Anda di halaman 1dari 3

Tradisi Begalan Sebagai Proses Pembentukan Keluarga di Banyumas

Pengertian Begalan dan sejarahnya


Begalan berasal dari bahasa Jawa begal dan akhiran “an”, yang artinya perampasan atau
perampokan di tengah jalan.Begalan adalah jenis kesenian yang biasanya dipentaskan dalam
rangkaian upacara perkawinan adat Banyumas, yang mana didalamnya termuat nasihat kepada
kedua mempelai yang disampaikan secara simbolis dan divisualisasikan dalam bentuk fragmen
drama oleh dua orang pemain. Satu yang memerankan diri sebagai utusan pihak penganten pria
yang membawa “brenong kepang” (alat-alat rumah tangga bekal kedua mempelai), sedangkan
pemain lain bertugas sebagai utusan pihak keluarga penganten wanita yang bertugas “mbegal
bajang sawanwe kaki penganten-nini penganten”.
Menurut pakar Budaya di Banyumas , tradisi begalan muncul sejak Pemerintahan Bupati
Banyumas ke XIV, saat itu Raden Adipati Tjokronegoro (tahun 1850). Sejak itu, sesepuh
Banyumas berpesan, apabila mengawinkan anaknya yang sulung mendapatkan anak bungsu,
seyogyanya diadakan begalan, supaya pasangan pengantin selamat dari segala macam gangguan
dalam perkawinan mereka. Oleh generasi berikutnya begalan tidak hanya dilakukan untuk
perkawinan antara anak sulung dengan anak bungsu, akan tetapi antara anak sulung dengan anak
sulung dan anak bungsu dengan anak bungsu.

Perkembangan Fenomena Begalan

Eksistensi yang ditunjukan oleh kesenian begalan dapat dilihat dari masih dilaksanakannya
kesenian begalan dalam upacara pernikahan masyarakat Banyumas. Tradisi ini pada awal-awal
pelaksanaanya memiliki beberapa ritual sebelum pelaksanaanya. Salah satu ritualnya yaitu
pemberian sesaji kepada Tuhan Yang Maha Esa. Untuk sesaji ini sendiri terdiri dari berbagai
jenis antara lain, tumpeng sewu, dalam arti kata berarti tumpeng kecil yang berjumlah seribu,
namun dalam hal ini tidak berarti berjumlah seribu hanya untuk menunjukkan jumlah yang
banyak, kembang telon, yaitu bunga yang terdiri dari 3 macam, bunga mawar, Bunga kanthil,
dan bunga kenanga, wedhang pitu, wedhang jembawuk, dan lain sebagainya. Sedangkan pada
hari ini sesaji dan ritual lainnya tidak lagi digunakan karena perkembangan jaman dan juga
proses pencampuran agama yang terjadi pada masyarakat modern. Dalam hal kostum dan tatarias
dari yang dulu hanya sederhana penggunaanya sekarang tradisi ini mengalami perubahan yang
signifikan

Misalnya ungkapan dibalik simbol padi (pari) dalam prosesi begalan yang dahulu dimaknai
sebagai ajang pemujaan untuk mengingatkan kita kepada Dewi Sri yang dipahami oleh
masyarakat Jawa khususnya Banyumas sebagai simbol kesuburan. Pada perkembangannya
terutama dewasa ini pemaknaan simbol padi dalam tradisi begalan diubah maknanya menjadi
sifat manusia itu harus harus meniru karakter padi yang semakin tua semakin merunduk. Hal ini
memberikan pengajaran bahwa seorang yang sudah berumah tangga selama masih muda harus
pandai pandai menggunakan lima kesempatan sebelum datang lima kesempitan, yaitu muda
sebelum tua, lapang sebelum sempit, kaya sebelum miskin, sehat sebelum sakit, dan hidup
sebelum mati (Suwito,2008 : 110)

Tujuan Tradisi Begalan

Masyarakat Banyumas meyakini tradisi begalan menjadi simbol pemberian nasehat dan bekal
dari para keluarga kepada calon pengantin yang akan menjalani hidup baru. Oleh karena itu,
begalan berfungsi sebagai sarana untuk transfer of knowledge and value, khususnya nilai-nilai
Banyumasan yang santun, toleran, kerja keras, komitmen, setia kawan, dan penghargaan
terhadap orang lain. Di samping itu, Begalan juga mengingatkan pengantin pengantin lawas
(lama) akan nilai-nilai luhur Banyumas.

Fungsi keluarga dalam Tradisi Begalan

Secara sosiologis, sebuah keluarga bisa dikatakan sejahtera jika dalam keluarga tersebut dapat
menjalankan tujuh fungsi keluarga dengan baik, yaitu: fungsi biologis, ekonomi, kasih sayang,
pendidikan, perlindungan, sosialisasi, dan fungsi beragama.

1. Fungsi biologis. Benda dalam tradisi begalan yang termasuk dalam fungsi ini yaitu
Cowek dan Muthu. Cowek diibaratkan sebagai barang milik wanita sedangkan muthu
diibaratkan sebagai barang milik pria.
2. Fungsi ekonomi. Benda-benda yang termasuk dalam fungsi ekonomi yaitu:
 Ian, yang bermakna: orang tua harus mengerti fungsinya sebagai orang tua dan
bertanggung jawab untuk mencukupi kebutuhan keluarga seperti pakaian,
makanan dan tempat tinggal;
 Centhong bermakna isteri harus pandai mengatur dan mengelola pendapatan
suami dan pengeluaran keluarga, karena boros atau hematnya pengeluaran
keluarga di tangan isteri.
 Pari bermakna tidak boleh manghambur-hamburkan harta yang sudah didapatkan
untuk hal-hal yang tidak penting.
 Kendhil atau Genuk berarti: sepasang suami isteri harus hemat dan hati-hati
dalam mengelola harta benda dan dianjurkan pula untuk menabung.

3. Fungsi kasih sayang. Benda-benda yang termasuk kedalam fungsi kasih sayang dalam
keluarga yaitu:
 Wangkring atau Mbatan. Benda ini menjadi simbol bahwa rasa cinta kasih sayang
kedua belah pihak harus seimbang, dan tidak ada paksaan dalam menjalaninya.
Baik dari keluarga suami maupun isteri juga sama-sama saling mendukung.
 Irus, yang menandakan bahwa orang tua tidak boleh membeda-bedakan anak.
Dalam hal kasih saying, orangtua harus bersikap adil atau menyamakan
perlakuan.
4. Fungsi pendidikan. Benda-benda yang termasuk ke dalam fungsi pendidikan yaitu:
 Pedang wlira atau Pedang kang pamor kancono, yang memiliki arti bahwa suami
isteri harus bisa memberikan pendidikan bagi satu sama lain, supaya
kehidupannya bisa saling melengkapi kekurangan satu sama lain.
 Ian yang berarti bahwa pola berpikir harus diubah, tidak seperti anak muda terus
yang belum berperan sebagai orang tua dan mempunyai beban keluarga.
 Pari, yang bermakna bahwa setiap pasangan pengantin sebelum terikat dalam
ikatan perkawinan perlu mencari ilmu terlebih dahulu setinggi-tingginya.
5. Fungsi perlindungan. Benda-benda yang termasuk kedalam fungsi perlindungan yaitu:
 Pedang wlira atau Pedang kang pamor kancono, yang bermakna media pengusir
hawa nafsu
6. Fungsi sosialisasi. Benda benda yang termasuk kedalam fungsi memasyarakatkan yaitu:
 Kukusan, yang mempunyai makna: dalam membina sebuah keluarga tidak boleh
rakus terhadap tetangga, rakus dalam arti suka mengambil hak milik orang lain;
terhadap tetangga jangan sampai berbuat jahat. harus selalu bekerja sama dan
tolong menolong, jangan sampai dibenci oleh masyarakat karena menjadi
keluarga yang tidak berguna dan tidak peduli terhadap tetangga serta
lingkungannya.
7. Fungsi agama. Benda-benda yang termasuk kedalam fungsi beragama yaitu:
 Pedang wlira atau Pedang kang pamor kancono, yang mengandung makna bahwa
suami isteri harus tetap berpegang teguh kepada agamanya;
 Kukusan yang berarti suami isteri harus tetap ingat pada sang pencipta Tuhan
Yang Maha Esa.
 Siwur yang berarti seberapapun keinginan suami isteri dalam mencari rizki,
namun Tuhan sudah menentukan jumlah rizki yang akan mereka dapatkan, dan
entah sedikit atau banyak yang didapatkan haruslah tetap bersyukur atas nikmat
Tuhan yang telah diberikan kepada mereka.

Kesimpulan
Dalam tradisi begalan di mana di dalamnya terdapat sebuah konsep bagi terbentuknya keluarga
harmonis. Jika dahulu tradisi begalan dinilai sebagai tolak bala untuk kedua calon pengantin,
pada zaman sekarang, tradisi begalan lebih dipahami secara rasional. Kini, begalan bisa
dikatakan sebagai sebuah media yang digunakan untuk mentransformasikan nilai nilai luhur
yang berisi bagaimana konsep membentuk keluarga yang penuh dengan kebaikan, kebahagian,
kesejahteraan, dan keselamatan, baik di dunia maupun akhirat kelak.

Anda mungkin juga menyukai