(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA) Jl. Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk Jakarta Barat KEPANITERAAN KLINIK STATUS OBSTETRI FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA Hari / Tanggal Ujian / Presentasi Kasus : ..................... SMF OBSTETRI RUMAH SAKIT SIMPANGAN DEPOK
Nama Mahasiswa : Tanda Tangan NIM : Dr. Pembimbing / Penguji : Dr. Adi Guritno, SpOG .................
IDENTITAS PASIEN Nama pasien : Ny. VKD Tempat / tanggal lahir : Depok, 26- Agustus-1996 Umur : 17 tahun Alamat : Kampung Panjang RT 04/21 no.62. Depok Status perkawinan : Menikah Suku bangsa : Jawa Agama : Islam Pendidikan : SMA kelas II Tanggal masuk : 11 April 2014
IDENTITAS SUAMI 2 Nama suami : Tn. MAF Tempat / tanggal lahir : Jakarta, 20 November 1996 Umur : 17 tahun Alamat : Kampung Panjang RT 04/21 no.62. Depok Status perkawinan : Menikah Suku bangsa : Jawa Agama : Islam Pendidikan : SMA kelas II
I. ANAMNESIS Diambil dari : autoanamnesis Tanggal : 11 April 2014, pk 13.30 WIB
Keluhan Utama: Keluar cairan berwarna jernih 12 Jam SMRS
Keluhan Tambahan: Tidak disertai dengan demam. Dan tidak ada mules.
Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang dengan keluhan keluar cairan ketuban 12 Jam SMRS. Pasien mengaku bahwa cairan yang keluar cukup banyak, berwarna jernih, lengket, berbau amis dan tidak ada darah. Pasien menyangkal adanya mules. Karena merasa cemas, pasien lalu pergi ke klinik untuk diperiksa. 6 jam SMRS, pasien mulai diinduksi dengan obat yang diberikan melalui selang infus. Pada pemeriksaan dalam, didapatkan sudah pembukaan 3 cm. Karena pembukaan tidak maju dan cairan ketuban juga keluar lagi, akhirnya pasien dirujuk ke Rumah Sakit Simpangan Depok untuk penanganan selanjutnya. Selama kehamilan, pasien mengaku teratur kontrol ke bidan dan tidak ada keluhan. Ini merupakan kehamilan yang pertama dan pasien belum pernah mengalami keguguran sebelumnya. Keluhan demam dan perdarahan disangkal pasien selama kehamilan. Riwayat 3 hipertensi, diabetes, asma dan alergi makanan maupun obat-obatan disangkal. Riwayat penggunaan napza, alkohol, merokok dan minum jamu disangkal. Pasien mengaku riwayat BAB dan BAK baik selama kehamilan. Pasien melahirkan melalui operasi sectio caesar pada pk.14.30
Riwayat Keluarga Hubungan Umur (tahun) Jenis Kelamin Keadaan Kesehatan Penyebab Meninggal Kakek (dr Ayah) Tidak tahu Laki-laki Meninggal - Kakek (dr Ibu) Tidak tahu Laki-laki Meninggal - 4 Nenek (dr Ayah) Tidak tahu Perempuan Meninggal - Nenek (dr Ibu) Tidak tahu Perempuan Meninggal - Ayah 52 Laki-laki Sehat Ibu 44 Perempuan Sehat r Saudara 26 Perempuan Sehat - 10 Laki-laki Sehat -
Adakah kerabat yang menderita: Penyakit Ya Tidak Hubungan Alergi Asma Tuberkulosis HIV Hepatitis B Hepatitis C Hipertensi Ibu Cacat bawaan Lain-lain
ANAMNESIS SISTEM Catat keluhan tambahan positif disamping judul-judul yang bersangkutan Harap diisi : Bila ya (+), bila tidak (-). Kulit ( - ) Bisul ( - ) Rambut ( - ) Keringat malam 5 ( - ) Kuku ( - ) Kuning / Ikterus ( - ) Sianosis ( - ) Lain-lain Haid Haid terakhir : 10 Juli 2013 Lama haid: 7 hari Menarche : 13 tahun Siklus haid : 28 hari (teratur) Taksiran partus : 17 April 2014 Nyeri haid : Ya Kehamilan Kehamilan ke -1 (G1P0A0) Komplikasi terdahulu : tidak ada Abortus : - kali, pada umur kehamilan ................. : dikuret / tidak : ............. Lain-lain : ........................... Perkawinan Menikah : sudah menikah Jumlah : 1 kali Dengan suami sekarang sudah 8 bulan Kontrasepsi ( - ) Pil KB ( - ) Suntikan ( - ) IUD ( - ) Susuk KB ( - ) Lain-lain Saluran Kemih / Alat kelamin ( - ) Disuria ( - ) Kencing nanah ( - ) Stranguri ( - ) Kolik ( - ) Poliuria ( - ) Oliguria ( - ) Polakisuria ( - ) Anuria ( - ) Hematuria ( - ) Retensi urin ( - ) Kencing batu ( - ) Kencing menetes ( - ) Ngompol (tidak disadari) 6 Ekstremitas ( -) Bengkak ( - ) Deformitas ( - ) Nyeri
Berat Badan Berat badan sekarang : 58 kg ( - ) tetap ( - ) turun ( + ) naik Pendidikan ( - ) SD ( - ) SLTP ( + ) SLTA ( - ) Sekolah kejuruan ( - ) Akademi ( - ) Universitas ( - ) Kursus ( - ) Tidak sekolah Kesulitan : Keuangan : ada Pekerjaan : hanya sebagai ibu rumah tangga Keluarga : harmonis Lain-lain : tidak ada
II. PEMERIKSAAN JASMANI Pemeriksaan Umum Tinggi badan : 160 cm Berat badan : 58 kg IMT : 22,65 kg/m 2
Keadaan Umum : tampak sakit ringan Kesadaran : compos mentis Tekanan darah : 110/80 mmHg Suhu : 36,6C Nadi : 76 x/menit Pernapasan : 22x/menit Keadaan gizi : Baik Sianosis : Tidak ada 7 Edema umum : Tidak ada Habitus : Pignicus Cara berjalan : baik, tapi pelan Mobilitas : Pasif Umur menurut taksiran pemeriksa : sesuai umur Aspek kejiwaan Tingkah laku : wajar Alam perasaan : biasa Proses pikir : wajar Kulit Warna : sawo matang Effloresensi : Tidak ada Jaringan parut : tidak ada Pigmentasi : tidak ada Pertumbuhan rambut : merata, panjang, hitam Lembab / kering : lembab Pembuluh darah : tidak tampak pelebaran Suhu raba : normotermi Keringat : tidak ada Turgor : baik Ikterus : tidak ada Edema : tidak ada Lapisan lemak : lokal, di abdomen dan lengan atas Lain-lain : tidak ada Kelenjar getah bening Submandibula : tidak teraba membesar Leher : tidak teraba membesar Supraklavikula : tidak teraba membesar Ketiak : tidak teraba membesar Lipat paha : tidak teraba membesar Dada Bentuk : simetris, sela iga normal, nyeri (-) Pembuluh darah : spider nervi (-), caput medusa (-) Buah dada : simetris, benjolan (-), lesi (-), nyeri (-) 8 Paru-paru Suara nafas vesikuler di seluruh lapang paru, rhonki -/-, wheezing -/- Jantung Bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)
III. PEMERIKSAAN OBSTETRI Inspeksi : perut membuncit, striae gravidarum (+), linea nigra (+) Palpasi : Leopold I : tinggi fundus uteri 30cm Leopold II : tahanan terbesar di sebelah kiri (punggung kiri) Leopold III : teraba bagian bulat, keras dan melenting (kepala) Leopold IV : bagian terendah janin belum masuk pintu atas panggul, penurunan kepala 5/5 bagian, konvergen Tafsiran berat janin (gram) = (TFU 12) x 155 = (33 12) x 155 = 3255 gram
Genitalia Inspeksi : vulva tidak ada kelainan Uretra tidak ada kelainan Colok vagina : portio tebal lunak, pembukaan 3 cm, selaput ketuban sudah pecah, presentasi kepala, Hodge 1. Ekstremitas atas dan bawah 9 Luka : tidak ada Edema : tidak ada Varises : tidak ada Lain-lain : tidak ada
V. RINGKASAN Pasien berusia 17 tahun, perempuan, dengan G1P0A0 dirujuk oleh klinik DM dengan keluhan keluar cairan berwarna jernih, cukup banyak dan berbau amis 12 jam SMRS. 6 jam SMRS dilakukan pemeriksaan dalam dan didapatkan pembukaan 3 cm setelah dilakukan induksi. Karena dirasa pembukaan tidak maju dan cairan ketuban keluar lagi, maka pasien dirujuk ke RS Simpangan Depok untuk penanganan selanjutnya. Pada pemeriksaan obstetri ditemukan: Inspeksi : perut membuncit, striae gravidarum (+), linea nigra (+) Palpasi : Leopold I : tinggi fundus uteri 30cm Leopold II : tahanan terbesar di sebelah kiri (punggung kiri) Leopold III : teraba bagian bulat, keras dan melenting (kepala) Leopold IV : bagian terendah janin belum masuk pintu atas panggul, penurunan kepala 5/5 bagian, konvergen 10 Tafsiran berat janin (gram) = (TFU 12) x 155 = (33 12) x 155 = 3255 gram HIS : tidak ada DJJ : 145 x/menit, teratur, janin tunggal
Pada pemeriksaan dalam ditemukan: - Genitalia Inspeksi : vulva tidak ada kelainan Uretra tidak ada kelainan - Colok vagina : portio tebal lunak, pembukaan 3 cm, selaput ketuban sudah pecah, presentasi kepala, Hodge 1.
Pada pemeriksaan penunjang laboratorium didapatkan hasil Hb 7,8 g/dl (anemia).
VI. DIAGNOSIS -Diagnosis ibu : G1P0A0 gravida 40 minggu aterm, anak tunggal, hidup, letak punggung kiri, inpartu kala I fase laten dengan ketuban pecah dini dan - Diagnosis janin : Janin tunggal hidup intrauterin, letak memanjang, presentasi bagian kepala
VII. PENATALAKSANAAN a. medika mentosa - IVFD Ringer laktat 500 ml 20 tetes/menit - cefotaxime inj. 1 g 1 ampul 11 b. non medika mentosa - bed rest - edukasi dan dukungan terhadap ibu dan keluarganya - observasi tanda-tanda vital ibu dan denyut jantung janin - pro sectio caesarea - pasang kateter c. Laporan operasi ( 11 April 2014, pk 14.00) Diagnosa Pra Bedah : G1P0A0 gravida 40 minggu aterm inpartu kala I dengan ketuban pecah dini Diagnosa Pasca Bedah : P1A0 post SC atas indikasi KPD - Pasien telentang dalam keadaan anestesi spinal, operasi dimulai pk.14.05 WIB - Dimulai pembedahan pada pk. 14.15 WIIB - Tindakan asepsis dan antisepsis di daerah sayatan - Insisi 10 cm dengan scalpel no.22 lapis demi lapis dimulai dari kulit, subkutis, lemak, fascia, m.rectus abdominal dan kemudian peritoneum - Setelah peritoneum dibuka, tampak uterus membesar sesuai dengan masa kehamilan aterm - Insisi melintang di segmen bawah rahim 2 cm sampai tembus cavum uteri - Tampak selaput ketuban sudah pecah dan keluar cairan ketuban berwarna kehijauan bercampur darah - Tampak kepala bayi. Kepala bayi dilahirkan dahulu kemudian bagian tubuh yang lain. Bayi lahir pk 14.25 WIB pada tanggal 11 April 2014 berjenis kelamin laki-laki, BB 3500 gram, PB 52 cm, lingkar kepala 33 cm, APGAR Score 8/10, retraksi sela iga (-) dan tidak terdapat lilitan tali pusat - Plasenta dilepaskan lengkap secara manual. Cavum uteri dibersihkan dari selaput plasenta dengan menggunakan kasa steril - Miometrium dijahitkan - Rongga abdomen dibersihkan dengan kasa steril dan dicuci dengan NaCl 0,9% - Kemudian dilanjutkan dengan penjahitan peritoneum, m.rectus abdominal, fascia, subkutis, dan terakhir kulit. - Operasi selesai pada pk 15.15 WIB 12 - Observasi tanda-tanda vital pasca operasi selama 2 jam
VIII. PROGNOSIS Ibu : ad vitam : dubia Ad functionam : dubia Ad sanationam : dubia
Janin : ad vitam : dubia ad bonam Ad functionam : dubia ad bonam
IX. FOLLOW UP 1. S nyeri di bekas luka operasi, flatus (+), demam (-), mual (-), muntah (-), pusing (-) O keadaan umum : tampak sakit ringan Kesadaran : compos mentis Mata : Sklera ikterik -/- Konjungtiva anemis +/+ TD : 120/90 mmHg RR : 20 x/menit Suhu : 36,4C Nadi : 77 x/menit Tinggi fundus uteri : sepusat Kontraksi (+) Perdarahan (+) 1 softex A P2A0 post SC < 24 jam atas indikasi KPD P pronalges supp 3x1 13 Ringer Laktat 500ml iv 20tpm Cefotaxim 2x1 gr iv
2. Tanggal 13 April 2014 pkl 06.00 S nyeri di bekas luka operasi, flatus (+), demam (-), mual (-), muntah (-), pusing (-) O keadaan umum : tampak sakit ringan Kesadaran : compos mentis Mata : Sklera ikterik -/- Konjungtiva anemis -/- TD : 110/80 mmHg RR : 20 x/menit Suhu : 36,2C Nadi : 74 x/menit Tinggi fundus uteri : 2 jari pusat Kontraksi (+) Perdarahan (+) softex A P2A0 post SC > 24 jam atas indikasi KPD P infus dan kateter di Aff asam mefenamat tab 3x1 cefadroxil tab 3x1 Besok pasien diperbolehkan pulang
14 DISKUSI (REVISI) Berdasarkan dari anamnesis yang diperoleh dari Ny. VKD G2P1A0 dengan usia kehamilan 40 minggu diduga mengalami ketuban pecah dini. Menurut anamnesis, pasien mengalami pecah ketuban sejak 12 jam jam SMRS dengan jumlah yang cukup banyak, berwarna jernih dan berbau amis. Pasien telah diinduksi melalui obat yang diberikan melalui infus selama kurang lebih 5 jam SMRS di RB. Akan tetapi 3 jam SMRS, cairan ketuban keluar lagi dan didapatkan pembukaan 5 cm. Menurut teori, seharusnya induksi persalinan dilakukan selama 24 jam. Akan tetapi pada kasus, karena belum sempat 24 jam, terdapat penyulit yaitu cairan ketuban keluar, ditakutkan terjadi oligohidroamnion yang bercampur dengan mekonium yang berakibat membahayakan janin.
15 TINJAUAN PUSTAKA KETUBAN PECAH DINI
I. Pendahuluan Selaput ketuban yang membatasi rongga amnion terdiri atas amnion dan korion sangat erat ikatannya. Lapisan ini terdiri atas beberapa sel seperti sel epitel, sel mesenkim, dan sel trofoblas yang terikat erat dalam matriks kolagen. Selaput ketuban berfungsi menghasilkan air ketuban dan melindungi janin terhadap infeksi. Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan. Ketuban Pecah Dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Bila Ketuban Pecah Dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut Ketuban Pecah Dini pada kehamilan prematur. Dalam keadaan normal 8 - 10 % perempuan hamil aterm akan mengalami Ketuban Pecah Dini. Ketuban Pecah Dini Prematur terjadi pada 1 % kehamilan. Pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan perubahan proses biokimia yang terjadi dalam kolagen matriks ekstra selular amnion, korion, dan apoptosis membran janin. Membran janin dan desidua bereaksi terhadap stimuli seperti infeksi dan peregangan selaput ketuban dengan memproduksi mediator seperti prostaglandin, sitokinin, dan protein hormone yang merangsang aktivitas matrix degrading enzym.
Pembentukan Cairan Sejak awal kehamilan cairan amnion telah dibentuk. Cairan amnion merupakan pelindung dan bantalan untuk proteksi sekaligus menunjang pertumbuhan. Osmolitas, kadar natrium, ureum, kreatinin tidak berbeda dengan kadar pada serum ibu, artinya kadar di cairan amnion merupakan hasil difusi dari ibunya. Cairan amnion mengandung banyak sel janin (lanugo, verniks karsiosa). Fungsi cairan amnion yang juga penting ialah menghambat bakteri karena mengandung zat seperti fosfat dan seng.
Selaput amnion yang meliputi permukaan plasenta akan mendapatkan difusi dari pembuluh darah korion di permukaan. Volume cairan amnion pada kehamilan aterm rata-rata ialah 800 ml, cairan amnion mempunyai pH 7,2 dan massa jenis 1,008. Setelah 20 minggu produksi cairan berasal dari urin janin. Sebelum cairan amnion juga banyak berasal dari rembesan kulit, selaput amnion dan plasenta. Janin juga meminum cairan amnion 16 (diperkirakan 500 ml/hari). Selain itu, cairan ada yang masuk ke paru sehingga penting untuk perkembangannya.
Pengukuran volume cairan amnion USG merupakan metode yang lebih akurat untuk memperkirakan cairan amnion dibandingkan dengan pengukuran tinggi fundus. Beberapa teknik telah dipaparkan: - penilaian subjektif terhadap volume cairan amnion - pengukuran kantung terdalam tunggal (bebas dari tali pusat) - indeks cairan amnion (ICA) merupakan metode semikuantitatif untuk memperkirakan volume cairan amnion yang meminimalkan kesalahan antar dan pada pengamat. ICA adalah jumlah kantung cairan amnion vertikal maksimal (dalam cm) pada masing-masing dari keempat kuadran uterus. ICA normal dalam usia gestasi lebih dari 20 minggu berkisar 5-20 cm. Kepentingan klinis dari volume cairan amnion : - volume cairan amnion merupakan penanda kesehatan janin - volume cairan amnion normal menunjukkan bahwa perfusi uteroplasenta memadai. Jumlah volume cairan amnion abnormal berhubungan dengan hasil akhir perinatal yang kurang menguntungkan.
II. Definisi Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput janin sebelum proses persalinan dimulai. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm maupun kehamilan aterm, yang dibagi menjadi dua, yaitu : - PROM (premature rupture of membrane), pecahnya selaput ketuban pada usia kehamilan > 37 minggu. - PPROM (preterm premature ruptur of membrane), pecahnya selaput ketuban pada kehamilan < 37 minggu. Kondisi ini dibagi lagi atas : Ketuban pecah dini pada usia kehamilan 32-36 minggu (preterm PROM near term) Ketuban pecah dini pada usia kehamilan 23-31 minggu ( preterm PROM remote from term) 17 Ketuban pecah pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu (previable PROM). Bila proses persalinan segera berlangsung sesudahnya maka akan terjadi kematian neonatus. Terjadinya ketuban pecah biasanya diikuti oleh proses persalinan. Periode laten ada interval saat ketuban pecah sampai dimulainya persalinan. Periode laten dari pecahnya selaput ketuban hingga persalinan berkurang secara berlawanan dengan bertambahnya usia gestasi.
III. Epidemiologi Ketuban pecah dini terjadi pada 6-20% kehamilan aterm, sedangkan pada kehamilan preterm insidennya 2%. Kurang lebih dua pertiga dari pasien dengan ketuban pecah prematur sebelum kehamilan 37 minggu akan bersalin dalam waktu 4 hari dan kurang lebih 90% akan bersalin dalam waktu satu minggu .IV. Etiologi dan faktor resiko Penyebab dari KPD masih belum jelas, masih merupakan masalah kontroversi obstetri. Bisa dikarenakan menjelang usia kehamilan cukup bulan, kelemahan fokal terjadi pada selaput janin di atas os serviks internal yang memicu robekan di lokasi ini. Beberapa proses patologis (termasuk pendarahan dan infeksi) dapat menyebabkan terjadinya KPDP. Sebab-sebab terjadinya ketuban pecah dini, dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Faktor umum: a. Infeksi b. faktor sosial: perokok, peminum, keadaan sosial ekonomi rendah 2. faktor keturunan 18 a. kelainan genetik b. faktor rendahnya vitamin c 3. faktor obstetrik a. kehamilan kembar dan hidramnion b. serviks inkompeten c. serviks konisasi/menjadi pendek d. terdapat sefalopelvik disporposi : kepala janin belum masuk PAP e. grandemultipara 4. tidak diketahui penyebabnya Faktor resiko : Kehamilan multipel : kembar dua (50%) ; kembar tiga (90%) Riwayat persalinan preterm sebelumnya : resiko 2-4 kalinya Tindakan senggama : tidak berpengaruh kepada resiko , kecuali jika higiene buruk, presdiposisi terhadap infeksi Perdarahan pervaginam : trimester pertama (resiko 2x), trimester kedua / ketiga (20x) Bakteriuria : resiko 2x pH vagina diatas 4,5 serviks tipis (kurang dari 39 mm) flora vagina abnormal kadar CRH (corticotropin releasing hormone) maternal tinggi misalnya pada stress psikologik , dan sebagainya, dapat menjadi stimulasi persalinan preterm
V. Patofisiologi Menurut Taylor dkk., patofisiologi KPD berhubungan dengan adanya faktor predisposisi : a. Faktor infeksi Pada infeksi, terjadi peningkatan aktifitas interleukin 1 (IL-1) dan prostaglandin. Peningkatan ini menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerasi kolagen pada selaput korion/ amnion, yang menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan. 19 b. Faktor trauma dan tekanan intra abdominal Adanya stress maternal dan fetal, menyebabkan peningkatan pelepasan kadar CRH (Cortikotropin releasing hormon), sehingga terjadi pembentukan enzim matriks metalloproteinase (MMP), yang menyebabkan ketuban pecah. c. Faktor selaput ketuban Membran ketuban memiliki kemampuan material viscoelastis, dimana jika ada tekanan internal saat persalinan dan juga adanya infeksi membuat membran menjadi lemah dan rentan membran pecah
VI. Diagnosis 1. Anamnesis - Keluar cairan ketuban (berwarna jernih/ kuning/ putih keruh/ kehijauan/ kemerahan) sedikit demi sedikit atau sekaligus banyak. - Bau cairan ketuban yang khas (terutama jika sudah terjadi infeksi) 2. Pemeriksaan status generalis - Suhu normal bila tidak terjadi infeksi 3. Pemeriksaan status obstetri Pemeriksaan luar : - Nilai denyut jantung janin dengan stetoskop laenec, fetal phone, doppler, atau dengan cardiotokografi (CTG) - Janin mudah dipalpasi karena air ketuban sedikit. Inspekulo : - Nilai apakah cairan keluar melalui ostium uteri eksternum atau terkumpul difoniks posterior. - Tes lakmus (nitrazin). Jika kertas lakmus berubah menjadi biru, menunjukan adanya cairan ketuban. Jika kertas tetap merah, menunjukan bukan air ketuban (mungkin urin) Pemeriksaan dalam : 20 - Selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering. Jika ketuban pecah, jangan sering periksa dalam, awasi terjadinya tanda-tanda infeksi Tanda-tanda terjadinya infeksi intra uterin : - Suhu ibu > 38 0 C - Takikardi ibu (> 100 denyut permenit) - Takikardi janin (> 160 detak permenit) - Air ketuban yang keruh/ hijau/ berbau - Leukositosis pada pemeriksaan darah (>15.000 /mm 3 ) - Pemeriksaan penunjang lain : a. Leukosit esterase (LEA) + 3 b. CRP meningkat / > 2 mg menunjukan infeksi chorioamnionitis. - Nyeri abdomen, nyeri tekan uterus
VII. Pemeriksaan Penunjang . Ultrasonografi USG dapat juga mengkonfirmasi adanya oligohidramnion akibat KPD, tetapi keadaan ini dapat disebabkan oleh hal lain diluar KPD. Disebut oligohidramnion bila volume cairan amnion < 500 ml pada usia kehamilan 32-36 minggu. . Uji pakis positif Pemakisan (ferning), juga disebut percabangan halus (arborization), pada kaca objek (slide) mikroskop yang disebabkan keberadaan natrium klorida dan protein dalam cairan amnion. (Selama pemeriksaan speculum steril, gunakan lidi kapas steril untuk mengumpulkan specimen, baik cairan dari forniks vagina posterior maupun cairan yang keluar dari orifisium karena lendir serviks juga sedikit berbeda. Apus specimen pada kaca objek dan biarkan seluruhnya kering minimal selama 10 menit. Inspeksi kaca objek di bawah mikrokop untuk memeriksa pola parkis.
21
. Uji kertas nitrazin positif Pemeriksaan secara langsung cairan yang merembes tersebut dapat dilakukan dengan kertas Lakmus / nitrazine, kertas ini mengukur pH (asam-basa). pH normal dari vagina adalah 4- 4,7 sedangkan pH cairan ketuban adalah 7,1-7,3 Apabila cairan ketuban diperiksa oleh kertas lakmus, maka kertas Lakmus merah akan menjadi biru karena pH Alkali / basa. Sedangkan apabila cairan tersebut cairan vagina maka kertas lakmus berwana merah karena pH asam. Hasil positif yang salah apabila terdapat keterlibatan trikomonas, darah, semen, lendir leher rahim, dan air seni. Hasil yang negatif dapat ditemukan pada KPD yang berkepanjangan dan bila cairan amnionnya sedikit.
Amniosentesis Sangat jarang dilakukan karena invasive. Cara Tes ini yaitu memasukkan zat warna indigo carmine atau fluorescein, kemudian dipasang sebuah tampon diletakkan di vagina lalu dilakukan pemeriksaan setelah 2 jam, dimana pada tampon akan menampakkan zat warna tersebut. VII. Penatalaksanaan Pastikan diagnosis Tentukan umur kehamilan Evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi janin Apakah dalam keadaan inpartu, terdapat kegawatan janin Riwayat keluarnya air ketuban berupa cairan jernih keluar dari vagina yang kadang- kadang disertai tanda-tanda lain dari persalinan. Diagnosis ketuban pecah dini dengan inspekulo dilihat adanya cairan ketuban keluar dari kavum uteri. Pemeriksaan pH vagina 22 perempuan hamil sekitar 4,5; bila ada cairan ketuban pHnya sekitar 7,1-7,3. Antiseptik yang alkalin akan menaikkan pH vagina. Dengan pemeriksaan ultrasound adanya ketuban pecah dini dapat dikonfirmasikan dengan adanya oligohidramniom. Bila air ketuban normal agaknya ketuban pecah dapat diragukan serviks. Penderita dengan kemungkinan ketuban pecah dini harus masuk rumah sakit untuk diperiksa lebih lanjut. Jika pada perawatan air ketuban berhenti keluar, pasien dapat pulang untuk rawat jalan. Bila terdapat persalinan dalam kala aktif, korioamnionionitis, gawat janin, persalinan diterminasi. Bila ketuban pecah dini pada kehamilan prematur, diperlukan penatalaksanaan yang komprehensif. Secara umum penatalaksanaan pasien ketuban pecah dini yang tidak dalam persalinan serta tidak ada infeksi dan gawat janin, penatalaksanaannya bergantung pada usia kehamilan. Untuk upaya pencegahan terjadinya KPD sebaiknya ibu hamil mengurangi aktivitas atau lebih banyak istirahat pada akhir triwulan kedua atau awal triwulan ketiga. Penanganan awal apabila Ketuban Pecah di Rumah: 1. Apabila terdapat rembesan atau aliran cairan dari vagina, segera hubungi dokter atau petugas kesehatan dan bersiaplah untuk ke Rumah Sakit 2. Gunakan pembalut wanita (jangan tampon) untuk penyerapan air yang keluar 3. Daerah vagina sebaiknya sebersih mungkin untuk mencegah infeksi, jangan berhubungan seksual atau mandi berendam 4. Selalu membersihkan dari arah depan ke belakang untuk menghindari infeksi dari dubur Penanganan Konservatif Rawat di rumah sakit, berikan antibiotik (ampisilin 4x500 mg atau eritromisin bila tidak tahan ampisilin dan metronidazol 2x500 mgg selama 7 hari). Jika umur kehamilan < 32- 34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi dan kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi, nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin). Pada usia kehamilan 32- 37 minggu berikan steroid untuk memacu kematangan paru janin, dan bila memungkinkan 23 periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason I.M 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali. Penanganan Aktif Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal seksio sesaria. Dapat pula diberikan misoprostol 25 g - 50g intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan persalinan diakhiri. Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesaria. Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan Tabel 1. Skor Pelvik
IX. Prognosis Di tentukan dari cara penatalaksanaan dan komplikasi-komplikasinya yang timbul, serta umur dari kehamilan.
X. Komplikasi Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan premature, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden seksio sesarea, atau gagalnya persalinan normal. - Persalinan Prematur Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90 % terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan anatar 28 34 minggu 50 % persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu. 24 - Infeksi Korioamnionitis Risiko infeksi meningkat pada kejadian KPD. Semua ibu hamil dengan KPD prematur sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion). Infeksi intrapartum adalah infeksi yang terjadi dalam masa persalinan / in partu. Disebut juga Korioamnionitis, karena infeksi ini melibatkan selaput janin. Pada ketuban pecah 6 jam, risiko infeksi meningkat 1 kali. Ketuban pecah 24 jam, risiko infeksi meningkat sampai 2 kali lipat. Dianjurkan paling lama 2 x 24 jam setelah ketuban pecah, harus sudah partus. Patofisiologi infeksi intrapartum yaitu Ascending infection, pecahnya ketuban menyebabkan ada hubungan langsung antara ruang intraamnion dengan dunia luar, Infeksi intraamnion bisa terjadi langsung pada ruang amnion, atau dengan penjalaran infeksi melalui dinding uterus, selaput janin, kemudian ke ruang intraamnion, jika ibu mengalami infeksi sistemik, infeksi intrauterin menjalar melalui plasenta (sirkulasi fetomaternal), dan tindakan iatrogenik traumatik atau higiene buruk, misalnya pemeriksaan dalam yang terlalu sering - Hipoksia dan Asfiksia Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan anatar terjadinya gawat janin dan derajat oliohiramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat. - Sindrom Deformitas Janin Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta hipoplasi pulmolnar
XI. Kesimpulan a. Pengaruh KPD pada kehamilan dan persalinan Jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan persalinan disebut periode laten / LP/ Lag Period. Makin muda umur kehamilan, makin memanjang LPnya, makin tinggi kemungkinan infeksi, dan makin sulit upaya pemecahannya tanpa menimbulkan morbiditas janin. 25 Pengaruh KPD pada persalinan adalah memperpendek lamanya persalinan. Pada primigravida 10 jam dan multigravida 6 jam. b. Pengaruh KPD terhadap janin Walaupun ibu belum menunjukan gejala infeksi, tetapi janin mungkin sudak terkena infeksi, karena infeksi intrauterin lebih dahulu terjadi (mis: amnionitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan, sehingga akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal. c. Pengaruh KPD terhadap ibu Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi jika terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu dapat dijumpai infeksi puerpuralis, peritonitis, septikemia, serta dry labor. Ibu akan merasa lelah karena terbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu badan akan naik, nadi cepat dan timbul gejala-gejala infeksi. Hal tersebut akan meningkatkan angka mortalitas dan morbiditas ibu
26 ANEMIA GRAVIDARUM
Definisi
Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Selama kehamilan, indikasi anemia adalah jika konsentrasi hemoglobin kurang dari 10,50 sampai dengan 11,00 gr/dl. Anemia pada wanita hamil jika kadar hemoglobin atau darah merahnya kurang dari 10,00 gr%. Penyakit ini disebut anemia berat. Jika hemoglobin < 6,00 gr% disebut anemia gravis. Jumlah hemoglobin wanita hamil adalah 12,00-15,00 gr% dan hematokrit adalah 35,00-45,00%. Anemia dalam kandungan ialah kondisi ibu dengan kadar Hb < 11,00 gr% pada trimester I dan III atau kadar Hb < 10,50 gr% pada trimester II. Karena ada perbedaan dengan kondisi wanita tidak hamil karena hemodilusi terutama terjadi pada trimester II .
Etiologi
Anemia defisiensi : zat besi, asam folat, vitamin B12 Anemia aplastic Anemia hemoragik karena persalinan yang lalu, malaria, demam berdarah, penyakit- penyakit kronis, seperti : TBC Paru, SLE, neoplasma, gagal ginjal kronik, infeksi granulomatosa, arthritis reumatoid, infeksi cacing usus dapat menyebabkan anemia. Anemia hemolitik
Klasifikasi
Klasifikasi Derajat Anemia Menurut WHO yang dikutip dalam buku Handayani W, dan Haribowo A S, (2008) : 1. Ringan sekali Hb 10,00 gr% -13,00 gr% 2. Ringan Hb 8,00 gr% -9,90 gr% 3. Sedang Hb 6,00 gr% -7,90 gr% 27 4. Berat Hb < 6,00 gr% Pembagian anemia berdasarkan pemeriksaan hemoglobin menurut Manuaba (2007), adalah : 1. Tidak anemia : Hb 11,00 gr% 2. Anemia ringan : Hb 9,00-10,00 gr% 3. Anemia sedang : Hb 7,00-8,00 gr% 4. Anemia berat : Hb < 7,00 gr% Klasifikasi anemia menurut Setiawan Y (2006), anemia dalam kehamilan dapat dibagi menjadi : Anemia Defisiensi Zat Besi (kejadian 62,30%) Anemia dalam kehamilan yang paling sering ialah anemia akibat kekurangan zat besi. Kekurangan ini disebabkan karena kurang masuknya unsur zat besi dalam makanan, gangguan reabsorbsi, dan penggunaan terlalu banyaknya zat besi. Anemia Megaloblastik (kejadian 29,00%) Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi asam folat dan B12 Anemia Hipoplastik (kejadian 80,00%. Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah merah. Dimana etiologinya belum diketahui dengan pasti kecuali sepsis, sinar rontgen, racun dan obat-obatan. Anemia Hemolitik (kejadian 0,70%. Anemia yang disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat, yaitu penyakit malaria.
Patofisiologi
Darah bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia, akan tetapi bertambahnya sel-sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma, sehingga terjadi pengenceran darah. Pertambahan tersebut berbanding plasma 30,00%, sel darah merah 18,00% dan Hemoglobin 19,00%. Tetapi pembentukan sel darah merah yang terlalu lambat sehingga menyebabkan kekurangan sel darah merah atau anemia. Pengenceran darah dianggap penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita: 28 Pengenceran dapat meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa kehamilan, karena sebagai akibat hidremia cardiac output untuk meningkatkan kerja jantung lebih ringan apabila viskositas rendah. Resistensi perifer berkurang, sehingga tekanan darah tidak naik Perdarahan waktu persalinan, banyaknya unsur besi yang hilang lebih sedikit dibandingkan dengan apabila darah ibu tetap kental. Tetapi pengenceran darah yang tidak diikuti pembentukan sel darah merah yang seimbang dapat menyebabkan anemia. Bertambahnya volume darah dalam kehamilan dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan 32 dan 36 minggu.
29
Anemia Defisiensi Besi Besi diabsorsi dalam usus halus (duodenum dan yeyenum) proksimal. Besi yang terkandung dalam makanan ketika dalam lambung dibebaskan menjadi ion fero dengan bantuan asam lambung (HCL). Kemudian masuk ke usus halus dirubah menjadi ion fero dengan pengaruh alkali, kemudian ion fero diabsorpsi, sebagian disimpan sebagai senyawa feritin dan sebagian lagi masuk keperedaran darah berikatan dengan protein (transferin) yang akan digunakan kembali untuk sintesa hemoglobin. Sebagian dari transferin yang tidak terpakai disimpan sebagai labile iron pool. Penyerapan ion fero dipermudah dengan adanya vitamin atau fruktosa, tetapi akan terhambat dengan fosfat, oksalat, susu, antasid.
Anemia Megaloblastik Defisiensi Asam Folat Asam folat adalah bahan esensial untuk sintesis DNA dan RNA. Jumlah asam folat dalam tubuh berkisar 6-10 mg, dengan kebutuhan perhari 50mg. Asam folat dapat diperoleh dari hati, ginjal, sayur hijau, ragi. Asam folat sendiri diserap dalam duodenum dan yeyenum bagian atas, terikat pada protein plasma secara lemah dan disimpan didalam hati. Tanpa adanya asupan folat, persediaan folat biasanya akan habis kira-kira dalam waktu 4 bulan.
30 Anemia Megaloblastik Defisiensi Vitamin B 12
Dihasilkan dari kobalamin dalam makanan terutama makanan yang mengandung sumber hewani seperti daging dan telur. Vitamin B 12 merupakan bahan esensial untuk produksi sel darah merah dan fungsi sistem saraf secara normal. Anemia jenis ini biasanya disebabkan karena kurangnya masukan, panderita alkoholik kronik, pembedahan lambung dan ileum terminale, malabsorpsi dan lain-lain.
Anemia aplastik Keadaan yang disebabkan berkurangnya sel-sel darah dalam darah tepi sebagai akibat terhentinya pembentukan sel hemapoetik dalam SSTL, sehingga penderita mengalami pansitopenia yaitu kekurangan sel darah merah, sel darah putih dan trombosit.Secara morfologis sel-sel darah merah terlihat normositik dan normokrom, hitung retikulosit rendah atau hilang, biopsi sumsum tulang menunjukkan keadaan yang disebut pungsi kering dengan hipoplasia yang nyata dan terjadi penggantian dengan jaringan lemak.
Kongenital Timbul perdarahan bawah kulit diikuti dengan anemia progresif dengan clinical onset 1,5-22 tahun, rerata 6-8 tahun. Salah satu contoh adalah sindrom fanconi yang bersifat constitusional aplastic anemia resesif autosom, pada 2/3 penderita disertai anomali kongenital lain seperti mikrosefali, mikroftalmi, anomali jari, kelainan ginjal, perawakan pendek, hiperpigmentasi kulit.
Anemia Hemolitik Pada anemia hemolitik umur eritrosit menjadi lebih pendek (normal umur eritrosit 100-120 hari). Gejala umum penyakit ini disebabkan adanya penghancuran eritrosit sehingga dapat menimbulkan gejala anemi, bilirubin meningkat bila fungsi hepar buruk dan keaktifan sumsum tulang untuk mengadakan kompensasi terhadap penghancuran tersebut (hipereaktif eritropoetik) sehingga dalam darah tepi dijumpai banyak eritrosit berinti, retikulosit meningkat, polikromasi, bahkan eritropoesis ektrameduler. Adapun gejala klinis penyakit ini berupa : menggigil, pucat, cepat lelah, sesak napas, jaundice, urin berwarna gelap, dan pembesaran limpa. Penyakit ini dapat dibagi dalam 2 golongan besar yaitu : Gangguan Intrakorpuskular (kongenital) Kelainan ini umumnya disebabkan oleh karena ada gangguan dalam metabolisme eritrosit sendiri. Dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu : 31 1. Gangguan pada struktur dinding eritrosit o Sferositosis Umur eritrosit pendek, bentuknya kecil, bundar dan resistensi terhadap NaCl hipotonis menjadi rendah. Limpa membesar dan sering disertai ikhterus, jumlah retikulosit meningkat. Penyebab hemolisis pada penyakit ini disebabkan oleh kelainan membran eritrosit. Pada anak gejala anemia lebih menyolok dibanding dengan ikhterus. Suatu infeksi yang ringan dapat menimbulkan krisis aplastik. Utnuk pengobatan dapat dilakukan transfusi darah dalam keadaan kritis, pengangkatan limpa pada keadaan yang ringan dan anak yang agak besar (2-3 tahun), roboransia. o Ovalositosis (eliptositosis) 50-90% Eritrosit berbentuk oval (lonjong), diturunkan secara dominan, hemolisis tidak seberat sferositosis, dengan splenektomi dapat mengurangi proses hemolisis.
o A beta lipoproteinemia Diduga kelainan bentuk ini disebabkan oleh kelainan komposisi lemak pada dinding sel. o Gangguan pembentukan nukleotida Kelainan ini dapat menyebabkan dinding eritrosit mudah pecah o Defisisnsi vitamin E 2. Gangguan enzim yang mengakibatkan kelainan metabolisme dalam eritrosit o Defisiensi G6PD Akibat kekurangan enzim ini maka glutation (GSSG) tidak dapat direduksi. Glutation dalam keadaan tereduksi (GSH) diduga penting untuk melindungi eritrosit dari setiap oksidasi, terutama obat-obatan. Diturunkan secara dominan melalui kromosom X. Penyakit ini lebih nyata pada laki-laki. Proses hemolitik dapat timbul akibat atau pada : obat-obatan (asetosal, sulfa, obat anti malaria), memakan kacang babi, alergi serbuk bunga, bayi baru lahir. Gejala klinis yang timbul berupa cepat lelah, pucat, sesak napas, jaundice dan pembesaran hepar. o Defisiensi glutation reduktase Disertai trombositopenia dan leukopenia dan disertai kelainan neurologis. o Defisiensi glutation 32 Diturunkan secara resesif dan jarang ditemukan. o Defisiensi piruvat kinase Pada bentuk homozigot berat sekali sedang pada bentuk heterozigot tidak terlalu berat. Khas dari penyakit ini adanya peninggian kadar 2,3 difosfogliserat (2,3 DPG). Gejala klinis bervariasi, untuk terapi dapat dilakukan tranfusi darah. o Defisiensi triose phosphatase isomerase (TPI) Menyerupai sferositosis tetapi tidak ada peningkatan fragilitas osmotik dan hapusan darah tepi tidak ditemnukan sferosit. Defisiensi difosfogliserat mutase o Defisiensi heksokinase o Defisiensi gliseraldehide 3 fosfat dehidrogenase 3. Hemoglobinopatia Hemoglobin orang dewasa normal teridi dari HbA (98%), HbA2 tidak lebih dari 2 % dan HbF tidak lebih dari 3 %. Pada bayi baru lahir HbF merupakan bagian terbesar dari hemoglobinnya (95%), kemudian pada perkembangan konsentrasi HbF akan menurun sehingga pada umur 1 tahun telah mencapai keadaan yang normal. Terdapat 2 golongan besar gangguan pembentukan Hemoglobin ini yaitu : o Gangguan struktural pembentukan hemoglobin (hemoglobin abnormal) misal HbE, HbS dan lain-lain. o Gangguan jumlah (salah satu atau beberapa) rantai globin misal talasemia Gangguan Ektrakorpuskular Golongan dengan penyebab hemolisis ektraseluler, biasanya penyebabnya merupakan faktor yang didapat (acquired) dan dapat disebakan oleh : 1. Obat-obatan, racun ular, jamur, bahan kimia (bensin, saponin, air), toksin (hemolisisn) streptokokkus, virus, malaria. 2. Hipesplenisme 3. Anemia akibat penghancuran eritrosit karena reaksi antigen-antibodi. Seperti inkompabilitas golongan darah, alergen atau hapten yang berasal dari luar tubuh, bisa juga karena reaksi autoimun.
Manifestasi Klinik
33 Lemah letih Palpitasi Cepat lelah Lunglai (Prawirohardjo, 2008). Sering pusing Mata berkunang-kunang Lidah luka Nafsu makan turun (anoreksia) Konsentrasi hilang Nafas pendek (pada anemia parah) Mual muntah lebih hebat pada hamil muda Pucat pada mukosa bibir dan faring, telapak tangan dan dasar kuku , konjungtiva mata
6. Diagnosis
Anamnesa : kurang gizi (malnutrisi ), kurang zat besi asam folat, vitamin B12 dalam diet, malabsorbsi zat besi, riwayat kehilangan banyak darah dan penyakit kronis seperti : TBC Paru, SLE, neoplasma, gagal ginjal kronik, infeksi granulomatosa, arthritis reumatoid, infeksi cacing usus. Didapatkan anomali kongenital lain seperti mikrosefali, mikroftalmi, anomali jari, kelainan ginjal, perawakan pendek, hiperpigmentasi kulit. Riwayat keluarga anemia menggambarkan kemungkinan Hemoglobinopati genetik, talasemia.
Pemeriksaan Fisik Takikardi, takipnea merupakan mekanisme kompensasi untuk meningkatkan aliran darah dan pengangkutan oksigen ke organ utama. Pucat pada mukosa bibir dan faring, telapak tangan dan dasar kuku , konjungtiva mata. Ikterus dapat dilihat pada anemia hemolitik Kardiomegali, bising jantung abnormal, hepatomegali dan splenomegali.
Pemeriksaan penunjang : Pemeriksaan sel darah merah secara lengkap, MCV, MCH, MCHC 34 Nilai normal : o MCV: 82-92 femtoliter o MCH: 27-31 picograms / sel o MCHC: 32-37 gram / desiliter Pemeriksaan serum iron (SI), total iron binding capacity (TIBC) dan ferritin. Pemeriksaan SI bertujuan mengetahui banyaknya besi yang ada di dalam serum yang terikat dengan transferin, berfungsi mengangkut besi ke sumsum tulang. Serum iron diangkut oleh protein yang disebut transferin, banyaknya besi yang dapat diangkut oleh transferin disebut total iron binding capacity (TIBC). Saturasi transferin mengukur rasio antara kadar SI terhadap kadar TIBC yang dinyatakan dalam persen. Ferritin adalah cadangan besi tubuh yang sensitif, kadarnya menurun sebelum terjadi anemia. Nilai normal SI : 0,5 1,68 mg/dl, 8,95 30 umol /L Nilai normal TIBC : Wanita dewasa : 2,1 3,4 mg/l, 37,6 60,9 umol/l Laki laki dewasa : 2,6 3,9 mg/l, 46,5- 69,8 mol/l Saturasi transferin = ( Nilai normal SI : Nilai normal TIBC ) x 100 % Nilai normal = 20-45 % Elektroforesis Hb Deskripsi : Analisa Hb Elektroforesa meupakan pemeriksaan untuk mendeteksi beberapa jenis Hb (S atau D; C atau E) secara kualitatif atau semi-kuantitatif. Pemeriksaan ini juga mampu memisahkan HbA dan HbA2. Manfaat Pemeriksaan : Mendiagnosis hemoglobinopati dan thalassemia, dan evaluasi kondisi anemia hemolitik. Persyaratan & Jenis Sampel : 1 mL Darah EDTA Stabilitas Sampel : 2-8 C : 5 hari Nilai Rujukan : HbA : 95-98%, HbA2 : 1,5-3,5%, HbF : <= 2,0% Hitung aktifitas glucose-6-phosphate dehydrogenase (G6PD). Pada defisiensi G6PD , kadar bilirubin meningkat. One Tube Osmotic Fragility Test (OTOFT) Osmotic fragility adalah tes untuk mendeteksi apakah sel-sel darah merah lebih cenderung untuk memecah. 1 tetes darah diambil dari ujung jari dimasukkan ke dalam 5 ml 0,36% salin. Hasil dibaca dalam 10 menit. Tes ini dilakukan untuk mendeteksi sferositosis herediter dan talasemia. Sferositosis 35 herediter membuat sel darah merah lebih rapuh dari biasanya. Beberapa sel darah merah pada pasien dengan thalassemia lebih rapuh dari normal, tetapi jumlah yang lebih besar kurang rapuh dari normal. Hasil normal : negatif Biopsi sumsum tulang. Tes Laboratorium Hitung sel darah merah dan asupan darah : untuk tujuan praktis maka anemia selama kehamilan dapat didefinisikan sebagai Hb < 10,00 atau 11,00 gr% dan hemotokrit < 30,00-33,00%. Asupan darah tepi memberikan evaluasi morfologi, eritrosit, hitung jenis leukosit dan perkiraan kekuatan trombosit (Taber, 1994).
Anemia defisiensi besi Kadar Hb <10 g/dL, Ht menurun MCV <80, MCHC <32 % Mikrositik hipokrom, poikilositosis, sel target SSTL sistem eritropoetik hiperaktif SI menurun, TIBC meningkat Anemia megaloblastik Hb menurun, MCV >96 fL Retikulosit biasanya berkurang Hipersegmentasi neutrofil Aktivitas asam folat dalam serum rendah (normal antara 2,1-2,8 mg/ml SSTL eritropoetik megaobalstk, granulopoetik, trombopoetik Anemia hipoplastik Anemia hipokrom normositik dan makrositik Retikulosit menurun Leukopenia Trombositopenia Kromosom patah SSTL hipoplasia / aplasia yang diganti oleh jaringan lemak atau jaringan penyokong Anemia hemolitik Mikrositik hipokrom 36 Jumlah retikulosit meningkat Pada hapusan darah tepi didapatkan anisositosis, hipokromi, poikilositositosis, sel target Kadar besi dalam serum (SI) meninggi dan daya ikat serum besi (TIBC) menjadi rendah. Hemoglobin mengandung kadar HbF yang tinggi lebih dari 30%.7. Diagnosis banding
Komplikasi Anemia Dalam Kehamilan
Bahaya Pada Trimester I Pada trimester I, anemia dapat menyebabkan terjadinya missed abortion, kelainan congenital. Bahaya Pada Trimester II Pada trimester II, anemia dapat menyebabkan terjadinya partus premature, perdarahan ante partum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia intrapartum sampai kematian, gestosis dan mudah terkena infeksi, dan dekompensasi kordis hingga kematian ibu. v Bahaya Saat Persalinan Pada saat persalinan anemia dapat menyebabkan gangguan his primer, sekunder, janin lahir dengan anemia, persalinan dengan tindakan-tindakan tinggi karena ibu cepat lelah dan gangguan perjalanan persalinan perlu tindakan operatif (Mansjoer dkk, 2008). Bahaya saat nifas : subinvolusio uteri sehingga perdarahan post partum, infeksi puerpuralis, asi berkurang, infeksi mammae, anemia.
Penatalaksanaan
Menurut Setiawan Y (2006), dijelaskan bahwa pencegahan dan terapi anemia pada kehamilan berdasarkan klasifikasi anemia adalah sebagai berikut : Anemia Zat Besi Bagi Wanita Hamil Saat hamil zat besi dibutuhkan lebih banyak daripada saat tidak hamil. Pada kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk 37 sel darah merah janin dan plasenta, kebutuhan zat besi pada setiap trimester berbeda. Terutama pada trimester kedua dan ketiga wanita hamil memerlukan zat besi dalam jumlah banyak, oleh karena itu pada trimester kedua dan ketiga harus mendapatkan tambahan zat besi. Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua. Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 ml) intravena atau 2 x 50 ml/ IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr%.
Anemia Megaloblastik yaitu anemia defisiensi asam folat dan atau B 12 Pencegahannya adalah apabila pemberian zat besi tidak berhasil maka ditambah dengan asam folat, adapun terapinya adalah asam folat 15-30 mg / hari, vitamin B12 1,25 mg / hari, sulfas ferrosus 500 mg / hari, pada kasus berat dan pengobatan per oral lambat sehingga dapat diberikan transfusi darah.
Anemia Hipoplastik Anemia hipoplastik ini dianggap komplikasi kehamilan dimana pengobatan adalah tranfusi darah.
Anemia Hemolitik Pengobatan adalah tranfusi darah.
Pencegahan
Pemeriksaan kadar Hb setiap 3 bulan untuk mengenal anemia sedini mungkin atau dilakukan minimal dua kali selama kehamilan yaitu pada trimester I dan III. Pemberian tablet besi sebanyak 90 tablet pada ibu hamil di Puskesmas, artinya ibu hamil setiap hari mengkonsumsi 1 tablet besi. Pemberian suplemen Fe dosis rendah 30 mg pada trimester ketiga ibu hamil non 38 anemik (Hb 11g/dl), sedangkan untuk ibu hamil dengan anemia defisiensi besi dapat diberikan suplemen Fe sulfat 325 mg 60-65 mg, 1-2 kali sehari. Untuk yang disebabkan oleh defisiensi asam folat dapat diberikan asam folat 1 mg/hari atau untuk dosis pencegahan dapat diberikan 0,4 mg/hari. Dan bisa juga diberi vitamin B12 100-200 mcg/hari. Mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi. Kandungan zat besi dapat diperoleh sumber besi dapat diperoleh dari makanan seperti : hati, daging telur, buah, sayuran yang mengandung klorofil. Makanan tersebut hendaknya dimasak tidak terlalu lama, agar kandungan besi di dalam makanan tidak berkurang. Menjaga kebersihan lingkungan dan pribadi Kontrol penyakit infeksi. Mengurangi mengkonsumsi makanan yang mengandung kalsium seperti susu dan hasil olahannya, makanan mengandung sereal, kacang-kacangan, biji-bijian dan tepung serta minum teh, kopi atau coklat dapat menghambat penyerapan besi. Asupan zat besi yang dikonsumsi dapat dijaga agar terserap tubuh sebanyak mungkin dengan mengkombinasikan dengan makan vitamin c. Mengatur jarak kehamilan atau kelahiran bayi. Makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan, akan makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi makin anemis. Jika persediaan cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan akan menguras persediaan Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya. Oleh karena itu, perlu diupayakan agar jarak antar kehamilan tidak terlalu pendek, minimal lebih dari 2 tahun
Prognosis
Anemia gravidarum berprognosis dubia ad bonam bila ditangani secepatnya tergantung causanya.
39 DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Penerbit PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: 2011. 2. Manuaba, Ida Bagus. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana. Penerbit Buku Kedokteran ECG. Jakarta: 1998. 3. Norwitz E, Schorge J. At a Glance Obstetri & Ginekologi. Erlangga Medical Series. Jakarta: 2006. 4. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Bedah Kebidanan. PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: 2010 5. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan . PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: 2011 6. Garite T, Premature Rupture of Membranes, Dalam: Current Therapy in Obstetrics and Gynecology, Edisi ke-5, Quilligan EJ, Zuspan FP, penyunting. New York: W.B.Saunders Company, 2000: 326-9. 7. Svigos JM, Robinson JS, Vigneswaran R, Prelabor rupture of the Membranes, Dalam: High Risk Pregnancy Management Options, James DK, Steer PJ, Weiner CP, Gonik B, penyunting. New York: W.B Saunders, 2001: 1015-22. 8. Jazayeri A, Galan H, Premature Rupture of Membranes. diakses tanggal 5 Desember 2011. dari http://www.emedicine.com 9. Sairam VK, Travis L, Potter Syndrome. 27 Maret 2006. diakses tanggal 5 Desember 2011 dari http://www.emedicine.com. 10. Williams Obstetrics, Edisi ke-22, Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap L, Wenstrom KD, penyunting. New York: McGraw-Hill. 2005: 177.