Anda di halaman 1dari 4

Berkunjung ke desa Osom Tompok Kabupaten Murung Raya.

SEKITAR satu bulan lalu saya berkesempatan berkunjung ke Kabupaten Murung Raya. Ini
merupakan kali pertama saya menginjakan kaki di kabupaten pedalaman Provinsi Kalimantan
Tengah itu.
Kabupaten ini berjarak sekitar 500 kilometer dari Ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah,
Palangka Raya. Untuk sampai ke kabupaten berjuluk Tira Tangka Balang itu, kita akan
melewati beberapa wilayah, seperti Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Kapuas, Kabupaten
Barito Selatan, dan Kabupaten Barito Utara.
Dengan menunggang sepeda motor dan bermodalkan semangat menggebu layaknya traveler,
saya meluncur dari Kota Palangka Raya menuju Kabupaten Murung Raya. Perjalanan saya
mulai sekitar pukul 05.00 WIB.
Walaupun jarak tempuhnya cukup jauh, saya tidak keberatan lantaran keinginan untuk bisa
melihat kota yang belum pernah saya kunjungi cukup kuat.
Sepanjang pejalanan, saya disuguhi hamparan hutan nan hijau. Sayang, di balik hamparan
hijau itu mengepul asap akibat aksi pembakaran lahan yang diduga dilakukan warga untuk
membuka area pertanian.


sepanjang jalan menuju ke kota Buntok(Ibukota Barsel), asap ini diakibatkan terbakarnya
lahan milik warga sekitar.entah apa yang menyebabkan kebakaran lahan itu saya tidak tahu.
Untuk akses perjalanan menuju Kabupaten Murung Raya relatif mudah karena insfrastruktur
sudah dibenahi Pemerintah Daerah Kalimantan Tengah. Ada yang bilang dulu akses menuju
kota Murung Raya sampai memakan waktu sampai dengan 15jam berbeda jauh dengan
sekarang yang telah rasakan hanya kurang lebih 8jam. Setelah memasuki wilayah Kota
Buntok saya istirahat sejenak di jembatan Kalahien untuk meregangkan otot setelah
menempuh jarak 3 jam perjalanan, setelah sekitar 10menit saya beristirahat saya melanjutkan
perjalanan, tak lupa saya mengisi premium motor dan mampir di tempat eceran minyak atau
warung kecil yang saya tahu di daerah kota buntok ini penduduk aslinya adalah suku dayak
manyaan, keramahan mereka membuat saya tidak terasa hampir ngobrol selama 10menit,
saya pun melanjutkan perjalanan dari kota buntok saya juga melewati wilayah Kabupaten
Barito Timur yakni Kecamatan Ampah saya mampir untuk mencari makanan pengisi perut,
penduduk setempat juga dari sumber yang saya dengar juga terdapat penduduk yang berasal
dari Banjarmasin yang meratau untuk berdagang dan menetap di wilayah tersebut, mereka
berbaur dengan penduduk asli dayak setempat(dayak mayaan). Setelah menyantap makanan
saya melanjutkan perjalanan dari Kecamatan Ampah, ada satu kabupaten lagi yang harus
saya lalui yakni Kabupaten Barito Utara(Muara Teweh), di sepanjang perjalanan
permandangan tak jauh beda dengan perjalanan sebelumnya hamparan alam yang luas masih
hijau membuat perjalanan saya tidak merasakan teriknya matahari karena di pinggiran jalan
masih banyak terdapat pohon-pohon yang melambai-lambaikan daunya karena tertiup angin.
Perjalanan dari ampah menuju Kabupaten Barito Utara(Muara Teweh) jalanya sedikit ada
yang berbeda, jalan yang berbelok-belok dan kiri-kanannya juga masih ada jurang yang
rumayan curam jadi bagi anda yang melakukan perjalanan saya himbau agak sedikit hati-hati.
Setelah sekitar 3 jam perjalanan tiba juga saya di Kabupaten Barito Utara(Muara Teweh),
saya pun rehat sejenak di masjid setempat untuk melaksanakan shalat dzuhur, saya punya
teman orang Muara teweh Pahri Wahyudi (Alm), menurut cerita dia penduduk setempat
adalah suku dayak Bakumpai, banyaknya suku dayak di daerah Kalimantan Tengah, di sini
saya melihat keharmonisan hidup walaupun berbeda suku dayak hidup damai dan
berdampingan. Setelah selesai shalat dan sedikit berbincang dengan jemaah yang tidak
berbeda dengan orang-orang suku dayak manyaan mereka juga ramah. Tak lama setelah
bincang-bincang sejenak saya berpamitan dan melanjutkan perjalanan tak lupa mereka
memdoa kan perjalanan saya semoga selamat sampai tujuan. Dalam perjalanan menuju
Kabupaten Murung Raya di akses jalan cendrerung lebih dekat, tapi medan yang ditempuh
banyak tikungan tajam di jalan sama perjalanan sebelumnya kanan-kiri jalan juga terdapat
jurang yang curam setelah beberapa jam saya pun telah tiba di Kabupaten Murung
Raya(Puruk Cahu) Tak tehingga hati merasa senang karena kota yang belum saya kunjungi sudah
terlihat di depan mata. Rasa tak percaya saya juga ada dalam hati dengan perjalanan yang saya
tempuh dengan waktu 8jam, tapi perjalanan saya belum sampai di situ saya melanjutkan perjalanan
ke Kecamatan Tanah Siang tepatnya ke desa Osom Tompok, tak lupa saya bertanya petunjuk arah
menuju tempat tersebut. Dengan perjalanan 2jam saya menempuh perjalanan munuju Desa Osom
Tompok, yang saya dengar dari teman saya buah duriannya di daerah itu sangat enak, rasa hati pun
ingin menuju desa tersebut. Sesampainya saya di desa Osom Tompok saya mampir ke tempat teman
saya. Yang saya suka dari daerah Kabupaten Murung Raya adalah hamparan alam yang hijau dan
masih alami suasana bukit-bukit yang tak kalah menarik dengan daerah pulau Jawa, masyarakat di
daerah ini bukan suku dayak yang pernah saya temui sebelumnya mereka masyarakat yang bersuku
dayak siang dan bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa Siang, walau saya di batasi dengan
bahasa tapi saya tetap berbincang-bincang dengan menggunakan bahasa Indonesia. Karena
keterbatasan waktu karena tuntutan perkerjaan saya tidak sempat mendalami daerah tersebut ada
yang bilang desa itu terdapat air terjun yang sangat eksotis. Suatu saat nanti saya akan berkunjung
kembali di daerah tersebut. Saya akan berkunjung ke daerah tersebut apabila musim panen durian
karena durian yang sangat berasa lidah dan suasana perdesaan yang damai membuat hati tak ingin
beranjak pergi, walau dalam keterbatasan insfratruktur yang belum memadai listrik yang belum
sampai ke desa tersebut dan keramahan masyarakat dayak yang hidup dalam kedamaian dan selalu
berdampingan ada beberapa generasi muda desa yang mengeyam pendidikan di kota Palangka Raya.
Memang benar kata pepatah tuntutlah ilmu sampai ke Negeri Cina, mungkin itu yang dapat saya
gambarkan dengan melihat pengorbanan generasi muda di sana.
Setelah saya puas menikmati buah Durian yang ada di sana dan menikmati suasana dingin malam
yang saya rasakan tiba saatnya saya kembali ke Kota Palangka Raya dengan berat hati saya
meninggalkan desa tersebut.
Walaupun berbeda suku, agama tak selamanya kehidupan itu penuh dengan ketidak harmonisan hal
ini yang akan saya rindukan. Sampai jumpa lagi desa Osom Tompok.



v

Anda mungkin juga menyukai