Anda di halaman 1dari 2

Tindakan Bedah ditinjau dari berbagai aspek :

1. Aspek Etika
Declaration on the Rights of the Patients yang dikeluarkan WMA menyatakan
bahwa tugas dokter dalam hal ini adalah :
jika pasien tidak sadarkan diri atau tidak dapat menyatakan keinginannya, sedapat
mungkin harus tetap mendapatkan ijin dari wakil yang secara hukum sah dan relevan.
Jika wakil yang sah secara hukum tidak ada, namun tindakan medis harus segera
dilakukan, ijin dari pasien mungkin dapat dianggap sudah ada, kecuali jika jelas dan
tidak ada keraguan berdasarkan ekspresi atau keyakinan yang jelas dari pasien
sebelumnya bahwa dia akan menolak tindakan yang akan dilakukan dalam keadaan
tersebut.
pada kasus ini, dokter seharusnya berkonsultasi dengan dokter spesialis obgyn serta
meminta persetujuan dari pihak keluaarga terutama suami pasien, karena tindakan
bedah yang dilakukan berkaitan dengan sistem reproduksi yang secara tidak langsung
mempengaruhi kelangsungan rumah tangganya2.



2. Aspek Hukum
Secara umum bentuk persetujuan yang diberikan pengguna jasa tindakan medis
(pasien) kepada pihak pelaksana jasa tindakan medis (dokter) untuk melakukan tindakan
medis dapat menjadi tiga bentuk, salah satu yang berkaitan pada pasien ini adalah persetujuan
tertulis, biasanya diperlukan untuk tindakan medis yang mengandung resiko besar,
sebagaimana ditegaskan dalam PerMenKes No. 585/Men.Kes/Per/IX/1989 pasal 3 ayat (1)
dan SK PB-IDI No. 319/PB/A.4/88 butir 3, yaitu intinya setiap tindakan medis yang
mengandung resiko cukup besar, mengharuskan adanya persetujuan tertulis, setelah
sebelumnya pihak pasien memperoleh informasi yang kuat tentang perlunya tindakan medis
serta resiko yang berkaitan dengannya (telah terjadi informed consent).
Namun untuk keadaan gawat darurat dokter boleh mengambil tindakan tanpa harus
menunggu izin pasien dengan maksud menyelamatkan jiwa. Keadaan gawat darurat, meliputi
empat hal, yaitu : renjatan (shock), perdarahan, patah tulang dan kesakitan.
sebelum melakukan pembedahan, dokter harus mempertimbangkan kondisi pasien serta
konsultasi terlebih dahulu kepada dokter spesialis obgyn untuk memeriksa keadaan karsinoma
ovariumnya, apakah perlu dilakukan histerektomi segera atau tidak, dengan pertimbangan
terapi alternatif lain
.
3. Aspek agama
- Islam : Mempertimbangkan dasar kemaslahatan histerektomi, maka histerektomi
dihukumi mubah, karena ada alasan yang menunjukkan ke-mubah-annya, alasan
tersebut adalah kondisi darurat. Histerektomi termasuk urusan muamalah/non
ibadah, sehingga boleh ditetapkan berdasarkan kemaslahatan, karena masalah
tersebut kembali pada dasar la darara wa la dirara, yakni tidak boleh membuat
kerusakan pada diri sendiri dan membuat kerusakan pada orang lain, yang sesuai
dengan kaidah dafu al mafasid wa hifz al-masalih (menolak kemafsadatan
dangan memelihara kemaslahatan)
1
.



1. Ash-Shiddieqy TMH. Pengantar Hukum Islam. Semarang: Pustaka Rizki Putra. 2001.p.552.
Nih webnya http://digilib.sunan-ampel.ac.id/files/disk1/192/jiptiain--muslichinn-9560-7-
babivh-i.pdf

2. http://www.wma.net/en/30publications/30ethicsmanual/pdf/ethics_manual_indonesian.pdf



wiwiii, maaaf banget gue nyari2 aspek agama hindu, buddha, katolik, protestan histerektomi ga
dapet2

Anda mungkin juga menyukai