Anda di halaman 1dari 19

1

Rhinosinusitis Maksilaris Akut


Andi Siti Hardiyanti
10-2011-165
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510
(021) 5634-2061
andisitihardiyanti@gmail.com

PENDAHULUAN
Sinusitis merupakan penyakit yang sangat lazim diderita di seluruh dunia, hampir
menimpa kebanyakan penduduk Asia. Sinusitis dapat menyebabkan seseorang menjadi sangat
sensitif terhadap beberapa bahan, termasuk perubahan cuaca (sejuk), pencemaran alam sekitar,
dan jangkitan bakteri. Gejala yang mungkin terjadi pada sinusitis adalah bersin-bersin terutama
di waktu pagi. Menurut Lucas seperti yang di kutip Moh. Zaman, etiologi sinusitis sangat
kompleks, hanya 25% disebabkan oleh infeksi, sisanya yang 75% disebabkan oleh alergi dan
ketidakseimbangan pada sistim saraf otonom yang menimbulkan perubahan-perubahan pada
mukosa sinus. Suwasono dalam penelitiannya pada 44 penderita sinusitis maksila kronis
mendapatkan 8 di antaranya (18,18%) memberikan tes kulit positif dan kadar IgE total yang
meninggi. Terbanyak pada kelompok umur 21-30 tahun dengan frekuensi antara laki-laki dan
perempuan seimbang. Hasil positif pada tes kulit yang terbanyak adalah debu rumah (87,75%),
tungau (62,50%) dan serpihan kulit manusia (50%).
(2)

Data dari DEPKES RI tahun 2006 menyebut kan bahwa penyakit hidung dan sinus
menempati urutan ke-25 dari 50 kasus yaitu sekitar 102.817 penderita rawat jalan di rumah
sakit. Survey kesehatan indra pengelihatan dan pendengaran 1996 yang diadakan oleh
Binkesmas bekerja sama dengan PERHATI dan bagian THT RSCM mendapatkan data
penyakit hidung dari 7 provinsi. Data dari divisi Rinologi Departemen THT RSCM januari-
Agustus 2005 menyebutkan jumlah pasien rhinologi pada kurun waktu tersebut adalah 435
pasien, 69%nya adalah sinusitis.
(1)


2

SINUS PARANASAL
Secara klinis sinus paranasal dibagi menjadi dua kelompok yaitu bagian anterior dan
posterior (gambar.1). Kelompok anterior bermuara di bawah konka media, pada atau di
dekat infundibulum, terdiri dari sinus frontal, sinus maksila, dan sel-sel anterior sinus
etmoid. Kelompok posterior bermuara di berbagai tempat di atas konka media terdiri dari
sel-sel posterior sinus etmoid dan sinus sphenoid. Garis perlekatan konka media pada
dinding lateral hidung merupakan batas antara kedua kelompok. Proctor berpendapat bahwa
salah satu fungsi penting sinus paranasal adalah sebagai sumber lender yang segar dan tak
terkontaminasi yang dialirkan ke mukosa hidung. (Ballenger JJ,1994)
(3)


Gambar 1.Anatomi Sinus Paranasal
(4)


Sinus maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar. Saat lahir sinus
maksila bervolume 6-8 ml,sinus kemudian berkembang dengan cepat dan akhirnya
mencapai ukuran maksimal,yaitu 15 ml saat dewasa. (gambar.2)
(2)

Sinus maksila berbentuk pyramid. Dinding anterior sinus ialah permukaan
fasial os maksila yang disebut fosa kanina, dinding posteriornya adalah permukaan
infra-temporal mkasila, dinding medialnya ialah dinding dinding lateral rongga
hidung, dinding superiornya ialah dasar orbita dan dinding inferiornya ialah prosesus
alveolaris dan palatum. Ostium sinus maksila berada di sebelah superior dinding
medial sinus dan bermuara ke hiatus semilunaris melalui infundibulum etmoid.
(2)

3


Gambar.2 & 3 Perkembangan Sinus Paranasal
(5)


Dari segi klinik yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus maksila adalah:
dasar sinus maksila sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas, yaitu
premolar (P1 dan P2), molar (M1 danM2), kadang- kadang juga gigi taring (C)
dan gigi molar M3,bahkan akar-akar gigi tersebut dapat menonjol ke dalam
sinus, sehingga infeksi gigi geligi mudah naik ke atas menyebabkan sinusitis.
Sinusitis maksila dapat menimbulkan komplikasi orbita.
Ostium sinus maksila terletak lebih tinggi dari dasar sinus, sehingga drenase
hanya tergantung dari gerak silia, lagi pula dreanase juga harus melalui
infundibulum yang sempit. Infundibulum adalah bagian dari sinus etmoid
anterior dan pembengkakan akibat radang atau alergi pada daerah ini dapat
menghalangi drainase sinus maksila dan selanjutnya menyebabkan sinusitis.
(2)







4

FISIOLOGI SINUS PARANASAL

Beberapa teori yang dikemukakan sebagai fungsi sinus paranasal antara lain
adalah :
Sebagai pengatur kondisi udara (air conditioning)
Sinus berfungsi sebagai ruang tambahan untuk memanaskan dan mengatur
kelembaban udara inspirasi. Keberatan terhadap teori ini ialah ternyata tidak
didapati pertukaran udara yang definitif antara sinus dan rongga hidung. Volume
pertukaran udara dalam ventilasi sinus kurang lebih 1/1000 volume sinus pada
tiap kali bernafas, sehingga dibutuhkan beberapa jam untuk pertukaran udara total
dalam sinus. Lagipula mukosa sinus tidak mempunyai vaskularisasi dan kelenjar
yang sebanyak mukosa hidung.
(3)

Sebagai penahan suhu (thermal insulators)
Sinus paranasal berfungsi sebagai buffer (penahan) panas , melindungi orbita dan
fosa serebri dari suhu rongga hidung yang berubah-ubah.
(3)

Membantu keseimbangan kepala
Sinus membantu keseimbangan kepala karena mengurangi berat tulang muka.
Akan tetapi bila udara dalam sinus diganti dengan tulang hanya akan memberikan
pertambahan berat sebesar 1% dari berat kepala, sehingga teori ini dianggap tidak
bermakn.
(3)

Membantu resonansi suara
Sinus mungkin berfungsi sebagai rongga untuk resonansi suara dan
mempengaruhi kualitas suara. Akan tetapi ada yang berpendapat , posisi sinus dan
ostiumnya tidak memungkinkan sinus berfungsi sebagai resonator yang efektif.
(3)


Sebagai peredam perubahan tekanan udara
Fungsi ini berjalan bila ada perubahan tekanan yang besar dan mendadak,
misalnya pada waktu bersin atau membuang ingus.
(3)


5

Membantu produksi mukus.
Mukus yang dihasilkan oleh sinus paranasal memang jumlahnya kecil
dibandingkan dengan mukus dari rongga hidung, namun efektif untuk membersihkan
partikel yang turut masuk dengan udara inspirasi karena mukus ini keluar dari meatus
medius, tempat yang paling strategis.
(3)

EPIDEMOLOGI

Sinusitis adalah penyakit yang banyak ditemukan di dunia , terutama di tempat
dengan polusi udara tinggi. Iklim yang dingin, lembab, terkait dengan prevalensi yang
lebih tinggi dari sinusitis. Data dari DEPKES RI tahun 2006 menyebut kan bahwa
penyakit hidung dan sinus menempati urutan ke-25 dari 50 kasus yaitu sekitar
102.817 penderita rawat jalan di rumah sakit.
(1)
Virus adalah penyebab sinusitis akut
yang paling umum ditemukan.
Kejadian sinusitis umumnya disertai atau di picu oleh rhinitis sehingga
sinusitis sering juga di sebut dengan rhinosinusitis.

2.4. SINUSITIS MAKSILARIS

Kata sinusitis berasal dari bahasa Latin, yaitu sinus yang artinya cekungan dan
akhiran -itis yang berarti radang.
(6)

Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus paranasal.Bisa juga
disebabkan oleh infeksi virus dan infeksi bakteri. Bila mengenai beberapa sinus
disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai semua sinus disebut pansinusitis.
Sinus yang paling sering terkena adalah sinus maksila dan etmoid. Sinus maksilaris
disebut antrum highmore.
(7)
Sinus maksilaris sering terinfeksi,oleh karena
1. Merupakan sinus paranasal terbesar.
2. Letak ostium lebih tinggi dari dasar.
3. Letaknya dekat dengan gigi rahang atas sehingga infeksi gigi dapat
menyebabkan sinusitis maksilaris.


6

Sinusistis maksilaris dapat terjadi akut mau pun kronis. Berikut perbedaan keduanya
berdasarkan waktu terjadinya
(8)

1. Sinusitis Akut: Serangan mendadak gejala flu, misalnya pilek, hidung
tersumbat dan nyeri wajah yang tidak hilang setelah 10 sampai 14 hari.
Sinusitis akut biasanya berlangsung kurang dari 3 minggu.
2. Sinusitis Sub-Akut: Peradangan yang berlangsung 4 sampai 8 minggu.
3. Sinusitis kronis: Suatu kondisi yang ditandai dengan gejala radang
sinus yang berlangsung 8 minggu atau lebih.
4. Sinusitis berulang: Mengalami beberapa serangan dalam setahun.
Bedasarkan penyebab ternyadinya sinusitis dibagi menjadi 2,yaitu:
1. Sinusitis Rhinogen (penyebabnya dari hidung).
(8)

2. Sinusitis odontogen (penyebabnya dari infeksi gigi).
(8)


2.5. ETIOLOGI

Etiologi sinusitis maksilaris akut dan kronis
Sinusitis maksilaris akut Sinusitis maksilaris kronis
Infeksi virus(Rhinovirus,
Influenza)
Sinusitis akut yang berulang
Bakteri (S.pneumoniae,
H.influenzae)
Alergi
Jamur (aspergillus) Karies gigi
Peradangan menahun saluran
hidung
Septum nasi yang bengkok
Rhinitis alergi , rhinitis vasomotor Benda asing pada hidung dan
sinus
Tonsillitis kronis Tumor di hidung dan sinus
paranasal
(Table.1) Etiologi Sinusitis
(2)





7

Faktor predisposisi penyebab sinusitis,yaitu:
(8)

Obstruksi mekanis: Septum deviasi,korpus alienum & tumor
Obstruksi ostium : Rinitis kronis & rinitisalergi
Perubahan mukosa dan silia: polusi, udara dingin dan kering

2.6. PATOFISIOLOGI

Dalam keadaan fisiologis, sinus adalah steril. Sinusitis dapat terjadi bila klirens silier
sekret sinus berkurang atau ostia sinus menjadi tersumbat, yang menyebabkan retensi
sekret, tekanan sinus negatif, dan berkurangnya tekanan parsial oksigen. Apabila
terjadi infeksi karena virus, bakteri ataupun jamur pada sinus yang berisi sekret ini,
maka terjadilah sinusitis.

Gambar.4. sinus yang normal dan yang terkena sinusitis
(11)

Pada dasarnya patofisiologi dari sinusitis dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu obstruksi
drainase sinus (sinus ostia), kerusakan pada silia, dan kuantitas dan kualitas mukosa.
Infeksi virus akan menyebabkan terjadinya oedem pada dinding hidung dan sinus
sehingga menyebabkan terjadinya penyempitan atau obstruksi pada ostium sinus, dan
berpengaruh pada mekanisme drainase dalam sinus. Selain itu inflamasi, polyps,
tumor, trauma, scar, anatomic varian, dan nasal instrumentation juga menyebabkan
menurunya patensi sinus ostia.
Virus yang menginfeksi tersebut dapat memproduksi enzim dan neuraminidase yang
mengendurkan mukosa sinus dan mempercepat difusi virus pada lapisan mukosilia.
8



Hal ini menyebabkan silia menjadi kurang aktif dan sekret yang diproduksi sinus
menjadi lebih kental, yang merupakan media yang sangat baik untuk berkembangnya
bakteri patogen. Silia yang kurang aktif fungsinya tersebut terganggu oleh terjadinya
akumulasi cairan pada sinus. Terganggunya fungsi silia tersebut dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti kehilangan lapisan epitel bersilia, udara dingin, aliran
udara yang cepat, virus, bakteri, environmental ciliotoxins, mediator inflamasi, kontak
antara dua permukaan mukosa, parut, primary cilliary dyskinesia.

Gambar.5 gangguan gerakan silia pada sinusitis
(10)

Adanya bakteri dan lapisan mukosilia yang abnormal meningkatkan kemungkinan
terjadinya reinfeksi atau reinokulasi dari virus. Konsumsi oksigen oleh bakteri akan
menyebabkan keadaan hipoksia di dalam sinus dan akan memberikan media yang
menguntungkan untuk berkembangnya bakteri anaerob. Penurunan jumlah oksigen
juga akan mempengaruhi pergerakan silia dan aktivitas leukosit.
Antrum maksila mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan akar gigi pre molar
dan molar atas. Hubungan ini dapat menimbulkan problem klinis seperti infeksi yang
berasal dari gigi dan fistula oroantral dapat naik ke atas dan menimbulkan infeksi
sinus.
Penyakit gigi seperti abses apikal, atau periodontal dapat menimbulkan gambaran
radiologi yang didominasi oleh bakteri gram negatif, karenanya menimbulkan bau
9

busuk. Pada sinusitis yang dentogennya terkumpul kental akan memperberat atau
mengganggu drainase terlebih bila meatus medius tertutup oleh oedem atau pus atau
kelainan anatomi lain seperti deviasi, dan hipertropi konka. Akar gigi premolar kedua
dan molar pertama berhubungan dekat dengan lantai dari sinus maksila dan pada
sebagian individu berhubungan langsung dengan mukosa sinus maksila. Sehingga
penyebaran bakteri langsung dari akar gigi ke sinus dapat terjadi.
(9)

2.7. GEJALA KLINIS SINUSITIS MAKSILARIS
(7,15)

Tidak ada gejala dan tanda klinis yang spesifik untuk sinusitis akut. Pasien kadang
tidak menunjukan demam atau rasa lesu.
Gejala sinusistis maksilaris akut
Demam,malaise, dan nyeri kepala yang tidak jelas penyebabnya.
Wajah terasa bengkak, penuh dan gigi nyeri saat menggerakkan kepala
mendadak,misalnya saat naik atau turun tangga.
Nyeri pipi yang khas tumpul dan menusuk dan nyeri pada palpasi dan perkusi.
Nyeri alih dapat dirasakan di dahi dan telinga kanan.
Secret mukopuluren keluar dari hidung dan terkadang bau busuk dan
dirasakanmengalir ke nasofaring..
Batuk iritatif nonproduktif.
Gejala sinusitis maksilaris kronis
Bervariasi dari ringan sampai berat,terdiri dari:
Gejala hidung dan nasofaring, adanya secret pada hidung dan post nasal drip,
sering mukopurulen dan hidung biasanya tersumbat.
Rasa tidak nyaman dan gatal pada tenggorokan.
Pendengaran terganggu oleh karena tersumbatnya tuba eustachius.
Adanya sakit kepala.

10

2.8..DIAGNOSIS
(7)

Diagnosis ditegakkan berdasarkan

Anamnesis

pemeriksaan fisik

pemeriksaan penunjang.

Pemeriksaan fisik sinus maksilaris akut
(7)


Inspeksi Palpasi Rinoskopi
anterior
Rinoskopi
posterior
Pembengkakan
Pada muka dan pipi
Nyeritekan
dan ketok gigi
Mukosa
Konka hiperemis
Dan udematik dan
lendir
mukopurulen di
meatus medius.
Lendir di
nasofaring.
Table 2. pemeriksaan fisik sinus maksilaris akut
(12)


Pemeriksaan penunjang
1. Transiluminasi.
Cara : Masukkan sumber cahaya ke rongga mulut
Penilaian : sinus yang sakit menjadi suram dan gelap
2. Radiologi :
Foto polos posisi Waters, PA dan lateral, umumnya hanya mampu menilai kondisi
sinus-sinus yang besar seperti sinus maksilla dan frontal. Kelainan akan terlihat
perselubungan, batas udara-cairan (air-fluid level) atau penebalan mukosa.
(12)

11


Gambar.6 foto waters
(17)

3. CT-scan sinus.
Merupakan gold standard diagnosis sinusitis karena mapu menilai anatomi hidung dan
sinus, adanya penyakit dalam hidung dan sinus secara keseluruhan dan
perluasannya.
(12)


Gambar.7 Ct-scan(coronal)
(16)

4. Pemeriksaan mikrobiologik dan tes resistensi.
Dilakukan dengan mengambil secret dari meatus medius/superior, untuk mendapat
antibiotik yang tepat guna. Lebih baik lagi bila diambil sekret yang keluar dari punksi
sinus maksilla.
(12)

12

5. Sinuskopi.

Gambar.8 sinuskopi
(16)

Dilakukan dengan punksi menembus dinding medial sinus maksilla melalui meatus
inferior, dengan alat endoskop bisa dilihat kondisi sinus maksilla yang sebebarnya,
selanjutnya dapat dilakukan irigasi sinus untuk terapi.
(12)

2.9. DIAGNOSA BANDING
Diagnosa banding dari sinus sangat luas, Karena tanda dan gejala sinusitis
tidak sensitif dan spesifik. Infeksi daluran nafas atas, polip nasal, rhinitis alergika,
rhinitis vasomotor dapat datang dengan gejala pilek dan kongesti nasal. Pilek
persisten unilateral dan epistaksis dapat mengarah kepada neoplasma atau benda asing
nasal. Tension headache,cluster headache, migren dan sakit gigi adalah diagnose
alternative pada pasien nyeri wajah. Pada pasien demam dapat merupakan manifestasi
sinusitis saja atau infeksi system saraf pusat yang berat, seperti meningitis atau abses
intracranial.
(1)


2.10. PENATALAKSANAAN
Tujuan terapi sinusitis ialah:
(2),(14)

1. Mempercepat penyembuhan
2. Mencegah komplikasi
3. Mencegah perubahan menjadi kronik
13



Terapinya sebagai berikut:
Antibiotik
Dapat diberikan antibiotika yang sesuai selama 10-14 hari walaupun gejala
klinik telah hilang. Antibiotik yang sering diberikan adalah amoxicillin,
ampicillin ,erythromycin plus sulfonamide,sefuroksin dan trimetoprim plus
sulfonamide. Pada sinusitis kronis biasanya disebabkan oleh kuman anaerob.
Antibiotic yang diberikan adalah metronidazole,clindamycin dll.
Analgetik
Digunakan untuk menghilangkan rasa sakit biasanya diberikan asam
mefenamat,paracetamol dll. Dapat juga menggunakan kompres hangat pada
wajah.
Dekongestan
Digunakan untuk mengurangi odema sehingga dapat terjadi drainase.
Dekongestan yang sering digunakan adalah pseudoefedrin.
Irigasi Antrum
Indikasinya adalah jika ketiga terapi di atas gagal, dan ostium sinus
sedemikian odema sehingga terbentuk sbses sejati. Irigasi atrum maksilaris
dilakukan dengan mengalirkan larutan salin hangat melalui fossa incisivus ke
dalam atrum maksilaris. Cairan ini kemudian akan mendorong pus untuk
keluar melalui osteum normal.

Gambar.9. irigasi antrum
(1)

Pembersihan hidung dan sinus dari secret yang kental dapat dilakukan
dengan saline sprays(irigasi).
14




Pembedahan
Pembedahan dilakukan bila pengobatan medikamentosa sudah gagal.
Pembedahan radikal dilakukan dengan mengangkat mukosa yang patologi dan
membuat drainase dari sinus yang terkena. Untuk sinus maksila dilakukan
operasi Caldwell-Luc, sedangkan untuk sinus ethmoid dilakukan
edmoidektomi.

Gambar.10.operasi Caldwell-Luc
(1)
Pembedahan tidak radikal adalah dengan endoskopi yang disebut Bedah Sinus
Endoskopi Fungsional (BSEF).

2.11. KOMPLIKASI SINUSITIS
(13,14)

Komplikasi orbita
Sinusitis ethmoidalis merupakan penyebab komplikasi pada orbita yang tersering.
Pembengkakan orbita dapat merupakan manifestasi ethmoidalis akut, namun sinus
frontalis dan sinus maksilaris juga terletak di dekat orbita dan dapat menimbulkan
infeksi isi orbita.
Mukokel
Mukokel adalah suatu kista yang mengandung mukus yang timbul dalam sinus, kista
ini paling sering ditemukan pada sinus maksilaris, sering disebut sebagai kista retensi
15

mukus dan biasanya tidak berbahaya. Dalam sinus frontalis, ethmoidalis dan
sfenoidalis, kista ini dapat membesar dan melalui atrofi tekanan mengikis struktur
sekitarnya. Kista ini dapat bermanifestasi sebagai pembengkakan pada dahi atau
fenestra nasalis dan dapat menggeser mata ke lateral. Dalam sinus sfenoidalis, kista
dapat menimbulkan diplopia dan gangguan penglihatan dengan menekan saraf
didekatnya.

Komplikasi Intra Kranial
Meningitis akut, salah satu komplikasi sinusitis yang terberat adalah
meningitis akut, infeksi dari sinus paranasalis dapat menyebar sepanjang
saluran vena atau langsung dari sinus yang berdekatan, seperti lewat dinding
posterior sinus frontalis atau melalui lamina kribriformis di dekat sistem sel
udara ethmoidalis.
Abses dura, adalah kumpulan pus diantara dura dan tabula interna kranium,
sering kali mengikuti sinusitis frontalis.
Abses otak, setelah sistem vena, dapat mukoperiosteum sinus terinfeksi, maka
dapat terjadi perluasan metastatik secara hematogen ke dalam otak. Terapi
komplikasi intra kranial ini adalah antibiotik yang intensif, drainase secara
bedah pada ruangan yang mengalami abses dan pencegahan penyebaran
infeksi.

Osteomielitis dan abses subperiosteal
Penyebab tersering osteomielitis dan abses subperiosteal pada tulang frontalis adalah
infeksi sinus frontalis. Nyeri tekan dahi setempat sangat berat. Gejala sistemik berupa
malaise, demam dan menggigil
(13,14)






16



2.12. PROGNOSA
Prognosa dari sinusitis maksilaris tergantung dari ketepatan pemberian
terapinya. Jika telah diberikan terapi yang tepat dan sesuai prognosa dari sinusitis
dikatakan baik.

2.13. EDUKASI
Pasien sinusitis maksilaris perlu diberikan pengetahuan yang cukup untuk membantu
penyembuhannya:
Pasien harus beristirahat yang cukup untuk memulihkan kondisi fisiknya.
Minum obat secara teratur sesuai dengan anjuran dokter.
Pasien hendaknya menjaga higienitas diri dan lingkungan. Terutama
kebersihan mulut dengan menggosok gigi dan control rutin ke dokter gigi.
Hendaknya control ke dokter selama keluhan masih ada.













17



BAB III
PENUTUP
3.1.RINGKASAN
Sinusitis merupakan penyakit yang sangat lazim diderita di seluruh dunia,
hampir menimpa kebanyakan penduduk Asia. Sinusitis dapat menyebabkan
seseorang menjadi sangat sensitif terhadap beberapa bahan, termasuk perubahan
cuaca (sejuk), pencemaran alam sekitar, dan jangkitan bakteri.
Sinusitis berdasarkan lama infeksinya dapat dibedakan menjadi sinusitis akut,
subakut dan kronis. Sedangkan berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi
rhinogen (berasal dari hidung) dan odontogen (berasal dari infeksi gigi).
Gejala infeksi sinus maksilaris akut adalah ,malaise, dan nyeri kepala yang
tidak jelas penyebabnya,wajah terasa bengkak, penuh dan gigi nyeri saat
menggerakkan kepala mendadak,misalnya saat naik atau turun tangga, nyeri pipi yang
khas tumpul dan menusuk dan nyeri pada palpasi dan perkusi. nyeri alih dapat
dirasakan di dahi dan telinga kanan, secret mukopuluren keluar dari hidung dan
terkadang bau busuk dan dirasakanmengalir ke nasofaring,batuk iritatif nonproduktif.
Terapinya ditunjukan untuk mempercepat kesembuhan, mencegah komplikasi
dan mencegah penyakit menjadi kronis. Prognosanya sesuai dengan ketepatan
pemberian terapi. Biasanya sinusitis maksilaris akut mempunyai prognosa yang baik.
Maka sangat penting untuk memberikan edukasi pada pasien tentang sinusitis
agar dapat mebantu penyembuhan penyakitnya.




18



DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.scribd.com/doc/53440620/Sinusitis-Maksilaris , dikutip tanggal 9
februari 2013
2. http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/sinusitis ,dipoosting tanggal 20 oktober
tahun 2012
3. http://repository.usu.ac.id, Anatomi & fisiologi sinus paranasal
4. http://www.howtohealasinusinfection.com, dikutip tanggal 9 februari 2013
5. http://mcolo.cancer.gov/dictionary , dikutip tanggal 9 februari 2013
6. http://www.unindra.ac.id/?q=node/97 ,Mengenal sinusitis
7. Mangunkusumo E, Soetjipto D. Sinusitis. Dalam: Soepardi EA, Iskandar HN.
Editor. Buku ajar ilmu kesehatan telinga-hidung-tenggorok. Edisi keenam.
Jakarta. Balai Penerbit FKUI; 2007. 150-154
8. http://laurencius1.blogspot.com/2012/09/apakah-penyakit-sinusitis-itu.html
dikutip tanggal 9 februari 2013. Penyakit sinusitis
9. http://doktermaya.wordpress.com/tag/sinusitis/ , Dikutip tanggal 15 februari
2013
10. http://ndyteens.blogspot.com/2013/10/sinusitis.html
gambar pergerakan silia dikutip tanggal 9 februari 2013
11. http://sinusitissite.blogspot.com , dikutip tanggal 9 februari 2013
12. http://www.pustakasekolah.com/gejala-sinuitis-dan-pengobatannya.html
13. Endang Mangunkusumo, Nusjirwan Rifki, Sinusitis, dalam Eviati, nurbaiti,
editor, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan
Leher, Balai Penerbit FK UI, Jakarta, 2002, 121 125.
14. 8. Peter A. Hilger, MD, Penyakit Sinus Paranasalis, dalam : Haryono,
Kuswidayanti, editor, BOIES, buku ajar Penyakit THT, penerbit buku
kedokteran EGC, Jakarta, 1997, 241 258.
15. Kennedy E. Sinusitis. Available from:
URL:http://www.emedicine.com/emerg/topic536.htm.
16. http://ocw.usu.ac.id , dikutip tanggal 9 februari 2013
19

17. http://thtkl.wordpress.com/2013/11/30/sinusitis , dikutip tanggal 9 febriari
2013

Anda mungkin juga menyukai