Anda di halaman 1dari 7

Anestesi Umum

Anestesi umum adalah keadaan hilangnya nyeri di seluruh tubuh dan


hilangnya kesadaran yang bersifat sementara yang dihasilkan melalui penekanan
sistem syaraf pusat karena adanya induksi secara farmakologi atau penekanan
sensori pada syaraf. Agen anestesi umum bekerja dengan cara menekan sistem
syaraf pusat (SSP) secara reversibel (Adams 2001). Anestesi umum merupakan
kondisi yang dikendalikan dengan ketidaksadaran reversibel dan diperoleh melalui
penggunaan obat-obatan secara injeksi dan atau inhalasi yang ditandai dengan
hilangnya respon rasa nyeri (analgesia), hilangnya ingatan (amnesia), hilangnya
respon terhadap rangsangan atau refleks dan hilangnya gerak spontan (immobility),
serta hilangnya kesadaran (unconsciousness) (McKelvey dan Hollingshead 2003). 14
Mekanisme kerja anestesi umum pada tingkat seluler belum diketahui secara
pasti, tetapi dapat dihipotetiskan mempengaruhi sistem otak karena hilangnya
kesadaran, mempengaruhi batang otak karena hilangnya kemampuan bergerak, dan
mempengaruhi kortek serebral karena terjadi perubahan listrik pada otak. Anestesi
umum akan melewati beberapa tahapan dan tahapan tersebut tergantung pada dosis
yang digunakan. Tahapan teranestesi umum secara ideal dimulai dari keadaan terjaga
atau sadar kemudian terjadi kelemahan dan mengantuk (sedasi), hilangnya respon
nyeri (analgesia), tidak bergerak dan relaksasi (immobility), tidak sadar
(unconsciousness), koma, dan kematian atau dosis berlebih (Tranquilli et al. 2007;
Miller 2010).
Anestesi umum yang baik dan ideal harus memenuhi kriteria : tiga komponen
anestesi atau trias anestesi (sedasi, analgesi, dan relaksasi), penekanan refleks,
ketidaksadaran, aman untuk sistem vital (sirkulasi dan respirasi), mudah
diaplikasikan dan ekonomis. Dengan demikian, tujuan utama dilakukan anestesi
umum adalah upaya untuk menciptakan kondisi sedasi, analgesi, relaksasi, dan
penekanan refleks yang optimal dan adekuat untuk dilakukan tindakan dan prosedur
diagnostik atau pembedahan tanpa menimbulkan gangguan hemodinamik,
respiratorik, dan metabolik yang dapat mengancam (Wolfensohn dan Lloyd 2000;
Adams 2001; Tranquilli et al. 2007; Miller 2010).
Agen anestesi umum dapat digunakan melalui injeksi, inhalasi, atau melalui
gabungan secara injeksi dan inhalasi. Anestetikum dapat digabungkan atau
dikombinasikan antara beberapa anestetikum atau dengan zat lain sebagai
preanestetikum dalam sebuah teknik yang disebut balanced anesthesia untuk
mendapatkan efek anestesi yang diinginkan dengan efek samping minimal.
Anestetika umum inhalasi yang sering digunakan pada hewan adalah halotan,
isofluran, sevofluran, desfluran, dietil eter, nitrous oksida dan xenon. Anestetika
umum yang diberikan secara injeksi meliputi barbiturat (tiopental, metoheksital, dan
pentobarbital), cyclohexamin (ketamine, tiletamin), etomidat, dan propofol
(McKelvey dan Hollingshead 2003; Garcia et al. 2010). 15
Anestesi umum inhalasi merupakan salah satu metode anestesi umum yang
dilakukan dengan cara memberikan agen anestesi yang berupa gas dan atau cairan
yang mudah menguap melalui alat anestesi langsung ke udara inspirasi. Mekanisme
kerja anestesi umum inhalasi sangat rumit dan sampai saat ini masih merupakan
misteri, karena pemberian anestetikum inhalasi melalui pernapasan menuju organ
sasaran yang jauh adalah suatu hal yang unik. Hiperventilasi akan menaikkan ambilan
anestetikum dalam alveolus dan hipoventilasi akan menurunkan ambilan alveolus.
Kelarutan zat inhalasi dalam darah adalah faktor utama yang penting dalam
menentukan induksi dan pemulihan anestesi inhalasi. Induksi dan pemulihan akan
berlangsung cepat pada zat yang tidak larut dan lambat pada zat yang larut. Kadar
alveolus minimal atau minimum alveolar cencentration (MAC) adalah kadar minimal
zat anestesi dalam alveolus pada tekanan satu atmosfir yang diperlukan untuk
mencegah gerakan pada 50% pasien yang dilakukan rangsangan insisi standar.
Immobilisasi tercapai pada 95% pasien apabila kadar anestetikum dinaikkan di atas
30% nilai MAC. Dalam keadaan seimbang, tekanan parsial anestetikum dalam alveoli
sama dengan tekanan zat dalam darah dan otak tempat kerja anestetikum (Latief et al.
2007; McKelvey dan Hollingshead 2003).
Anestetika umum inhalasi yang pertama kali dikenal dan digunakan untuk
membantu pembedahan adalah N2
O. Kemudian menyusul, eter, kloroform, etil
klorida, halotan, metoksifluran, enfluran, isofluran, desfluran, sevofluran, dan xenon.
Anestetika umum inhalasi yang umum digunakan saat ini adalah N2
Nitrous oxide (N
O, halotan,
enfluran, isofluran, desfluran, sevofluran, dan xenon. Obat obat anestesi yang lain
ditinggalkan, karena efek sampingnya yang tidak dikehendaki. Misalnya, eter mudah
terbakar dan meledak, menyebabkan sekresi bronkus berlebihan, mual dan muntah,
kerusakan hati, dan baunya yang sangat merangsang. Kloroform menyebabkan
aritmia dan kerusakan hati. Metoksifluran menyebabkan kerusakan hati, toksik
terhadap ginjal, dan mudah terbakar (Latief et al. 2007; McKelvey dan Hollingshead
2003; Tranquilli et al. 2007).
2
O) atau dinitrogen monoksida adalah anestesi inhalasi yang
diperoleh dengan cara memanaskan amonium nitrat (NH4
NO3) sampai 240o
C. Gas 16
ini bersifat anestetikum lemah, tetapi analgesianya kuat, sehingga jarang digunakan
secara tunggal. Anestetikum yang sering dikombinasikan dengan N2
O adalah
halotan. Pada akhir anestesi setelah N2
O dihentikan, akan cepat keluar mengisi
alveoli, sehingga terjadi pengenceran oksigen dan terjadi hipoksia difusi. Mengatasi
hipoksia difusi, biasanya diberikan 100% oksigen selama 5 10 menit. Potensi N2
O
digunakan pada hewan tidak baik, karena mempunyai MAC yang tinggi. MAC N2
Halotan sering digunakan sebagai induksi anestesi dikombinasikan dengan
N
O
pada manusia mendekati 100%, tetapi pada anjing hampir 200% dan kucing
mendekati 250% (Latief et al. 2007; McKelvey dan Hollingshead 2003).
2
Desfluran adalah halogenasi eter yang rumus bangun dan efek klinisnya mirip
dengan isofluran. Desfluran sangat mudah menguap dibandingkan anestetikum
lainnya, sehingga perlu menggunakan vaporizer khusus. Potensi desfluran sangat
rendah (MAC 6,0%), bersifat simpatomimetik, menyebabkan takikardia dan
O, karena halotan adalah analgesik lemah tetapi sifat anestesinya kuat sehingga
kombinasi keduanya sangat ideal. Pemeliharaan anestesi dengan halotan biasanya
digunakan dosis 1-2% pada napas spontan atau dosis 0,5-1% pada napas terkendali,
dan dapat disesuaikan dengan respon klinis pasien. Nilai MAC halotan adalah
moderat, potensinya berada diantara metoksifluran dan isofluran, yaitu 0,3 0,75%.
Halotan mempunyai tekanan uap yang tinggi, sehingga memerlukan ketelitian
penggunaan vaporizer yang lebih tinggi. Penggunaan vaporizer yang memiliki tingkat
ketelitian kurang, dapat menyebabkan konsentrasi halotan mencapai 30%, padahal
konsentrasi normal halotan yang diperlukan untuk anestesi adalah 1-2%, sehingga
penggunaan halotan memerlukan vaporizer khusus. Halotan menyebabkan
vasodilatasi cerebral, meningkatkan aliran darah pada otak yang sulit dikendalikan.
Kelebihan dosis halotan menyebabkan depresi napas, menurunkan tonus simpatik,
terjadi hipotensi, bradikardi, vasodilatasi perifer, depresi vasomotor, dan depresi
miokardium. Halotan dimetabolisme 20% di hati secara oksidatif menjadi komponen
bromin, klorin, dan asam trikloro asetat. Halotan menyebabkan gangguan hati dan
pasca pemberian sering menyebabkan pasien meninggal (Latief et al. 2007;
McKelvey dan Hollingshead 2003).17
hipertensi. Pengaruh depresi nafasnya sama dengan isofluran dan merangsang jalan
napas atas sehingga tidak dapat digunakan sebagai induksi anestesi.
Isofluran merupakan halogenasi eter dan secara kimia sangat mirip dengan
metoksifluran dan sevofluran. Rentang keamanan isofluran lebih lebar dibandingkan
halotan dan metoksifluran, sehingga sangat umum digunakan pada hewan terutama
anjing dan kuda walaupun dengan harga yang lebih mahal. Penggunaaan isofluran
pada dosis anestesi atau subanestesi menurunkan metabolisme otak terhadap oksigen,
tetapi akan meningkatkan aliran darah di otak dan tekanan intrakranial, sehingga
menjadi pilihan pada pembedahan otak. Pengaruh terhadap jantung dan curah jantung
(cardiac output) sangat minimal, sehingga dapat digunakan pada pasien dengan
kelainan jantung. Potensi isofluran lebih kecil dibandingkan halotan karena
mempunyai nilai MAC lebih tinggi dibandingkan halotan. Pemeliharaan anestesi
dengan isofluran biasanya digunakan konsentrasi 1,5 2,5 % isofluran dalam oksigen
(Latief et al. 2007; McKelvey dan Hollingshead 2003).
Anestesi umum injeksi merupakan metode anestesi umum yang dilakukan
dengan cara menyuntikkan agen anestesi langsung melalui muskulus atau pembuluh
darah vena. Anestesi injeksi biasanya digunakan untuk induksi pada hewan kecil
maupun pada hewan besar dan dapat juga digunakan untuk pemeliharaan anestesi.
Anestetika injeksi yang baik memiliki sifat-sifat tidak mengiritasi jaringan, tidak
menimbulkan rasa nyeri pada saat diinjeksikan, cepat diabsorsi, waktu induksi,
durasi, dan masa pulih dari anestesi berjalan mulus, tidak ada tremor otot, memiliki
indeks terapeutik tinggi, tidak bersifat toksik, mempunyai pengaruh minimal terhadap
organ tubuh terutama saluran pernapasan dan kardiovaskular, cepat dimetabolisme,
tidak bersifat akumulatif, dapat dikombinasikan dengan obat lain seperti relaksan
otot, analgesik, dan sudah diketahui antidotanya. Beberapa anestetika injeksi yang
sering digunakan pada hewan adalah golongan barbiturat seperti thiopental sodium,
methoheksital, dan pentobarbital. Golongan lainnya yang juga sering digunakan pada
hewan adalah golongan cycloheksamin (ketamine dan tiletamin), etomidat, dan
propofol. (Brander et all. 1991; McKelvey dan Hollingshead 2003).18
Semua golongan barbiturat untuk keperluan anestesi berada dalam bentuk
garam sodium dan dilarutkan dalam air menjadi larutan 2,5 atau 5%. Tiga klas
golongan barbiturat yang digunakan pada hewan adalah ultrashort-acting
barbiturates (metoheksital), short-acting barbiturates (tiopental), dan intermediateacting barbiturates
(pentobarbital). Sedangkan long-acting barbiturates
(penobarbital) biasanya digunakan untuk sedatip dan antikonvulsi, bukan untuk
anestesi. Barbiturat menimbulkan sedasi, hipnosis, dan depresi pernafasan tergantung
dosis dan kecepatan pemberian serta pengaruh analgesia yang ditimbulkan sedikit.
Efek utama golongan barbiturat adalah depresi pusat pernafasan, depresi pusat
vasomotor, dan miokardium sehingga menurunkan curah jantung dan tekanan darah.
Etomidat berbentuk kristal putih, dapat larut dalam air, etanol, dan propilin
glikol. Etomidat adalah sedatif hipnotik imidazol yang biasanya digunakan sebagai
induksi anestesi pada anjing dan kucing. Kombinasi anestetikum dengan etomidat
menghasilkan relaksasi otot yang baik tetapi tidak menghasilkan analgesia dan
durasinya sangat singkat seperti propofol, karena metabolisme etomidat sangat cepat.
Etomidat mempunyai pengaruh yang minimal terhadap fungsi kardiovaskuler seperti
denyut jantung, curah jantung, dan tekanan darah. Etomidat dapat diberikan secara
infusi dengan kecepatan dosis 50 -150 /kg/menit.
Ketamine adalah anestetikum umum injeksi golongan nonbarbiturat, termasuk
golongan phenilsycloheksamin. Ketamine mempunyai efek analgesia yang sangat
kuat akan tetapi efek sedasi dan hipnotiknya kurang (tidur ringan). Ketamine
meningkatkan tekanan darah sistol maupun diastol kira kira 20- 25%, karena adanya
aktivitas syaraf simpatik meningkat dan depresi baroreseptor. Pemberian anestetikum
ketamine secara tunggal dosis 10-15 mg/kg berat badan secara intra muskular pada
anjing menimbulkan kekejangan otot dan hipersalivasi serta durasi kerja anestesi
yang sangat pendek. Mengatasi kerugian penggunaan anestetikum ketamine secara
tunggal, ketamine sering dikombinasikan dengan obat lain sebagai preanestesi.
Propofol adalah anestesi umum injeksi turunan alkil penol (2,6-
diisopropylphenol), mempunyai pH netral, dan dapat diberikan dalam bentuk emulsi
minyak dalam air. Walaupun propofol memperlihatkan warna putih seperti susu, 19
sangat aman diberikan secara intravena dan dapat diberikan secara berulang-ulang
atau sebagai alternatif dapat diberikan secara infusi terus-menerus. Propofol
mempunyai efek analgesia yang sangat ringan akan tetapi efek sedasi dan
hipnotiknya sangat kuat. Efek samping penggunaaan propofol adalah hipotensi,
apnea, dan rasa sakit pada tempat suntikan. Efek samping utama yang sangat
dihindari dari propofol adalah penekanan sistem respirasi. Efek samping tersebut
sangat berkaitan dengan dosis dan kecepatan penyuntikannya, keuntungan
penggunaan propofol akan diperoleh dengan cara mengkombinasikan dengan agen
anestetikum lain untuk menurunkan dosis dan meminimalkan pengaruh buruk yang
ditimbulkan (Stawicki 2007).

Anda mungkin juga menyukai