Anda di halaman 1dari 30

8

BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI
A. Kondisi Geografis
1. Letak
Desa Bonto Jai terletak di wilayah pemerintahan Kecamatan Lilirilau
Kabupaten Soppeng. Jarak dari ibu kota kecamatan + 7 kilo dan jarak dari
Ibukota kabupaten + 8 km. Jika menggunakan kendaraan bermotor, maka
jarak tempuh ke kota Kecamatan + 15 menit dan + 30 menit menuju ibukota
Kabupaten.
Luas wilayah Desa Bonto Jai + 363 km
2
dengan batas wilayah sebagai
berikut:
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Jenneponto dan
Kelurahan Bonto Langkasa
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Jenneponto
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Bonto Manai dan Bonto
Lebang
- Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Flores
2. Administrasi Desa
Secara administrative Desa Bonto Jai terdiri dari 2 wilayah dusun yaitu
Dusun Tino daN Dusun Mattoanging, dari 2 dusun tersebut mempunyai
masing-masing 3 RK/RW. Dengan jumlah penduduk masinmg-masing dusun
9

adalah Dusun Tino 223 Kepala keluarga atau 883 jiwa, sedangkan Dusun
Mattoanging 160 Kepala Keluarga atau 546 jiwa.
3. Tofografi
Desa Bonto Jai merupakan wilayah dataran dengan ketinggian + 1-5
meter Dari Permukaan Laut.
4. Iklim dan Musim
Desa Bonto Jai memiliki iklim tropis dan dua musim yaitu musim
hujan dan musim kemarau
5. Hidrologi dan tata air
Desa Bonto Jai tidak memiliki sumber mata air sehingga masyarakat
terkadang kesulitan dalam memenuhi kesulitan dalam memenuhi kebutuhan air
bersih untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk memenuhi kebutuhan akan air,
masyarakat Desa Bonto Jai mayoritas menggunakan sumur gali. Di samoing itu
di Desa Bonto Jai terdapat satu sungai yaitu Sungai Lemo yang bersumber dari
Kelurahan Bonto Langkasa. Sungai ini sering meluap jika musim hujan tiba
sehingga mengakibatkan terjadinya banjir dan pengrusakan lahan pertanian.
Kejadian tersebut biasanya terjadi antara bulan Juni-Juli setiap
tahunnya.



10

B. Keadaan Demografi
a. Jumlah Penduduk
Tabel 1
Jumlah Penduduk Desa Bonto Jai
Keacamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng
Tahun 2007
DUSUN JUMLAH KK JUMLAH JIWA KET.
Laki-
Laki
Perempuan Laki-
Laki
Perempuan
TINO
MATTOANGING
199
139
23
22
409
329
474
317

JUMLAH 338 45 738 791
Total 383 KK 1.529 Jiwa
Sumber: Data Sekunder 2009
Dari tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk Desa
Bonto Jai pada tahun 2007 sebanyak 1529 jiwa. Data ini diperoleh dari profil
Desa Bonto Jai tahun 2007

b. Tingkat Kesejahteraan
Tingkat kesejahteraan penduduk Desa Bonto Jai dapat diklasifikasikan
seperti yang tertera pada tabel berikut :



11

Tabel 2
Tingkat Kesejahteraan Berdasarkan Klasifikasi Desa Bonto Jai
Keacamatan Bisappu Kabupaten Banteng
Tahun 2007
Tingkat
Kesejahteraan
JUMLAH KK Jumlah
(KK)
KET
Tino Mattoanging
Kaya
Sedang
Miskin
Sangat Miskin
12
64
81
66
9
52
60
39
21
116
141
105

Sumber: Data Sekunder 2009
Dari tabel 2 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk
Desa Bonto Jai tingkat kesejahteraannya tergolong miskin yaitu sekitar 141 KK
dan yang tergolong kaya hanya 21 KK

c. Tingkat Pendidikan Masyarakat
Sarana pendidikan yang sering digunakan masyarakat desa Bonto Jai
baik sarana yang terdapat di dalam desa maupun sarana yang terdapat diluar
desa sebagai berikut :
Taman Kanak-kanak / PAUD
Saat ini didesa Bonto Jai sudah terdapat taman bermain anak-anak
yang dijadikan oleh seahagian masyarakat desa Bonto Jai untuk belajar dan
bermain, namun sebahagian besar proses belajar dan bermain anak tersebut
belum berjalan secara maksimal.
12

Salah satu kendala dari kondisi tersebut adalah belum memadainya
sarana bermain dan sarana pendukung proses belajar anak-anak. Selain
kendala tersebut keterbatasan tenaga pengajar sangat mempengaruhi
efektifikatas proses belajar dan bermain.
Sekolah Dasar (SD)
Di desa Bonto Jai terdapat 2 buah sekolah dasar. 1 berada di dusun
Mattoanging dan yang lain berada di dusun Tino. Berhubung karena
dekatnya sarana tersebut sehingga anak-anak di desa Bonto Jai tidak susah
kesekolah, mereka dapat berjalan kaki hingga kesekolah masing-masing.
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
Saat ini anak-anak tamatan SD di desa Bonto Jai memenuhi
kebutuhan pendidikan tingkat lanjutan pertama di kelurahan Bonto Lebang,
dimana jarak dari desa Bonto Jai 3 km, sehingga mereka setiap harinya
menggunakan jasa angkutan dengan biaya 2.000 setiap harinya. Kebutuhan
biaya ritun menyebabkan sebahagian anak yang berasal dari keluarga tidak
mampu lebih memilih untuk jalan kaki dari desa Bonto Jai ke kelurahan
Bonto Lebang dengan cara memotong melalui pematang sawah yang tembus
ke kelurahan Bonto Manai.
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)
Untuk kebutuhan pendidikan lanjutan tingkat atas, masyarakat
didesa Bonto Jai memanfaatkan SLTA Neg 1, 2, 3 yang berada di kota
13

kabupaten Bantaeng. Jarak dari desa Bonto Jai ke kota 8 km, untuk
mencapai sekolah masyarakat desa Bonto Jai menggunakan jasa transportasi
di desa Bonto Jai lancer. Hanya saja bagi masyarakat miskin di desa Bonto
Jai merasa berat karena harus menaggung biaya sekurang-kurangnya 6.000
perhari, ditambah lagi kebutuhan pendidikan lainnya.
Perguruan Tinggi Diploma I, II, III, dan Strata I
Hanya sebahagian kecil masyarakat Bonto Jai yang dapat
Mengenyam Pendidikan ketingkat perguruan tinggi. Namun demikian
kesadaran akan pentingnya pendidikan didesa Bonto Jai sudah lumayan
tinggi hanya saja keperguruan tinggi masyarakat terkendala pada persoalan
biaya.
Tabel 3
Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Bonto Jai
Kecamatana Bissappu Kabupaten Bantaeng
Tahun 2007
Tingkat
Pendidikan
JUMLAH JIWA
Total % Tino Mattoanging
L P JML L P JML
Belum
Sekolah
39 52 90 35 45 80 170 13
Buta Aksara 51 74 125 40 72 112 237 18
SD 134 165 300 112 123 235 535 40
SLTP 44 53 97 37 42 79 176 13
SLTA 61 49 110 49 47 96 206 15
Strata 1 3 6 9 4 1 5 14 1
Diploma III 0 0 0 0 2 2 2 0
Diploma II 6 4 10 1 1 2 12 1
Strata II 1 0 1 0 0 0 1 0
Sumber: Data Skunder 2009
14

Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan penduduk di
Desa Bonto Jai pada tahun 2007 rata-rata tingkat sekolah dasar yaitu sekitar
535 yang diperoleh buku profil Desa Bonto Jai tahun2007

d. Sarana dan prasarana Desa Bonto Jai
1. Transportasi
a. Sarana jalan
Didesa Bonto Jai saat ini terdapat satu jalur Jalan Poros Propinsi
yang memiliki panjang 1 km. Dari panjang jalan ada beberapa bagian
jalan yang mengalami kerusakan. Hal ini disebabkan karena luapan air dari
saluran dan sungai yang tidak dapat menampung air utamanya jika musim
hujan tiba.
Selain jalan Propinsi tersebut didalam desa juga terdapat satu jalan
desa yang kondisinya rusak karena saluran pembuangan air belum
maksimal, juga disebabkan lalulalang mobil proyek pembangunan
pelabuhan. Kerusakan jalan ini selain karena faktor tersebut diatas juga
disebabkan karena luapan air di sebahagian wilayah desa Bonto Jai.
Diwilayah dusun Mattoanging terdapat beberapa ruas jalan yang
belum diaspal, sebahagian diantaranya ada yang sudah di rabat dan yang
lain masih tanah dan belum pernah mengalami peningkatan sama sekali.
b. Sarana Angkutan
15

Secara garis besar di desa Bonto Jai terdapat 11 unit Mobil, 72 Unit
Motor. Tetapi hanya 2 unit mobvil yang terdapat didalam desa Bonto Jai
yang beroperasi sebagai sarana angkutan masyarakat. Yang lainnya
merupakan milik pribadi dan sebahagian yang lainnya beroperasi diluar
desa Bonto Jai.
Sarana angkutan umum yang tersedia di desa Bonto Jai terdiri dari 3
Buah Mobil Mikrolet dan beberapa buah motor ojek.
Mobil Mikrolet
Mobil Mikrolet beroperasi di dalam desa setiap hari mulai dari
jam 7 pagi hingga jam 5 sore dengan system trayek yang resmi dari
pihak yang berwenang. Sebahagian mobil ini berdomisili didesa Bonto
Jai sebahagian yang lainnya berada di luar desa Bonto Jai. Mikrolet ini
umumnya mengangkut masyarakat yang berdomisili di dusun
Mattoanging yang hendak keluar dan masuk desa atau anak sekolah
yang akan ke sekoloah dipagi hari. Selain 3 unit mikrolet ini, banyak
mobil angkutan dari kabupaten Jeneponto yang sering digunakan oleh
masyarakat desa Bonto Jai utamanya masyarakat dusun Tini karena
dusun tersebut berada di jalur propinsi
Ojek
Masyarakat umumnya menggunakan jasa angkutan ojek untuk
keluar dan masuk kedesa Bonto Jai, atau lintas dusun. Jasa ojek ini
16

umumnya digunakan masyarakat dengan sistim rental atau trayek. Jasa
angkutan ojek ini di lakukan oleh mayoritas penduduk miskin desa
Bonto Jai
Tabel 4
Kepemilikan Kenderaan Peduduk Desa Bonto Jai
Kecematan Bissappu kabupaten Bantaeng
Tahun 2007
Jenis
Kenderaan
JUMLAH KK Jumlah
(KK)
KET
Tino Mattoanging
Mobil 7 4 22
Motor 38 34 72
Perahu Motor 23 25 48
Perahu Dayung 9 10 19
Sumber: Data Sekunder 2009
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa kenderaan yang paling
banyak digunakan penduduk Desa Bonto Jai dalam menjangkau aktifitas
sehari-harinya adalah Motor yaitu sebanyak 72
2. Kondisi Lingkungan Pemukiman
Kondisi Pemukiman masyarakat desa Bonto Jai terbagi atas 2
wilayah yaitu wilayah poros jalan propinsi dan wilayah persisi. Wilayah Poros
Jalan Propinsi adalah wilayah dusun Tino yang terdiri dari kampong Paranga
dan Kampung tino, kondisi pemukiman masyarakat di dusun ini Nampak
sudah memiliki pagar halaman, baik yang terbuat dari bamboo, dan pagar
hidup atau bunga. Disisi lain kondisi lingkungan di sebahagian pemukiman
17

masih perlu pembenahan utamanya lingkungan pemukiman yang berada di
sekitar lahan pertanian dan pinggir sungai sebab jika musim hujan tiba
pemukiman dan lahan pertanian terancam banjir yang disebabkan luapan air
sungai, selain kejadian banjir juga dikarenakan oleh slauran/drainase belum
lancar. Lain halnya di dusun Mattoanging, di samping masih terdapat banyak
perumahan masyarakat yang masih dibawah standar rumah sehat di samping
itu masih terdapat banyak sarana umum seperti jalanan rusak, drainase belum
juga masih terdapat beberapa ruas jalan yang belum mengalami peningkatan
atau perbaikan.
Terkait dengan persoalan penataan lingkungan. Untuk wilayah
dusun Mattoanging masih belum tertata dengan baik masih terdapat
sebahagian besar pemukiman masyarakat yang belum dipelihara, apalagi
kondisi wilayah pemukiman berada di wilayah persisir.
a. Perumahan Penduduk
Berdasarkan pada jenis atap, dinding, lantai, dan tiang, perumahan
penduduk di desa Bonto Jai terdiri atas Sepuluh jenis rumah yang
umumnya berbentuk rumah panggung




18

Tabel 5
Jenis dan Jumlah Rumah penduduk di desa Bonto Jai
Kecematan Bissappu Kabupaten Bantaeng
Tahun 2007
No
Jenis Rumah Jumlah (rumah)
Total/Jenis
Tiang Lantai Dinding Atap Tino Mattoanging
1. Beton Keramik Tembok Seng 16 9 25
2. Sappu Bayang Bayang Seng 5 4 9
3. Beton Tembok
biasa
Tembok Seng 10 6 16
4. Cokko
Bali
Kayu
colo
Seng Seng 31 14 45
5. Cokko
Bali
Seng Tembok
biasa
Seng 18 21 39
6. Cokko
Bali
Kayu
colo
Tembok
biasa
Seng 5 4 9
7. Cokko
Bali
Tenggara Bambu Seng 70 30 100
8. Cokko
Bali
Tembok
biasa
Bambu Seng 20 23 43
9. Bambu Bambu Bambu Nipa 5 12 17
10. Bambu Tanah Bambu NIpa 5 4 9
11. Tidak Memiliki Rumah 37 34
Total 312
Sumber: Data Sekunder 2009

19

Dari table 5 dapat dapat diketahui bahwa jenis rumah masyarakat yang
dominan adalah rumah panggung yang memiliki satu ruang kamar tamu, dan rata-
rata dua kamar tidur dan satu ruang dapur, dan terdapat sebahagian kecil rumah
masyarakat yang tidak memiliki kamar tidur.
Dari 312 unit rumah di Desa Bonto Jai terdapat 71 unit rumah yang
dihuni lebih dari satu Kepala Keluarga. Umumnya rumah di Desa Bonto Jai juga
hanya berfungsi sebagai tempat untuk dihuni tetapi juga digunakan sebagai tempat
penampungan hasil pertanian masyarakat.
Selain 312 unit rumah penduduk di Desa Bonto Jai terdapat 4 unit mesjid,
2 unit sekolah dasar, 1 unit kantor desa, 2 unit posyandu, 1 unit gudang, dan 1 unit
PAUD. Keseluruhan sarana tersebut masih berfungsi dan digunakan oleh
masyarakat, tpai terdapat satu unit gedung taman ibtidaiyah yang sudah tidak
berfungsi dan tidak terawat lagi.
b. Pemerintahan Desa dan Kelembagaan masyarakat
Pemerintahan Desa
Sejak ditetapkannya Desa Bonto Jai sebagai wilayah pemerintahan yang
definitive, maka hingga saat ini Desa Bonto Jai sudah dipimpin 2 orang kepala
desa. Pada masa pemerintahan pertama dipimpin oleh Bapak Drs. Sahrul dan
pemrintahan kali ini dipimpin oleh Bapak Muhammad Saleh. Pada periode
pemerintahan sekarang ini struktur pemerintah Desa Bonto Jai dipimpin oleh satu
orang Kepala Desa bersama satu orang Sekertaris Desa, dengan dibantu oleh satu
20

orang Bagian Pemerintahan Desa, satu orang Kepala Urusan Umum Desa, satu
orang Kepala Urusan Ekonomi dan Pembangunan Desa, beberapa orang Staf Desa
dan dua orang Kepala Dusun dan enam orang Kepala RW/RK.
Saat ini kondisi pemerintahan Desa Bonto Jai berjalan dengan baik, tugas
dan fungsi Pemerintah desa sudah berjalan walaupun masih terdapat beberapa
tantangan namun dapat diselesaikan dengan baik, pemerintahan Desa Bonto Jai
dapat melahirkan suasana yang kondusif dan kerukunan antar sesame warga, hal
ini dapat dilihat dari adanya kegiatan rutin masyarakat Desa Bonto Jai (Majelis
Talim) yang dijadikan sebagai ajang silaturrahmi antar warga Desa Bonto Jai.
Dan hal lain yang bisa dilihat adalah keikutsertaan masyarakat desa untuk
berpartisipasi dalam memeriahkan hari Ulang Tahun RI pada tanggal 17 Agustus
2009, perayaan ini dikemas dalam berbagai lomba seperti sepak bola bagi setiap
perwakilan RK/RW. Keberhasilan memebolisme potensi masyarakat ini adalah
gambaran bahwa pemerintah desa dapat memotivasi masyarakat untuk senantiasa
berpartisipasi dalam segala kegiatan di desa.
Saat sekarang ini di Desa Bonto Jai sedang berlangsung pembangunan
Pelabuhan. Pelabuhan ini akan menjadi prospek masa depan Desa Bonto Jai di
masa yang akan datang, pembangunan pelabuhan ini tidak datang begitu saja tanpa
kontribusi dan perjuangan dari pemerintah desa dan masyarakat. Keberadaan
pelabuhan merupakan sinyal kemajuan masyarakat Desa Bonto Jai di sektor
perniagaan dan industri.

21

Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Secara struktural Bonto jai saat ini terdiri dari satu orang Ketua sekaligus
merangkap anggota, 4 orang anggota, 4 orang anggota dengan masa jabatan 2003-
2008.
Dalam menjalankan tugas BPD Desa Bonto Jai dibantu satu orang
sekertaris yang ditunjuk oleh Kepala Desa Bonto Jai melalui Surat Keputusan
(SK) Kepala Desa Bonto Jai. Penetapan kelima orang anggota BPD Bonto Jai
sendiri dilaksanakan melalui pemilihan langsung oleh masyarakat pada tahun
2003, dimana kelima orang anggota BPD terpilih ini merupakan perwakilin dari
unsur masyarakat, Tokoh masyarakat, tokoh agama, dan Unsur kepemudaan.
Meskipun BPD sudah tergolong lama berada ditengah masayaraka desa
Bonto Jai namun secara umum masyarakat menilai bahwa BPD belum banyak
melakukan tugas dan fungsinya secara maksimal. BPD jarang meminta atau
menamoung aspirasi masyarakat desa, baik yang terkait dengan pelaksanaan
pembangunan desa yang dilakukan oleh pemerintah desa maupun hal-hal lainnya
yang berhubungan dengan kebijakan ditingkat Kabupaten Bantaeng.
Kondisi yang terjadi di lembaga BPD tersebut disebabkan karena
minimnya pengetahuan sebahagian anggota BPD tentang fungsi dan tugas BPD.
Kondisi tersebut juga dipertajam oleh jarangnya anggota BPD mengadakan rapat
anggota atau pertemuan rutin di dalam BPD Bonto Jai atau pelaksanaan kegiatan
22

lainnya untuk meningkatkan kefasitas anggota BPD dalam menjalankan tugas dan
fungsinya.
Sejak terpilihnya tahun 2003 hingga saat ini, tercatat ada dua kegiatan
penting yang telah dilaksanakan oleh anggota BPD Bonto Jai, yakni pelaksanaan
pemilihan kepala desa dan perumusan peraturan desa (PERDES) yang mengatur
tentang pendapatan asli desa.

Kelembagaan masyarakat
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Secara struktrural Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Desa Bonto Jai dipimpin satu orang ketua, satu orang
sekretaris dan dibantu oleh satu orang bendahara di bantu oleh beberapa divisi.
Meskipun keberadaan lembaga Pemberdayaan masyarakat sudah
menduduki usia + 2 tahun, namun menurut pandangan kaum laki-laki dan kaum
perempuan desa Bonto Jai menganggap bahwa LPM belum pernah melakukan
kegiatan yang memberikan faedah bagi kehidupan masyarakat, secara
kelembagaan LPM masih jauh dari masyarakat.
Kondisi tersebut diatas terjadi disebabkan karena masih inimnya
pengetahuan pengurus dan anggota LPM terhadap tugas dan fungsi pokoknya
sebagai lembaga dinamisator pembangunan di desa, ditambah lagi selama
keberadaan lembaga tersebut hamper tidak pernah melakukan kegiatan rapat
pengurus.
23

Selama ini hanya dua kegiatan yang pernah sukses dilakukan oleh LPM
yaitu memfasilitasi masyarakat dan pemerintah desa untuk melaksanakan
Musyawarah Rencana Pembangunan Desa (MUSRENBANG) dan berkontribusi
dalam pelaksanaan kegiatan perumusan rencana pembangunan Jangka menengah
desa ini.
Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Pengurus kelompok
PKK di tingkat desa Bonto Jai dipimpin oleh satu orang ketua, satu orang
sekretaris, satu orang bendahara dan dibantu oleh beberapa Kelompok Kerja dan
pada tingkat dusun dan tingkat Rukun Tetangga, terdapat beberapa kelompok dasa
wisma yang diketuai oleh satu orang ketua. Kelompok ini beranggotakan ibu-ibu
yang ada di dusun tersebut.
Kelompok PKK ini memiliki sepuluh tugas dan fungsi pokok. Dari
sepuluh tugas dan fungsi ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga
di Bonto jai. Untuk mengimplementasikan sepuluh tugas dan fungsi pokok PKK
tersebut, maka PKK desa Bonto Jai telah melakukan kegiatan seperti :
1. Pengisian catatan kegiatan warga
2. Melakukan pendataan bayi, balita dan ibu hamil dan meninggal saat
melahirkan.
Meski demikian sebahagian masyarakat utamanya masyarakat dusun
Mattoanging mengharapkan bahwa kedepan PKK dapat melakukan kegiatan dan
24

program yang dapat menyentuh langsung kepentingan masyarakat utamanya kaum
ibu-ibu.
Selain hal tersebut diharapkan juga bahwa pengurus PKK dapat terbuka
dan bergaul dengan masyarakat agar masyarakat dapat mengenal dan terlibat
dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh PKK. Selama ini pandangan
masyarakat baik kaum ibu-ibu maupun kaum laki-laki menganggap bahwa PKK
selama ini masih belum dikenal oleh masyarakat, dan manfaatnya pun secara
langsung belum bisa dinikmati oleh masyarakat.
Majelis Talim
Selama pemerintahan Muhammad Saleh sebagai kepala desa Bonto Jai ,
kegiatan majelis Talim berjalan dengan baik, kegiatan majelis talim ini
merupakan salah satu wadah pemersatu masyarakat, karena dari kegiatan yang
dilakukan oleh majelis talim ini menjadi ajang untuk menjalin tali silaturahmi
antar sesama masyarakat.
Secara kelembagaan majelis talim ini dipimpin oleh seorang ketua, ketua
inilah yang berfungsi untuk melakukan kegiatan dan koordinasi dengan
masyarakat lainnya. Kegiatan majelis Talim desa Bonto Jai sering kali dilakukan
di mesjid utamnya mesjid yang terdapat pengajian rutin dalam dua minggu.
Pandangan masyarakat terhadap keberadaan majelis talim ini manfaatnya
sangat besar dan hubungannya dengan masyarakat sangat dekat, karena kegiatan
yang dilakukan langsung bersentuhan dengan masyarakat.
25

Kendati demikian tetap diharapkan bahwa kedepan majelis talim ini
tetap dipertahankan dan perlu melakukan kegiatran-kegiatan kemasyarakatan lain
agar keberadaannya betul-betul dapatr dirasakan oleh masyarakat.
Taman Pendidikan Al Quran (TPA). Keberadaan TPA ini sangat
bermanfaat bagi masyarakat, karena menurut pandangan mereka kegiatan TPA ini
dapat membantu orang tua dalam memberikan bimbingan kepada anak-anak
mereka.
Taman pendidikan Al Quran ini memberikan pengajaran bagi anak-anak
tentang bagaimana membaca Al Quran ini memberikan pengajaran bagi anak-
anak tgentang bagaimanan membaca Al Quan dengan baik, disamping itu pula
diberikan siraman rohani oleh pembinaan di TPA ini. Taman Pendidikan Al
Quran di desa Bonto Jai bukan hanya bertempat di mesjid-mesjid tetapi kegiatan
pendidikan Al Quran juga dilakukan dibeberapa rumah masyarakat.
Meski keberadaan TPA ini tidak berbentuk lembaga formal seperti
lembaga kemasyarakatan lainnya, namun TPA tersebut dirasakan besar
manfaatnya bagi orang tua dan anak-anak di desa Bonto Jai. Wala demikian TPA
perlu meningkatkan kegiatankegiatan di masa yang akan datang agar kegiatan
yang dilakukan bukan hanya mengajar anak-anak mengaji tetapi perlu melakukan
kegiatan keagamaan lain seperti belajar menterjemahkan Al Quan, tajwid dan
melakukan kajian keagaamaan agar disamping anak-anak mampu membaca Al
Quran dengan baik juga dpat menterjemahkan dengan baik.
26

Kelompok Tani
Awalnya Kelompok Tani di desa Bonto Jai terdiri dari 5 kelompok yang
berbeda, tetapi karena pertimbangan bahwa untuk efektifitas kegiatan lembaga
sehingga kelima kelompok tersebut disatukan menjadi satu kelompok bernama
kelompok tani lima sekawan. Pengurus kelompok tani ini diketuai oleh satu orang
ketua, satu orang sekretaris dan satu orang bendahara serta beberapa orang
anggota.
Keberadaan kelompok tani besar manfaatnya tetapi secara kelembagaan
menurut pandangan masyarakat masih jauh dan kurang melakukan kegiatan yang
memfasilitasi kebutuihan masyarakat petani, baik kebutuhan sarana produksi,
permodalan dan kegiatan peningkatan kapasitas petani. Sampai saat ini kelompok
tani hanya mampu memfasilitasi masyarakat terhadap pengadaan pupuk dan
layanan pengolahan lahan melalui hendraktor, hanya saja biaya yang harus
ditanggung oleh masyarakat sama jika mereka menggunakan jasa layanan di luar
kelompok.
Kondisi tersebut diatas disebabkan karena masih minimnya kesadaran
masyarakat utamanya anggota kelompok terhadap keberlanjutan kelompok
tersebut. Disisi lain disebabkan karena kapasitas anggota kelompok masih rendah
utamanya pengetahuan tentang manajemen kelompok serta kurangnya kegiatan
dan kreatifitas yang tercipta di dalam kelompok tersebut.
27

Kelompok usaha ekonomi seperti Kelompok Simpan Pinjam Khusus
Perempuan, Kelompok Usaha Ekonomi Produktif, dan lain-lain.
Kelompok-kelompok tersebut memiliki kepengurusan terdiri satu orang
ketua, satu orang sekretaris, dan satu orang bendahara. Kelompok tersebut
dibentuk oleh masyarakat melalui program pengembangan kecamatan, sampai saat
ini sudah terdapat 5 kelompok di desa Bonto jai. Keberadaan kelompok ini sebagai
bagian dari upaya pengentasan kemiskinan, dan upaya pemberdayaan masyarakat
agar dapat berkelompok dan membangun usaha bersama kemudoian membangun
kemitraan dengan pihak luar yang dpat memberikan bantuan modal usaha.
Walau demikian kapasitas dari kelompok tersebut masih tergolong lemah,
karena masih terdapat beberapa kelompok yang belum memahami kelembagaan
sehingga mereka masih beranggapan bahwa kegiatan kelompok ini hanya bergerak
pada sector modal. Selain dari permaslahan tersebut, kegiatan kelompok ini juga
belum bisa ditingkatkan oleh masyarakat itu sendiri.
Berdasarkan permasalahan tersebut masih banyak masyarakat yang
beranggapan bahwa keberadaan kelompok SPP dan UEP masih belum maksimal
memfasilitasi masyarakat karena kelompok tersebut hanya dapat dinikmati oleh
segelintir orang dan kaum perempuan saja.
Kelompok Arisan. Pada dasarnya kelompok arisan ini tidak memiliki
kepengurusan yang tetap tetapi dalam setiap bulannya kelompok arisan tersebut
dijalankan oleh seorang coordinator. Kegiatan kelompok ini adalah melakukan
pengundian nama anggota dan dari setiap anggota memasukkan dana sesuai
28

dengan kesepakatan. Sampai saat ini kelompok tersebut belum memiliki kegiatan-
kegiatan lain. Jika dilihat dari manfaatnya, sebenarnya kelompok tersebut
memberikan manfaat bagi anggota karena melalui kelompok tersebut terjalin
silaturahmi setiap bulannya.

C. Keadaan Sosial Ekonomi/Budaya
Secara umum masyarakat Desa Bonto Jai bermatapencaharian sebagai
petani. Usaha pertanian ini digeluti sekitar 168 KK atau 44 % dari jumlah KK
Desa Bonto Jai, 38 KK atau 10 % yang berstatus sebagai PNS, 17 KK atau 4 %
pedagang, 42 Kk atau 11 % petani penggarap, 14 KK atau 4 % tukang kayu, 27
KK atau 7 % pedagang kecil, 13 KK atau 3 % tukang ojek, dan 11 KK atau 3 %
adalah supir.
Agara lebih jelas kondisi ekonomi dan mata pencaharian masyarakat
Desa Bonto Jai dapat dilihat pada tabel berikut :










29

Tabel 6
Kondisi Mata Pencaharian Masyarakat Desa Bonto Jai
Kecamatan Bissapu Kabupaten Bantaeng
Tahun 2007
JENIS
PEKERJAAN
JUMLAH KEPALA KELUARGA (KK)
(%)
Petani 168 KK dengan rincian :
o Mattoanging 69 KK
o Tino 99 KK
44 %
Pegawai
Negeri
Sipil
38 KK dengan rincian :
o Mattoanging 17 KK
o Tino 21 KK
10 %
Tukang
kayu
14 KK dengan rincian :
o Mattoanging 8 KK
o Tino 6 KK
4 %
Pedagang 17 KK dengan rincian :
o Mattoanging 9 KK
o Tino 8 KK
4 %
Pedagang
kecil/warun
g
27 KK dengan rincian :
o Mattoanging 8 KK
o Tino 19 KK
7 %
Buruh tani 53 KK dengan rincian :
o Mattoanging 28 KK
o Tino 25 KK
14 %
Ojek 13 KK dengan rincian :
o Mattoanging 9 KK
o Tino 4 KK
3 %
Sopir 11 KK dengan rincian :
o Mattoanging 4 KK
o Tino 7 KK
3 %
Sumber: Data Sekunder 2009

Dari tabel 6 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar mata
pencaharian penduduk Desa Bonto Jai adalah petani. Petani yang dimaksud disini
adalah petani sawah dan petani rumput laut

30

1. Sektor pertanian
Tanaman pertanian yang dibudidayakan di Desa Bonto Jai adalah
tanaman padi dan jagung dan sebagian lainnya membudidayakan rumput laut.
a. Padi
Selama ini Desa Bonto Jai sebagian besar menanam tanaman padi untuk
dijadikan kebutuhan makanan dan sebagian dari hasil pertanian tersebut dijual
untuk keperluan biaya kehidupan sehari-hari. Walau demikian sebagian besar
petani di Desa Bonto Jai berstatus sebagai petani penggarap saja karena
kebanyakan lahan pertanian utamanya lahan sawah dikuasai oleh orang luar.
Kenyataan seperti inilah yang mengakibatkan rendahnya tingkat pendapatan utama
petani yang berdomisili di kampung Paranga dan Mattoanging.
b. Jagung
Selain tanaman padi lahan persawahan juga sering ditanami tanaman
jagung. Penanaman jagung dilahan persawahan rata-rata dilakukan petani pada
saat musim panen padi telah selesai sehingga rentan waktu antara penanaman
berikutnya dipergunakan oleh petani untuk menanam jagung sebagai tanaman
sampingan. Pada dasarnya lahan perkebunan di Desa Bonto Jai hampir tidak
ditanami jagung karena kebanyakan lahan perkebunan ditanami kelapa, dan
tanaman holtikultura lainnya. Secara geografis Desa Bonto Jai berada pada
wilayah pesisir, sehingga lahan perkebunan relatif sedikit dibanding dengan lahan
persawahan. Luas lahan perkebunan di Desa Bonto Jai hanya 10 Ha. Sedangkan
31

lahan persawahan 50 Ha dan sebagian lainnya adalah lahan pemukiman dan lahan
kebun kelapa.
c. Budidaya rumput laut
Jagung sebelum usaha rumput laut ini dikenal dan digeluti oleh
masyarakat Bonto Jai. Secara umum sumbermata pencaharian masyarakat selain
bertani adalah Nelayan mereka menggantungkan hiduo dari hasil tangkapan ikan.
Tapi sekitar 4 tahun lalu kegiatan nelayan ini secara berangsur-angsur berkurang
karena masyarakat beralih ke budidaya rumput laut. Budidaya rumput laut ini
menguntungkan mereka karena disamping biaya operasional pemeliharaannya
sangat rendah, juga waktu yang dibutuhkan hingga panen relative singkat. Sejak di
gelutinya kegiatan budi daya rumput laut ini kaum perempuan seaakan mendapat
lapangan kerja baru, mereka bahu membahu bahkan digaji setiap petani
melakukan pembibitan. Kesibukan mereka dapat tersita oleh kegiatan seperti ini.
Semenjak masyarakat beralih mata pencaharian angka pengangguran juga semakin
menurun. Hanya saja karena keterbatasan modal yang dimiliki oleh masyarakat
sehingga ada sebahagian petani uang berstatus penggarap, mereka yang
menyiapkan lahan, melakukan penanaman dan pemeliharaan tetapi bibit dan
sarana pemeliharaan di suplai dari pihak luar sehingga hasil yang mereka peroleh
dibagi dengan pihak penyandang modal. Parmasalah lain yang terjadi adalah
ketergantungan petani budidaya rumput laut ini pada tengkulak yang memberikan
modal awal untuk usaha dan hasil panen dibeli dengan harga yang relative murah.

32

2. Sektor Niaga
Meskipun selama ini sector perdagangan bukan merupakan sumbermata
pencaharian utama masyarakat desa Bonto Jai tetapi kegiatan perdagangan ini
menjadi usaha pokok 4% atau 7 KK di desa Bonto Jai, saat sekarang ini
perdagangan belum diminati oleh masyarakat, namun pada masa yang akan datang
sector inilah yang dapat dilihat dari adanya potensi di desa Bonto Jai yaitu proses
pembangunan Pelabuhan. Prospek dari Pelabuhan ini yang akan mengantar
masyarakat desa Bonto Jai beralih Profesi dari petani sebagi usaha pokok menjadi
pedagang, atau bisa saja bergerak di bidang industry.
Keberadaan pelabuhan di desa Bonto Jai saat ini memberikan tantangan
terbesar bagi masyarakat dan pemerintah desa karena kafasitas yang dimiliki oleh
masyarakat desa Bonto Jai saat ini masih tergolong rendah, apalagi jika pelabihan
tersebut sudah berjalan dengan baik. Permasalahnya adalah mampukan masyarakat
desa Bonto Jai menjadi pelaku setiap kegiatan di pelabuhan tersebut, atau justru
menjadi Penonton di wilayah sendiri. Permasalahan ini tentunya bukan harapan
kita, tetapi jika masyarakat dan pemerintah desa Bonto Jai tidak lihai melihat
kecenderungan tersebut maka hal itu bias saja terjadi.
Untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal tersebut, maka masyarakat desa
Bonto Jai dari sekarang semestinya sudah berbenahdiri mempersiap segala
kemungkinan yang akan dihadapai jika potensi pelabuhan tersebut sudah berjalan.


33

Tabel 7
Kondisi Lahan Desa Bonto Jai Kecamatan Bissappu
Kabupaten Bantaeng Tahun 2009
No Jenis Lahan Luas Lahan (Ha) %
1. Lahan Kebun 10 14
2. Lahan Sawah 117 71
3. Kebun Kelapa 10 14
4 Lahan Pemukiman 20 29
Jumlah 157 Ha 100
Sumber: Data Sekunder 2009
Dari tabel 7 di atas dapat diketahui bahwa kondisi lahan Desa Bonto Jai
sebagian besar lahan persawahan yaitu sekitar 71 %

D. Status Keseahatan
a. Kesehatan Sanitasi dan Air Bersih
a. Sarana dan Pelayanan Kesehatan
Meski selama ini Posyandu merupakan sarana tercepat dan termudah bagi
masyarakat desa Bonto Jai untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, namun
adanya berbagai keterbatasan dari segi mutu, frekuensi pelayanan kesehatan dan
bahkan pelayanan posyandu hingga saat ini di desa Bonto Jai hanya member
pelayanan kesehatan pada anak balita, itupun 1 kali dalam sebulan. Sehingga
pelayanan kesehatan di desa Bonto Jai masih tergolong belum maksimal dalam
memberikan pelayanan secara luas.
Umumnya kegiatan Posyandu didesa Bonto Jai selama ini baru dapat
memberikan pelayanan kepada kaum ibu, balita dan bayi di dalam desa, sementara
34

untuk kebutuhan kesehatan laki-laki belum dapat memanfaatkannya secara
langsung seiring berkembangnya pemikiran dimasyarakat bahwa posyandu ini
hanya untuk kebutuhan ibu dan anak saja. Jika ditinjau dari frekuensi kegiatan
Posyandu tersebut hanya dilakukan maksimal 1 kali sebulan. Umlah ini sangat
kurang sehingga membutuhkanpeningkatan kegiatan posyandu agar dapat
memberikan pelayanan secara maksimal terhadap kebutuhan kesehatan
masyarakat. Atau perlu adanya Polindes dan 1 bidan atau perawat di desa Bonto
Jai sebagai pendukung keberhasilan peningkatan taraf atau kualitas kesehatan
masyarakat.
Selain dari pelayanan kesehatan melalui Posyandu masyarakat desa Bonto
Jai juga mendapatkan pelayanan Asuransi Kesehatan bagi orang miskin. Selama
ini banyak masyarakat yang sudah memanfaatkan pelayanan tersebut, Askeskin ini
digunakan bagi masyarakat miskin jika melakukan pemeriksaan atau rawat inap di
puskesmas atau rumah sakit yang berada di pusat kota kabupaten. Berdasarkan
hasil sensus social maka terdapat 246 atau 64% Kepala Keluarga yang mendapat
pelayanan kesehatan berupa JPS atau Askeskin dan hanya 137 atau 36% kepala
keluarga yang mampu melakukan perawatan kesehatan dengan biaya sendiri.
Namun demikian jika terdapat keluarga tergolong tidak mampu dan membutuhkan
pelayanan kesehatan, maka Pemerintah desa memberikan surat keterangan tidak
mampu (SKTM).
b. Sanitasi Dasar
35

Sumber Air Bersih
Pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat Bonto Jai diperoleh melalui
sumur gali dan Pelayanan Air PDAM. Tetapi pelayanan dari PDAM belum
maksimal karena saat ini masih sering macet dan hanya sebahagian masyarakat
yang dapat meningkamati secara langsung. Masyarakat tersebut adalah masyarakat
yang berada di dusun Tino tyang terletak di jalur poros propinsi sedangkan
masyarakat lain yang berada di wilayah sebahagian dusun Tino dan Mattoanging
menggunakan sumur gali guna pemenuhan kebutuhan air bersih.
Masyarakat Mattoanging dan sebahagian masyarakat dusun Tino
mengakses air bersih dengan cara menjinjing dari jarak kira-kira 30 meter dari
rumah mereka. Ada juga sebahagian masyarakat lain yang dapat mengakses
pelayanan dari PDAM.
c. Saluran Pembuangan Limbah (SPAL) dan Tempat Pembuangan Sampah
Hampir semua rumah tangga di desa Bonto Jai membuang limbah cairan
yang setiap hari dengan cara dibiarkan mengalir di bawah dapur rumah tangga
yang umumnya berumah panggung, tanpa lubang penampungan khusus.
Sementara untuk sampah padat umumnya setiap rumah tangga membuangnya di
sekitar pekarangan samping atau belakang rumah
d. Jamban Keluarga
Meskipun terdapat MCK yang digunakan membuang hajat bagi
masyarakat, namun sarana tersebut masih kurang sehingga masih kurang
36

masyarakat yang dapat mengakses sarana tersebut. Saat ini untuk kebutuhan buang
air besar sebahagian besar masyarakat desa Bonto Jai masih memanfaatkan
halaman belakang rumah, kebun, pantai, rawah-rawah dan bahkan saluran irigasi
dengan cara menggali lubang atau tidak sama sekali. Hanya sebahagian kecil saja
masyarakat yang sudah memilik jamban keluarga atau membuat jamban darurat
yang dibangun sendiri di rumah masing-masing.

e. Data Sepuluh Penyakit terbesar
Data sepuluh penyakit terbesar ini di peroleh saat berkunjungke
puskesmas Campagaloe. Adapun data 10 penyakit terbesar yang dapat kita ambil
adalah data tahun 2007 yang dapat dilihat pada tabel berikut :














37

Tabel 8
Data 10 Penyakit Terbesar di Wilayah Kerja Puskesmas Campagaloe
Kecamatan Bissappu kabupaten Bantaeng
Tahun 2007
No Nama Penyakit Jumlah
1 ISPA 1370
2 Rematik 745
3 Diare 588
4 Penyakit Kulit 333
5 Penyakit Rongga Mulut 274
6 Penyakit Mata 202
7 Hipertensi 174
8 Kecelakaan 109
9 Mealgia 87
10 Mastoititis 67
Total 3949
Sumber: data Sekunder 2009

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa penyakit yang terbanyak adalah
ISPA. Hal ini dapat terjadi karena sebagian besar mata pencaharian penduduk
perajin kapuk untuk pembuatan kasur dimana seringnya terpapa kapuk sehingga
mengganggu pernapasan

Anda mungkin juga menyukai