Anda di halaman 1dari 25

Vedananupassana

(contemplating on feeling)

Penyadaran
Terhadap
Perasaan
Majjhima Nikaya 10
Satipatthana Sutta

Vedananupassana
“Dan bagaimanakah, para bhikkhu,
seorang bhikkhu berdiam merenungkan
perasaan sebagai perasaan?

Di sini, ketika merasakan suatu perasaan


menyenangkan, seorang bhikkhu
memahami:
‘merasakan perasaan menyenangkan’;
ketika merasakan perasaan menyakitkan,
memahami:
‘merasakan perasaan menyakitkan’;

ketika merasakan perasaan yang bukan-


menyakitkan juga bukan-
menyenangkan,
memahami: ‘merasakan perasaan yang
bukan-menyakitkan-juga-bukan-
menyenangkan.’
Ketika merasakan perasaan duniawi
yang menyenangkan, memahami:
‘merasakan perasaan duniawi yang
menyenangkan’;

Ketika merasakan perasaan non-


duniawi yang menyenangkan,
memahami: ‘merasakan perasaan
non-duniawi yang menyenangkan’;
ketika merasakan perasaan duniawi
yang menyakitkan,
memahami: ‘merasakan perasaan
duniawi yang menyakitkan’;

ketika merasakan perasaan non-


duniawi yang menyakitkan,
memahami:
‘merasakan perasaan non-duniawi yang
menyakitkan’;
ketika merasakan perasaan duniawi
yang bukan-menyakitkan-juga-bukan-
menyenangkan,

memahami:
‘merasakan perasaan duniawi yang
bukan-menyakitkan-juga-bukan-
menyenangkan’;
ketika merasakan perasaan non-
duniawi yang bukan-menyakitkan-
juga-bukan-menyenangkan,

memahami:
‘merasakan perasaan non-duniawi
yang bukan-menyakitkan-juga-bukan-
menyenangkan.’
Saṃyutta Nikāya

36. Kelompok Khotbah tentang


Perasaan

10. Berakar pada Kontak


“Para bhikkhu, tiga perasaan ini

lahir dari kontak,


berakar pada kontak,
dengan kontak sebagai sumber
dan kondisinya.
Apakah tiga ini?
Perasaan yang menyenangkan,
Perasaan yang tidak menyenangkan,
Perasaan yang bukan-tidak
menyenangkan juga bukan-
menyenangkan.
“Dengan bergantung pada kontak yang
dialami sebagai menyenangkan, para
bhikkhu, maka muncul perasaan yang
menyenangkan.
Dengan lenyapnya kontak yang dialami
sebagai menyenangkan itu,
maka perasaan yang bersesuaian
—perasaan yang menyenangkan
yang muncul bergantung pada
kontak
yang dialami sebagai
menyenangkan—berhenti dan
mereda.
“Dengan bergantung pada kontak yang
dialami sebagai tidak menyenangkan,
maka muncul perasaan yang tidak
menyenangkan.
Dengan lenyapnya kontak yang dialami
sebagai tidak menyenangkan itu,
maka perasaan yang bersesuaian—
perasaan yang tidak menyenangkan
yang muncul bergantung pada kontak
yang dialami sebagai tidak
menyenangkan—berhenti dan
mereda.
“Dengan bergantung pada kontak yang
dialami sebagai bukan-tidak menye-
nangkan juga bukan-menyenangkan,
maka muncul perasaan yang bukan-
tidak menyenangkan juga bukan-
menyenangkan.
Dengan lenyapnya kontak yang dialami
sebagai bukan-tidak menyenangkan
juga bukan-menyenangkan itu,
maka perasaan yang bersesuaian—
perasaan yang bukan-tidak
menyenangkan juga bukan-
menyenangkan yang muncul
bergantung pada kontak
yang dialami sebagai bukan-tidak
menyenangkan juga bukan-
menyenangkan—berhenti dan mereda.
“Para bhikkhu,
seperti halnya panas dihasilkan
dan api dihasilkan dari gabungan
dan gesekan dua batang kayu-api,

tetapi ketika kayu api tersebut


dipisahkan dan disingkirkan maka
panas yang dihasilkan, berhenti dan
mereda;
demikian pula, tiga perasaan ini lahir
dari kontak, berakar pada kontak,
dengan kontak sebagai sumber dan
kondisinya.
Dengan bergantung pada kontak yang
sesuai maka perasaan yang
bersesuaian muncul;
dengan lenyapnya kontak yang sesuai
maka lenyap pula perasaan yang
bersesuaian.”
*****
Dengan cara ini (In this way):
Berdiam-menyadari perasaan sebagai perasaan Abide contemplating the feeling as a feeling
secara internal, internally,
atau berdiam-menyadari perasaan sebagai perasaan Or abide contemplating the feeling as a feeling
secara eksternal, externally
atau berdiam-menyadari perasaan sebagai perasaan Or abide contemplating the feeling as a feeling
baik secara internal maupun eksternal. internally and externally
Atau berdiam-menyadari di dalam perasaan Or abide contemplating in the feeling its nature of
fenomena yang muncul, rising
atau berdiam-menyadari di dalam perasaan Or abide contemplating in the feeling its nature of
fenomena yang lenyap,
vanishing
atau berdiam-menyadari di dalam perasaan baik
Or abide contemplating in the feeling its nature of
fenomena yang muncul maupun yang lenyap
sekaligus.
both arising and vanishing

•Kesadaran bahwa ‘Hanya ada ini, perasaan ini’.


•Sekarang telah terbentuk dengan jelas di dalam diri Mindfulness that ‘there is a feeling ’ is simply
yang cukup untuk pengetahuan ke dalam Realitas established to the extent necessary for bare
(pandangan terang) dan cukup untuk knowledge and mindfulness.
kesadaran,berdiam dengan sepenuhnya tidak And abide independent, not clinging to anything in
melekat, tanpa kemelekatan pada apapun. the world.

Demikianlah sesungguhnya seseorang hidup dengan


That is how someone abides contemplating the
mempraktikkan penyadaran perasaan sebagai
feeling as a feeling
perasaan

Anda mungkin juga menyukai