Anda di halaman 1dari 20

Mūlapariyāya

Vagga
Oleh;
Edi Priyono, M.Pd.B
Akar Segala Sesuatu (Mūlapariyāya)
Segala noda (Sabbāsava)
Pewaris dalam Dhamma (Dhammadāyāda)
Kekhawatiran dan Ketakutan (Bhayabherava)
Tanpa Noda (Anaṅgaṇa)
Jika Seorang Bhikkhu Menghendaki
(Ākaṅkheyya)
Perumpamaan Kain (Vatthūpama [Vattha])
Penghapusan (Sallekha)
Pandangan Benar (Sammādiṭṭhi)
Landasan-Landasan Perhatian (Satipaṭṭhāna)
Sang Bhagavā sedang menetap
di Ukkaṭṭhā di Hutan Subhaga di
bawah pohon sāla besar
“Para bhikkhu, Aku akan
mengajarkan sebuah khotbah
kepada kalian tentang akar dari
segala sesuatu.

“Di sini, para bhikkhu, seorang biasa


yang tidak terpelajar, yang tidak
menghargai para mulia dan tidak
terampil dan tidak disiplin dalam
Dhamma mereka, yang tidak menghargai
manusia sejati dan tidak terampil dan
tidak disiplin dalam Dhamma mereka,
memahami tanah sebagai tanah.
“Ia memahami air sebagai air. Setelah memahami air
sebagai air, ia menganggap dirinya sebagai air, ia
menganggap dirinya dalam air, ia menganggap dirinya
terpisah dari air, ia menganggap air sebagai ‘milikku,’ ia
bersenang dalam air. Mengapakah? Karena ia belum
sepenuhnya memahaminya, Aku katakan.
“Ia memahami api sebagai api. Setelah memahami api
sebagai api, ia menganggap dirinya sebagai api, ia
menganggap dirinya dalam api, ia menganggap dirinya
terpisah dari api, ia menganggap api sebagai ‘milikku,’ ia
bersenang dalam api. Mengapakah? Karena ia belum
sepenuhnya memahaminya, Aku katakan.
Siswa Dalam Latihan
Yang Lebih Tinggi

“Para bhikkhu, seorang bhikkhu yang sedang dalam


latihan yang lebih tinggi, yang pikirannya masih belum
mencapai tujuan, dan yang masih bercita-cita untuk
mencapai keamanan tertinggi dari belenggu, secara
langsung mengetahui tanah sebagai tanah. Setelah
secara langsung mengetahui tanah sebagai tanah, ia
seharusnya tidak menganggap dirinya sebagai tanah,
ia seharusnya tidak menganggap dirinya dalam tanah,
ia seharusnya tidak menganggap dirinya terpisah dari
tanah, ia seharusnya tidak menganggap tanah sebagai
‘milikku,’ ia seharusnya tidak bersenang dalam tanah.
Kasus

Setelah secara langsung mengetahui tanah


sebagai tanah, ia seharusnya tidak
menganggap dirinya sebagai tanah, ia
seharusnya tidak menganggap dirinya dalam
tanah, ia seharusnya tidak menganggap dirinya
terpisah dari tanah, ia seharusnya tidak
menganggap tanah sebagai ‘milikku,’ ia
seharusnya tidak bersenang dalam tanah.
Mengapakah? Agar ia dapat memahaminya
sepenuhnya
Arahant
“Para bhikkhu, seorang bhikkhu yang adalah
seorang Arahant dengan noda-noda telah
dihancurkan, yang telah menjalani kehidupan
suci, telah melakukan apa yang harus
dilakukan, telah menurunkan beban, telah
mencapai tujuannya, telah menghancurkan
belenggu-belenggu penjelmaan, dan
sepenuhnya terbebas melalui pengetahuan
akhir, ia juga secara langsung mengetahui
tanah sebagai tanah.
Arahant … sepenuhnya terbebas melalui pengetahuan
akhir, ia juga secara langsung mengetahui tanah
sebagai tanah. Setelah secara langsung mengetahui
tanah sebagai tanah, ia tidak menganggap dirinya
sebagai tanah, ia tidak menganggap dirinya dalam
tanah, ia tidak menganggap dirinya terpisah dari tanah,
ia tidak menganggap tanah sebagai ‘milikku,’ ia tidak
bersenang dalam tanah.
Tathāgata

Beliau telah memahami bahwa kesenangan adalah


akar penderitaan, dan bahwa dengan penjelmaan
sebagai kondisi maka ada kelahiran, dan bahwa
dengan apapun yang terlahir itu, maka ada penuaan
dan kematian. Oleh karena itu, para bhikkhu, melalui
kehancuran, peluruhan, pelenyapan, penghentian,
dan pelepasan ketagihan sepenuhnya, Sang
Tathāgata telah tercerahkan hingga pencerahan
sempurna yang tertinggi
Segala noda Sabbāsava (MN 2)

Sang Bhagavā sedang menetap di Sāvatthī di


Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika.
Mengajarkan kepada kalian sebuah khotbah tentang
pengendalian segala noda
Hancurnya noda-noda adalah untuk seorang yang
mengetahui dan melihat, bukan untuk seorang yang
tidak mengetahui dan tidak melihat.
Yang mengetahui dan melihat apakah? Perhatian
bijaksana dan perhatian tidak bijaksana.
Noda-Noda Yang Harus Ditinggalkan Dengan Melihat

Seorang biasa yang tidak terpelajar, yang


tidak menghargai para mulia dan tidak
terampil dan tidak disiplin dalam Dhamma
mereka, yang tidak menghargai manusia
sejati dan tidak terampil dan tidak disiplin
dalam Dhamma mereka, tidak memahami
hal-hal apa yang layak diperhatikan dan
hal-hal apa yang tidak layak diperhatikan.
Hal-hal yang tidak layak untuk diperhatikan yang ia perhatikan?

Hal yang ketika ia memperhatikannya, maka noda-


noda keinginan indria yang belum muncul menjadi
muncul dalam dirinya dan noda-noda keinginan indria
yang telah muncul menjadi bertambah, noda-noda
penjelmaan yang belum muncul menjadi muncul dalam
dirinya dan noda-noda penjelmaan yang telah muncul
menjadi bertambah, noda-noda ketidak-tahuan yang
belum muncul menjadi muncul dalam dirinya, dan
noda-noda ketidak-tahuan yang telah muncul menjadi
bertambah.
Hal yang layak untuk diperhatikan yang tidak ia perhatikan
hal yang ketika ia memperhatikannya, maka noda-noda
keinginan indria yang belum muncul tidak menjadi
muncul dalam dirinya dan noda-noda keinginan indria
yang telah muncul ditinggalkan, noda-noda penjelmaan
yang belum muncul tidak menjadi muncul dalam dirinya
dan noda-noda penjelmaan yang telah muncul
ditinggalkan, noda-noda ketidak-tahuan yang belum
muncul tidak menjadi muncul dalam dirinya, dan noda-
noda ketidak-tahuan yang telah muncul ditinggalkan. Ini
adalah hal-hal yang layak diperhatikan yang tidak ia
perhatikan.
Noda-Noda Yang Harus Ditinggalkan Dengan Mengendalikan

Merenungkan dengan bijaksana, berdiam


dengan indria mata terkendali. Sementara
noda-noda, gangguan, dan gejolak muncul
dalam diri seorang yang berdiam dengan
indria mata tidak terkendali, sebaliknya
tidak ada noda-noda, gangguan, dan
gejolak muncul dalam diri seorang yang
berdiam dengan indria mata terkendali.
Noda Yang Harus Ditinggalkan Dengan Menggunakan
Merenungkan dengan bijaksana,
menggunakan jubah hanya untuk
perlindungan dari dingin, untuk
perlindungan dari panas, untuk
perlindungan dari kontak dengan lalat,
nyamuk, angin, matahari, dan binatang-
binatang melata, dan hanya bertujuan untuk
menutupi bagian tubuh yang pribadi.
Noda Yang Harus Ditinggalkan Dengan Menahankan

Merenungkan dengan bijaksana, menahankan dingin dan panas,


lapar dan haus, kontak dengan lalat, nyamuk, angin, matahari,
dan binatang-binatang melata; ia menahankan kata-kata kasar
dan tidak ramah dan perasaan jasmani yang timbul yang
menyakitkan, menyiksa, tajam, menusuk, tidak menyenangkan,
menyusahkan, dan mengancam kehidupan. Sementara noda-
noda, gangguan, dan gejolak muncul dalam diri seorang yang
tidak menahankan hal-hal demikian, sebaliknya tidak ada noda-
noda, gangguan, dan gejolak muncul dalam diri seorang yang
menahankan hal-hal demikian.
Noda Yang Harus Ditinggalkan Dengan Menghindari

Menghindari duduk di tempat yang tidak


sesuai, menghindari bepergian ke tempat
yang tidak sesuai, dan menghindari bergaul
dengan teman-teman yang tidak baik,
karena jika ia melakukan hal itu maka
teman-teman bijaksana dalam kehidupan
suci akan mencurigainya berperilaku buruk.
Noda Yang Harus Ditinggalkan Dengan Melenyapkan
Merenungkan dengan bijaksana, tidak menolerir
pikiran keinginan indria yang muncul; ia
meninggalkannya, melenyapkannya,
mengusirnya, dan membasminya. Ia tidak
menolerir pikiran bermusuhan yang muncul … Ia
tidak menolerir pikiran kejam yang muncul … Ia
tidak menolerir kondisi-kondisi jahat yang tidak
bermanfaat; ia meninggalkannya,
melenyapkannya, mengusirnya, dan
membasminya.
Noda Yang Harus Ditinggalkan Dengan Mengembangkan

Mengembangkan faktor
pencerahan perhatian, yang
didukung oleh keterasingan,
kebosanan, dan lenyapnya, dan
matang dalam pelepasan,
(Bhavana)
Terima
kasih!

Anda mungkin juga menyukai