak tertandingi, yang terbaik di antara manusia. Siapakah satu orang itu? Beliau adalah
Sang Tathagata, Sang Arahat, Yang Telah Sepenuhnya Tercerahkan. Inilah satu orang
itu.
Para bhikkhu, manifestasi satu orang merupakan manifestasi visi yang besar, sinar yang
agung, kecemerlangan yang luar biasa; manifestasi ini merupakan manifestasi enam hal
yang tiada bandingnya; realisasi empat pengetahuan analitis; penembusan berbagai
elemen, beragam elemen; manifestasi ini merupakan realisasi buah dari pengetahuan
dan pembebasan; realisasi dari buah-buah pemasuk-arus, yang-kembali-sekali-lagi,
yang-tidak-kembali-lagi, dan arahat.18 Siapakah satu orang itu? Beliau adalah Sang
Tathagata, Arahat, Yang Telah Sepenuhnya Tercerahkan. Inilah satu orang itu
(I, xiii; 1, 5, 6)
9. Tidak Mungkin
Adalah tidak mungkin dan tidak bisa, O para bhikkhu, bagi seseorang yang memiliki
pandangan benar untuk menganggap bentukan apapun sebagai kekal. 19 Namun mungkin
saja seorang manusia biasa yang tidak belajar akan menganggap suatu bentukan
sebagai kekal.
Adalah tidak mungkin dan tidak bisa, O para bhikkhu, bagi seseorang yang memiliki
pandangan benar untuk menganggap bentukan apapun sebagai sumber kebahagiaan.
Namun mungkin saja seorang manusia biasa yang tidak belajar akan menganggap suatu
bentukan sebagai sumber kebahagiaan.
Adalah tidak mungkin dan tidak bisa, O para bhikkhu, bagi seseorang yang memiliki
pandangan benar untuk mengganggap apapun sebagai diri. 20 Tetapi mungkin saja
seorang manusia biasa yang tidak belajar akan menganggap sesuatu sebagai diri.
(I, xv, 1-3)
10. Hanya Sedikit Makhluk-makhluk Itu
Para bhikkhu, sama halnya seperti di Jambudipa ini hanya sedikit jumlah taman, hutan
kecil, pemandangan alam, kolam teratai yang menyenangkan hati, sementara banyak
bukit dan lereng yang curam, sungai yang tak dapat diseberangi dan gunung terjal yang
tertutup semak dan duri, demikian juga hanya sedikit jumlah makhluk-makhluk yang
terlahir lagi di antara manusia, sementara banyak jumlah mereka yang terlahir lagi di
alam lain.21 Hanya sedikit jumlah mereka yang memiliki mata kebijaksanaan yang
agung, sementara banyak yang bingung dan terbenam di dalam ketidaktahuan. Hanya
sedikit jumlah mereka yang dapat melihat Tathagata, mendengarkan Dhamma dan
Disiplin Beliau, sementara banyak jumlah mereka yang gagal memperoleh kesempatan
ini. Hanya sedikit jumlah mereka yang memahami arti Dhamma dan berlatih sesuai
Dhamma, sementara banyak yang gagal melakukannya. Hanya sedikit jumlah mereka
yang tergugah oleh hal-hal yang memang menggugah, sementara banyak yang tidak
tergugah demikian. Hanya sedikit jumlah mereka yang berusaha dengan benar
sementara banyak yang berusaha dengan tidak benar. Hanya sedikit jumlah mereka
yang memperoleh konsentrasi yang mengambil pelepasan sebagai objeknya, sementara
banyak yang gagal memperoleh konsentrasi semacam itu. 22 Hanya sedikit jumlah
mereka yang memperoleh cita rasa makanan yang lezat, sementara banyak yang tidak
memperoleh makanan semacam itu melainkan harus makan sisa-sisa di dalam
mangkuk. Hanya sedikit jumlah mereka yang memperoleh cita rasa tujuan, cita rasa
Dhamma, cita rasa pembebasan, sementara banyak yang tidak memperoleh cita rasa
semacam itu. Oleh karena itu, O para bhikkhu, kalian harus melatih :diri demikian:
Kami
akan
pembebasan.
memperoleh
23
cita
rasa
tujuan;
cita
rasa
Dhamma,
cita
rasa
mencakupkan
semua
keadaan
yang
baik,
yang
merupakan
bagian
dari
24
Satu hal, O para bhikkhu, yang jika dikembangkan dan dilatih, akan menuju pada rasa
kemendesakan yang kuat, menuju pada manfaat; menuju pada keselamatan yang besar,
yang bebas dari keterikatan; menuju pada kewaspadaan dan pemahaman yang jernih;
pada pencapaian visi dan pengetahuan; pada kediaman yang menyenangkan langsung di
dalam kehidupan ini juga; pada realisasi buah pengetahuan dan pernbebasan. Apakah
satu hal itu? Itulah kewaspadaan yang ditujukan pada tubuh
Jika satu hal, O para bhikkhu, dikembangkan dan dilatih, maka tubuh ini akan menjadi
tenang, pikiran akan menjadi tenang, buah buah pikir yang berkesinambungan akan
menjadi diam, dan semua keadaan yang merupakan bagian dari pengetahuan tertinggi
akan mencapai puncak pengembangannya. Apakah satu hal itu? Itulah kewaspadaan
yang ditujukan pada tubuh
Jika satu hal, O para bhikkhu, dikembangkan dan dilatih, maka kebodohan batin akan
lenyap, pengetahuan tertinggi akan muncul, kebodohan batin mengenai diri akan
terlepas, kecenderungan yang mendorong
dibuang.25 Apakah satu hal itu? Itulahkewaspadaan yang ditujukan pada tubuh.
(ii)
Mereka tidak mengambil bagian dalam Tanpa-Kematian bila tidak mengambil bagian
dalam kewaspadaan yang ditujukan pada tubuh. Mereka mengambil bagian dalam
Tanpa-Kematian bila mengambil bagian dalam kewaspadaan yang ditujukan pada tubuh.
Tanpa-Kematian tidak ditemukan oleh mereka yang telah kehilangan kewaspadaan yang
ditujukan pada tubuh. Tanpa-Kematian dapat ditemukan oleh mereka yang tidak
kehilangan kewaspadaan yang ditujukan pada tubuh.
Mereka akan gagal mencapai Tanpa-Kematian bila gagal dalam kewaspadaan yang dituju
kepada tubuh. Mereka memperoleh Tanpa-Kematian bila memperoleh kewaspadaan yang
ditujukan pada tubuh.
Mereka mengabaikan pencarian Tanpa-Kematian bila mengabaikan kewaspadaan yang
ditujukan pada tubuh. Mereka tidak mengabaikan pencarian Tanpa-Kematian bila tidak
mengabaikan kewaspadaan yang ditujukan pada tubuh.
Mereka melupakan Tanpa-Kematian bila melupakan kewaspadaan yang ditujukan pada
tubuh. Mereka tidak melupakan Tanpa-Kematian bila tidak melupakan kewaspadaan
yang ditujukan pada tubuh.
Mereka tidak berkembang dalam pencarian Tanpa-Kematian bila tidak mengembangkan
kewaspadaan yang ditujukan pada tubuh. Mereka berkembang dalam pencarian TanpaKematian bila berkembang dalam kewaspadaan yang ditujukan pada tubuh.
Mereka belum memahami Tanpa-Kematian bila belum memahami kewaspadaan yang
ditujukan pada tubuh. Mereka telah memahami Tanpa-Kematian bila telah memahami
kewaspadaan yang ditujukan pada tubuh.
Mereka belum merealisasikan Tanpa-Kematian bila belum merealisasikan kewaspadaan
yang ditujukan pada tubuh. Mereka telah merealisasikan Tanpa-Kematian bila telah
merealisasikan kewaspadaan yang ditujukan pada tubuh.
(I, xxi; pilihan)
Catatan
1
Ini adalah vihara yang dibangun oleh perumah tangga kaya, Anathapindika, penopang
awam utama Sang Buddha, di suatu hutan yang dibelinya dari Pangeran Jeta. Vihara itu
menjadi tempat tinggal utama Sang Buddha. Di sana Beliau melewatkan banyak masa
vassa dan menyampaikan banyak khotbah.
AA memberikan, sebagai contoh, rasa bibir dan air liur ketika berciuman, dan cita rasa
Lima kekotoran batin yang harus dibahas di sini adalah lima rintangan; lihat
Pendahuluan, hal. 47, dan Teks 111; untuk pilihan teks-teks yang lebih rinci, lihat
Nyanaponika (1961). Suatu objek yang indah (subhanimitta, atau tanda keindahan)
merupakan suatu objek indera yang menggoda secara sensual terutama objek yang
membangkitkan nafsu seksual. Teks ini dijelaskan oleh Teks 37 di bawah.
4
AA
mengutip
definisi
perhatian
yang
tidak
benar
(ayoniso
manasikara)
dari
Abhidhamma (Vibh 373, 936): Di situ, apakah perhatian yang tidak benar itu? Ada
perhatian yang tidak benar demikian, Di dalam yang tidak kekal ada kekekalan Di
dalam rasa sakit ada kesenangan Di dalam apa yang tanpa diri ada suatu diri Di
dalam hal yang menjijikkan ada keindahan; atau, pembelokan pikiran, pembelokan yang
diulang-ulang, kognisi yang diulang-ulang, penyimakan yang diulang-ulang, perhatian
yang berulang-ulang pada apa yang berlawanan dengan kebenaran. Inilah yang disebut
perhatian tidak benar (terjemahan mengikuti Ashin Thittila, dengan sedikit perubahan).
Walaupun perhatian yang tidak benar disebutkan persis di bawahnya sebagai penyebab
utama untuk keraguan, di tempat lain ini dikatakan menyebabkan munculnya seluruh
lima rintangan. Lihat SN 46:2, 46:51.
5
Di dalam Teks 37, perhatian yang tidak benar dikutip sebagai penyebab penentu untuk
menguak sifat tubuh yang secara hakiki sebenarnya tidak menarik. Kitab-kitab komentar
menyebutkan sepuluh jenis mayat, dalam tahap-tahap kelapukan yang berbeda (lihat
Vism Bab VI). Tetapi di dalam Nikaya-nikaya, objek utama dari meditasi mengenai sifat
yang menjijikkan adalah 31 bagian tubuh (ditingkatkan menjadi 32 di dalam literatur
belakangan, dengan otak sebagai tambahannya). Lihat perlakuan persepsi sifat
menjijikkan dalam Teks 142 dan 196. Agar benar-benar efektif sebagai penangkal
melawan nafsu, AA berpendapat perenungan sifat menjijikkan harus dikembangkan
sampai tingkat jhana pertama.
7
kebahagiaan
semua
makhluk
hidup.
Ini
disebut
pembebasan
pikiran
jika
dikembangkan sampai tingkat jhana, karena faktor ini secara efektif membebaskan
pikiran dari keadaan-keadaan menekan, seperti misalnya niat jahat, kemarahan dan
kebencian.
AA menjelaskan ini sebagai suatu pikiran yang dijinakkan lewat jhana atau lewat
pandangan terang.
10
Perhatian yang benar (yoniso manasikara) merupakan perhatian terhadap yang tidak
kekal sebagai yang tidak kekal, apa yang merupakan penderitaan sebagai penderitaan,
yang tanpa-diri sebagai tanpa-diri, dan yang menjijikkan sebagai yang menjijikkan.
Dalam Teks 37 hal itu disebutkan sebagai penyebab utama untuk tidak munculnya
kebodohan batin yang belum muncul dan untuk lenyapnya kebodohan batin yang telah
muncul.
11
Tidak berkembang (abhavitam). AA: pikiran yang tidak tumbuh, tidak maju dalam
AA menjelaskan hal ini dengan pengertian bahwa pikiran (yaitu momen kesadaran)
muncul dan lenyap dengan sangat cepat. Tetapi ungkapan yang sama digunakan di
tempat lain dalam kitab suci, dengan konteks yang menyiratkan bahwa artinya adalah
kerapuhan pikiran yang cepat berubah dalam hal niat dan kesukaan. Lihat misalnya Vin I
150, di mana Sang Buddha mengizinkan seorang bhikkhu untuk menghentikan masa
vassanya sebelum waktunya ketika dia sedang digoda oleh seorang wanita yang
menggiurkan karena pikiran dikatakan cepat berubah.
13
tidak memiliki pengetahuan Dhamma yang memadai dan tidak cukup berlatih di dalam
praktek Dhamma.
14
Karena para bhikkhu dan bhikkhuni bergantung atas kedermawanan perumah tangga
sebagai penopang, mereka harus membuat diri mereka pantas menerima persembahan
dengan cara mengerahkan usaha untuk pengembangan pikiran. AA membedakan empat
kemungkinan bagi cara para bhikkhu memanfaatkan persembahan yang mereka terima:
(i) seorang bhikkhu yang tidak bermoral akan menggunakannya seperti seorang pencuri;
(ii) seorang manusia biasa yang luhur namun tanpa perenungan akan menggunakannya
seperti seorang yang berhutang; (iii) seorang yang berlatih (yang berada pada tiga
tahap kesucian yang lebih rendah) menggunakannya sebagai warisan; (iv) arahat
menggunakannya sebagai pemilik yang pantas.
15
dalam mengejar pemurnian diri. Sering dijelaskan sebagai kurangnya kewaspadaan dan
energi dalam mengembangkan sifat-sifat yang bajik. Untuk definisi formalnya, lihat Vibh
350 (846). Lawannya adalah appamada, ketekunan, kehati-hatian atau ketulusan,
kadang kadang didefinisikan sebagai keteguhan kewaspadaan. Untuk perbedaan
keduanya, lihat Dhp 21-32, dan untuk pujian terhadap ketekunan, lihat Teks 186.
17
Tathagata adalah nama atau ungkapan yang digunakan Sang Buddha ketika berbicara
18
Mengenai enam
pengetahuan
hal
yang
tidak
analitis(patisambhida)
terlampaui (anuttariya)
merupakan
empat
lihat
Teks
120. Empat
jenis pengetahuan
khusus
mengenai arti, doktrin dan rumusan bahasa Dhamma, dan cara untuk menggunakan
pengetahuan ini dalam membabarkan Dhamma kepada yang lain. Elemen (dhatu) yang
dimaksud di sini khususnya adalah delapan belas elemen (enam kemampuan indera,
enam objek indera, dan enam jenis kesadaran yang berhubungan). Untuk kelompokkelompok elemen lain, lihat MN 115, MN 140 dan SN Bab 14. Empat buah sotapanna, dll.
merupakan empat tahap kesucian. Untuk hal ini lihat Pendahuluan, hal. 38.
19
arus atau orang pada tahap kesucian yang lebih tinggi. Sankhara bentukan
mencakup segala sesuatu yang dihasilkan oleh kondisi.
20
Di bacaan ini sankhara digantikan oleh dhamma, yang mencakup semua gejala
apapun, tak peduli apakah terkondisi atau tidak terkondisi. Istilah ini umumnya dianggap
dapat diterapkan untuk elemen yang tidak berkondisi (asankhata-dhatu), Nibbana. Jadi,
walaupun Nibbana, sebagai yang tidak dapat hancur dan merupakan kebahagiaan
tertinggi, bukanlah tidak permanen atau penderitaan, namun tidak bisa diidentifikasikan
sebagai suatu diri. Lihat Dhp 277-79.
21
acuannya pada lima alam kelahiran kembali, bahwa mereka yang terlahir lagi sebagai
dewa atau manusia adalah sedikit, sementara mereka yang terlahir di alam neraka, alam
binatang dan lingkup setan adalah banyak jumlahnya.
22
AA: cita rasa tujuan (attharasa) merupakan empat buah petapaan; cita rasa
Kewaspadaan yang ditujukan pada tubuh (kayagata-sati) terdiri dari seluruh empat
belas latihan yang dijelaskan di bacaan tentang perenungan tubuh di Kayagata-sati Sutta
(MN 119) dan Satipatthana Sutta (DN 22, MN 10): kewaspadaan akan nafas, perhatian
pada postur tubuh, pemahaman jernih mengenai aktivitas, perenungan tentang sifat
menjijikkan (dari 31 bagian tubuh), analisa ke dalam empat elemen, dan sembilan
perenungan kuburan (mengenai mayat-mayat yang membusuk). Penekanan besar yang
diberikan pada perenungan mengenai tubuh itu berasal dari fakta bahwa pemahaman
meditatif mengenai sifat tidak kekal, menyakitkan dan tanpa-diri dari proses tubuh
membentuk landasan yang tidak dapat digantikan bagi pemahaman proses mental yang
berhubungan; dan hanya pemahaman tentang dua hal inilah yang akan membawa pada
pandangan terang yang membebaskan dan pada jalan mulia itu.
25
Mengenai
sepuluh
belenggu,
lihat
Bab
III,
nomor
65-67.
Kecenderungan-
dalam
di
pikiran
melalui
kebiasaan-kebiasaan
lampau:
nafsu
sensual,
batin.
Pandangan-pandangan
dan
keraguan
dihilangkan
pada
tahap
Oleh karena itu, O para bhikkhu, kalian harus melatih diri kalian demikian: Tanpa henti
aku akan berjuang dan bertekad: Biarlah hanya kulit, otot dan tulangku yang tersisa;
biarlah darah dan daging di tubuhku mengering, namun aku tetap tidak akan
mengendurkan energi sampai aku berhasil mencapai apapun yang dapat dimenangkan
oleh kekuatan manusia, energi manusia, usaha manusia! Demikianlah kalian harus
melatih diri.
(II, i, 5)
13. Tinggalkanlah Kejahatan
Tinggalkanlah kejahatan, O para bhikkhu! Para bhikkhu, manusia dapat meninggalkan
kejahatan. Seandainya saja manusia tidak mungkin meninggalkan kejahatan, aku tidak
akan menyuruh kalian melakukannya. Tetapi karena hal itu dapat dilakukan maka
kukatakan, Tinggalkanlah kejahatan!
Seandainya saja meninggalkan kejahatan ini akan membawa kerugian dan penderitaan,
aku tidak akan menyuruh kalian meninggalkan kejahatan. Tetapi karena meninggalkan
kejahatan membawa kesejahteraan dan kebahagiaan, maka kukatakan Tinggalkanlah
kejahatan!
Kembangkanlah
kebaikan,
para
bhikkhu!
Para
bhikkhu,
manusia
dapat
dua
hal,
para
bhikkhu,
yang
merupakan
bagian
dari
pengetahuan
bodoh
batinnya,
membiasakan
dan
mengukuhkan
mereka
di
dalam
kebijaksanaan orang seperti itu, O para bhikkhu, telah berbuat cukup untuk ibu dan
ayahnya: dia telah membalas budi mereka dan lebih dari membalas budi atas apa yang
telah mereka lakukan.
(II, iv, 2)
16. Penyebab-penyebab Konflik
Demikian yang telah saya dengar. Pada suatu ketika YM Mahakaccana sedang berdiam di
Varana di tepi Danau Lumpur.8 Pada saat itu brahmana Aramadanda mendekati YM
Mahakaccana dan bertukar salam dengannya. Setelah selesai bertukar salam dan
bertegur sapa, dia duduk di satu sisi dan bertanya kepada YM Mahakaccana:
Apakah penyebab dan alasannya, Guru Kaccana, sehingga bangsawan berselisih dengan
bangsawan, brahmana dengan brahmana, dan perumah tangga dengan perumah
tangga?
Wahai brahmana, karena nafsu akan kesenangan indera, karena kemelekatan, ikatan,
keserakahan, obsesi dan mengukuhi kesenangan-kesenangan indera maka bangsawan
berselisih dengan bangsawan, brahmana dengan brahmana, perumah tangga dengan
perumah tangga.
Tetapi, Guru Kaccana, apakah penyebab dan alasannya sehingga petapa berselisih
dengan petapa?
Brahmana,
karena
nafsu
terhadap
pandangan,
karena
kemelekatan,
ikatan,
kemelekatan
pada
kesenangan
indera
serta
nafsu
dan
kemelekatan
pada
pandangan?
Ada, brahmana.
Siapakah orang itu, Guru Kaccana?
Di antara negara-negara timur, ada sebuah kota bernama Savatthi. Di sana berdiam
Yang Terberkati, Sang Arahat, Yang Telah Sepenuhnya Tercerahkan. Brahmana, Beliaulah yang telah mengatasi nafsu dan kemelekatan pada kesenangan indera serta nafsu
dan kemelekatan pada pandangan.9
inspirasi
ini
tiga
kali:
Hormatku kepada Yang Terberkati, Sang Arahat, Yang Telah Sepenuhnya Tercerahkan!
Hormatku kepada Yang Terberkati, Sang Arahat, Yang Telah Sepenuhnya Tercerahkan!
Hormatku kepada Yang Terberkati, Sang Arahat, Yang Telah Sepenuhnya Tercerahkan,
yang telah mengatasi nafsu dan kemelekatan pada kesenangan indera serta nafsu dan
kemelekatan pada pandangan.
Luar biasa, Guru Kaccana! Luar Biasa, Guru Kaccana! Sama seperti orang yang
menegakkan apa yang terbalik, atau menguak apa yang tadinya tersembunyi, atau
menunjukkan jalan bagi yang tersesat, atau membawa lampu di dalam kegelapan
sehingga mereka yang memiliki mata dapat melihat bentuk. Demikian pula Dhamma
telah dibabarkan dengan berbagai cara oleh Guru Kaccana. Sekarang saya pergi untuk
berlindung pada Guru Gotama, pada Dhamma, dan pada Sangha para bhikkhu. Biarlah
Guru Kaccana menerima saya sebagai pengikut awam yang telah pergi berlindung sejak
hari ini sampai akhir hidup saya.10
(II, iv, 6)
17. Dua Macam Kebahagiaan
Ada dua macam kebahagiaan, O para bhikkhu. Kebahagiaan kehidupan rumah tangga
dan kebahagiaan kehidupan bhikkhu. Tetapi kebahagiaan kehidupan bhikkhu adalah
yang lebih tinggi dari antara keduanya.
Kebahagiaan indera dan kebahagiaan meninggalkan kehidupan duniawi. Tetapi
kebahagiaan meninggalkan kehidupan duniawi adalah yang lebih tinggi dari antara
keduanya.
Kebahagiaan yang ternoda dan kebahagiaan yang tak ternoda.
11
Tetapi kebahagiaan
Kebahagiaan
yang
berkenaan
dengan
seks
dan
kebahagiaan
tanpa-seks
Di sini Sang Buddha mengacu pada saat Beliau masih seorang Bodhisatta yang
Teks ini menyatakan, dengan kata-kata sederhana yang mudah diingat, potensi
manusia untuk mencapai apa yang baik. Dengan demikian gugurlah keabsahan tuduhan
umum bahwa Buddhisme bersifat pesimis. Tetapi karena manusia, seperti yang kita
ketahui dengan baik, juga memiliki potensi kuat untuk perbuatan jahat, tidak banyak
alasan untuk optimisme yang keterlaluan. Yang mana dari potensi kita untuk yang baik
atau
jahat
menjadi aktual,
bergantung
pada
pilihan
kita
sendiri.
Apa
pertumbuhan
bertumbuhnya
kedua
kewaspadaan
sifat
ini,
dan
maka
kebijaksanaan.
Dan
kekuatan-kekuatan
bersama
yang
dengan
tampaknya
mengondisikan dan bahkan memaksa pilihan kita untuk menuju ke arah yang salah
akan menjadi lemah. Sungguh ini merupakan suatu jaminan Sang Buddha yang berani
dan menggembirakan benar-benar suatu raungan singa ketika Beliau berkata, dalam
arti yang amat luas dan dalam, bahwa kebaikan dapat dicapai dan kejahatan dapat
ditaklukkan.
3
(vijja). Ini bisa mengacu pada tiga pengetahuan sejati (tevijja), yang sering disebutkan
di dalam khotbah-khotbah: (1) pengetahuan mengenai ingatan terhadap kelahiran
terdahulu; (2) pengetahuan mengenai meninggalnya para makhluk dan kelahiran
kembali
mereka;
dan
(3)
pengetahuan
mengenai
hancurnya
noda-noda,
yaitu
pencapaian arahat; atau ini bisa juga mengacu pada pembagian berunsur delapan: (1)
pengetahuan pandangan terang (vipassana-ana), (2) kekuatan untuk menciptakan
tubuh yang dibentuk oleh pikiran (manomaya iddhi), (3)-(8) enam pengetahuan
langsung (abhia). Untuk yang terakhir (yang mencakup tiga pengetahuan sejati), lihat
Teks 41.
4
keadaan-keadaaan yang luar biasa tenang dan damai; pandangan terang (vipassana),
menurut AA adalah pengetahuan yang memahami bentukan-bentukan (sankharapariggahaka-ana) sebagai tidak kekal, penderitaan, dan tanpa diri.
5
Ketika
ketenangan
dikembangkan
secara
terpisah
dari
pandangan
terang,
ia
menimbulkan penekanan terhadap lima rintangan (yang pertama adalah nafsu indera),
dan memunculkan pikiran yang lebih tinggi dari jhana, yang memiliki ciri tidak adanya
nafsu. Tetapi setelah ketenangan sudah dikembangkan bersama dengan pandangan
terang maka ia dapat memunculkan jalan mulia, yang menghapus kecenderungan nafsu
indera yang mendasari (melalui jalan Yang-Tidak-Kembali-Lagi) dan kemelekatan
terhadap dumadi (melalui jalan Arahat). AA menginterpretasikan ketenangan di sini
dalam arti kedua agaknya karena kalimat terakhir dari sutta dan menjelaskan:
Pikiran menjadi berkembang menuju kesadaran-sang-jalan (magga-citta). Nafsu (raga)
menjadi ditinggalkan karena ini berlawanan (tidak sesuai) dengan kesadaran-sang-jalan,
dan jalan itu tidak sesuai dengan nafsu. Pada suatu momen nafsu, tidak ada kesadaransang-jalan; dan pada momen sang jalan, tidak ada nafsu. Ketika nafsu muncul, ia
menghalangi munculnya momen-sang-jalan, memotong di dasarnya; tetapi ketika sang
jalan muncul, ia mencabut akar nafsu dan menghapusnya.
6
AA:
Ini
merupakan
kebijaksanaan
sang
jalan
(magga-paa)
yang
menjadi
Tingkat Arahat sering dilukiskan sebagai pembebasan pikiran yang tanpa noda,
Mahakaccana adalah salah satu siswa arahat Sang Buddha yang paling menonjol, yang
dianggap paling hebat dalam kemampuannya menjelaskan secara terperinci cetusancetusan ringkas Sang Guru.
Sebagai Arahat, Mahakaccana mungkin telah mengajukan diri sebagai contoh dari
Ini merupakan rumusan kitab yang ada tentang pergi untuk berlindung, tindakan
awal bagi orang yang menjadi pengikut Sang Buddha. Biasanya, pernyataan ini dibuat di
hadapan Sang Buddha sendiri sebagai saksinya, seperti di Teks 34 di bawah.
11
Sasavanca sukham anasavaca sukham. Hal ini mengacu pada tiga noda: nafsu
indera, nafsu terhadap kehidupan, dan kebodohan batin. Lihat Teks 131 4. Orang yang
nodanya telah dihancurkan (khinasava) adalah seorang arahat.
KHUDDAKKA NIKAYA
KHANDAKA PATHA
"Wacana tentang berkah" (Mangala Sutta)
Demikianlah yang saya dengar:
Pada suatu ketika Sang Bhagava menetap di dekat Savatthi, di hutan Jeta di Vihara
Anathapindika, ketika malam menjelang pagi, seorang dewa dengan cahaya yang
cemerlang
menerangi
seluruh
hutan
Jeta
menghampiri
Sang
Bhagava.
Setelah
menghormati Beliau, lalu berdiri di satu sisi. Sambil berdiri di satu sisi, dewata itu
berkata kepada Sang Bhagava dalam syair:
Banyak
dewa
dan
manusia
berselisih
paham
tentang
berkah
di
tempat
yang
sesuai,
berkat
kebajikan-kebajikan
hidup
yang
lampau,
meununtun diri kearah yang benar, itulah berkah utama. Memiliki pengetahuan dan
ketrampilan, terlatih baik dalam tata susila, ramah tamah dalam ucapan, itulah berkah
utama. Membantu ayah dan ibu, menyokong anak dan istri, bekerja bebas dari
pertentangan, itulah berkah utama. Dermawan, hidup sesuai dengan Dhamma,menolong
sanak keluarga, bekerja tanpa cela, itulah berkah utama. Menjauhi, tidak melakukan
kejahatan, menghindari minuman keras, mendengarkan Dhamma pada saat yang tepat
itulah berkah utama. Selalu hormat dan rendah hati, merasa puas dan berterima kasih,
mendengarkan Dhamma pada saat yang sesuai, itulah berkah utama. Bersemangat,
menjalankan hidup suci, menembus Empat Kesunyataan Mulia, serta mencapai Nibbana,
itulah berkah utama. Karena dengan mengusahakan hal-hal itu, manusia tidak
terkalahkan dimanapun juga, serta berjalan aman kemana juga, itulah berkah utama.
"Wacana tentang Cinta kasih " (Metta Sutta)
METTA SUTTA
Cinta Kasih
Pujian terhadap cinta kasih dan niat baik terhadap semua makhluk
1.
2.
Merasa puas, mudah disokong, sedikit tugasnya, sederhana hidupnya, tenang inderanya,
berhati-hati, tidak kurang ajar, tidak dengan tamak melekat pada keluarga-keluarga.
3.
Tidak melakukan apa pun yang dicela oleh para bijaksana. Semoga semua makhluk
bahagia dan damai. Semoga hati mereka penuh kebajikan!
4-5.
Makhluk hidup apapun juga yang ada: yang lemah atau kuat, tinggi, gemuk atau sedang,
pendek, kecil atau besar, tanpa kecuali; yang terlihat atau tidak terlihat, yang tinggal
jauh maupun dekat, yang sudah lahir atau pun yang akan lahir, semoga semua makhluk
bahagia!
6.
Jangan menipu orang lain, atau menghina siapa saja di manapun juga. Janganlah karena
marah atau berniat jahat mengharap orang lain celaka.
7.
Bagaikan
seorang
mengorbankan
ibu
mau
kehidupannya
melindungi
sendiri,
anaknya
yang
demikian
pula
tunggal
dengan
hendaklah
dia
9.
Apakah sedang berdiri, berjalan, duduk atau pun berbaring, selama masih
terjaga, dia harus mengembangkan perhatian-kewaspadaan ini. Inilah yang
dikatakan hidup termulia di sini.
10.
CARIYAPITAKA
Berisikan :
telah
sampai
kepada
kita.
Horner
menunjukkan
bahwa
kedua
ketiga
kesempurnaan adalah "tersirat dalam koleksi," dirujuk dalam kedua judul cerita dan
konteks.