A. Identitas Nama : Ny.F Usia : 35 th Alamat : Singosari Pekerjaan : Karyawan pabrik rokok Tgl periksa : 1 September 2014
B. Anamnesa (Subyektif) : Keluhan Utama: Nyeri tangan kiri sampai pundak
Pasien mengeluh nyeri tangan kiri sejak 1 tahun yang lalu. Nyeri menjalar dari ujung jari tangan kiri samapi ke leher dan pundak. Nyeri disertai mati rasa pada jari telunjuk dan jempol kiri sejak 8 hari yang lalu. Nyeri dirasakan pasien hilang timbul. Nyeri terutama dirasakan pasien saat pasien bangun tidur. Paien juga mengeluh tengkuk seperti berat dan kadang pusing berputar. Panas (-), trauma kepala (-), lemah badan (-), tebal badan (-), nyeri kepala (-), muntah (-), ngompol (-), ngebrok (-) kejang (-).
Riwayat penyakit dahulu: Pasien sebelumnya menderita hipertensi (230/130 mmHg) dan di rawat inap di RS Marsudi waluyo. Pasien 10 hari yang lalu mengalami trauma tetapi tidak didapatkan cedera pada pasien. Riwayat pengobatan : Saat ini pasien rutin mengkonsumsi obat anti hipertensi (2 macam) yang diberikan dari rumah sakit sebelumnya. Riwayat Keluarga : Hipertensi (+), Stroke (+) Kolesterol (-) Riwayat Sosioekonomi : pasien bekerja di pabrik rokok bagian pengguntingan sejak 22 tahun yang lalu. Riwayat merokok (-), kopi (-),
C. Pemeriksaan fisik (obyektif): Status Interna : KU: Tampak sakit ringan Kesan Gizi: cukup TD: 130/80 mmHg N: 80x/m RR:18X/m Tho : c/ s1s2 singular m(-) p/ vesikular di seluruh lapang paru, rh(-) di seluruh lapang paru, wh(-) di seluruh lapang paru Abd : flat, soefl, bu(+)n Ext : AGA edema(-/-), atrofi (-/-) AGB edema (-/-), atrofi (-/-) Ulkus regio Pedis S/ 2cm atas dari maleolus lateralis dengan diameter 3 cm.
Status Neurologis : GCS: 446 FL: sde MS: Kaku Kuduk (+), Burdzinski I/II/III/IV: -/-/-/-, Kernig (-) N. cranialis: Portofolio Nama DM: Sri Ratna Widyanti NIM : 0910710120
2
n. I : Kesan Normal n. II : Kesan Normal n. III, IV, VI : ptosis (-/-), PBI 3mm/3mm, RC +/+, gerakan bola mata N/N n. V : motoris N/N, sensorik tde (tidak ada gangguan), RK +/+ n. VII : Parese N.VII S/ tipe UMN n. VIII : Kesan normal n. IX : Kesan normal n. X : Kesan Normal n. XI : Kesan Normal n. XII : dbn
Reflek Fisiologis B +2/+2 T +2/+2 K +2/+2 A +2/+2
Reflek Patologis H/T -/- / -/- B - / - C - / - O - / - G - / - S - / -
PTx: Farmakoterapi: - O2 NC 2-4 lpm - IVFD NaCl 0,9% 16 tpm - Inj. Streptomisin 1x1 gr im - Inj. Dexamethasone 1x5 mg P.O: H/R/Z 400/600/1000 mg 1x1 B6 1x1 Parasetamol 3x500 mg Non-Farmakoterapi: - Head of bed elevation 30 PMo: Vital Sign, GCS, keluhan subjektif
PEd: - Pasien dijelaskan tentang kemungkinan diagnosis penyakita, pemeriksaan yang akan dilakukan untuk menegakkan diagnosis, terapi yang akan dilakukan dan prognosis penyakit yang diderita
F. Tinjauan Pustaka
DEFINISI Meningitis merupakan infeksi pada selaput pembungkus otak atau meningen serta cairan yang mengisi ruang subarakhnoid. Meningitis dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan agen lainnya. Meningitis bakterial merupakan salah satu kegawatan neurologik dengan angka kematian sekitar 25%. Bakteri yang dapat menyebabkan serangan meningitis adalah Streptococcus pneumonia, Neisseria meningitides, Haemophilus influenza, Staphylococcus aureus, dan Mycobacterium Tuberculosis. Encephalitis merupakan inflamasi pada parenkim otak. Ensefalitis dapat dibedakan dengan meningitis dari gejala-gejala gangguan fungsi otak. Meningitis tuberkulosa merupakan meningoensefalitis dengan invasi ke selaput dan jaringan SSP. Portofolio Nama DM: Sri Ratna Widyanti NIM : 0910710120
4
PATOFISIOLOGI
Meningiti TB selalu terjadi sekunder dari proses tuberkulosis, fokus primernya berada diluar otak. Fokus primer biasanya berada di paru-paru, tetapi bisa juga pada kelenjar getah bening, tulang, sinus nasalis, traktus gastrointestinal, ginjal dan sebagainya. Penyebaran bakteri tuberkulosis dapat secara hematogen atau perkontinuitatum. Penyebaran M.Tuberculosis melalui pembentukan tuberkel-tuberkel kecil berwarna putih yang terdapat pada permukaan otak dan sumsum tulang belakang. Tuberkel tersebut selanjutnya melunak, pecah dan masuk kedalam ruang subarachnoid dan ventrikel sehingga terjadi peradangan difus. Penyebaran kuman dalam ruang subarachnoid menyebabkan reaksi radang pada piameter dan arachnoid, CSS, ruang subarachnoid dan ventrikel. Akibat reaksi radang ini, akan terbentuk eksudat kental, serofibrinosa dan gelatinosa oleh kuman-kuman serta toksin yang mengandung sel mononuklear, limfosit. Eksudat ini tidak terbatas pada ruang subarachnoid saja tapi juga terdapat pada dasar tengkorak. Eksudat juga menyebar melalui pembuluh darah piameter dan menyerang jaringan otak sehingga prosesnya adalah meningoensefalitis.
GEJALA KLINIS
Pembagian stadium meningitis tuberkulosis menurut Medical Research Council of Great Britain (1948): 1. Stadium I : gejala dan tanda meningitis tanpa penurunan kesadaran atau defisit neurologi yang lain. 2. Stadium II : Didapatkan penurunan kesadarn ringan dan atau defisit neurologi fokal 3. Stadium III : Stupor atau koma dengan hemiplegi atau paraplegi, kejang atau gerakan involunter * Trias Meningitis 1. Demam 2. Nyeri Kepala 3. Kaku kuduk * Trias Ensefalitis 1. demam 2. Kejang 3. Gangguan kesadaran
Pada pasien ini, didapatkangejalan klinis meningitis yaitu berupa demam selama 2 minggu, nyeri kepala 2 minggu dan kaku kuduk 2 hari. Selain itu, pasien juga mengalami penurunan kesadaran berupa disorientasi yang menunjukkan terjadi proses peradangan pada ensefalonnya. Sehingga secara gejala klinis pasien ini mengalami meningoensefalitis
Portofolio Nama DM: Sri Ratna Widyanti NIM : 0910710120
5
DIAGNOSIS a. Anamnesis Apakah ada demam debelumnya? Apakah ada sakit kepala? Apakah ada nyeri menekuk leher? Pertanyaan-pertanyaan ini untuk mengetahui apakah ada peradangan pada selaput meningen Apakah ada penurunan kesadaran? apakah bicara pasien melantur? Apakah ada riwayat kejang sebelumnya? Apakah ada pelo?merot?Lumpuh badan? Kesemutan badan? Pertanyaan- pertanyaan ini untuk mengetahui apakah terjadi defisit neurologis akibat terjadi proses pada parenkim otak Apakah ada riwayat trauma? Hal ini pentin g untuk menggali faktor resiko terjadinya meningoensefalitis Apakah ada riwayat batuk lama? Keringat malam hari? Penurunan berat badan? Riwayat kontak dengan pasien TBC?
Pada pasien ini, dari anamnesa didapatkan demam selama 2 minggu, nyeri kepala selama 2 minggu, kaku kuduk selama 2 hari, pasien juga bicara melantur. Pasien tidak didaptkan riwayat trauma sebelumnya, batuk lama (-), keringat dingin malam hari (-), penurunan BB (-), riwayat kontak dengan penderita TBC (-)
b. Pemeriksaan Fisik Sering ditemukan tanda klinis berupa kaku kuduk (40-80%), kebingungan (10-30%), penurunan kesadaran (30-60%), parese saraf kranial (30-50%), hemiparese (10-20%), paraparese (10-20% dan kejang.
Pada pasien: dari pemeriksaan fisik didapatkan GCS 446 pasien diorientasi, kaku kuduk (+), parese N.VII tipe UMN
c. Pemeriksaan Penunjang Analisa CSS - Jumlah leukosit 100-500/L, biasanya predominan limfosit - protein 100-500 mg/dl - Glukosa <45mg/dl - warna jernih atau xantochrome - terdapat peningkatan tekanan pada LP, 40-75% pada anak dan 50% pada dewasa. Mikrobiologi ditemukan kuman Mycobacterium tuberkulosis pada kultur CSS merupakan Gold standard akan tetapi sangat sulit dan >90% hasinya negatif Foto rongent thoraks untuk mengetahui adanya proses infeksi tuberkulosis di paru
Pada pasien telah dilakukan pemeriksaan lumbal pungsi dan hasilnya xantocrom dengan jumlah protein 750.000, dan neutrofil <75%. Dari Portofolio Nama DM: Sri Ratna Widyanti NIM : 0910710120
6
foto thoraks didapatkan gambaran pneumonia dan dari pemeriksaan BTA (+)
PENATALAKSANAAN a. Penatalaksanaan Umum perawatan penderita meliputi berbagai aspek yang harus diperhatikan antara lain kebutuhan cairan dan elektrolit, kebutuhan gizi, posisi penderita, perawatan kandung kemih dan defekasi
b. Penatalaksanaan Khusus Diagnosis meningitis TB adalah sulit, sehingga seringkali pengobatan didasarkan pada kecurigaan klinis. Pengobatan meningitis TB memerlukan obat yang dapat menembus blood brain barrier (BBB) dengan lebih baik. Rifampisin dan INH dapat menembus BBB dengan cukup baik, sedangkan etambutol dan pirazinamid tidak terlalu baik penetrasinya.
Regimen yang dianjurkan untuk pengobatan meningitis TB Regi men Obat Dosis Frekuensi Lamanya A INH 300 mg Setiap hari 6 bulan RIF 600 mg Setiap hari 6 bulan PRZ 15-30 mg/kg Setiap hari 2 bulan B INH 300 mg Setiap hari 9 bulan RIF 600 mg Setiap hari 9 bulan Etambutol atau 25 mg/kg Setiap hari 2 bulan Streptomisin 1g Setiap hari 2 bulan INH 300 mg Setiap hari 1 bulan 900 mg 2x seminggu 8 bulan RIF 600 mg Setiap hari 1 bulan 600 mg 2xseminggu 8 bulan
Kortikosteroid Kortikosteroid dianjurkan untuk diberikan pada kecurigaan meningitis TB tanpa memperhatikan stadium penyakit. Cara pemberian steroid seperti yang diberikan Thwaites di Vietnam terbukti mampu menurunkan angka kematian namun tidak mengurangi sekuel meningitis
Pemberian steroid pada meningitis TB Grade Minggu ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 Portofolio Nama DM: Sri Ratna Widyanti NIM : 0910710120
7
I 0,3 mg/kgBB/ha ri iv 0,2 mg/kgBB/ hr iv 0,1 mg/kg BB/ha ri po Total 3 mg/h r po Total 3 mg/hr po Total 1 mg/ha ri po - - II atau III 0,4 mg/khBB/hr iv 0,3 mg/kgBB/ hr iv 0,2 mg/kg BB/hr iv 0,1 mg/k gBB/h r iv Total 4 mg/hr po Total 3 mg/hr po Total 2 mg/hr po Total 1 mg/h r po
KOMPLIKASI Komplikasi neurologi yang sering terjadi pada anak dan dewasa adalah hemiparesis spastik, ataksia, parese saraf kranialis yang permanen, atrofi nervus optikus, penurunan visus
PEMANTAUAN Klinis Efek samping Obat Komplikasi
PROGNOSIS 1. mortalitas secara umum 30%. Pasien yang datang pada stadium lanjut mempunyai resiko kematian yang lebih besar. Anak dibawah 3 tahun dan dewasa diatas 40 tahun mempunyai prognosis yang jelek 2. sekuel neurologi yang dapat dijumpai jika pasien bertahan hidup bermacam-macam, seperti hemiparesis, paraparesis, hemiplegi, gangguan kognisis, gangguan penglihatan atau pendengaran. 3. Hidrosefalus dan herniasi serebri sebagai kelanjytan perjalalanan klinis seringkali menjadi penyebab kematian pasien meningitis TB
Outcome Meningitis TB berdasarkan stadium BMRC Stadium Angka kematian Sekuel Neurologis I <10% Minimal II 20-30% 40% III 60-70% Seringkali didaptkan
Pada pasien ini, usia masih 35 tahun akan tetapi pasien datang pada stadium II sehingga resiko kematian 20-30% dengan sekuel neurologis 40%
TINJAUAN PUSTAKA: Staf medis ilmu penyakit saraf. 2010. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Universitas Brawijaya: Malang Ramachandran, Tarakad S. 2011. Tuberculous Meningitis. [online]. http://emedicine.medscpae.com/article/1166190-overview#showall. Diakses pada tanggal 07 Agustus 2014.