Inilah ajaran yang harus diperhatikan. Ini adalah untuk diamalkan oleh
orang yang lewat dari raga, yang lepas dari bayu sabda hidep. Lewat dari
rasa jasmani, lebih dari hidup, yang mengingat ajaran Sang Manon, lewat
dari ruh yang agung, lebih dari yang tak tergambarkan acintya pada nyana
ajnyana, ruh dalam ketiadaan. Ini dari yang sekarang, yang menunjukkan
kepada raga, yang dinamakan bayu sabda hi /1v/dep, yang melihat dan
mendengar, dengan rasa, jasmani, hidupnya ruh, mengingat ajaran Sang
Manon yang agung, yang dinamakan sekarang, yaitu kegaiban bayu sabda
hidep. Demikian.
Ini yang mempunyai raga, yang mengeluarkan bayu sabda hidep, yang
selalu melihat dan mendengar, yang menyebabkan adanya rasa pada
jasmani, yang menyebabkan hidupnya ruh, inti kegaiban /2r/ yang agung.
Demikian. Ini adalah bersatunya ruh raga jasmani, yang
mengeluarkan bayu, takkan terkena bayu. Ini adalah yang
mengeluarkan sabda takkan terkena sabda. Ini adalah yang
mengeluarkan hidep takkan terkena hidep. Ini yang mendengar takkan
terdengar. Ini yang melihat takkan terlihat. Ini yang terasa takkan terasa.
Ini adalah yang menghidupkan takkan terkena hidup. Takkan tertunjukkan
dengan ruh kita sedunia. Ialah yang rata dan menyebabkan rata, namanya
ruh kita sedunia, yang dinamakan kita sedunia tidak kena, dinamailah Dia
Yang Agung, dalam kegaiban yang tidak terlihat dan terdengar, tidak teraba
dan tak terpikirkan. Dialah
Ini untuk mengunjungi ibu dan ayah di niskala, untuk ruh pada kesucian,
pada ruh lepas dalam nyana. Untuk mengangkat kelepasan ajnyana,
karena yang menyebabkan ruh menghilangkan /4r/ yang halus, tidak
kehilangan ruh dalam ajnyana. Kembali lagi ke niskala, ruh pada nyana,
datang kepada ketiadaan, kepada asalnya, bening bersih jernih, hening
jernih di dunia, sampailah nyana kepada ibu dan ayah. Demikian.
Ini untuk menjaga bumi, lenyapnya bumi dari pretiwi, raga yang bersih
lepas dari dunia, kehampaan dengan ketiadaan. /4v/ Lepas hilang tanpa
sebab, melesat lepas hilang dari angkasa. Ruh pada pretiwi menjaga pengisi
bumi. Ruh di dunia menjaga raga jasmani. Ruh di angkasa
menjaga sirah tresna di dunia. Bersama-sama melepaskan sendi niskala,
untuk menyelesaikan tapa. Demikian.
Ini /6r/ ruh darma yang disimpan pada ajnyana, ialah permulaan
pada sabda, asal kepandaian. Ruh pada hidep dengan cita-cita. Dia yang tak
terlihat tak terdengar. Ruh yang tak terlihat tak terdengar. Dia adalah ruh
yang melihat tapi tak terlihat oleh yang melihat. Dia adalah ruh pada
pendengaran yang tak terdengar oleh yang mendengar. Dia adalah ruh
pada bayu, yang tak /6v/ terkena bayu. Dia adalah ruh pada sabda yang
tak terkena sabda oleh yang bersabda. Dia adalah hidep yang tak
terkena hidep oleh hidep. Dia adalah ruh pada rasa yang tak terasa oleh
yang merasa. Dia adalah ajaran yang takkan terikuti oleh yang mengikuti.
Dia adalah ruh yang mengingat yang tak teringat oleh yang mengingat.
Ini untuk diamalkan oleh yang terlepas dari ruh bayu sabda
hidep lebih /8r/ lepas ruh pada kekerasan nyana, wenang tiada,
mengangkat ajnyana, ruh pada jasmani, menghilangkan raga,
menghilangkan pertiwi, menghilangkan dunia, kesunyian dunia, melepaskan
angkasa, lewat dari penglihatan manusia, kembali menjadi satu rupa dengan
ruh jasmani. Badan menembus beningnya rupa, bayang-bayang
menembus dewata.
/13v/ agung, dia dan parasorga, kedekatan pada dewata, dari sorga
hiyang, kelepasan dewata agung, pada sorga kelepasan, kelepasan dari
manusia, bertapa dalam usaha, yang mulia membangun kebaikan, menuju
sorga dalam darma, Sanghyang Atma Wisesa.
Tidak pergi dari gerbang keselamatan, tidak lewat dari kesorgaan /14r/
dewata. Dewa manusia terkuasai oleh dewata. Dewata jatiniskala yang
mulia memusatkan bumi, kelebihan pada ajnyana, mahaagung, tempat di
buana, menerangi kedatangan para sorga. Bukan yang lewat dari situ, yang
mulia melakukan tapa. Tidak lepas dari itu, yang mulia memusatkan
menciptakan keselamatan, /14v/ memperhitungkan sanghyang atma,
dikatakan wenang, agung, tidak lewat dari tata hiyang dewata, dari sorga
kahiyangan.
Hanya seorang, lewat dari kelepasan yang sakti, para tata dewata lewat
dari kesorgaan, lebih dari
para aci, lewat dari para cita, naik dari niskala, sesampainya kepada /15r/
yang agung. Yang agung kemudian memerintah melakukan kepada
para geulangan, semua yang mulia, pembesar, kepada yang mulia,
bersambungan semua datang berkumpul, bertempat di cita nagara. Permata
agung, bertempat di cita gelang negara, permata buana, bertempat di
puncak negara, permatanya diam, bertempat di cita bayangannya, permata
yang bening, bertempat /15v/n di cita negara, permatanya diam. Semua
berada bersatu dalam kebenaran sanghyang ajnyana, bertempat di puncak
lenggang nagara permata yang agung, semua berkumpul melindungi,
semua berkumpul yang mengumpulkan, ke kedatuan yang agung, kedatuan
Sri Margawindu buana, yang terhampar bening berkilauan, seperti permata
emas terpisah bersilangan permata /16r/ emas, semburat tembus buana,
bercahaya terhampar sekelilingnya. Bayangan pada diamnya buana, bening
tahtanya, permatanya bayangan, kedudukan jati heneng, pada keajegan
permata bayangan, bening pada lingga cahaya buana, dipuncaki oleh
dewata, seluruhnya sempurna berdaulat, bersembunyi pada ajnyana.
Setelah genap dan lengkap, pada wadah tujuh panggung, pada wadah
permata mirah segala, untuk menyertai ajnyana, untuk memusatkan pada
pangkal, semua yang mulia pembesar, semua yang wenang berkuasa. Ujar
yang berkuasa,”Marilah kita berangkat, semua menjadi tujuan yang tunggal,
bunyi-bunyian semua sudah /26v/ lengkap, badan
jasmani sudah bening, permata dan emas mirah, gongnya sudah mengkilat,
permata tembaga mengkilat, dipadu dengan emas dan perak, diwarnai
dengan galuga dan haretal, permata benang emas bersinar, bersusun
bening berkilauan berselang-seling, tetabuhan untuk penyemangat, gong
pada wadahnya yang rata, gamelan tunggal satu pasang /27r/, pemberian
yang kuasa, untuk dimasukkan kedalam pangkal, untuk peneguh
singgasana, menjadikan keinginan di dunia, kalau sudah sampai ke pangkal.
sanghyang darma, yang datang kepada /35r/ pangkal yang menuju kepada
kesejatian, yang datang kepada asal, datang kepada pangkal asal mula
jadinya ajnyana.
Lepas dari pusat keselamatan, lewat dari desa para dewata, dari tata
sorga kelepasan, tidak lewat dari sorga kahyangan, dari sorga para dewata,
karena para dewata semua sudah dikuasai, yang menyebabkan
kesusahan /35v/ sebuana, yang menyebabkan goncang sejagat, yang
menyebabkan gaduh di bumi, semua sudah tergelar, sebentar tapa, untuk
menetapkan ajnyana, ke dunia kepada pusat pangkal keselamatan.” Kata
yang kuasa,”sudah sanggup satu tujuan, bersedia rata semuanya, baik
orang sejagat, hanya itu, kita mendengarkan, selesai /36r/ yang
memusatkan ajnyana, hanya itu, kita nanti diluar mengerjakan pada tempat
untuk anugerah.
Setelah sampai ke asal, setelah datang ke pangkal, sudah tiba pada jati,
ke asal ada dahulu dari niskala, yaitu awal mula dari ketiadaan,
asal kesejatian, awal keberadaan ajnyana, yang terpilih dari /36v/ dunia
ketiadaan, pada ajaran ajnyana, kepada ibuku Tan Hana Jati, asal kejadian
yang sejati di pretiwi, permulaan adanya di buana, asal berada di angkasa,
ibuku Tan Hana Jati, mewujudkan ruh pada inti kesejatian hidup di buana,
tunggal pertiwi dengan angkasa, pada keabadian yang tunggal pada
penghabisan buana. Lepas pertiwi /37r/ lepas angkasa, lepas buana, lepas
siang lepas malam, lepas air abadi, bening bersih, sunyi selamanya,
langgeng
di buana, pada akhir yang terang abadi, diam bersih, sunyi tembus pada
terang, langgeng selamanya di buana, lepas dari langgeng, dari
kelanggengan, sunyi selamanya, dari buana, dari perubahan di ketiadaan,
tunggal langgeng pada /37v/ ketiadaan buana, di niskala, pada ketiadaan,
asal ajnyana, asal ruh pangkal nyana, tempat sanghyang ajnyana,
asal kejadian, bersatunya pada tunggal pretiwi dengan angkasa, yaitu
tunggalnya ajnyana, demikian.
Ujar yang sempurna, “asal kekuasaan dari dunia pada ketiadaan, melihat
pada amal perbuatan, datang bersama /38r/ wadah tujuh panggung, pada
wadah permata mirah semua, dari belakang pengiring gangsa rari, ditabuh
dengan gong, dipukul dengan keras. Yang melihat keluar cipta dari ajnyana,
keluarlah sabda ajaran, kemudian menyuruh ibunya Tan Hana Jati, pada
asal inti pada aci, asal sejati permulaan ajnyana, berjalanlah
mendatangi wangsana, /38v/ jangan dibiarkan turun sendiri, dari atas
kepada wangsana, kembali pulang supaya datang ke pelataran, yang
menerima ajnyana. Ibuku Tan Hana Jati, ke hadapan sanghyang hidep
mohon ijin memberi tahu, barangkali kami tergesa-gesa, tidak sabar tergoda
memburu dengan pemikiran, tidak terdengar dengan sanghyang hidep,
hanya itu. Marilah /39r/ aku menyertai keselamatan, berjalan bergantian
dengan wangsana. Ibuku berhias diri, berlama-lama memberi nasihat
dengan darma, serta dengan anak ajnyana. Ibuku turun menuju ke
kediamannya, semua ikut turun mengindahkan ajnyana, semua datang ke
kediaman.
diri sejati, lepaskan dari rasa, bayu sabda hidep, lihat dan dengarkan tutur,
putuskan dari buana. Ini untuk memisahkan bayangan. Ingat,
putuslah mana. Ingat, /44r/ putuslah buana. Ingat, putuslah mala. Ingat,
putuslah taya. Ingat, putuslah ratna. Ingat, putuslah hilang. Ingat, putuslah
musnah.
Ujar yang kuasa, ”marilah kita siap sedia mengadakan tempat untuk
menempatkan anugerah. Bukan untuk memperbanyak pekerjaan, bukan inti
pada /53r/ kesejatiannya, pada kekosongan buana kedalaman tempat
ketiadaan, suci ajnyana dari luar, di situlah untuk mengadakan tempat yang
agung, mengadakan tempat permata yang tetap, tembus langgeng di
buana. Bukan untuk memperbanyak pekerjaan, bukan intinya karena
kesejatian isinya. Pada anugerah sepuluh yang dijelmakan ajnyana,
semuanya suci. Tinggal di /53v/ tempatnya pikiran, bayangan, bukti pikiran
yang tetap, tembus pada bayangan kuning, keindahan pada bukti, bening
pada bayangan sempurna.
negara permata buana, mengadakan tempat asal yang lenggang pada asal
yang awal, permata asal kelanggengan di buana. Bukan untuk
memperbanyak pekerjaan, bukan intinya, karena kesejatian isinya, pada
sepuluh ketetapan /55r/ yang sempurna, suci semuanya, namanya pada
pikiran kosong yang tetap bening pada bayangan suci. Pikiran bayangan
sempurna asal yang suci, inti keindahan bayangan yang tetap, tempat
tinggal di puncak negara, permata yang tetap, mengadakan tempat asal
pada puncak ujung kelanggengan di buana, asal permata, asal yang tetap.
Bukan memperbanyak pekerjaan, bukan intinya, karena /55v/ isinya, pada
sepuluh ketetapan ajnyana, suci semuanya. Namanya pikiran yang suci,
bayangannya mulia bening, pikiran kosong pada kesucian, bening pada
bayangan kesucian. Kosong pada kesucian, bening pada kesempurnaan,
bayangan yang suci.
semuanya, namanya cita yang suci, bayangan yang bening, cita yang
bening, bayangan yang suci, cita pada bayangan yang tetap, yang bening
suci. Demikian. Itulah ketentuan pada ketiadaan suci ajnyana. Demikian.
Ini yang menentukan dari terus yang suci, bayangan yang bening buana.
Mendirikan ajnyana, demikian. Semua mengeluarkan nyana dari niskala,
demikian. /64v/ Tempat tinggal pada terus buana, asal yang suci, puncak
yang bening, demikian. Mengadakan tempat pada tempat asal di buana,
pada terus yang lenggang yang suci, pada kelanggengan puncak yanag
bening, demikian. Bukan memperbanyak pekerjaan, bukan intinya karena
kesejatiannya di niskala. Semua genap lengkap pengiring gembira
bahagia nyana, /65r/ mulia sempurna, menerima sanghyang ajnyana,
demikian. Isinya sepuluh ketentuan mulia sempurna, suci semuanya,
demikian. Namanya inti bayangan tetap, beningnya inti bayangan, inti yang
suci, bayangan yang mulia suci, demikian. Itulah ketentuannya, pada
ketiadaan yang agung, suci ajnyana. Demikian.
Ujar yang kuasa, kalau sudah tercapai suara yang sempurna, permata
tunggal pada ajnyana, /67v/ tidak terawasi nyana dari niskala. Semua
mengadakan tempat pada kekosongan di buana, langgeng pada kekosongan
terdalam yang sejati, dari luar ada yang lebih suci, tempat di dunia
ketiadaan, pada akhir yang tak tertunjukkan pada asal mula berakhir
di ajnyana. Pada kekuatan permata berakhir di buana, pada /68r/ awal
kekuatan berakhir dalam ketiadaan, pada kelepasan asal berakhir
pada ajnyana, demikian. Itulah wejangan terakhir yang mulia setia
menegakkan keselamatan, yang berhasil membawa darma, yang setia
pada ajnyana, yang mendapat kekuatan rasa, tidak akan merasa bingung
pada diri, demikian. Tempat tinggal di buana tetap, yang sunyi terpisah dari
manusia.
Ini pustaka keluar dari asal mula pada ketiadaan, demikian. Yang tidak
ada lebih pintu ajnyana, demikian. Tempat tinggal di buana tetap, sunyi,
terpisah, pada tempat untuk nyukmana, membuat pustaka, demikian. /70r/