Kisah ini pernah saya sampaikan di awal acara launching buku pada tahun
2009 di Yogyakarta. Pada intinya, saya hanya ingin menjelaskan bahwa reaksi
pikiran ini begitu cepat. Sebuah reaksi spontan bergulir dan berkaitan dengan
reaksi orang lain, dan disitulah terjadi kerumitan dalam hidup. Memang kisah
itu hanya joke, tapi seperti itulah kita pada umumnya yang sering bereaksi secara
spontan terutama pada hal-hal negatif seperti marah, benci, dan lain-lain.
Ada sebuah ilustrasi lagi.
Pernahkah Anda membenci sebuah nama tertentu? Anda begitu tidak
menyukai nama itu. Ketika Anda bertemu dengan orang siapapun dengan nama
yang sama, Anda tidak senang dengan orang itu. Bisa kita pahami bahwa
ternyata kebencian itu berada pada wilayah persepsi. Coba perhatikan, siapa
yang Anda benci pada waktu itu? Apakah orang apa adanya itu, atau persepsi
tentang nama itu?
Kita harus mengakui bahwa reaksi-reaksi pikiran seperti ini, tidak lain,
adalah ketidakbahagiaan dalam hidup. Artinya, penderitaan kita sudah berada
pada pikiran bawah sadar, pikiran telah terprogram dengan bereaksi spontan
secara negatif. Karena itulah banyak orang hidup dengan ketidakbahagiaan.
Ketidakbahagiaan itu juga dialami oleh orang-orang yang memiliki materi
berlebih. Jelas, ketidakbahagiaan tidak selalu indentik dengan kemiskinan.
Bahkan kebahagiaan itu tidak ada hubungannya dengan hal-hal eksternal kita.
2
cukup dari sudut pandang psikologi, khususnya psikoterapi. Penjabaran yang
saya tulis ini saya tujukan bagi mereka yang belum banyak tahu tentang
meditasi dan ingin mempelajari dan mempraktikkannya. Harus diketahui pula
bahwa saya pribadi bukanlah seorang sarjana psikologi, apalagi seorang
psikolog. Tulisan ini hanyalah hasil pengalaman saya dalam mengatasi masalah
dalam hidup melalui praktik meditasi dengan melibatkan teori-teori psikologi.
Tanpa bermaksud menggurui, kini saatnya, bagi saya untuk berbagi sebagai
upaya penyelesaian masalah yang mungkin juga sedang Anda alami.
Kebahagiaan Sejati
Apa itu kebahagiaan?
Ini adalah pertanyaan yang mendasar untuk memahami cara kerja terapi
dalam meditasi.
Kebahagiaan yang sering dicari orang pada umumnya itu bukanlah
kebahagiaan yang sesungguhnya. Jika kita mau jujur mengakuinya, hal itu
hanyalah kesenangan. Kesenangan dan kebahagiaan itu berbeda. Dalam
kesenangan selalu memiliki jarak dan selalu “nun jauh di sana”. Sedangkan
kebahagiaan itu berada “saat ini”, bisa diakses sekarang juga, dan tidak harus
menunggu esok hari, bahkan tidak tergantung dengan hal-hal eksternal. Dalam
bahasa spiritual, kebahagiaan adalah “anugerah” yang sudah ada sejak dahulu.
Kebahagiaan adalah pengalaman akan Tuhan, penyatuan dengan Sang Ilahi,
Keabadian, dan masih banyak istilah-istilah lain.
3
Kita akan perdalam pengertian kebahagiaan ini tanpa harus melibatkan
penjelasan filsafat spiritual yang rumit.
Satu hal yang harus dipahami bahwa kebahagiaan itu sudah ada, dan
bukan ciptaan kita. Yang merupakan hasil ciptaan kita adalah kesenangan dan
penderitaan. Kesenangan dan penderitaan itu sifatnya tidak kekal dan selalu
berubah. Keduanya itu bisa muncul, maka sudah bisa dipastikan bahwa dua hal
itu juga bisa berakhir. Secara prinsip, segala yang muncul akan lenyap. Siapapun
bisa mengerti dengan baik logika sederhana ini. Berbeda dengan kebahagiaan,
yang sudah ada, karena itu bebas dari kemunculan dan kelenyapan.
Sebuah ilustrasi.
Bahagia itu seperti indahnya langit yang biru. Mungkin Anda akan
melihat awan mendung, hujan deras, halilintar, atau juga awan yang indah,
bahkan pelangi yang begitu menarik untuk dilihat. Apapun yang terjadi, itu
hanya menutupi langit biru, tapi bukan berarti langit biru itu tidak ada. Jika
penampakan-penampakan itu hilang, maka langit yang indah itu akan terlihat.
Ketika kita tidak lagi menciptakan konflik dan jarak dengan obsesi, maka cahaya
langit yang biru itu akan semakin menampak dirinya. Karena itu, kebahagiaan
bukanlah sesuatu yang dikejar. Semakin dikejar, pikiran akan semakin berada
dalam konflik. Jika kita melepas hasrat mengejar kebahagiaan, kebahagiaan itu
akan semakin menampakkan diri.
Setidaknya ada lima buah ciri-ciri kebahagiaan sejati. Berikut ini, saya
menguraikannya secara singkat agar kita lebih mengenalnya secara praktis.
• Kebahagiaan itu dialami saat ini, sekarang juga.
• Kebahagiaan itu tidak tergantung pada hal-hal eksternal.
Persyaratan-persyaratan kebahagiaan seperti: akan merasa bahagia jika
memiliki mobil, mendapat uang banyak, memilik rumah mewah, dll, itu
hanya akan membuat jarak. Seandainya hal itu bisa tercapai, itu hanyalah
kesenangan yang sebentar, lalu kita akan kembali terjerebab dalam lubang
kebosanan dan penderitaan. Penting dicatat bahwa kebahagiaan sejati selalu
tidak bersyarat.
• Kebahagiaan itu, tidak lain, adalah kedamaian.
Kedamaian dan ketenangan adalah berbeda. Ketenangan adalah keadaan
sekitar yang membuat diri nyaman. Jadi kedamaian itu bersifat kondisional.
Berbeda dengan kedamaian. Kedamaian adalah keadaan mental bahagia
yang tidak tergantung apakah suatu keadaan itu nyaman ataupun tidak.
4
• Kebahagiaan itu seperti cahaya yang bersinar. Sinar yang terpancar itu sering
menjelma dalam bentuk cinta kasih, welas asih, empati, dan mentalitas yang
seimbang. Ini memberikan arti bahwa cinta kasih, welas asih, dan kualitas
positif lainnya, bukanlah hasil pencapaian. Karena semua itu bukanlah
buatan kita. Yang kita lakukan hanyalah mengurangi hasrat diri sehingga
cahaya itu akan semakin bersinar.
• Kebahagiaan itu sederhana. Jika Anda membuatnya rumit, maka itu bukan
kebahagiaan lagi. Saya sering menyebutkan bahwa kebahagiaan itu gratis,
nyaris tanpa jerih payah yang menguras pemikiran dan tenaga.
Ada empat jenis gelombang otak, yaitu alpha, beta, theta, dan delta. Saya akan
uraikan secara singkat secara berurutan.
5
Alpha (7-14 Cps):
• Keadaan relaks dan tanpa stres.
• Kondisi dimana manusia memiliki Kecerdasan Emosional (EQ).
• Pada keadaan ini proses penyembuhan mulai bereaksi dalam memprogram
bawah sadar.
• Contoh aktivitas: berdoa, relaksasi, meditasi, dan lain-lain.
6
Lalu, apakah hypnosis itu?
Ada banyak definisi tentang hypnosis, dan akan terlalu panjang di bahas
pada tulisan ini. Secara umum, hypnosis adalah penurunan tingkat gelombang
otak menuju tingkat bawah sadar. Yang terjadi dalam hypnotherapy adalah
membuat seseorang dalam kondisi tertentu, biasanya alpha atau theta, untuk
dilakukan programming mind yang bertujuan untuk mengganti belief yang keliru,
memecahkan masalah-masalah tertentu, seperti untuk mengatasi pobia,
kecanduan obat-obatan, menambah self esteem, dan lain-lain. Bawah sadar yang
telah dilakukan programming, itu akan membuat perilaku dan mental menjadi
lebih baik, sesuai dengan tujuan terapi. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas
keseharian kita itu banyak dipengaruhi oleh pikiran bawah sadar.
Hypnosis itu sendiri tidak identik dengan keadaan tidur atau tidak
sadarkan diri. Jika dalam proses hypnosis seseorang merasa nyaman dan hanyut
dalam keadaan tersebut, itu berarti sudah mengalami trance. Jadi, yang penting
diketahui bahwa keadaan trance dalam hypnosis ini tidak identik dengan tidur
atau tidak sadar, walaupun kata dasar “hypno” berarti tidur. Pengertian kata
dasar ini mengacu pada penggunaan hypnosis pada bidang medis, terutama
anestesi, dimana syaraf dibuat “tidur”.
Dalam praktik meditasi, peristiwa trance, dalam pengertian di atas, itu
juga terjadi. Trance itu sendiri tidak harus proses berpikir berhenti. Namun ada
juga trance yang mendalam (deep trance) selama praktik meditasi dimana keadaan
ketenangan yang tetap mengetahui (knowing) tapi dengan tidak berkonsep. Ini
bukan keadaan tidak sadar, tapi justru keadaan yang begitu peka memahami
realita dalam tingkat kesadaran yang begitu halus. Sering pula pengalaman itu
dikenal dalam ungkapan: “knowing without knower”. Namun harus diketahui
pula, bahwa literatur meditasi modern jarang menggunakan kata trance untuk
mengacu pada ketenangan ini. Hal ini terjadi karena istilah “trance” sudah
terlanjur dimaknai secara negatif sebagai bentuk ketidaksadaran. Sebagai
gantinya, ketenangan itu diterjemahkan sebagai tranquility. Apapun istilahnya,
yang jelas, ketenangan ini dicapai dengan kemampuan menyatu dan hanyut
atau terserap (absorb) dalam obyek.
7
Intuitive Wisdom Hypnosis
Sebelum mengetahui pengertian intuitive wisdom hypnosis, ada baiknya
saya menjelaskan perbedaan hypnotherapy dengan meditasi.
Seperti yang telah saya singgung sebelumnya, dalam praktik meditasi,
proses hypnosis juga terjadi, namun tujuan terapi dan metodenya berbeda.
Hypnotherapy bertujuan untuk conditional purpose, sedangkan meditasi untuk
unconditional purpose. Mengapa unconditional purpose? Sudah jelas, bahwa latihan
meditasi adalah untuk menumbuhkan kebahagiaan sejati, bukan kesenangan.
Karena itu praktik meditasi bukanlah sekedar balancing, dalam arti relaksasi
setelah mengalami ketegangan dalam hidup. Meditasi bukanlah bersenang-
senang dengan sensasi-sensasi “mistik” setelah mengalami stres dalam pekerjaan
yang melelahkan. Bersenang-senang memang bisa menjadi pengalih perhatian
sementara yang sedikit membantu untuk stress release, namun itu tidak akan
mengubah cara Anda dalam menghadapi masalah yang sama dalam kehidupan
nyata.
Seperti apa metode dalam meditasi? Hal ini penting sekali untuk kita
pahami.
Metoda dalam meditasi adalah “metode yang tanpa metode”. Saya
kadang menyebutkannya sebagai “programming without programming”, sebuah
ungkapan dalam bentuk paradok. Maksudnya, yang dilakukan dalam praktik
meditasi adalah aktivitas melepas, merasa, penuh perhatian, menyadari, dan
masih banyak padanan kata lainnya, yang intinya adalah keterbukaan dan
ketulusan yang utuh dalam menerima realitas apa adanya, termasuk kondisi
pikirannya sendiri. Bahkan jika meditator sudah begitu terlatih, dia akan
memiliki ketulusan dan ketenangan yang mendalam yang tidak lagi melibatkan
proses berpikir sebagaimana dalam hypnotherapy pada umumnya. Hanya
pelepasan yang bisa membuat kita merasakan unconditional happiness.
Jika dikaitkan dengan pengertian dan cara kerja hypnotherapy, praktik
meditasi itu adalah intuitive wisdom hypnosis. Dalam meditasi yang dilakukan
adalah penurunan tingkat gelombang otak untuk melatih intuitive wisdom kita.
Jika ada istilah intuitive, tentu ada juga intelectual wisdom. Saya akan jelaskan dua
jenis wisdom ini.
Intuitive wisdom disini adalah kebijaksanaan atau pengetahuan yang tanpa
konsep, lebih tepatnya adalah sesuatu yang membuat diri kita sanggup
menghadapi ketidakpastian dalam hidup. Pikiran yang mengetahui dan tanpa
konsep, itulah yang dimaksud intuitif. Pemahaman intuitif ini adalah
pemahaman yang paling dekat dengan realita.
“If you do not understand the practice you will not be happy to practice.”
(Ashin Tejaniya)
8
Sedangkan intelectual wisdom adalah kebijaksanaan atau pengetahuan
yang masih memiliki konsep. Sifatnya adalah teori yang biasanya didapat dari
membaca buku, belajar dari orang lain, merenung, dan juga berdiskusi untuk
memperjelas pemahaman hidup. Dalam sehari-hari wisdom jenis ini juga sangat
membantu. Misal jika Anda mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan
namun Anda harus tetap menghadapi masalah tersebut. Anda belajar menerima
keadaan dan berusaha berdamai dengan keadaan. Ini sudah termasuk wisdom,
walaupun pada waktu itu mungkin kita sedang tidak mengalami deep trance.
Jadi, intelectual wisdom itu tetap penting, dan dibutuhkan untuk
menunjang praktik meditasi. Sebelum praktik meditasi dibutuhkan intelectual
wisdom sebagai standar pemahaman awal. Karena jika tujuan praktik meditasi
dipahami secara keliru, tentu latihan meditasi yang dilakukan juga menjadi
keliru dan konsekuensinya kita tidak akan mendapatkan manfaat yang
maksimal.
Di awal tulisan ini, saya telah jelaskan bahwa ketidakbahagiaan hidup
kita itu sudah berada pada tingkat pikiran bawah sadar. Jika masalah hidup kita
itu berada pada tingkat bawah sadar, tentu pemecahannya juga harus dimulai
dari bawah sadar ini. Jika intuitive wisdom dalam bawah sadar ini dikembangkan,
maka secara alami intelectual wisdom kita juga akan lebih baik. Cara pandang
kita terhadap hidup akan berbeda dan aktivitas keseharian kita juga akan lebih
baik, karena konflik diri akan jauh berkurang. Kita akan hidup lebih damai dan
bahagia, dan bisa penuh cinta kasih dalam aktivitas keseharian kita.
9
Dalam kedokteran, RAS adalah salah satu organ dalam anatomi otak.
Dalam teori hypnosis, RAS lebih sering dipahami sebagai pintu gerbang antara
pikiran sadar dan bawah sadar. Ada dua fungsi utama lain, yaitu: untuk
memberitahu kita mana yang perlu dan mana yang tidak, dan RAS itu akan
membantu kita dalam mencari jalan keluar jika kita memiliki niat tertentu.
10
Bagaimana Memulai Praktik Meditasi?
Tanpa harus menguraikan banyak teori, saya akan langsung memberikan
penjelasan teknis tentang meditasi pernapasan. Ada delapan hal yang perlu
diperhatikan untuk memulai praktik meditasi.
1. Cari tempat duduk yang nyaman dan pastikan keadaan sekitar bebas dari
keributan, terutama gangguan suara.
[A] Bersila Biasa [B] Bersila Setengah Teratai [C] Bersila Teratai Penuh
Untuk posisi duduk, Anda boleh pilih satu seperti pada gambar di atas.
Tidak disarankan tiduran. Biasanya posisi yang paling nyaman adalah [B].
Posisi tangan tidak harus dipangkuan, bisa diletakkan di paha secara nyaman.
Yang paling penting adalah duduk meditasi yang dirasa paling nyaman.
2. Tentukan lamanya waktu meditasi.
Anda bisa tentukan dengan melakukan set alarm, minimal satu sesi meditasi
selama 15 menit. Jika Anda sudah mulai terbiasa meditasi, Anda bisa
menambah lamanya waktu berlatih meditasi.
11
3. Rasakan sebuah titik sensasi pada lubang hidung dalam proses pernapasan.
Yang Anda lakukan adalah bernapas secara alami dan rasakan sebuah titik
sentuh. Bernapaslah melalui hidung dan mulut tertutup.
Mengapa satu titik sensasi?
Proses pernapasan itu akan melewati beberapa organ pernapasan dan
sepanjang jalur pernapasan dari paru-paru hingga ke hidung. Jika
memperhatikan banyak sensasi akan membuat pikiran sibuk memilih-milih
titik sensasi. Karena itu pilih satu titik sensasi, di area hidung, bisa ujung
hidung, area segitiga antara hidung dan mulut. Yang penting, pilih satu titik
sensasi saja.
4. Bermeditasilah dengan lembut dan alami sesuai dengan obyek.
Sensasi napas bukanlah hal yang dicari. Proses pernapasan akan terjadi
secara alami, bahkan tanpa Anda mengaturnya sedemikian rupa. Anda
hanya merasakan dan mengamati napas saja.
5. Berdamailah dengan diri sendiri.
Dalam melakukan meditasi, sangat mungkin pikiran berkeliaran. Pikiran
tidak lagi pada obyek napas. Jangan menyalahkan diri, atau merasa marah
atas keadaan pikiran Anda sendiri. Anda perlu belajar memaklumi keadaan,
termasuk memaklumi pikiran yang sedang berkeliaran. Ketika ada konflik,
jangan ingin mengenyahkan konflik itu. Konflik tidak bisa diatasi dengan
konflik, karena itu hanya akan menciptakan konflik-konflik baru. Secara
alami, jika terbiasa menyadari saja pikiran yang berkeliaran, maka pikiran
akan lebih jinak. Biarkan jinak sesuai dengan gerak alaminya sendiri, dan
kembalilah pada obyek napas.
Kadang dalam proses meditasi, ingatan-ingatan negatif bawah sadar akan
muncul. Janganlah takut atau merasa meditasi Anda gagal. Emosi negatif
yang muncul dari bawah sadar, sebenarnya, adalah kesempatan yang baik
untuk mempelajarinya, menghadapinya dengan bijak. Intuitive wisdom justru
dilatih disini. Anda bisa belajar untuk menerima persepsi-persepsi yang
muncul itu. Tapi jangan diikuti, hanya disadari. Jika Anda mengikuti, maka
akan terjadi cerita panjang yang justru akan membuat diri Anda kelelahan.
Pengalaman dan ingatan masa lalu bukanlah untuk dibenci, dan dienyahkan.
Jika Anda terbiasa untuk menerima semua hal itu, Anda justru akan lebih
nyaman dan bisa menghadapi hidup dengan lebih baik.
12
6. Istirahatkan pikiran Anda.
Dalam praktik meditasi, sering juga pikiran mulai berceloteh, bercerita,
bahkan berfilsafat. Berlatih meditasi bukanlah berlatih intelektual, bukan
pula memprogram bawah sadar untuk menampilkan ide-ide kreatif. Ini
bukan forum brainstrorming. Istirahatkanlah pikiran Anda dari bentuk-bentuk
pikiran. Ajahn Chah sering menasihatkan, “Jadilah orang yang melepaskan
semua pandangan serta opini yang sebenarnya cuma tumbuh dari merasa diri
penting dan kesombongan.”
7. Jangan ingin damai dan bahagia, bahkan jangan merencanakannya.
Jika Anda merasakan sedikit kedamaian, biasanya pikiran akan
menginginkannya agar lebih lama, bahkan menginginkannya terjadi selama
satu sesi meditasi. Anda perlu waspada! Karena kedamaian yang diinginkan
itu akan segera berubah menjadi kesenangan. Kedamaian dan kebahagiaan
sejati itu tidak perlu melibatkan keinginan dan rencana. Biarkan mengalir
dan “rasakan” aja apa yang terjadi, tidak perlu berkomentar apa-apa. Jika
Anda ingin bahagia, maka kebahagiaan akan semakin menjauh. Jika Anda
melepas keinginan itu, maka kebahagiaan akan muncul dengan sendirinya.
“The more you try to see something, the less clearly you can see it.”
(Ashin Tejaniya)
13
Teknik Relaksasi Sederhana
Bagaimana jika titik sentuh obyek meditasi ternyata sulit dirasakan?
Hal itu terjadi biasanya karena pikiran sebelumnya terlalu sibuk di
gelombang beta. Lintasan aktivitas keseharian bisa juga membuat kita agak sulit
beradaptasi untuk masuk pada trance. Hal ini adalah wajar, Anda bisa
melakukan salah satu dari beberapa teknik relaksasi untuk membantu latihan
meditasi Anda. Tujuannya adalah agar Anda bisa lebih mudah beradaptasi
untuk berlatih meditasi. Namun jika Anda sudah cukup terampil melakukan
meditasi, latihan relaksasi ini tidak perlu dilakukan. Saya menjumpai orang
yang telah terampil, mampu mengalami deep trance tanpa menggunakan latihan-
latihan awal seperti ini.
Berikut ada tiga buah teknik relaksasi. Anda bisa pilih salah satu dari tiga
teknik ini.
14
• Membaca mantra atau melakukan zikir.
Beberapa tradisi spiritual menggunakan mantra atau zikir untuk memasuki
trance. Namun ini tergantung dengan system belief seseorang. Tidak semua
orang merasa nyaman dengan menggunakan mantra atau zikir. Tapi jika
Anda merasa nyaman karena hal itu sesuai dengan tradisi agama, boleh juga
digunakan.
Tiga cara yang saya sebutkan di atas hanya sebagai sarana awal. Ketika
pikiran sudah cukup bisa diajak beradaptasi, maka yang dilakukan adalah
melanjutkan meditasi dengan obyek pernapasan. Tujuan dari relaksasi awal ini
adalah untuk membuka pintu RAS. RAS yang terbuka sedikit saja, itu sudah
cukup, Anda harus segera lanjutkan teknik meditasi pernapasan.
Intuitive
Wisdom
Ketenangan Penembusan
(Tranquility) Hypnosis (Insight)
15
adalah proses alami jika napas semakin halus. Hanya ketika kita melepas
keinginan dan menyatu pada titik sentuh, terhanyut dalam proses pengamatan,
maka hal itu akan mengarah pada penembusan. Ketika kita menembus, maka
ketenangan akan semakin bertambah. Dan ketika ketenangan bertambah, itu
akan memudahkan penembusan lebih dalam lagi, dan seterusnya. Pikiran kita
akan semakin peka dan bisa melihat dengan jelas realita apa adanya itu. Yang
dilatih dalam praktik meditasi adalah aktivitas pelepasan hasrat. Hanya dengan
“melepas” unconditional happiness akan semakin terasa. Itu adalah konsekuensi
ketika kita bisa menerima dan melihat realita apa adanya. Jika tidak “melepas”,
seperti sibuk menginginkan sesuatu atau benci terhadap keadaan, maka hal itu
tidak akan pernah membawa pada kedamaian dan kebahagiaan.
Secara praktis, pada saat awal praktik meditasi, sangat wajar jika pikiran
masih melibatkan konsep, berkeliaran, dan sering berusaha untuk kembali pada
obyek. Harus dipahami bahwa konsep jangan dilawan dengan konsep, tapi
cukup disadari saja. Jika dilakukan dengan cara yang halus, tanpa hendak
mengontrol keadaan, maka berangsur-angsur ketenangan akan mulai terasa.
Napas akan terasa lebih halus. Apapun yang terjadi, hanya rasakan saja, tanpa
harus memberinya label-label tertentu. Tidak perlu merayakan keberhasilan
setelah meraih ketenangan. Kita juga tidak usah sibuk memilah-milah
pengalaman, mana yang penembusan, mana yang ketenangan. Teori-teori dalam
tulisan ini tidak perlu didiskusikan dan dibahas selama praktik meditasi.
Biarkan secara alami, dan tidak perlu repot-repot membuat definisi-definisi.
Pikiran kita akan lebih mudah masuk pada gelombang alpha bahkan theta.
Pikiran akan lebih tenang dan kita bisa memperdalam (deepening) untuk melatih
intuitive wisdom kita.
Sebuah catatan lagi, bahwa obyek pernapasan adalah obyek meditasi
yang unik. Jika semakin mengalami deep trance, maka obyek napas akan semakin
halus dan akan tidak terasa. Ini bukan berarti kita berhenti bernapas. Sama sekali
bukan. Dan, hal ini tidak perlu ditakutkan. Proses bernapas itu tetap ada, hanya
saja pikiran begitu tajam dalam mengamati realitas. Hal ini sering dianalogikan
oleh Ajahn Chah, salah seorang Guru meditasi tersohor di Thailand, sebagai
telaga jernih di hutan (a still forest pool). Dalam hutan akan ada hal-hal yang
berlalu lalang. Mulai dari pohon yang bergoyang, daun berjatuhan, burung-
burung yang mampir dan pergi, manusia yang sedang sibuk bekerja, bahkan
hewan yang mampir minum di telaga tersebut. Telaga itu tetap hening dan tidak
terusik oleh keadaan apapun. Demikian juga apa yang dilatih dalam praktik
meditasi, yaitu melatih pikiran untuk selalu seperti telaga jernih itu. Ada juga
sebuah puisi Zenrin yang menggambarkan pengalaman yang serupa, “Sitting
quietly doing nothing.” Berdiam diri dalam kedamaian adalah pikiran yang tidak
lagi memberikan reaksi membabi buta terhadap apa yang terjadi dalam pikiran.
16
“Jika tujuan Anda adalah menghindari rasa sakit dan
melarikan diri dari penderitaan, saya tidak akan menganjurkan
Anda perlunya mencapai tingkat kesadaran spiritual yang lebih tinggi...
Anda tidak dapat meraih tingkat kesadaran spiritual yang
tinggi itu tanpa penderitaan.”
(M. Scott Peck, M.D)
Parameter Kebahagiaan
Seperti apa parameter kebahagiaan?
Jika Anda telah bisa membedakan antara kebahagiaan dan kesenangan,
maka Anda akan lebih mudah memahami meditasi. Tujuan praktik meditasi
bukanlah melenyapkan masalah, tapi mengubah cara respon Anda terhadap
masalah. Anda akan tetap bahagia walaupun memiliki masalah. Hal itu yang
sering disebut sebagai masalah yang tidak “masalah” lagi. Orang yang paling
bahagia adalah orang yang bisa hidup dalam arus perubahan. Parameter
kemajuan meditasi adalah kesiapan menghadapi ketidakpastian dalam hidup.
Penutup
Sebagai penutup tulisan ini, saya akan menceritakan sebuah kisah.
Suatu ketika Ajahn Chah didatangi sekelompok wisatawan yang dikirim
sebagai suatu delegasi sebuah organisasi agama di Eropa. Mereka memberikan
tiga buah pertanyaan dengan mantapnya kepada Ajahn Chah. “Mengapa Anda
berlatih meditasi? Bagaimana Anda berlatih? Apakah hasil dari latihan Anda?”
Ajahn Chah memejamkan matanya, menunggu, lalu menjawab dengan
tiga buah pertanyaan. “Mengapa Anda makan? Bagaimana Anda makan? Bagaimana
rasanya setelah Anda makan?”
Kemudian Sang Guru itu tertawa.
Berbagai penelitian ilmiah tentang meditasi telah banyak dilakukan oleh
para ilmuwan. Banyak sekali orang mulai menyadari pentingnya latihan
meditasi, tapi mereka tidak mempraktikkannya secara rutin. Mereka belum
merasakan adanya kebutuhan berlatih, seperti halnya kebutuhan akan makan
atau minum. Kebutuhan untuk bahagia, dalam hal ini, juga perlu melihat bahwa
antara meditasi dan kehidupan sehari-hari bukan hal yang terpisah. Semua
situasi memberikan kesempatan untuk berlatih, untuk hidup bahagia dengan
tumbuhnya kebijaksanaan dan cinta kasih.
Akhir kata, jika Anda mulai peka dan secara jujur mengakui adanya
masalah dan penderitaan dalam diri Anda, maka itu berarti Anda butuh berlatih
meditasi. Jika memang demikian, maka saya ucapkan: “Selamat berlatih
meditasi!”.
17
PROFIL PENULIS
KONTAK
Email : victor_alx@yahoo.com
FaceBook : http://www.facebook.com/victor.a.liem?ref=profile
Blog : http://victoralexanderliem.blogspot.com
18