id
BAB I
PENDAHULUAN
Pattidana berasal dari dua kata yaitu patti “jasa”, dan dana “ pelimpahan”
walaupun pada kenyataan tidak ada sesuatu yang dilimpahkan. Tradisi Pattidana
tua yang telah meninggal untuk berbuat baik dengan ikut berbahagia atas jasa
kebajikan yang telah diperbuat oleh orang lain, dalam hal ini keluarga (Widiyanto,
2011: 28-29).
Setelah melakukan jasa atau perbuatan baik, maka seseorang bersama sanak
keluarga biasanya menyatakan bahwa perbuatan baik ini dilakukan atas nama
leluhur yang telah meninggal agar mereka turut berbahagia. Harapannya adalah
para leluhur mengetahui perbuatan baik yang telah dilakukan dan tumbuh dalam
pikirannya ikut berbahagia dalam batin sehingga dapat terlahir kembali di alam
bahagia. Pattidana dalam tradisi agama Buddha dapat disebut sebagai pelimpahan
jasa yang diperuntukkan untuk para leluhur atau sanak keluarga yang telah
meninggal. Melalui pattidana lehuhur atau orang tua yang telah meninggal
diharapkan ikut berbahagia atas perbuatan yang baik yang dilakukan keluarga
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id
terkait waktu dan tempat. Poin pentingnya adalah bahwa sebelum melakukan
pikirannya kepada orang yang telah meninggal dan mengajak agar keluarga yang
telah meninggal ikut berbahagia atas perbuatan baik yang telah dilakukan.
Pelimpahan jasa ini selain dilakukan pada waktu-waktu tertentu dengan upacara
ritual keagamaan, juga dapat dilakukan setiap hari. Pelimpahan jasa setiap hari
dapat dilakukan pada malam hari sebelum beristirahat. Misalnya melakukan suatu
kebajikan dengan cara membaca paritta “doa” dan bermeditasi. Renungan doa
selama melakukan meditasi antara lain adalah, “Semoga dengan kebajikan yang
telah dilakukan sampai saat ini akan memberikan kebahagiaan untuk para leluhur di
kehidupan yang sekarang. Semoga leluhur bahagia. Semua semua mahluk bahagia”
Bhakti adalah wujud sikap hormat dan patuh. Bhakti dalam Bahasa Pali
341). Penelitian ini berfokus terhadap bhakti anak terhadap orang tua dan leluhur.
Sikap hormat dan patuh terhadap orang tua dapat diwujudkan dalam berbagai
tindakan. Menuruti nasehat orang tua dan menjalankan perintah orang tuanya
merupakan sedikit contoh dalam mewujudkan sikap bhakti terhadap orang tua.
Apabila orang tua telah meninggal, anak juga masih dapat menunjukkan sikap
bhaktinya dengan cara memberi doa agar orang tuanya dapat terlahir di alam yang
berbahagia.
Rasa bhakti terhadap orang tua telah menjadi kewajiban bagi anak, tetapi
pada prakteknya anak-anak sering lupa dengan budi yang dan bimbingan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id
diberikan oleh orang tua. Anak-anak justru sering melupakan segala budi luhur
yang telah diberikan oleh orang tua. Orang tua merupakan sosok yang sangat
penting dalam kehidupan setiap anak. Setiap orang tua selalu bersyukur jika mereka
dikarunia seorang anak. Orang tua bersyukur karena mereka mampu meneruskan
garis keturunan keluarga serta memiliki generasi yang diharapkan menjadi lebih
baik. Anak yang baik selalu bersyukur karena orang tuanya telah memberikan cinta
kasih dan perhatian yang penuh kepada mereka. Mereka hendaknya selalu
bersyukur karena dengan kasih sayang serta perhatiannya, mereka menjadi anak
tuanya setelah anak tersebut sudah dewasa dan mampu mencari nafkah sendiri.
Dalam U.U. No. 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan di Pasal 46 ayat 2 “jika anak
telah dewasa, ia wajib memelihara menurut kemampuannya, orang tua dan keluarga
dalam garis lurus ke atas, bila mereka itu memerlukan bantuannya”. Hal ini
Anak yang berbhakti kepada orang tua tidak hanya dibuktikan dengan
limpahan materi yang diberikan kepada orang tuanya sebagai imbalan karena telah
merawat dan membesarkan anak. Anak yang benar-benar berbhakti akan selalu
memberikan kenyamanan dan ketenangan serta kasih sayang yang tulus kepada
kedua orang tuanya. Dalam agama Islam, berbakti kepada kedua orang tua
merupakan hal yang sangat penting. Khususnya berbakti kepada seorang ibu.
Dalam hadits yang berbunyi “surga itu di bawah telapak kaki ibu....” (Silsilah al-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id
Ahadits adh-Dha’ifah, no 593). Hal ini mencerminkan betapa besarnya jasa orang
bahwa terdapat empat ladang yang subur untuk menanam kebajikan, yaitu: (1)
Buddha, (2) orang yang suci, (3) Ibu, (4) Ayah. Ibu yang penyayang dan ayah yang
baik menjadi tempat untuk anak-anak berbuat baik. Walaupun sedikit perbuatan
baik yang dilakukan pasti akan sangat bernilai harganya. Dengan mencegah orang
tua untuk berbuat jahat, menganjurkan berbuat baik dan menjadi teladan untuk
hidup yang baik dan mulia merupakan wujud bhakti atau sikap hormat yang perlu
Nilai luhur dari kutipan di atas jika diterapkan dalam kehidupan manusia
pasti akan membentuk sebuah keluarga yang harmonis. Relevansi antara orang tua
dan anak serta komunikasi yang terjalin dengan baik setidaknya menjadi beberapa
contoh positif yang dapat diambil dalam kutipan tersebut. Khusus bagi orang tua
yang telah meninggal, dalam agama Buddha memiliki tradisi yang tujuannya agar
Banyak cara untuk memberikan bhakti kepada orang tua khususnya bagi
orang tua yang telah meninggal. Setiap suku di Indonesia memiliki cara sendiri-
sendiri dalam mewujudkan bhakti mereka kepada orang tua atau leluhur yang telah
memiliki makna untuk melepaskan Sang Atma (roh) dari belenggu keduniawian
segala unsur Panca Maha Bhuta kepada asalnya masing-masing agar tidak
simbolisasi bahwa pihak keluarga telah ikhlas dan merelakan kepergian anggota
keluarganya.
Tradisi ngaben di Bali merupakan wujud bhakti terhadap sanak keluarga yang
telah meninggal. Dengan memperlakukan orang yang telah meninggal dengan baik,
maka secara tidak langsung keluarga telah berbuat baik untuk kehidupan
terkecuali turis mancanaegara. Hal ini selain mewujudkan sikap bhakti terhadap
leluhur juga dapat menunjukkan sikap gotong royong kepada dunia lewat mata para
turis mancanegara.
paling penting dan berbiaya mahal. Semakin kaya dan berkuasa seseorang maka
biaya tradisi pemakamannya akan semakin mahal. Dalam agama Aluk, hanya
keluarga bangsawan yang berhak menggelar pesta pemakaman yang besar. Pesta
berlangsung selama beberapa hari. Selain itu juga dilakukan tradisi penyembelihan
alam Puya.
Contoh dari tradisi pemakaman sebagai simbol bhakti atau hormat terhadap
orang tua yang telah meninggal seperti di masyarakat Bali dan Toraja juga
berbeda dalam memperlakukan jenazah yang telah meninggal. Setiap tradisi atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id
upacara yang dilaksanakan disetiap daerah dalam memperlakukan orang yang telah
meninggal bertujuan agar orang yang telah meninggal tersebut dapat hidup bahagia
Provinsi Jawa Tengah. Agama Buddha mulai masuk ke daerah Wonogiri sekitar
tahun 1965. Hal ini dimulai dengan adanya ketentuan dari pemerintah bahwa setiap
Warga Negara Indonesia wajib memiliki agama. Pada saat itu masyarakat sangat
antusias dalam belajar agama Buddha yang terbukti dengan pelaksanaan puja bhakti
4).
belum banyak mengerti tentang tradisi-tradisi yang ada dalam agama Buddha.
Buddha di Desa Jatisari, masyarakat agama Buddha di Desa Jatisari yang menjadi
Dimulai pada sekitar tahun 1996, dimana para generasi agama Buddha mulai
meninggalkan tradisi bhakti dalam agama Buddha yang tertulis dalam Sigalovada
Sutta yaitu menjelaskan tentang cara memperlakukan orang tua yaitu: (1) Dahulu
anak ditunjang orang tua, sekarang anak akan menunjang orang tuanya, (2) Anak
akan menjalankan kewajiban terhadap orang tua, (3) Anak akan menjaga
kehormatan keluarga, (4) Anak akan mengurus warisan dengan baik, (5) Anak akan
mengatur pemberian sesaji kepada sanak keluarga yang telah meninggal (Rashid,
“Khusus bagi anak-anak yang orang tuanya telah meninggal pada saat itu,
mereka sering meninggalkan tradisi pattidana yang dianjurkan dalam
Agama Buddha karena belum mengerti tentang tradisi pattidana”
(wawancara bapak Timan 29-11-2014).
Kegiatan semacam ini tidak lepas dari pengetahuan yang kurang tentang
tradisi pattidana dalam agama Buddha yang dimiliki masyarakat Desa Jatisari. Hal
bermata pencarian sebagai petani dan buruh yang dikatakan sebagai sebuah alasan
kurang mengertinya tradisi yang dimiliki oleh agamanya. Selain itu, kurangnya
dalam agama Buddha juga menjadi sebab bahwa masyarakat agama Buddha di
Desa Jatisari belum mengerti tentang tradisi pattidana. Kesibukan sebagai petani
tentu telah menyita banyak tenaga sehingga untuk mengadakan sebuah acara seperti
pelimpahan jasa yang bertujuan untuk membantu orang tua atau leluhur yang telah
tujuannya. Belum banyak yang mereka ketahui tentang inti ajaran agama Buddha.
Tradisi pattidana merupakan wujud bhakti kepada orang tua khususnya orang
masyarakat agama Buddha di Desa Jatisari banyak yang belum mengerti tentang
yang ditinggalkan, karena pattidana bertujuan untuk mendoakan leluhur yang telah
meninggal agar dapat berbahagia di alamnya sekarang. Selain hal tersebut umat
yang mengadakan tradisi pattidana juga harus mengerti atau setidaknya mengetahui
paritta/doa apa saja yang dibacakan dalam melaksanakan tradisi pattidana. Dalam
kenyataannya, umat Buddha di Desa Jatisari banyak yang tidak mengetahui atau
Wujud tradisi pattidana yang telah berubah ini maka penulis tertarik untuk
menarik karena dalam penelitian ini membahas tentang sebuah tradisi yang dimiliki
oleh salah satu agama di Indonesia yaitu agama Buddha, khususnya dalam bhakti
terhadap orang tua yaitu tradisi pattidana. Penelitian yang berhubungan dengan
tradisi pattidana sangat sulit didapatkan sehingga ini merupakan langkah untuk
pengalaman manusia yang diungkapkannya dalam bentuk bahasa tampak asing bagi
pembaca berikutnya maka perlulah untuk ditafsirkan secara benar. Disiplin ilmu
yang pertama banyak menggunakan hermeneutic adalah ilmu tafsir kitab suci
agama Buddha.
Pada dasarnya semua objek itu netral. Sebab objek adalah objek. Sebuah meja
di sini atau bintang di angkasa berada begitu saja. Benda-benda itu tidak bermakna
pada dirinya sendiri. Hanya subjeklah yang kemudian memberi pakaian arti pada
objek. Sebuah benda menjadi objek karena kearifan subjek yang menaruh perhatian
atas benda itu, arti atau makna diberikan kepada objek oleh subjek, sesuai dengan
cara pandang subjek. Jika tidak demikian, maka objek menjadi tidak bermakna
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id
sama sekali. Hussrel dalam buku yang ditulis oleh Sumaryono menyatakan bahwa
objek dan makna tidak pernah terjadi secara serentak atau bersama-sama, sebab
pada mulanya objek itu netral. Meskipun arti atau makna muncul sesudah objek
atau objek menurunkan maknanya atas dasar situasi subjek, semua adalah sama
Penelitian yang akan diteliti oleh penulis sangat erat kaitannya dengan proses
perubahan bentuk, fungsi dan makna dalam tradisi pattidana yang dilaksanakan
Desa Jatisari dalam sudut pandang kajian budaya mendapatkan tempat dalam hal
identitas. Identitas yang dimaksud adalah identitas budaya yang merupakan ciri
muncul karena seseorang itu merupakan anggota dari sebuah kelompok etnik
tertentu, itu meliputi pembelajaran tentang dan penerimaan tradisi, sifat bawaan,
Secara epistimologi, kata identitas berasal dari kata identity, yang berarti,
kondisi atau kenyataan tentang sesuatu yang sama, suatu keadaan yang mirip satu
sama lain. Pada tataran teknis, pengertian epistimologo diatas hanya sekedar
“identik”, misalnya menyatakan bahwa “sesuatu” itu mirip satu dengan yang lain
Dalam arti sederhana Identitas adalah simbolisasi ciri khas yang mengandung
diferensiasi dan mewakili citra organisasi. Identitas dapat berasal dari sejarah,
filosofi atau visiatau cita-cita, misi atau fungsi, tujuan, strategi atau program. Unsur
umum identitas antara lain adalah: (1) Nama, logo, slogan dan mascot, (2) Sistem
grafis dan elemen visual yang standar: warna, gambar, bentuk huruf dan tata
letak.(3) Aplikasi pada media resmi (official) dan media komunikasi, publikasi dan
promosi (komersial).
penelitian ini adalah identitas yang itu meliputi pembelajaran tentang dan
penerimaan tradisi, sifat bawaan, bahasa, agama, dan keturunan dari suatu
kebudayaan. Agama yang dianut oleh sebagian masyarakat di Desa Jatisari adalah
tradisi pattidana di Desa Jatisari telah mengalami akulturasi budaya yaitu antara
tradisi Jawa dan agama Buddha. Tradisi pattidana yang dilaksanakan oleh
masyrakat agama Buddha di Desa Jatisari telah mengalami perubahan dalam hal
bentuk, fungsi dan maknanya. Perubahan yang terjadi dari segi pelaksanaan tradisi
pattidana dan dari pesan dari agama Buddha tetang tujuan dari pattidana tersebut.
Dalam hal ini peneliti menyimpulkan untuk menulis penelitian dengan judul
perubahan bentuk, fungsi dan makna tradisi pattidana dalam masyarakat agama
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id
B. Rumusan Masalah
berikut:
2. Apa sajakah faktor-faktor yang mendorong perubahan pada bentuk, fungsi, dan
makna dari tradisi patttidana yang dilaksanakan oleh masyarakat agama Buddha
3. Bagaimanakah perubahan bentuk, fungsi, dan makna dari tradisi patttidana yang
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Khusus
kajian budaya (culture stadies) ini bertujuan untuk menemukan jawaban atas
rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
Desa Jatisari.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id
2. Tujuan Umum
sebagai wujud bhakti terhadap orang tua. Selain itu penelitian ini juga bertujuan
untuk dapat memberikan konsep tradisi pattidana yang benar kepada masyarakat
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dapat ditinjau dari 2 (dua) aspek, yakni aspek teoristis
1. Aspek Teoretis
sebagai wujud bhakti terhadap orang tua. Hasil penelitian juga diharapkan dapat
Jatisari, Kec. Jatisrono, Kab. Wonogiri. Hasil penelitian juga diharapkan dapat
2. Aspek Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan bagi masyarakat
dan keluarga agar lebih dapat memahami tentang tradisi pattidana sebagai
wujud bhakti kepada orang tua. Hasil penelitian juga dapat digunakan sebagai
commit to user