Anda di halaman 1dari 7

2.

1 PENGERTIAN
Mastitis adalah peradangan payudara,yang dapat disertai atau tidak
disertai.Penyakit ini biasanya menyertai laktasi sehingga disebut Mastitis
Laktasional/Mastitis Puerperalis. Kadang keadaan ini dapat menjadi fatal bila tidak
diberi tindakan yang adekuat.
Mastitis adalah reaksi systemic (seperti demam) yang terjadi 1 3 minggu
setelah melahirkan sebagai komplikasi sumbatan saluran air susu, dan putting susu
lecet atau luka.
Mastitis adalah infeksi dan peradangan pada mamma (tertutama pada
primpara) dan terjadi luka pada putting susu, mungkin juga peredaran darah.
Mastitis adalah infeksi bacterial yang sering terjadi pada pasca partum
semasa awal laktasi jika organisme berhasil masuk dan mencapai jaringan payudara
melalui sisura pada putting.
Abses payudara(pengumpulan nanah local di dalam payudara) merupakan
komlpikasi berat dari mastitis.Keadaan ini menyebabkan beban penyakit yang berat
dan memerlukan biaya yang sangat besar.Selain itu, menurut penelitian mastitis
dapat meningkatkan resiko penularan HIV melalui menyusui.

2.2 EPIDEMIOLOGI
1. Insiden
Mastitis terjadi pada semua populasi,dengan atau tanpa kebiasaan
menyusui.Insiden ini sangat bervariasi,dari sedikit sampai 33% wanita
menyusui,tetapi biasanya di bawah 10%.
2. Mula timbul
Mastitis paling sering timbul pada minggu kedua dan ketiga pasca
kelahiran.Dengan sebagian besar laporan menunjukkan bahwa 74% sampai 95%
kasus terjadi dalam 12 minggu pertama.Namun mastitis dapat terjadi pada setiap
tahap laktasi,termasuk pada tahun kedua.

2.3 PENYEBAB
Penyebabnya adalah stasis ASI dan infeksi.Stasis ASI biasanya merupakan
penyebab primer,yang dapat disertai atau berkembang menuju infeksi.
Menurut Gunther,mastitis diakibatkan oleh stagnasi ASI di dalam payudara
dan bahwa pengeluaran ASI yang efisien dapat mencegah keadaan tersebut.Selain
itu infeksi bila terjadi bukanlah primer, tetapi diakibatkan oleh stagnasi ASI sebagai
media pertumbuhan bakteri
Menurut Thomson dkk. Menghasilkan bukti tentang pentingnya statis
ASI,meraka menghitung leukosit dan bakteri dalam ASI dari payudar dengan tanda
klinis mastitis dan menghitung klasifikasi sbb:
Stasis ASI
Inflamasi noninfeksiosa(mastitis noninfeksiosa)
Mastitis infeksiosa
Mereka menemukan bahwa stasis ASI(leokosit <106 dan bakteri <103)
membaik hanya dengan terus menyusui.Mastitis Noninfeksiosa (leokosit >10 6 dan
bakteri <103) membutuhkan tindakan pemerasan ASIsetelah menyusui.Mastitis
Infeksiosa (leokosit >106 dan bakteri >103) hanya dapat diobati dengan efektif
dengan pemerasan ASI dan antibiotika sistemik.
Tanpa pengeluaran ASI yang efektif,mastitis noninfeksiosa sering
berkembang menjadi mastitis infeksiosa,dan mastitis infeksiosa menjad
pembentukan abses.

2.4 STATIS ASI


Terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara.Hal ini terjadi
bila payudara terbendung segera setelah melahirkan,atau setiap saat bila bayi
tidak menghisap ASI.Selain itu kenyutan bayi yang buruk pada
payudara,pengisapan yang tidak efektif,pembatasan frekuensi atau durasi
menyusui,sumbatan pada saluran ASI,suplay ASI yang sangat berlebihan,menyusui
untuk anak kembar dua atau lebih.
Bendungan payudara menurut Nelson tahun 1753 hal ini tidak dapat terjadi
bila bayi disusui segera setelah lahir.Sehingga stasis ASI terhindarkan.Sedangkan
menurut Naish tahun 1948 pentingnya pengeluaran ASI yang segara pada tahap
awal mastitis atau kongesti untuk mencegah perkembangan penyakit dan
pembentukan abses.

2.5 INFEKSI
Organisme yang paling sering ditemukanpada mastitis dan abses
payudara adalah organisme koagulase-positif, Staphylococcus aureus dan Stap.
Albus, Escherichiacioli, Streptococcus kadang-kadang ditemukan.

2.6 TANDA DAN GEJALA


1. Payudara terasa nyeri
2. Teraba keras dan tampak memerah
3. Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak seperti pecah-
pecah
4. Badan terasa demam seperti hendak flu

2.7 FAKTOR PREDISPOSISI


1. Umur
Wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis daripada wanita
dibawah usia 21 tahun dan di atas 35 tahun
2. Paritas
Primipara ditemukan sebagai factor resiko
3. Serangan sebelumnya
Serangan mastitis pertama cenderung untuk berulang
4. Melahirkan
Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan resiko mastitis
5. Gizi
Misalnya asupan garam dan lemak yang tinggi,anemia,gizi buruk
6. Faktor Kekebalan dalam ASI
Faktor ini dapat memberikan mekanisme pertahanan dalam payudara.Tetapi
menurut studi di Gambia menyatakan bahwa kadar factor ini rendah,pertahanan ini
rendah,pertahanan efektif dapat berkurang,dan resiko mastitis berulang meningkat

7. Stres dan kelelahan


Misalnya wanita yang merasa nyeri dan demam sering merasa lelah dan ingin
istirahat,tetapi tidak jela apakah kelelahan dapat menyebabkan keadaan ini atau
tidak
8. Pekerjaan di luar rumah
Misalnya seorang ibu bekerja paruh waktu,lalu interval menyusui yang panjang dan
kekurangan waktu untuk pengeluaran ASI yang adekuat
9. Faktor local dalam payudara
Misalnya jenis kulit,reaksi kulit terhadap matahari, alergi, ruam, pemajanan terhadap
suhu dingin tidak Nampak mempengaruhi insiden mastitis
10. Trauma
Misalnya kekerasan dalam rumah tangga,yang dialami banyak wanita di
masyarakat,dan sering terjadi selama laktasi

2.8 PATOLOGI DAN GAMBARAN KLINIS


1. Bendungan
Terjadi karena payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan
jaringan.Sehingga aliran vena dan limfatik tersumbat,aliran susu terhambat,terjadi
tekanan pada saluran ASI dan alveoli meningkat.Sehingga menyebabkan payudara
bengkak dan edematus
2. Sumbatan saluran payudara
Terjadi akibat obsruksi benda padat,tetap dapat pula terjadi akibat pengeluaran ASI
yang tidak efisien dari bagian payudara
3. Mastitis Noninfeksiosa
Terjadi karena peningkatan interleukin,sehingga terjadi respon inflamasi pada jalur
para seluler yang berhubungan erat dengan sel pensekresi ASI di alveoli payudara
4. Faktor Imun dalamASI
Terjadi akibat rendahnya sejumlah factor protektif dalam ASI,sehingga pertahanan
yang efektif berkurang
5. Mastitis Infeksiosa
Terjadi bila stasis ASI tidak sembuh,dan proteksi oleh factor imun dalam ASI dan
oleh respon inflamasi kalah.
6. Mastitis Subklinis
Diagnosisnya dari adanya peningkatan rasio natrium-kalium dalam ASI,dan
peningkatan konsentrasi interleukin.Peningkatan tersebut dapat menunjukkan
bahwa sedang terjadi respon inflamasi,walaupun tidak ada tanda klinis
7. Abses Payudara
Payudara yang laktasi,seperti jaringan terinfeksi lain,melokalisasi infeksi dengan
membentuk sawar jarinagn granulasi yang mengelilinginya.Jaringan ini akan menjadi
kapsul abses,yang terisi dengan pus.Terdapat benjolan yang membengkak yang
sangat nyeri dengan kemerahan,panas,edema kulit di atasnya.Bila tidak segara
ditangani benjolan akan akan menjadi berfluktuasi dengan perubahan warna kulit
dan nekrosis

2.9 PENCEGAHAN
a. Senam laktasi (menggerakkan lengan secara berputar sehingga sendi bahu ikut
bergerak kea rah yang sama guna membantu memperlancar peredaran darah dan
limfe di payudara.
b. Perbaikan pemahaman penatalaksanaan menyusui
Misalnya mulai menyusui dalam satu jam atau lebih setelah melahirkan, memastikan
bahwa bayi mengenyut payudara dengan baik
c. Tindakan rutin sebagai bagian perawatan kehamilan
Misalnya bayi harus mendapat kontak dini dengan ibunya dan mulai menyusui
segera setelah tampak tanda-tanda kesiapan,biasanya dalam jam pertama atau
lebih
d. Penatalaksanaan yang efektif pada payudara yang penuh dan kencang
Misalnya ibu harus dibantu memperbaiki kenyutan pada payudara oleh bayinya
untuk memperbaiki pengeluaran ASI
e. Perhatian dini terhadap semua tanda stasis ASI
Ibu harus tahu cara merawat payudara dan tanda stasis ASI atau mastitis sehingga
mereka dapat mengobatinya sendiri di rumah dan mencari pertolongan secepatnya
bila keadaan tersebut tidak menghilang
f. Perhatian dini pada kesulitan menyusui lain
Pemberian pengetahuan dan keterampilan dari petugas kesehatan untuk para
ibu agar dukungan menyusui terus menerus harus tersedia di masyarakat,serta
pemberian pengobatan secar dini
g. Pengendalian infeksi
Misalnya petugas kesehatan harus mencuci tangan setiap kali setelah kontak
dengan ibu dan bayi,kontak kulit dini dan rawat gabung bayi dengan
ibu,pemijatan,salep dan semprotan payudara (penisilin, klorheksidin)

2.10 PENANGANAN
1. Sumbatan Payudara
Pastikan posisi bayi dan kenyutan baik
Jelaskan perlunya menghindari factor yang dapat menyumbat aliran ASI,misalnya
pakaian ketat dll.
Mendorong ibu untuk menyusui sesering dan selama bayi menghendaki tanpa
batasan
Menyarankan ibu menggunakan panas basah,mis: kompres hangan atau pancuran
hangat
2. Mastitis
Konseling suportif
Memberikan dukungan,bimbingan.keyakinan kembali tentang menyusui yang aman
untuk diteruskan,bahwa ASI dari payudara yang terkena tidak akan memhahayakan
bayi,serta payudar kan pulih bentuk maupun fungsinya
Pengeluaran ASI yang efektif
Bantu ibu perbaiki kenyutan bayi pada payudara
Dorong ntuk sering menyusui selama bayi menghendaki serat tanpa batasan
Bila perlu peras ASI dengan tangan atau pompa atau botol panas sampai menyusui
dapat dimulai lagi
Terapi antibiotika
Terapi ini diindikasikan pada:
Hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta menunjukkan infeksi
Gejala berat sejak awal
Terlihat putting pecah-pecah
Gejala tidak membaik setelah 12-24 jam setelah pengeluaran ASI diperbaiki
Dan dapat diberikan antibiotika seperti: Antibiotika Beta-lakta-mase
Pengobatan simtomatik
Diterapi dengan anlgesik (mis: Ibuprofen,Parasetamol)
Istirahat atau tirah baring dengan bayinya
Penggunaan kompres hangat pada payudara
Yakinkan ibu untuk cukup cairan
Pendekatan terapeutik lain (mis: penyinggiran pus,tindakan diit,pengobatan
herbal,menggunakan daun kol untuk kompres dingin
3. Abses Payudara
Terapi bedah (pengeluaran pus dengan insisi dan penyaliran)
Dukungan untuk menyusu

2.11 DAMPAK JANGKA PANJANG


Seiring dengan waktu serta dengan terapi mastitis dan abses payudara yang
adekuat,pemulihan akan lengkap dan dengan melanjutkan laktasi biasanya
payudara diharapkan dapat berfungsi normal.
Akan tetapi terapi yang terlambat,tidak tepat,tidak adekuat dapat
mengakibatkan kekambuhan,lesi yang lebih luas,bahkan kerusakan jaringan
permanen.Episode mastitis berulang dapat menyebabkan timbulnya inflamasi kronis
dan kerusakan payudara ireversibel.

2.12 CONTOH KASUS


Ny.A umur 23 tahun datang ke RB ERVINA pada tanggal 28 Oktober 2007.
Ibu mengeluh bayinya tidak mau menyusu, penghisapan tidak adekuat pada
bayi, payudara terasa nyeri, teraba keras dan tampak memerah, permukaan kulit
dari payudara pecah-pecah, dan badan terasa demam.

Kesimpulan :
Ny.A umur 23 tahun dengan mastitis

Penatalaksanaan :
Konseling suportif
Memberikan dukungan,bimbingan.keyakinan kembali tentang menyusui yang aman
untuk diteruskan,bahwa ASI dari payudara yang terkena tidak akan memhahayakan
bayi,serta payudar kan pulih bentuk maupun fungsinya
Pengeluaran ASI yang efektif
Bantu ibu perbaiki kenyutan bayi pada payudara
Dorong ntuk sering menyusui selama bayi menghendaki serat tanpa batasan
Bila perlu peras ASI dengan tangan atau pompa atau botol panas sampai menyusui
dapat dimulai lagi
Terapi antibiotika
Terapi ini diindikasikan pada:
Hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta menunjukkan infeksi
Gejala berat sejak awal
Terlihat putting pecah-pecah
Gejala tidak membaik setelah 12-24 jam setelah pengeluaran ASI diperbaiki
Dan dapat diberikan antibiotika seperti: Antibiotika Beta-lakta-mase
Pengobatan simtomatik
Diterapi dengan anlgesik (mis: Ibuprofen,Parasetamol)
Istirahat atau tirah baring dengan bayinya
Penggunaan kompres hangat pada payudara
Yakinkan ibu untuk cukup cairan
Pendekatan terapeutik lain (mis: penyinggiran pus,tindakan diit,pengobatan
herbal,menggunakan daun kol untuk kompres dingin
Kesimpulan
Mastitis dan abses payudara merupakan kondisi yang sering terjadi dan dapat
dicegah ddengan mudah. Penyakit ini terutama disebabkan oleh pengeluaran ASI
yang tidak efisien dan juga olek infeksi bakteri. Dalam hal ini ibu perlu mengetahui
tanda-tanda dini dari mastitis,stasis ASI, dan sumbatan saluran payudara.Selain itu
ibu harus tetap menyusui,karena menyusui itu baik untuk memperbaiki pengeluaran
ASI maupun membantu proses penyembuhan.
Mastitis dapat dicegah dengan
1) Senam laktasi (menggerakkan lengan secara berputar sehingga sendi bahu ikut
bergerak kea rah yang sama guna membantu memperlancar peredaran darah dan
limfe di payudara.
2) Perbaikan pemahaman penatalaksanaan menyusui
3) Tindakan rutin sebagai bagian perawatan kehamilan
4) Penatalaksanaan yang efektif pada payudara yang penuh dan kencang
5) Perhatian dini terhadap semua tanda stasis ASI
6) Perhatian dini pada kesulitan menyusui lain
7) Pengendalian infeksi

Anda mungkin juga menyukai