60
Girimananda Sutta
Khotbah Untuk Girimananda Thera
GIRIMAṄGALÂRAM
KEMLOKO – TRAWAS - MOJOKERTA
2011
Judul asli: GIRIMANANDA SUTTA
Discourse to Girimananda Thera
Girimananda Sutta
Khotbah Untuk Girimananda Thera
Diterjemahkan dari Bahasa Pali ke dalam Bahasa Inggris oleh Piyadassi Thera.
Hanya untuk distribusi secara gratis.
Pada suatu waktu – ketika Sang Bhagava sedang tinggal di dekat Savathi, di Jetavana
di Vihara Anathapindika – YM Girimananda terserang suatu penyakit, yang
membuatnya menderita dan sakit keras. Maka datanglah YM Ananda menghampiri
Sang Bhagava, dan setelah menyampaikan hormat, Beliau duduk di samping Sang
Bhagava. Setelah duduk, Y.M. Ananda berkata kepada Sang Bhagava:
"Kalau engkau, Ananda, mau pergi ke tempat Bhikkhu Girimananda dan membacakan
Sepuluh Perenungan kepadanya, maka, setelah mendengar perenungan itu, Bhikkhu
Girimananda akan segera sembuh dari penyakitnya.
i. Dan apakah, Ananda, perenungan atas ketidak-kekalan itu? Di sini, Ananda, seorang
Bhikkhu yang telah mengambil tempat di hutan atau di bawah pohon kayu atau di
sebuah rumah yang kosong (tempat sunyi) merenungkan demikian:
** Kata sankhāra tidak dapat secara tepat diterjemahkan karena arti yang tersirat tidak
dapat diterangkan melalui bahasa duniawi. Namun, ketika mengacu ke proses-
proses mental dan/atau aktifitas-aktifitas batin, sankhāra sering diterjemahkan
sebagai
1) kecenderungan-kecenderungan batin yang terbentuk sebagai hasil dari kemauan
dan yang merupakan penyebab timbulnya tindakan-tindakan kemauan di
kemudian waktu. (Wikipedia, the free encyclopedia)
2) bentukan-bentukan kamma yang merupakan sumber penggerak aktifitas batin.
(penerjemah)
ii. Dan apakah, Ananda, perenungan atas anatta itu? Di sini, Ananda, seorang
Bhikkhu yang telah mengambil tempat di hutan atau di bawah pohon kayu atau di
suatu tempat yang sunyi merenungkan demikian:
iii. Dan apakah, Ananda, Perenungan atas kekotoran itu? Di sini, Ananda, seorang
Bhikkhu merenungkan badan jasmani ini, yang dari telapak kaki ke atas dan dari
ujung rambut ke bawah tertutup oleh kulit, sebagai terisi penuh dengan pelbagai
kekotoran.
Pada badan ini terdapat rambut kepala, bulu badan, kuku, gigi, kulit,
daging, otot-otot, tulang-tulang, sumsum, ginjal, jantung, hati, sekat
rongga dada, limpa, paru-paru, usus, saluran usus, perut, tinja, empedu,
dahak/lendir, nanah, darah, keringat, lemak, air mata, minyak kulit, air
liur, ingus, minyak persendian, dan air kencing.
Demikianlah, ia berdiam di dalam perenungan atas kekotoran pada badan jasmani ini.
Inilah, Ananda, yang disebut perenungan atas kekotoran.
iv. Dan apakah, Ananda, perenungan atas keadaan yang merugikan (berbahaya) itu?
Di sini, Ananda, seorang Bhikkhu yang telah mengambil tempat di hutan atau di
bawah pohon kayu atau di suatu tempat yang sunyi merenungkan demikian:
v. Dan apakah, Ananda, perenungan atas pelepasan itu? Di sini, Ananda, seorang
Bhikkhu tidak membiarkan (tidak mentolerir) pikiran bernafsu sensual*** yang
muncul di dalam dirinya, namun ia menghalaunya, mengakhirinya, dan
melenyapkannya. Ia tidak membiarkan pikiran yang membawa kemauan-buruk yang
muncul di dalam dirinya, namun ia membuangnya, menghalaunya, mengakhirinya,
dan melenyapkannya. Ia tidak membiarkan pikiran yang memuat kekejaman yang
muncul di dalam dirinya, namun ia membuangnya, menghalaunya, mengakhirinya,
dan melenyapkannya. Ia tidak membiarkan tabiat-tabiat mental yang jahat, yang
merugikan, yang timbul di dalam dirinya dari waktu ke waktu, namun ia
membuangnya, menghalaunya, mengakhirinya, dan melenyapkannya. Inilah, Ananda,
yang disebut perenungan atas pelepasan.
vi. Dan apakah, Ananda, perenungan atas ketidak-terikatan itu? Di sini, Ananda,
seorang Bhikkhu yang telah mengambil tempat di hutan atau di bawah pohon kayu
atau di suatu tempat yang sunyi merenungkan demikian:
vii. Dan apakah, Ananda, perenungan atas keberakhiran itu? Di sini, Ananda, seorang
Bhikkhu yang telah mengambil tempat di hutan atau di bawah pohon kayu atau di
suatu tempat yang sunyi merenungkan demikian:
Inilah ketenteraman, inilah kemuliaan, yakni, keberhentian semua
sankhara, ketiadaan lagi landasan punna-bhava, kepadaman nafsu-
keinginan, keberakhiran, Nibbana.
viii. Dan apakah, Ananda, perenungan atas keberpalingan dari segala hal duniawi itu?
Di sini, Ananda, (seorang Bhikkhu) dengan melepaskan segala urusan dan
kemelekatan duniawi, dengan melepaskan segala prasangka mental, pandangan salah,
dan kecenderungan laten duniawi, dengan tidak memegangnya namun membuangnya,
menjadi tidak terikat. Inilah, Ananda, yang disebut perenungan atas keberpalingan
dari segala hal duniawi.
ix. Dan apakah, Ananda, perenungan atas memuakannya semua bentukan itu? Di sini,
Ananda, seorang Bhikkhu merasa jemu, malu dan muak akan semua hal yang
terkondisi. Inilah, Ananda, yang disebut perenungan atas memuakannya semua
bentukan.
x. Dan apakah, Ananda, perenungan atas keluar-masuknya napas itu? Di sini, Ananda,
seorang Bhikkhu yang telah mengambil tempat di hutan atau di bawah pohon kayu
atau di suatu tempat yang sunyi, duduk dengan kaki bersila, dengan mempertahankan
posisi tegak tubuhnya dan menjaga perhatiannya, memusatkan perhatian pada keluar-
masuknya napas:
Maka YM Ananda, setelah menerima pelajaran sepuluh perenungan ini dari Sang
Bhagava, pergi menjumpai YM Girimananda dan membawakan Sepuluh Perenungan
ini bagi Bhikkhu Girimananda.
Catatan:
(DSB)
* Saṅkhāra
Cuplikan dari Wikipedia, the free encylopedia.
Kata Saṅkhāra atau saṃskāra berarti ‘yang telah terbuat bersama-sama’ dan ‘yang
membuat bersama-sama’. Pada pengartian yang pertama (pasif), saṅkhāra secara umum
mengacu ke fenomena terkondisi namun secara spesifik mengacu ke “kecenderungan-
kecenderungan batin”. Keduanya disebut pembentukan-pembentukan yang berkenaan
dengan kemauan karena mereka terbentuk sebagai hasil dari kemauan dan karena
mereka merupakan penyebab timbulnya tindakan-tindakan kemauan di kemudian waktu.
Pada pengartian yang kedua (aktif) dari kata tersebut, saṅkhāra mengacu ke daya piranti
pikiran/otak (sankhara-khanda) yang mengonstruksi bentukan-bentukan itu. Terjemahan-
terjemahan untuk saṅkhāra pada pengartian yang pertama dari kata tersebut mencakup
'hal-hal yang terkondisi', 'iktikad-iktikad' ('hasrat-hasrat'), 'pembuatan-pembuatan' dan
'pembentukan-pembentukan' (atau, secara khusus apabila mengacu ke proses mental,
pembentukan-pembentukan yang berkenaan dengan kemauan').
'Para siswa, ini saya nyatakan kepadamu: Semua yang terkondisi tunduk kepada
kehancuran – berjuanglah terus tanpa kenal lelah demi kebebasanmu.' (Mahāparinibbāna
Sutta)
Dalam ajaran tentang pemunculan yang terkondisi atau pemulaian yang bergantung pada
yang lain (paṭiccasamuppāda), saṅkhāra-khanda dimengerti sebagai mendorong manusia
(dan makhluk-makhluk lainnya) pada seluruh proses menjadi (bhava) melalui tindakan-
tindakan badan jasmani dan ucapan (kamma). Sang Buddha menyatakan bahwa semua
bentukan yang berkenaan dengan kemauan itu terkondisi oleh ketidak-tahuan (avijja) akan
kenyataan (sacca) di balik aspek yang terlihat. Ketidak-tahuan inilah yang pada akhirnya
menyebabkan penderitaan manusia (dukkha). Keberhentian semua pembuatan-
pembuatan yang demikian itu (sabba-saṅkhāra-nirodha) mempunyai arti yang sama
dengan Penerangan Sempurna (bodhi), pencapaian ke-arahat-an.
Dari generasi ke generasi diceritakan bahwa setelah sang Buddha mencapai Penerangan
Sempurna, Beliau mengucapkan kata-kata ini:
Si 'pembuat rumah' yang sang Buddha rujuk tidak lain adalah daya mental dari saṅkhāra-
khanda ini yang hasil-hasil buatannya, pembentukan-pembentukan yang berkenaan
dengan kemauan, terkondisi oleh ketidak-tahuan.