Anamnesis
pemeriksaan fisik
pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan fisik sinus maksilaris akut
(7)
Inspeksi Palpasi Rinoskopi
anterior
Rinoskopi
posterior
Pembengkakan
Pada muka dan pipi
Nyeritekan
dan ketok gigi
Mukosa
Konka hiperemis
Dan udematik dan
lendir
mukopurulen di
meatus medius.
Lendir di
nasofaring.
Table 2. pemeriksaan fisik sinus maksilaris akut
(12)
Pemeriksaan penunjang
1. Transiluminasi.
Cara : Masukkan sumber cahaya ke rongga mulut
Penilaian : sinus yang sakit menjadi suram dan gelap
2. Radiologi :
Foto polos posisi Waters, PA dan lateral, umumnya hanya mampu menilai kondisi
sinus-sinus yang besar seperti sinus maksilla dan frontal. Kelainan akan terlihat
perselubungan, batas udara-cairan (air-fluid level) atau penebalan mukosa.
(12)
11
Gambar.6 foto waters
(17)
3. CT-scan sinus.
Merupakan gold standard diagnosis sinusitis karena mapu menilai anatomi hidung dan
sinus, adanya penyakit dalam hidung dan sinus secara keseluruhan dan
perluasannya.
(12)
Gambar.7 Ct-scan(coronal)
(16)
4. Pemeriksaan mikrobiologik dan tes resistensi.
Dilakukan dengan mengambil secret dari meatus medius/superior, untuk mendapat
antibiotik yang tepat guna. Lebih baik lagi bila diambil sekret yang keluar dari punksi
sinus maksilla.
(12)
12
5. Sinuskopi.
Gambar.8 sinuskopi
(16)
Dilakukan dengan punksi menembus dinding medial sinus maksilla melalui meatus
inferior, dengan alat endoskop bisa dilihat kondisi sinus maksilla yang sebebarnya,
selanjutnya dapat dilakukan irigasi sinus untuk terapi.
(12)
2.9. DIAGNOSA BANDING
Diagnosa banding dari sinus sangat luas, Karena tanda dan gejala sinusitis
tidak sensitif dan spesifik. Infeksi daluran nafas atas, polip nasal, rhinitis alergika,
rhinitis vasomotor dapat datang dengan gejala pilek dan kongesti nasal. Pilek
persisten unilateral dan epistaksis dapat mengarah kepada neoplasma atau benda asing
nasal. Tension headache,cluster headache, migren dan sakit gigi adalah diagnose
alternative pada pasien nyeri wajah. Pada pasien demam dapat merupakan manifestasi
sinusitis saja atau infeksi system saraf pusat yang berat, seperti meningitis atau abses
intracranial.
(1)
2.10. PENATALAKSANAAN
Tujuan terapi sinusitis ialah:
(2),(14)
1. Mempercepat penyembuhan
2. Mencegah komplikasi
3. Mencegah perubahan menjadi kronik
13
Terapinya sebagai berikut:
Antibiotik
Dapat diberikan antibiotika yang sesuai selama 10-14 hari walaupun gejala
klinik telah hilang. Antibiotik yang sering diberikan adalah amoxicillin,
ampicillin ,erythromycin plus sulfonamide,sefuroksin dan trimetoprim plus
sulfonamide. Pada sinusitis kronis biasanya disebabkan oleh kuman anaerob.
Antibiotic yang diberikan adalah metronidazole,clindamycin dll.
Analgetik
Digunakan untuk menghilangkan rasa sakit biasanya diberikan asam
mefenamat,paracetamol dll. Dapat juga menggunakan kompres hangat pada
wajah.
Dekongestan
Digunakan untuk mengurangi odema sehingga dapat terjadi drainase.
Dekongestan yang sering digunakan adalah pseudoefedrin.
Irigasi Antrum
Indikasinya adalah jika ketiga terapi di atas gagal, dan ostium sinus
sedemikian odema sehingga terbentuk sbses sejati. Irigasi atrum maksilaris
dilakukan dengan mengalirkan larutan salin hangat melalui fossa incisivus ke
dalam atrum maksilaris. Cairan ini kemudian akan mendorong pus untuk
keluar melalui osteum normal.
Gambar.9. irigasi antrum
(1)
Pembersihan hidung dan sinus dari secret yang kental dapat dilakukan
dengan saline sprays(irigasi).
14
Pembedahan
Pembedahan dilakukan bila pengobatan medikamentosa sudah gagal.
Pembedahan radikal dilakukan dengan mengangkat mukosa yang patologi dan
membuat drainase dari sinus yang terkena. Untuk sinus maksila dilakukan
operasi Caldwell-Luc, sedangkan untuk sinus ethmoid dilakukan
edmoidektomi.
Gambar.10.operasi Caldwell-Luc
(1)
Pembedahan tidak radikal adalah dengan endoskopi yang disebut Bedah Sinus
Endoskopi Fungsional (BSEF).
2.11. KOMPLIKASI SINUSITIS
(13,14)
Komplikasi orbita
Sinusitis ethmoidalis merupakan penyebab komplikasi pada orbita yang tersering.
Pembengkakan orbita dapat merupakan manifestasi ethmoidalis akut, namun sinus
frontalis dan sinus maksilaris juga terletak di dekat orbita dan dapat menimbulkan
infeksi isi orbita.
Mukokel
Mukokel adalah suatu kista yang mengandung mukus yang timbul dalam sinus, kista
ini paling sering ditemukan pada sinus maksilaris, sering disebut sebagai kista retensi
15
mukus dan biasanya tidak berbahaya. Dalam sinus frontalis, ethmoidalis dan
sfenoidalis, kista ini dapat membesar dan melalui atrofi tekanan mengikis struktur
sekitarnya. Kista ini dapat bermanifestasi sebagai pembengkakan pada dahi atau
fenestra nasalis dan dapat menggeser mata ke lateral. Dalam sinus sfenoidalis, kista
dapat menimbulkan diplopia dan gangguan penglihatan dengan menekan saraf
didekatnya.
Komplikasi Intra Kranial
Meningitis akut, salah satu komplikasi sinusitis yang terberat adalah
meningitis akut, infeksi dari sinus paranasalis dapat menyebar sepanjang
saluran vena atau langsung dari sinus yang berdekatan, seperti lewat dinding
posterior sinus frontalis atau melalui lamina kribriformis di dekat sistem sel
udara ethmoidalis.
Abses dura, adalah kumpulan pus diantara dura dan tabula interna kranium,
sering kali mengikuti sinusitis frontalis.
Abses otak, setelah sistem vena, dapat mukoperiosteum sinus terinfeksi, maka
dapat terjadi perluasan metastatik secara hematogen ke dalam otak. Terapi
komplikasi intra kranial ini adalah antibiotik yang intensif, drainase secara
bedah pada ruangan yang mengalami abses dan pencegahan penyebaran
infeksi.
Osteomielitis dan abses subperiosteal
Penyebab tersering osteomielitis dan abses subperiosteal pada tulang frontalis adalah
infeksi sinus frontalis. Nyeri tekan dahi setempat sangat berat. Gejala sistemik berupa
malaise, demam dan menggigil
(13,14)
16
2.12. PROGNOSA
Prognosa dari sinusitis maksilaris tergantung dari ketepatan pemberian
terapinya. Jika telah diberikan terapi yang tepat dan sesuai prognosa dari sinusitis
dikatakan baik.
2.13. EDUKASI
Pasien sinusitis maksilaris perlu diberikan pengetahuan yang cukup untuk membantu
penyembuhannya:
Pasien harus beristirahat yang cukup untuk memulihkan kondisi fisiknya.
Minum obat secara teratur sesuai dengan anjuran dokter.
Pasien hendaknya menjaga higienitas diri dan lingkungan. Terutama
kebersihan mulut dengan menggosok gigi dan control rutin ke dokter gigi.
Hendaknya control ke dokter selama keluhan masih ada.
17
BAB III
PENUTUP
3.1.RINGKASAN
Sinusitis merupakan penyakit yang sangat lazim diderita di seluruh dunia,
hampir menimpa kebanyakan penduduk Asia. Sinusitis dapat menyebabkan
seseorang menjadi sangat sensitif terhadap beberapa bahan, termasuk perubahan
cuaca (sejuk), pencemaran alam sekitar, dan jangkitan bakteri.
Sinusitis berdasarkan lama infeksinya dapat dibedakan menjadi sinusitis akut,
subakut dan kronis. Sedangkan berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi
rhinogen (berasal dari hidung) dan odontogen (berasal dari infeksi gigi).
Gejala infeksi sinus maksilaris akut adalah ,malaise, dan nyeri kepala yang
tidak jelas penyebabnya,wajah terasa bengkak, penuh dan gigi nyeri saat
menggerakkan kepala mendadak,misalnya saat naik atau turun tangga, nyeri pipi yang
khas tumpul dan menusuk dan nyeri pada palpasi dan perkusi. nyeri alih dapat
dirasakan di dahi dan telinga kanan, secret mukopuluren keluar dari hidung dan
terkadang bau busuk dan dirasakanmengalir ke nasofaring,batuk iritatif nonproduktif.
Terapinya ditunjukan untuk mempercepat kesembuhan, mencegah komplikasi
dan mencegah penyakit menjadi kronis. Prognosanya sesuai dengan ketepatan
pemberian terapi. Biasanya sinusitis maksilaris akut mempunyai prognosa yang baik.
Maka sangat penting untuk memberikan edukasi pada pasien tentang sinusitis
agar dapat mebantu penyembuhan penyakitnya.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.scribd.com/doc/53440620/Sinusitis-Maksilaris , dikutip tanggal 9
februari 2013
2. http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/sinusitis ,dipoosting tanggal 20 oktober
tahun 2012
3. http://repository.usu.ac.id, Anatomi & fisiologi sinus paranasal
4. http://www.howtohealasinusinfection.com, dikutip tanggal 9 februari 2013
5. http://mcolo.cancer.gov/dictionary , dikutip tanggal 9 februari 2013
6. http://www.unindra.ac.id/?q=node/97 ,Mengenal sinusitis
7. Mangunkusumo E, Soetjipto D. Sinusitis. Dalam: Soepardi EA, Iskandar HN.
Editor. Buku ajar ilmu kesehatan telinga-hidung-tenggorok. Edisi keenam.
Jakarta. Balai Penerbit FKUI; 2007. 150-154
8. http://laurencius1.blogspot.com/2012/09/apakah-penyakit-sinusitis-itu.html
dikutip tanggal 9 februari 2013. Penyakit sinusitis
9. http://doktermaya.wordpress.com/tag/sinusitis/ , Dikutip tanggal 15 februari
2013
10. http://ndyteens.blogspot.com/2013/10/sinusitis.html
gambar pergerakan silia dikutip tanggal 9 februari 2013
11. http://sinusitissite.blogspot.com , dikutip tanggal 9 februari 2013
12. http://www.pustakasekolah.com/gejala-sinuitis-dan-pengobatannya.html
13. Endang Mangunkusumo, Nusjirwan Rifki, Sinusitis, dalam Eviati, nurbaiti,
editor, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan
Leher, Balai Penerbit FK UI, Jakarta, 2002, 121 125.
14. 8. Peter A. Hilger, MD, Penyakit Sinus Paranasalis, dalam : Haryono,
Kuswidayanti, editor, BOIES, buku ajar Penyakit THT, penerbit buku
kedokteran EGC, Jakarta, 1997, 241 258.
15. Kennedy E. Sinusitis. Available from:
URL:http://www.emedicine.com/emerg/topic536.htm.
16. http://ocw.usu.ac.id , dikutip tanggal 9 februari 2013
19
17. http://thtkl.wordpress.com/2013/11/30/sinusitis , dikutip tanggal 9 febriari
2013